ANALISA LOGAM BERAT PB PADA KERANG DARAH

advertisement
ANALISA LOGAM BERAT PB PADA KERANG DARAH ( Anadara granosa ) DI
DAERAH PROBOLINGGO MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM ( SSA )
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada
Akademi analis Farmasi dan makanan Putra Indoesia Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program D-III
Bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH:
MOHAMAD YUSRON
NIM 08.015
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
ABSTRAK
Yusron, Mohamad. 2011. Analisa Logam Berat PB Pada Kerang Di ( Anadara granosa ) Di
Daerah Probolinggo Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putera Indonesia Malang. Pembimbing Erna
Susanti, S. Si. Apt
Kata kunci : Logam Berat Pb, Kerang Darah ( Anadara granosa ), Spektrofotometri Serapan
Atom ( SSA )
Makanan merupakan bahan yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang dikonsumsi
oleh mahkluk hidup untuk memberikan energy dan nutrisi. Untuk bisa memberikan manfaat
yang diharapkan bagi tubuh, makanan butuh kandungan zat gizi dan tidak ada bahan-bahan
berbahaya seperti kontaminasi logam berat. Bahan makanan yang mungkin perlu diwaspadai
adalah konsumsi makanan-makanan yang berasal dari laut salah satunya adalah kerang darah.
Tingginya cemaran logam berat di laut akibat pencemaran lingkungan dapat menyebabkan
cemaran pada biota laut salah satunya adalah kerang darah. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb
adalah sering menyebabkan keracunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
cemaran logam timbal (Pb) dalam kerang darah segar yang terdapat dibeberapa tempat
pelelangan ikan.
Spektrometri serapan atom (SSA) adalah prosedur spectroanalytical untuk penentuan
kualitatif dan kuantitatif unsur-unsur kimia menggunakan penyerapan radiasi optik (cahaya) oleh
atom-atom bebas dalam bentuk gas. Dalam kimia analitis teknik ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi elemen tertentu (analit) dalam sampel yang akan dianalisis.
Dari hasil analisa didapatkan bahwa rata-rata Kadar logam berat pb dalam kerang darah masih
dibawah standar yaitu <0,0010 ppm.
Kadar logam berat pb dalam kerang darah jika dibandingkan dengan standart mutu hasil pertanian dan
standart FDA masih dibawah ambang batas, sehingga masih dikatakan aman.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan masyarakat tetap waspada terhadap konsumsi
kerang darah, karena walaupun kandungan logam berat pb-nya masih di ambang batas, tetapi akumulasi
logam berat dapat berdampak pada kesehatan.
i
AGUSTUS 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisa Logam Berat
PB Pada Kerang Di ( Anadara granosa ) Di Daerah Probolinggo Menggunakan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
program Diploma III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.
Sehubungan dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Sentot Joko Raharjo, S.Si selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan
Makanan Putra Indonesia Malang.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ibu Erna Susanti, S.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Ibu Ambarwati STP selaku Dosen penguji I pada ujian UAP
Yudi Purnomo. S.Si. Apt ,. M.Kes Dosen penguji II pada ujian UAP
Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua staff
Kedua orang tua yang memberikan do’a dan motivasi.
Temen-temen mahasiswa, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan,
serta arahan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
1.5 Asumsi Penelitian........................................................................... 3
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah ..................................... 4
1.7 Definisi istilah ................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Logam Berat ................................................................ 5
2.2 Pencemaran Logam Berat ............................................................... 6
2.3 Timbal ( Pb ) .................................................................................. 8
2.4 Dampak Timbal ( Pb ) ................................................................... 9
2.5 Persyaratan Mutu Kerang Darah ..................................................... 11
2.6 Metode AAS .................................................................................. 12
2.6.1 Prinsip dan Cara Kerja .................................................................. 13
2.6.2 Intrumentasi………………………………………………………16
iii
2.6.3 Metode Analisis Kuantitatif ......................................................... 17
2.6.4 Keunggulan AAS ........................................................................ 19
2.6.5 Gangguan Pada AAS ................................................................... 20
2.7 Hipotesis ........................................................................................ 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 22
3.1.1 Tahap Persiapan ........................................................... …………22
3.1.2 Tahap Pelaksanaan…….. ........................................... …………22
3.1.3 Tahap Penyelesaian .................................................... …………22
3.2 Definisi Operasional Variabel .......................................... …………23
3.2.1 Tabel Definisi Operasional Variabel............................................ 23
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 24
3.4 Waktu Dan Lokasi Penelitgian ....................................................... 24
3.5 Instrument Penelitian ..................................................................... 24
3.5.1 Alat ............................................................................................. 24
3.5.2 Bahan Yang Digunakan ............................................................. 25
3.6 Pengumpulan Data ......................................................................... 26
