Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia 2015 Maret 2015 Economic Research – PT Danareksa (Persero) Jl. Medan Merdeka Selatan No. 14 Jakarta 10110 Tel. (6221) 350 9777 ext: 3602 Fax: (6221) 3501709 http://www.danareksa-research.com ∂Ri Danareksa Research Institute -0- Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan ∂Ri Danareksa Research Institute -1- Perekonomian AS: kondisi terkini & prospek semakin membaik percent 12 12 GDP Growth (YoY) 10 Unemployment rate 9 Inflation Rate 8 FFR 6 6 4 3 2 0 0 -2 -3 -4 -6 -6 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 ¾ Perekonomian AS sedikit menurun namun masih tumbuh baik Æ lihat PMI, IPI, penjualan ritel, dan juga pertumbuhan GDP ¾ Indikator yang menggambarkan prospek ke depan juga mengindikasikan perekonomian AS masih terus ekspansi ¾ Perbaikan tsb Æ pengangguran turun, memunculkan spekulasi the Fed akan menaikkan bunga Æ volatilitas IDR & psr mdl ¾ Peluang the Fed menunda kenaikan bunga msh terbuka, krn GDP msh dibawah potensialnya, inflasi msh rendah serta kondisi ekonomi global blm kondusif. Sama halnya dgn tapering, pada saat normalisasi nanti pengaruhnya menjadi relatif kcl ∂Ri Danareksa Research Institute -2- Siklus Bisnis Ekonomi AS: masih dalam fase ekspansi Leading Economic Index Naik Siklus Bisnis Ekonomi AS ¾ CEI yang menggambarkan kondisi ekonomi terkini dan LEI yang menggambarkan prospek ekonomi kedepan masih dalam tren meningkat yang mengindikasikan bahwa perekonomian AS saat ini dan prospeknya 6 – 12 bulan kedepan masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. ¾ Secara historis rata-rata lamanya ekspansi perekonomian AS adalah 7 – 10 tahun. Artinya ekspansi yang dimulai sejak tahun 2009 berpotensi berlanjut sampai dengan 2016 – 2019 mendatang. ¾ Perbaikan kondisi ekonomi AS yang diikuti dengan penurunan angka pengangguran makin menguatkan spekulasi bahwa the Fed akan menaikkan bunga thn 2015 ini. Spekulasi ini menyebabkan volatilitas nilai tukar dan pasar modal, namun sifatnya temporer. ∂Ri Danareksa Research Institute -3- Perekonomian Jepang: kembali membaik namun prospeknya msh volatile Japan: Purchasing Manager Index Japan: Composite coincident & leading economic index 59 120 LEI 56 CEI 115 53 110 50 105 47 100 Japan: New Orders for Machinery 1000 32.0 Level 950 % YoY 24.0 900 16.0 850 800 8.0 750 0.0 700 -8.0 650 600 N-14 J-14 S-14 M-14 J-14 M-14 N-13 J-13 S-13 M-13 J-13 ∂Ri Danareksa Research Institute M-13 N-12 J-12 S-12 M-12 J-12 M-12 N-11 J-11 S-11 M-11 J-11 M-11 N-10 J-10 S-10 M-10 M-10 J-10 -16.0 -4- 95 J-10 M-10 M-10 J-10 S-10 N-10 J-11 M-11 M-11 J-11 S-11 N-11 J-12 M-12 M-12 J-12 S-12 N-12 J-13 M-13 M-13 J-13 S-13 N-13 J-14 M-14 M-14 J-14 S-14 N-14 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 44 ¾ Indikator makroekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi terkini menunjukkan perekonomian Jepang dalam tren membaik, setelah beberapa bulan sebelumnya menurun. Hal ini antara lain terlihat pd PMI Composite (Mfg+Serv) yang kembali di atas 50, pertumbuhan (YoY) CEI yang masih baik. ¾ Namun indikator yang menggambarkan prospek ekonomi kedepan (new orders for machinery, IKK, LEI dan bank lending) blm menunjukkan tren naik yang sustainable. ¾ Penurunan yg terjadi sblmnya antara lain disebabkan oleh kenaikan pajak penjualan sekitar 3% (lbh tinggi dari kenaikan income), shg menurunkan daya beli masyarakatnya. Ekonomi Euro: pemulihan melambat namun ada indikasi mulai membaik Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 6 4 2 0 -2 Pertumbuhan Ekonomi -4 Tingkat Inflasi Suku Bunga -6 -8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 ¾ Pemulihan ekonomi Eropa melambat Æ krn krisis geopolitik di Ukraina dan kecenderungan deflasi ¾ Bank