IDENTIFICATION OF FLOOD PRONE AREA WITH GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (CASE STUDY : PADANG CITY) Devra_Mahenda1, Indra_Farni2, Lusi_Utama2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrack This research was conducted by the authors in Padang which took place in the administrative area of Padang region. Where aimed at mapping on the identification of flood-prone areas using a geographic information system to facilitate the handling and mitigation. The author uses descriptive method namely the collection and analysis of data. While the identification of flood-prone areas using Scoring method, in which the highest value for the degree of influence of flooding is 9 and the lowest value is 0. The parameters that influence the flooding is soil type, slope, elevation, land cover and rainfall. Results and discussion will display the level of vulnerability to flooding in the city of Padang, which is not prone to flooding an area of 32.49 ha (0.9%), low level of vulnerability to an area of 22023.49 ha (31.52%), moderate impact area of 43855.67 ha (62.77%) and the rate is very prone to flood an area of 3362.27 ha (4.81)% spread in 11 districts namely Koto Tangah, Bungus Gulf Kabung, Kuranji, Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Nanggalo, Padang Barat East, North Padang, Padang South and Pauh. Koto Tangah region has the highest level of vulnerability that is flood-prone area of 1653.88 ha. Key Words : Mapping, Flood, Geographic Information System. Pembimbing I Pembimbing II Ir. H. Indra Farni, MT Ir. Lusi Utama, MT IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDY KASUS : KOTA PADANG) Devra_Mahenda1, Indra_Farni2, Lusi_Utama2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di Kota Padang yang berlangsung di daerah administrasi kawasan Kota Padang. Dimana bertujuan untuk pemetaan tentang identifikasi kawasan rawan banjir menggunakan sistem informasi geografis sehingga memudahkan dalam penanganan dan penanggulangannya. Penulis menggunakan Metode Deskriptif yaitu pengumpulan dan Analisis data. Sedangkan identifikasi kawasan rawan banjir menggunakan Metode Skoring, dimana nilai tertinggi untuk tingkat pengaruh banjir adalah 9 dan nilai terendahnya adalah 1. Parameter yang berpengaruh dalam banjir adalah jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, penggunaan lahan dan curah hujan. Hasil dan pembahasan akan menampilkan tingkat kerawanan banjir di Kota Padang, dimana tidak rawan banjir seluas 32,49 ha (0,9%), tingkat kerawanan rendah seluas 22023,49 ha (31,52%), tingkat kerawanan sedang seluas 43855,67 ha (62,77%) dan tingkat sangat rawan banjir seluas 3362,27 ha (4,81)% yang tersebar pada 11 kecamatan yaitu Koto Tangah, Bungus Teluk Kabung, Kuranji, Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Nanggalo, Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Padang Selatan dan Pauh. Kawasan Koto Tangah memiliki tingkat kerawanan paling tinggi rawan banjir yaitu seluas 1653,88 ha. Kata Kunci : pemetaan, banjir, sistem informasi geografis. Pembimbing I Ir. H. Indra Farni, MT Pembimbing II Ir. Lusi Utama, MT IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN BANJIR dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDY KASUS : KOTA PADANG) Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh lahan di suatu sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi baik oleh masyarakat instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan perubahan fungsi lahan. Kerawanan banjir adalah keadaan yang menggambarkan mudah atau tidaknya suatu daerah terkena banjir dengan didasarkan pada faktor-faktor alam yang mempengaruhi banjir antara lain Kondisi demikian memerlukan tak pelak evaluasi yang komprehensif dari seluruh elemen hal menghadapi bencana banjir