BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah faktor penting yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam suatu perusahaan, pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta mendapatkan laba. Kegiatan pemasaran perusahaan juga harus dapat memberikan kepuasan pada konsumen jika menginginkan usahanya tetap berjalan. Sejak orang mengenal kegiatan pemasaran, telah banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang kelihatannya sedikit berbeda tetapi memiliki arti yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena mereka meninjau pemasaran dari segi-segi yang berbeda, ada yang menitik beratkan pada segi fungsi, segi barang dan segi kelembagaan. Definisi yang dikemukakan oleh Philip Kottler dan William J. Stanton sebagai berikut: pemasaran adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan 9 produk yang bernilai dengan pihak lain .Stanton menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, 9 Kotler Philip, Alih bahasa Hendra Teguh. Marketing Manajement, Analisis, Planning, Implementation and Control, Prentice Hall International, Inc. 1997 hal 8 8 mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial 10 . Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang saling berhubungan dengan orang lain sebagai suatu sistem. Kegiatan pemasaran tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang terus-menerus berkembang sebagai konsekuensi hubungan antar perusahan yang sama atau antar perusahaan yang berbeda, yang dapat menimbulkan persaingan tetapi juga dibatasi oleh sumber daya dari perusahaan itu sendiri dan peraturan yang ada. 2.2 Komunikasi Pemasaran 2.2.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran Kebanyakan orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada di bawah periklanan dan promosi. Namun pada perkembangannya, komunikasi pemasaran muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih kompleks dan berbeda. Komunikasi merupakan sebuah proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang dimana seseorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada orang lain 11 dan pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba 12 . Dari kedua defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi 10 Basu Swasta dan T. Hani Handoko, William J. Stanton. Management Pemasaran Modern. PT. Grasindo Persada: Jakarta. 2003 hal 179 11 Kennedy, John E. dan Soemanaraga, R. Dermawan. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 4 12 Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Terjemahan Drs. Benyamin Molan. PT Indeks: Kelompok Gramedia. 2004 hal 5 9 pemasaran adalah menyampaikan kegiatan pesan kepada komunikasi konsumen yang dan ditujukan pelanggan untuk dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat dipergunakan dengan harapan terjadinya tiga tahap perubahan, yaitu: perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki. 2.2.2 Jenis-Jenis Model Komunikasi Pemasaran Kennedy dan Soemanagara 13 berpendapat, ada lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu : 1) Iklan (Advertising) Iklan (Advertising) adalah komunikasi massa melalui media surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan antar bisnis (bussiness-tobussiness) maupun pemakai akhir. 2) Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. 3) Hubungan Masyarakat (Public Relation) Hubungan masyarakat yaitu sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar antara suatu 13 Kennedy, John E. dan Soemanaraga, R. Dermawan. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 1 10 organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. 4) Penjualan Perorangan (Personal Selling) Penjualan perorangan yaitu suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya (person to-person communication). Dalam hal ini penjual berusaha membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan. 5) Penjualan Langsung (Direct Selling) Penjualan langsung adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan atau transaksi penjualan. 2.2.3 Tujuan Komunikasi Pemasaran Kennedy dan Soemanagara 14 mengatakan komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, yaitu : 1) Tahap Perubahan Pengetahuan Perubahan pengetahuan menunjukkan bahwa konsumen mengetahui adanya keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan kepada siapa produk tersebut, dengan demikian pesan yang disampaikan tidak lebih menunjukkan informasi penting dari produk. 14 Kennedy, John E. dan Soemanaraga, R. Dermawan. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 63 11 2) Tahap Perubahan Sikap Sikap (attitude) menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. Adapun tahap perubahan sikap yang dimaksud berkaitan dengan pengaruh komunikasi pemasaran terhadap penilaian konsumen atas suatu produk. Dalam faktor sikap terdapat tiga komponen, yaitu (1) cognitive component (kepercayaan terhadap merek): kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek, (2) affective component: emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu obyek (evaluasi merek), apakah obyek tersebut diinginkan atau disukai, (3) behavioral component (maksud untuk membeli): merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu obyek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan melakukan suatu tindakan. 15 3) Tahap Perubahan Perilaku Perubahan perilaku ditujukan agar konsumen tidak beralih kepada produk lain, dan terbiasa untuk menggunakannya. 2.3 Periklanan Periklanan merupakan salah satu alat utama yang digunakan oleh perusahaan untuk meyakinkan pembeli dan publik. Menurut Lee dan Carla16 periklanan adalah komunikasi komersil dan non personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target 15 Bilson Simamora Panduan Riset Perilaku Konsumen, Surabaya: Pustaka Utama. 2002 hal 14 Lee, Monle dan Johnson Carla. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Prenada Media: Jakarta. 2004 hal 3 16 12 melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang atau kendaraan umum. Sedangkan advertising merupakan kegiatan komunikasi pemasaran yang menggunakan media massa dalam proses penyampaian pesannya 17 . 2.3.1 Tujuan Periklanan Tujuan utama periklanan bukan hanya untuk meningkatkan penjualan, melainkan untuk memperkenalkan masyarakat tentang suatu produk, sehingga masyarakat sadar dan membelinya. Namun, efek dari periklanan tidak selalu mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera, tetapi banyak juga penjualan yang terjadi di waktu mendatang. Berikut ini beberapa cara untuk menentukaan tujuan periklanan yaitu 18 : 1) Inventory Approach Dalam pendekatan ini, tujuan periklanan ditentukan atau diambil dari kumpulan berbagai tujuan perusahaan dilihat dari seluruh sudut pandang pemasaran perusahaan. Dengan pendekatan ini pemasar dapat menyadari bahwa ada banyak tujuan berbeda yang bisa ditekankan dalam periklanan, dan pemilihan tujuan hendaknya mempertimbangkan tujuan pemasaran lainnya. 2) Hierarchy Approach Pendekatan ini didasarkan pada dugaan bahwa sebelum membeli produk, pelanggan melewati tahapan-tahapan variabel psikologis. Oleh 17 Kennedy, John E. dan Soemanaraga, R. Dermawan. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 49 18 Tjiptono, Fandy. Brand Management and Strategy. Yogyakarta: Andi. 2005 hal 36 13 karena itu, tujuan periklanan haruslah menggerakkan tahapan-tahapan tersebut dalam suatu hirarki. 3) Attitudinal Approach Pendekatan ini menyarankan agar sasaran tujuan periklanan adalah mempengaruhi struktur sikap. Tujuan-tujuan periklanan dapat berupa pernyataan-pernyataan berikut. a. Mempengaruhi kekuatan yang paling berpengaruh dalam pemilihan kriteria untuk mengevaluasi merk dari kelas produk tertentu. b. Menambah karakteristik pada hal-hal yang dianggap menonjol pada kelas produk. c. Meningkatkan atau menurunkan peringkat karakteristik kelas produk yang menonjol. d. Mengubah persepsi terhadap merk perusahaan pada beberapa karakteristik produk tertentu yang menonjol atau penting. e. Mengubah persepsi terhadap merk-merk yang bersaing pada beberapa karakteristik produk tertentu yang menonjol atau penting. 2.3.2 Sasaran Periklanan Beberapa hal yang harus diketahui dalam menentukan sasaran dalam kegiatan periklanan sebagai berikut. 19 19 Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. 1997 hal 81 14 1) Kesadaran (Awareness) Sasaran periklanan yang utama adalah meningkatkan pengenalan akan nama merk, konsep produk, dimana dan bagaimana membeli suatu produk. 2) Mengingatkan (Remind to use) Sasaran periklanan disini mengingatkan para pembeli agar menggunakan produk, jasa atau ide, serta meningkatkan persediaan produk, jasa atau ide tersebut. 3) Mengubah sikap tentang penggunaan produk Meningkatkan jumlah pemakaian dan menarik pemakai atau konsumen baru. 4) Mengubah persepsi Mengubah pandangan tentang pentingnya atribut merk sebagai penentu konsumen dalam memilih suatu produk. 5) Mengubah keyakinan tentang merk Apabila suatu atribut telah dianggap penting, maka konsumen akan meneliti sejauh mana tiap-tiap merk atau produk alternatif memiliki atribut tersebut. Oleh karena itu, sasaran periklanan disini adalah untuk meningkatkan nilai suatu produk dimata konsumen dalam hal atribut yang penting tersebut. 