BAB I PENDAHULUAN Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.(1) Penyebab utama seseorang mengalami gagal ginjal terminal hingga membutuhkan pelayanan hemodialisis adalah akibat penyakit diabetes dan hipertensi. Jika penyakit diabetes dan hipertensi dikontrol dengan baik melalui pengobatan teratur maka gagal ginjal terminal akan dapat dicegah sedini mungkin atau bisa diperlambat. Gagal ginjal terminal dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering menyebabkan kematian. Pada diabetes, terjadi gangguan pengolahan glukosa darah oleh tubuh, yang menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal terminal disebut dengan nefropati diabetik.(2 ) Gagal ginjal terminal sering ditemukan, menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 prevalensinya sekitar 10-13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, di Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang.(3) Sama dengan diabetes insidennya meningkat yaitu 20 juta orang di Amerika Serikat dan menurut WHO tahun 2005 prevalensi Diabetes Melitus tipe2 mencapai 300 juta diseluruh dunia.(2) Diabetes sering berhubungan dengan gagal ginjal terminal, diperkirakan 45 % pasien yang menjalankan hemodialisis adalah pasien diabetes sebagai penyebab gagal ginjal terminal, dan pasien gagal ginjal terminal 15-23 % adalah pasien diabetes.(4.5) 1 Hubungan diabetes melitus dengan kelainan ginjal sudah lama diketahui. Kimmelstiel dan Wilson tahun 1936 pertama kali melaporkan glomerulosklerosis noduler yang khas untuk diabetes melitus.(6 ) Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di Amerika Serikat, Jepang dan Eropah. Menurut The United States Renal Data System (USRDS) tahun 2001 dari 82.692 pasien yang menjalani terapi hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan diabetes.(7) Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus menjalani terapi pengganti ginjal yaitu berupa dialisis (hemodialisis dan peritoneal dialisis) atau tranplantasi ginjal. Pasien diabetes yang menjalani hemodialisis merupakan kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan pasien hemodialisis yang nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal hemodialisis dan sering disertai penyakit mikro dan makrovaskular meningkatkan komplikasi dan kematian pada saat hemodialisis.(8) Penatalaksanaan pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis harus agresif, cepat dan multidisiplin dan sering melibatkan banyak ahli. Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, serebrovaskular, dan komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah angka kesakitan dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis. Tinjauan kepustakaan ini dibuat agar penatalaksanaan pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis lebih optimal sehingga angka kematian dapat diturunkan. 2 BAB II EPIDEMIOLOGI PASIEN DIABETES MELITUS YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL TERMINAL Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis merupakan kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan pasien hemodialisis yang nondiabetes.(8) Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di AS, Jepang dan Eropah. Menurut (USRDS) tahun 2001 dari The United States Renal Data System 82.692 pasien yang menjalani terapi hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan diabetes, seperti terlihat pada gambar1. Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis lebih tinggi angka kematian dari pasien nondiabetes, biasanya berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler .(7.9) Gambar 1. Insiden diabetes pada gagal ginjal terminal yang menjalankan hemodialisis dan tranplantasi ginjal.(7) 3 Prevalensi pasien diabetes yang menjalani hemodialisis meningkat diberbagai negara, seperti tampak pada tabel 1.(8) Tabel 1.Insiden pasien diabetes yang menjalankan terapi penganti.