identification of flood prone area with geographic information system

advertisement
IDENTIFICATION OF FLOOD PRONE AREA WITH
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
(CASE STUDY : PADANG CITY)
Devra_Mahenda1, Indra_Farni2, Lusi_Utama2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
E-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrack
This research was conducted by the authors in Padang which took place in the
administrative area of Padang region. Where aimed at mapping on the
identification of flood-prone areas using a geographic information system to
facilitate the handling and mitigation. The author uses descriptive method namely
the collection and analysis of data. While the identification of flood-prone areas
using Scoring method, in which the highest value for the degree of influence of
flooding is 9 and the lowest value is 0. The parameters that influence the flooding
is soil type, slope, elevation, land cover and rainfall. Results and discussion will
display the level of vulnerability to flooding in the city of Padang, which is not
prone to flooding an area of 32.49 ha (0.9%), low level of vulnerability to an area
of 22023.49 ha (31.52%), moderate impact area of 43855.67 ha (62.77%) and the
rate is very prone to flood an area of 3362.27 ha (4.81)% spread in 11 districts
namely Koto Tangah, Bungus Gulf Kabung, Kuranji, Lubuk Begalung, Lubuk
Kilangan, Nanggalo, Padang Barat East, North Padang, Padang South and Pauh.
Koto Tangah region has the highest level of vulnerability that is flood-prone area
of 1653.88 ha.
Key Words : Mapping, Flood, Geographic Information System.
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. H. Indra Farni, MT
Ir. Lusi Utama, MT
IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(STUDY KASUS : KOTA PADANG)
Devra_Mahenda1, Indra_Farni2, Lusi_Utama2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
E-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di Kota Padang yang berlangsung di
daerah administrasi kawasan Kota Padang. Dimana bertujuan untuk pemetaan
tentang identifikasi kawasan rawan banjir menggunakan sistem informasi
geografis sehingga memudahkan dalam penanganan dan penanggulangannya.
Penulis menggunakan Metode Deskriptif yaitu pengumpulan dan Analisis data.
Sedangkan identifikasi kawasan rawan banjir menggunakan Metode Skoring,
dimana nilai tertinggi untuk tingkat pengaruh banjir adalah 9 dan nilai
terendahnya adalah 1. Parameter yang berpengaruh dalam banjir adalah jenis
tanah, kemiringan lereng, ketinggian, penggunaan lahan dan curah hujan. Hasil
dan pembahasan akan menampilkan tingkat kerawanan banjir di Kota Padang,
dimana tidak rawan banjir seluas 32,49 ha (0,9%), tingkat kerawanan rendah
seluas 22023,49 ha (31,52%), tingkat kerawanan sedang seluas 43855,67 ha
(62,77%) dan tingkat sangat rawan banjir seluas 3362,27 ha (4,81)% yang
tersebar pada 11 kecamatan yaitu Koto Tangah, Bungus Teluk Kabung, Kuranji,
Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Nanggalo, Padang Barat, Padang Timur,
Padang Utara, Padang Selatan dan Pauh. Kawasan Koto Tangah memiliki tingkat
kerawanan paling tinggi rawan banjir yaitu seluas 1653,88 ha.
Kata Kunci : pemetaan, banjir, sistem informasi geografis.
Pembimbing I
Ir. H. Indra Farni, MT
Pembimbing II
Ir. Lusi Utama, MT
IDENTIFIKASI KAWASAN
RAWAN BANJIR dengan
SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
(STUDY KASUS : KOTA
PADANG)
Banjir merupakan fenomena alam
dimana terjadi kelebihan air yang
tidak tertampung oleh lahan di suatu
sehingga
menimbulkan
genangan yang merugikan. Kerugian
yang diakibatkan banjir seringkali
sulit diatasi baik oleh masyarakat
instansi
terkait.
Banjir
disebabkan oleh berbagai macam
faktor
yaitu
kondisi
daerah
tangkapan hujan, durasi dan intesitas
hujan, land cover, kondisi topografi,
dan perubahan fungsi lahan.
Kerawanan banjir adalah keadaan
yang menggambarkan mudah atau
tidaknya suatu daerah terkena banjir
dengan didasarkan pada faktor-faktor
alam yang mempengaruhi banjir
antara
lain
Kondisi
demikian
memerlukan
tak
pelak
evaluasi
yang
komprehensif dari seluruh elemen
hal menghadapi bencana banjir dan
1.1 Latar Belakang
maupun
(Suherlan, 2001).
masyarakat dan pemerintah dalam
PENDAHULUAN
daerah
Testur tanah dan penggunaan lahan)
faktor
meteorologi
(intensitas curah hujan, distribusi
curah hujan, frekuensi dan lamanya
hujan berlangsung) dan karakteristik
Daerah Aliran Sungai (kemiringan
lahan/kelerengan, Ketinggian Lahan,
bagaimana
mengantisipasinya
di
masa mendatang agar tidak terulang
kembali dan meminimalkan kerugian
akibat bencana banjir.
