MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS TAHAP 3: MENGAMBIL TINDAKAN DAN BERKOMUNIKASI Fakultas Program Studi Tatap Kode Muka MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations Abstract 06 Dr. Ispawati Asri, MM Kompetensi Langkah ketiga dalam proses manajemen mengarahkan program PR ke dalam implementasi. Tahap ini berlaku untuk pencarian fakta dan perencanaan strategis dari dua langkah sebelumnya Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahap dari manajemen PR: aksi dan komunikasi. MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS: TAHAP TIGA MENGAMBIL TINDAKAN DAN BERKOMUNIKASI Aksi dan Komunikasi PR telah memegang peran membantu organisasi menentukan buka hanya apa yang dikatakan, tetapi juga apa yang akan dilakukan. Dalam merespon perubahan sosial pada 1960-an, organisasi dan CEO-nya semakin bertanggung-jawab atas berbagai issu publik dan issu seperti keamanan karyawan, kesetaraan kesempatan, dan issu lingkungan. Sejak 1980-an, PR memasuki tahap ketiga; selain mengajukan pertanyaan komunikasi, manajemen kini mengajukan pertanyaan ” apa yang akan saya lakukan”. Teknologi komunikasi modern menutup jarak antara pesan dan perilaku sampai pada titik di mana keduanya hampir dianggap satu dan sama. Apa yang dilakukan organisasi dapat dilaporkan secepat apa yang dikatakan organisasi. KOMPONEN AKSI DALAM STRATEGI Banayak orang di manajemen dan beberapa bagian PR, mempercayai mitos bahwa komunikasi saja sudah cukup untuk memecahkan hampir semua problem PR, Akan tetapi biasanya problem PR berasal dari sesuatu yang telah dilakukan, bukan sesuatu yang telah dikatakan. Bertindak Responsif dan Bertanggung-Jawab Jika sesuatu yang dilakukan menyebabkan problem, maka harus ada yang dilakukan untuk memecahkan problem itu. Diperlukan tindakan korektif untuk menghilangkan sumber problem. Mengordinasikan Aksi dan Komunikasi Strategi komunikasi mendukung program aksi : 1. Memberi informasi kepada publik internal dan eksternal tentang tindakan tersebut. 2. Membujuk publik untuk mendukung dan menerima tindakan tersebut 3. Memberi petunjuk kepada publik cara menerjemahkan niat ke dalam aksi. Tindakan sebagai Respon Sistem Terbuka Tindakan PR adalah tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh departemen PR atau bagian lain dari organisasi ”Strategi aksi biasanya mencakup perubahan dalam kebijakan, prosedur, layanan, dan perilaku organisasi. Perubahan-perubahan ini didisain untuk mencapai tujuan program dan tujuan organisasi, sedangkan pada saat yang sama merespons kebutuhan dan kesejahteraan publik organisasi. Tindakan korektif melayani kepentingan bersama dari organisasi dan publiknya. Strategi aksi berasal dari pengetahuan tentang bagaimana kebijakan, prosedur, aksi, dan output organisasi lainnya memberikan kontribusi kepada problem PR. Pemahaman yang menyeluruh terhadap situasi problem adalah penting untuk mendisain strategi aksi. Strategi aksi dikonsentrasikan pada penyesuaian atau adaptasi di dalam organisasi. Namun sebuah kesempatan untuk mengimplementasikan perubahan itu mensyaratkan agar pimpinan manajemen dan praktisi mendefinisikan PR sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar publisitas dan komunikasi persuasif. Strategi aksi mempraktekkan model sistem terbuka atau mempraktekkan ”simetris dua arah” yang memiliki beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Perubahan sangat mungkin terjadi di dalam organisasi dan juga di pihak publik organsasi 2. Perubahan itu terjadi di dalam hasil win-win, yang berarti kedua pihak dalam hubungan organsasi-publik sama-sama mendapat keuntungan 3. Bersihkan tindakan anda bukan hanya citra anda. Komponen Komunikasi dari Strategi Komunikasi, yang biasanya merupakan komponen yang lebih tampak, berfungsi untuk menginterpretasikan dan mendukung strategi aksi. Dasar-dasar dan prinsip untuk mengaplikasikan teori ke dalam praktek 1 Membingkai pesan Prinsip pertama dari membingkai isi pesan untuk komunikasi adalah mengetahui dari dekat pandangan klien atau karyawan dan situasi problem. Prinsip kedua adalah mengetahui kebutuhan, kepentingan dan perhatian dari publik sasaran. Komunikasi