II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Kata pariwisata mulai digunakan pada tahun 1958 dan sebelumnya kata yang digunakan adalah kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”. Pada tahun 1958 kata pariwisata digunakan sebagai padanan tourisme (Belanda) atau tourism (Inggris). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semua mengandung unsur “wisata”. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari nafkah. Menurut Warpani (2007), pariwisata adalah berbagai bentuk kegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. 2.2. Agrowisata Menurut Septriani dalam Masang (2006), agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris Agrotourism. Dilihat dari asal katanya, Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata atau kepariwisataan. Agrowisata atau agrotourism adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan, yang tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun terkait lebih luas dengan ekosistemnya, bahkan lingkungan secara umum.sedangkan menurut Warpani (2007) wisata agro atau agrowisata dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian atau wisata tani. 2.3. Manajemen Strategi Menurut David (2008), manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan, 7 produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Daft (2007) menjelaskan bahwa manajemen stategis merupakan kumpulan keputusan dan tindakan yang digunakan dalam penyusunan dan implementasi strategi yang akan menghasilkan kesesuaian antara organisasi dan lingkungannya untuk meraih tujuan organisasi. Esensi dari penyusunan strategi adalah memilih bagaimana organisasi menjadi berbeda. Strategi harus berubah dari waktu ke waktu agar sesuai dengan kondisi lingkungan dan perusahaan mengembangkan strategi yang berfokus pada kompetensi utama, mengembangkan sinergi, dan menciptakan nilai bagi pelanggan. Menurut Purwanto (2006), manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai suatu sasaran perusahaan. Rencana manajemen strategi untuk perusahaan ialah suatu rencana jangka panjang yang didasarkan pada analisis dan diagnosis lingkungan internal dan eksternal yang selanjutnya memformulasikan hasil analisis tersebut menjadi sebuah keputusan strategis yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup ruang lingkup bisnis, produk dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan, dan kebijakan utama yang diperlukan untuk mengatur pelaksanaan keputusan untuk mencapai sasaran. 2.4. Visi dan Misi Perusahaan Setiap perusahaan senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak dicapai. Cita-cita tersebut akan diperjuangkan agar jati dirinya jelas, yaitu citra nilai dan kepercayaan perusahaan. Menurut Purwanto (2006), visi perusahaan adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang. Visi memberi arah dan ide aktual kepada manajemen dalam proses pembuatan keputusan agar setiap tindakan yang dilakukan senantiasa memungkinkan untuk mewujudkannya. berlandaskan visi perusahaan dan 8 Adapun karakteristik visi yaitu sebagai berikut: 1. Diciptakan melalui permufakatan atau konsensus 2. Memberikan pandangan atas segala sesuatu yang terbaik dimasa yang akan datang 3. Mempengaruhi orang untuk menuju ke misi 4. Tanpa keterbatasan dimensi waktu Selanjutnya untuk menghayati visi, diperlukan tatanan atas nilai dan kepercayaan perusahaan yang menjadi pernyataan usaha dari perusahaan, pernyataan usaha ini disebut misi perusahaan. Misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari badan usaha. Baik visi maupun misi mempengaruhi tujuan badan usaha karena hal-hal tersebut merupakan karakteristik khas perusahaan. Sebaliknya, misi dipengaruhi oleh beberapa unsur, seperti lingkungan perusahaan, kekuatan dan kelemahan perusahaan, perkembangan perusahaan serta nilai-nilai manajemen. Menurut David (2008), misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan misi mengidentifikasi cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan pasar. Sedangkan menurut Daft (2007), misi merupakan penjelasan yang dinyatakan secara umum tentang skala usaha dan operasi yang membedakan organisasi dengan organisasi lain di bidang yang sama. Isi dari pernyataan misi sering berfokus pada pasar dan pelanggan serta mengidentifikasikan usaha di bidang yang diinginkan. Sejumlah peryataan misi menggambarkan karakteristik perusahaan, seperti nilai perusahaan, kualitas produk yang dihasilkan, fasilitas lokasi, dan perilaku terhadap karyawan. 2.5. Pengertian Pemasaran Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Saat berhadapan dengan proses pertukaran, harus ada sejumlah besar pekerjaan dan keterampilan. Sedangkan menurut Kotler (2007), pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dari kelompok 9 mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. 