1 BAB I PENDAHULUAN Diabetes Melitus

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan
dengan
kerusakan
jangka
panjang,
disfungsi
atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung
dan pembuluh darah.(1)
Penyebab utama seseorang mengalami gagal ginjal terminal
hingga membutuhkan pelayanan hemodialisis adalah akibat penyakit
diabetes dan hipertensi. Jika penyakit diabetes dan hipertensi dikontrol
dengan baik melalui pengobatan teratur maka gagal ginjal terminal akan
dapat dicegah sedini mungkin atau bisa diperlambat. Gagal ginjal
terminal dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah yang sering menyebabkan kematian. Pada diabetes,
terjadi
gangguan
pengolahan
glukosa
darah
oleh
tubuh,
yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal terminal disebut dengan nefropati diabetik.(2 )
Gagal ginjal terminal sering ditemukan, menurut data dari The
United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 prevalensinya
sekitar 10-13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang,
di Indonesia
diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang.(3) Sama
dengan diabetes insidennya meningkat yaitu 20 juta orang di Amerika
Serikat dan menurut WHO tahun 2005 prevalensi Diabetes Melitus tipe2
mencapai 300 juta diseluruh dunia.(2) Diabetes sering berhubungan
dengan
gagal ginjal terminal, diperkirakan 45 %
pasien yang
menjalankan hemodialisis adalah pasien diabetes sebagai penyebab
gagal ginjal terminal, dan pasien gagal ginjal terminal 15-23 % adalah
pasien diabetes.(4.5)
1
Hubungan diabetes melitus dengan kelainan ginjal sudah lama
diketahui. Kimmelstiel dan Wilson tahun 1936 pertama kali melaporkan
glomerulosklerosis noduler yang khas untuk diabetes melitus.(6 )
Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di
Amerika Serikat, Jepang dan Eropah. Menurut The United States Renal
Data System (USRDS) tahun 2001 dari 82.692 pasien yang menjalani
terapi hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan
diabetes.(7)
Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus
menjalani terapi pengganti ginjal yaitu berupa dialisis (hemodialisis dan
peritoneal dialisis) atau tranplantasi ginjal. Pasien diabetes yang
menjalani hemodialisis merupakan kelompok besar pasien gagal ginjal
terminal di negara berkembang, yang meningkatkan angka kesakitan
dan
angka
kematian
dibandingkan
pasien
hemodialisis
yang
nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal hemodialisis dan sering disertai
penyakit mikro dan makrovaskular meningkatkan komplikasi dan
kematian pada saat hemodialisis.(8)
Penatalaksanaan pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis
harus agresif, cepat dan multidisiplin dan sering melibatkan banyak
ahli. Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, serebrovaskular, dan
komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah angka
kesakitan
dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis. Tinjauan kepustakaan ini dibuat agar penatalaksanaan
pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis lebih optimal sehingga
angka kematian dapat diturunkan.
2
BAB II
EPIDEMIOLOGI PASIEN DIABETES MELITUS
YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL TERMINAL
Pasien
diabetes
yang
menjalankan
hemodialisis
merupakan
kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan
pasien hemodialisis yang nondiabetes.(8)
Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di AS,
Jepang dan Eropah. Menurut
(USRDS) tahun
2001 dari
The United States Renal Data System
82.692
pasien
yang
menjalani terapi
hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan diabetes,
seperti terlihat pada gambar1. Pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis lebih tinggi angka kematian dari pasien nondiabetes,
biasanya
berhubungan
dengan
penyakit
kardiovaskuler
dan
serebrovaskuler .(7.9)
Gambar 1. Insiden diabetes pada gagal ginjal terminal yang
menjalankan hemodialisis dan tranplantasi ginjal.(7)
3
Prevalensi pasien diabetes yang menjalani hemodialisis meningkat
diberbagai negara, seperti tampak pada tabel 1.(8)
Tabel 1.Insiden pasien diabetes yang menjalankan terapi penganti.(8)
Country
Year
New patients
Diabetes
Diabetes
total (pmp)
(% of total)
(pmp)
Australia
(2000)
93,7
22
20,3
Catalunya
(2000)
146
19,8
28,9
Denmark
(2000)
67,5
15,8
28,8
Germany
(2001)
73,3
36
26,4
Heidelberg
(2001)
183
48,9
101
New Zealand
(2000)
91,8
35
32,0
Poland
(2000)
67,5
15,8
10,6
Turkey
(2001)
89,7
25,3
22,7
Tahun 2001 The United States Renal Data System (USRDS)
melaporkan 74,7% dari semua pasien gagal ginjal terminal yang diabetes
diterapi dengan hemodialisis dan 7% dengan dialisis peritoneal ,
sementara 17,5% dengan tranplatasi ginjal. Terapi hemodialisis pasien
diabetes sama dengan pasien nondiabetes.(7)
Di Amerika dan Eropa nefropati diabetik merupakan penyebab
utama gagal ginjal terminal dan dan merupakan salah satu penyebab
kematian tertinggi diantara semua komplikasi diabetes melitus dan
penyebab kematian tersering adalah karena komplikasi kardiovaskular,
seperti terlihat pada tabel 2.(8)
4
Tabel 2. Komplikasi kardiovaskuler pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis.(6)
Baseline
Diabetic patients
Non-diabetic patients
P
(n=116)
(n=317)
Ventrikuler hypertrophy
50%
38%
0,04
Ischemic heart disease
32%
18%
0,003
Cardiac failure
48%
24%
0,00001
Concentric left
Follow up
adjusted related risk (diabetic/non-diabetic)
P
Ischemic heart disease
3,2
0,0002
Overall mortality
2,3
0,0001
Cardiovascular mortality
2,6
0,0001
Kematian karena kelainan jantung pada pasien gagal ginjal
terminal yang menderita diabetes lebih tinggi dari pasien nondiabetes
seperti terlihat pada gambar 3.(10)
Gambar 2. Kematian karena MCI pasien diabetes dan nondiabetes(10)
5
BAB III
PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS
DENGAN GAGAL GINJAL TERMINAL
Penatalaksanaan pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal
terminal dengan hemodialisis harus agresif, cepat dan multidisiplin dan
melibatkan banyak ahli, sering ahli diabetes memerlukan kolaborasi
dengan ahli lain seperti terlihat pada gambar 3.(7)
Gambar 3. Kolaborasi ahli diabetes dengan ahli lain pada pasien
diabetes yang menjalankan hemodialisis.(7)
Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, dan serebrovaskular,
dan komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah
angka kesakitan dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis.
Untuk
menurunkan
angka
kematian
perlu
penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal terminal seperti
terlihat pada tabel 3.(7.9)
6
Tabel 3. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal
Terminal.(7)