Secara
alami
ada
dua
faktor
penyebap terjadinya banjir yakni
tingginya curah hujan dan faktor
topografi dimana suatu kawasan
merupakan dataran rendah. Kawasan
dataran rendah rendah atau berupa
cekungan sangat potensial dilanda
banjir apabila terjadi hujan dengan
intensitas yang cukup tinggi.
Kota Padang yang mempunyai Luas
wilayah Kota Padang berdasarkan
RTRW Kota Padang adalah 1.414,96
km² yang terdiri dari 698.96 km²
wilayah darat dan 720 km² wilayah
laut. Kota Padang terdiri dari 11
wilayah
kecamatan
kelurahan.
berupa
Dimana
dataran
dan
104
wilayahnya
rendah
dengan
ketinggian antara 0-25 mdpl, dimana
sangat rentan dilanda banjir apabila
terjadi hujan dengan intensitas yang
akan tetap besar walaupun durasinya
cukup tinggi. Dalam Rencana Tata
tidak akan lama.
Ruang Wilayah (RTRW), kawasan
rawan
bencana
alam
khususnya
bencana banjir ditetapkan sebagai
kawasan lindung. Kawasan rawan
banjir adalah tempat-tempat yang
secara rutin setiap musim hujan
mengalami genangan lebih dari dua
Gambar 1.1. Kondisi pemukiman
jam saat hujan turun dan dalam
penduduk yang tergenang setelah
keadaan
hujan di kecamatan Pauh, Lubuk
musim
hujan
normal.
Kawasan rawan banjir merupakan
Begalung dan Nanggalo.
kawasan
Melihat kondisi eksisting ini perlu
lindung
yang
bersifat
sementara sampai dengan teratasinya
dilakukan
masalah banjir secara menyeluruh
banjir. Sehingga dapat meminimalisir
dan permanen di tempat tersebut.
kerugian
Kota Padang memiliki banyak sungai
banjir/genangan
yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai
memberikan informasi yang efisien.
kecil dengan total panjang sungai
Untuk
mencapai
mengangkat permasalahan tersebut
133,90
Km.
Sungai
identifikasi
yang
itu
kawasan
diakibatkan
dan
penulis
juga
mencoba
tersebut
merupakan
bagian
dari
sebagai bahan kajian Tugas Akhir,
sistem
aliran
kota
yang
dengan judul :“Identifikasi Kawasan
air
dipengaruhi oleh kondisi topografi
Rawan
dan struktur fisiografinya, dengan
Informasi
sungai
Kasus:Kota Padang)”.
Kandis
terpanjang
yaitu
sepanjang
20
Batang
km.
Banjir
dengan
Geografis
Sistem
(Study
1.2 Tujuan
Keberadaan sungai-sungai tersebut
Adapun tujuan dari penulisan tugas
akan mengalirkan air hujan yang
akhir ini adalah :
besar apalagi di musim hujan yang
Untuk membuat database berupa
berintensitas
pemetaan
tinggi.
Dengan
demikian ancaman banjir/genangan
tentang
identifikasi
kawasan rawan banjir menggunakan
sistem informasi geografis sehingga
software ArcGIS 10. Data keluaran
memudahkan dalam penanganan dan
ini kemudian digunakan sebagai data
penanggulangannya. Sehingga dapat
acuan penelitian.
mengambil keputusan yang tepat
METODOLOGI PENELETIAN
dalam mengambil tindakan untuk
3.1 Waktu dan Tempat
meminimalisir
yang
Penelitian ini dilaksanakan di Kota
diakibatkan banjir/genangan di kota
Padang yang berlangsung pada bulan
Padang.
Oktober
1.3 Batasan Pembahasan
November 2015. Dimana gambaran
Ada pun permasalahan yang akan
umum kawasan Kota Padang:
dibahas pada Tugas Akhir ini adalah
Luas
tentang tingkat kerawanan kawasan
berdasarkan RTRW Kota Padang
banjir atau genangan air yang terjadi
adalah 1.414,96 km² yang terdiri dari
di kota Padang ,Sumatera Barat.
698.70 km² wilayah darat dan 720
Dimana Parameter rawan banjir yang
km² wilayah laut. Kota Padang
diamati
tanah,
terdiri dari 11 wilayah kecamatan
ketinggian,
dan 104 kelurahan. Selain wilayah
penggunaan lahan dan curah hujan..
