Strategi Pemasaran dan Pengembangan Usaha

advertisement
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan Strategi Pemasaran
Dalam mencapai suatu tujuan, perusahaan selalu menggunakan konsep
pemasaran, karena dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen,
terutama kepuasan pelanggan.
1. Konsep Pemasaran
Pemahaman
konsep
pemasaran
mendukung
manajemen
perusahaan untuk mengadaptasi setiap perubahan pasar dan pesaing
melalui perencanaan strategi.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001),
tercapainya tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara
lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Kotler dan Susanto (1999) mengatakan bahwa ada 5 (lima) konsep
yang mendasari cara organisasi melakukan pemasaran, yaitu :
a. Konsep berwawasan produksi : konsumen akan memilih produk yang
mudah didapat dan murah harganya. Manajer organisasi yang
berwawasan produksi memusatkan perhatiannya untuk mencapai
efisiensi produksi tinggi dan cakupan distribusi yang luas.
b. Konsep berwawasan produk : konsumen akan memilih produk yang
menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya.
Manajer dalam organisasi berwawasan produk memusatkan perhatian
untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya.
c. Konsep berwawasan menjual : konsumen dibiarkan dan konsumen
tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah cukup. Organisasi
ini harus melakukan usaha penjualan dan promosi agresif.
d. Konsep berwawasan pemasaran : kunci untuk mencapai tujuan
organisasi
terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran, serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih
efektif dan efisien daripada saingannya.
6
e. Konsep
berwawasan
pemasaran
bermasyarakat.
Konsep
ini
menghindari konflik yang mungkin terjadi antara keinginan konsumen,
kepentingan konsumen dan kesejahteraan sosial jangka panjang.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran
merupakan sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahan.
2. Pemasaran
Menurut Michael Etzel, dkk dalam Saladin (2004) menyatakan
bahwa Marketing is total system of business designed to plan, price,
promote and distribute want satiffying product to target markets to
achieve organizational objective. Pemasaran adalah suatu sistem total dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk mendistribusikan barang-barang
yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai sasaran, serta tujuan
organisasi.
Pemasaran menurut Kotler dan Susanto (1999), merupakan proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Sama halnya dengan
Rangkuti (2005), mengatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses
kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik,
ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut
adalah
masing-masing
individu
maupun
kelompok
mendapatkan
kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
McLeod Jr and Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri
dari kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan
mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan
yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan
harga barang, jasa dan gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut
Kotler dan Amstrong (2001) adalah proses menganalisis peluang
7
pemasaran, menyeleksi pasar sasaran, mengembangkan bauran pemasaran
dan mengatur usaha pemasaran.
Jadi, tugas pemasaran yang penting
adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan untuk mengadopsi
produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan biaya unit dan
membantun sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para pesaing
masuk ke pasar (Boyd, Walker dan Larreche, 2000).
Dari semua pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
dituju
untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan,
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
3. Strategi Pemasaran
Untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan keunggulan
bersaing setiap perusahaan menggunakan strategi yang tepat. Menurut
Hamel dan Prahalad yang dikutip oleh Rangkuti (2005) mengatakan
bahwa strategi merupakan tindakan inkremental (senantiasa meningkat)
dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian
perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi,
bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis
yang dilakukan.
Menurut David (2006), strategi adalah cara untuk mencapai tujuantujuan
jangka panjang.
Strategi bisnis berupa perluasan geografis,
diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi
karyawan, divestasi, likuidasi dan join venture. Penetrasi pasar merupakan
suatu strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan meningkatkan
penjualan produk yang ada saat ini kepada segmen pasar yang sekarang,
dengan tanpa mengubah produk (Kotler dan Amstrong, 2001).
8
Tujuan akhir dari strategi penetrasi pasar adalah untuk menguasai
dan mempertahankan pangsa terdepan dari pasar total untuk produk baru
(Boyd, et al, 2000). Hal ini dapat diartikan bahwa strategi adalah bakal
tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya
perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. 2 (dua) peubah yang
sangat penting untuk pelaksanaan strategi adalah segmentasi pasar dan
pemosisian produk. Kedua hal tersebut merupakan kontribusi penting bagi
manajemen strategis dalam pemasaran (David, 2004). Positioning adalah
citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Kunci dari
positioning adalah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa
(Sumarwan, 2004). Hal lainnya, bargaining power pelanggan meningkat
sedemikian rupa, sehingga industri atau dunia usaha harus melayaninya,
kalau tidak mau tersingkir dari kancah persaingan yang semakin dahsyat
(Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1999).