6) Mengukuhkan sikap (Attitude Reinforcement) Sasaran periklanan adalah untuk memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa merk atau atribut tersebut benar-benar memberikan tingkat kepuasan tertinggi untuk manfaat yang paling tertinggi. 15 2.3.3 Fungsi Iklan Iklan memiliki beberapa fungsi yaitu : 1. Periklanan menjalankan mengkomunikasikan sebuah informasi fungsi produk, 'informasi', ciri-ciri dan ia lokasi penjualannya. 2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi 'persuasif ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk untuk perusahaan tersebut. 3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi `pengingat, ia terus menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk yang diiklankan tanpa memedulikan merek pesaingnya. 2.3.4 Unsur-Unsur Periklanan Menurut Renald Kasali dalam membuat suatu iklan televisi atau radio terdapat unsur-unsur yang mendukung dalam membuat dan mendesain iklan dimedia massa yaitu khususnya media elektronik yang dituntut untuk harus sekreatif mungkin. Adapun unsur-unsur tersebut meliputi : 1. Musik atau Jingle adalah melodi iklan, musik dan lagu yang menjadi salah satu unsur yang penting atau utama dalam iklan radio dan televisi. Musik atau jingle dalam iklan yang mengiringi sebuah iklan di media massa dapat menunjang keberhasilan sebuah iklan, karena dengan musik atau jingle yang sederhana dan mudah, 16 baik nada maupun liriknya, akan dapat dengan mudah diingat atau bahkan dinyanyikan oleh khalayak yang menonton dan mendengarkannya dalam berbagai kesempatan. 2. Storyboards adalah visualisasi yang akan ditampilkan di iklan televisi yang merupakan rangkaian gambaran kartun yang dibuat dalam bentuk. Layar televisi atau persegi panjang yang menampilkan alur cerita iklan yang diusulkan. 3. Script adalah dialog yang ada di dalam iklan yang sering disebut naskah, biasanya script ini digunakan untuk radio, televisi, cinema, drama, dan teater. Di dalam menentukan naskah iklan pada media televisi ada waktu dan formatnya adalah seperti berikut : a) Waktu naskah iklan ditelevisi atau radio ditulis dalam kerangka waktu yang terbatas, ukurannya (spot) adalah detik, dan biasanya spot di televisi atau radio itu paling sedikit adalah 15 detik, 30 detik dan yang paling Iama adalah 60 detik. b) Format penulisan script menggunakan format atau kode etik yang telah dimengerti secara umum oleh komunitas periklanan. 4. Endorser atau Model Iklan berasal dari kata endose yang berarti menguasakan atau mendukung sedangkan endorser adalah orang yang mendukung. Pada iklan, endorser merupakan penggunaan 17 tokoh yang dapat digunakan sebagai penyampai pesan iklan kepada khalayak. 5. Signature Slogan (Strapline) adalah baris kalimat penutup pada iklan televisi (the pay off Iine). Hal ini dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan citra merek atau perusahaan. Slogan iklan dapat ditampilkan dalam bentuk audio (voice) saja, visual (tulisan) saja atau sekaligus yaitu dengan menggabungkan kedua-duanya menjadi audio visual (voice dan tulisan). 6. Logo adalah simbol atau identifikasi suatu peroduk perusahaan. Logo digunakan agar khalayak dengan mudah mengetahui dan mengenali produk tersebut dengan mudah. 2.3.5 Iklan TV Televisi merupakan media yang paling efisien dalam menjangkau audience dalam jumlah besar. Jika kita bandingkan dengan media lain, televisi mempunyai keunggulan yaitu 20 : 1. Daya jangkau luas sehingga memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya serentak di seluruh wilayah. 2. Selektif dan fleksibilitas dalam menjangkau audience karena adanya variasi komposisi dalam hal isi progam, waktu siaran, dan cangkupan geografis. Misalnya progam tv pada hari sabtu pagi di tujukan 20 Morissan. Komunikasi Pemasaran Terpadu. jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010 hal 240 18 untuk anak-anak, sabtu sore / minggu sore untuk pria yang gemar olahraga. 3. Fokus perhatian. Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian ketika iklan tersebut ditayangkan, 4. Kreativitas atau efek. Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukan cara kerja suatu produk pada asaat digunakan. Seperti body languange seseorang yang dapat membujuk seseorang dalam membeli produk. 5. Pretise sehingga perusahaan yang mengingklankan produk tersebut juga menjadi akan sangat dikenal. 6. Waktu tertentu. Suatu produk dapat diiklaankan di televisi sesuai dengan potensial pembelinya berada di depan televisi. 