daratan, Kota Padang juga memiliki
Data spasial dan data atribut yang
19 buah pulau dengan pulau-pulau
digunakan dalam penelitian ini terdiri
yang besar adalah Pulau Bintangur
dari Peta RBI, Peta Jenis Tanah, Peta
seluas 56,78 Ha, Pulau Sikuai seluas
Kemiringan
Peta
48,12 ha dan Pulau Toran seluas
Curah
33,67 Ha, Secara geografis Kota
kerugian
adalah
kemiringan
Penggunaan
jenis
lereng,
Lereng,
Lahan,
Peta
2015
wilayah
Kota
Padang
Padang
pengolahan tahap awal setiap data
antara 00º44'00"-1º08'35" Lintang
harus dijadikan peta digital dengan
Selatan dan 100º05'05"- 100º34'09"
format vektor. Peta digital format
Bujur Timur serta secara administrasi
vektor disimpan dalam bentuk garis,
wilayah Kota Padang berbatasan
titik dan poligon. Proses pemasukan
langsung dengan wilayah lain seperti
data-data
melalui
: sebelah utara berbatasan dengan
dengan
Kabupaten Padang Pariaman, sebelah
seperangkat
komputer
pada
dengan
Hujan dan Peta Ketinggian. Dalam
dilakukan
terletak
sampai
koordinat
selatan berbatasan dengan Kabupaten
Citra Landsat, Analisis Peta Tekstur
Pesisir Selatan, sebelah timur dengan
Tanah,
Kabupaten Solok, dan sebelah barat
menganalisis data, Analisis Tingkat
dengan Samudera Hindia.
Kerawanan dan menyajikan hasil
3.2 Alat dan Bahan
analisis data berupa peta.
Alat yang digunakan pada penelitian
3.3.1 Pengumpulan Informasi dan
ini adalah :
-
Perangkat
Keras
(Hardware):
Lunak
(Software):
Software Arc-GIS 10.1 (ESRI),
Software Microsoft Word 2007,
Software
Google
Earth
dan
software Microsoft Excel 2007.
Bahan
yang
data,
a. Jenis Data :
1) Peta kemiringan lereng
2) Peta Curah Hujan
Tulis Menulis.
Perangkat
basis
Data
satu unit Komputer, printer, Alat
-
membangun
digunakan
pada
4) Peta Ketinggian
5) Peta Jenis Tanah
6) Peta Administrasi Wilayah
7) Peta Rupa Bumi
3.3.2 Analisis Data Curah Hujan
1. Pengumpulan Data Curah Hujan
penelitian ini, yaitu :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia
2. Peta Administrasi Kota Padang
3. Peta Kemiringan Lereng Kota
Pencarian dilakukan di instansi
yang terkait dengan data hujan,
yaitu
BKMG
Stasiun
Kota
Padang. Data curah hujan yang
Padang
4. Peta Penggunaan Lahan Kota
terkumpul berupa data curah
hujan tahunan (2001-2012) yang
Padang.
5. Peta Jenis Tanah Kota Padang.
6. Peta Curah Hujan Kota Padang.
7. Peta Ketinggian Kota Padang
meliputi: (1) jumlah curah hujan
dan
(2)
bulan
hujan.
Data
tersebut berasal dari stasiun –
stasiun penakar hujan yang ada
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian diringkas menjadi
delapan tahapan pokok
3) Peta Penggunaan lahan
yaitu :
mengumpulkan informasi dan data,
Analisis Data Curah Hujan, Analisis
di wilayah Kota Padang.
Nilai curah hujan rata-rata tahunan
dihitung
dengan
menggunakan
persamaan sebagai berikut:
X   Ri / n ……………. (1) 20
n
mengunakan buku kunci taksonomi
i 1
tanah, referensi buku lainnya dan
Keterangan:
literatur jurnal dan penelitian.
X = Curah hujan rata-rata tahunan
3.3.4 Membangun Basis Data
Ri = Curah hujan tahunan untuk
Tahap awal dari membangun
tahun ke-i
basis
N = Jumlah tahun data curah hujan
pengerjaan
yang digunakan untuk membuat peta
Pengautomatisasi
curah hujan
menjadi dua tahapan pengerjaan
2. Pembuatan peta curah hujan
yaitu :
Metode
1. Proses digitasi
Poligon
Thiessen
data
adalah
melakukan
automatisasi
data
data.
dibagi
mendefinisikan individu area yang
Digitasi adalah konversi data
dipengaruhi oleh sekumpulan titik
analog kedalam format digital pada
yang terdapat di sekitarnya. Poligon
komputer dengan cara memasukkan
ini merupakan pendekatan terhadap
data spasial ke dalam basis data,
informasi titik yang diperluas (titik
pembuatan peta digital (coverage)
menjadi poligon) dengan asumsi
dilakukan dengan mendigitasi citra
bahwa informasi yang terbaik untuk
yang telah dianalisis menjadi peta
semua lokasi yang tanpa pengamatan
penggunaan lahan.
adalah informasi yang terdapat pada
titik
terdekat
dimana
hasil
pengamatannya diketahui.