(8) Country Year New patients Diabetes Diabetes total (pmp) (% of total) (pmp) Australia (2000) 93,7 22 20,3 Catalunya (2000) 146 19,8 28,9 Denmark (2000) 67,5 15,8 28,8 Germany (2001) 73,3 36 26,4 Heidelberg (2001) 183 48,9 101 New Zealand (2000) 91,8 35 32,0 Poland (2000) 67,5 15,8 10,6 Turkey (2001) 89,7 25,3 22,7 Tahun 2001 The United States Renal Data System (USRDS) melaporkan 74,7% dari semua pasien gagal ginjal terminal yang diabetes diterapi dengan hemodialisis dan 7% dengan dialisis peritoneal , sementara 17,5% dengan tranplatasi ginjal. Terapi hemodialisis pasien diabetes sama dengan pasien nondiabetes.(7) Di Amerika dan Eropa nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal terminal dan dan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi diantara semua komplikasi diabetes melitus dan penyebab kematian tersering adalah karena komplikasi kardiovaskular, seperti terlihat pada tabel 2.(8) 4 Tabel 2. Komplikasi kardiovaskuler pasien diabetes yang menjalani hemodialisis.(6) Baseline Diabetic patients Non-diabetic patients P (n=116) (n=317) Ventrikuler hypertrophy 50% 38% 0,04 Ischemic heart disease 32% 18% 0,003 Cardiac failure 48% 24% 0,00001 Concentric left Follow up adjusted related risk (diabetic/non-diabetic) P Ischemic heart disease 3,2 0,0002 Overall mortality 2,3 0,0001 Cardiovascular mortality 2,6 0,0001 Kematian karena kelainan jantung pada pasien gagal ginjal terminal yang menderita diabetes lebih tinggi dari pasien nondiabetes seperti terlihat pada gambar 3.(10) Gambar 2. Kematian karena MCI pasien diabetes dan nondiabetes(10) 5 BAB III PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN GAGAL GINJAL TERMINAL Penatalaksanaan pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal dengan hemodialisis harus agresif, cepat dan multidisiplin dan melibatkan banyak ahli, sering ahli diabetes memerlukan kolaborasi dengan ahli lain seperti terlihat pada gambar 3.(7) Gambar 3. Kolaborasi ahli diabetes dengan ahli lain pada pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis.(7) Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, dan serebrovaskular, dan komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah angka kesakitan dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis. Untuk menurunkan angka kematian perlu penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal terminal seperti terlihat pada tabel 3.(7.9) 6 Tabel 3. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal Terminal.(7) Adequate blood-pressure control Adequate glycemic control Preserving cutaneous vein for vascular acces Correction of anemia Maintenance of calcium and phosphate balance Tekanan darah menentukan prognosis pasien yang menjalankan hemodialisis. Suatu penelitian Tomita dkk di Amerika Serikat tahun 2006 pada 195 orang pasien yang menjalankan hemodialisis, pasien dengan Tekanan darah <160 mmHg diantara hemodialisis mempunyai angka harapan hidup yang lebih tinggi dari pasien dengan tekanan darah >160 mmHg.(11) Lebih dari 40 % pasien yang menjalankan dialisis adalah pasien diabetes. Terapi penganti ginjal pada pasien diabetes dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis dan tranplantasi ginjal.(6) Masing-masing terapi penganti ginjal mempunyai keuntungan dan keuntungan dan kerugian, seperti terlihat pada tabel 4.(7) 7 Tabel 4. Terapi dialisis pada pasien diabetes.(7) Modality Hemodialysis CAPD Advantages Disadvantages Very efficient Risk for patients with No protein loss to cardiac disease Dialysate High incidence of Frequent medical hypotension Follow-up Prone to hypoglycemia Good cardiovascular Peritonitis Tolerance Protein loss to dialysate Good control of Increase intra abdominal Serum potassium pressure effects Good glucose Schedule not Control convenient for helper Pemilihan terapi pengganti ginjal pada pasien diabetes perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti pasien dengan kardiomiopati sebaiknya menggunakan CAPD karena sirkulasi darah ektra korporeal pada hemodialisis dapat mencetuskan dekompensasi jantung.(7) Tabel 5. Faktor yang menentukan pilihan terapi pengganti ginjal.(7) Age Level of education Severity of comorbid condition Social and family support Geographical location 8 Perbaikan fungsi ginjal pasien Peritoneal dialisis lebih lama dari pasien yang menjalankan hemodialisis seperti terlihat pada gambar 4.(10) Gambar 4. Perbaikan fungsi ginjal pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis dan peritoneal dialisis.