persepsi karyawan crew alpha terhadap kebijakan 12 jam kerja di pt

advertisement
eJournal lmu Komunikasi, 2013, 1 (1): 101-112
ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.or.id
© Copyright 2013
PERSEPSI KARYAWAN CREW ALPHA TERHADAP
KEBIJAKAN 12 JAM KERJA DI PT. KALTIM PRIMA
COAL SANGATTA
MITRA PRIMA SUHARA 1
Abstrak
Artikel ini membahas bagaimana persepsi karyawan Crew Alpha terhadap
kebijakan 12 jam kerja di PT. Kaltim Prima Coal Sangatta. Hal yang melatar
belakangi penelitian ini adalah Peneliti ingin mengetahui informasi yang di
dapatkan dari karyawan Crew Alpha mengenai persepsi yang dimunculkan
dari reaksi atau respon terhadap pelaksanaan kebijakan 12 jam kerja
karyawan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Persepsi karyawan crew
alpha terhadap kebijakan 12 jam kerja di PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
mengenai adanya kebijakan baru tentang kebijakan 12 jam kerja ini sangatlah
merugikan karyawan. Karena dengan ditambahkannya jam kerja normal dari 8
jam kerja menjadi 12 jam kerja dapat mengurangi kondisi fisik karyawan itu
sendiri dan juga kurangnya waktu istirahat yang dianggap sebagian karyawan
hari-hari mereka dihabiskan untuk bekerja
Kata kunci : Persepsi,Kebijakan
Pendahuluan
PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batu bara yang terletak
di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan pada tanggal 9 Maret 1982.
Berdasarkan Perjanjian Kontrak Karya Perusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B), pemerintah memberikan izin untuk melaksanakan ekplorasi,
produksi, dan memasarkan batubara dari wilayah perjanjian sampai dengan
tahun 2021. Wilayah perjanjian PKP2B ini mencakup daerah seluas 90.938 ha
di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. Kawasan PT. Kaltim
Prima Coal
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
adalah perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Bengalon dan Kecamatan
Sengata Utara tepatnya di Desa Swarga Bara yang menjadi lokasi operasional
tambang perusahaan PT. Kaltim Prima Coal.
PT. Kaltim Prima Coal selaku pengelola pertambangan Batubara, telah
beraktivitas secara penuh dalam program pengembangan masyarakat sejak
tahun 2002. Meskipun demikian, sampai saat ini masih dijumpai berbagai
permasalahan sosial di kawasan pertambangan. Beroperasinya kegiatan
pertambangan Batubara menyebabkan meningkatnya gejolak sosial
kemasyarakatan, baik karena adanya interaksi dengan pendatang, maupun
karna ketidakpuasan terhadap perusahaan. Dalam pelaksanaan hubungan
dengan karyawan, penting diketahui apa yang didambakan karyawan bagi
kesejahteraannya, apa yang diharapkan dari PT. Kaltim Prima Coal sebagai
sumbangan untuk kesejahteraannya itu, dan bagaimana cara menilai kontribusi
tersebut. Kepentingan karyawan tersebut hendaknya diperhatikan PT. Kaltim
Prima Coal, dimana kegiatan-kegiatan pengembangan karyawan yang
dilakukan idealnya selalu mengacu pada kepentingan karyawan. Upaya
perusahaan membantu karyawan mengupayakan terpenuhinya kebutuhankebutuhan akan menumbuhkan pesepsi positif anggota karyawan terhadap
perusahaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengembangan
karyawan yang dilaksanakan PT. Kaltim Prima Coal
Tinjauan Pustaka
S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus- Organism- Response yang
meliputi komponen – komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan
konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan yang melalui
pesan (stimulus), komunikan (organism), efek (response).
Stimulus diatas adalah isi pesan yang terbentuk dari teknik
penyampaian pesan dan media yang digunakan oleh Management PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta, sedangkan organisme adalah sebagai Karyawan dan
respon adalah bagaimana perubahan sikap atau tanggapan para karyawan
terhadap stimulus yang diterimanya itu sehingga menghasilkan sikap atau pola
pikir serta pemahaman terhadap Kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim Prima Coal
Sangatta
Dari teori yang ada , maka dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap
objek itu lebih mudah dibandingkan persepsi terhadap manusia, karena persepsi
objek itu relatif tetap dari awal hingga akhir persepsi terhadap manusia itu
berlainan dari waktu ke waktu karena manusia memiliki sifat dinamis.