2.3.3 Analisis Peta Tekstur Tanah
Analisis peta testur tanah dilakukan
untuk mempersiapkan peta tekstur
tanah. Peta tekstur tanah diperoleh
dari analisis peta sebaran tanah yang
berupa
peta
Pembagian
vektor
sebaran
(shapefile).
jenis
tanah
Gambar. 3.1 Pendigitasian Peta Kota
tersebut kemudian di analisis untuk
Padang,sehingga dapat batasan
mendapatkan testur tanah dengan
Administrasi.
hasil
besarnya banjir. Adapun pemberian
digitasi ke dalam koordinat
skor dilandasi beberapa filosofi,
bumi.
yaitu : 1) wilayah dengan curah
2. Mentransformasikan
Setelah data spasial dapat
hujan tinggi memiliki kerentanan
digunakan maka dilakukan pekerjaan
banjir lebih tinggi, 2) kemiringan
utama
pada
lereng
yaitu
kerentanan banjir lebih tinggi dari
mentransformasikan coverage hasil
lereng yang curam, 3) Tanah dengan
digitasi ke dalam koordinat bumi
tekstur
sehingga dapat ditumpangsusunkan
peluang kejadian banjir yang tinggi,
dengan coverage lain.
sedangkan
3.3.5 Menganalisis Data
memiliki peluang kejadian banjir
yang
pengelolan
dilaksanakan
basis
Proses
data
landai
sangat
memiliki
halus
tekstur
memiliki
yang
kasar
data
yang rendah 4) bentuk lahan yang
dibagi menjadi dua yaitu: analisis
lebih landai hingga cekung memiliki
atribut
kerentangan
dan
menganalisis
yang
analisis
keruangan.
lebih
tinggi,
5)
Atributing adalah proses pemberian
Penggunaan lahan yang dianggap
atribut atau informasi pada suatu
rentan
coverage.
Penggunaan
3.3.5.1 Analisis Atribut
berpengaruh pada air limpasan yang
Proses analisis atribut dibagi menjadi
melebihi laju infiltrasi.
dua bagian yaitu klasifikasi dan
2. Pembobotan
pengskoran dan pembobotan.
terhadap
banjir
lahan
yang
Pembobotan
adalah
lebih
adalah
pemberian bobot pada peta digital
1. Klasifikasi dan Pengskoran
Klasifikasi yang dimaksud
masing
masing
parameter
yang
adalah pembagian kelas dari masing-
berpengaruh terhadap banjir, dengan
masing
didasarkan
peta
digital.
Pengskoran
atas
pertimbangan
dimaksudkan sebagai pemberian skor
pengaruh masing-masing parameter
terhadap
terhadap
masing-masing
kelas.
banjir.
Menurut (Erlan Suherlan, 2001)
dimaksudkan
Pemberian skor ini didasarkan pada
bobot
pengaruh kelas tersebut terhadap
tematik
pada
sebagai
Pembobotan
pemberian
masing-masing
(parameter).
peta
Penentuan
bobot untuk masing-masing peta
kelerengan, peta ketinggian, peta
tematik
Tekstur Tanah dan peta penggunaan
didasarkan
atas
pertimbangan,
seberapa
besar
lahan.
kemungkinan
terjadi
banjir
3.3.6 Analisis Tingkat Kerawanan
dipengaruhi oleh setiap parameter
geografis
dalam
yang
akan
analisis
digunakan
SIG.
Nilai kerawanan suatu daerah
terhadap banjir ditentukan dari total
yang
penjumlahan skor lima parameter
menghasilkan pembobotan seperti
yang berpengaruh terhadap banjir
ditampilkan pada Tabel 2.
(curah hujan, kelerengan, Ketinggian
Tabel 2. Pembobotan ParameterParameter Banjir
Bobot
No.
Parameter Banjir
(%)
I
Curah hujan
30
2
Penggunaan Lahan
10
3
Kelerengan
20
4
Tekstur Tanah
10
5
Ketinggian
30
Lahan,
Tekstur
penggunaan
Kingma,
Tanah
dan
lahan).
Menurut
nilai
kerawanan
1991
ditentukan, dengan, menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝐾= 𝑊𝑖 𝑥 𝑋𝑖 𝑖=1 ..………… (2) 27
Keterangan :
3.3.5.2
Analisis
Keruangan
(Overlay)
K = Nilai kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Analisis keruangan dilakukan
Xi = Skor kelas parameter ke-i
dengan menumpangsusunkan peta-
Nilai kerawanan suatu daerah
peta digital yang sebelumnya telah
terhadap banjir ditentukan dari total
diberi skor dan bobot pada masing-
penjumlahan
masing peta digital dilakukan dengan
parameter banjir, daerah yang sangat
bantuan software ArcGis, sehingga
rawan
menghasilkan peta zonasi yang akan
mempunyai skor total yang tinggi
di
dan sebaliknya daerah yang tidak
analisis
mengetahui
selanjutnya
tingkat
untuk
kerawanan
banjirnya.
terhadap
terhadap
masing-masing
banjir
banjir
akan
akan
mempunyai total skor yang rendah.
Peta-peta digital yang akan
ditumpangsusunkan
rawan
skor
adalah
peta
curah hujan (Polygon Thiessen), peta
Tabel
3
menunjukkan
tingkat
kerawanan banjir berdasarkan nilai
kerawanan
penjumlahan
skor
Tabel 4.1. Klasifikasi dan Skor
Curah hujan
Jumlah
No
Kelas
Curah Hujan Skor
.