Menurut Rangkuti (2005), segmentasi pasar merupakan tindakan
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli/konsumen secara
terpisah. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen
pasar yang akan dimasuki, sedangkan positioning merupakan penetapan
posisi pasar, yang bertujuan untuk membangun dan mengkomunikasikan
keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.
Menetapkan pasar sasaran adalah proses mengevaluasi daya tarik dari
masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk
dimasuki (Kotler dan Amstrong, 2001).
Menurut Buttle (2004), segmen pasar adalah proses memilah-milah
pasar menjadi sub-sub kelompok bersifat kurang lebih homogen yang
memungkinkan diberi proposisi nilai yang berbeda dan pada akhir proses
tersebut, perusahaan dapat menentukan segmen-segmen mana yang ingin
dilayaninya. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), segmen pasar adalah
suatu kelompok konsumen yang memberikan respon dengan cara yang
sama terhadap serangkaian usaha-usaha pemasaran tertentu.
Pendekatan umum
yang dilakukan oleh produsen dalam
mengidentifikasi segmen utama suatu pasar terdiri dari 3 (tiga) langkah,
9
yaitu tahap survei adalah melakukan wawancara terhadap kelompok
pengamatan untuk mendapatkan pemahaman atas motivasi, sikap dan
perilaku konsumen; Tahap analisis dengan analisis faktor dan analisis
kelompok untuk menghasilkan segmen yang berbeda; Tahap pembentukan
bertujuan membentuk kelompok berdasarkan perbedaan sikap, perilaku
demografis, psikografis dan pola media (Kotler dan Susanto, 1999).
Peubah dalam melakukan segmentasi pasar konsumen, terdiri atas
segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku, sedangkan
variabel dalam melakukan segmentasi pasar bisnis adalah demografis,
operasional, pendekatan pembelian, situasi dan karakteristik pribadi
(Purnama, 2002).
Segmentasi yang efektif dapat diukur, besar, dapat
diakses, dapat dibedakan dan dapat diambil tindakan.
Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal penting yang
dilakukan oleh perusahaan adalah menerapkan konsep segmentation,
targeting dan positioning (STP), yaitu memilih pasar sasaran yang akan
dilayani sesuai dengan kemampuannya untuk itu, para pemasar wajib
memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen
agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Dalam hal ini para
pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi, sehingga pasar dapat merancang strategi pemasaran
dengan lebih baik.
B. Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal
Umumnya, setiap unit bisnis akan mengamati kondisi lingkungannya,
baik lingkungan makro (demografis, ekonomi, teknologi/politik/hukum dan
sosial/budaya) maupun lingkungan mikro (pelanggan, pesaing, saluran
distribusi, pemasok), terutama dalam lingkungan pemasaran yang secara terus
menerus memunculkan kesempatan dan ancaman baru, dengan tujuan untuk
memonitor dan beradaptasi secara terus menerus terhadap perubahan
lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternalnya.
Tujuan
dilakukan
analisis
lingkungan
menurut
Purnomo
dan
Zulkieflimansyah (1999) adalah menilai lingkungan organisasi yang berada di
10
dalam (internal) atau di luar (eksternal) suatu organisasi/perusahaan yang
mempengaruhi kemajuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Lingkungan eksternal adalah segala kekuatan yang berada di
luar organisasi/perusahaan, yang mana pengaruh perusahaan tidak ada sama
sekali. Namun sebaliknya, lingkungan eksternal sangat berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan dalam suatu industri. Lingkungan eksternal tersebut terdiri
dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Lingkungan umum
merupakan suatu lingkungan eksternal suatu organisasi yang ruang lingkupnya
luas. Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan umum ini antara lain
faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik dan hukum, serta faktor teknologi.
Lingkungan internal suatu organisasi/perusahaan merupakan hasil
analisa dari nilai atau identifikasi segala faktor yang mempengaruhi kinerja
organisasi. Suatu organisasi/perusahaan merupakan kumpulan dari berbagai
macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang dapat digunakan untuk
membentuk posisi pasar tertentu. Analisis lingkungan mencakup analisis
sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang dimiliki yang mampu
memanfaatkan peluang dengan cara efektif dan secara bersama mampu
mengatasi ancaman.