Sehingga kita akan lebih mudah menarik suatu kesimpulan dari objek itu
karena dalam mempersepsi objek, kita hanya perlu melihat sisi luar dari objek
102
104
102
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 101-112
itu sudah cukup, sedangkan untuk manusia kita perlu mempertimbangkan sisi
luar dan dalam baru didapat hasil akhir suatu persepsi.
Persepsi
Menurut Soerjono Soekanto (1990) di dalam kamus sosiologi
menyatakan bahwa pesepsi adalah kesadaran yang tidak dapat ditafsirkan yang
timbul dari stimuli. Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya rangsangan
sehingga menimbulkan rangsangan yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi yang
merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah rangsangan.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi (2008),
mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal
dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf
individu dan faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
1.
Stereotyping (Membentuk Stereotipe-stereotipe)
Istilah “Stereotipe” digunakan untuk menerangkan penilaianpenilaian yang dibuat tentang orang, yang berlandaskan keanggotaan
kelompok etnik mereka.
2. Selektifitas
Konsep persepsi selektif amat penting bagi para manajer,
mengingat bahwa mereka kerapkali menerima informasi dan data
dalam jumlah besar. Maka, akibatnya adalah bahwa mereka cenderung
menyeleksi yang menunjang sudut pandang mereka. Terkadang
seseorang cenderung mengabaikan informasi atau petunjuk yang
menyebabkan mereka merasa kurang nyaman.
3. Konsep Diri
Manusia seringkali menggunakan diri mereka sendiri sebagai
patokan untuk mempersepsi pihak lain.
4. Situasi
Mendesaknya waktu, sikap orang-orang, dengan siapa seorang
manajer bekerja, dan faktor-faktor situasional lain nantinya akan
mempengaruhi ketepatan suatu persepsi yang terbentuk.
5. Kebutuhan-kebutuhan
Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh kebutuhankebutuhan dan keinginan-keinginan.
103
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
6. Emosi
Kondisi emosional seseorang banyak berhubungan dengan
persepsi seseorang. Emosi kuat
Proses Terjadinya Persepsi
Alex Sobur membagi proses persepsi menjadi 3 tahap, yaitu: seleksi,
interpretasi, dan reaksi: (Sobur, 2003:446)
1. Seleksi
proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi
proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya
diorganisasikan dalam suatu bentuk. Interpretasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, sistem nilai yang
dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi
informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Reaksi
Tingkah
interpretasi.
laku
setelah
berlangsung
proses
seleksi
dan
Hubungan Industrial
Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang
tersangkut atau berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di
suatu perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan atas keberhasilan
perusahaan dan berhubungan langsung sehari-hari adalah pengusaha atau
manajemen dan pekerja. Disamping itu karyawan
juga mempunyai
kepentingan, baik sebagai pemasok faktor produksi yaitu barang dan jasa
kebutuhan perusahaan, maupun sebagai masyarakat konsumen atau pengguna
hasil-hasil perusahaan tersebut. Pemerintah juga mempunyai kepentingan
langsung dan tidak langsung atas pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai
sumber penerimaan pajak. Jadi hubungan industrial adalah hubungan antara
semua pihak yang berkepentingan tersebut. Dalam pengertian sempit,
hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara manajemen dan pekerja
atau Management-Employees Relationship.
102
104
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 101-112
Prinsip Hubungan Industrial
1. Prinsip hubungan industrial didasarkan pada persamaan kepentingan
semua unsur atas keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Dengan
demikian, hubungan industrial mengandung prinsip-prinsip berikut ini:
Pengusaha dan pekerja, demikian Pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama mempunyai kepentingan atas keberhasilan dan
kelangsungan perusahaan.
2. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang.
3. Pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional dan masingmasing mempunyai fungsi yang berbeda dalam pembagian kerja atau
pembagian tugas.
4. Pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.
5. Tujuan pembinaan hubungan industrial adalah menciptakan ketenangan
berusahan dan ketentraman bekerja supaya dengan demikian dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.