(mm/tahun)
Sangat
1
> 3.000
9
basah
2
Basah 2.501 – 3.000
7
Sedang/
3
2.001 – 2.500
5
lembab
4
Kering 1.501 – 2.000
3
Sangat
5
< 1.500
1
kering
masing-masing parameter banjir.
Tabel 3. Nilai Tingkat Kerawanan
Kebanjiran
Jumlah
Tingkat Kerawanan
Nilai
No.
Kebanjiran
Semua
Parameter
1. Sangat rawan banjir
6,75 – 9
2.
Rawan banjir
4,5 – 6,75
Kurang rawan
3.
2,25 – 4,5
banjir
4.
Tidak rawan banjir
< 2,25
- Kelerengan (Kemiringan Lereng)
3.3.7 Menyajikan Hasil Analisis
Setelah
didapat
banjir
maka
: kemiringan lereng yang landai
nilai
kerawanan
peta
tersebut
ditumpangsusunkan
dengan
memiliki kerentanan banjir lebih
tinggi dari lereng yang curam
peta
Tabel 4.2. Klasifikasi dan Skor
Kemiringan Lereng
Kelerengan
Keterangan Skor
merupakan
0-8 %
daerah datar
9
dan landai
merupakan
daerah
8-15 %
bergelomban
7
g sampai
berbukit
merupakan
15-25 %
daerah
5
berbukit
merupakan
daerah
25-40 %
berbukit
3
sampai
bergunung
merupakan
>40 %
daerah
1
bergunung
administrasi daerah sehingga akan
didapatkan daerah cakupan banjir.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk
peta kerawanan banjir. Penyajian
hasil
dilakukan
dengan
bantuan
software ArcGis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2
Analisa
Parameter
–
Parameter Identifikasi Kawasan
Banjir
4.1.2.1 Analisis Data
A. Analisis Atribut
1. Klasifikasi dan Pengskoran
- Curah Hujan : wilayah dengan
curah
hujan
tinggi
memiliki
kerentanan banjir lebih tinggi
-
Jenis Tanah : Tanah dengan tekstur
sangat
halus
memiliki
peluang
kejadian
banjir
sedangkan
yang
tekstur
yang
tinggi,
kasar
Tabel 4.5. Klasifikasi dan Skor
Ketinggian
No
Kelas
Skor
memiliki peluang kejadian banjir
1
0 – 12,5 m
9
yang rendah
2
12,6 – 25 m
7
Tabel 4.3. Klasifikasi dan Skor
Jenis Tanah
No.
Kelas
Skor
3
26 – 50 m
5
4
51 -75 m
3
5
76 – 100 m
1
6
>100 m
0
1
Sangat halus
9
2
Halus
7
3
Sedang
5
4
Kasar
3
5
Sangat kasar
1
1. Pembobotan
Penentuan
masing-masing
didasarkan
untuk
peta
atas
tematik
pertimbangan,
- Penggunaan Lahan : Penggunaan
seberapa besar kemungkinan terjadi
lahan yang dianggap rentan terhadap
banjir
banjir adalah Penggunaan lahan yang
parameter
lebih berpengaruh pada air limpasan
digunakan dalam analisis SIG. yang
yang melebihi laju infiltrasi
menghasilkan pembobotan seperti
Tabel 4.4. Klasifikasi dan Skor
Penggunaan lahan
ditampilkan pada Tabel 4.5.
No.
1
Kelas
Tubuh Air (Danau dan
Sungai)
Skor
9
dipengaruhi
geografis
oleh
yang
setiap
akan
Tabel 4.6. Pembobotan ParameterParameter Banjir
No.
Parameter Banjir
Bobot (%)
I
Curah hujan
30
2
Tambak
9
2
Penggunaan Lahan
10
3
Sawah
8
3
Kelerengan
20
4
Hutan Mangrove
7
4
Tekstur Tanah
10
5
Permukiman
6
5
Ketinggian
30
7
Padang Rumput
5
8
Kebun campuran
3
Dari data tabel klasifikasi dan
9
Hutan
1
skor serta pembobotan parameter –
parameter
-
bobot
Ketinggian : bentuk lahan yang
lebih landai hingga cekung memiliki
kerentangan lebih tinggi
tingkat
yang
kerawanan
mempengaruhi
banjir
suatu
daerah maka selanjutnya dilakukan
analisa tabular menggunakan aplikasi
Arcmap 10.1 dengan Tahap – tahap
peta
sebagai berikut :
bantuan software ArcGis, sehingga
a. Buka Aplikasi Arcmap pada Start
menghasilkan peta zonasi yang akan
Menu>Program>Arcgis>arcmap
b. Kemudian tampilkan peta – peta
di
digital
analisis
banjirnya.
banjir.
