1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bakteri

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Bakteri dengan genus Klebsiella dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Koloni bakteri ini paling sering
berawal dari traktus urinarius. Tercatat sebanyak 2-15%
kasus
cystitis
terjadi
di
komunitas.
Insidensi
persebaran Klebsiella pneumoniae juga meningkat pada
infeksi
di
rumah
sakit
(Collins
et
al.,
1996).
Organisme ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial yang
meluas,
seperti
bacteremia,
pneumonia
serta
infeksi
saluran kencing terutama pada individu dengan penurunan
sistem kekebalan tubuh (Podschun and Ullmann, 1998).
Dalam
Indonesia
survey
Departemen
tercatat
lima
Kesehatan
kasus
Republik
Infeksi
Saluran
Pernapasan Akut di antara 1.000 bayi/balita pada tahun
2000.
Ini
artinya
sebanyak
150.000
bayi/balita
meninggal tiap tahun atau seorang bayi/balita meninggal
tiap
lima
menit
Indonesia,
2012).
pneumonia
merupakan
(Kementerian
Menurut
pembunuh
Kesehatan
hasil
nomor
Republik
Riskesdas
dua
pada
2007,
balita
(13,2%) setelah diare (17,2%). Diantara bakteri gram
negatif, Klebsiella sp merupakan penyebab terbesar dari
1
2
infeksi
saluran
pernapasan
akut
bagian
bawah
(Lelo,
1989).
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri gram negatif,
berbentuk
batang,
berkapsul,
dan
non
motil.
Patogen
oportunis ini merupakan salah satu bakteri yang dapat
membentuk biofilm (Chen et al., 2013). Sebanyak 95%
infeksi
saluran
kateter
urin
Permukaan
kateter
kemih
yang
peralatan
urin
disebabkan
oleh
terkontaminasi
medis
yang
seperti
penggunaan
(Ryder,
kateter
terkontaminasi
2014).
vena
akan
dan
memicu
terbentuknya biofilm. Hal ini menjadi permasalahan di
dunia
medis
karena
dapat
menyebabkan
resistensi
antibiotik yang kemudian memicu infeksi kronis serta
kegagalan terapi.
Penelitian
tentang
resistensi
antibiotik
pada
biofilm bakteri yang diambil dari kateter pada pasien
post-op di India menemukan bahwa biofilm bakteri yang
ditemukan
adalah
dari
kultur
E.Faecalis,
kateter
diikuti
Foley
paling
E.Coli,
banyak
spesies
Staphylococcus, spesies Klebsiella, spesies Pseudomonas
dan spesies Citrobacter. Hampir semua spesies tersebut
resisten terhadap berbagai antibiotik walaupun pasien
tidak menunjukkan gejala klinis (Kumar et al., 2013).
3
Biofilm
merupakan
sekelompok
bakteri
yang
terbungkus dalam matriks polymer. Umumnya biofilm dapat
menyebabkan infeksi persisten yang resisten terhadap
antibiotik
(Stephens,
2002).
terbentuk
diperkirakan
Biofilm
memiliki
yang
berbagai
telah
mekanisme
pertahanan sehingga menyulitkan dalam mempelajari dan
mencari
terapi
yang
tepat
(Hochstim
et
al.,
2010).
Mekanisme pertahanan berlapis pada biofilm diperkirakan
berupa
yang
penetrasi
lambat,
antibiotik
serta
tekanan.
Dengan
kemampuan
antibiotik
ditingkatkan
yang
buruk,
kemampuannya
menghilangkan
untuk
yang
beradaptasi
resistensi
sudah
mengobati
pertumbuhan
ada
biofilm,
saat
infeksi
dibawah
ini
yang
dapat
sulit
disembuhkan (Stewart, 2002).
Imipenem
karbapenem
terhadap
bakteri
adalah
yang
enzim
Gram
antibiotik
pertama.
Karbapenem
beta-laktamase
negatif
beta-laktam
yang
yang
sudah
golongan
sangat
diproduksi
resisten
poten
oleh
terhadap
berbagai antibiotik. Sebagai antibiotik dengan spektrum
luas, Imipenem terutama digunakan bagi infeksi akibat
Pseudomonas
aeruginosa
dan
species
Enterococcus
(Clissold et al., 1987). Pada tahun 2001, pertama kali
ditemukan
bakteri
yang
memproduksi
Klebsiella
4
pneumoniae
carbapenemase
(KPC)
di
North
Carolina.
Antibiotik golongan karbapenem umumnya tidak efektif
terhadap bakteri yang memproduksi KPC ini. Akibatnya,
mortalitas
dan
morbiditas
dari
infeksi
bakteri
yang
sangat resisten berbagai antibiotik ini terus meningkat
(Arnold et al., 2012).
Penelitian
mengenai
uji
sensitivitas
Imipenem
terhadap biofilm Klebsiella pneumoniae diharapkan dapat
membantu
pengambilan
keputusan
klinik
terutama
bagi
pasien resisten antibiotik.
I.2 Perumusan Masalah
Strain
bakteri
K.
pneumoniae
terhadap
antibiotik
sedangkan
perkembangan
antibiotik
Kemampuan
bakteri
dalam
ini
saat
ini
yang
semakin
resisten
bertambah,
cenderung
membentuk
konstan.
biofilm
pada
peralatan medis seperti kateter dan permukaan biotik
seperti
luka
bakar
mortalitas
akibat
dibutuhkan
pengetahuan
kepekaan
isolat
dapat
penyakit
menyebabkan
infeksi.
yang
klinik
K.
lebih
Oleh
peningkatan
karena
mendalam
pneumoniae
mengenai
yang
membentuk biofilm terhadap antibiotik Imipenem.
itu
mampu
5
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
kepekaan
dari
penelitian
Klebsiella
ini
pneumoniae
adalah
yang
mengetahui
mampu
membentuk
biofilm terhadap antibiotik imipenem secara in vitro,
khususnya Minimum Biofilm Reduction Concentration 50
(MBRC50) imipenem terhadap biofilm bakteri Klebsiella
pneumoniae.
I.4 Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul serupa pernah dilakukan
oleh
Chen
Imipenem
et
al.
against
(2013)
dengan
Klebsiella
judul
“Activity
of
pneumoniae
biofilms
in
vitro and in vivo”. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengevaluasi efek pemberian Imipenem pada biofilm K.
pneumoniae pada kondisi statis maupun bergerak secara
in vitro. Dengan menggunakan telinga kelinci sebanyak
12 ekor sebagai model luka yang terinfeksi biofilm,
penelitian ini menunjukkan bahwa gel yang mengandung
Imipenem sangat efektif mengurangi persebaran biofilm
K. pneumoniae. Secara kualitatif, proses disrupsi sel
dapat
dilihat
secara
langsung
menggunakan
sistem
in
vitro BIOFLUX 200 dikombinasikan dengan laser-inverted
scanning microscopy.
6
I.5 Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
bagi
beberapa
pihak, antara lain:
1) Bagi akademisi
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan kita tentang biofilm serta resistensi
antibiotik
khususnya
K.
pneumoniae
terhadap
Imipenem
2) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan dalam penanganan penyakit infeksi di rumah
sakit terutama infeksi nosokomial, sepsis, luka
bakar serta ISPA akibat biofilm K. pneumoniae.
3) Bagi peneliti
Penelitian
ini
juga
diharapkan
dapat
menjadi
sumber pustaka maupun memacu penelitian tentang
cara
mengatasi
pneumoniae.
infeksi
akibat
biofilm
K.
Download