Adequate blood-pressure control

Adequate glycemic control

Preserving cutaneous vein for vascular acces

Correction of anemia

Maintenance of calcium and phosphate balance
Tekanan darah menentukan prognosis pasien yang menjalankan
hemodialisis. Suatu penelitian Tomita dkk di Amerika Serikat tahun
2006 pada 195 orang pasien yang menjalankan hemodialisis, pasien
dengan Tekanan darah <160 mmHg diantara hemodialisis mempunyai
angka harapan hidup yang lebih tinggi dari pasien dengan tekanan
darah >160 mmHg.(11)
Lebih dari 40 % pasien yang menjalankan dialisis adalah pasien
diabetes. Terapi penganti ginjal pada pasien diabetes dapat berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis dan tranplantasi ginjal.(6)
Masing-masing terapi penganti ginjal mempunyai keuntungan dan
keuntungan dan kerugian, seperti terlihat pada tabel 4.(7)
7
Tabel 4. Terapi dialisis pada pasien diabetes.(7)
Modality
Hemodialysis
CAPD
Advantages
Disadvantages
Very efficient
Risk for patients with
No protein loss to
cardiac disease
Dialysate
High incidence of
Frequent medical
hypotension
Follow-up
Prone to hypoglycemia
Good cardiovascular
Peritonitis
Tolerance
Protein loss to dialysate
Good control of
Increase intra abdominal
Serum potassium
pressure effects
Good glucose
Schedule not
Control
convenient for helper
Pemilihan terapi pengganti ginjal pada pasien diabetes perlu
dipertimbangkan beberapa hal seperti pasien dengan kardiomiopati
sebaiknya menggunakan CAPD karena sirkulasi darah ektra korporeal
pada hemodialisis dapat mencetuskan dekompensasi jantung.(7)
Tabel 5. Faktor yang menentukan pilihan terapi pengganti ginjal.(7)