2.4 Celebrity Endorser 2.4.1 Definisi Celebrity Endorser Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari peran bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut ditayangkan pada media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah media televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Selebriti yaitu pribadi (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung produk yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan untuk menghentikan 19 (stopping power) mereka dapat menarik perhatian atas pesan iklan di tengah banyaknya iklan lain. 21 Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik 22 . Endorser sering juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa 23 . Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah produk (product image) untuk membentuk simbol-simbol tertentu yang sangat kuat kemudian mentransfer simbol tersebut kepada merk yang mereka iklankan. Biasanya orang yang terpilih sebagai endorser tersebut berasal dari kalangan tokoh masyarakat yang memiliki karakter menonjol dan daya tarik yang kuat 24 . Keahlian yang dimilikinya haruslah relevan dengan produk yang diiklankan. Menurut Maulana 25 kaitan antara celebrity endorser dengan citra merek dijelaskan sebagaimana kutipan berikut. “Selain untuk menigkatkan kredibilitas brand, keuntungan utama menggunakan selebriti adalah kemampuan iklan untuk diingat dalam waktu singkat. Citra (image) yang dimiliki oleh publik tentang bintang ini secara tidak langsung ditransfer ke dalam merek (brand) yang dibintanginya dibandingkan non-celebrity atau lay endorser. Penggunaan bintang-bintang terkenal ini lebih efektif untuk menghasilkan respons yang positif terhadap brand sekaligus meningkatkan keinginan untuk membeli”. 21 Belch, G.E, and M. A. Belch. Advertising and Promotion: an Integrated Marketing Commnunications Perspective ,6th Ed. New York: McGraw-Hill. 2004 hal 12 22 Royan, Frans M. Marketing Selebritis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2005 hal 12 23 Belch, G.E, and M. A. Belch. Advertising and Promotion: an Integrated Marketing Commnunications Perspective ,6th Ed. New York: McGraw-Hill. 2004 hal 168 24 Hardiman, Imadan BewindaRike. Inhouse magazine. Jakarta: BukuPustaka. 2006 hal 38 25 Amalia E Maulana. “Selebriti Sebagai Bintang Iklan” Majalah SWA (online) Senin, 10 Oktober, http://www.swa.com. 2005 hal 2 20 Dari konsep-konsep di atas didisimpulkan bahwa celebrity endorser suatu iklan adalah sebagai penyampai pesan mengenai produk terutama merek dan untuk lebih mengkomunikasikan produk tesebut kepada konsumen. 2.4.2 Peran Celebrity Berikut ini adalah beberapa peran selebriti sebagai model iklan yang biasa digunakan perusahaan dalam sebuah iklan (Schiffman dan Kanuk dalam Noviandra, 2006: 65-74). 1) Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka pihak dia bisa memberikan kesaksian akan kualitas produk atau merek yang diiklankan tersebut. 2) Endorsement, ada kalanya selebriti diminta untuk membintangi iklan produk dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut. 3) Actor, selebriti diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu. 4) Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk dalam kurun waktu tertentu dan masuk dalam kelompok peran spokeperson. Penampilan mereka akan diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili. 21 Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen, selebriti juga mempunyai kekuatan untuk dijadikan sebagai alat untuk membujuk, merayu dan mempengaruhi konsumen sasaran, yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang diiklankan. Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan juga memiliki peranan penting dalam membentuk personaliti merek (brand personality) pada sebuah produk. Bagi perusahaan, personaliti merek ini sangatlah penting untuk membedakannya dengan merek lain. Personaliti yang demikian oleh selebriti harus disesuaikan dengan image produk yang diiklankan dan kemudian personaliti tersebut ditransfer ke dalam merek produk yang diiklankan sehingga konsumen sadar akan keberadaan dari merek tersebut. Selain itu, diharapkan pula dengan dibentuknya personaliti merek dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja merek produk tersebut dipasarkan. Jenis-jenis endorser yang digunakan dalam iklan di dalam mempromosikan suatu produk, biasanya para pengiklan menggunakan beberapa pendekatan yaitu salah satunya dengan menggunakan endorser selebriti sebagai faktor pendukung dalam menyampaikan pesan iklan kepada khalayak. Adapun jenis-jenis endorser selebriti itu terdiri dari : 22 1) Expert, penggunaan tokoh yang memiliki keahlian pada bidang yang relevan dengan produk yang diiklankan. Penggunaan tokoh ahli agar konsumen yakin akan keunggulan teknis produk tersebut. 