Komitmen Pemerintah untuk Memenuhi Kewajiban yang Timbul atas Penerbitan SBW Termasuk Surat Utang atau Obligasi Negara yang Diterbitkan dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum Surat Berharga Negara (SBN) telah menjadi sumber pembiayaan utama APBN. Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan APBN melalui sumber pembiayaan dari dalam negeri, mengurangi ketergantungan terhadap sumber pembiayaan luar negeri dan untuk mengembangkan pasar keuangan domestik. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Menurut UndangUndang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Sedangkan SBSN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kewajiban yang timbul atas penerbitan SBN baik berupa pokok maupun bungalimbalan pada saat jatuh tempo. Hal ini selain dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang di atas, juga untuk menjaga kepercayaan pelaku pasar atau investor terhadap kredibilitas Pemerintah. Pemerintah setiap tahun mengalokasikan dana dalam APBN untuk membayar pokok dan bungalimbalan SBN yang jatuh tempo sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, surat utang atau obligasi negara yang diterbitkan dalam rangka program rekapitalisasi Bank Umum dinyatakan sah dan tetap berlaku sampai saat jatuh tempo. Dengan demikian pemenuhan kewajiban yang timbul atas penerbitan SBN baik berupa pokok maupun bungalimbalan pada saat jatuh tempo berlaku juga untuk surat utang atau obligasi yang telah diterbitkan Pemerintah dalam rangka program rekapitalisasi Bank Umum.