3.6.1. Tahap Persiapan ......................................................................... 26
3.6.1.1 Persiapan Sampel Untuk Identifikasi Pb ................................... 26
3.6.1.2 Persiapan Sampel Untuk Analisa Pb Dengan AAS ................... 26
3.6.1.3 Penetapan Kadar Logam Berat Pb Dengan Metode AAS .......... 26
3.6.2 Tahap Akhir ................................................................................ 28
3.7 Analisa data .................................................................................. .28
iv
3.7.1 Dihitung Kadar Pb ...................................................................... 28
3.7.2 Dihiting SD ................................................................................. 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Kerang Darah ............................... 31
4.2 Hasil Analisis Kadar Logam Berat Pb Dengan Metode AAS ........... 31
BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Kerang Darah Dikota Probolinggo ................................................... 33
5.2 Penanganan Kerang Darah ............................................................ 33
5.1.1 Penghilangan Lumpur ................................................................. 33
5.1.2 Pencucian Cangkang ................................................................... 33
BAB VI. Kesimpulan Dan Saran
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 35
4.2 Saran ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75
LAMPIRAN .............................................................................................. 77
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan bahan yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
dikonsumsi oleh mahkluk hidup untuk memberikan energy dan nutrisi.Pada
umumnya makanan mempunyai kandungan air,protein,lemak,, dan lainlain.Kandungan yang terdapat dalam makanan mempunyai fungsi dan efek
tersendiri bagi tubuh.Kandungan-kandungan tersebut memiliki fungsi tersendiri
dalam tubuh.Untuk bisa memberikan manfaat yang diharapkan bagi tubuh,
makanan butuh kandungan zat gizi dan tidak ada bahan-bahan berbahaya seperti
kontaminasi logam berat.Salah satu logam berat yang mengkontaminasi makanan
adalah timbale (Pb).
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi
kesehatan, karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan
makanan atau udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya.
Timbal atau dalam kesehariannya lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb.
Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel
periodik unsur kimia.Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di badan
perairan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi, baik secara alamiah maupun
sebagai dampak aktivitas manusia. Secara alamiah Pb masuk ke perairan melalui
pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan, juga proses korosifikasi batuan
mineral akibat hempasan gelombang dan angin. Sebagai dampak aktivitas
2
manusia, Pb masuk ke perairan melalui limbah industri dan pertambangan. Badan
perairan yang telah tercemar senyawa atau ion Pb sehingga konsentrasinya
melebihi konsentrasi yang semestinya dapat mengakibatkan kematian bagi biota
perairan (Palar, 1994).Logam berat Pb bersumber dari buangan asap cerobong
atau emisi dari industri yang menggunakan bahan bakar minyak dan asap
kendaraan bermotor. Selama proses pembakaran sebagian dari bahan bakar yang
mudah menguap dalam hal ini adalah Pb, mengumpul dalam partikel abu sebagai
asap. Konsentrasi logam Pb akan naik secara nyata diikuti dengan penurunan
ukuran partikel yang terbuang dalam atmosfir. Semakin tinggi suhu dalam boiler
maka semakin semakin banyak logam yang dibebaskan. Di perairan konsentrasi
Pb tidak stabil karena sifat perairan yang dinamis, tergantung lingkungan dan
iklim.
Probolinggo merupakan salah satu kota dijawa timur yang sebagian besar
wilayahnya merupakan pesisir pantai, dan merupakan daerah penghasil kerang
darah dijawa timur.Masyarakat
sekitar
didaerah pesisir
pantai banyak
memanfaatkan keadaan ini dengan menangkap kerang darah sebagai penghasilan
atau dikonsumsi sendiri.Dengan banyaknya prabrik-pabrik atau kendaraan yang
beroperasi , dimungkinkan terjadinya polusi yang mencemari daerah pesisir pantai
kota probolinggo yang dapat mencemari kerang darah.Sementara masyarakat yang
mengkonsumsi kerang darah semakin banyak.
Digunakan metode AAS karena dengan pertimbangan sensitifitasnya tinggi
dengan kadar yang kecil pada kerang darah.Berdasarkan fenomena tersebut perlu
dilakukan penelitian mengenai keamanan pangan Kerang darah yang beredar
didaerah kota Probolinggo, ditinjau dari kandungan cemaran logaam timbale (Pb).
3
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui berapakah kadar cemaran logam berat Pb yang terdapat pada
kerang darah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan cemaran logam Timbal (Pb) dalam Kerang
Darah segar yang terdapat dibeberapa tempam pelelangan ikan.
2. Sebagai informasi kepada masyarakat sebagai konsumen untuk tetap
memperhatikan kualitas kerang terutama kerang darah.
3. Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
informasi bagi masyarakat tentang Kerang Darah segar, yaitu:
1.4.1 Memberikan informasi tentang mutu Kerang Darah segar ditinjau dari
cemaran logam Timbal (Pb).
1.5 Asumsi Penelitian
1.5.1 Timbal ( Pb ) dapat menyebabkan menyebabkan kanker.
1.5.2 Kandungan Timbal( Pb ) dalam kerang dapat mempengaruhi mutu dari
kerang darah.
4
1.6 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini adalah Pengujian kualitas kerang
darah berdasarkan kandungan cemaran Logam berat Pb.
Sampel yang digunakan didapat dari dua tempat pelelangan dan
sampel yang digunakan hanya satu macam yaitu Kerang Darah.
1.7 Definisi Istilah
Persamaan persepsi dan pengertian perlu ditegaskan agar nantinya tidak
ditemukan penafsiran berbeda antara peneliti dengan pembaca, maka dari itu
perlu diberikan pengertian yang jelas bagi istilah-istilah tertentu.