dan 1.1 Latar Belakang maupun (Suherlan, 2001). masyarakat dan pemerintah dalam PENDAHULUAN daerah Testur tanah dan penggunaan lahan) faktor meteorologi (intensitas curah hujan, distribusi curah hujan, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung) dan karakteristik Daerah Aliran Sungai (kemiringan lahan/kelerengan, Ketinggian Lahan, bagaimana mengantisipasinya di masa mendatang agar tidak terulang kembali dan meminimalkan kerugian akibat bencana banjir. Secara alami ada dua faktor penyebap terjadinya banjir yakni tingginya curah hujan dan faktor topografi dimana suatu kawasan merupakan dataran rendah. Kawasan dataran rendah rendah atau berupa cekungan sangat potensial dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Kota Padang yang mempunyai Luas wilayah Kota Padang berdasarkan RTRW Kota Padang adalah 1.414,96 km² yang terdiri dari 698.96 km² wilayah darat dan 720 km² wilayah laut. Kota Padang terdiri dari 11 wilayah kecamatan kelurahan. berupa Dimana dataran dan 104 wilayahnya rendah dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, dimana sangat rentan dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang akan tetap besar walaupun durasinya cukup tinggi. Dalam Rencana Tata tidak akan lama. Ruang Wilayah (RTRW), kawasan rawan bencana alam khususnya bencana banjir ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan rawan banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari dua Gambar 1.1. Kondisi pemukiman jam saat hujan turun dan dalam penduduk yang tergenang setelah keadaan hujan di kecamatan Pauh, Lubuk musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan Begalung dan Nanggalo. kawasan Melihat kondisi eksisting ini perlu lindung yang bersifat sementara sampai dengan teratasinya dilakukan masalah banjir secara menyeluruh banjir. Sehingga dapat meminimalisir dan permanen di tempat tersebut. kerugian Kota Padang memiliki banyak sungai banjir/genangan yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai memberikan informasi yang efisien. kecil dengan total panjang sungai Untuk mencapai mengangkat permasalahan tersebut 133,90 Km. Sungai identifikasi yang itu kawasan diakibatkan dan penulis juga mencoba tersebut merupakan bagian dari sebagai bahan kajian Tugas Akhir, sistem aliran kota yang dengan judul :“Identifikasi Kawasan air dipengaruhi oleh kondisi topografi Rawan dan struktur fisiografinya, dengan Informasi sungai Kasus:Kota Padang)”. Kandis terpanjang yaitu sepanjang 20 Batang km. Banjir dengan Geografis Sistem (Study 1.2 Tujuan Keberadaan sungai-sungai tersebut Adapun tujuan dari penulisan tugas akan mengalirkan air hujan yang akhir ini adalah : besar apalagi di musim hujan yang Untuk membuat database berupa berintensitas pemetaan tinggi. Dengan demikian ancaman banjir/genangan tentang identifikasi kawasan rawan banjir menggunakan sistem informasi geografis sehingga software ArcGIS 10. Data keluaran memudahkan dalam penanganan dan ini kemudian digunakan sebagai data penanggulangannya. Sehingga dapat acuan penelitian. mengambil keputusan yang tepat METODOLOGI PENELETIAN dalam mengambil tindakan untuk 3.1 Waktu dan Tempat meminimalisir yang Penelitian ini dilaksanakan di Kota diakibatkan banjir/genangan di kota Padang yang berlangsung pada bulan Padang. Oktober 1.3 Batasan Pembahasan November 2015. Dimana gambaran Ada pun permasalahan yang akan umum kawasan Kota Padang: dibahas pada Tugas Akhir ini adalah Luas tentang tingkat kerawanan kawasan berdasarkan RTRW Kota Padang banjir atau genangan air yang terjadi adalah 1.414,96 km² yang terdiri dari di kota Padang ,Sumatera Barat. 