sentral Eropa (ECB) melonggarkan kebijakan moneter Æ bunga rendah dan QE Æ bonds korporasi dan pemerintah (?). Hal ini akan berdampak positif terhadap pasar modal emerging market termasuk Indonesia. ¾ Data makroekonomi terkini mengindikasikan adanya perbaikan pemulihan ekonomi di kawasan Euro ¾ Namun hasil pemilu di Yunani bisa menjadi ancaman Æ tidak ada solusi hutang dapat menyebabkan sentimen negatif global ∂Ri Danareksa Research Institute -5- Pertumbuhan ekonomi Tiongkok Melambat Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 15 12 12 9 9 6 6 3 3 0 0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Ekonomi Lending Rate -3 Tingkat Inflasi ¾ Perekonomian Tiongkok terus melambat Æ sesuai disain pemerintahnya ¾ Namun perekonomian Tiongkok msh tumbuh relaif tinggi (sekitar 7.0% - 7.5%), dan akan bertahan di level tersebut, sehingga Tiongkok tidak menuju hard landing atau resesi. Kebijakan moneter yg makin longgar Æ untuk mendorong pertumbuhannya. ∂Ri Danareksa Research Institute -6- Perekonomian India: ada indikasi mulai membaik Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 15 18 15 12 12 9 9 6 6 3 0 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Ekonomi Policy Rate 0 Inflation Rate ¾ Perekonomian India cenderung membaik Æ seperti tercermin pada GDP growth, PMI manufaktur dan jasa2 yg meningkat, dll. ¾ Kedepan diperkirakan juga membaik sejalan inflasi yang menurun yang akan diikuti oleh penurunan bunga. Hal ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan seperti terlihat pada pertumbuhan LEI yang semakin meningkat. ∂Ri Danareksa Research Institute -7- Pertumbuhan Ekonomi Global: 2015 dan 2016 lebih prospektif Pertumbuhan ekonomi sebagian besar mitra dagang utama Indonesia sedikit membaik pada thn 2015 dan 2016 mendatang Æ akan berdampak positif terhadap ekspor kita. ∂Ri Danareksa Research Institute -8- Neraca Perdagangan: ada indikasi mulai membaik YTD (Jan-Des) 20 Export billions of US$ 15 10 Trade Balance Total Export Import Total Import 5 0 -5 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Permintaan domestik yang kuat telah memicu kenaikan impor, sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Kondisi terkini defisit neraca perdagangan cenderung menurun. ∂Ri Danareksa Research Institute -9- Defisit Neraca Transaksi Berjalan Akan Membaik Defisit neraca transaksi berjalan memicu kekhawatiran. Apakah ekspansi ekonomi Indonesia berkesinambungan? Sejalan dengan perbaikan ekonomi global, ekspor Indonesia akan semakin membaik, neraca perdagangan akan membaik sehingga defisit transaksi berjalan akan semakin terkendali. ∂Ri Danareksa Research Institute - 10 - Defisit neraca berjalan memicu pelemahan nilai tukar Defisit neraca berjalan memicu sentimen negatif terhadap rupiah. Karena itu perbaikan defisit neraca transaksi berjalan akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah. ∂Ri Danareksa Research Institute - 11 - Peringkat ‘investment grade’ mendorong aliran FDI Meningkat Realisasi FDI and DDI Realisasi FDI Menurut Sektor Investment grade Aktivitas investasi (domestik and asing) meningkat dengan signifikan. Foreign Direct Investment (FDI) menunjukkan trend naik , dan mencapai US$ 7.5 miliar pada triwulan III 2014. Sepanjang 3 tw 2014, FDI didominasi oleh sektor sekunder sekitar 47%, khususnya industri. Gejala ini menunjukkan prospek meningkatnya produktivitas. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar lokal maupun global. ∂Ri Danareksa Research Institute - 12 - 12 Defisit Neraca Transaksi Berjalan Tidak Selalu Buruk US$ Bn percent 15 6 10 Current Account (US$ BN) 4 Current Account (%GDP) 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 -12 1995 -30 1994 -10 1993 -25 1992 -8 1991 -20 1990 -6 1989 -15 1988 -4 1987 -10 1986 -2 1985 -5 1984 0 1983 0 1982 2 1981 5 Pada periode 1981-1996, ketika ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju yang tinggi, Indonesia selalu mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Indonesia mengalami surplus neraca transaksi berjalan ketika ekonominya jatuh ke resei yang dalam. Jadi, defisit neraca transaksi berjalan justru memberi sinyal bahwa ekonomi Indonesia mulai memasuki fasa pertumbuhan yg lebih cepat. Banyak ekonom yang meyakini bahwa defisit neraca transaksi berjalan adalah fenomena umum yg dialami oleh negara berkembang spt Indonesia. ∂Ri Danareksa Research Institute - 13 - 13 Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan ∂Ri Danareksa Research Institute - 14 - Suku Bunga (BI rate) dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 7 20 6 15 5 10 4 5 3 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi TD 3M Inflasi tahunan 0 Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (berkorelasi negatif). Suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya kenaikan suku bunga (BI rate di atas 9%), cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu tingkat bunga sangat tergantung pada laju inflasi di dalam negeri, karena BI menganut inflation targeting framework, dimana BI akan menaikkan bunga bila ekspektasi inflasi cenderung meningkat, dan sebaliknya. ∂Ri Danareksa Research Institute - 15 - Perkembangan Inflasi Dalam Negeri Weight 2012 FOODSTUFFS 18.9 PREPARED FOOD 16.2 HOUSING 25.4 CLOTHING 7.3 MEDICAL CARE 4.7 EDUCATION 8.5 TRANSPORTATION 19.2 GENERAL 100.0 Food and Non‐Food FOOD 35.0 NON‐FOOD 65.0 Core Inflation Core Administered Price Volatile Food Dec‐14 3.22 1.96 1.45 0.64 0.74 0.36 5.55 2.46 M‐on‐M Jan‐15 Feb‐15 0.60 ‐1.47 0.65 0.45 0.80 0.41 0.85 0.52 0.66 0.39 0.26 0.14 ‐4.04 ‐1.53 ‐0.24 ‐0.36 Dec‐14 10.57 8.11 7.36 3.08 5.71 4.44 12.14 8.36 Y‐on‐Y Jan‐15 Feb‐15 8.24 6.28 8.04 8.06 7.14 7.40 3.38 3.33 5.64 5.76 4.42 4.38 7.40 5.59 6.96 6.29 Dec‐14 0.64 0.31 0.35 0.04 0.03 0.03 1.06 2.46 Share Jan‐15 Feb‐15 0.12 ‐0.32 0.11 0.07 0.20 0.10 0.06 0.03 0.03 0.01 0.02 0.01 ‐0.78 ‐0.26 ‐0.24 ‐0.36 2013 5.10 0.80 1.43 ‐0.75 0.77 ‐0.04 ‐0.31 1.64 Jan‐Feb 2014 2015 3.13 ‐0.88 1.16 1.10 1.18 1.22 1.12 1.37 1.01 1.05 0.45 0.40 0.35 ‐5.51 1.33 ‐0.61 2.66 2.46 0.62 ‐0.82 ‐0.61 ‐0.22 9.46 7.89 8.15 6.37 7.07 5.91 0.95 1.51 0.23 ‐0.47 ‐0.25 ‐0.11 3.11 0.43 2.24 0.81 0.01 ‐1.03 1.02 6.10 3.53 0.61 ‐3.51 0.55 0.34 ‐1.24 ‐1.69 4.93 17.57 10.88 4.99 12.31 8.35 4.96 10.91 6.18 0.60 1.22 0.64 0.37 ‐0.73 0.12 0.20 ‐0.34 ‐0.22 0.34 0.95 5.60 0.92 1.01 3.22 0.95 ‐4.70 ‐1.16 Tekanan inflasi dalam beberapa bulan terakhir relatif terjaga, mengikuti pola yang normal. Kenaikan inflasi yang signifikan pada bulan Nop-Des disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. ∂Ri Danareksa Research Institute - 16 - Prospek Inflasi ¾ Untuk bulan Maret dan April 2015, inflasi bulanan masih berpotensi relatif rendah karena panen raya padi dan produk hortikultura lainnya, dimana harga beberapa kebutuhan pokok biasanya mulai menurun. ¾ Operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah diperkirakan juga akan mampu mendorong penurunan beras dan harga bahan pokok lainnya. ¾ Dari sisi eksternal tekanan inflasi diperkirakan relatif terjaga, karena harga komoditas di pasar global diprediksikan akan relatif stabil sampai akhir tahun 2015. EIA memperkirakan harga minyak tahun 2015 (WTI): US$ 47 – 66 per barel. ¾ Jadi baik dari sisi domestik maupun global tampaknya kecil peluang adanya faktor yang mendorong kenaikan inflasi yang signifikan. ¾ Dengan perkembangan seperti itu, maka inflasi sepanjang tahun 2015 akan relatif stabil di sekitar 6.5% - 7.0% dan akan menurun tajam pada bulan Nopember 2015 dan menjadi