Bisnis Indonesia, Kamis, 23 Desember 2010 Arus peti kemas Koja naik JAKARTA: Arus peti kemas melalui Terminal Peti Kemas Koja di Pelabuhan Tanjung Priok selama Januari-November 2010 mencapai 690.658 twenty equivalent units (TEUs) atau 454.450 bok. Jumlah tersebut naik 30% dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu yang tercatat 620.172 TEUs atau sebanyak 367.469 bok. "Tahun ini kami menargetkan mampu menangani peti kemas 740.000 TEUs. Kami optimis target tersebut tercapai," ujar General Manager TPK Koja Supardjo kepada Bisnis kemarin. Pada tahun lalu, dia menambahkan TPK Koja telah menangani arus peti kemas dengan volume kunjungan kapal 494 unit. Arus peti kemas Koja periode Januari-November 365.725 302.086 324.932 256.343 459 446 2010 2009 Jumlah kapal (unit) Sumber: TPK Koja Volume bongkar Volume muat (TEUs) (TEUs) BISNIS/K1/ADI PURDIYANTO TRANSIT SIA ekspansi usaha kargo JAKARTA: Maskapai penerbangan khusus kargo asal Singapura, Singapore Airlines (SIA) Cargo, mengekspansi usahanya dengan mengakuisisi 16% saham perusahaan kargo yang berbasis di Shanghai, China Cargo Airlines Co Ltd. Presiden SIA Cargo Tan Kai Ping dalam siaran pers yang diterima Bisnis kemarin mengatakan telah menandatangani perjanjian akuisisi tersebut di Shanghai. “Hal ini memungkinkan peran serta SIA Cargo yang lebih besar di sektor transportasi kargo di China yang tumbuh dengan pesat,” ujarnya dalam siaran pers tersebut. Menurut Tan Kai Ping, dengan adanya akuisisi dari SIA Cargo, struktur kepemilikan saham baru China Cargo Airlines terdiri dari 51% saham oleh China Eastern Airlines, 17% oleh COSCO, 16% Concord Pacific Limited, dan 16% dipegang oleh SIA Cargo. Sebelumnya, mayoritas saham China Cargo Airlines, yaitu sebanyak 70% dimiliki oleh China Eastern Airlines dan sisanya sebesar 30% dimiliki oleh China Ocean Shipping (Group) Company (COSCO). (BISNIS/18) TRANSPORTASI & LOGISTIK i5 913 Kapal bodong lengkapi dokumen Dispensasi dari Ditjen Pajak berakhir OLEH TULARJI Bisnis Indonesia JAKARTA: Hingga kemarin, Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) hanya mendaftar 913 unit kapal impor yang tidak berdokumen dari perkiraan 1.000 unit kapal yang diduga berkasus serupa. Kapal yang belum dilengkapi dengan pemberitahuan impor barang (PIB) dan surat keterangan bebas pajak pertambahan nilai (SKB PPN) alias kapal bodong itu semestinya mendapat dispensasi pengurusan dokumen terkait dari Ditjen Pajak yang dibatasi hanya sampai 31 Desember 2010. Namun, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Johnson W. Sutjipto mengungkapkan pihaknya baru mencatat 913 unit kapal yang sudah mengurus kelengkapan dokumen. Hingga ditutupnya jadwal pelaporan, dia menyebutkan organisasinya telah menerima laporan dari sedikitnya 200 perusahaan pelayaran anggota INSA. “Jumlah kapalnya mencapai 91,3% dari estimasi awal sebanyak 1.000 unit,” katanya kepada Bisnis, kemarin. Sebanyak 200 perusahaan pelayaran nasional yang tersandung kasus impor kapal bermasalah itu telah mendaftarkan untuk melengkapi dokumen PIB dan SKB PPN. Perusahaan pelayaran nasional tersebut mengoperasikan 913 unit kapal yang seluruhnya sudah mengantongi dokumen berbendera Merah Putih tetapi tanpa kelengkapan dokumen pajak dari Ditjen Pajak dan kepabeanan dari Ditjen Bea dan Cukai. Jumlah tersebut melonjak secara signifikan yakni sebesar 128,25% dibandingkan dengan jumlah kapal yang ditemukan bermasalah pada Agustus 2010 sebanyak 400 unit atau terjadi penambahan 513 unit kapal. Data kapal tersebut, katanya, sudah diserahkan kepada Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Johnson menjelaskan perusahaan pelayaran pemilik kapal tersebut dipastikan mengurus dokumen SKB PPN sebelum tenggat waktu yang diberikan Ditjen Pajak Jenis kapal impor tak berdokumen* Jenis kapal Tug and barge (tongkang) General cargo Kontainer Lain-lain** Jumlah (%) 35 30 10 25 Sumber: INSA Keterangan: * Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (SKB PPN) ** offshore, ro-ro, tanker, dan bulk carrier berakhir. Sejauh ini, lanjutnya, belum ada laporan tambahan yang menyatakan pengurusan dokumen tersebut tersendat. “Menurut