Age

Level of education

Severity of comorbid condition

Social and family support

Geographical location
8
Perbaikan fungsi ginjal pasien Peritoneal dialisis lebih lama dari
pasien yang menjalankan hemodialisis seperti terlihat pada gambar 4.(10)
Gambar 4. Perbaikan fungsi ginjal pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis dan peritoneal dialisis.(10)
Beberapa penelitian yang mendapatkan bahwa penurunan fungsi
ginjal pasien yang menjalankan hemodialisis lebih cepat dari pasien
yang menjalankan peritoneal dialisis seperti terlihat pada tabel 6.(11)
Tabel 6. Penelitian yang menilai fungsi ginjal pasien dengan
hemodialisis dan peritoneal dialisis.(11)
Study
Type
HD/PD patients(n)
Difference in
rate of decline

Rottembourg Prospective
25/25
80%

Lysaght
Retrospective
57/58
50%

Misra
Retrospective
40/103
69%

Lang
Prospective
30/15
69%

Jansen
Prospective
279/243
24%
9
BAB IV
KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA PASIEN DIABETES YANG
MENJALANI HEMODIALISIS
Pasien
diabetes
yang
menjalankan
hemodialisis
merupakan
kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan
pasien hemodialisis yang nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal
hemodialisis dan sering disertai penyakit mikro dan makrovaskular
meningkatkan komplikasi dan kematian pada saat hemodialisis.(8.12.13)
Tabel 7. Komplikasi hemodialisis pada pasien diabetes.(8)

Intradialytic hypotension

Hypertension

High interdialytic weight gain

Vascular acces-related complications

Bone disease

Diabetic retinopathy

Malnutrition

Hypoglycemia
4.1. HIPOTENSI
Hipotensi saat hemodialisis terjadi 20% lebih besar pada pasien
diabetes dibandingkan nondiabetes. Gambaran klinis biasanya ringan
seperti lemah badan dan lemas paska hemodialisis. Hipotensi pada
pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena dapat
memicu penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung.(13)
10
Mekanisme
utama
hipotensi
saat
hemodialisis
berhubungan
dengan ketidak-seimbangan antara cardiac output dan gangguan untuk
meningkatkan peripheral vaskular resistance.(2.14)
Disfungsi diastolik berhubungan dengan kardiomiopati diabetik
akan
menyebabkan
menyebabkan
penurunan
penurunan
pengisian
kardiak
ventrikel
output
dan
kiri
yang
hipotensi
saat
hemodialisis pada pasien diabetes.(2.8.16.17)
Dyalisate Na<140 mmol/L
Bioincompatibility(IL-1)
Warm dialysate
Splanchnic vasodilation
Acetate icons
Peripheral
vascular resistance
Dialysis
hypotension
Hypoxemia
Drugs Myocardiopathy
Arrythmia
↓ cardiac output
Hight ultrafiltration rate
Low targeted dry weight
↓ LEC and
Plasma volume
Gambar 5. Patogenesis hipotensi saat hemodialisis.(2)
Definisi hipotensi saat hemodialisis adalah bila tekanan darah
sistolik < 90 mm Hg, bila tidak diterapi dapat menyebabkan hipotensi
kronik
dimana
tekanan
darah
sistolik
<
100
mmHg
diantara
hemodialisis.(18)
11
Tabel 8. Penyebab hipotensi saat hemodialisis.(2)
1. Etiologi yang paling sering ditemukan
A. Penurunan volume darah

Fluktuasi ultrafiltrasi rate

Ultrafiltrasion rate tinggi untuk mengatasi berat badan
berlebihan saat hemodialisis.