1. Faktor Internal
Faktor internal dikelompokkan menjadi faktor yang memberikan
kekuatan dan yang memberikan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan
internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa
dilakukan dengan sangat baik atau buruk (David, 2004).
Jauch dan
Glueck (1999) mendefinisikan analisis internal sebagai proses, dimana
perencanaan strategi mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan,
penelitian dan pengembangan (litbang), produksi dan operasi, sumber daya
dan karyawan perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk
menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Kekuatan menurut Pearce dan Robinson (1997) adalah sumber daya,
keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing
dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin ditangani oleh perusahaan.
11
Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan sumber daya,
keterampilan dan kemampuan yang menghalangi kinerja efektif suatu
perusahaan.
2. Faktor Eksternal
Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang
dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan
tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum,
pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau
merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar di
luar kendali suatu organisasi (David, 2004). Jauch dan Glueck (1999)
mendefinisikan analisis eksternal sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
perencanaan strategik untuk memantau sektor lingkungan dalam
menentukan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Lingkungan
perusahaan terdiri dari lingkungan umum, lingkungan industri dan
lingkungan internasional. Lingkungan umum terdiri dari sosio-ekonomi,
teknologi dan pemerintah, sedangkan lingkungan industri terdiri dari
konsumen, pemasok dan pesaing.
Sementara itu, peluang dalam pemasaran merupakan suatu
kebutuhan dimana perusahaan dapat bergerak dengan memperoleh laba
Sedangkan ancaman merupakan tantangan akibat kecenderungan yang
tidak menguntungkan atau perkembangan yang akan mengurangi
penjualan dan laba bila tidak dilakukan gerakan defensif (Pearce dan
Robinson, 1997). Peluang dapat dicatat dan dipilah menurut daya tariknya
dan kemungkinan berhasilnya. Kemungkinan perusahaan akan sukses,
apabila kekuatan bisnisnya tidak hanya sesuai dengan kebutuhan sukses
utama dalam pasar sasaran, namun juga unggul dari pesaingnya.
Selain itu, ancaman harus dibagi menurut keseriusan dan
kemungkinan terjadinya. Dengan menggambarkan ancaman dan peluang
utama yang dihadapi unit bisnis tertentu, maka dapat dijabarkan daya tarik
keseluruhannya. Ada 4 (empat) kemungkinan, bisnis ideal adalah peluang
utamanya besar dan ancaman utamanya kecil, maka bisnis spekulatif
adalah yang peluang utama maupun ancaman utamanya besar, bisnis
12
matang adalah yang peluang utama maupun ancaman utamanya kecil,
serta bisnis sulit adalah yang peluangnya kecil dan ancamannya besar
(Kotler dan Susanto, 1999).
C. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi produknya. 4 (empat) komponen yang menyusun bauran
pemasaran pada perusahaan adalah :
1. Produk (Product)
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai kepada konsumen yang perlu diperhatikan
dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu
saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut
“the offer” (Lovelock, 2002). 5 (lima) tingkat produk dimulai dari yang
paling dasar menurut Kotler (2002) adalah :
a. Manfaat inti (core benefit), yaitu jasa atau manfaat dasar yang
sesungguhnya dibeli oleh konsumen.
b. Produk dasar (basic product), yaitu penerjemahan manfaat inti ke
dalam bentuk produk.
c. Produk yang diharapkan (expected produk), yaitu suatu sel atribut dan
kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika
membeli suatu produk.
d. Produk yang ditingkatkan (augmented product), yaitu produk yang
ditawarkan melebihi harapan pelanggan.
e. Produk
potensial
(potential
product),
yaitu
cakupan
semua
peningkatan dan transformasi yang kahirnya akan dialami suatu
produk di masa mendatang.
13
2
Harga (Price)
Harga merupakan komponen dalam bauran pemasaran jasa yang
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Harga merupakan jumlah
uang yang harus dibayar konsumen untuk produk dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen. Tujuan ditetapkan harga adalah untuk
menetapkan upah dasar pekerja, keuntungan yang ingin dicapai dan status
keberadaan produsen (Kotler, 2002).
Tujuan ditetapkan harga adalah
untuk menetapkan upah dasar pekerja, keuntungan yang ingin dicapai dan
status keberadaan produsen (Evans dan Berman, 1995).