Peta-peta
direktorinya
mencari
dengan
data
mengklik
Add Data.
dengan
selanjutnya
mengetahui
yang menjadi parameter rawan
Dengan
dilakukan
tingkat
digital
ditumpangsusunkan
untuk
kerawanan
yang
akan
adalah
peta
curah hujan (Polygon Thiessen), peta
c. Kemudian kita masukkan data
kelerengan, peta Tekstur Tanah dan
skor ke tabel atribut dengan cara
peta penggunaan lahan serta peta
Klik kanan pada layer > open
ketinggian.
atribute table.
Pada Tahap ini, akan dilakukan
d. Kemudian
12able
setelah
terbuka,
tampilan
klik
Table
Overlay
Union
dimana
langkah
langkah dari analisa keruangan yaitu
Options > add field > masukan
:
nama kolom > type > ok. Kolom
1. Buka Program ArcMap dari Star
– kolom yang dibuat yaitu :
Menu > Program > ArcGIS >
-
Kolom Skor
ArcMap 10.1
-
Kolom Bobot
2. Kemudian tampilkan peta-peta
-
Kolom
Hasil
Tabular
(Skor*Bobot)
e. Pada
kolom/field
yang
menjadi
parameter
yang
telah
mencari
yang
rawan
data
banjir
dari
menjadi
dengan
direktorinya
dibuat, klik kanan lalu pilih Field
dengan klik ikon Add Data.
Calculator > masukkan skor dari
3. Aktifkan ekstensi Geoprocessing >
masing-masing parameter > ok .
Union > Kemiringan lereng, Curah
B. Analisa Keruangan (Overlay)
hujan, dan ketinggian kemudian hasil
Analisis keruangan dilakukan dengan
overlay
tersebut
menumpangsusunkan
kembali
dengan
peta-peta
digital yang sebelumnya telah diberi
skor dan bobot pada masing-masing
dioverlaykan
hasil
overlay
penggunaan lahan dan jenis tanah.
X3
C. Analisa Tingkat Kerawanan
Nilai kerawanan suatu daerah
terhadap banjir ditentukan dari total
penjumlahan skor lima parameter
yang berpengaruh terhadap banjir
(curah hujan, kelerengan, Ketinggian
Lahan,
Tekstur
penggunaan
Kingma,
Tanah
dan
lahan).
Menurut
nilai
kerawanan
1991
ditentukan, dengan, menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝐾= 𝑊𝑖 𝑥 𝑋𝑖...... ..…………… (2) 27
Keterangan :
4.1.3 Hasil Analisa
Kemiringan Lereng Kota Padang
yang mempengaruhi pola penam-
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas parameter ke-i
Selanjutanya nilai kerawanan
akan di dapat hasil dari penjumlahan
tabular
Tabel 4.7 Nilai Tingkat Kerawanan
banjir
Jumlah
Tingkat
Nilai
No.
Kerawanan
Semua
Kebanjiran
Parameter
Sangat rawan
1.
6,75 – 9
banjir
2.
Rawan banjir
4,5 – 6,75
Kurang rawan
3.
2,25 – 4,5
banjir
Tidak rawan
4.
< 2,25
banjir
Topografi merupakan faktor fisik
K = Nilai kerawanan
analisis
= Nilai Skor Guna Lahan
masing
masing
parameter kerawanan banjir.
K total = (W1  X1) + (W2  X2) +
(W3  X3) + (W4  X4)
Keterangan :
Ktotal = Nilai Kerawanan Total
W1
= Nilai Bobot Curah Hujan
X1
= Nilai Skor Curah Hujan
W2
= Nilai Bobot Kelerengan
X2
= Nilai Skor Kelerengan
W3
= Nilai Bobot Jenis Tanah
X3
= Nilai Skor Jenis Tanah
W3
= Nilai Bobot Guna Lahan
bangan bahan galian, karena itu data
topografi sangat di perlukan terutama
untuk
pertimbangan
pengelolaan
lingkungan
teknik
agar
kelestarian sumber daya lahan tetap
terjaga.
Wilayah
Kota
Padang
mempunyai topografi yang bervariasi
yaitu
perpaduan
antara
dataran
rendah, perbukitan, serta daerah
aliran sungai. Daerah perbukitan
yang dimiliki Kota Padang termasuk
sungai adalah seluas 486,209 Km²
dan luas daerah efektif termasuk
sungai seluas 486,209 Km².
Ketinggian wilayah Kota Padang
sangat bervariasi, yaitu antara 0 -
1853 diatas permukaan laut dengan
ketinggian seperti terlihat pada tabel
daerah tertinggi adalah Kecamatan
berikut.
Lubuk Kilangan. Konsekuensinya
Tabel 4.9 Luas Wilayah
Berdasarkan Klasifikasi Ketinggian
kemiringan juga bervariasi antara 0–
2%
sampai
>40%.
kemiringan
Kota
dikelompokan
atas
Klasifikasi
4
kelas
Tabel 4.8 Luas Wilayah Berdasarkan
Klasifikasi Kemiringan Lahan
Klasifikasi
Luas
Kemiringan
(Km2)
No.