Sasaran untuk mencapai berat badan kering terlalu rendah
B. Kegagalan efek vasokontriksi

Dialisat

Larutan dialisat terlalu panas

Makanan selama hemodialisis terlalu banyak protein hewani

Iskemia jaringan dipercepat penurunan hematokrit

Neuropati otonom

Ketidaksanggupan
untuk
meningkatkan
cardiac
output
disebabkan penurunan kontraktilitas miokard, seperti pada
usia
lanjut,
hipertensi,
aterosklerosis
dan
kalsifikasi
miokard.
2. Etiologi yang jarang
A. Kardiovaskuler

Tamponade jantung

Infark miokard

Aritmia jantung
B. Septisemia
C. Reaksi terhadap dializer.

Hemolisis

Emboli udara
12
Kepustakaan lain menyatakan bahwa anemi dapat menyebabkan
hipotensi saat hemodialisis karena menurunnya viskositas darah dan
resistensi pembuluh darah perifer. Anemi dapat menyebabkan angina
pektoris saat hemodialisis dan penurunan hematokrit pada pasien
diabetes dapat memperburuk angina.(8 )
Suhu yang tinggi selama hemodialisis berhubungan dengan
kehilangan panas yang disebabkan oleh vasokontriksi kutaneus sebagai
respons atas hipovolemia pada awal hemodialisa, yang menyebabkan
refleks
vasodilatasi
dari
pembuluh
darah
kutaneus
pada
akhir
hemodialisis dan dapat menyebabkan hipotensi.(2.8)
Tabel 9. Strategi penatalaksanaan hipotensi saat hemodialisis pada
pasien Diabetes.(2)

Bicarbonate dialysate

High-sodium (140-145 mmol/L) dialysate with linear sodium

Slow rattte of ultrafiltration

Sequential ultrafiltration (if grossly edematous)

Prime dialysis circuit with hypertonic albumin

Maintain hematocrit at or above 30 vol % with erythropoietin

No antihypertensive medication on morning of dialysis

Restrict meals immediately before or during hemodialysis

Leg toning exetcise to improve venous return

Decrease dielusate temperature (particularly near end of dialysis)