sekitar 3% - 4% pada akhir tahun 2015 ini. ∂Ri Danareksa Research Institute - 17 - Perkiraan harga minyak mentah dunia EIA memperkirakan harga minyak mentah dunia tahun 2015 akan cenderung stabil dalam kisaran 47 s/d 66 US$ per barel. ∂Ri Danareksa Research Institute - 18 - Perkiraan laju inflasi Kenaikan harga BBM bersubsidi pd bln Nopember 2014 mendorong kenaikan inflasi. Sepanjang tahun 2015 laju inflasi diprediksikan akan stabil sekitar 6.5% - 7.0% & turun signifikan pd bln Nop-Des menjadi sekitar 3% - 4%. ∂Ri Danareksa Research Institute - 19 - Prospek Suku Bunga ¾ Kenaikan harga BBM bersubsidi menyebabkan ekspektasi inflasi naik, sehingga dalam RDG tanggal 18 Nopember 2014 memutuskan kenaikan BI rate dari 7.50% menjadi 7.75% dan Lending Facility (LF) menjadi 8.00% sementara FASBI tetap 5.75%. Kenaikan BI rate dan LF tersebut diluar ekspektasi sebagian pelaku pasar, dan memang sumber inflasi berasal dari cost push, bukan demand pull. ¾ Kemudian dalam RDG tanggal 19 Februari 2015 otoritas moneter menurunkan suku BI rate menjadi 7.50% seiring dgn prospek inflasi yang makin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan yang makin terjaga. Pada saat yang sama suku bunga FASBI diturunkan menjadi 5.50%, sedangkan LF tetap 8.00%. ¾ Likuiditas di perbankan juga cenderung semakin meningkat. ¾ Namun demikian BI tetap mempertahankan stance kebijakan moneternya ketat, terutama untuk antisipasi rencana the Fed yang akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun 2015. Hal ini dimaksudkan untuk meredam gejolak yang mungkin terjadi pada nilai tukar Rupiah. ¾ Menurut pandangan kami hal ini kurang tepat, sebab BI rate sudah terbukti bukan instrumen yang manjur untuk mengendalikan nilai tukar. Sebaliknya kenaikan suku bunga the Fed nantinya adalah indikasi perbaikan ekonomi AS. Biasanya perbaikan kinerja ekonomi AS akan berdampak positif pada capital inflow ke emerging market, termasuk Indonesia. ¾ Jadi jika otoritas moneter konsiten forward looking utk menjaga inflasi, maka suku bunga BI rate berpotensi turun menjadi 6.50%, namun bila masih mempertimbangkan defisit neraca berjalan dan normalisasi kebijakan the Fed maka BI rate paling bisa turun menjadi 7.00% hingga akhir tahun 2015 ini. ∂Ri Danareksa Research Institute - 20 - Kenaikan BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah Kenaikan suku bunga BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah, bahkan ada kecenderungan kenaikan suku bunga justru semakin menekan nilai tukar rupiah. ∂Ri Danareksa Research Institute - 21 - Pertumbuhan ekonomi AS vs capital flow Perbaikan kinerja perekonomian AS berkorelasi positif dengan arus modal masuk ke Indonesia baik dalam bentuk portfolio maupun investasi langsung (FDI) Æ return di emerging market tetap lebih menarik (long-run). ∂Ri Danareksa Research Institute - 22 - Perbaikan kinerja pasar modal di AS berdampak positif pd IHSG INDEKS HARGA SAHAM (INDU, 000) VS (JCI,000) 20 5.5 17 4.5 14 3.5 11 2.5 8 1.5 INDU (LHS) JCI (RHS) 5 0.5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perbaikan kinerja perekonomian AS akan berdampak positif terhadap pasar modalnya. Sementara itu perbaikan kinerja pasar modal AS akan berdampak positif terhadap pasar modal Indonesia. ∂Ri Danareksa Research Institute - 23 - Indeks Nilai Tukar Nominal Indeks Nilai Tukar, 2010 = 100 120 110 100 90 80 IDR KRW MYR PHP THB Jan-15 Nov-14 Sep-14 Jul-14 May-14 Mar-14 Jan-14 Nov-13 Sep-13 Jul-13 May-13 Mar-13 Jan-13 Nov-12 Sep-12 Jul-12 May-12 Mar-12 Jan-12 Nov-11 Sep-11 Jul-11 May-11 Mar-11 Jan-11 Nov-10 Sep-10 Jul-10 May-10 Mar-10 Jan-10 70 Pada awalnya IDR bergerak seiring dengan mata uang regional. Namun sentimen negatif terhadap current account deficit membuat IDR bergerak