2) Celebrity, penggunaan artis, penyanyi atau bintang film yang disukai masyarakat luas untuk mengiklankan produk tentang penggunaan artis/bintang ini agar konsumen menyukai produk tersebut seperti mereka menyukai artis/bintang yang mengiklankannya. 3) Prominence, penggunaan tokoh yang dikenal dan dipercaya oleh masyarakat agar konsumen menganggap produk tersebut sebagai produk yang terkenal (seperti tokoh dan produk yang baik/berkualitas karena dipakai oleh tokoh terkenal). 4) Testimonial, penggunaan tokoh yang berasal dari kalangan orang biasa yang dianggap netral (tidak memihak) untuk menyampaikan pernyataan tentang keunggunalan produk . Tujuannya adalah untuk mewujudkan kejujuran produsen atas produk. 5) Teresterial, penggunaan orang biasa tidak komersial sesuai dengan Iingkungan dimana produk tersebut dipasarkan. 6) Clientel, penggunaan tokoh yang telah menjadi pelanggan/konsumen dari produk yang diiklankan. 7) Leader, penggunaan tokoh yang merupakan pemimpin pada bidang yang relevan dengan produk yang diiklankan. 23 8) Accesirist, penggunaan tokoh yang memiliki keunikan tertentu agar konsumen tertarik pada keunikan tersebut. 9) Superiority,penggunaan tokoh yang memiliki keunggulan/prestasi pada bidang tertentu agar konsumen kagum atau tertarik pada iklan yang ditampilkan. Berdasarkan penjelasan diatas, Para selebriti adalah kelompok acuan yang paling sering dipakai perusahaan untuk mengiklankan berbagai produk dan jasa. Para selebriti bisa memiliki pengaruh yang kuat kepada konsumen dalam pembelian produk dan jasa serta pemilihan merek. Pengaruh tersebut bisa berbentuk adanya keinginan konsumen untuk mengasosiasikan dirinya dengan para selebriti. Asosiasi atau identifikasi bisa berdasarkan rasa kagum, keinginan untuk mengikuti jejak atau gaya hidup selebriti, dan penghargaan. Ketika konsumen rnenggunakan merek seperti yang diiklankan para selebriti, konsumen akan berkata "jika ia memakai merek tersebut, berarti merek tersebut baik. Jika saya memakainya, maka saya akan seperti dia". 26 Maka dari itu, untuk memaksimalisasi efektifitas sumber,sumber dan produk harus memiliki kesesuaian yang layak 27 . Sumber yang dimaksud disini yaitu selebriti. Hal utama yang harus diperhatikan adalah kesesuaian antara produk, target market, dan selebritis yang dipilih karena 26 Ujang Sumarwan. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. 2002 hal 258 27 John C Mowen & Michele Minor. Perilaku Konsumen Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 2002 hal 410 24 citra dan makna selebritis bagi konsumen sama pentingnya dengan kemampuan mereka dalam menarik perhatian. 2.4.3 Atribut Endorser Hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih selebriti endorser untuk mengiklankan suatu produk adalah atribut yang melekat pada selebriti tersebut. Menurut shimp, penggolongan atribut endorser dibagi menjadi beberapa bagian, menjadi dua atribut umum dan lima atribut khusus untuk memfasilitasi efektivitas komunikasi. Secara spesifik mengatakan bahwa: 28 “Extensive reaserch has demonstrated that two general attributes, credibility and actractiveness, contribute to an endorser’s effectiveness and that each consists of more distinct subatributes…we use tha acronym TEARS to represent five discrete attributes: trustworthiness and expertise are two dimensions of credibility, whereas phsycal attractiveness, respect and similarity (to target audience) are components of the general concept of attractiveness”. 29 Lima atribut khusus endorser dijelaskan dengan akronim TEARS terdiri dari trustworthiness and expertise yang merupakan dua dimensi dari credibility dan phsycal attractiveness, respect, similarity merupakan komponen dari konsep umum attractiveness. Berikut dibawah ini penjelasannya: a. Trustworthiness (dapat dipercaya) 28 Terence A Shimp. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communications, 7th Edition. USA: Thomson Higher Education. 2007 hal 304 29 Terence A Shimp. Integrated Marketing Communications in Advertising & Promotion. 6th Edition. International Student Edition Thomson . 