3. Tempat (Place)
Lovelock (2002) Mendefinisikan tempat sebagai cara penyampaian jasa
(delivery system) kepada konsumen dan dimana lokasi strategik. Ada 3
(tiga) pihak sebagai kunci keberhasilan yang perlu dilibatkan dalam
penyampaian jasa, yaitu penyedia jasa, perantara dan konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan segala usaha produsen untuk membujuk konsumen
agar membeli produk yang ditawarkannya (Lovelock, 2002). 5 (lima) alat
utama dalam bauran promosi adalah :
a. Iklan, merupakan semua bentuk penyajian non-personal, promosi ideide, promosi produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu
yang dibayar.
Tujuan periklanan untuk mempengaruhi perasaan,
pemahaman, kepercayaan, sikap dan kesan konsumen terhadap produk
atau jasa yang ditawarkan oleh produsen.
b. Promosi
penjualan
merupakan
intesif
jangka
panjang
untuk
merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dengan
alat promosi seperti hadiah, kemasan khusus, atau contoh produk.
Tujuan promosi penjualan untuk mendorong pembelian dalam jumlah
lebih besar, membangun awareness bagi calon konsumen dan
membangun loyalitas konsumen.
c. Hubungan masyarakat dan publisitas merupakan suatu stimulasi non
personal terhadap permintaan suatu produk atau jasa dengan
menyediakan
berita-berita
komersial
yang
penting
mengenai
14
kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarkan di
radio, televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh sponsor.
d. Personal selling merupakan kegiatan yang melibatkan secara langsung
interaksi personal antara tenaga penjual dengan konsumen potensial.
Interaksi dalam komunikasi antara tenaga penjual dengan konsumen
potensial akan memudahkan tenaga penjual untuk menyesuaikan
presentasi penjualannya terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen.
e. Direct marketing merupakan kegiatan promosi yang menggunakan
surat, telepon, faksimili dan alat penghubung non personal lainnya
untuk berkomunikasi secara langsung dengan pembeli, sehingga dapat
memperoleh tanggapan langsung dari pembeli tersebut.
D. Matriks SWOT
Analisis matriks Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats
(SWOT) merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan
secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Rangkuti (2005)
menyatakan analisis SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor yang
secara sistematis untuk merumuskan strategi yang didasarkan pada logika
untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada dan
secara bersamaan mampu meminimalkan kelemahan dan ancaman yang
timbul yag berasal dari intern dan ekstern perusahaan.
Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk
membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari 3
(tiga) tahap, yaitu (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi
input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap
pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan
faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap
untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi
alternatif yang ada untuk diimplementasikan.
Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan dengan
menggunakan matriks SWOT dapat menggambarkan dengan jelas peluang
dan ancaman dari luar yang dihadapi untuk dapat disesuaikan dengan
15
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan
4 (empat) set alternatif strategik, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO
dan strategi WT.
E. Kelayakan usaha
Analisis
keuangan
mencakup
analisis
rasio
keuangan,
analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang keuangan akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio
keuangan juga dapat dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan
tersebut layak atau tidak, dalam kajian ini yang digunakan adalah dengan
melihat kriteria-kriteria investasi, yaitu Pay Back Period (PBP), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan
Internal Rate of Return (IRR).
1. PBP
PBP merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar,
1997). PBP juga merupakan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai
sekarang. Jika nilai perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar
atau sama dengan 1 (satu), maka proyek tersebut dapat dijalankan.
2. Net B/C
Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang
positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini
menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan
biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek
layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak
untuk dilaksanakan (Gittenger dalam Latifah, 2009).
3. BEP
BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang
harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas, jika
jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama
dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak
menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan
16
produk tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan
tidak dapat memberikan laba (Sutojo dalam Latifah, 2009).
4. NPV
NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur
investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu
sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu.
Kriteria NPV (Gittenger dalam Latifah, 2009) sebagai berikut :
a. NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan
b. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi
(manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian
subyektif pengambilan keputusan)
c. NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan
5. IRR
Persentase keuntungan yang diperolah atau investasi bersih dari
suatu proyek, atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan
bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol disebut IRR. Jika
nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto, maka proyek layak untuk
dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto,
maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray dalam Latifah,
2009).
Download