KASUS DBD SLEMAN Penyebaran Nyamuk ber Walbachia Perlu Dilanjutkan Jumat, 16 Desember 2016 00:40 WIB Red: Editor : Sumadiyono Harianjogja.com, SLEMAN– Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan Nyamuk Aedes Aegypti cukup memprihatinkan. Pemkab Sleman berharap penyebaran Nyamuk ber Walbachia dilanjutkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini mengakui, kasus DBD banyak terjadi di daerah dengan populasi dan mobilitas penduduk yang tinggi. Kecamatan Depok, katanya, menduduki peringkat teratas ditemukannya kasus DBD. “Depok sebagai kecamatan dengan populasi penduduk terbanyak dan peringkat pertama dengan 123 kasus DBD,” katanya, Kamis (15/12/2016). Setelah Depok, peringkat kedua diduduki Godean dengan 109 kasus, Gamping (97 kasus), Kalasan (96 kasus), dan Mlati (70 kasus). Melihat kondisi tersebut, penyebaran Nyamuk ber Wolbachia dinilai efektif untuk menurunkan kasus DBD. Pemkab, sejak 2014 bekerjasama dengan Eliminate Dengue Project (EDP) Fakultas Kedokteran UGM mengembangkan metode alami untuk mengurangi penyebaran virus dengue menggunakan bakteri Wolbachia. Dari evaluasi penelitian yang dilakukan, katanya, bakteri Wolbachia mampu menurunkan atau menghambat penularan virus dengue. Pihaknya berharap penelitian tersebut dapat dilanjutkan dan diaplikasikan di seluruh wilayah Sleman. “Ini dilakukan untuk mengantisipasi dan menurunkan penularan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti,”jelasnya. Terkait hal itu, peneliti eliminate dengue project (EDP) Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM Bekti Andari mengakui ada keinginan Pemkab untuk memperluas penyebaran nyamuk ber Wolbachia. “Namun karena masih penelitian, kami harus pikirkan lebih lanjut,” tuturnya kepada Harian Jogja. Project Leader EDP-Jogja Prof . Adi Utarini menjelaskan, Wolbachia merupakan bakteri alami yang terdapat pada lebih dari 60% jenis serangga seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang, dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. Menurutnya, Wolbachia aman bagi manusia, hewan dan lingkungan. “Bakteri ini mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain,”kata Utarini. Pelepasan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di wilayah Nogotirto dan Trihanggo, Gamping, pada Januari-Juni 2014, katanya menunjukkan, nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia mampu berkembang biak di lingkungan alaminya. Meski begitu, nyamuk tersebut tidak mampu menyebar dan berkembang biak di luar wilayah pelepasan. “Bakteri tersebut terbukti mampu menghambat perkembangan virus dengue dan tidak ada bukti penularan lokal ketika frekuensi Wolbachia di populasi nyamuk Aedes Aegypti mencapai tingkat yang tinggi,” katanya. Sumber: http://www.harianjogja.com/baca/2016/12/16/kasus-dbd-sleman-penyebaran-nyamukber-walbachia-perlu-dilanjutkan-776804