698.70 km² wilayah darat dan 720 Dimana Parameter rawan banjir yang km² wilayah laut. Kota Padang diamati tanah, terdiri dari 11 wilayah kecamatan ketinggian, dan 104 kelurahan. Selain wilayah penggunaan lahan dan curah hujan.. daratan, Kota Padang juga memiliki Data spasial dan data atribut yang 19 buah pulau dengan pulau-pulau digunakan dalam penelitian ini terdiri yang besar adalah Pulau Bintangur dari Peta RBI, Peta Jenis Tanah, Peta seluas 56,78 Ha, Pulau Sikuai seluas Kemiringan Peta 48,12 ha dan Pulau Toran seluas Curah 33,67 Ha, Secara geografis Kota kerugian adalah kemiringan Penggunaan jenis lereng, Lereng, Lahan, Peta 2015 wilayah Kota Padang Padang pengolahan tahap awal setiap data antara 00º44'00"-1º08'35" Lintang harus dijadikan peta digital dengan Selatan dan 100º05'05"- 100º34'09" format vektor. Peta digital format Bujur Timur serta secara administrasi vektor disimpan dalam bentuk garis, wilayah Kota Padang berbatasan titik dan poligon. Proses pemasukan langsung dengan wilayah lain seperti data-data melalui : sebelah utara berbatasan dengan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah seperangkat komputer pada dengan Hujan dan Peta Ketinggian. Dalam dilakukan terletak sampai koordinat selatan berbatasan dengan Kabupaten Citra Landsat, Analisis Peta Tekstur Pesisir Selatan, sebelah timur dengan Tanah, Kabupaten Solok, dan sebelah barat menganalisis data, Analisis Tingkat dengan Samudera Hindia. Kerawanan dan menyajikan hasil 3.2 Alat dan Bahan analisis data berupa peta. Alat yang digunakan pada penelitian 3.3.1 Pengumpulan Informasi dan ini adalah : - Perangkat Keras (Hardware): Lunak (Software): Software Arc-GIS 10.1 (ESRI), Software Microsoft Word 2007, Software Google Earth dan software Microsoft Excel 2007. Bahan yang data, a. Jenis Data : 1) Peta kemiringan lereng 2) Peta Curah Hujan Tulis Menulis. Perangkat basis Data satu unit Komputer, printer, Alat - membangun digunakan pada 4) Peta Ketinggian 5) Peta Jenis Tanah 6) Peta Administrasi Wilayah 7) Peta Rupa Bumi 3.3.2 Analisis Data Curah Hujan 1. Pengumpulan Data Curah Hujan penelitian ini, yaitu : 1. Peta Rupa Bumi Indonesia 2. Peta Administrasi Kota Padang 3. Peta Kemiringan Lereng Kota Pencarian dilakukan di instansi yang terkait dengan data hujan, yaitu BKMG Stasiun Kota Padang. Data curah hujan yang Padang 4. Peta Penggunaan Lahan Kota terkumpul berupa data curah hujan tahunan (2001-2012) yang Padang. 5. Peta Jenis Tanah Kota Padang. 6. Peta Curah Hujan Kota Padang. 7. Peta Ketinggian Kota Padang meliputi: (1) jumlah curah hujan dan (2) bulan hujan. Data tersebut berasal dari stasiun – stasiun penakar hujan yang ada 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian diringkas menjadi delapan tahapan pokok 3) Peta Penggunaan lahan yaitu : mengumpulkan informasi dan data, Analisis Data Curah Hujan, Analisis di wilayah Kota Padang. Nilai curah hujan rata-rata tahunan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: X Ri / n ……………. (1) 20 n mengunakan buku kunci taksonomi i 1 tanah, referensi buku lainnya dan Keterangan: literatur jurnal dan penelitian. X = Curah hujan rata-rata tahunan 3.3.4 Membangun Basis Data Ri = Curah hujan tahunan untuk Tahap awal dari membangun tahun ke-i basis N = Jumlah tahun data curah hujan pengerjaan yang digunakan untuk membuat peta Pengautomatisasi curah hujan menjadi dua tahapan pengerjaan 2. Pembuatan peta curah hujan yaitu : Metode 1. Proses digitasi Poligon Thiessen data adalah melakukan automatisasi data data. dibagi mendefinisikan individu area yang Digitasi adalah konversi data dipengaruhi oleh sekumpulan titik analog kedalam format digital pada yang terdapat di sekitarnya. Poligon komputer dengan cara memasukkan ini merupakan pendekatan terhadap data spasial ke dalam basis data, informasi titik yang diperluas (titik pembuatan peta digital (coverage) menjadi poligon) dengan asumsi dilakukan dengan mendigitasi citra bahwa informasi yang terbaik untuk yang telah dianalisis menjadi peta semua lokasi yang tanpa pengamatan penggunaan lahan. adalah informasi yang terdapat pada titik terdekat dimana hasil pengamatannya diketahui. 