6. Peningkatan produktivitas perusahaan harus dapat meningkatkan
kesejahteraan bersama, yaitu kesejahteraan pengusaha dan kesejahteraan
pekerja.
Kebijakan
Kebijakan adalah suatu pernyataan umum yang dirancang sebagai
pedoman bagi setiap orang mengenai pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi. Suatu kebijakan seringkali diterapkan daripada dinyatakan secara
langsung. ( Soemirat, Ardianto, Suminar, 1999:62)
Kebijakan Komunikasi
Menurut Sigmund (1969) dan Pace (1983) , mengemukakan filosofi
komunikasi sebagai berikut : (Soemirat, Ardianto, Suminar, 1999:6.4-65)
1. Karyawan harus diberi informasi tentang aktivitas organisasi
2. Karyawan harus diberi informasi tentang tujuan, sasaran,
perencanaan dan arah perusahaan.
3. Karyawan harus diberi informasi tentang isu negatif, sensitif, dan
kontroversial.
4. Karyawan harus didorong untuk berperan serta dalam
berlangsungnya arus komunikasi dua arah.
5. Karyawan harus mengadakan pertemuan secara periodik dengan
supervisor mereka untuk membahas kinerja kerja dan harapan
karyawan..
6. Pertemuan harus dilakukan untuk menemukan suatu yang penting
dan mendorong ekspresi mereka.
7. Karyawan harus memiliki situasi dan kondisi tertentu yang
memungkinkan berkomunikasi secara tepat.
103
105
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
Definisi Konsepsional
Dengan demikian maka penulis dapat menarik kesimpulan sementara
bahwa definisi konsepsional persepsi karyawan merupakan bentuk
pengetahuan, penilaian dan tanggapan karyawan dari lingkungan pekerjaan
yang diserap oleh indera dan dimana karyawan itu berada.
Metedelogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
menggambarkan atau melukiskan obyek yang diteliti berdasarkan fakta yang
ada di lapangan.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut
1. Pemahaman karyawan terhadap kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta
2. Penilaian karyawan terhadap kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta
Sumber Data
Adapun yang menjadi narasumber atau key informan adalah
1. Endang Ruchijat selaku CEO PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
2. Mastan selaku Supertaindent PIT. J PT. Kaltim Prima Coal
3. Karyawan Crew Alpha
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif (Kriyantono, 2006 : 192) yang dimulai dari analisis
berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti di lapangan. Metode analisis
data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif,
yaitu mendeskripsikan serta menganalisis data yang telah diperoleh dan
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan sebenarnya. Dengan
menggunakan analisis data kualitatif Model Interaktif, berdasarkan pendapat
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (2007: 20)
Hasil Dan Pembahasan
Kinerja Perburuhan
Di tahun 2011, KPC mempekerjakan 4.973 karyawan, yang terdiri dari
4.959 karyawan Indonesia dan 14 karyawan asing. Berdasarkan status
102
106
104
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 101-112
kekaryawanan, untuk karyawan Indonesia terdapat 3.927 karyawan permanen
dan 1.032 karyawan kontrak, sedangkan seluruh karyawan asing adalah
karyawan kontrak. Tidak ada karyawan paruh waktu yang bekerja di KPC.
Jumlah karyawan tahun 2011 meningkat menjadi 4.973 karyawan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 4.347. Distribusi karyawan
berdasarkan tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan jenis kelamin.
Hasil Penelitian
Di dalam penyajian data hasil penelitian dan pembahasan ini, penulis
akan menyajikan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan di PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta. Wawancara dilakukan sesuai dengan kriteria key
informan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu pada manajemen PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta. Salah satu yang ingin diketahui oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah Mengapa kebijakan baru dari 8 jam kerja menjadi 12 jam
kerja diberlakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal Sangatta. Maka di bawah ini
dapat dilihat penyajian data dari hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi: Alasan diberlakukannya kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta.