Timbal ( Pb ) adalah senyawa logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman serta mudah dimurnikan.

Spektrofotometri serapan atom suatu metode analisa kuantitatif yang
digunakan untuk menetapkan kadar Timbal ( Pb ) pada kerang darah.

Kerang darah merupakan anggota filum moluska kelas pelecypoda.
Hewan ini mempunyai dua lapisan kulit keras ( cangkang ) yang
melindungi tubuh halusnya, sehingga disebut bivalvia ( Smith 1959 )
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pegertian Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari
5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium
(Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang
tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam
enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal,
dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi
melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis
atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam
berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut
merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni),
dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997;
Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
1.Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
6
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut.
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi
dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi
karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang
dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar
potensial dalam skala waktu tertentu.
2.2 Pencemaran Logam Berat
Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang
erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia.Pencemaran
logam berat dapat terjadi pada daerah atau lingkungan yang bermacam-macam
dan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu udara,tanah,dan air.Pencemaran
udara oleh logam berat sangat eraat hubungannya dengan sifat-sifat logam itu
sendiri, biasanya terjadi pada proses industry pengguna suhu tinggi yang banyak
mengeluarkan limbah pencemaran, terutama pada logam-logam yang relative
mudah menguap dan larut dalam air seperti arsin (As), cadmium (Cd ), timbale
(Pb ), dan merkuri (Hg ).Sedangkan pencemaran tanah atau air erat hubungannya
dengan penggunaan logam itu sendiri, biasanya terjadi karena pembuangan
limbah dari industry yang bersangkutan secara tidak terkontrol.
Logam berat di perairan baik sungai maupun laut akan mengalami 3 proses
yaitu pengendapan, adsorbsi (ikatan) dan absorbsi (penyerapan) oleh organismeorganisme perairan. Kebanyakan logam berat memiliki daya larut tinggi sehingga
membahayakan kehidupan organisme perairan. Daya larut tersebut bisa bertambah
7
tinggi atau rendah tergantung kondisi perairan. Logam berat juga dapat
dipindahkan dari badan air melalui adsorbsi. Partikel bahan tertentu dan bahan
organik dapat mengadsobrsi logam berat yang terkandung dalam perairan. Logam
berat dapat pula dipindahkan dari badan air melalui proses absorbsi oleh
organisme air secara langsung maupun tidak langsung (Supriharyono,2002).
Seperti yang dinyatakan Dahuri, dkk. (2004) pencemaran perairan akan
mempengaruhi kegiatan perikanan karena secara langsung maupun tidak langsung
mengurangi jumlah populasi, kerusakan habitat dan lingkungan perairan sebagai
media hidupnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan
diantaranya adalah menurunnya kandungan oksigen dalam perairan sebagai
pembatas habitat ikan terutama ikan dasar dekat pantai, eutrofikasi perairan
menyebabkan pertumbuhan algae tidak terkendali seperti peristiwa red tides yang
menimbulkan keracunan pada ikan.Menurut Kunaefi dan Ariesyady (2006),
kegiatan industri pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik
lainnya telah meningkatkan kandungan logam di perairan laut. Logam yang
terdistribusi di perairan laut akan mempengaruhi kandungan logam terakumulasi
diantara segenap organisme yang hidup di sana. Kebanyakan logam bersifat
racun, korosif serta bersifat bioakumulatif. Walaupun logam yang dikonsumsi
berada dalam jumlah yang sangat kecil dan jauh di bawah baku mutu, bukan
berarti substansi ini tidak memberikan efek negatif bagi suatu organisme,
dikarenakan sifat bioakumulasinya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di perairan Pulau Kelapa (Kepulauan Seribu), potensi bioakumulasi
logam berat pada ikan di perairan tersebut sangat besar, dengan nilai BCF paling
tinggi dimiliki oleh logam Zn yang mencapai angka 65.196,50.
8
2.3 Timbal ( Pb )
Timbal ( Pb ) adalah senyawa logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman
serta mudah dimurnikan.Dalam pertambangan ini berbentuk sulfide logam ( PbS )