2.3.3 Analisis Peta Tekstur Tanah Analisis peta testur tanah dilakukan untuk mempersiapkan peta tekstur tanah. Peta tekstur tanah diperoleh dari analisis peta sebaran tanah yang berupa peta Pembagian vektor sebaran (shapefile). jenis tanah Gambar. 3.1 Pendigitasian Peta Kota tersebut kemudian di analisis untuk Padang,sehingga dapat batasan mendapatkan testur tanah dengan Administrasi. hasil besarnya banjir. Adapun pemberian digitasi ke dalam koordinat skor dilandasi beberapa filosofi, bumi. yaitu : 1) wilayah dengan curah 2. Mentransformasikan Setelah data spasial dapat hujan tinggi memiliki kerentanan digunakan maka dilakukan pekerjaan banjir lebih tinggi, 2) kemiringan utama pada lereng yaitu kerentanan banjir lebih tinggi dari mentransformasikan coverage hasil lereng yang curam, 3) Tanah dengan digitasi ke dalam koordinat bumi tekstur sehingga dapat ditumpangsusunkan peluang kejadian banjir yang tinggi, dengan coverage lain. sedangkan 3.3.5 Menganalisis Data memiliki peluang kejadian banjir yang pengelolan dilaksanakan basis Proses data landai sangat memiliki halus tekstur memiliki yang kasar data yang rendah 4) bentuk lahan yang dibagi menjadi dua yaitu: analisis lebih landai hingga cekung memiliki atribut kerentangan dan menganalisis yang analisis keruangan. lebih tinggi, 5) Atributing adalah proses pemberian Penggunaan lahan yang dianggap atribut atau informasi pada suatu rentan coverage. Penggunaan 3.3.5.1 Analisis Atribut berpengaruh pada air limpasan yang Proses analisis atribut dibagi menjadi melebihi laju infiltrasi. dua bagian yaitu klasifikasi dan 2. Pembobotan pengskoran dan pembobotan. terhadap banjir lahan yang Pembobotan adalah lebih adalah pemberian bobot pada peta digital 1. Klasifikasi dan Pengskoran Klasifikasi yang dimaksud masing masing parameter yang adalah pembagian kelas dari masing- berpengaruh terhadap banjir, dengan masing didasarkan peta digital. Pengskoran atas pertimbangan dimaksudkan sebagai pemberian skor pengaruh masing-masing parameter terhadap terhadap masing-masing kelas. banjir. Menurut (Erlan Suherlan, 2001) dimaksudkan Pemberian skor ini didasarkan pada bobot pengaruh kelas tersebut terhadap tematik pada sebagai Pembobotan pemberian masing-masing (parameter). peta Penentuan bobot untuk masing-masing peta kelerengan, peta ketinggian, peta tematik Tekstur Tanah dan peta penggunaan didasarkan atas pertimbangan, seberapa besar lahan. kemungkinan terjadi banjir 3.3.6 Analisis Tingkat Kerawanan dipengaruhi oleh setiap parameter geografis dalam yang akan analisis digunakan SIG. Nilai kerawanan suatu daerah terhadap banjir ditentukan dari total yang penjumlahan skor lima parameter menghasilkan pembobotan seperti yang berpengaruh terhadap banjir ditampilkan pada Tabel 2. (curah hujan, kelerengan, Ketinggian Tabel 2. Pembobotan ParameterParameter Banjir Bobot No. Parameter Banjir (%) I Curah hujan 30 2 Penggunaan Lahan 10 3 Kelerengan 20 4 Tekstur Tanah 10 5 Ketinggian 30 Lahan, Tekstur penggunaan Kingma, Tanah dan lahan). Menurut nilai kerawanan 1991 ditentukan, dengan, menggunakan persamaan sebagai berikut: 𝐾= 𝑊𝑖 𝑥 𝑋𝑖 𝑖=1 ..