Pemahaman karyawan, penilaian karyawan,respon karyawan terhadap
kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim Prima Coal Sangatta. Maka di bawah ini
dapat dilihat penyajian data dari hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi:Pemahaman karyawan, penilaian karyawan,respon karyawan terhadap
kebijakan 12 jam kerja PT. Kaltim Prima Coal Sangatta.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan membahas lebih mendalam
mengenai persepsi karyawan terhadap kebijakana baru 12 jam kerja yang
diterapkan oleh PT. Kaltim Prima Coal Sangatta sesuai dengan hasil penelitian
yang peneliti temukan di lapangan melalui metode depth interview. Berikut
masing-masing pembahasan menurut fokus penelitian:
Pemahaman Karyawan Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta
Pemahaman Karyawan tentang kebijakan 12 jam kerja yang kurang
ideal lebih mengenai kualitas kehidupan kerja yang merupakan salah satu
pendekatan sistem manajemen untuk mengkoordinasikan dan menghubungkan
potensi Sumber Daya Manusia, dimana kualitas kehidupan kerja dalam
organisasi di dalam perusahaan sebagai suatu upaya pimpinan untuk memenuhi
kebutuhan anggota maupun organisasi secara simultan dan berkesinambungan.
Kualitas kehidupan kerja dapat diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan
manusia (human needs) dalam suatu lingkungan kerja. Dengan adanya
kebijakan baru mengenai 12 jam kerja ini dapat menimbulkan macam – macam
103
107
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
persepsi dari karyawan tersebut mengenai perubahan jam kerja yang rata – rata
sebagian karyawan mengeluh mengenai jam kerja yang kurang ideal,
kurangnya istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Serta tidak adanya
mendapatkan kebutuhan yang memuaskan dari perusahaan tersebut. Apabila
kebutuhan manusia telah dipenuhi, maka produktivitas organisasi dalam sebuah
perusahaan dapat meningkat. Dalam konsep kualitas kehidupan kerja,
terkandung makna bahwa tujuan organisasi harus dapat berjalan bersamasama.Karena itu, bukan saja karyawan yang harus puas tetapi karyawan juga
harus dapat memuaskan organisasi di dalam sebuah perusahaan dengan
kinerjanya yang optimal.Perusahaan harus menciptakan rasa aman dan
kepuasan dalam bekerja demi mewujudkan tujuan perusahaan.
Kualitas kehidupan kerja berkenaan dengan tingkat kepuasan,motivasi,
keterlibatan, dan komitmen pribadi yang dialami berkenaan dengan hidup
mereka di tempat kerja. Tingkat individu ( karyawan ) dalam mencukupi
kebutuhan mereka secara pribadi (suatu kebutuhan untuk kebebasan) selama
mereka masih dipekerjakan. Perusahaan tertarik untuk meningkatkan kualitas
kehidupan kerja secara umum mencoba untuk menanamkan kepada pegawai
akan nyaman,keadilan, kebanggaan keluarga, demokrasi, kepemilikan, otonom,
tanggungjawab dan fleksibilitas.
Luthans (2006:569) Menyatakan kualitas kehidupan kerja adalah
dampak efektivitas manusia dan perusahaan yang dikombinasikan dengan
penekanan partisipasi dalam pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan.Kualitas kehidupan kerja mempunyai peran yang penting terhadap
jalannya aktivitas kerja, dimana para pimpinan dan bawahan harus dapat
menentukan dan melaksanakan kegiatan dengan adanya kesepakatan dalam
menjalan kankegiatan pekerjaan. Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan persepsi karyawan mengenai
rasa aman dalam bekerja, kepuasan kerja, serta kondisi untuk tumbuh dan
berkembang sebagai manusia yang bertujuan untuk meningkatkan martabat
karyawan. Oleh sebab itu, esensi dari kualitas kehidupan kerja bagi karyawan
merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan kepuasan
kerja, memenuhi harapan dan kebutuhan keluarga, serta memenuhi harapan
karyawan seperti kehidupan yang lebih baik,kehidupan kerja yang lebih berarti
dan bermanfaat bagi dirinya. Seorang karyawan hendaknya memiliki
produktivitas kerja yang tinggi,akan tetapi hal tersebut sulit dicapai bahkan
banyak karyawan yang memiliki produktivitas yang rendah atau semakin
menurun, walaupun telah banyak memiliki pengalaman kerja dan perusahaan
telah melaksanakan pelatihan ataupun pengembangan sumber daya manusia
untuk meningkatkan kemampuandan memotivasi karyawan untuk bekerja.
Menurut pandangan ekonomi, produktivitas merupakan perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan masukan yang digunakan persatuan waktu tertentu.