melemah sendiri, termasuk pada saat AS melakukan QE3. ∂Ri Danareksa Research Institute - 24 - Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Dengan menggunakan beberapa metode, nilai fundamental rupiah terhadap US$ adalah sekitar Rp 11738 per US$. Dengan demikian nilai spot rate rupiah yang saat ini (Feb 2015) sekitar Rp 12863 per US$ adalah undervalued sekitar -8.7%. Artinya secara fundamental nilai tukar rupiah seharusnya lebih kuat. ∂Ri Danareksa Research Institute - 25 - …Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental 13000 18.0 12000 8.0 11000 -2.0 Aktual Spot Rate Fundamental Value 10000 -12.0 Deviasi dari Fundamental Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 Apr-12 Jan-12 Oct-11 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Oct-09 Jul-09 Apr-09 Jan-09 Oct-08 -32.0 Jul-08 8000 Apr-08 -22.0 Jan-08 9000 Saat ini spot rate IDR undervalued sekitar 8.7%, dan dalam jangka panjang biasanya akan kembali ke fundamental value-nya. Selanjutnya perbaikan kinerja perekonomian dunia akan mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan serta meningkatkan arus masuk investasi portfolio maupun FDI. Dengan latar belakang seperti itu, maka IDR diprediksikan akan semakin menguat di tahun 2015 ini. ∂Ri Danareksa Research Institute - 26 - Faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah ¾ Faktor yang mendorong pelemahan rupiah: o Rencana normalisasi kebijakan moneter AS Æ safe haven o Sentimen negatif terhadap Rp karena current account deficit o Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi o Ada kenaikan permintaan US$ menjelang akhir tahun ¾ Faktor yang dapat mendorong penguatan nilai tukar rupiah: Prospek neraca transaksi berjalan yang lebih baik Æ ekspor membaik (ekspor bahan tambang dibuka, block Cepu mulai beroperasi), sementara impor masih lambat Æ krn pertumbuhan ekonomi domestik msh lambat (pertengahan tahun 2015). Pemerintah akan berupaya mendorong pertumbuhan industri perkapalan dan asuransi (jangka menengah) Pemerintah akan memberikan insentif fiskal bagi investor asing yang akan menanamkan labanya di Indonesia Æ mengurangi capital outflow (jangka menengah). Bebas visa untuk enam negara akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing di Indonesia. Sehingga akan memperbesar pula penerimaan dari turisme. Fiskal yang lebih sehat dan infrastruktur yang makin baik Æ potensi kenaikan rating Dalam jangka pendek volatilitas ada, namun dlm jangka menengah peluang menguat lebih besar. ∂Ri Danareksa Research Institute - 27 - Coincident Economic Index: … flat dengan tren pertumbuhan melambat Composite Coincident Index 7.6 126 Index (LHS) SM6,% (RHS) 5.6 117 3.6 113 1.6 108 -0.4 104 -2.4 99 -4.4 95 -6.4 J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 121 Dalam periode Juli 2008 – Februari 2009 CEI cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan adanya perlambatan yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun dalam periode Maret 2009 – Q2 2013, tren CEI masih meningkat, yang mengindikasikan perekonomian masih bertumbuh. CEI yang relatif flat sampai Q3 2013, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat masih terus berlanjut sampai saat ini. ∂Ri Danareksa Research Institute - 28 - Leading Economic Index: …ada indikasi akan membaik sedikit Resesi mini yang terjadi dlm periode Jul 2008 - Feb 2009 sdh terdeteksi oleh LEI sejak bln Nop 2007. Demikian pula fase ekspansi yg mulai terjadi sejak Mar 2009 terdeteksi oleh LEI sejak Nop 2008. Data terkini menunjukkan pertumbuhan LEI yang sedikit membaik. Penurunan pada bulan Nopember disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi Æ temporer. Artinya, perekonomian masih akan tumbuh, dengan prospek pertumbuhan yang sedikit lebih