………… (2) 27 Keterangan : 3.3.5.2 Analisis Keruangan (Overlay) K = Nilai kerawanan Wi = Bobot untuk parameter ke-i Analisis keruangan dilakukan Xi = Skor kelas parameter ke-i dengan menumpangsusunkan peta- Nilai kerawanan suatu daerah peta digital yang sebelumnya telah terhadap banjir ditentukan dari total diberi skor dan bobot pada masing- penjumlahan masing peta digital dilakukan dengan parameter banjir, daerah yang sangat bantuan software ArcGis, sehingga rawan menghasilkan peta zonasi yang akan mempunyai skor total yang tinggi di dan sebaliknya daerah yang tidak analisis mengetahui selanjutnya tingkat untuk kerawanan banjirnya. terhadap terhadap masing-masing banjir banjir akan akan mempunyai total skor yang rendah. Peta-peta digital yang akan ditumpangsusunkan rawan skor adalah peta curah hujan (Polygon Thiessen), peta Tabel 3 menunjukkan tingkat kerawanan banjir berdasarkan nilai kerawanan penjumlahan skor Tabel 4.1. Klasifikasi dan Skor Curah hujan Jumlah No Kelas Curah Hujan Skor . (mm/tahun) Sangat 1 > 3.000 9 basah 2 Basah 2.501 – 3.000 7 Sedang/ 3 2.001 – 2.500 5 lembab 4 Kering 1.501 – 2.000 3 Sangat 5 < 1.500 1 kering masing-masing parameter banjir. Tabel 3. Nilai Tingkat Kerawanan Kebanjiran Jumlah Tingkat Kerawanan Nilai No. Kebanjiran Semua Parameter 1. Sangat rawan banjir 6,75 – 9 2. Rawan banjir 4,5 – 6,75 Kurang rawan 3. 2,25 – 4,5 banjir 4. Tidak rawan banjir < 2,25 - Kelerengan (Kemiringan Lereng) 3.3.7 Menyajikan Hasil Analisis Setelah didapat banjir maka : kemiringan lereng yang landai nilai kerawanan peta tersebut ditumpangsusunkan dengan memiliki kerentanan banjir lebih tinggi dari lereng yang curam peta Tabel 4.2. Klasifikasi dan Skor Kemiringan Lereng Kelerengan Keterangan Skor merupakan 0-8 % daerah datar 9 dan landai merupakan daerah 8-15 % bergelomban 7 g sampai berbukit merupakan 15-25 % daerah 5 berbukit merupakan daerah 25-40 % berbukit 3 sampai bergunung merupakan >40 % daerah 1 bergunung administrasi daerah sehingga akan didapatkan daerah cakupan banjir. Hasil analisis disajikan dalam bentuk peta kerawanan banjir. Penyajian hasil dilakukan dengan bantuan software ArcGis. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.2 Analisa Parameter – Parameter Identifikasi Kawasan Banjir 4.1.2.1 Analisis Data A. Analisis Atribut 1. Klasifikasi dan Pengskoran - Curah Hujan : wilayah dengan curah hujan tinggi memiliki kerentanan banjir lebih tinggi - Jenis Tanah : Tanah dengan tekstur sangat halus memiliki peluang kejadian banjir sedangkan yang tekstur yang tinggi, kasar Tabel 4.5. Klasifikasi dan Skor Ketinggian No Kelas Skor memiliki peluang kejadian banjir 1 0 – 12,5 m 9 yang rendah 2 12,6 – 25 m 7 Tabel 4.3. Klasifikasi dan Skor Jenis Tanah No. Kelas Skor 3 26 – 50 m 5 4 51 -75 m 3 5 76 – 100 m 1 6 >100 m 0 1 Sangat halus 9 2 Halus 7 3 Sedang 5 4 Kasar 3 5 Sangat kasar 1 1. Pembobotan Penentuan masing-masing didasarkan untuk peta atas tematik pertimbangan, - Penggunaan Lahan : Penggunaan seberapa besar kemungkinan terjadi lahan yang dianggap rentan terhadap banjir banjir adalah Penggunaan lahan yang parameter lebih berpengaruh pada air limpasan digunakan dalam analisis SIG. yang yang melebihi laju infiltrasi menghasilkan pembobotan seperti Tabel 4.4. Klasifikasi dan Skor Penggunaan lahan ditampilkan pada Tabel 4.5. No. 1 Kelas Tubuh Air (Danau dan Sungai) Skor 9 dipengaruhi geografis oleh yang setiap akan Tabel 4.6. Pembobotan ParameterParameter Banjir No. Parameter Banjir Bobot (%) I Curah hujan 30 2 Tambak 9 2 Penggunaan Lahan 10 3 Sawah 8 3 Kelerengan 20 4 Hutan Mangrove 7 4 Tekstur Tanah 10 5 Permukiman 6 5 Ketinggian 30 7 Padang Rumput 5 8 Kebun campuran 3 Dari data tabel klasifikasi dan 9 Hutan 1 skor serta pembobotan parameter – parameter - bobot Ketinggian : bentuk lahan yang lebih landai hingga cekung memiliki kerentangan lebih tinggi tingkat yang kerawanan mempengaruhi banjir suatu daerah maka selanjutnya dilakukan analisa tabular menggunakan aplikasi Arcmap 10.1 dengan Tahap – tahap peta sebagai berikut : bantuan software ArcGis, sehingga a. Buka Aplikasi Arcmap pada Start menghasilkan peta zonasi yang akan Menu>Program>Arcgis>arcmap b. Kemudian tampilkan peta – peta di digital analisis banjirnya. banjir. Peta-peta direktorinya mencari dengan