yang sering disebut galena.Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb adalah
sering menyebabkan keracunan.Keracunan Pb kebanyakan disebabkan oleh
pencemaran lingkungan, terutama di kota-kota besar( Darmono,1995 dalam Wati,
2003 ).
Timbal mempunyai berat atom 207,21; berat jenis 11,34; bersifat lunak
serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor atom 82
mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC.
Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai bahan
pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan pipa),
perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, peralatan
kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit/CB untuk komputer) untuk campuran
minyak bahan - bahan untuk meningkatkan nilai oktan.
Sifat-sifat timbale ( Pb ) diantaranya :
2
Pb mempunyai titik cair rendah sehingga bila digunakan dalam bentuk cair
dibutuhkan teknik yang sederhana dan tidak mahal.
1. Merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi beberapa
bentuk.
2. Sifat kimianya dapat menyebabkan logam ini berfungsi jika kontak dengan
udara lembab.
3. Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya dan alloy yang berbentuk
mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal murni ( berbahaya ).
9
Konsentrasi timbal di lingkungan tergantung pada tingkat aktivitas
manusia, misalnya di daerah industri, di jalan raya, dan tempat pembuangan
sampah. Karena timbal banyak ditemukan di berbagai lingkungan maka timbal
dapat memasuki tubuh melalui udara, air minum, makanan yang dimakan dan
tanah pertanian.
2.4 Dampak Timbal ( Pb )
Mengkonsumsi makanan yang mengandung Pb secara berlebihan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan . Konsentrasi logam timbale
yang dianggap berbahaya adalah apabila telah melewati batas 0,5 sampai 1
ppm.Tidak semua Pb yang masuk dalam tubuh akan tertinggal dalam tubuh, kirakira 10- 15% yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan dan 30%
yang terhisap akan tertinggal dalam tubuh karena dipengaruhi oleh partikelnya. Pb
yang tertinggal dalam tubuh akan menggumpal terutama dalam tulang .Tulang
berfungsi sebagai tempat penggumpalan ion Pb2+ karena sifat Pb hamper sama
dengan sifat Ca2+ ( kalsium ).
Senyawa timbal yang terlarut dalam darah dibawa ke seluruh sistem
tubuh.Sirkulasi darah masuk ke glomerolus merupakan bagian dari ginjal.
Glomerolus merupakan tempat proses pemisahan akhir dari semua bahan yang
dibawa darah.Timbal yang terlarut dalam darah akan berpindah ke sistem urinaria
(ginjal) sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada ginjal.
Nephropathy
(kerusakan
nefron
pada
ginjal)
dapat
ketidakseimbangnya fungsi renal dan sering diikuti hipertensi.
dideteksi
dari
10
Gejala awal muncul pada konsentrasi timbal dalam darah sekitar μg/100
ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya nafsu makan, gangguan pencernaan,
gangguan epigastrik setelah makan, sembelit dan diare. Jika kadar timbal dalam
darah melebihi 100 μg/100 ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala
lebih parah lagi yaitu bagian perut kolik terus menerus dan sembelit yang lebih
parah. Jika gejala ini tidak segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih
specifik. Konsentrasi timbal dalam darah di atas 150 μg/100 ml penderita
menderita nyeri dan melakukan reaksi kaki ditarik - tarik ke arah perut secara
terus menerus dan menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening.
Jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut maka kolik dapat terjadi selama
beberapa hari, bahkan hingga satu minggu.
Efek reproduktif yang diakibatkan oleh Pb meliputi berkurangnya tingkat
kesuburan bagi wanita maupun pria yang terkontaminasi timbal, logam tersebut
juga dapat melewati placenta sehingga dapat menyebabkan kelainan pada janin
berupa cacat pada bayi dan menimbulkan berat badan lahir rendah serta prematur.
Resiko karsiogenetik yang diakibatkan oleh Pb adalah kemungkinan
menyebabkan kanker pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker adanya
kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi. Patogenesis kanker otak akibat
terpapar timbal adalah sebagai berikut: timbal masuk ke dalam darah melalui
makanan dan akan tersimpan dalam organ tubuh yang mengakibatkan gangguan
sintesis DNA, proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya berkembang
menjadi tumor ganas.
11
2.5 Persyaratan Mutu kerang darah
Syarat mutu kerang segar di Indonesia didasarkan pada keputusan Menteri
Pertanian no. 701/Kpts/TP.830/10/1987 tentang standar mutu tentang hasil
pertanian.
Secara organoleptik bahan baku harus mempunyai karateristik kesegaran sekurang
– kurangnya sebagai berikut:

Rupa dan warna : Warna spesifik jenis kerang.

Bau
: segar spesifik jenis kerang,mempunyai bau rumput laut
segar.

Daging
: elastic, padat, tidak mudah lepas dan kompak.

Rasa
: agak manis.
Persyaratan mutu kerang ditinjau dari cemaran logam menurut keputusan Menteri
Pertanian no. 701/Kpts/TP.830/10/1987 tercantum dalam table 1.
Tabel 1 Mutu Kerang segar ditinjau dari cemaran Logam.
Jenis mutu
Satuan
Persyaratan Mutu
1.Cemaran Logam:

Timah, maks.
Mg/kg
250,0

Timbal, maks.
Mg/kg
2,0

Arsen, maks.
Mg/kg
100,0

Raksa, maks.
Mg/kg
0,5
Sedangkan syarat mutu kerang segar dengan jenis mutu cemaran logam
berat menurut FDA tercantum dalam table 2.
12
Tabel 2 Mutu Kerang segar ditinjau dari cemaran logam menurut FDA.
Jenis Mutu
Persyaratan mutu
1.Cemaran Logam :

Timbal, maks.
1,7 ppm

Arsen, maks.
86,0 ppm
Kadmium
4,0 ppm

2.6 Metode AAS
Spektrometri serapan atom (SSA) adalah prosedur spectroanalytical untuk
penentuan kualitatif dan kuantitatif unsur-unsur kimia menggunakan penyerapan
radiasi optik (cahaya) oleh atom-atom bebas dalam bentuk gas. Dalam kimia
analitis teknik ini digunakan untuk menentukan konsentrasi elemen tertentu
(analit) dalam sampel yang akan dianalisis.
Teknik ini membutuhkan standar dengan kandungan analit dikenal untuk
membangun hubungan antara absorbansi diukur dan konsentrasi analit.
Singkatnya, elektron dari atom dalam alat penyemprot dapat dipromosikan ke
orbital yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi) untuk waktu singkat (nanodetik)
dengan menyerap kuantitas didefinisikan energi (radiasi yang diberikan panjang
gelombang).
Spektrofotometri serapan atom merupakan salah satu metode
analisis yang dapat digunakan untuk menentukan unsur - unsur di dalam suatu
bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektivitas tinggi.
13
2.6.1 Prinsip dan Cara Kerja
Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom
merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi
rendah (Khopkar, 1990).
Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen berikut,
1) Unit atomisasi
2) Sumber radiasi
3) Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan
tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap hasil disosiasi diperlukan
energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati
agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat
terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Untuk temperatur tinggi biasanya
digunakan N:O::2:1. (Khopkar, S.M , 1990:278)
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang
tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hollow
cathode. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan
pemberian teganggan pada arus tertentu, logam mulia memijar dan atom-atom
katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi
kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang
tertentu. Suatu
garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu monokromator. (Khopkar,
S.M , 1990:280)
14
Radiasi dari lampu hidrogen atau deterium lewat melalui sampel
bersamaan dengan radiasi resonansi dari
lampu hollow cathode. Dengan
menggunakan sistem elektronik (chopper motor) signal dari kedua sumber ini
diatur perbandingannya. Umumnya ini dilakukan dengan laju yang berbeda.
Berkas cahaya akibat absorpsi latar belakang dan akibat penghamburan dapat
ditiadakan dengan sistem ini, sehingga hanya radiasi resonansi yang akan
terabsorpsi oleh sampel. Suatu fraksi tertentu uap logam akan tereksitasi.
Atom tereksitasi ini akan mengemisikan radiasi resonansi ke semua arah pada
panjang gelombang yang sesuai. Monokromator akan melewatkan radiasi ini.
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga
tidak memberikan respon terhadap emisi yang berasal dari eksitasi termal.
(Khopkar, S.M , 1990:270-283)
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka
akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka
setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat
tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Besarnya energi dari tiap panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : E= h .
Dimana:
E = Energi (Joule)
h = Tetapan Planck ( 6,63 . 10-34 J.s)
C = Kecepatan Cahaya ( 3. 108 m/s), dan
λ = Panjang gelombang (nm)
C
15
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di
dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom
unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara
termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral
dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian
menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsurunsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber
radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom
dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi
berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap
atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang
nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung
dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya
yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar. Aspek
kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum LambertBeer, yaitu:
A = ε . b . c atau A = a . b . c
Dimana :
A = Absorbansi
ε = Absorptivitas molar (mol/L)
a = Absorptivitas (gr/L)
b = Tebal nyala (nm)
c = Konsentrasi (ppm)
16
Absorpsivitas molar (ε) dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan
nilainya spesifik untuk jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal
media (sel) dalam prakteknya tetap. Dengan demikian absorbansi suatu spesies
akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi, sehingga dengan mengukur
absorbansi
suatu
spesies
konsentrasinya
dapat
ditentukan
dengan
membandingkannya dengan konsentrasi larutan standar.
2.6.2 Instrumentasi
Komponen-komponen utama SSA adalah sebagai berikut,
1)
Sumber radiasi, ada 3 macam yaitu wolfram, lampu katoda
berongga yang tersendiri atau kombinasi dan tabung awam muatan gas
(Gas Discharge Tubes).
2)
Monokromator yang dipakai harus mampu memberikan resolusi
yang terbaik. Ada dua bentuk monokromator yaitu monokromator celah
dan kisi difraksi.
3)