cepat dalam beberapa bulan mendatang. ∂Ri Danareksa Research Institute - 29 - Siklus Bisnis P3 P2 P1 T3 T2 T1 ekspansi kontraksi ekspansi Semua negara di dunia memiliki siklus bisnis, dimana ekonomi ada kalanya bertumbuh (ekspansi) dan kontraksi (resesi). Pada saat ekonomi ekspansi dan terdeteksi titik P1 berarti ekonomi akan melambat. Jika terdeteksi P2 berarti ekonomi akan melambat signifikan. Dan bila terdeteksi P3 berarti ekonomi akan memasuki resesi. Sebaliknya pada saat ekonomi resesi, maka deteksi T1 berarti ekonomi akan segera ekspansi. Deteksi T2 dan T3 berarti ekspansinya akan lebih pesat atau full capacity. ∂Ri Danareksa Research Institute - 30 - Deteksi Titik Puncak (Peak) Titik puncak P1 terdeteksi pada bulan Juni 2008 dan kemudian P2 serta P3 masing-masing terdeteksi pada bulan Oktober dan Nopember 2008. ∂Ri Danareksa Research Institute - 31 - Deteksi Titik Lembah (Trough) CEI T1 T2 T3 129 123 Feb-02 117 111 105 99 93 87 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Titik T1 terdeteksi pada bulan Maret 2009 dan titik T2 dan T3 terdeteksi pada bulan Oktober. Artinya setelah mengalami resesi mini dalam periode Juli 2008 – Maret 2009, maka perekonomian Indonesia kembali memasuki fase ekspansi hingga saat ini. ∂Ri Danareksa Research Institute - 32 - Siklus Bisnis Indonesia: Rata-rata Periode Ekspansi 7 tahun 130 144 LEI (LHS) CEI (RHS) 124 136 Periode Resesi 128 119 Periode ekspansi 120 113 112 108 104 102 Periode ekspansi 96 97 88 91 Periode ekspansi 80 86 Periode ekspansi 80 ∂Ri Danareksa Research Institute - 33 - Oct‐14 Jan‐14 Apr‐13 Jul‐12 Oct‐11 Jan‐11 Apr‐10 Jul‐09 Oct‐08 Jan‐08 Apr‐07 Jul‐06 Oct‐05 Jan‐05 Apr‐04 Jul‐03 Oct‐02 Jan‐02 Apr‐01 Jul‐00 Oct‐99 Jan‐99 Apr‐98 Jul‐97 Oct‐96 Jan‐96 Apr‐95 Jul‐94 Oct‐93 Jan‐93 Apr‐92 Jul‐91 Oct‐90 Jan‐90 72 IKK: Masih di level yang relatif tinggi Indeks Kepercayaan Konsumen 110 100 91.6 Penurunan harga BBM Kenaikan BBM V 90 Kenaikan BBM I 80 70 73.3 Kenaikan BBM IV Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat Kenaikan BBM II 65.3 Kenaikan BBM III J-04 A-04 J-04 O-04 J-05 A-05 J-05 O-05 J-06 A-06 J-06 O-06 J-07 A-07 J-07 O-07 J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 60 IKK memberikan indikasi tentang tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian secara keseluruhan. ∂Ri Danareksa Research Institute - 34 - Persepsi masyarakat terhadap pemerintah masih baik Indeks Kepercayaan Konsumen Kepada Pemerintah 160 Mega-Hamzah SBY-JK SBY-BOED JW - JK 145 129.9 Penurunan harga BBM 130 119.7 Kenaikan BBM I 115 Penurunan harga BBM Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat 108.8 Kenaikan BBM II 100 Kenaikan BBM III Persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas2nya masih baik ∂Ri Danareksa Research Institute - 35 - M-15 N-14 J-14 M-14 N-13 J-13 M-13 Kenaikan BBM IV N-12 J-12 M-12 N-11 M-11 N-10 J-10 M-10 N-09 J-09 M-09 N-08 J-08 M-08 N-07 J-07 M-07 N-06 J-06 M-06 N-05 J-05 M-05 N-04 J-04 M-04 N-03 J-03 M-03 N-02 J-11 Isu Kenaikan BBM 85 Optimisme pebisnis masih tinggi Business Sentiment Index 180.0 165.0 150.0 135.0 120.0 105.0 BSI Present Situation Expectations Jan-15 Oct-14 Jul-14 Apr-14 Jan-14 Oct-13 Jul-13 Apr-13 Jan-13 Oct-12 Jul-12 Apr-12 Jan-12 Oct-11 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Oct-09 Jul-09 Apr-09 Jan-09 Oct-08 Jul-08 Apr-08 Jan-08 90.0 Pelaku bisnis di Indonesia masih optimis terhadap kondisi terkini dan prospek perekonomian kita. ∂Ri Danareksa Research Institute - 36 - BPI: Sistem Perbankan Masih Baik Banking Pressure Index - Indonesia 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 97 98 99 00 01 Component REER index - deviation from LT trend Stock prices growth (Inverted) Money multiplier growth LEI growth (Inverted) Export growth (Inverted) Interbank call money 1 day rate Banking Pressure Index ∂Ri Danareksa Research Institute 02 03 04 Jan-15 104.5 -13.6 6.1 0.7 7.3 5.8 0.19 05 06 Feb-15 103.2 -16.8 5.8 0.4 16.8 5.7 0.22 - 37 - 07 08 09 10 11 12 13 14 15 ¾Sistem perbankan berada dalam kondisi yang cukup kondusif seiring dengan kondisi perekonomian yang masih relatif baik. ¾Perbankan Indonesia masih mencatat kinerja yang baik. Kebijakan Pemerintah mengenai harga BBM ¾ Per 1 Januari 2015 pemerintah menetapkan 3 jenis BBM, yaitu: o BBM bersubsidi, terdiri dari minyak tanah yang harganya ditetapkan Rp 2500 per liter, serta minyak solar yang harganya sama dengan harga keekonomian dikurangi subsidi Rp 1000 per liter. o BBM penugasan khusus yang harganya sama dengan harga keekonomian ditambah dengan biaya distribusi 2% (tanpa subsidi) Æ jenis premium o BBM umum yang harganya sama dengan harga keekonomian ditambah dengan margin badan usaha Æ jenis pertamax. Dengan kebijakan tersebut, maka fluktuasi harga minyak dunia maupun kurs rupiah hanya berpengaruh pada besarnya subsidi minyak tanah. ¾ Dengan kebijakan tersebut maka pemerintah juga akan memiliki ruang fiskal yang lebih longgar (lihat tabel berikut), dimana penghematan subsidi dapat dialokasikan pada pengeluaran pemerintah yang lebih produktif. ¾ Namun perlu diingat bahwa dengan kebijakan tersebut, maka penurunan harga minyak dunia menyebabkan penerimaan pemerintah dari migas akan menurun. ¾ Dengan kebijakan tersebut maka tren laju inflasi jangka panjang diperkirakan juga akan menuju ke level yang lebih rendah. Pengalaman Thailand tampaknya bisa dijadikan sebagai salah satu contoh. ∂Ri Danareksa Research Institute - 38 - Pokok-Pokok APBN, Rp T ∂Ri Danareksa Research Institute - 39 - Tren Inflasi di Thailand: periode BBM bersubsidi vs non-subsidi Perkembangan Laju Inflasi di Thailand, %YoY 18.0 Aktual Tren: periode subsidi Tren: periode nonsubsidi 15.0 12.0 9.0 6.0 3.0 0.0 2013 2011 2009 2007 2005 2003 2001 1999 1997 1995 1993 1991 1989 1987 1985 1983 1981 1979 1977 ‐3.0 Pada periode harga BBM disubsidi, inflasi di Thailand cenderung volatile dan relatif tinggi. Pada periode harga BBM tidak disubsidi, inflasi lebih stabil dan relatif rendah. ∂Ri Danareksa Research Institute - 40 - Prediksi Beberapa Indikator Makroekonomi Utama, 2015 Basic Economic Indicators Indikator 2013 2014 2015F 1. Pertumbuhan ekonomi (PDB), % 5.78 5.02 5.34 2. Laju Inflasi, %YoY 7.72 8.36 3.50 3. Suku bunga BI rate, %pa 7.50 7.75 7.00 4. Kurs IDR/US$, rata2 setahun 10,563 11,885 11,752 ¾ Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan akan lebih baik: volume ekspor lebih tinggi, belanja pemerintah yang lebih produktif serta investasi yang makin meningkat (meskipun konsumsi cenderung melambat). ¾ Laju inflasi diperkirakan terjaga dan berpotensi turun ke sekitar 3% - 4%: karena tidak ada kebijakan pemerintah yang berpotensi menaikkan inflasi secara signifikan serta harga komoditas yang relatif stabil di pasar global. ¾ Dengan prospek inflasi yang cenderung menurun dan CAD yang makin terjaga maka jika BI masih konsisten menjaga real rate disekitar 1.5%, maka BI rate berpotensi turun ke sekitar 6.50% - 7.00% bahkan lebih rendah lagi. ¾ Secara fundamental rupiah berpotensi menguat seiring dengan perbaikan CAD serta perbaikan fundamental ekonomi Æ prospek membaiknya capital inflow (portfolio dan FDI) Æ ada QE di Eropa dan Jepang serta perbaikan ekonomi AS. ∂Ri Danareksa Research Institute - 41 - Kenaikan IHSG selama ini didukung oleh fundamental ekonomi yang baik Periode Resesi 126 5950 122 5250 118 114 Coincident Economic Index (sumbu kiri) 4550 IHSG (sumbu kanan) 3850 110 3150 ` 106 2450 102 1750 98 Sep-14 Jan-14 May-13 Sep-12 Jan-12 May-11 Sep-10 Jan-10 