Padang
kelerengan.
No.
Kelas
Ketinggian
(m dpl)
Luas
(Km2)
%
1
0-25
149,50
21,51
2
25-250
63,69
9,16
3
100- 500
205,30
29,54
4
500–1000
164,22
23,63
5
> 1000
112,25
16,15
Jumlah
698,70
100,00
%
1
0–2%
210,36
30,27
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
2
3–15%
50,98
7,34
wilayah Kota Padang sebagian besar
3
16–40%
124,74
17,95
4
>40%
308,88
44,45
Jml
698,70
100,0
berada pada ketinggian di atas 250
meter yaitu mencapai 69,33% dari
luas
keseluruhan
wilayah
Kota
Padang. Sedangkan selebihnya yaitu
30,67% berada pada ketinggian 0 250 meter di atas permukaan laut.
Gambar 4.2. Peta Kemiringan Lereng
Kota Padang (Wilayah Study)
Ketinggian Kota Padang
Secara garis besar, wilayah Kota
Padang
dikelompokan
dalam
5
klasifikasi ketinggian dengan luas
masing-masing
wilayah
menurut
Gambar 4.2. Peta Ketinggian Kota
Padang (Wilayah Study)
Penggunaan Lahan Kota Padang
Berdasarkan peta penggunaan lahan
Kota Padang, lahan di Kota Padang
didominasi
oleh
Hutan
dan
Permukiman dengan luas sekitar
48130,33 ha atau sekitar 68,88% dari
luas Kota Padang, diikuti oleh
pemukiman seluas 10932,54 ha atau
sekitar
15,65%
dari
luas
Kota
Padang. Selebihnya diikuti dengan
kebun, lahan tanpa vegetasi dan
Gambar 4.1. Peta Penggunaan Lahan
Kota Padang (Wilayah Study)
Curah Hujan Kota Padang
sawah. Untuk lebih rincinya kita
Berdasarkan peta curah hujan Kota
dapat melihat penggunaan lahan
Padang, di wilayah Kota Padang
Kota Padang pada Tabel dan Gambar
curah hujan yang terjadi pada 12
di bawah ini.
tahun terakhir sangat tinggi. Bisa
Tabel 4.10. Penggunaan Lahan Kota
dikatakan Kota Padang memiliki
Padang
wilayah
No.
Penggunaan
Lahan
1
Bandara
2
Betinggisik
3
Luas (Km2)
0,19
40,53
0,06
Hutan
48130,33
68,88
4
Kebun
2220,71
3,18
5
Ladang
310,08
6
Lahan Kosong
342,78
0,44
7
Pelabuhan
106,32
0,49
8
Permukiman
10932,54
0,15
9
Sawah
6605,02
15,65
10
Semak/Belukar
407,57
9,45
16,15
dengan
hampir
100,00
intensitas
sangat
tinggi.
Untuk lebih lengkap dapat lihat tabel.
Tabel 4.11. Curah Hujan Kota
Padang
No.
Kelas
1
Sangat
Basah
Basah
2
3
4
5
698,70
basah
keseluruhan memiliki curah hujan
%
134,37
Jumlah
sangat
Sedang/
Lembab
Kering
R
(mm/Th)
> 3.000
Luas (
Ha)
69.870,95
100
2.5013.000
2.0012.500
1.5012.000
<1.500
-
-
-
-
-
-
-
-
69.870,95
100
Sangat
Kering
Jumlah (Ha)
%
Gambar 4.3. Peta Curah Hujan Kota
Padang (Wilayah Study)
Gambar 4.4. Peta Jenis Tanah Kota
Padang.
Jenis Tanah Kota Padang
Di Kota Padang terdapat
7 jenis
tanah yang tersebar di beberapa
kecamatan. Dari semua jenis tanah
tersebut yang terluas adalah jenis
tanah latosol mencapai 31.892,28 Ha
atau 46,23% dan jenis tanah aluvial
seluas 17.745,67 Ha atau 24,99%.
Tabel 4.17 Luas Wilayah
Berdasarkan Jenis Tanah di Kota
Padang
No.
Jenis
Tanah
Luas ( Ha)
%
Peta Kerawanan Banjir Kota
Padang
Berdasarkan hasil overlay peta – peta
parameter analisis kawasan banjir
kota Padang maka di dapat luasan
dan
tingkat
kerawanan
kawasan
banjir di Kota Padang, dimana bisa
dilihat pada banjirnya Tinggi yaitu
seluas 3362,27 ha atau sekitar 4,81%
dari luas Kota Padang. Selanjutnya
tabel wilayah yang kelas kerawanan
1
Andosol
4.964,17
7,19
diikuti wilayah yang tingkat kelas
2
Organosol
607,52
0,88
kerawanan banjir sedang yaitu seluas
3
Latosol
31.892,28
46,23
43855,67 ha atau 62,77% dan daerah
4
Latosol &
Podsolik
4.114,49
5,96
yang tingkat kerawanannya rendah
5
Podsolik
9.670,17
14,02
6
Regosol
501,70
0,73
7
Aluvial
17.745,67
24,99
Jumlah
(Ha)
69.870,95
100,00
yaitu
seluas
22023,49
ha
atau
31,52%. Serta daerah yang tidak
rawan banjir yaitu seluas 32.49 ha
atau 0,047%. Untuk lebih rincinya
kita dapat melihat pada Tabel dan
1. Secara Umum Wilayah Study Kota
Gambar dibawah ini.
