ASURANSI & PEMBIAYAAN Bisnis Indonesia, Selasa, 5 April 2011 5 PROTEKSI Tifa emisi obligasi JAKARTA: PT Tifa Finance menuntaskan penerbitan dua seri surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) senilai Rp40 miliar pada pekan lalu. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, perseroan menerbitkan MTN dalam bentuk seri A dan seri B masingmasing senilai Rp20 miliar dengan tenor 370 hari. Jatuh tempo MTN tersebut, yaitu tahun depan. Data itu menunjukkan perseroan telah menggunakan jasa PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas sebagai pengatur penerbitan efek yang dipasarkan melalui metode penawaran terbatas tersebut. Kupon surat utang itu sebesar 11% per tahun dan dibayarkan setiap 3 bulan kepada investor. Perseroan yang dipimpin Suwinto Johan itu berencana menggunakan dana aksi korporasi itu guna mendukung ekspansi pembiayaan perseroan. Perseroan mengandalkan pendanaan dari perbankan dan modal sendiri selama ini. (BISNIS/IAA) PENAWARAN SAHAM: Direktur Corporate Finance PT Makinta Securities Harry Kurniawan (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT HD Finance Tbk Hariono (kedua kiri), Direktur Tobing Parali (kedua kanan) dan Direktur Leonardi Suryajaya, seusai paparan publik dalam rangka penawaran umum perdana saham PT HD Finance Tbk di Jakarta, kemarin. Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor itu mengincar dana hingga Rp115 miliar. BISNIS/DEDI GUNAWAN Referensi premi didukung JAKARTA: PT Lippo General Insurance Tbk (Lippo Insurance) mendukung penerapan referensi unsur premi murni pada lini usaha asuransi kendaraan bermotor oleh regulator. Presiden Direktur Lippo Insurance Agus Benjamin belum lama ini mengatakan perseroan menilai kebijakan tersebut positif bagi perkembangan industri perasuransian. Berdasarkan referensi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, premi kendaraan bermotor kategori II dengan nilai pertanggungan Rp150 juta hingga Rp300 juta mengalami perubahan. Lippo Insurance mengalami kenaikan premi sebesar 28% menjadi Rp319,2 miliar pada 2010. Asuransi kendaraan bermotor berkontribusi hingga 16% atau Rp52,54 miliar dari total premi itu. (BISNIS/19) Suzuki Finance perkuat kinerja JAKARTA: PT Suzuki Finance Indonesia memperkuat kinerja pembiayaan dengan mengincar target pembiayaan baru (booking) senilai Rp3 triliun. General Manager Sales Suzuki Finance Yenanto belum lama ini mengatakan target pembiayaan baru tersebut meningkat sebesar 50% dari realisasi yang dibukukan pada tahun lalu sebesar Rp2 triliun. Target itu, tuturnya, ekuivalen dengan pembiayaan bagi 700.000 unit, atau naik 34,61% dari penyaluran pembiayaan pada tahun lalu, yaitu 520.000 unit. (BISNIS/IAA) SMF emisi obligasi Rp1 triliun Kupon surat utang dipatok hingga 8,8% OLEH IRVIN AVRIANO Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berencana menerbitkan dua seri obligasi senilai Rp1 triliun guna mendukung penyaluran pembiayaan perumahan. Direktur Utama SMF Erica Soeroto mengatakan rencana penerbitan obligasi itu berjaminan kredit pemilikan rumah (KPR), sehingga risiko gagal bayar ditanggung bank penyalur kredit rumah. Struktur itu juga dirancang agar investor terbebas dari risiko. “Dana dari penerbitan obligasi berbasis KPR itu akan kami salurkan dalam bentuk pemberian pinjaman guna pembiayaan perumahan kepada lem- baga keuangan lain,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin. Rencana penerbitan dua seri obligasi bernilai masing-masing Rp500 miliar tersebut, terkait dengan penerbitan obligasi SMF seri IV/2011 senilai Rp463 miliar pada akhir bulan lalu. Jumlah penerbitan efek utang itu lebih rendah dari target awal senilai Rp500 miliar akibat permintaan kupon dari investor yang tinggi. Berdasarkan keterbukaan informasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia pada akhir pekan lalu, kupon obligasi tranche A perseroan yang bertenor 12 bulan ditetapkan pada level 8,4% dan tranche B