May-09 Sep-08 Jan-08 May-07 Sep-06 Jan-06 May-05 Sep-04 Jan-04 May-03 Sep-02 Jan-02 350 May-01 90 Sep-00 1050 Jan-00 94 Sepanjang perekonomian masih ekspansi, maka berinvestasi dipasar modal tetap menjanjikan.Tahun 2014 IHSG membukukan return sekitar 22% ∂Ri Danareksa Research Institute - 42 - Koalisi tidak ideal, untung semakin tidak solid ¾ Dominasi Koalisi Merah Putih di DPR yang cenderung berseberangan dengan pemerintah Æ kurang ideal Æ program strategis yang membutuhkan persetujuan DPR bisa terganggu, termasuk misalnya pembahasan APBNP 2015 dapat berjalan alot. Pasangan Capres 1. Jokowi ‐ JK 2. Prabowo ‐ HR Partai Pendukung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, PKPI Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, PBB, PD Jumlah Kursi di DPR 207 atau 37% 353 atau 63% ¾ Hubungan yang harmonis juga sgt diperlukan utk antisipasi siklus bisnis 7 – 10 tahunan (AS), siklus 7 tahunan (Indonesia). ¾ Komposisi kabinet (profesional vs politisi ok) dan sudah melalui screening KPK ¾ Agak khawatir dengan stance kebijakan ‘stability over growth’ (BI dan pemerintah) ¾ Untungnya koalisi tersebut belakangan ini cenderung semakin tidak solid, sehingga potensi mengganggunya mulai menurun. ∂Ri Danareksa Research Institute - 43 - Stabilitas belum di dapat Tahun 2011 2012 2013 2014 Triwulan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 PDB, %YoY 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03 5.76 5.63 5.72 5.20 5.12 5.01 Inflasi, % YoY 6.64 5.53 4.59 3.78 3.88 4.33 3.81 3.65 5.02 5.41 7.90 8.08 7.32 6.70 4.53 8.36 IDR/US$ 8709 8597 8823 9068 9180 9480 9588 9670 9719 9929 11613 12189 11404 11969 12212 12440 CV IDR 1.40 0.56 1.97 1.27 0.95 1.31 0.62 0.26 0.33 1.06 5.14 3.73 2.76 1.90 1.28 1.53 CAD, %PDB 1.49 0.13 0.34 ‐1.08 ‐1.47 ‐3.75 ‐2.37 ‐3.60 ‐2.71 ‐4.47 ‐3.89 ‐2.13 ‐2.05 ‐4.06 ‐3.07 Pertumbuhan ekonomi makin melambat, namun stabilitas masih susah didapat. ∂Ri Danareksa Research Institute - 44 - BI rate, %pa 6.75 6.75 6.75 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6.00 7.25 7.50 7.50 7.50 7.50 7.75 Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal C. Kesimpulan ∂Ri Danareksa Research Institute - 45 - Kesimpulan ¾ Perekonomian global masih dalam masa ekspansi yang terutama dimotori oleh Amerika Serikat. Hal ini akan berdampak positif pada perekonomian dalam negeri. ¾ Sepanjang tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cenderung lambat (5.0%), karena kebijakan moneter yang ketat dan fiskal yang kontraktif. Namun untuk tahun 2015 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih baik menjadi sekitar 5.3% - 5.4%. Kontribusi konsumsi akan sedikit menurun, namun kontribusi investasi dan ekspor akan meningkat. ¾ Inflasi cenderung stabil di sekitar 6.5% – 7.0%, dan menurun tajam di akhir tahun menjadi sekitar 3% - 4%. Harga komoditas global yang cenderung stabil serta distribusi dan pasokan kebutuhan pokok yang semakin baik menjadi faktor penentu stabilitas laju inflasi. ¾ Otoritas moneter diperkirakan masih mempertahankan kebijakan moneter yang cenderung ketat, namun karena inflasi dan CAD semakin terjaga maka peluang penurunan suku bunga BI rate masih terbuka lebar, paling tidak 50 bps menjadi 7.00%. ¾ Nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring dengan perbaikan current account deficit, masuknya modal asing dalam bentuk portfolio maupun FDI serta prospek makroekonomi yang lebih baik. Namun sentimen negatif CAD dan rencana normalisasi kebijakan the Fed berpotensi membuat rupiah masih volatile. ¾ Resiko: Perlambatan pemulihan ekonomi beberapa negara besar seperti China, Jepang dan Euro (termasuk ketidakpastian di Yunani), kemungkinan volatilitas harga komoditas. ∂Ri Danareksa Research Institute - 46 -