Padang, sudah berada pada tingkat
Tabel.4.18. Kelas Kerawanan Banjir
Kota Padang
kerawanan banjir yang sedang yaitu
No.
62,77% dari luas Kota Padang.
2. Kecamatan yang memiliki luas kelas
Luas
(Ha)
Presentase
(%)
1
Kelas
Kerawan
an
Tinggi
3362,27
4,81
tinggi
2
Sedang
43855,67
62,77
Tangah dengan luas 1653,88 ha
3
Rendah
22023,49
31,52
dengan
4
Tidak
32,49
0,9
69870,95
100
kerawanan sangat rawan yang paling
adalah
kecamatan
persentase
yaitu
Koto
2,37%
diikuti Kec. Lubuk Kilangan dengan
luas 1234,71 ha dengan persentase
Total
yaitu 1,77%, dan Kec. Pauh dengan
luas 1213,39 ha dengan persentase
yaitu 1,7% dari jumlah total wilayah
Kota Padang
3. Faktor yang sangat berpengaruh
terhadap Kerawanan banjir di Kota
Padang adalah faktor kelas lereng
yang umumnya datar (0 - 8%),
Ketinggian 8 – 12,5 mdpl tekstur
tanah dengan kriteria Sangat halus,,
Gambar 4.5. Peta Identifikasi
Kawasan Rawan Banjir Kota Padang
Penggunaan Lahan yang didominasi
KESIMPULAN DAN SARAN
tambak, merupakan daerah aliran
5.1. Kesimpulan
sungai dan ketinggian lahan yang
Berdasarkan hasil analisa secara
rendah.
deskriptif dan uraian-uraian yang
dikemukakan
terdahalu,
maka
pada
dapat
kesimpulan sebagai berikut:
sawah, kebun campuran, tubuh air,
4. Penanganan banjir di Kota Padang
bab-bab
dapat dilakukan dengan melakukan
ditarik
perbaikan penggunaan lahan atau
penormalisasian daerah tangkapan
hujan di daerah aliran sungai yang
telah rusak lahannya agar air hujan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dapat terserap dengan baik dan tidak
Alam, Institut Pertanian Bogor.
terjadi genangan.
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber
Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya
Primayuda
A.
2006.
Pemetaan
diharapkan menggunakan cakupan
Daerah Rawan dan Resiko Banjir
wilayah yang lebih detail atau kecil
Menggunakan
serta dengan observasi langsung ke
Geografis: studi kasus Kabupaten
lokasi
untuk
Trenggalek, Jawa Timur [skripsi].
mendapatkan verifikasi data kejadian
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
– kejadian banjir yang pernah terjadi.
Pertanian Bogor.
Dengan demikian akan mendapatkan
Utomo W. Y. 2004. Pemetaan
hasil yang optimal.
Kawasan Berpotensi Banjir di DAS
Untuk melakukan pencegahan dan
Kaligarang
penanganan banjir, faktor yang dapat
Menggunakan
dilakukan
Geografis [skripsi]. Bogor: Fakultas
adalah
rawan
banjir
perbaikan/perubahan
Penggunaan
lahan
yang
Sistem
Informasi
Semarang
Sistem
dengan
Informasi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
merupakan faktor manusia. Dimana
Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat
Penggunaan
berupa
Kerawanan Banjir dengan Sistem
tanah
Informasi Geografis (SIG) pada Sub
lahan
pemukiman,
sawah,
dan
terbuka memberikan pengaruh yang
Das
besar
Makkasar
untuk
terjadinya
banjir.
Walanae
:
Hilir
[skripsi],
Fakultas
Pertanian,
Sedangkan faktor – faktor yang lain
Universitas Hasanuddin
merupakan
Seyhan,
umumnya
faktor
sulit
alam
untuk
yang
dilakukan
1995.
Dasar-dasar
hidrologi, Universitas Gajah Mada
perbaikan/perubahan.
Darmawijaya,
DAFTAR PUSTAKA
Tanah. Gadjah Mada University
Suherlan E. 2001. Zona Tingkat
Press, Yogyakarta.
Kerentanan
Banjir
Kabupaten
Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas
1992.
Klasifikasi
Asdak, C., Hidrologi dan Daerah
Aliran
Sungai,
UGM
Press.,
Yogyakarta, 1995.
BNPB.,
Peraturan
KEP.02/BNPB/2008.,
Umum Pengkajian Risiko
Bencana di Indonesia, 2008
BNPB
Pedoman
Download