yang efektif harus didisain agar sesuai dengan situasi, waktu, tempat, dan audiens. Ini berarti pemilihan media dan teknik yang benar. Kemajuan teknologi dan media khusus telah menciptakan banyak kemungkinan untuk melayani kebutuhan audiens khusus. Praktisi dianjurkan untuk berfikir secara terbatas dan rinci ketika mereka ingin memodifikasi atau memobilisasi opini. PR yang memiliki metode banyak variasi penyebaran informasi sasaran bisa menderita kelebihan kapasitas. Praktisi harus mendefinisikan audiens secara tepat dan menggunakan strategi dan teknik yang berbeda untuk mencapai tujuan yang berbeda. Berikut ini adalah teknik yang sudah teruji untuk membantu mengurangi diskrepansi antara posisi komunikator dengan sikap audiens : 1. Gunakan media yang paling dekat pandangannya dengan pandangan audien 2. Untuk topik komunikasi, gunakan sumber komunikasi yang berkredibilitas tinggi untuk audien 3. Kurangi perbedaaan antara posisi komunikator dengan posisi audiens 4. Cari kesamaan bahasa dan ungkapan dengan audiens di area yang jauh dari issu 5. Bangun posisi komunikator sebagai opini mayoritas, dengan mendefinisikan mayoritas dari audiens itu sendiri 6. Gunakan identifikasi kelompok audien apabila identifikasi itu akan membantu menghasilkan respon positif, sebaliknya juga berlaku. 7. Modifikasi pesan agar sesuai dengan kebutuhan organisasi Selain membingkai pesan untuk publik saasran, Praktisi PR juga harus membingkai pesan mereka untuk media. Yang paling penting membingkai pesan untuk media dan awak media membutuhkan perhatian pada nilai beritanya. Kriteria tradisional yang diterapkan oleh awak media, yang menganggap diri mereka sebagai wakil dari audien antara lain sebagai berikut : 1. Dampak ; jumlah orang yang dipengaruhi, keseriusan konsekuensi, kelangsungan sebab dan akibat, dan kecepatan dari efeknya. 2. Kedekatan ; jarak antara audien dengan problem atau issu 3. Ketepatan waktu ; kesementaraan 4. Kemenonjolan ; mudah diketahui dan dikenali 5. Kebaruan ; keanehan, keluarbiasaan, penyimpangan, dan keganjilan. 6. Konflik ; pemogokan, perjuangan, perselisihan, perang, kejahatan, politik dan olahraga. Praktisi PR harus membingkai pesan mereka agar menjadi pesan yang bernilai berita (newsworthy), berdasarkan standar apapun. Pembingkaian strategi pesan memerlukan perhatian pada empat fakta dasar : 1. Audiens terdiri dari orang-orang 2. Orang cenderung membaca, melihat atau mendengarkan komunikasi yang menyajikan sudut pandang yang mereka sukai atau yang berhubungan dengan mereka. 3. Media menciptakan komunitas yang terpisah. 4. Media memberikan banyak efek kepada pengetahuan individual dan kolektif, predisposisi dan perilaku, yang tidak semuanya bisa diukur dengan mudah. Semantik Semantik adalah ilmu tentang arti kata-kata, bahasa senantiasa berubah, selalu muncul kata baru dan kata yang sudah tidak dipakai lagi. Praktisi berada di tengahtengah pergulatan dengan kata-kata. Dalam bahasa apapun. Praktisi senantiasa membuat keputusan tentang makna kata-kata, sehingga arti penting dari semantik tidak boleh diabaikan. Tanda dan simbol kata yang sama mungkin mengandung arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Kata memiliki dua jenis arti : denotatif dan konotatif. Denotatif berarti makna kamus pada umumnya, yang diterima umum oleh kebanyakan orang yang memiliki bahasa dan kultur yang sama. Konotatif berarti makna emosional dan evaluatif yang kita baca dari kata berdasarkan pengalaman dan latar belakang kita. Orang-orang PR harus mampu memilih dan mentransmisikan kata ke berbagai audiens sehingga kata-kata itu dapat dipahami mereka. Praktisi harus bekerja bersama rekannya di media massa radio, dan telivisi berdasarkan platform untuk membantu menjernihkan sesuatu untuk publik mereka. Simbol Simbol menawarkan cara dramatis dan langsung untuk berkomunikasi dengan banyak orang di jalur komunikasi yang panjang. Simbol telah dipakai sejak awal sejarah untuk memadatkan dan menyampaikan pesan yang kompleks. Organisasi profit dan non profit makin banyak menggunakan simbol (desain dan logo) untuk menciptakan citra publik dan pengenalan langnsung atau untuk memperluas pengenalan