Alat pembakar untuk mendapatkan nyala api yang dikehendaki
juga harus diperhatikan. Nyala api atau teknik tanpa nyala diharapkan
untuk memperoleh uap-uap atom netral suatu unsur dalam sampel. Teknik
nyala api gas adalah yang terbanyak, sedang yang perlu dikembangkan
adalah panjang / lebar nyala api (karena dianggap sebagai tebal kuvet),
sehingga akan memenuhi hukum Beer-Lambert. Alat pembakar pada SSA
ada 2 macam yaitu alat pembakar bercelah panjang dan bercelah panjang
pra campur.
4)
Gas pembakar biasanya dikombinasi dengan gas pengoksida
untuk tujuan penaikan temperatur. Untuk mengatomkan unsur yang
17
dianalisis dalam sampel perlu dicari campuran pembakar dan pengoksida
yang sesuai.
5) Detektor pada SSA berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang
menjadi arus listrik. Detektor yang umum dipakai adalah tabung
penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube Detector). (Mulja,
Muhammad, Suharman, 1995:112-114)
Pada spektrofotometri serapan atom dipakai dua macam gas
pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas pengoksidasi contohnya
udara, udara (dan O2) atau campuran O2 + N2 O. Sedangkan bahan bakar
adalah gas alam, propana, butana, asetilen dan H2 atau asetilen. (Mulja,
Muhammad, Suharman, 1995:109)
Gas pembakar dapat saja merupakan campuran seperti:
1) Udara dengan propana
2) Udara dengan asetilen (terbanyak dipakai)
N2O dengan asetilen
(Mulja, Muhammad, Suharman, 1995:109)
2.6.3 Metode Analisis Kuantitatif
Pada analisis kuantitatif, ada tiga macam metode yang sesuai dan secara
umum lebih sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan, seperti
yang akan diuraikan di bawah ini:
1. Metode relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitasi
dari larutan blanko, larutan standar, dan larutan cuplikan. Rumus
perhitungan yang digunakan :
18
Ab− Ao Cb
=
As− Ao Cs
Cs=
As− Ao
x Cb
Ab− Ao
Dengan :
Ab = absorbansi larutan baku
Ao = absorbansi larutan blanko
As = absorbansi larutan cuplikan
Co = konsentrasi larutan baku
Cs = konsentrasi larutan cuplikan
2. Metode kurva kalibrasi / standar, yaitu dengan membuat kurva
antara konsentrasi larutan standar (sebagai absis) lawan absorbansi
(sebagai ordinat) yang kurva tersebut berupa garis lurus. Kemudian
dengan cara menginterpolasikan adsorbansi larutan cuplikan ke
dalam kurva standar tersebut, akan diperoleh konsentrasi larutan
cuplikan.
3. Metode penambahan standar. Untuk kondisi tertentu, metode kurva
kalibrasi baik karena adanya matrik yang mengganggu pengukuran
absorbansi atau transmitannya. Pada metode ini, dibuat sederetan
larutan cuplikan dengan konsentrasi yang masing – masing
ditambah larutan standar, dan unsur yang dianalisis oleh konsentrasi
mulai dari 0 ppm sampai konsentrasi tertentu. Absorbansi masing –
masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi terkonsentrasi
unsur standar yang ditambahkan. Ekstrapolasi dari kurva ke
19
konsentrasi akan diperoleh intersep yang merupakan konsentrasi
unsur di dalam cuplikan yang diukur.
4. Selain cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur di dalam larutan cuplikan
dapat dihitung dengan persamaan.
Cs=
Ao
X
Aadd − Ao
Dengan :
Cs
= konsentrasi unsur didalam larutan cuplikan
Ao
= absorbansi larutan cuplikan tanpa penambahan
larutan standar
Aadd
= absorbansi larutan cuplikan dengan penambahan
larutan standar
X
= konsentrasi unsur standar yang ditambahkan
2.6.4 Keunggulan SSA
Teknik SSA menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan
diantaranya oleh,
1) Kecepatan analisisnya
2) Ketelitiannya sampai tingkat runut
3) Tidak memerlukan pemisahan pendahuluan
4) Kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada
konsentrasi runut.
5) Sebelum pengukuran tidak selalu memisahkan unsur yang ditentukan
karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat
20
dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. (Khopkar, S.M ,
1990:283)
2.6.5 Gangguan pada SSA
Gangguan
yang
dimaksud pada SSA adalah peristiwa
yang
menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil
atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel.
(Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rohman, 2008:319)
Gangguan yang nyata pada AAS sudah dijelaskan oleh persamaan
Bolztmann. Pada penentuan nilai serapan atom seringkali didapatkan suatu harga
yang tidak sesuai dengan konsentrasi unsur sampel yang ditentukan. Penyebab
dari gangguan ini adalah faktor matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan
molekuler yang bersifat menyerap radiasi. (Mulja, Muhammad, Suharman,
1995:111)
Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SAA yaitu
dengan jalan:
1) Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian, untuk
itu dipakai gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan
temperatur yang tinggi.
2) Menambahkan elemen pengikat gugus atau atom penyangga,
sehingga terikat kuat akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral.
Misalnya penentuan logam yang terikat sebagai garam, dengan penambahan
logam yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.
Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara
ekstraksi. (Mulja, Muhammad, Suharman, 1995:111)
21
2.7 Hipotesis
Diduga di dalam komoditas Kerang Darah segar yang terdapat di kota
Probolinggo mengandung kandungan logam Timbal (Pb).
22
III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
yaitu penelitian dilaboratorium.pemilihan metode untuk penelitian ini didasarkan
pada obyek analisa, yaitu mengidentifikasi ada tidaknya Pb dan penatapan kadar
Pb pada Kerang Darah disekitar pantai Kota Probolinggo.
Rancangan penelitian meliputi 3 tahap yaitu :
3.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pelaksanaan survey dilakukan didua tempat
yakni Tempat pelelangan ikan Pelabuhan kota Probolinggo, TPI Ketapang,
3.1.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan debgan dua tahap. Pertama, identifikasi logam berat
Pb dalam kerang darah. Kedua, penetapan kadar Pb dalam sampel secara
spektrofotometri serapan atom. Pengambilan sampel dilakukan setelah
dilakukan pemilihan tempat dari tempat pelelangan Kerang yang ada