(10) Beberapa penelitian yang mendapatkan bahwa penurunan fungsi ginjal pasien yang menjalankan hemodialisis lebih cepat dari pasien yang menjalankan peritoneal dialisis seperti terlihat pada tabel 6.(11) Tabel 6. Penelitian yang menilai fungsi ginjal pasien dengan hemodialisis dan peritoneal dialisis.(11) Study Type HD/PD patients(n) Difference in rate of decline Rottembourg Prospective 25/25 80% Lysaght Retrospective 57/58 50% Misra Retrospective 40/103 69% Lang Prospective 30/15 69% Jansen Prospective 279/243 24% 9 BAB IV KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA PASIEN DIABETES YANG MENJALANI HEMODIALISIS Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis merupakan kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan pasien hemodialisis yang nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal hemodialisis dan sering disertai penyakit mikro dan makrovaskular meningkatkan komplikasi dan kematian pada saat hemodialisis.(8.12.13) Tabel 7. Komplikasi hemodialisis pada pasien diabetes.(8) Intradialytic hypotension Hypertension High interdialytic weight gain Vascular acces-related complications Bone disease Diabetic retinopathy Malnutrition Hypoglycemia 4.1. HIPOTENSI Hipotensi saat hemodialisis terjadi 20% lebih besar pada pasien diabetes dibandingkan nondiabetes. Gambaran klinis biasanya ringan seperti lemah badan dan lemas paska hemodialisis. Hipotensi pada pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena dapat memicu penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung.(13) 10 Mekanisme utama hipotensi saat hemodialisis berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara cardiac output dan gangguan untuk meningkatkan peripheral vaskular resistance.(2.14) Disfungsi diastolik berhubungan dengan kardiomiopati diabetik akan menyebabkan menyebabkan penurunan penurunan pengisian kardiak ventrikel output dan kiri yang hipotensi saat hemodialisis pada pasien diabetes.(2.8.16.17) Dyalisate Na<140 mmol/L Bioincompatibility(IL-1) Warm dialysate Splanchnic vasodilation Acetate icons Peripheral vascular resistance Dialysis hypotension Hypoxemia Drugs Myocardiopathy Arrythmia ↓ cardiac output Hight ultrafiltration rate Low targeted dry weight ↓ LEC and Plasma volume Gambar 5. Patogenesis hipotensi saat hemodialisis.(2) Definisi hipotensi saat hemodialisis adalah bila tekanan darah sistolik < 90 mm Hg, bila tidak diterapi dapat menyebabkan hipotensi kronik dimana tekanan darah sistolik < 100 mmHg diantara hemodialisis.(18) 11 Tabel 8. Penyebab hipotensi saat hemodialisis.(2) 1. Etiologi yang paling sering ditemukan A. Penurunan volume darah Fluktuasi ultrafiltrasi rate Ultrafiltrasion rate tinggi untuk mengatasi berat badan berlebihan saat hemodialisis. Sasaran untuk mencapai berat badan kering terlalu rendah B. Kegagalan efek vasokontriksi Dialisat Larutan dialisat terlalu panas Makanan selama hemodialisis terlalu banyak protein hewani Iskemia jaringan dipercepat penurunan hematokrit Neuropati otonom Ketidaksanggupan untuk meningkatkan cardiac output disebabkan penurunan kontraktilitas miokard, seperti pada usia lanjut, hipertensi, aterosklerosis dan kalsifikasi miokard. 2. Etiologi yang jarang A. Kardiovaskuler Tamponade jantung Infark miokard Aritmia jantung B. Septisemia C. Reaksi terhadap dializer. Hemolisis Emboli udara 12 Kepustakaan lain menyatakan bahwa anemi dapat menyebabkan hipotensi saat hemodialisis karena menurunnya viskositas darah dan resistensi pembuluh darah perifer. Anemi dapat menyebabkan angina pektoris saat hemodialisis dan penurunan hematokrit pada pasien diabetes dapat memperburuk angina.(8 ) Suhu yang tinggi selama hemodialisis berhubungan dengan kehilangan panas yang disebabkan oleh vasokontriksi kutaneus sebagai respons atas hipovolemia pada awal hemodialisa, yang menyebabkan refleks vasodilatasi dari pembuluh darah kutaneus pada akhir hemodialisis dan dapat menyebabkan hipotensi.(2.8) Tabel 9. Strategi penatalaksanaan hipotensi saat hemodialisis pada pasien Diabetes.