yang bertenor 24 bulan sebesar 8,8%. Besaran nilai penerbitan masing-masing tranche efek utang tersebut, yaitu Rp378 miliar dan Rp85 miliar. Kupon untuk tranche A lebih tinggi dari kisaran yang ditawarkan perseroan kepada ca- Asuransi kesehatan topang kinerja Bumida BISNIS INDONESIA JAKARTA: Laba PT Asuransi Umum Bumiputera 1967 (Asuransi Bumida) naik sebesar 2,02% menjadi Rp16,76 miliar pada 2010 ditopang oleh penguatan kontribusi asuransi kesehatan. Perolehan premi bruto tumbuh 9,16% dari Rp302,91 miliar pada 2009 menjadi Rp330,67 miliar. Kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi kesehatan hingga 45%. Sisanya, yaitu kontribusi dari produk asuransi kecelakaan diri, penjaminan proyek (surety bond), dan marine cargo. Jalur distribusi premi terbesar, yaitu grup Bumiputera yang memiliki mitra kerja tersebar luas di Indonesia. Selanjutnya, korporasi, baik pemerintah maupun swasta, pialang dan perbankan. Direktur Teknik Asuransi Bumida Joko Hananto mengatakan kenaikan laba yang cenderung tipis itu disebabkan oleh hasil investasi perseroan yang tidak mencapai target, meskipun mengalami surplus. Beban usaha mengalami kenaikan sebesar 10,8% menjadi Rp100,85 miliar pada 2010 dari Rp91,01 miliar pada 2009. Kenaikan beban usaha itu turut memengaruhi perolehan laba perseroan. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hasil pengelolaan risiko (underwriting) naik 9% dari Rp105,25 miliar menjadi Rp96,54 miliar pada 2010. Adapun, klaim bruto meningkat menjadi Rp167,28 miliar atau naik 11,69% dari Rp149,77 miliar pada 2009. “Klaim beberapa produk asuransi, seperti marine hull dan kesehatan meningkat, tetapi kenaikan klaim seimbang dengan pendapatan,” ujar Joko kepada Bisnis, pekan lalu. Hasil investasi pada 2010 mencapai Rp16,42 miliar dari total investasi Rp230,56 miliar. Hasil investasi itu meningkat 21,77% dari 2009, yaitu Rp189,33 miliar. Unit penyertaan reksa dana berkontribusi hingga 45,29% atau sebesar Rp104,43 miliar. Perseroan meningkatkan investasi pada unit penyertaan reksa dana hingga 74,56% menjadi Rp104,43 miliar pada 2010 dari Rp59,82 miliar pada 2009. Kontribusi portofolio investasi lainnya, yaitu deposito berjangka sebesar 34,85% atau Rp80,35 miliar, saham 16,88% atau Rp38,93 miliar, dan obligasi sebesar 1,57% atau Rp3,63 miliar. “Kami ingin tumbuh konservatif, sehingga hanya menargetkan pertumbuhan premi sebesar 10% atau Rp478 miliar,” ujar Joko. Direktur Pemasaran Bumida S.G. Subagyo mengatakan perseroan fokus membenahi kualitas bisnis guna mencapai target pertumbuhan 10% pada 2011. Guna mencapai rencana itu, perseroan berencana menambah kantor pemasaran di Tegal, Jawa Tengah dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bumida yang kini memiliki sekitar 1.200 agen menargetkan penambahan agen sebanyak 1.000 agen pada tahun ini. Pertumbuhan produk penjaminan proyek (surety bond) berkontribusi sebesar 10% pada 2010, terkait dengan peningkatan kontra bank garansi. Kontra bank garansi Bumida cenderung diminati pemilik proyek skala besar, seperti BUMN, sedangkan surety bond diminati pemilik proyek skala menengah di luar Jakarta. Perseroan juga membatasi bisnis asuransi angkutan laut pada tahun ini, karena dinilai tidak terlalu memuaskan bagi perseroan. (19) Pembahasan Rancangan Undang-Undang BPJS diļ¬nalkan BISNIS INDONESIA JAKARTA: Pimpinan DPR dan delapan menteri segera memfinalkan pembahasan RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menyusul kebuntuan rencana tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ketua Panitia Khusus RUU BPJS Ahmad Nizar Shihab kepada Bisnis, kemarin. Sebanyak delapan menteri tersebut, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Sosial, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,. Selanjutnya, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri BUMN. “Kami berharap pemerintah menentukan sikap dalam rapat yang akan digelar sebelum parlemen memasuki masa reses pada 