diProbolinggo.tempat yang dipilih adalah tempat pelelangan Ketapang dan
TPI pelabuhan kota Probolinggo. Pemilihan tempat ini berdasarkan alas an
bahwa kedua tempat tersebut berdasarkan hasil survey merupakan tempat
yang besar diantara tempat-tempat lainya, sehingga dapat mewakili tempat
penelitian.Kedua tempat yang dipilih tersebut merupakan tempat yang selalu
ada transaksi kerang darah setiap harinya.
3.1.3 Tahap penyelesaian
Tahap akhir ini meliputi analisa data perhitungan kadar pada sampel yang
diuji yaitu kerang darah.
23
3.2 Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah senyawa timbale (Pb ) pada
keraang darah. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variable
terikat.Variabel terikatnya meliputi adanya senyawa timbale ( Pb ) pada kerang
darah dan kadar timbale ( Pb ) pada kerang darah secara spektrofotometri.
3.2.1 Tabel Definisi Operasional Variabel
Variabel
Devinisi
Alat Ukur
Kadar Timbal ( Pb ) Jumlah
Spektrofotometri
yang diukur dengan kandungan
serapan atom
spektrofotometri
Timbal ( Pb )
serapan atom
yang
terdapat
dalam
Kerang
Darah
Identifikasi timbale Untuk mengetahui
( Pb ) pada kerang adanya timbale (
darah
Pb ) pada kerang
darah
Skala Ukur
24
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kerang Darah yang diambil
dari sekitar pantai Kota Probolinggo.
Sampel dalam penelitian ini adalah daging dari kerang darah yang
diambil disekitar pantai kota Probolinggo di dua tempat yang berbeda,
dimana penangkapan kerang darah di daerah sekitar industry dan dilaut
lepas.Pada analisis untuk tiap lokasi, sampel dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali.
3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian
Persiapan
sampel
dan
analisa
Logam
berat
Pb
secara
spektrofotometri serapan atom dilakukan di Laboratorium Perusahaan
Umum Jasa Tirta I Malang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
spektrofotometri serapan atom ( SSA ). Adapun alat dan bahan yang
digunakan adalah
3.5.1 Alat
Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Blender
2. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
3. Beaker glass 100 ml dan 400 ml
4. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
5. Batang pengaduk
6. Neraca analitik
25
7. Labu ukur 50 ml, 100 ml dan 1000 ml
8. Bola hisap
9. Pipet volume
10. Spektrofotometer serapan atom
11. Hot plate
12. Botol semprot
13. Pipet tetes
3.5.2 bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalh :
1. air suling atau air demineralisasi yang bebas logam
2.
asam nitrat pekat 16 N p.a
3. Sampel (kerang darah)
4. Asam sulfat 36 N p.a
5. H2O2 30% p.a
6. Larutan standar Pb (PbNO3)
7. CH3COOH(e )
8. Kalium kromat ( K2CrO4 )
9. KI
10. Amoniak
26
3.6 Pengumpulan Data
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pengumpulan data pada
penelitian ini sebagai berikut :
3.6.1 Tahap Persiapan
3.6.1.1 Persiapan sampel untuk identifikasi logam berat Pb pada kerang darah.
1. Hancurkan sampel sampai halus.
2. Tambahkan aquadest secukupnya.
3. Pisahkan endapan dengan cairan/ larutan dengan contrifuse.
4. Pipet/ ambil larutan dari tabung contrifuse.
5. Tampung larutan dalam beaker glass
6. Larutan siap direaksikan.
3.6.1.2
Persiapan
sampel
untuk
analisa
dengan
menggunakan
spektrofotometri serapan atom.
Pembuatan larutan uji dari sampel kerang darah ( destruksi sampel )
1. Ditimbang 10 g daging kerang darah
2. Masukkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Tambahkan 5 ml HNO3.
4. Tambahkan 5 ml H2SO4, panaskan selama 30 menit.
5. Tambahkan 10 ml HNO3, panaskan sampai mendidih.
6. Tambahkan 10 ml HNO3, panaskan sampai larutan jernih kekuningan.
7. Tambahkan 10 ml H2O2 untuk menyempurnakan destruksi.
8. Larutan diuapkan sampai hampir kering (± 10 ml), kemudian
didinginkan.
27
9. Pindahkan ke labu ukur 50,0 ml secara kuantitatif dengan ditambah
H2O sampai tanda batas, dikocok sampai homogen kemudian disaring.
10. Campuran larutan destructor (tanpa sampel) digunakan sebagai blanko
dan diperlakukan sama seperti perlakuan pada sampel.
11. Pengukuran dilakukan dengan SSA pada panjang gelombang 283,3
nm.
Persiapan sampel tersebut dilakukan oleh Perusaan Umum Jasa
Tirta I Malang, yaitu dengan cara didestruksi untuk mendapatkan
larutan uji. Larutan ini digunakan untuk identifikasi pengukuran kadar
logam berat Pb dengan spektrofotometer serapan atom.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap-tahap ini meliputi :
3..5.2.1 Identifikasi logam berat Pb
1. Sampel + as.asetat encer ( diasamkan )
kuning
2. Sampel + as.sulfat encer
3. Sampel + KI
putih
jingga kekuningan
+ kalium kromat
28
3.5.2.2 Penetapan kadar logam berat Pb dengan metode SSA
1. Injeksikan larutan baku kerja satu per satu ke dalam alat SSA melalui
pipa kapiler kemudian baca dan catat masing-masing serapan-masuknya.
2. Amati absorbansi sampel pada panjang gelombang yang sesuai pada
system pengamatan tertentu, untuk logam berat Pb pada panjang gelombang 283,3
nm dan dibandingkan dengan absorbansi standar.
3. hitung konsentrasi sampel dengan menggunakan persamaan regresi.
3.6.3 Tahap Akhir
Tahap akhir dalam penelitian ini yaitu menganalisa data yang
diperoleh dan mengambil kesimpulan.
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.7.1 Sampel dikatakan mengandung Pb jika
3.7.2 Dihitung kadar Pb dalam sampel dengan data yang diperoleh pada
pengukuran dengan SSA.
3.7.3 Dihitung standar deviasi dan koefisien variasi
Untuk melihat ketelitian masing-masing replikasi dihitung standar
deviasi (SD) dan koefisien variasi (Kv) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
SD = 
KV=
x 100%
29
Keterangan :
SD = standar deviasi
X1 = kadar sampel
x = kadar rata-rata sampel
n = jumlah sampel
Kv = koefisien variasi
3.7.4 Dirumuskan hipotesis
1. Ho : µ1 = µ2 :
( Untuk Kualitatif ) Sampel tidak mengandung logam berat Pb.
( Untuk Kuantitatif ) Sampel memenuhi persyaratan pada logam
berat Pb.
2. Ha : µ1 ≠ µ2 :
( Untuk kualitatif ) Sampel mengandung logam beraat Pb.
( Untuk Kuantitatif ) Sampel tidak memenuhi syarat kadar logam
berat Pb.
3.6.5 Dihitung dengan menggunakan uji t
Perhitungan yang digunakan dalam uji t yaitu :
T=