2.6. Strategi Bauran Pemasaran Tugas pemasar adalah merencanakan kegiatan pemasaran dan merakit program pemasaran yang sepenuhnya terpadu untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai bagi konsumen. Program pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan tentang kegiatan pemasaran yang meningkatkan nilai untuk digunakan. Kegiatan-kegiatan pemasaran tampil dalam semua bentuk. Bentuk dari kegiatan pemasaran adalah dari segi bauran pemasaran (Kotler, 2007). Bauran pemasaran didefiniskan sebagai perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. McCarthy dalam Kotler (2007) mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ini menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P tentang pemasaran, yaitu: produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan perusahaan tentang alat pemasaran yang tersedia untuk memenuhi pembeli. 2.6.1. Pemasaran Jasa Menurut Swasta dalam Wahyudi (2009), jasa adalah barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan. Mutu jasa yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan peran yang terpenting pada perusahaan jasa. Kotler (2007) menyebutkan bahwa kunci keberhasilan dalam persaingan jasa yaitu kemudahan pemesanan, pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, serta pemeliharaan dan perbaikan. Sedangkan untuk karakteristik yang mempengaruhi desain program pemasaran terdiri atas empat yaitu tidak berwujud (intangibility), tidak terpisahkan (inseparability), bervariasi (variability) dan tidak tahan lama (perishability). Kotler (2007) berpendapat bahwa pada pemasaran jasa membutuhkan tiga cara pemasaran yaitu: 10 1. Pemasaran Eksternal : menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada pelanggan. 2. Pemasaran internal : mendeskripsikan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. 3. Pemasaran interaktif : mendeskripsikan kemampuan karyawan dalam melayani pelanggan. Pemasar jasa dapat mendiferensiasikan dirinya melalui citra di mata pelanggan, misalnya melalui simbol-simbol dan merk yang digunakan. Selain itu, perusahaan dapat melakukan deferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa (sevice delivery) melui tiga aspek yang juga dikenal dengan 3P dalam pemasaran jasa yaitu orang (people), lingkungan fisik (physical Evidence) dan proses (Tjiptono, 2008). 2.6.2. Produk Menurut Kotler (2007), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi dan gagasan. Pemasar perlu memikirkan secara mendalam lima tingkatan produk. Dalam merencanakan tawaran pasar, masing-masing tingkat menambahkan lebih banyak nilai pelanggan, dan kelimanya membentuk hirarki nilai pelanggan (customer value hierarchy). Tingkatan yang paling mendasar adalah manfaat inti (core benefit) yaitu layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan. Pada tingkatan ke dua, pemasar harus mengubah manfaat inti tersebut menjadi produk dasar (basic product). Pada tingkat ke tiga pemasar menyiapkan produk sesuai yang diharapkan (expected product) yaitu beberapa atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk. Pada tingkat ke empat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan (augmented product) yang melampaui harapan pelanggan. Pada tingkat ke lima terdapat calon produk (potential product), yang meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa mendatang. 11 Menurut Kotler (2007), produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya yaitu: 1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali Penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, dan strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi. 2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mengenakan marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak dari penjual. 3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Produk jenis ini memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. 2.6.3. Saluran Distribusi atau tempat Menurut Kotler (2007), saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi ini dibutuhkan karena kebanyakan produsen tidak menjual barang-barang hasil produksi mereka secara langsung kepada para pengguna akhir, diantaranya terdapat perantara yang menjalankan berbagai fungsi. Perantara ini menetapkan satu saluran pemasaran yang disebut dengan saluran perdagangan atau saluran distribusi. Saluran pemasaran berfungsi untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal itu untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya. 12 2.6.4. Harga Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga barangkali adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan. Ciriciri produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya. Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menetukan premium harga dan mendapatkan laba besar (Kotler, 2007). Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya ketika mengembangkan produk baru, ketika memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah geografis yang baru dan ketika mengikuti lelang untuk kerja kontrak yang baru. Perusahaan harus memutuskan dimana memposisikan produknya dari segi mutu dan harga. Perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam mempertimbangkan kebijakan harga, Menurut Kotler (2007), ada enam prosedur yang harus dilaksanakan dalam penetapan harga, yaitu: 1. Memilih tujuan penetapan harga Langkah pertama yang dilakukan perusahaan adalah memutuskan dimana ingin memposisikan tawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan suatu perusahaan maka akan semakin mudah menetapkan harga. Perusahaan dapat mengharapkan satu dari lima tujuan utama melalui penetapan harga yaitu kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai pasar secara keseluruhan atau kepemimpinan mutu produk. 2. Menentukan permintaan Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan. 3. Memperkirakan biaya Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan untuk produknya, sedangkan biaya menentukan batas terendahnya. 4. Menganalisa biaya, harga dan tawaran pesaing 13 Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga, dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Perusahaan harus mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan tersebut mengandung ciri-ciri diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, nilai bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut. Jika tawaran pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan perusahaan tersebut, nilainya bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan dikurangkan dari harga perusahaan tersebut. 5. Memilih metode penetapan harga Ada tujuh metode dalam penetapan harga yaitu: penetapan harga mark up (mark up pricing), pemetapan harga sasaran pengembalian (target return pricing), penetapan harga persepsi nilai (perceived value pricing), penetapan harga nilai (value pricing), penetapan harga umum (going rate pricing), penetapan harga tipe lelang (auction type pricing). 6. Memilih harga akhir Metode-metode penerapan harga mempersempit ruang gerak yang harus digunakan perusahaan untuk memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga akhir ini, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang meliputi dari kegiatan pemasaran lain, kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko, dan dampak harga terhadap pihak lain. 2.6.5. Promosi Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merk yang mereka jual. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merkmerk mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pegalaman merk, perasaan dan barang. Dalam melaksanakan komunikasi pemasaran diperlukan beberapa cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran yang terdiri atas enam cara komuniksi yaitu: (Kotler, 2007). 14 1. Iklan, yaitu setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan berupa promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan. 2. Promosi penjualan, yaitu berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa. 3. Acara khusus dan pengalaman, yaitu perusahaan mensponsori kegiatan dan program-program yang dirancang untuk menciptakan interaksi setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merk. 4. Hubungan masyarakat dan pemberitaan, yaitu berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya. 5. Pemasaran langsung, yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail atau internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan atau berdialog dengan pelanggan tertentu dan calon pelanggan. 6. Penjualan pribadi, yaitu interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan memperoleh pemesanan. 2.6.6. Proses Menurut Harahap dalam Wahyudi (2009), proses perlu diperhatikan dalam pemasaran suatu produk/jasa. Apabila proses tidak diperhatikan misalnya, menyediakan permintaan produk/jasa yang tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan keterlambatan dalam melakukan transaksi, maka akan mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan. Hal ini menegaskan bahwa kerjasama yang akrab diperlukan antara staf pemasaran dan operasi yang terlibat dalam manajemen proses. 2.6.7. Orang Orang (karyawan) merupakan unsur dari bauran pemasaran jasa yang memiliki peran yang sangat penting. Keberhasilan pemasaran akan sangat bergantung pada seleksi karyawan, sumber daya manusia, dan motivasi, telepas dari apakah karyawan tersebut memiliki keterampilan khusus atau hanya memiliki keterampilan rendah. Perusahaan jasa dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan dan lebih dapat 15 diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan dari pada karyawan pesaingnya (Tjiptono, 2008). Pada suatu usaha yang bergerak di bidang wisata, kesan yang diberikan oleh karyawan kepada pengunjung atau pelangan mempunyai peran yang sangat penting. Para karyawan diberikan pelatihan untuk mengembangkan perilaku dan sikap-sikap yang baik terhadap para pelanggan. 