dan penerimaan publik. Simbol harus jelas dan berbeda, dan memuat karakter institusi yang menggunakannya. Akan tetapi, perubahan iklim publik yang dipengaruhi oleh berita dan nilai yang berbeda dapat membuat simbol menjadi usang dan menyinggung perasaan. Rintangan dan stereotip Dalam komunikasi, tak ada yang lebih menyulitkan ketimbang kenyataan bahwa kebanyakan audiens media massa punya akses terbatas terhadap fakta. Dengan akses terbatas, dan dengan beberapa informasi yang cenderung lebih membingungkan ketimbang menjelaskan, orang sangat mengandalkan pada stereotip. Stereotip mungkin bukan gambaran yang lengkap tentang dunia, tetapi merupakan gambran duania yang mungkin akan kita adaptasikan. Dalam dunia itu orang dan benda punya tempat masing-masing, dan melakukan hal yang diharapkan. Stereotip berfungsi sebagai mekanisme untuk menghindari keharusan mempelajari segala sesuatu dan memahami keunikan dan detail dari setiap orang, kelompok, dan situasi. tereotip merupakan kode moral yang darinya ditetapkan standar perilaku. Praktisi harus belajar mengenali pengaruh dan kehadiran simbol dan stereotip yang tampaknya bertentangan dengan opini publik. Simbol dipakai untuk menghadapi simbol, dan stereotip dipakai untuk menghadapi stereotip. Dalam konteks masyarakat multikultural, media berusaha untuk lebih peka dan menghormati perbedaan usia, gender, orientasi seksual, dan etnis. Memasukkan Smuanya ke dalam Kampanye Kesulitan kampanye informasi publik tampak jelas dalam perjuangan untuk menghilangkan pencemaran udara, air, dan makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya. Dalam artikelnya yang sering dikutip orang, Hyman dan Sheatsley menyebutkan alasan utama mengapa banyak kampanye organisasi gagal yaitu : 1. Ada orang yang ”tidak tahu apa-apa” tapi keras kepala. Orang-orang ini sulit diajak bicara, bahkan dengan informasi yang kuat sekalipun. 2. Yang paling banyak mendapat informasi hanyalah orang-orang yang berminat pada informasi tersebut. Usaha pembelajaran atau penyerapan pengetahuan sangat membutuhkan motivasi, tetapi ada sekelompok besar orang di dalam populasi yang mengakui bahwa mereka kurang atau bahkan tidak tertarik dengan isu publik 3. Orang mencari informasi yang sesuai dengan sikap mereka dan menghindari informasi yang tidak sesuai dengan sikap mereka. 4. Orang menginterpretasikan informasi yang sama secara berbeda-beda. Orang menggunakan persepsi selektif dan interpretasi atas isi; seseorang memahami, meyerap dan mengingat isi secara berbeda-beda. 5. Informasi tidak selalu mengubah sikap. Perubahan pandangan atau perilaku setelah mendapat informasi pesan mungkin dipengaruhi oleh predisposisi individual. Peneliti lain, Harold Mendelsohn, mengemukakan analisis mengapa kampanye informasi bisa sukses. Sedikit bukti empiris yang dikumpulkan menunjukkan bahwa kampanye informasi publik punya potensi relatif sukses : 1. Jika kampanye itu direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan publik yang akan menjadi sasaran kampanye hanya sedikit tertarik atau bahkan tidak tertarik sama sekali dengan apa yang akan dikomunikasikan kampanye. 2. Jika tujuan jangka menengah dapat dicapai ketika konsekuensi dari pemaparan ditentukan, sebagai sasaran spesifik. Adalah penting untuk membangun atau menggunakan sistem pendukung untuk membantu agar informasi menjadi efektif dalam mempengaruhi perilaku. 3. Jika, setelah ssaran jangka menengah ditentukan, dilakukan pertimbangan yang cermat untuk menjelaskan target spesifik dari segi atribut demografis dan psikologisnya, gaya hidupnya, sistem nilai dan keyakinannya, dan kebiasaan media massanya. Dalam hal ini adalah penting untuk tidak hanya mengetahui berapa jauh ketidakpedulian mereka, tetapi juga membongkar akar-akarnya. Menyebarkan Pesan Usaha agar ide atau inovasi diterima bukan hanya sekedar memberikan informasi kepada audiens melalui media massa atau publikasi internal. Komunikasi harus diarahkan pada sasaran yang tepat, bukan ditebarkan ke segala arah.. Bahkan setelah dilakukan riset bertahun-tahun, masih belum ada model tunggal tentang bagaimana ide disebarkan ke khalayak. Elmo Roper, setelah melakukan riset