(2) Bicarbonate dialysate High-sodium (140-145 mmol/L) dialysate with linear sodium Slow rattte of ultrafiltration Sequential ultrafiltration (if grossly edematous) Prime dialysis circuit with hypertonic albumin Maintain hematocrit at or above 30 vol % with erythropoietin No antihypertensive medication on morning of dialysis Restrict meals immediately before or during hemodialysis Leg toning exetcise to improve venous return Decrease dielusate temperature (particularly near end of dialysis) Medications : α-agonists (e.g, midodrine, fludrocortisone) Suatu penelitian Prakash tahun 2004 pada 117 pasien yang diberi Midodrine 2,5-10 mg,15-30 menit sebelum hemodialisis, dapat mencegah hipotensi saat hemodialisis.(19) 13 4.2. HIPERTENSI Hipertensi lebih sering pada pasien diabetes dari pada pasien non diabetes yang menjalankan hemodialisis dan menyebabkan kematian karena penyakit kardiovaskular. Lima puluh persen pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis menggunakan obat anti hipertensi dibandingkan dengan 27,7% pasien non diabetes. Beberapa pasien terus menggunakan obat antihipertensi pada awal hemodialisis karena tekanan darahnya tetap tinggi selama menjalankan hemodialisis.(16) Definisi hipertensi saat hemodialisis adalah peningkatan tekanan sistolik > 15 mmHg selama dan segera setelah hemodialisis.(20) Peningkatan hipertensi selama hemodialisis pada beberapa pasien berhubungan dengan aktivasi sistim renin angiotensin karena penurunan volume intra vaskular yang disebabkan olen ultrafiltrasi.(17) Prevalensi hipertensi pada saat hemodialisis adalah 5-10 %, dan penyebab terjadinya hipertensi pada pasien yang menjalankan hemodialisis adalah(21) : 1. Aktivasi sistim syaraf simpatis. 2. Overload cairan. 3. Peningkatan viskositas darah 4. Aktivasi sistim renin angiotensin 5. Pergeseran elektrolit. Suatu penelitian Crit Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB) study di Chicago tahun 2006, dari 32.295 kali hemodialisis dari 442 pasien selama 6 disebabkan karena bulan didapatkan hipertensi saat hemodialisis (22): 1. Tingginya tekanan darah sebelum hemodialisis. 2. Peningkatan berat badan intradialisis 3. Tingginya serum kreatinin. 4. Tingginya albumin serum 14 Untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler karena hipertensi maka perlu penatalaksanaan terjadinya hipertensi saat hemodialisis sebagai berikut (23) : 1. Mencegah peningkatan berat badan diantara hemodialisis. 2. Menghambat aktivasi Sistim renin angiotensin dan menghambat aktivasi syaraf simpatis. 3. Hindari hemoglobin > 13 g/dl 4. Hindari tingginya natrium dialisat. 5. Peningkatan temperatur dialisat. Obat anti hipertensi yang dapat digunakan bila terjadi hipertensi saat hemodialisis adalah seperti terlihat pada tabel 10 berikut : Tabel.10. Obat antihipertensi yang digunakan saat hemodialisis(23) Drug class Extensively removed by dialysis Sympatholytics Methyldopa α, β antagonists Not extensively removed by dialysis Clonidine Prazosin, bisoprolol β-receptor antagonist Atenolol Propanolol,bisoprolol ACE inhibitor Catopril,lisinopril Fosinopril CCB None Amlodipin, diltiazem Vasodilator Minoxidil Hydralazine 15 4.3. HIPOGLIKEMIA Kebutuhan insulin setelah hemodialisis pemeliharaan bervariasi, dan penting untuk monitor gula darah. Banyak pasien diabetes dengan gagal ginjal terminal terjadi penurunan kebutuhan insulin.(6) Banyak pasien diabetes pada awal hemodialisis membutuhkan insulin, dan sebagian kontrol gula darah dengan sulfonilurea. Sejumlah glukosa akan bergeser dari darah ke kompartemen dialisat, diperkirakan 25-30 mg setiap kali prosedur hemodialisis.(2) Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes saat hemodialisis, hal ini disebabkan karena (24) : 1. Menurunnya katabolisme insulin. 2. Menurunnya asupan makanan 3. Resiko hipoglikemia meningkat pada pasien diabetes yang malnutrisi 4. Menggunakan β Bloker (mempengaruhi glikogenolisis). Pada mencegah pasien diabetes hipoglikemia saat yang menjalani hemodialisis, hemodialisis, cairan dialisat untuk harus dipertahankan mengandung 200 mg/dL glukosa (11 mmol/L).