Medications : α-agonists (e.g, midodrine, fludrocortisone)
Suatu penelitian Prakash tahun 2004 pada 117 pasien yang diberi
Midodrine
2,5-10
mg,15-30
menit
sebelum
hemodialisis,
dapat
mencegah hipotensi saat hemodialisis.(19)
13
4.2. HIPERTENSI
Hipertensi lebih sering pada pasien diabetes dari pada pasien non
diabetes yang menjalankan hemodialisis dan menyebabkan kematian
karena penyakit kardiovaskular. Lima puluh persen pasien diabetes
yang menjalankan hemodialisis menggunakan obat anti hipertensi
dibandingkan dengan 27,7% pasien non diabetes. Beberapa pasien terus
menggunakan obat antihipertensi pada awal hemodialisis karena
tekanan darahnya tetap tinggi selama menjalankan hemodialisis.(16)
Definisi hipertensi saat hemodialisis adalah peningkatan tekanan
sistolik > 15 mmHg selama dan segera setelah hemodialisis.(20)
Peningkatan hipertensi selama hemodialisis pada beberapa pasien
berhubungan
dengan
aktivasi
sistim
renin
angiotensin
karena
penurunan volume intra vaskular yang disebabkan olen ultrafiltrasi.(17)
Prevalensi hipertensi pada saat hemodialisis adalah 5-10 %, dan
penyebab
terjadinya
hipertensi
pada
pasien
yang
menjalankan
hemodialisis adalah(21) :
1. Aktivasi sistim syaraf simpatis.
2. Overload cairan.
3. Peningkatan viskositas darah
4. Aktivasi sistim renin angiotensin
5. Pergeseran elektrolit.
Suatu penelitian Crit Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB)
study di Chicago tahun 2006, dari 32.295 kali hemodialisis dari 442
pasien
selama
6
disebabkan karena
bulan
didapatkan
hipertensi
saat
hemodialisis
(22):
1. Tingginya tekanan darah sebelum hemodialisis.
2. Peningkatan berat badan intradialisis
3. Tingginya serum kreatinin.
4. Tingginya albumin serum
14
Untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler karena hipertensi
maka perlu penatalaksanaan terjadinya hipertensi saat hemodialisis
sebagai berikut
(23)
:
1. Mencegah peningkatan berat badan diantara hemodialisis.
2. Menghambat
aktivasi
Sistim
renin
angiotensin
dan
menghambat aktivasi syaraf simpatis.
3. Hindari hemoglobin > 13 g/dl
4. Hindari tingginya natrium dialisat.
5. Peningkatan temperatur dialisat.
Obat anti hipertensi yang dapat digunakan bila terjadi hipertensi
saat hemodialisis adalah seperti terlihat pada tabel 10 berikut :
Tabel.10. Obat antihipertensi yang digunakan saat hemodialisis(23)
Drug class
Extensively removed
by dialysis
Sympatholytics
Methyldopa
α, β antagonists
Not extensively removed
by dialysis
Clonidine
Prazosin, bisoprolol
β-receptor antagonist
Atenolol
Propanolol,bisoprolol
ACE inhibitor
Catopril,lisinopril
Fosinopril
CCB
None
Amlodipin, diltiazem
Vasodilator
Minoxidil
Hydralazine
15
4.3. HIPOGLIKEMIA
Kebutuhan insulin setelah hemodialisis pemeliharaan bervariasi,
dan penting untuk monitor gula darah. Banyak pasien diabetes dengan
gagal ginjal terminal terjadi penurunan kebutuhan insulin.(6)
Banyak pasien diabetes pada awal hemodialisis
membutuhkan
insulin, dan sebagian kontrol gula darah dengan sulfonilurea. Sejumlah
glukosa akan bergeser dari darah ke kompartemen dialisat, diperkirakan
25-30 mg setiap kali prosedur hemodialisis.(2)
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes saat hemodialisis,
hal ini disebabkan karena
(24)
:
1. Menurunnya katabolisme insulin.
2. Menurunnya asupan makanan
3. Resiko
hipoglikemia
meningkat
pada
pasien
diabetes
yang
malnutrisi
4. Menggunakan β Bloker (mempengaruhi glikogenolisis).
Pada
mencegah
pasien
diabetes
hipoglikemia
saat
yang
menjalani
hemodialisis,
hemodialisis,
cairan
dialisat
untuk
harus
dipertahankan mengandung 200 mg/dL glukosa (11 mmol/L).(24)
Suatu penelitian di Yugoslavia tahun 2001 pada 20 orang pasien
diabetes yang menjalani hemodialisis, pasien dibagi atas 2 kelompok
yaitu kelompok yang menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi
glukosa 5,5 mmol/L, dibandingkan dengan kelompok kedua yang
menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi glukosa 11 mmol/L,
setelah diikuti selama 14 minggu ternyata angka kejadian hipoglikemia
lebih tinggi pada pasien yang menggunakan cairan dialisat yang rendah
konsentrasi glukosanya.(25)
16
4.4. PENINGKATAN BERAT BADAN DIANTARA HEMODIALISIS
Peningkatan berat badan terjadi 30-50% lebih sering pada pasien
diabetes yang menjalankan hemodialisis dari pasien non diabetes, dan
peningkatan berat badan tidak ada hubungan dengan dengan kontrol
gula darah, umur, lamanya menderita gagal ginjal terminal serta
lamanya
menderita
diabetes.
Pada
beberapa
pasien
yang
tidak
membatasi garam dan air, berat badan dapat meningkatkan diantara
hemodialisis.(8.26)
Natrium
meningkatkan
intraselular
rasa
haus,
yang
tinggi
pada
merupakan
salah
pasien
satu
diabetes,
mekanisme
peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(8)
Pengaturan diet dapat memperbaiki kontrol gula darah dapat
menurunkan peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(19)
Terdapat hubungan antara peningkatan berat badan diantara
hemodialisis
dengan
peningkatan
angka
kematian
pada
pasien
diabetes.(26)
4.5. AKSES VASKULER
Akses vaskular penting pada hemodialisis dengan tujuan untuk
menghubungkan sirkuit darah pasien dengan membran dializer. Akses
vaskuler sering dan berat pada pasien diabetes, dan ahli bedah vaskuler
diperlukan dalam penatalaksanaan hemodialisis pada pasien diabetes.(2)
Pada tahun 1991 USRDS melaporkan bahwa diabetes sebagai
salah satu faktor risiko untuk akses vaskular pasien yang menjalani
hemodialisis. Pasien diabetes mengalami 0,42 kali rawatan per tahun
karena komplikasi akses vaskuler dibandingkan dengan 0,35 kali
rawatan per tahun pada pasien nondiabetes, akses vaskular yang sering
terjadi pada pasien diabetes seperti terlihat pada tabel 11. (6)
17
Tabel 11. Komplikasi akses vaskular .(2)