2.6.8. Bukti Fisik Bukti fisik merupakan lingkungan fisik dari perusahaan dimana layanan diciptakan dan konsumen berinteraksi satu sama lain. Perusahan jasa dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih interaktif, misalnya toilet yang bersih, tempat parkir, tempat duduk, tempat istirahat dan sebagainya yang dibutuhkan pengunjung. Bukti fisik sangat berhubungan dengan rangkaian fasilitas yang disediakan oleh perusahaan sehingga akan meningkatkan kenyamanan dari pengunjung. 2.7. Proses Hirarki Analitik (PHA) Proses hirarki analitik adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masingmasing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Saaty, 1991). Proses ini memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Proses hirarki analitik memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hierarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, PHA menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi dari suatu sistem sebagai suatu keseluruhan. 16 Menurut Saaty (1991) ada tiga prinsip dasar dalam metode AHP, yaitu : 1. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki yang kita sebut menyusun secara hirarkis yaitu, memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. 2. Pembedaan prioritas dan sintesis yang kita sebut penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3. Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkat secara konsistensi sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Berbagai keuntungan dalam penerapan Proses Hirarki Analitik (PHA) yaitu: 1. Kesatuan: PHA memberi satu model dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. 2. Kompleksitas: PHA memasukan ancangan dedukatif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3. Saling ketergantungan: PHA dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen daalm suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier. 4. Penyusunan hirarki: PHA mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainandan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5. Pengukuran: PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan tanwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. 6. Konsistensi: PHA melacak konsistensi dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7. Sintesis: PHA menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif 8. Tawar-menawar: PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. 9. Penilaian dan konsensus: PHA tidak memaksakan konsensus tetapi mensistesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. 17 10. Pengulangan proses: PHA memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Langkah-langkah dalam penerapan metode PHA (Saaty,1991 ) adalah sebagai berikut: 1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut manajerial menyeluruh dari tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan itu. 3. Membuat matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. 4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah 3. 5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan itu dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama prioritas dicari dan konsistensi diuji. 6. Laksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk setiap tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. 7. Gunakan komposisi secara hirarkis (sintesis) untuk membobotkan vektorvektor prioritas tersebut dengan bobot kriteria-kriteria dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh utuk tingkat hirarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil nilai rata-rata aritmetiknya. 8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 18 10% atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuisioner dan dengan lebih mengarahkan responden pada perbandingan berpasangan. 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu Luther Masang (2006) menganalisis mengenai strategi pengembangan agrowisata obat tradisional Taman Sringanis Bogor. Akar permasalahan dari penelitian ini adalah era globalisasi perdagangan bebas yang terjadi pada saat ini menuntut setiap negara untuk mengembangkan sektor usaha yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Taman Sringanis yang terletak di Desa Cimanengah, Cipaku Bogor merupakan agrowisata yang menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya. Taman Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 jenis tanaman obat dari kurang lebih 940 jenis tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia. Taman Sringanis harus melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan efisiensi operasi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya adalah dengan memiliki strategi yang tepat dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisonal, menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Taman Sringanis, dengan mengikutkan juga pendapat konsumen. Hasil analisis IFE/EFE matriks menunjukkan kekuatan utama Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan kelemahan terbesar adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba. Peluang terbesar adalah trend back to nature dan ancaman terbesar adalah penggunaan obat farmasi dalam dunia medis. Berdasarkan rumusan analisis SWOT, didapat empat strategi alternatif yang dapat dijadikan pilihan bagi Taman Sringanis dalam memperbaiki dan 19 meningkatkan kinerjanya. Diantaranya, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Memanfaatkan selera wisata konsumen yang berubah dari mass tourism ke nice tourism berbasis lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri. Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi, maka disusun langkah-langkah operasional sebagai prioritas, yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro, memanfaatkan kualitas produk, citra baik dimata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan produk subtitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri. Tiur Mariani Sihaloho (2009) menganalisis strategi pengembangan agribisnis kopi di kabupaten Humbang Hansudutan, Sumatera Utara. Latar belakang penelitian ini adalah salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia adalah kopi. Indonesia adalah negara kedua eksportir kopi dunia, tetapi pada tahun 2007, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia juga mengimpor kopi dalam jumlah besar. Oleh karena itu strategi pengembangan agribisnis kopi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang menentukan pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan serta merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan memilih prioritas srtategi yang tepat dalam pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan agribisnis kopi Kabupaten Humbang Hasudutan adalah pertahanan dan pemeliharaan yaitu terdiri dari penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penggabungan faktor internal dan eksternal dan analisis internal-eksternal dalam matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas 20 sumber daya manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan jaringan pemasaran; 2) Membentuk dan membina lembaga penelitian untuk Research and Development serta mendukung asosiasi kopi dalam pengembangan kopi organik; 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan memperluas jaringan pemasaran; 4) Melakukan pembinaan, pengembangan pemberdayaan kelembagaan dan manajemen usahatani; 5) Memperbaiki rantai pemasaran kopi melalui lembaga yang terkait; dan 6) Menciptakan kerja sama yang baik dengan pihak investor. Hasil QSPM menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan jaringan pemasaran. Wahyudi (2009) menganalisa strategi bauran pemasaran dengan penerapan metode proses hierarki analitik di agrowisata Little Farmers Lembang, Bandung. Akar permasalahan dari penelitian ini adalah perubahan preferensi konsumen yang berkembang secara dinamis ke arah agrowisata dan tingkat persaingan yang semakin tinggi dalam industri pariwisata, membuat agrowisata Little Farmers perlu menciptakan suatu keunggulan guna mempertahankan keberadaaan serta usaha pengembangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sejauh mana strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh Agrowisata Little Farmers dan menyusun konsep prioritas strategi bauran pemasaran yang lebih terstruktur untuk dijalankan oleh agrowisata Little Farmers Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat memperoleh prioritas utama dalam elemen bauran pemasaran dengan bobot 0,201, sedangkan strategi operasional tempat yang utama adalah lokasi yang strategis. Produk memperoleh prioritas ke dua dengan bobot 0,185 sedangkan strategi untuk operasional produk yang utama adalah kualitas atraksi wisata. Prioritas ke tiga dari elemen bauran pemasaran adalah harga dengan bobot 0,158, sedangkan strategi operasional yang utama dari dari harga adalah penetapan harga berdasarkan segmen pelanggan. Prioritas ke empat dari elemen bauran pemasaran adalah promosi dengan bobot 0,153, sedangkan strategi operasional utama dari promosi adalah dengan memprioritaskan iklan sebagai prioritas utamanya. 21 Bukti Fisik memperoleh prioritas ke lima dari elemen bauran pemasaran Little Farmers dengan nilai bobot prioritas 0,110, sedangkan strategi operasional dari bukti fisik yang utamanya adalah fasilitas kebun percobaan. Prioritas ke enam dari elemen bauran pemasaran Little Farmers adalah proses dengan bobot 0,102, sedangkan strategi operasional utamanya adalah kualitas dalam layanan. Prioritas terakhir atau prioritas ke tujuh dari elemen bauran pemasaran agrowisata Little Farmers adalah Orang dengan bobot 0,088, sedangkan strategi operasional dari Orang yang mendapat prioritas utama adalah kompetensi karyawan dan pemandu