(24) Suatu penelitian di Yugoslavia tahun 2001 pada 20 orang pasien diabetes yang menjalani hemodialisis, pasien dibagi atas 2 kelompok yaitu kelompok yang menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi glukosa 5,5 mmol/L, dibandingkan dengan kelompok kedua yang menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi glukosa 11 mmol/L, setelah diikuti selama 14 minggu ternyata angka kejadian hipoglikemia lebih tinggi pada pasien yang menggunakan cairan dialisat yang rendah konsentrasi glukosanya.(25) 16 4.4. PENINGKATAN BERAT BADAN DIANTARA HEMODIALISIS Peningkatan berat badan terjadi 30-50% lebih sering pada pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis dari pasien non diabetes, dan peningkatan berat badan tidak ada hubungan dengan dengan kontrol gula darah, umur, lamanya menderita gagal ginjal terminal serta lamanya menderita diabetes. Pada beberapa pasien yang tidak membatasi garam dan air, berat badan dapat meningkatkan diantara hemodialisis.(8.26) Natrium meningkatkan intraselular rasa haus, yang tinggi pada merupakan salah pasien satu diabetes, mekanisme peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(8) Pengaturan diet dapat memperbaiki kontrol gula darah dapat menurunkan peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(19) Terdapat hubungan antara peningkatan berat badan diantara hemodialisis dengan peningkatan angka kematian pada pasien diabetes.(26) 4.5. AKSES VASKULER Akses vaskular penting pada hemodialisis dengan tujuan untuk menghubungkan sirkuit darah pasien dengan membran dializer. Akses vaskuler sering dan berat pada pasien diabetes, dan ahli bedah vaskuler diperlukan dalam penatalaksanaan hemodialisis pada pasien diabetes.(2) Pada tahun 1991 USRDS melaporkan bahwa diabetes sebagai salah satu faktor risiko untuk akses vaskular pasien yang menjalani hemodialisis. Pasien diabetes mengalami 0,42 kali rawatan per tahun karena komplikasi akses vaskuler dibandingkan dengan 0,35 kali rawatan per tahun pada pasien nondiabetes, akses vaskular yang sering terjadi pada pasien diabetes seperti terlihat pada tabel 11. (6) 17 Tabel 11. Komplikasi akses vaskular .(2) Stenosis anastomosis dan arterialized vena Clotting (sekunder atau tanpa stenosis) Infeksi (lokal atau sistemik) Aliran darah berlebihan Iskemia distal (steal syndrome, diperberat aterosklerosis) Aneurisma venosa dilatasi Perdarahan akibat ruptur aneurisma Edema lengan atau tungkai akibat stenosis vena sentralis Hematom lokal Sangat jarang (carpal tunnel syndrome, emboli arteri) Clotting pada akses vaskular biasanya sekunder dari stenosis akibat penebalan selaput intima, merupakan komplikasi paling sering yang menyebabkan kegagalan fistula AV. Komplikasi ini merupakan penyebab utama morbiditi dan peningkatan biaya rawatan.Bila ditemukan peningkatan tekanan vena diduga stenosis, dan tindakan Percutaneous Tansluminal Angioplasty (PTA) dini dapat mencegah clotting berulang pada fistula.(2) Infeksi pada akses vaskular sering berhubungan dengan mikroorganisme stapilokokus aureus dan stapilokokus epidermis, sepsis dan endokarditis akut merupakan komplikasi bila bila tidak mendapat terapi antibiotok yang rasional.(2) Kecepatan aliran darah berlebihan pada fistula AV merupakan resiko tinggi gagal jantung.(28) 18 4.6. MALNUTRITI Malnutrisi sering pada pasien diabetes yang menjalani hemodialisis. Penyebab malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani hemodialisis adalah: Buruknya kontrol gula darah menyebabkan glukoneogenesis. Gastroparesis menyebabkan mual dan muntah. Underdialisis berhubungan dengan sulitnya akses vaskuler atau penghentian hemodialisis karena hipotensi kronis. Prevalensi malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani hemodialisis adalah 30-54 %. Malnutrisi akan meningkatkan angka kematian.(2) Untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani hemodialisis diperlukan diet 25-30 kcal/kg/hari, dengan 50% kalori berasal dari karbohidrat kompleks, dan protein 1.2 g/kg/hari.(6) 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN 1. Pasien diabetes yang berkembang menjadi gagal ginjal terminal semakin meningkat,dan dikenal sebagai nefropati diabetik. 2. Pasien diabetes komplikasi yang menjalankan kardiovaskuler hemodialisis dan mempunyai serebrovaskuler yang meningkatkan angka kematian 3. Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis memerlukan konsultasi dengan ahli lain. 4. Terapi hemodialisis mempunyai perbaikan fungsi ginjal lebih cepat dibanding terapi peritoneal dialisis. 5. Perlunya penanganan komplikasi pasien diabetes saat diabetes yang hemodialisis untuk mencegah angka kematian. 5.2.SARAN Perlu penangan yang optimal pada pasien menjalankan hemodialisis untuk mencegah komplikasi saat hemodialisis yang dapat meningkatkan angka kematian. 20 DAFTAR PUSTAKA 1. Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi Diabetis Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Penerbit IPD FKUI.2006:1879-1881. 2. Enday Sukandar. Tinjauan Umum Nefropati diabetik. Nefrologi Klinik.2006;3:325-399. 3. Suhardjono. Penyakit Ginjal Kronik adalh suatu wabah baru(global epidemic) diseluruh dunia.Annual Meeting Perhimpunan nefrologi Indonesia.2009:1-9. 4. Coresh J, Astor BC, Greene T. Prevalence of chronic kidney disease and decreased kidney fungtion in the adult US population. Third National Health and Nutrition Examination survey. Am.JKidney Dis.2003;41:1-12. 5. Middleton RJ, Foley RN, Hegarty J. The unrecognized prevalence of chronic kidney disease in diabetes. Nephrol Dial Transplant.2006;21:88-92 6. Dikow R, Ritz E. Hemodialysis and CAPD in Type 1 and Type 2 Diabetic Patients with Endstage Renal Failure. The Kidney and Hypertension in Diabetes Mellitus.2005;6:703-723. 7. Woredekal Y, Friedman EA. The use of dialysis in the treatment of diabetic patients with end-stage renal disease. Management of Diabetic Nephropathy.2005:268-281 8. Miles AM, Friedman EA. Complication of Dialysis in Diabetic Patients. Complication of Dialysis.2000:697-704. 9. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care.2008;31:529-533. 10. Horinek A, Misra M. Does residual renal fungtion decline more rapidly in hemodyalisis than in peritonel dialysis.How good is the Evidence advance in peritoneal dialysis.2004;20:137-140. 21 11. Tomita J, Kimura G, Inenaga T. Role of systolic blood pressure in determining prognosis of hemodialyzed patient. American Journal of Kidney disease.2009;25:405-412. 12. Tzamaloukas AH, Leekey DJ, Friedman EA. Diabetes. Hand book of Dialysis.2007;4:490-507. 13. Mujais S, Ismail N. Complication during Hemodialysis. Clinical Nephrology dialysis and transplantation.2002:1-38. 14. Daugirdas JT. Pathophysiology of dialysis hypotension. Am.J.Kidney Dis.2001;4:11-17. 15. Sande FM, Koman JP, William VK.. Management of hypotension in dialysis patients; Role of dyalisate temperature control. Saudi J.Kidney Dis.2001;12:382-386. 16. Lewis JB. Diabetic Nephropathy. Clinical Nephrology dialysis and tranplantasion.2002:1-14 17. Ronco C. Cruz DN. Hemodialysis.From Basic Research to clinical Trials.2008 18. Dheenan C. Definition of Intradialytic Hypotension. Kidney Int.2001;59:1175-1181. 19. Prakash S. Midodrine for Intradialytic Hypotension. Nephrol Dial Tranplant.2004;19:2553-2558. 20. Fellnee S. Definition of Intradialytic Hypertension. Semin Dial. 2003 6:371-373. 21. Mees D. Cause and prevalence of Intradialytic Hypertension. Artif Organs.2006;19:569-570. 22. Inrig JK.Crit-Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB) study. Am J.Kidney Dis.2007;50:108-118. 23. Chen J.Dialyability of Antihypertension. Seminars in Dialysis.2006;19:141-145. 24. Antonios H, Tzamaloukas H, Friedman EA. Diabetes. Handbook of Dialysis.2007;3:453-465. 22 25. Ogrizovic S, Backus G, Mayer AF. The influence of different glucose concentrations in haemodialysis solution on metabolism and blood pressure stability in diabetic patients. Int.J. Artif Organ.2001;12:863-869. 26. Ifudu O, Uribarri J, Rajwani I. Relation between interdialytic weight gain, body weight and nutrition in hemodialysis patients. American Journal of Nephrology.2002;22:363-368. 27. Ploumis S. Dimitrios P, Oreopoulos G. Management of diabetic end stage renal disease with dialysis. The diabetic kidney.2007:453-467. 28. Dikow R, Ritz. Cardiovascular complications in the diabetic patients with renal disease. Nephrol Dial transplant.2003;18:1993-1998. 23