Stenosis anastomosis dan arterialized vena

Clotting (sekunder atau tanpa stenosis)

Infeksi (lokal atau sistemik)

Aliran darah berlebihan

Iskemia distal (steal syndrome, diperberat aterosklerosis)

Aneurisma venosa dilatasi

Perdarahan akibat ruptur aneurisma

Edema lengan atau tungkai akibat stenosis vena sentralis


Hematom lokal
Sangat jarang (carpal tunnel syndrome, emboli arteri)
Clotting
pada akses vaskular biasanya sekunder dari stenosis
akibat penebalan selaput intima, merupakan komplikasi paling sering
yang menyebabkan kegagalan fistula AV. Komplikasi ini merupakan
penyebab
utama
morbiditi
dan
peningkatan
biaya
rawatan.Bila
ditemukan peningkatan tekanan vena diduga stenosis, dan tindakan
Percutaneous Tansluminal Angioplasty (PTA)
dini dapat mencegah
clotting berulang pada fistula.(2)
Infeksi
pada
akses
vaskular
sering
berhubungan
dengan
mikroorganisme stapilokokus aureus dan stapilokokus epidermis, sepsis
dan endokarditis akut merupakan komplikasi bila bila tidak mendapat
terapi antibiotok yang rasional.(2)
Kecepatan aliran darah berlebihan pada fistula AV merupakan
resiko tinggi gagal jantung.(28)
18
4.6. MALNUTRITI
Malnutrisi
sering
pada
pasien
diabetes
yang
menjalani
hemodialisis. Penyebab malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis adalah:

Buruknya kontrol gula darah menyebabkan glukoneogenesis.

Gastroparesis menyebabkan mual dan muntah.