laporan anggota INSA yang mengurus SKB PPN, proses pengurusan dokumennya tidak dipungut biaya,” ujarnya. Ketua Tim Pajak INSA Sugiman Layanto mengatakan setelah 200 perusahaan pelayaran tersebut mengantongi dokumen SKB PPN dari Ditjen Pajak, operator pelayaran dapat mengurus dokumen PIB ke Ditjen Bea dan Cukai. Selama ini, katanya, operator kapal impor tersebut tidak bisa mengurus dokumen PIB sebelum mengantongi dokumen SKB PPN. “Untuk bisa mengurus PIB, harus mengantongi SKB PPN dulu.” Ditutup Kantor Ditjen Pajak dipastikan akan menutup pintu pengurusan dokumen SKB PPN atas 1000-an kapal impor yang selama ini belum mengantongi dokumen pajak tersebut pada 1 Januari 2011. Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No.46/PJ/2010 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor atau Penyerahan Kapal untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, perusahaan pelayaran diwajibkan mengurus SKB PPN sendiri di kantor pelayanan pajak setempat. Pasal 3 Aturan itu menyebutkan untuk memperoleh SKB PPN, perusahaan pelayaran nasional mengajukan permohonan SKB PPN kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan pelayaran niaga nasional terdaftar. Permohonan SKB PPN itu dilengkapi fotokopi NPWP, surat kuasa khusus apabila menunjuk orang lain mengurus SKB PPN, surat izin usaha perusahaan angkutan laut (SIUPAL), penjelasan secara terperinci sesuai spesifikasi teknis kapal dan gross akta kapal. ([email protected]) AP/ALASTAIR GRANT PENERBANGAN TERTUNDA: Calon penumpang antre di luar Terminal 3 untuk mendapatkan tiket menyusul penundaan jadwal penerbangan yang dilakukan sejumlah maskapai penerbangan di Bandara Heathrow, London Inggris, kemarin. Badai salju yang melanda wilayah Eropa dan sekitarnya, membuat bandara ditutup untuk semua aktivitas penerbangan. Pengangkut anjungan lepas pantai disiapkan OLEH TULARJI Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Wintermar Offshore Marine Tbk melalui usaha patungan dengan perusahaan asal Singapura akan memasok kapal offshore jenis heavy load barge berbendera Merah Putih pertama yang mampu mengangkut kapal jack up rig. Managing Director PT Wintermar Offshore Marine Tbk Sugiman Layanto mengatakan kapal tersebut akan beroperasi di Indonesia mulai Juli 2011. “Ya, kapal jenis ini belum ada yang berbendera Merah Putih,” katanya ketika dikonfirmasi Bisnis, kemarin. Dia memaparkan selama ini kapal yang digunakan untuk mengangkut peralatan anjungan minyak dan gas lepas pantai masih dioperasikan perusahaan luar negeri karena belum tersedianya kapal yang dimiliki pengusaha nasional. Namun, katanya, seiring pelaksanaan asas cabotage, kapal-kapal lepas pantai yang beroperasi di dalam negeri wajib berbendera Merah Putih. “Kami ingin berkontribusi dalam rangka asas cabotage,” tambahnya. Kapal offshore jenis heavy load barge merupakan sebuah kapal yang berfungsi sebagai angkutan alat berat yang dirancang untuk memindahkan beban yang tidak dapat ditangani oleh kapal-kapal biasanya. Kapal jenis ini mampu mengangkat sekaligus memindahkan kapal jenis lain yang berkapasitas besar bahkan alat terapung jenis jack up rig untuk keluar dari air karena dilengkapi dengan fasilitas bongkar. Seperti diberitakan, PT Wintermar Offshore Marine Tbk akan membentuk usaha patungan dengan Lanpan Pte.Ltd Singapura dengan porsi kepemilikan saham di perusahaan baru tersebut mencapai 51%. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, nilai penyertaan modal yang akan disetorkan membentuk usaha patungan tersebut tidak mencapai 20% dari total ekuitas yang dimiliki. Lanpan akan menguasai 49% saham perusahaan untuk bergerak khusus di sektor angkutan anjungan (rig) lepas pantai. Sebelumnya, PT Wintermar Offshore Marine, Tbk. sudah memasok dua unit kapal offshore jenis PSV (Platform Supply Vessel) pertama berbendera Merah Putih melalui PT PSV, perusahaan patungan dengan PT Meratus Lines. Investasi kapal tersebut mencapai US$51 juta yang sebagiannya dibiayai oleh Bank OCBC CIMB. Kapal tersebut sudah bekerja di Makasar Straits Explorers Consortium untuk proyek pembangunan panggung rig dengan kontrak selama 3 tahun.