Analisis Strategi Bauran Pemasaran Perusahaan

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Kata pariwisata mulai digunakan pada tahun 1958 dan sebelumnya kata
yang digunakan adalah kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”.
Pada tahun 1958 kata pariwisata digunakan sebagai padanan tourisme (Belanda)
atau tourism (Inggris). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah
hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semua mengandung
unsur “wisata”. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat
sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari
nafkah. Menurut Warpani (2007), pariwisata adalah berbagai bentuk kegiatan
wisata sebagai kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam berbagai macam
kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung dengan berbagai fasilitas dan
pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
2.2. Agrowisata
Menurut Septriani dalam Masang (2006), agrowisata merupakan terjemahan
dari istilah bahasa Inggris Agrotourism. Dilihat dari asal katanya, Agro berarti
pertanian dan tourism berarti pariwisata atau kepariwisataan. Agrowisata atau
agrotourism adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas
mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan,
yang tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun terkait lebih luas dengan
ekosistemnya, bahkan lingkungan secara umum.sedangkan menurut Warpani
(2007) wisata agro atau agrowisata dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru
yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada
saat musim durian atau wisata tani.
2.3. Manajemen Strategi
Menurut David (2008), manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan
ilmu untuk memformulasi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Fokus
manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan,
7
produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi
komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Daft (2007) menjelaskan bahwa manajemen stategis merupakan kumpulan
keputusan dan tindakan yang digunakan dalam penyusunan dan implementasi
strategi yang akan menghasilkan kesesuaian antara organisasi dan lingkungannya
untuk meraih tujuan organisasi. Esensi dari penyusunan strategi adalah memilih
bagaimana organisasi menjadi berbeda. Strategi harus berubah dari waktu ke
waktu agar sesuai dengan kondisi lingkungan dan perusahaan mengembangkan
strategi yang berfokus pada kompetensi utama, mengembangkan sinergi, dan
menciptakan nilai bagi pelanggan.
Menurut Purwanto (2006), manajemen strategi adalah sejumlah keputusan
dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah
strategi yang efektif untuk membantu mencapai suatu sasaran perusahaan.
Rencana manajemen strategi untuk perusahaan ialah suatu rencana jangka panjang
yang didasarkan pada analisis dan diagnosis lingkungan internal dan eksternal
yang selanjutnya memformulasikan hasil analisis tersebut menjadi sebuah
keputusan strategis
yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir.
Keputusan ini mencakup ruang lingkup bisnis, produk dan pasar yang harus
dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan, dan kebijakan utama yang diperlukan
untuk mengatur pelaksanaan keputusan untuk mencapai sasaran.
2.4. Visi dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak
dicapai. Cita-cita tersebut akan diperjuangkan agar jati dirinya jelas, yaitu citra
nilai dan kepercayaan perusahaan. Menurut Purwanto (2006), visi perusahaan
adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan kata lain, visi merupakan
wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan merupakan kondisi ideal yang
hendak dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang. Visi memberi arah dan
ide aktual kepada manajemen dalam proses pembuatan keputusan agar setiap
tindakan
yang dilakukan senantiasa
memungkinkan untuk mewujudkannya.
berlandaskan
visi perusahaan dan
8
Adapun karakteristik visi yaitu sebagai berikut:
1. Diciptakan melalui permufakatan atau konsensus
2. Memberikan pandangan atas segala sesuatu yang terbaik dimasa yang akan
datang
3. Mempengaruhi orang untuk menuju ke misi
4. Tanpa keterbatasan dimensi waktu
Selanjutnya untuk menghayati visi, diperlukan tatanan atas nilai dan kepercayaan
perusahaan yang menjadi pernyataan usaha dari perusahaan, pernyataan usaha ini
disebut misi perusahaan.
Misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari
badan usaha. Baik visi maupun misi mempengaruhi tujuan badan usaha karena
hal-hal tersebut merupakan karakteristik khas perusahaan. Sebaliknya, misi
dipengaruhi oleh beberapa unsur, seperti lingkungan perusahaan, kekuatan dan
kelemahan perusahaan, perkembangan perusahaan serta nilai-nilai manajemen.
Menurut David (2008), misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang
membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan
misi mengidentifikasi cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan
pasar. Sedangkan menurut Daft (2007), misi merupakan penjelasan yang
dinyatakan secara umum tentang skala usaha dan operasi yang membedakan
organisasi dengan organisasi lain di bidang yang sama. Isi dari pernyataan misi
sering berfokus pada pasar dan pelanggan serta mengidentifikasikan usaha di
bidang yang diinginkan. Sejumlah peryataan misi menggambarkan karakteristik
perusahaan, seperti nilai perusahaan, kualitas produk yang dihasilkan, fasilitas
lokasi, dan perilaku terhadap karyawan.
2.5. Pengertian Pemasaran
Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler (2007) mendefinisikan
pemasaran sebagai satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamnya. Saat berhadapan dengan proses pertukaran, harus ada sejumlah
besar pekerjaan dan keterampilan. Sedangkan menurut Kotler (2007), pemasaran
adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dari kelompok
9
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan pihak lain.
2.6. Strategi Bauran Pemasaran
Tugas pemasar adalah merencanakan kegiatan pemasaran dan merakit
program
pemasaran
yang
sepenuhnya
terpadu
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai bagi konsumen. Program pemasaran
terdiri dari sejumlah keputusan tentang kegiatan pemasaran yang meningkatkan
nilai untuk digunakan. Kegiatan-kegiatan pemasaran tampil dalam semua bentuk.
Bentuk dari kegiatan pemasaran adalah dari segi bauran pemasaran (Kotler,
2007).
Bauran pemasaran didefiniskan sebagai perangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. McCarthy dalam
Kotler (2007) mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ini menjadi empat
kelompok besar yang disebut empat P tentang pemasaran, yaitu: produk (product),
harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan
pandangan perusahaan tentang alat pemasaran yang tersedia untuk memenuhi
pembeli.
2.6.1. Pemasaran Jasa
Menurut Swasta dalam Wahyudi (2009), jasa adalah barang yang tidak
kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi
pertukaran yang saling memuaskan. Mutu jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
merupakan peran yang terpenting pada perusahaan jasa.
Kotler (2007) menyebutkan bahwa kunci keberhasilan dalam persaingan
jasa yaitu kemudahan pemesanan, pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan,
konsultasi pelanggan, serta pemeliharaan dan perbaikan. Sedangkan untuk
karakteristik yang mempengaruhi desain program pemasaran terdiri atas empat
yaitu tidak berwujud (intangibility), tidak terpisahkan (inseparability), bervariasi
(variability) dan tidak tahan lama (perishability).
Kotler (2007) berpendapat bahwa pada pemasaran jasa membutuhkan tiga
cara pemasaran yaitu:
10
1. Pemasaran Eksternal : menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan,
menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut
kepada pelanggan.
2. Pemasaran internal : mendeskripsikan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi
karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik.
3. Pemasaran interaktif : mendeskripsikan kemampuan karyawan dalam melayani
pelanggan.
Pemasar jasa dapat mendiferensiasikan dirinya melalui citra di mata
pelanggan, misalnya melalui simbol-simbol dan merk yang digunakan. Selain itu,
perusahaan dapat melakukan deferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa
(sevice delivery) melui tiga aspek yang juga dikenal dengan 3P dalam pemasaran
jasa yaitu orang (people), lingkungan fisik (physical Evidence) dan proses
(Tjiptono, 2008).
2.6.2. Produk
Menurut Kotler (2007), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang
dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat,
properti, organisasi dan gagasan.