Underdialisis berhubungan dengan sulitnya akses vaskuler atau
penghentian hemodialisis karena hipotensi kronis.
Prevalensi malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis adalah 30-54 %. Malnutrisi akan meningkatkan angka
kematian.(2)
Untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien diabetes yang
menjalani hemodialisis diperlukan diet 25-30 kcal/kg/hari, dengan 50%
kalori berasal dari karbohidrat kompleks, dan protein 1.2 g/kg/hari.(6)
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Pasien diabetes yang berkembang menjadi gagal ginjal terminal
semakin meningkat,dan dikenal sebagai nefropati diabetik.
2. Pasien
diabetes
komplikasi
yang
menjalankan
kardiovaskuler
hemodialisis
dan
mempunyai
serebrovaskuler
yang
meningkatkan angka kematian
3. Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis memerlukan
konsultasi dengan ahli lain.
4. Terapi hemodialisis mempunyai perbaikan fungsi ginjal lebih cepat
dibanding terapi peritoneal dialisis.
5. Perlunya
penanganan
komplikasi
pasien
diabetes
saat
diabetes
yang
hemodialisis untuk mencegah angka kematian.
5.2.SARAN
Perlu
penangan
yang
optimal
pada
pasien
menjalankan hemodialisis untuk mencegah komplikasi saat hemodialisis
yang dapat meningkatkan angka kematian.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi Diabetis Melitus. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Penerbit IPD FKUI.2006:1879-1881.
2.
Enday Sukandar.
Tinjauan Umum Nefropati diabetik. Nefrologi
Klinik.2006;3:325-399.
3.
Suhardjono. Penyakit Ginjal Kronik adalh suatu wabah baru(global
epidemic) diseluruh dunia.Annual Meeting Perhimpunan nefrologi
Indonesia.2009:1-9.
4.
Coresh J, Astor BC, Greene T. Prevalence of chronic kidney disease
and decreased kidney fungtion in the adult US population. Third
National Health and Nutrition Examination survey. Am.JKidney
Dis.2003;41:1-12.
5.
Middleton RJ, Foley RN, Hegarty J. The unrecognized prevalence of
chronic
kidney
disease
in
diabetes.
Nephrol
Dial
Transplant.2006;21:88-92
6.
Dikow R, Ritz E. Hemodialysis and CAPD in Type 1 and Type 2
Diabetic Patients with Endstage Renal Failure. The Kidney and
Hypertension in Diabetes Mellitus.2005;6:703-723.
7.
Woredekal Y, Friedman EA. The use of dialysis in the treatment of
diabetic patients with end-stage renal disease. Management of
Diabetic Nephropathy.2005:268-281
8.
Miles AM, Friedman EA. Complication of Dialysis in Diabetic
Patients. Complication of Dialysis.2000:697-704.
9.
American Diabetes Association. Standards of Medical Care in
Diabetes. Diabetes Care.2008;31:529-533.
10. Horinek A, Misra M. Does residual renal fungtion decline more
rapidly in hemodyalisis than in peritonel dialysis.How good is the
Evidence advance in peritoneal dialysis.2004;20:137-140.
21
11. Tomita J, Kimura G, Inenaga T. Role of systolic blood pressure in
determining prognosis of hemodialyzed patient. American Journal of
Kidney disease.2009;25:405-412.
12. Tzamaloukas AH, Leekey DJ, Friedman EA. Diabetes. Hand book of
Dialysis.2007;4:490-507.
13. Mujais S, Ismail N. Complication during Hemodialysis. Clinical
Nephrology dialysis and transplantation.2002:1-38.
14. Daugirdas JT. Pathophysiology of dialysis hypotension. Am.J.Kidney
Dis.2001;4:11-17.
15. Sande FM, Koman JP, William VK.. Management of hypotension in
dialysis patients; Role of dyalisate temperature control. Saudi
J.Kidney Dis.2001;12:382-386.
16. Lewis JB. Diabetic Nephropathy. Clinical Nephrology dialysis and
tranplantasion.2002:1-14
17. Ronco C. Cruz DN. Hemodialysis.From Basic Research to clinical
Trials.2008
18. Dheenan
C.
Definition
of
Intradialytic
Hypotension.
Kidney
Int.2001;59:1175-1181.
19. Prakash S. Midodrine for Intradialytic Hypotension. Nephrol Dial
Tranplant.2004;19:2553-2558.
20. Fellnee S. Definition of Intradialytic Hypertension. Semin Dial. 2003
6:371-373.
21. Mees D. Cause and prevalence of Intradialytic Hypertension. Artif
Organs.2006;19:569-570.
22. Inrig JK.Crit-Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB) study.
Am J.Kidney Dis.2007;50:108-118.
23. Chen
J.Dialyability
of
Antihypertension.
Seminars
in
Dialysis.2006;19:141-145.
24. Antonios H, Tzamaloukas H, Friedman EA. Diabetes. Handbook of
Dialysis.2007;3:453-465.
22
25. Ogrizovic S, Backus G, Mayer AF. The influence of different glucose
concentrations in haemodialysis solution on metabolism and blood
pressure
stability
in
diabetic
patients.
Int.J.
Artif
Organ.2001;12:863-869.
26. Ifudu O, Uribarri J, Rajwani I. Relation between interdialytic weight
gain, body weight and nutrition in hemodialysis patients. American
Journal of Nephrology.2002;22:363-368.
27. Ploumis S. Dimitrios P, Oreopoulos G. Management of diabetic end
stage renal disease with dialysis. The diabetic kidney.2007:453-467.
28. Dikow R, Ritz. Cardiovascular complications in the diabetic patients
with renal disease. Nephrol Dial transplant.2003;18:1993-1998.
23
Download