Produktivitas adalah rasio antara output dengan input. Input terdiri dari bahan
102
104
108
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 101-112
baku, energi, tenaga kerja, dan peralatan modal, sedangkan output adalah
volume/kuantitas dan kualitas. Produktivitas menurut pengertian initidak hanya
dilihat dari segi kuantitas tetapi juga kualitas harus sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan.
Dari sini dapat kita ketahui pemahaman karyawan mengenai kebijakan
12 jam kerja di PT. Kaltim Prima Coal yang pada dasarnya sudah sesuai
dengan jam kerja sebelumnya 8 jam kerja yang menimbulkan persepsi dari
sebagian karyawan yang tidak setuju mengenai kebijakan baru tentang
perubahan jam kerja.
Penilaian Karyawan Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja PT. Kaltim Prima
Coal Sngatta
Bagi seluruh karyawan mempunyai tanggapan atau respon terhadap
perubahan waktu jam kerja. Kepuasan kerja karyawan bisa dilihat dari perasaan
menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi karyawan dalam memandang
pekerjaan. Kepuasan kerja dilihat sebagain pernyataan senang dan tidak senang
yang timbul karena adanya kebijakan 12 jam kerja yang kurang ideal atau tidak
sesuai dengan pengorbanan dan perolehan di antara para pekerja pada saat
bekerja.
banyak pekerja yang tidak mengerti akan hak dan kewajibannya
sehingga banyak pekerja yang merasa dirugikan oleh pengusaha yang
memaksakan kehendaknya pada pihak pekerja dengan mendiktekan perjanjian
kerja tersebut pada pekerjanya. Isi dari penyelenggaraan hubungan kerja tidak
boleh bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang yang bersifat
memaksa ataupun yang bertentangan dengan tata susila yang berlaku dalam
masyarakat, ataupun ketertiban umum. Bila hal tersebut sampai terjadi maka
perjanjian kerja tersebut dianggap tidak sah dan batal.
Dalam penelitian ini juga ditanyakan persepsi informan mengenai
apakah dari semua kebijakan baru yang di terapkan di perusahaan ini adakah
kebutuhan yang memuaskan bagi karyawan. Pengusaha menuntut pekerja agar
bekerja dengan semangat penuh karena pengusaha sedang mengejar target dan
pengusaha enggan menaikan upah pekerja disebabkan kontrak kerja pekerja
tersebut belum berakhir.Namun dengan keadaan ekonomi sekarang ini yang
serba tidak stabil mempengaruhi semangat kerja para pekerja menjadi menurun
drastis akibat harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari juga ikut naik
dan menyebabkan penghasilan para pekerja otomatis tidak mencukupi
kebutuhan hidup pekerja sehari-hari dan semangat kerja para pekerja juga ikut
menurun.
Turunnya semangat kerja, banyak faktor yang menjadi penyebabnya,
misalnya waktu jam kerja yang berlebih melewati 8 jam kerja, upah terlalu
rendah, insentif kurang terarah, lingkungan kerja fisik yang buruk, lingkungan
sosial yang kurang menyenangkan dan masih bermacam-macam sebab lainnya.
103
109
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
Tetapi sebetulnya prinsip turunnya semangat kerja disebabkan ketidakpuasan
para pekerja baik pada barang material (upah, jaminan sosial fasilitas material)
maupun pada bidang non material (penghargaan sebagai manusia, kebutuhan
berpartisipasi, harga diri).
Dari semua kebijakan baru yang diterapkan di perusahaan ini sebagian
karyawan menjawab ada sudah cukup dengan kebutuhan yang terpenuhi atau
memuaskan karyawan dan sebagianya lagi menjawab tidak ada. Dengan semua
alasan yang sama seperti kurangnya waktu istirahat, kurangnya waktu untuk
berkumpul dengan keluarga dan tidak sesuai dengan apa yang mereka
harapkan.
Saat ini masih banyak pekerja yang tidak mengerti akan hak dan
kewajibannya sehingga banyak pekerja yang merasa dirugikan oleh pengusaha
yang memaksakan kehendaknya pada pihak pekerja dengan mendiktekan
perjanjian kerja tersebut pada pekerjanya. Isi dari penyelenggaraan hubungan
kerja tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang yang
bersifat memaksa ataupun yang bertentangan dengan tata susila yang berlaku
dalam masyarakat, ataupun ketertiban umum. Bila hal tersebut sampai terjadi
maka perjanjian kerja tersebut dianggap tidak sah dan batal.