Pemasar perlu memikirkan secara mendalam lima tingkatan produk. Dalam
merencanakan tawaran pasar, masing-masing tingkat menambahkan lebih banyak
nilai pelanggan, dan kelimanya membentuk hirarki nilai pelanggan (customer
value hierarchy). Tingkatan yang paling mendasar adalah manfaat inti (core
benefit) yaitu layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli
pelanggan. Pada tingkatan ke dua, pemasar harus mengubah manfaat inti tersebut
menjadi produk dasar (basic product). Pada tingkat ke tiga pemasar menyiapkan
produk sesuai yang diharapkan (expected product) yaitu beberapa atribut dan
kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk. Pada
tingkat ke empat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan (augmented
product) yang melampaui harapan pelanggan. Pada tingkat ke lima terdapat calon
produk (potential product), yang meliputi segala kemungkinan peningkatan dan
perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa
mendatang.
11
Menurut Kotler (2007), produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok menurut daya tahan dan wujudnya yaitu:
1.
Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang
berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
Penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli,
dan strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya
mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-besaran guna
memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi.
2.
Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya
tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama
pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi,
mengenakan marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak dari
penjual.
3.
Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan,
dan mudah habis. Produk jenis ini memerlukan pengendalian mutu,
kredibilitas pemasok dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi.
2.6.3. Saluran Distribusi atau tempat
Menurut Kotler (2007), saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi
yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau
jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi ini
dibutuhkan karena kebanyakan produsen tidak menjual barang-barang hasil
produksi mereka secara langsung kepada para pengguna akhir, diantaranya
terdapat perantara yang menjalankan berbagai fungsi. Perantara ini menetapkan
satu saluran pemasaran yang disebut dengan saluran perdagangan atau saluran
distribusi.
Saluran pemasaran berfungsi untuk memindahkan barang dari produsen ke
konsumen. Hal itu untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan
yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau
menginginkannya.
12
2.6.4. Harga
Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya
menghasilkan biaya.
Harga
barangkali adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan. Ciriciri produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga
juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan kepada pasar
tentang produk dan mereknya. Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan
dengan baik dapat menetukan premium harga dan mendapatkan laba besar
(Kotler, 2007).
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya ketika
mengembangkan produk baru, ketika memperkenalkan produk regulernya ke
saluran distribusi atau daerah geografis yang baru dan ketika mengikuti lelang
untuk kerja kontrak
yang baru. Perusahaan harus memutuskan dimana
memposisikan produknya dari segi mutu dan harga.
Perusahaan
harus
mempertimbangkan
banyak
faktor
dalam
mempertimbangkan kebijakan harga, Menurut Kotler (2007), ada enam prosedur
yang harus dilaksanakan dalam penetapan harga, yaitu:
1. Memilih tujuan penetapan harga
Langkah pertama yang dilakukan perusahaan adalah memutuskan dimana ingin
memposisikan tawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan suatu perusahaan maka
akan semakin mudah menetapkan harga. Perusahaan dapat mengharapkan satu
dari lima tujuan utama melalui penetapan harga yaitu kelangsungan hidup, laba
maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai pasar secara
keseluruhan atau kepemimpinan mutu produk.
2. Menentukan permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena
itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu
perusahaan.
3. Memperkirakan biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan
perusahaan untuk produknya, sedangkan biaya menentukan batas terendahnya.
4. Menganalisa biaya, harga dan tawaran pesaing
13
Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga,
dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Perusahaan harus mempertimbangkan
harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan tersebut mengandung ciri-ciri
diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, nilai bagi
pelanggan seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut.
Jika tawaran pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan
perusahaan tersebut, nilainya bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan
dikurangkan dari harga perusahaan tersebut.
5. Memilih metode penetapan harga
Ada tujuh metode dalam penetapan harga yaitu: penetapan harga mark up
(mark up pricing), pemetapan harga sasaran pengembalian (target return
pricing), penetapan harga persepsi nilai (perceived value pricing), penetapan
harga nilai (value pricing), penetapan harga umum (going rate pricing),
penetapan harga tipe lelang (auction type pricing).