2003 hal 295-296 25 Trustworthiness adalah sikap percaya terhadap produk dari pencitraan suatu pendukung. Sehingga trustworthiness mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki kejujuran, ketulusan, dan dapat dipercaya. Sumber dapat dipercaya (trustworthiness) secara sederhana berarti endorser sebuah merek secara bertingkat membuat audience memiliki kepercayaan pada apa yang mereka katakan. Jika sumber atau endorser tersebut adalah para ahli maka trustworthiness lebih mengarah pada kemampuan para ahli untuk memberi kepercayaan atau percaya diri pada konsumen suatu produk. 30 b. Expertise (keahlian) Expertise merupakan competitive advantage yang dimiliki pendukung untuk meyakinkan audience dalam hal keterampilannya, lebih jauh lagi Shimp menjelaskan keahlian (expertise) mengacu pada pengetahuan, pengalaman atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan merek yang didukung. Seorang endorser yang diterima sebagai seorang yang ahli pada merek yang didukungnya akan lebih persuasive dalam menarik audience dari pada seorang endorser yang tidak diterima sebagai seorang yang ahli. 31 c. Attractiveness (daya tarik) Attractiveness, Shimp menjelaskan bahwa attractiveness (daya tarik) adalah (daya tarik fisik) mengacu pada diri yang dianggap sebagai 30 Ibid Terence A Shimp. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communications, 7th Edition. USA: Thomson Higher Education. 2007 hal 305 31 26 yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep kelompok tertentu dengan daya tarik fisik. 32 Shimp menyatakan jika pemilih menemukan sesuatu pada diri endorser yang dia sukai maka bujukan bekerja lewat identifikasi. Artinya, lewat identifikasi, pemilih akan mengadopsi perilaku, sikap atau preferensi. Ketika mereka menemukan hal menarik dalam diri endoser. 33 Endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/atau karakter nonfisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audience untuk menyimak iklan. 34 d. Respect (kualitas dihargai) Respect merupakan pemberian penghargaan dari audience terhadap suatu produk setelah melihat dan mendengar informasi dari endorser. Shimp menjelaskan bahwa respect kualitas dihargai dihargai atau digemari sebagai akibat dari kualitas pencapaian personal 35 . Selebritas dihargai karena kemampuan akting mereka, keterampilan berolahraga atau kepribadian dan kualitas argumentasi politiknya. Individu yang dihargai juga secara umum disukai, dan hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan ekuitas merek. e. Similarity (kesamaan dengan audience yang dituju) 32 Ibid Ibid 34 Belch, George E, dan Belch, Michael A. Advertising and Promotion, An Integrated Marketing Communications Perspective, sixth edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. 2004 35 Terence A Shimp. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communications, 7th Edition. USA: Thomson Higher Education. 2007 hal 306 33 27 Shimp menjelaskan bahwa (similarity) kesamaan dengan audience yang dituju mengacu pada kesamaan antar endorser dan audience dalam hal umur, gender, etnis, status sosial dan sebagainya 36 . Hal ini dipertegas oleh Belch dan Belch yang menyatakan bahwa similarity, merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang dimilik endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan pada iklan dan sebagainya. 37 2.5 AIDA Teori AIDA atau biasa dikenal dengan sebutan A-A Procedure adalah akronim dari kata-kata attention (perhatian), interest (minat), desire (hasrat),dan action (tindakan). Tahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Teori AIDA ini merupakan bentuk efek yang menjelaskan bagaimana khalayak mampu mencerna sebuah pesan komunikasi pemasaran hingga membuatnya mengambil sikap dan berperilaku seperti apa yang diharapkan komunikator. Dalam hubungan ini, komunikator harus menimbulkan daya tarik. Apakah perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat atau interest. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat atau desire untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hasrat ada pada diri komunikan harus 36 37 Ibid Ibid 28 dilanjutkan dengan datangnya keputusan atau decision, yakni untuk melakukan kegiatan atau action sebagaimana diharapkan komunikator. 