opini selama hampir 30 tahun, merumuskan hipotesa yang mengandung pedoman yang berguna. Teori lingkaran konsentrisnya menyatakan bahwa ide masuk ke publik dengan sangat lambat melalui proses yang mirip dengan proses osmosis Langkah komunikasi dalam proses PR seringkali membutuhkan upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, opini, dan tindakan kelompok yang besar dan jauh. Tingkat akselerasi penemuan, pengembangan dan penyebaran inovasi membuat komunikator harus mampu mentransfer informasi kepada orang yang membutuhkannya. Difusi adalah proses penyebaran ide dan praktik keanggota sistem sosial. US Departement of Agriculture belajar dari pengalaman bahwa mengupayakan agar ide diterima lebih rumit dari sekedar upaya menemukan benih baru dan mempublikasikannya. Berdasarkan pengalaman riset dan evaluasi mereka, para sosiolog pertanian menyimpulkan bahwa penerimaan melalui lima tahap : 1. Pengetahuan. Orang mempelajari tentang inovasi dan mendapatkan pemahaman terhadapnya 2. Persuasi. Pengadopsi potensial tertarik pada inovasi tersebut. Mereka mencari lebih banyak informasi dan mempertimbangkan manfaatnya secara umum. 3. Keputusan. Pengadopsi potensial memutuskan untuk mengadopsi atau menolak inovasi setelah menimbang-nimbang manfaat bagi situasi mereka masingmasing. 4. Implementasi. Mereka yang mau menerima inovasi akan mengaplikasikannya pada situasi mereka, biasanya pada skala kecil. Mereka tertarik pada praktik, teknik, dan kondisi untuk aplikasi 5. Konfirmasi. Adopsi akan dilanjutkan, atau keputusan untuk mengadopsi akan diubah berdasarkan evaluasi. Media massa berguna dan berpengaruh besar dalam menciptakan kesadaran dalam tahap pengetahuan tersebut di atas. Bagi petani media massa tampaknya kurang begitu berpengaruh dalam proses penerimaan selanjutnya, sampai ke tahap konfirmasi. Pengaruh interpersonal semakin meningkat di setiap tahap. Model difusi ini, yang dikembangkan melalui riset ekstensif terhadap keluarga petani, didukung oleh studi dalam seting lain. Konklusi riset menunjukkan bahwa mengkomunikasikan ide baru atau praktik baru adalah tugas yang panjang dan sulit, taktik komunikasi yang berbeda akan efektif pada point yang berbeda dan dengancara yang berbeda. Adalah penting bagi komunikator untuk mengetahui apakah teknik dan media yang akan digunakan pada tahap yang berbeda dan mengetahui bagaimana cara memobilisasi pengaruh ini secara efektif. Mempertimbangkan Kembali Proses Tiga elemen yang ada untuk semua upaya komunikasi adalah sumber pengirim, pesan, dan tujuan atau penerima. Kegagalan komunikasi dapat melibatkan satu atau lebih dari ketiga elemen ini. Komunikasi yang efektif membutuhkan efisiensi di semua pihak di ketiga elemen itu. Komunikator harus mempunyai informasi yang memadai, kredibilitas di mata penerima, mampu menyampaikan informasi dengan cara yang dapat dipahami penerima, Komunikator harus menggunakan salurn yang akan menyampaikan pesan kepada penerima. Pesan harus sesuai dengan kapasitas pemahaman penerima dan relevan dengan kepentingan atau kebutuhan penerima. Terakhir pesan harus memotivasi kepentingan penerima dan menimbulkan respon. Untuk berkomunikasi secara efektif, kata dan simbol dari si pengirim harus memiliki makna yang sama sebagaimana dipahami penerima. Mengimplementasikan Strategi Dalam pelaksanaan program terdapat tujuh C dalam komunikasi PR: 1. Credibility (kredibilitas); Komunikasi dimulai dengan iklim rasa percaya 2. Context (konteks) Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan 3. Conten (isi); Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus sesuai dengan sistem nilai penerima 4. Clarity (kejelasan); Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana 5. Continuity and Consistency (kontinuitas dan konsistensi); Komunikasi adalah proses tanpa akhir 6. Channel (saluran). Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai oleh sipenerima. 7. Capability of the Audience (kemampuan khalayak); Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audiens. Komunikasi dan aksi bukan tujuan, tetapi hanya sarana mencapai tujuan. Tujuan PR adalah hasil yang disebutkan dalam tujuan dan sasaran program.