Sikap Karyawan Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sikap sebagian karyawan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya
bahwa karyawan merasa sangat tidak sesuai mengenai kebijakan baru tentang
12 jam kerja yang menurut seluruhnya karyawan jam waktu kerja kurang ideal.
Menurut seluruh karyawan mengenai kebijakan 12 jam kerja ini sangat
kurang sesuai, dikarenakan waktu untuk beristirahat yang kurang sekali. Yang
dapat menyebabkan karyawan banyak mengeluh mengenai kesehatan masing –
masing karena kurangnya waktu untuk beristirahat.
Waktu kerja yang ideal memang sangat diperlukan oleh seorang
karyawan untuk dapat mencapai suatu kepuasan kerja yang tinggi. Tetapi
secara keseluruhan, para responden menyatakan bahwa selama bekerja di
perusahaan mereka menyatakan merasa kurang puas atas kebijakan baru seperti
perubahan atau penambahan waktu jam kerja menjadi 12 jam kerja yang
selama ini diberikan oleh manajemen perusahaan kepada para karyawan di
perusahaan.
Kesimpulan
Persepsi karyawan crew alpha terhadap kebijakan 12 jam kerja di PT.
Kaltim Prima Coal Sangatta mengenai adanya kebijakan baru seperti kebijakan
12 jam kerja ini kurang mendapatkan tanggapan dari karyawan dikarenakan
para karyawan disini membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar tidak dapat
102
104
110
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 101-112
kelelahan yang berlebihan, dan menurut seluruh karyawan waktu sehari – hari
habis untuk bekerja saja. Karena Tenaga kerja merupakan bagian dari faktor
produksi perusahaan itu sendiri.
Persepsi karyawan crew alpha terhadap kebijakan 12 jam kerja di PT.
Kaltim Prima Coal Sangatta mengenai adanya kebijakan baru tentang kebijakan
12 jam kerja ini sangatlah merugikan karyawan. Karena dengan
ditambahkannya jam kerja normal dari 8 jam kerja menjadi 12 jam kerja dapat
mengurangi kondisi fisik karyawan itu sendiri dan juga kurangnya waktu
istirahat yang dianggap sebagian karyawan hari-hari mereka dihabiskan untuk
bekerja.
Daftar Pustaka
Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Dunn, William. (2009). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2003). Kebijakan Publik Formulasi,
Implemetasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT. Alex Media Kumpotindo.
Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy
Analysis. Yogykarta: Gava Media
Jalaluddin.,Rakhmat, 2004. Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Moleong, Lexy, J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Kriantono, Rachmat., 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, PT. Prenada
Media Group. Jakarta.
Sarwono, Sarlito W., 2009. Pengantar Psikologi Umum, PT. Raja Graffindo
Persada, Jakarta.
Simanjuntak, Prof. Dr. Payaman J.,2003. Manajemen Hubungan Industrial.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Sobur, Alex., 2003. Psikologi Umum, Gramedia, Jakarta.
Soekanto, Soejono., 1990. Sosiologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Solichin, Abdul Wahab. (1997). Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Winarno, Budi. 2002. Kebijakan dan Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta:
Media Presindo
Walgito, Prof. Dr. Bimo., 1999. Psikologi Sosial, ANDI, Yogyakarta.
Sumber Internet
http://www.kpc.co.id/home/laporan pembangunan berkelanjutan
http://www.wikipedia.org/wiki/kebijakan_publik/Pengertian_Unsurunsur_dan_
Karakteristik_Kebijakan
http://www.wikipedia.org/wiki/ Manajemen Hubungan Industrial
103
111
Persepsi Karywan Crew Alpha Terhadap Kebijakan 12 Jam Kerja (Mitra)
Dokumen-dokumen
Rooster 12 jam revisi November 2012
PETA wilayah PIT J
Daftar karyawan PIT J EMPLOYEES PERIOD OF JULY 2012
PKB antara PT.KPC dan 5 Serikat Buruh (KORPPRA,SP-KEP,FPE-SBSI,SPK
& PPMI)
102
104
112
Download