38 Menurut Kotler, Keller 39 dalam bukunya Manajemen Pemasaran, teori keputusan pembelian dalam model AIDA dijelaskan dalam empat tahap sebagai berikut : a. Tahap Menaruh Perhatian (Attention), yaitu tahap dimana terdapat perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu produk (barang atau jasa). b. Tahap Ketertarikan (Interest), yaitu adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik pada konsumen. c. Tahap Berhasrat/Berniat (Desire), yaitu perasaan yang timbul dari konsumen yaitu keinginan untuk memiliki suatu produk tersebut d. Tahap Memutuskan untuk aksi beli (Action), merupakan proses akhir dimana akhirnya konsumen memutuskan untuk melakukan tindakan yang disebut membeli. Selanjutnya menurut Tjetjep Djatnika 40 , teori AIDA (yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang 38 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1992 hal 304-305 39 Kotler, P. & Keller, K.L. Manajemen Pemasaran, Ed12. Jilid 2. Penerbit PT Indeks: Jakarta.2007 hal 207 40 Djatnika, Tjetjep. Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 52 29 atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan. 2.6 Minat Beli Mulai dari penyampaian pesan dengan membangkitkan perhatian (attention) merupakan langkah awal suksesnya sebuah komunikasi pemasaran. Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan lanjutan dari perhatian. Menurut Wijaya 41 , secara teori minat memiliki ciri-ciri antara lain: (a) minat tidak bawa sejak lahir, (b) minat dapat diubah-ubah (situasional dan temporal), (c) tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek, (d) objek itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal tersebut. Menurut Cobb-Walgren, Ruble, dan Donthu 42 minat beli merupakan suatu pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian suatu produk dengan merek-merek tertentu. Jadi pada dasarnya seseorang jika berkeinginan untuk membeli biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dorongan sikap dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.43 41 Wijaya, A . W . Komunikasi dan Humas. Jakarta : Bina Aksara. 1993 hal 45 Cobb-Walgren, Cathy, Chyntia A. Ruble, dan Naveen Donthu. Brand Equaity, BrandPreference and Purchase Intent. Journal of Marketing Research, Vol. 24, No. 3, 1995 hal 28 43 Dodds, William B., Kent B. Monroe, dan Dhruv Grewal, Effects of Price, Brand, and Store Information on Buyers’ Product Evaluations, Journal of Marketing Research, Vol. 28, 1991. 308 42 30 Dodds, Monroe, dan Grewal 44 mengemukakan bahwa minat beli didefinisikan sebagai kemungkinan seorang konsumen untuk berminat membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Menurutnya, jika seseorang menginginkan produk dan merasa tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk tersebut, selain itu rekomendasi dari pihak lain merupakan faktor yang sangatlah penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses pembelian. Minat membeli merupakan dorongan konsumen untuk melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Niat beli yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh sikap maupun variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel niat ini adalah : Niat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku. 2.6.1 Niat menunjukkan seberapa kuat seseorang berani mencoba. 2.6.2 Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukan. 2.6.3 Niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya. Pelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional terhadap merek atau perusahaan yang ditujunya. Konsumen yang berkomitmen tidak ingin mencari informasi tambahan pada saat membuat keputusan pembelian. Mereka juga tidak mudah untuk berpindah ke merek pesaing. Meskipun mereka membeli 44 Ibid 31 merek pesaing, tetapi setelah penawaran promosi berakhir, seperti diskon, mereka akan kembali ke merek semula. Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh merek lain. Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian dimana didalam konteks minat beli ulang tersebut terdapat konsep loyalitas (Soderlund dan Vilgon) 45 . Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih mudah menerima perluasan lini produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghasilkan minat konsumen untuk menggunakannya kembali di waktu yang akan datang. Variabel Indikator dari minat beli sendiri adalah (dalam Kusuma Dewa, 2009: 38): a. Minat eksploratif, yaitu keinginan konsumen untuk mencari informasi tentang produk b. Minat referensial, yaitu kesediaan konsumen untuk merekomendasikan produk kepada orang lain c. Minat transaksional, yaitu kesediaan konsumen melakukan tindakan pembelian d. Minat preferensial, yaitu perilaku konsumen yang menjadikan produk sebagai pilihan utama. 45 Soderlund, M, and Vilgon, M. (1999). “Customer Satisfaction and Links to Customer Profitability: An Empirical Examination of the Association between Attitudes”. Stockholm School of Economics, Working Paper Series in Business Administration 32