8 April,” kata Ahmad. Panitia khusus RUU BPJS memberikan batas waktu hingga akhir Maret kepada pemerintah guna melanjutkan pembahasan RUU BPJS. Apabila pemerintah memutuskan untuk melanjutkan pembahasan RUU BPJS, pansus akan meminta perpanjangan waktu. Namun, apabila pemerintah berkukuh tidak bersedia, pansus akan melapor kepada Badan Musyawarah DPR, pimpinan DPR, dan paripurna bahwa pembahasan telah selesai. Wakil Ketua Pansus RUU BPJS Surya Chandra Surapatya mengatakan pimpinan pansus menghadap pimpinan DPR mulai kemarin hingga akhir Maret 2011. Pimpinan DPR diharapkan memanggil pemerintah untuk menentukan sikap atas RUU BPJS. “Setelah pertemuan ini, pansus akan menghadap pimpinan DPR berbekal bahan dari rapat dengar pendapat. Kami berharap akan memperoleh jawaban tentang RUU BPJS,” ujar Surya. Adapun, sejumlah substansi yang menyebabkan alotnya pembahasan RUU BPJS tersebut, meliputi bentuk BPJS tunggal atau majemuk, RUU BPJS sebatas penetapan atau sekaligus pengaturan, dan pelaksanaan SJSN berdasarkan program atau segmentasi. Menurut anggota Komisi XI dari Fraksi Golkar Endang Agustini Syarwan Hamid, pansus mengalami dinamika pelik dengan pemerintah, meskipun semua anggota fraksi menyetujui RUU BPJS. Dia mengusulkan pansus agar segera bertanya ke pemerintah guna menindaklanjuti RUU BPJS. Anggota pansus dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan RUU BPJS Okky Asokawati berpendapat tuntutan KAJS itu memacu anggota pansus merealisasikan RUU BPJS. Hal itu dinilai sebagai suara rakyat yang wajar, karena letih menghadapi pemerintah yang tidak memprioritaskan kesejahteraan rakyat, terutama pelayanan kesehatan. (19) Kinerja keuangan PT Sarana Multigriya Finansial per 30 Juni (Rp triliun) Jumlah aset Jumlah kewajiban Pendapatan Laba bersih Sumber: Laporan keuangan 2009 1,31 0,01 0,06 0,04 2010 2,14 0,75 0,05 0,03 BISNIS/MAHER lon investor pada awal masa penawaran obligasi yang diperkirakan sekitar 7,19%-8,19%. Adapun, penetapan kupon tranche B masih berada pada kisaran awal yang ditawarkan pada level 7,83%-8,83%. Perseroan dibantu PT Danareksa Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai wali amanat dalam penerbitan efek utang itu. Erica mengatakan dasar penetapan besaran penerbitan dan besaran kupon obligasi itu adalah risiko kecil yang diberikan kepada investor karena berjaminan KPR. “Obligasi SMF berbeda, karena memiliki jaminan KPR. Obligasi itu layak dengan tingkat kupon yang ditetapkan SMF.” Rencana penerbitan obligasi berbasis KPR lanjutan, tutur Erica, bergulir setelah perusahaan dipastikan mendapatkan tambahan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp1 triliun dari pemerintah. Rencana penambahan PMN oleh pemerintah itu telah disahkan DPR pada akhir pekan lalu. Dia menjelaskan penambahan PMN itu tidak mengubah target pemberian pinjaman pembiayaan perumahan yang sudah ditetapkan sebesar Rp1,15 triliun, karena hal itu sudah memasukkan potensi penambahan modal dari pemerintah. Menurut Erica, perusahaan memprediksi penambahan modal dari PMN tersebut akan direalisasikan pada pertengahan tahun ini, atau setelah penerbitan peraturan pemerintah yang akan mendukung keputusan DPR itu. Terkait dengan PMN itu, penyaluran pinjaman untuk pembiayaan SMF diperkirakan bisa meningkat menjadi Rp2,4 triliun per tahun. Dana yang dialirkan ke sektor perumahan ditargetkan mencapai Rp22,6 triliun hingga 2015. Kepastian tambahan PMN tersebut dikantongi SMF pada akhir pekan lalu setelah Komisi VI DPR merestui rencana tersebut bersama dengan tambahan PMN dan penerusan pinjaman anak usaha (subsidiary loan agreement/SLA) lain. Adapun, PMN dan SLA tersebut ditujukan bagi beberapa BUMN dan akan dialokasikan dalam APBN-P 2011. Parlemen juga mengesahkan pemberian PMN senilai Rp1,5 triliun bagi PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia dan sebesar Rp2 triliun bagi PT Asuransi Kredit Indonesia dan Jaminan Kredit Indonesia. ([email protected])