6. Memilih harga akhir
Metode-metode penerapan harga mempersempit ruang gerak yang harus
digunakan perusahaan untuk memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga
akhir ini, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang
meliputi dari kegiatan pemasaran lain, kebijakan penetapan harga perusahaan,
penetapan harga yang berbagi laba dan resiko, dan dampak harga terhadap
pihak lain.
2.6.5. Promosi
Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam
upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merk yang mereka
jual. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merkmerk mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pegalaman merk, perasaan
dan barang. Dalam melaksanakan komunikasi pemasaran diperlukan beberapa
cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran yang terdiri atas
enam cara komuniksi yaitu: (Kotler, 2007).
14
1. Iklan, yaitu setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan berupa
promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan.
2. Promosi penjualan, yaitu berbagai jenis insentif jangka pendek untuk
mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa.
3. Acara khusus dan pengalaman, yaitu perusahaan mensponsori kegiatan dan
program-program yang dirancang untuk menciptakan interaksi setiap hari atau
interaksi yang berkaitan dengan merk.
4. Hubungan masyarakat dan pemberitaan, yaitu berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau
masing-masing produknya.
5. Pemasaran langsung, yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail atau
internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan atau berdialog
dengan pelanggan tertentu dan calon pelanggan.
6. Penjualan pribadi, yaitu interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon
pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan
dan memperoleh pemesanan.
2.6.6. Proses
Menurut Harahap dalam Wahyudi (2009), proses perlu diperhatikan dalam
pemasaran suatu produk/jasa. Apabila proses tidak diperhatikan misalnya,
menyediakan permintaan produk/jasa yang tidak sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dan
keterlambatan
dalam
melakukan transaksi,
maka
akan
mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan. Hal ini menegaskan bahwa kerjasama
yang akrab diperlukan antara staf pemasaran dan operasi yang terlibat dalam
manajemen proses.
2.6.7. Orang
Orang (karyawan) merupakan unsur dari bauran pemasaran jasa yang
memiliki peran yang sangat penting. Keberhasilan pemasaran akan sangat
bergantung pada seleksi karyawan, sumber daya manusia, dan motivasi, telepas
dari apakah karyawan tersebut memiliki keterampilan khusus atau hanya memiliki
keterampilan rendah. Perusahaan jasa dapat membedakan dirinya dengan cara
merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan dan lebih dapat
15
diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan dari pada karyawan pesaingnya
(Tjiptono, 2008).
Pada suatu usaha yang bergerak di bidang wisata, kesan yang diberikan oleh
karyawan kepada pengunjung atau pelangan mempunyai peran yang sangat
penting. Para karyawan diberikan pelatihan untuk mengembangkan perilaku dan
sikap-sikap yang baik terhadap para pelanggan.
2.6.8. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan lingkungan fisik dari perusahaan dimana layanan
diciptakan dan konsumen
berinteraksi satu sama lain. Perusahan jasa dapat
mengembangkan lingkungan fisik yang lebih interaktif, misalnya toilet yang
bersih, tempat parkir, tempat duduk, tempat istirahat dan sebagainya yang
dibutuhkan pengunjung. Bukti fisik sangat berhubungan dengan rangkaian
fasilitas yang disediakan oleh perusahaan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan dari pengunjung.
2.7. Proses Hirarki Analitik (PHA)
Proses hirarki analitik adalah suatu model yang luwes yang memberikan
kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan
dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masingmasing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Saaty, 1991).
Proses ini memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan
informasi.
Proses hirarki analitik memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi
secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan
untuk menyusun hierarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman
untuk memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, PHA menunjukkan
bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian masalah dengan
elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya
adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi dari suatu
sistem sebagai suatu keseluruhan.
16
Menurut Saaty (1991) ada tiga prinsip dasar dalam metode AHP, yaitu :
1. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki yang kita sebut menyusun
secara hirarkis yaitu, memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang
terpisah-pisah.
2. Pembedaan prioritas dan sintesis yang kita sebut penetapan prioritas, yaitu
menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.
3. Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkat secara konsistensi sesuai dengan suatu kriteria
yang logis.
Berbagai keuntungan dalam penerapan Proses Hirarki Analitik (PHA) yaitu:
1.
Kesatuan: PHA memberi satu model dimengerti, luwes untuk aneka ragam
persoalan tak terstruktur.
2.
Kompleksitas: PHA
memasukan ancangan dedukatif dan ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3.
Saling ketergantungan: PHA dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen daalm suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.
4.
Penyusunan hirarki: PHA mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk
memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
berlainandan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5.
Pengukuran: PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
tanwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.
6.
Konsistensi: PHA melacak konsistensi dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7.
Sintesis: PHA menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif
8.
Tawar-menawar: PHA
mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9.
Penilaian dan konsensus: PHA tidak memaksakan konsensus tetapi
mensistesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda-beda.
17
10. Pengulangan proses: PHA memungkinkan orang memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
mereka melalui pengulangan.
Langkah-langkah dalam penerapan metode PHA (Saaty,1991 ) adalah sebagai
berikut:
1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut manajerial menyeluruh dari tingkat puncak
sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan
persoalan itu.
3. Membuat matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap
elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada
setingkat
diatasnya.
Dalam
matriks
ini,
pasangan-pasangan
elemen
dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi.
4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matriks di langkah 3.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan itu dan memasukkan
nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama
prioritas dicari dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk setiap tingkat dan gugusan dalam hirarki
tersebut.
7. Gunakan komposisi secara hirarkis (sintesis) untuk membobotkan vektorvektor prioritas tersebut dengan bobot kriteria-kriteria dan jumlahkan semua
entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat
bawah berikutnya dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh
utuk tingkat hirarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa buah, boleh
diambil nilai rata-rata aritmetiknya.
8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks
konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil
kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks
acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang
sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai
18
10% atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan
diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan
pada saat pengisian ulang kuisioner dan dengan lebih mengarahkan responden
pada perbandingan berpasangan.
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu
Luther Masang (2006) menganalisis mengenai strategi pengembangan
agrowisata obat tradisional Taman Sringanis Bogor. Akar permasalahan dari
penelitian ini adalah era globalisasi perdagangan bebas yang terjadi pada saat ini
menuntut
setiap negara untuk mengembangkan sektor usaha yang memiliki
keunggulan kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Taman Sringanis yang
terletak di Desa Cimanengah, Cipaku Bogor merupakan agrowisata yang
menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya. Taman Sringanis mengoleksi
kurang lebih 450 jenis tanaman obat dari kurang lebih 940 jenis tanaman obat
yang dibudidayakan di Indonesia. Taman Sringanis harus melihat secara obyektif
kondisi internal dan eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan usahanya dan
meningkatkan efisiensi operasi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengembangkan usahanya adalah dengan memiliki strategi yang tepat dengan
mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi internal dan
eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisonal,
menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun
obat tradisional, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha Taman Sringanis, dengan mengikutkan juga pendapat
konsumen.
Hasil analisis IFE/EFE matriks menunjukkan kekuatan utama Taman
Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan kelemahan terbesar adalah
misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba. Peluang terbesar adalah trend
back to nature dan ancaman terbesar adalah penggunaan obat farmasi dalam dunia
medis.
Berdasarkan rumusan analisis SWOT, didapat empat strategi alternatif yang
dapat dijadikan pilihan bagi Taman Sringanis dalam memperbaiki dan
19
meningkatkan
kinerjanya.
Diantaranya,
mengoptimalkan
keunggulan dan
pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan
berkhasiat. Memanfaatkan selera wisata konsumen yang berubah dari mass
tourism ke nice tourism berbasis lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra
baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok,
hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya
penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya
produk subtitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri.
Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi satu
sebagai nilai tertinggi, maka disusun langkah-langkah operasional sebagai
prioritas, yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro,
memanfaatkan kualitas produk, citra baik dimata konsumen, mempertahankan
hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi pemerintah
untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan
produk subtitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri.
