UJI EFEK ANTIOBESITAS DARI SUSU KEDELAI (Glicine max Mirril) PADA TIKUS (Rattus norvegicus) Iman Rismawati, Usmar, Ermina Pakki, dan Kus Haryono Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRACT Telah dilakukan penelitian efek susu kedelai (Glicine max Mirril) terhadap bobot badan badan tikus (Rattus norvegiccus) jantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan bobot badan dari susu kedelai. Sebanyak 15 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, kelompok I diberi larutan koloidal natruim CMC 1% b/v sebagai kontrol negatif, kelompok II, III, dan IV masing-masing diberi susu kedelai dosis 360 mg/kg BB, 540 mg/kg BB, dan 720 mg/kg BB serta kelompok V diberi suspensi orlistat sebagai kontrol positif. Masing-masing sampel diberikan pada tikus setiap hari secara oral dengan takaran 5 ml/200 g BB dan setengah jam kemudian tikus diberikan diet lemak tinggi selama 18 jam, dilanjutkan dengan penimbangan bobot badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Perlakuan dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Analisis statistik menunjukkan bahwa dispersi susu kedelai dengan konsentrasi 360 mg/kg BB, 540 mg/kg BB, dan 720 mg/kg BB mempunyai efek penurunan bobot badan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. Kata kunci : antiobesitas, susu kedelai, bobot badan, tikus PENDAHULUAN sikan dengan penurunan jumlah makanan yang dimakan dan berat badan hewan serta penurunan keinginan makan dan lama makan sejumlah yang diberikan (4). Salah satu tumbuhan yang diduga berkhasiat untuk menurunkan berat badan adalah kedelai (Glicine max Mirril) yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk sediaan susu yang disebut susu kedelai. Kebanyakan masyarakat mengenal kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe saja. Padahal, banyak jenis makanan berbasis kedelai yang tidak kalah menariknya (5). Menurut penelitian susu kedelai kaya akan nilai gizi yang terkandung di dalamya, selain sebagai pengganti susu sapi, bahkan jauh lebih kaya akan gizi dibandingkan susu sapi. Adapun beberapa zat yang yang terdapat di dalam susu kedelai antara lain protein, lemak nabati, karbo-hidrat, serat/fiber, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin E, mineral, polisakarida, HDL (kolesterol baik), kalsium serta isoflavon. Salah satu fungsi isoflavon bagi tubuh adalah mencegah obesitas (5). Dalam mengkonsumsi susu kedelai, masyarakat menggunakan takaran yang berbedabeda. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang khasiatnya terhadap penurunan obesitas dan jumlah dosis yang harus dikonsumsi. Dengan demikian permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah jumlah takaran susu kedelai tersebut berpengaruh terhadap laju penurunan bobot badan bila dikonsumsi secara teratur. Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat efek susu kedelai terhadap bobot badan Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung dari usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas fisik, keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau menyusui). Proporsi makanan sehat berimbang terdiri atas 50 – 60 % karbohidrat, 20 % lemak dan 15 – 20 % protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari (1). Obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh yang disebabkan oleh asupan jumlah makanan yang lebih besar daripada yang dapat digunakan oleh tubuh untuk energi. Makanan yang berlebihan, baik lemak, karbohidrat, atau protein, kemudian disimpan sebagai lemak dalam jaringan adiposa untuk digunakan kemudian sebagai energi (2). Penanganan keadaan obesitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pembatasan kalori yang dimakan (diet), latihan fisik, atau kombinasi latihan fisik dan diet, serta penggunaan obat-obatan, baik obat kimiawi sintetik seperti derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin), penghambat ambilan serotonin selektif (selective serotonin reuptake inhibitor = SSRI) seperti fluoksetin, dan sibutramin, maupun obat tradisional (3). Obat-obat tersebut dapat bersifat sebagai penekan nafsu makan, diaforetika, diuretika pencahar, dan hormon. Pengujian obat yang mempunyai aktivitas sebagai antiobesitas pada hewan percobaan dapat dilakukan terhadap adanya penekanan nafsu makan (anoreksia) yang termanifesta107 108 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 107 – 110 tikus (Rattus norvegicus) dengan hipotesis bahwa susu kedelai dapat menurunkan bobot badan dengan pemberian berbagai variasi takaran pada setiap kali dikonsumsi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan takaran susu kedelai yang menimbulkan efek optimum dalam menurunkan bobot badan, sehingga dapat menambah khasanah dan data ilmiah susu kedelai yang dapat digunakan sebagai dasar pemanfaatan dan pengembangan obat tradisional dalam menunjang pelayanan kesehatan. METODE PENELITIAN Penyiapan Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah kandang hewan, labu tentukur 10 ml, dan 100 ml, lemari pendingin, spoit dan jarum oral, timbangan analitik (Dragon 303), timbangan hewan (Denver), lumpang dan alu. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain air suling, susu kedelai, pakan diet lemak tinggi, natrium CMC 1%, kapsul Orlistat (Xenical®), dan tikus sebagai hewan uji. Pengambilan Bahan Penelitian Bahan penelitian berupa susu kedelai diperoleh dari salah satu toko swalayan yang ada di kota Makassar. Pembuatan Bahan Penelitian Pembuatan Larutan Koloidal Natrium CMC 1% Serbuk natrium CMC sebanyak 500 mg dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam air panas (70˚C) sambil diaduk dengan menggunakan pengaduk elektrik hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur ml dan dicukupkan volumenya hingga 50 ml. Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) yang sehat dengan bobot badan lebih dari 100 g dan bobot badannya tidak mengalami penurunan lebih dari 5% selama masa adaptasi. Sebanyak 15 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara acak berdasarkan bobot badan. Setiap kelompok terdiri dari tiga ekor, kelompok I sebagai kelompok kontrol negatif, kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan, dan kelompok V sebagai kelompok kontrol positif. Masing-masing kelompok diberi perlakuan secara oral dan sebelum perlakuan, terlebih dahulu ditimbang bobot badan awal setiap tikus dan dipuasakan selama 18 jam. Perlakuan Terhadap Hewan Uji Tikus jantan yang telah terseleksi, dikelompokkan secara acak. Tiap kelompok terdiri dari tiga ekor. Kelompok kontrol negatif diberi suspensi larutan koloidal Natrium CMC 1% b/v, kelompok uji diberi susu kedelai, serta kelompok kontrol positif yang diberi larutan orlistat 432 mg. Tikus ditempatkan pada kandang individu, tiap kandang terdiri dari satu ekor. Setiap hari (30 menit sebelum pemberian makanan), semua hewan coba diberikan secara oral Natrium CMC 1% b/v sebagai kelompok kontrol, sediaan uji yakni susu kedelai sebagai kelompok perlakuan, dan larutan orlistat 432 mg sebagai kelompok pembanding selama tujuh hari berturut-turut. Tikus diberi makanan setiap hari (pakan berupa diet lemak tinggi dalam bentuk pelet selama 5 jam kemudian dilakukan penimbangan sisa makanan yang telah dikonsumsi. Setiap hari dilakukan penimbangan jumlah makanan dan bobot badan setiap hewan coba pada jam yang sama. Data jumlah makanan yang dikonsumsi dan penurunan bobot badan ini dirata-ratakan, ditabulasi, dan dievaluasi. Pembuatan Bahan Pembanding HASIL DAN PEMBAHASAN Kapsul orlistat 120 mg sebanyak 10 kapsul ditimbang, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap kapsul. Kapsul orlistat kemudian digerus dalam lumpang lalu ditimbang yang setara dengan 242,5 mg orlistat, selanjutnya disuspensikan dengan natrium CMC 1% b/v di dalam lumpang hingga homogen. Hasilnya dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan volume dicukupkan dengan natrium CMC 1% b/v hingga 100 ml. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variasi dosis susu kedelai terhadap perubahan bobot badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh tikus. Variasi dosis yang diberikan adalah 360 mg/100 g BB, 540 mg/100 g BB, dan 720 mg/100 g BB. Hasil tersebut dibandingkan dengan pemberian kontrol negatif larutan koloidal Na CMC 1% b/v dan kontrol positif orlistat. Penelitian ini dilakukan dengan menimbang bobot tikus dan bobot makanan yang dikonsumsi selama 18 jam perlakuan dan dilakukan selama 7 hari berturutturut. Orlistat digunakan sebagai kontrol positif dengan maksud untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang potensi efek penurunan bobot badan yang ditimbulkan oleh susu kedelai atau menilai daya antiobesitas bahan uji yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan. Pembuatan Pakan Diet Lemak Tinggi Pakan diet lemak tinggi dibuat dengan cara mencampur kolesterol 1 g, kuning telur 5 g, lemak hewan 10 g, dan minyak kelapa 1 g dengan pakan normal sampai 100 g. Pakan diet dibuat segar setiap hari. Iman Rismawati, dkk, Uji Efek Antiobesitas Dari Susu Kedelai (Glicine max Mirril) Pada Tikus (Rattus norvegicus) 109 Tabel 1. Persentase perubahan bobot badan tikus setelah pemberian susu kedelai (Glicine max Mirril) dengan kontrol dan pembanding No. Perlakuan Bobot badan rata-rata (g) Jumlah Tikus Awal Setelah 7 hari Perubahan bobot badan (%) 1 Natrium CMC 1% b/v 3 225,0 241,6 (+) 16,6 2 Susu kedelai 360 mg 3 226,6 196,6 (-) 30 3 Susu kedelai 540 mg 3 223,3 191,6 (-) 31,7 4 Susu kedelai 720 mg 3 226,6 198,3 (-)28,3 5 Suspensi Orlistat 3 218,3 181,6 (-)36,7 Keterangan : (-) terjadi penurunan, (+) terjadi peningkatan Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan persentase penurunan bobot badan setelah pemberian susu kedelai dgn takaran 360 mg/100 g BB, 540 mg/100 g BB, dan 720 mg/100 g BB. Kemampuan susu kedelai pada semua konsentrasi adalah sama dalam menurunkan bobot badan, walaupun jumlah makanan yang dikonsumsi menunjukkan penurunan yang berbeda. Penurunan bobot makanan yang dikonsumsi seharusnya disertai dengan penurunan bobot badan, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak demikian. Hal ini dapat diakibatkan oleh faktor teknis misalnya pengaruh urin dan feses tikus yang ikut dalam makanan mengggangu perilaku makan tikus. Analisis statistik terhadap penurunan bobot makanan yang dikonsumsi memperlihatkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal tersebut berarti penurunan bobot badan yang terjadi pada tikus yang diberi susu kedelai dengan dosis 360 mg/ 100 g BB, 540 mg/100 g BB, dan 720 mg/100 g BB bukan karena penurunan nafsu makan. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil penelitian ini, di antaranya karena pemberian pakan diet berkalori tinggi yang mengadung kolesterol, kuning telur, dan lemak kambing. Penurunan bobot badan yang diharapkan tidak terjadi dengan menurunnya makanan yang dikonsumsi karena tingginya kalori di dalam diet tersebut, meskipun jumlah makanan yang dikonsumsi berkurang dari biasanya. Penurunan bobot badan harus dicoba pula dengan menggunakan diet dengan pakan normal untuk mengetahui penurunan nafsu makan selama selang waktu perlakuan (selama 7 hari). Kandungan senyawa kimia dari tumbuhan kedelai yang diduga berefek menurunkan bobot badan berasal dari golongan flavonoid yakni senyawa isoflavon, polisakarida yang mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial (setelah makan), serta kandungan serat/fiber yang berperan dalam sistim pencernaan dalam tubuh. Mekanisme kerja dari obat-obat antiobesitas menghambat lipase lambung dan usus atau lipoprotein lipase, Menurunkan nafsu makan dengan meningkatkan neurotransmisi serotonin, norepinefrin, dan dopamin melalui perangsangan saraf pada hipotalamus ventromedial dan hipotalamus lateral, atau dengan meningkatkan tingkat penggunaan energi (energy expenditure). KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara statistika, maka disimpulkan bahwa : 1. Susu kedelai pada takaran 360 mg/100 g BB, 540 mg/100 g BB, dan 720 mg/100 g BB dapat menurunkan berat badan tikus. 2. Susu kedelai pada dosis 720 mg/100 g kurang menurunkan nafsu makan pada tikus. Saran 1. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menemukan metode yang lebih efektif untuk mengetahui lebih pasti efek senyawa suatu tumbuhan sebagai antiobesitas melalui mekanisme anoreksia. 2. Penelitian dilakukan dengan pemberian pakan normal untuk membandingkan perbedaan efek antara pakan normal dan pakan padat kalori. 110 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 107 – 110 DAFTAR PUSTAKA 1. Zhao, H.L., Sim, J.S., Shim, S.H., Ha, Y.W., Kang, S.S. and Kim, Y.S. 2005. Antiobese and hypolipidemic effects of platycodin saponins in dietinduced obese rats: evidences for lipase inhibition and calorie intake restriction. Nature [serial on the internet]. 2005 April 19; [dikutip 25 Februari 2010]; 29: [about 7 screens]. Avalaible from: www.nature.com/ijo 2. Miina, O. 2001. The Search for Genes Predisposing to Obesity. Academic Dissertation. Department of Molecular Medicine, National Public Health Institute,and Department of Medical Genetics, University of Helsinki, Finland. pp. 11 3. Davey, P. 2005. Medicine At a Glance. Erlangga Medical Series. Jakarta. hal. 54 – 55 4. Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia, dan Pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat Alam Phyto Medika. Jakarta. hal. 54 – 55. 5. Ayuningtias, A. 2009. Isoflavon dalam kedelai memberi banyak manfaat bagi tubuh. Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjajaran. hal 5 6. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia. ed. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal. 401. 7. Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U. 1989. Penggunaan hewan–hewan percobaan di laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara, Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal. 65 – 66. 8. Tan, H.T. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta. hal. 467 – 469. 9. Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed.17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 232 10. Dewi, I.R. 2004. Uji Ekstrak Metanol Daun Kemuning (Murayya paniculata [L.] JACK) terhadap Bobot Badan Mencit (Mus musculus). Skripsi. Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Makassar. hal. 33 11. Wirakusumah, E.S. 1997. Cara aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal.3-16 12. DiPiro, J.T., Talbert, R,L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M.L. 2005. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach. 6th ed. McGraw-Hill Medical. United States of America. 2005. hal. 1665 – 1675. Available as PDF file. 13. Nielsen, S. and Jensen, N.S. 1997. Obesity and cardiovascular disease: is body structure a factor? Curr Opin Lipidol. 8: 200-4. 14. Cahyadi, W. 2006. Kedelai : Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. hal. 5-7, 12, 26 15. Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai : Menjadi Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. hal. 75 – 76.