Keterangan :
X = rata-rata kadar sampel
µ = rata-rata yang dihipotesiskan
30
SD = standar deviasi
n = jumlah sampel
Dengan uji t tersebut dapat diketahui terjadinya penolakan atau
penerimaan sampel yang akhirnya didapatkan suatu kesimpulan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil pemeriksaan karakteristis kerang darah (Anadara granosa)
Karena Darah yang akan di analisis diambil dari tempat pelelangan ikan di kota
Probolinggo dengan pertimbangan kesulitan untuk mendapatkan kerang darah yang di
ambil dari berbagai titik samping dipantai .Probolinggo merupakan salah satu penghasil
kerang darah yang ada di Jawa Timur, selain Surabaya, Pasuruan, danMadura. Adapun
hasil pemeriksaan karakteristis dapat dilihat pada table 1.
Table 1 . Hasil pemeriksaan karakteristik kerang darah (anadara granosa)
Karakteristik
Pemerien dari referensi
Hasil pengamatan
Bentuk
Oval
Oval
Warna
Cangkang putih, dan daging Daging kemerahan
kemerahan
Daging
Elastic, padat, tidak mudah Padat
lepas dan kompak
rasa
Agak manis
Agak manis
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kerang darah yang akan dianalisa memenuhi
syarat sesuai dengan pustaka.
Berdasarkan perbandingan gambar tersebut kerang darah yang akan dianalisa memiliki
cirri-ciri yang sama antara sampel dan dari pustaka.
4.2. hasil analisis kadar logam Berat Pb dalam kerang darah dengan metode AAS
Table II
Ket:
Sampel
Kadar
Standart 1
Standart 2
1
< 0,0010
2,0 mg/kg
1,7 ppm
2
< 0,0010
2,0 mg/kg
1,7 ppm
3
< 0,0010
2,0 mg/kg
1,7 ppm
Rata-rata
< 0,0010 mg/kg
2.0 mg/kg
1,7 mg/kg
Standart 1 = standart mutu hasil pertanian
Standart 1 = standart FDA
Dari hasil analiisa di dapatkan bahwa rata-rata kadar logam berat pb dalem kerang darah
masih di bwah standart yaitu <0,0010 ppm memenuhi standart menurut mentri pertanian
yaitu 2,0 mg/kg dan menurut fda yaitu 1,7 ppm
32
33
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb dalam Kerang Darah
segar rendah,karena konsentrasi logam berat Pb yang di anggab berbahaya adalah apabila
telah melewati batas 0,5 sampai 1 ppm (Anonymous 2005 b ).Akan tetapi keberadaan
logam berat Pb yang berada dalam Kerang Darah segar patut diwaspadai karena logam
berat Pb merupakan logam berat yang bersifat kumulatif tersubut,logam berat Pb yang
berada dalam jaringan tubuh Kerang Darah segar dan di konsumsi secara rurin oleh
manusia maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Daya racu yang timbul dalam tubuh yaitu disebabkan oleh penghambatan enzim
yang diperlukan untuk pembentukan
Hb oleh ion Pb 2+. Penghambatan tersebut
disebabkan terbentuknya ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb 2+ dengan gugus
susfidril yang terdapt dalam asam amino dari enzim tersebut’
Keracunan Kronis akibat efek toksi yang menumpuk
berkonsentrasi,
daya
ingat
menurun,
ditandai dengan sulit
depresi,mual,muntah,dan
bahkan
dapat
mengakibatkan kematian. Pada anak-anak Pb dapat mengandung pertumbuhan otak
karena secara kompetetif Pb akan menggantikan peran dari fungsi mineral-mineral utama
seperti seng,besi,dan tembaga dalam mengatur system syraf otak dimana hal ini terjadi
apabila intake Pb perhari mencapai 0,3 mg (anonymous,2000).
Rata-rata kadar logam Pb dalam Kerang Darah segar di daerah pesisir pantai
probolinggo,bila di bandingkan dengan Standart Mutu Hasil Pertanian. Indonesia tahun
1987, jauh di bawah ambang batas yaitu 2 mg/kg.sedangkan bila di bandingkan dengan
standart FDA,juga di bawah ambang batas yang telah ditetapkan,yaitu 1,7 mg/kg.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kadar logam berat Pb dalam Kerang Darah
antara lain:
1. Proses pengolahan
Mmenurut Rayetno (2001),bahwa lebih dari 90% produk perikanan di Indonesia
dihasilkan dari perikanan rakyat dan 50% dari hasil tersebut diperoleh secara
tradisional.Demikian juga dengan produsi Kerang darah di probolinggo yang
dihasilkan oleh perikanan rakyat dengan pengolahan sederhana dan minim
teknologi. Adapun proses pengolahgannya adalah sebagai berikut:
 Proses penanganan kerang darah hasil tangkapan para nelayan, mulai
dating dari laut sampai ketangan pengumpul, dilakukan dengan beberapa
tahap, diantaranya : penghilangan lumpur dan pencucian cangkang.
Proses penghilangan lumpur dilakukan ketika para nelayan sebelum
34
pulang dari laut. Proses ini dilakukan sebelum kerang darah dinaikkan ke
kapal. Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah penghilangan
lumpur. Kerang darah dicuci dengan air bersih. Proses pencucian ini
dilakukan untuk membersihkan kotoran atau bahan lain yang menempel
pada cangkang kerah darah. Proses ini dilakukan oleh para pengumpul
setelah kerangdarah dibeli dari para nelayan.
 Cemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan akan mengakibatkan semakin tingginya residu
substansi pencemar dalam jaringan tumbuhan dan hewan yang
dibudidayakan. Dengan kata lain semakin menurun kualitas lingkungan
pencemaran. Konsekuensinya, ternak maupun tanaman yang dipelihara
dilingkungan itu akan mengalami penurunan mutu pula, termasuk
meningkatnya residu senyawa-senyawa pencemar.
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Kadar logam berat pb dalam kerang darah dengan rata-rata sebesar 0,0010 mg/kg
2. Kadar logam berat pb dalam kerang darah jika dibandingkan dengan standart mutu
hasil pertanian dan standart FDA masih dibawah ambang batas, sehingga masih dikatakan
aman.
6.2 Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan masyarakat tetap waspada terhadap
konsumsi kerang darah, karena walaupun kandungan logam berat pb-nya masih di
ambang batas, tetapi akumulasi logam berat dapat berdampak pada kesehatan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang keamanan pangan kerang darah di
probolinggo, terutama dilihat dari kualitas fisik, kimia dan aspek sanitasi.
3. Perlu dilakukan analis cemaran logam pb pada perairan tempat kerang darah hidup.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Logam Berat(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1921262logam-berat/)
2. Anonymous. http://dedepurnma.com/2010/07/ logam-berat-pb-timbal.html
3. Anonymous.http://dedepurnma.com/2010/07/logam-berat-dalamlingkungan-perairan.html
4. Anonymous.
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-
pengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/168-pencemaran-pb-timbal?start=3
5. Anonymous.http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://e
n.wikipedia.org/wiki/Atomic_absorption_spectroscopy&ei=TIQATZWLL
esHnAe2nKDmDQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CC
sQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3DAAS%26hl%3Did%26client%3Dfir
efox-a%26rls%3Dorg.mozilla:enUS:official%26channel%3Ds%26prmd%3Div
6. FDA. 2005. FDA & EPA safetyLevels in Reguilations and Guidance.
http://www.cfsan.fda.gov/com/haccp4i.html.
7. Widianarko. Pencemaran Lingkungan Mengancam Keamanan Pangan.
www.kompasomline.com.
8. Palar, Drs. Heryondo, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat,
Jakarta : Rineka Cipta.
9. Ainy, Nurul, 2006, Identifikasi dan Penetapan kadar logam berat Timbal
(Pb) dalam Ikan Kakap Putih disekitar Pantai Nanbangca Surabaya Secara
AAS.
Download