Tiur Mariani Sihaloho (2009) menganalisis strategi pengembangan
agribisnis kopi di kabupaten Humbang Hansudutan, Sumatera Utara. Latar
belakang penelitian ini adalah salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia
adalah kopi. Indonesia adalah negara kedua eksportir kopi dunia, tetapi pada
tahun 2007, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia juga mengimpor
kopi dalam jumlah besar. Oleh karena itu strategi pengembangan agribisnis kopi
perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganisis faktor-faktor internal
dan faktor-faktor eksternal yang menentukan pengembangan kopi di Kabupaten
Humbang Hasundutan serta merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan
memilih prioritas srtategi yang tepat dalam pengembangan agribisnis kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan agribisnis
kopi Kabupaten Humbang Hasudutan adalah pertahanan dan pemeliharaan yaitu
terdiri dari penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penggabungan faktor
internal dan eksternal dan analisis internal-eksternal dalam matriks SWOT
menghasilkan beberapa alternatif yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas
20
sumber daya manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang
berkualitas dan jaringan pemasaran; 2) Membentuk dan membina lembaga
penelitian untuk Research and Development serta mendukung asosiasi kopi dalam
pengembangan kopi organik; 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan
memperluas jaringan pemasaran; 4) Melakukan pembinaan, pengembangan
pemberdayaan kelembagaan dan manajemen usahatani; 5) Memperbaiki rantai
pemasaran kopi melalui lembaga yang terkait; dan 6) Menciptakan kerja sama
yang baik dengan pihak investor.
Hasil QSPM menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas utama
adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan
memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan jaringan pemasaran.
Wahyudi (2009) menganalisa strategi bauran pemasaran dengan penerapan
metode proses hierarki analitik di agrowisata Little Farmers Lembang, Bandung.
Akar permasalahan dari penelitian ini adalah perubahan preferensi konsumen
yang berkembang secara dinamis ke arah agrowisata dan tingkat persaingan yang
semakin tinggi dalam industri pariwisata, membuat agrowisata Little Farmers
perlu menciptakan suatu keunggulan guna mempertahankan keberadaaan serta
usaha pengembangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
sejauh mana strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh Agrowisata Little
Farmers dan menyusun konsep prioritas strategi bauran pemasaran yang lebih
terstruktur untuk dijalankan oleh agrowisata Little Farmers
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat memperoleh prioritas utama
dalam elemen bauran pemasaran dengan bobot 0,201, sedangkan strategi
operasional tempat yang utama adalah lokasi yang strategis. Produk memperoleh
prioritas ke dua dengan bobot 0,185 sedangkan strategi untuk operasional produk
yang utama adalah kualitas atraksi wisata. Prioritas ke tiga dari elemen bauran
pemasaran adalah harga dengan bobot 0,158, sedangkan strategi operasional yang
utama dari dari harga adalah penetapan harga berdasarkan segmen pelanggan.
Prioritas ke empat dari elemen bauran pemasaran adalah promosi dengan bobot
0,153, sedangkan strategi operasional utama dari promosi adalah dengan
memprioritaskan iklan sebagai prioritas utamanya.
21
Bukti Fisik memperoleh prioritas ke lima dari elemen bauran pemasaran
Little Farmers dengan nilai bobot prioritas 0,110, sedangkan strategi operasional
dari bukti fisik yang utamanya adalah fasilitas kebun percobaan. Prioritas ke enam
dari elemen bauran pemasaran Little Farmers adalah proses dengan bobot 0,102,
sedangkan strategi operasional utamanya adalah kualitas dalam layanan. Prioritas
terakhir atau prioritas ke tujuh dari elemen bauran pemasaran agrowisata Little
Farmers adalah Orang dengan bobot 0,088, sedangkan strategi operasional dari
Orang yang mendapat prioritas utama adalah kompetensi karyawan dan pemandu
Download