data mengklik Add Data. dengan selanjutnya mengetahui yang menjadi parameter rawan Dengan dilakukan tingkat digital ditumpangsusunkan untuk kerawanan yang akan adalah peta curah hujan (Polygon Thiessen), peta c. Kemudian kita masukkan data kelerengan, peta Tekstur Tanah dan skor ke tabel atribut dengan cara peta penggunaan lahan serta peta Klik kanan pada layer > open ketinggian. atribute table. Pada Tahap ini, akan dilakukan d. Kemudian 12able setelah terbuka, tampilan klik Table Overlay Union dimana langkah langkah dari analisa keruangan yaitu Options > add field > masukan : nama kolom > type > ok. Kolom 1. Buka Program ArcMap dari Star – kolom yang dibuat yaitu : Menu > Program > ArcGIS > - Kolom Skor ArcMap 10.1 - Kolom Bobot 2. Kemudian tampilkan peta-peta - Kolom Hasil Tabular (Skor*Bobot) e. Pada kolom/field yang menjadi parameter yang telah mencari yang rawan data banjir dari menjadi dengan direktorinya dibuat, klik kanan lalu pilih Field dengan klik ikon Add Data. Calculator > masukkan skor dari 3. Aktifkan ekstensi Geoprocessing > masing-masing parameter > ok . Union > Kemiringan lereng, Curah B. Analisa Keruangan (Overlay) hujan, dan ketinggian kemudian hasil Analisis keruangan dilakukan dengan overlay tersebut menumpangsusunkan kembali dengan peta-peta digital yang sebelumnya telah diberi skor dan bobot pada masing-masing dioverlaykan hasil overlay penggunaan lahan dan jenis tanah. X3 C. Analisa Tingkat Kerawanan Nilai kerawanan suatu daerah terhadap banjir ditentukan dari total penjumlahan skor lima parameter yang berpengaruh terhadap banjir (curah hujan, kelerengan, Ketinggian Lahan, Tekstur penggunaan Kingma, Tanah dan lahan). Menurut nilai kerawanan 1991 ditentukan, dengan, menggunakan persamaan sebagai berikut: 𝐾= 𝑊𝑖 𝑥 𝑋𝑖...... ..…………… (2) 27 Keterangan : 4.1.3 Hasil Analisa Kemiringan Lereng Kota Padang yang mempengaruhi pola penam- Wi = Bobot untuk parameter ke-i Xi = Skor kelas parameter ke-i Selanjutanya nilai kerawanan akan di dapat hasil dari penjumlahan tabular Tabel 4.7 Nilai Tingkat Kerawanan banjir Jumlah Tingkat Nilai No. Kerawanan Semua Kebanjiran Parameter Sangat rawan 1. 6,75 – 9 banjir 2. Rawan banjir 4,5 – 6,75 Kurang rawan 3. 2,25 – 4,5 banjir Tidak rawan 4. < 2,25 banjir Topografi merupakan faktor fisik K = Nilai kerawanan analisis = Nilai Skor Guna Lahan masing masing parameter kerawanan banjir. K total = (W1 X1) + (W2 X2) + (W3 X3) + (W4 X4) Keterangan : Ktotal = Nilai Kerawanan Total W1 = Nilai Bobot Curah Hujan X1 = Nilai Skor Curah Hujan W2 = Nilai Bobot Kelerengan X2 = Nilai Skor Kelerengan W3 = Nilai Bobot Jenis Tanah X3 = Nilai Skor Jenis Tanah W3 = Nilai Bobot Guna Lahan bangan bahan galian, karena itu data topografi sangat di perlukan terutama untuk pertimbangan pengelolaan lingkungan teknik agar kelestarian sumber daya lahan tetap terjaga. Wilayah Kota Padang mempunyai topografi yang bervariasi yaitu perpaduan antara dataran rendah, perbukitan, serta daerah aliran sungai. Daerah perbukitan yang dimiliki Kota Padang termasuk sungai adalah seluas 486,209 Km² dan luas daerah efektif termasuk sungai seluas 486,209 Km². Ketinggian wilayah Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 - 1853 diatas permukaan laut dengan ketinggian seperti terlihat pada tabel daerah tertinggi adalah Kecamatan berikut. Lubuk Kilangan. Konsekuensinya Tabel 4.9 Luas Wilayah Berdasarkan Klasifikasi Ketinggian kemiringan juga bervariasi antara 0– 2% sampai >40%. kemiringan Kota dikelompokan atas Klasifikasi 4 kelas Tabel 4.8 Luas Wilayah Berdasarkan Klasifikasi Kemiringan Lahan Klasifikasi Luas Kemiringan (Km2) No. Padang kelerengan. No. Kelas Ketinggian (m dpl) Luas (Km2) % 1 0-25 149,50 21,51 2 25-250 63,69 9,16 3 100- 500 205,30 29,54 4 500–1000 164,22 23,63 5 > 1000 112,25 16,15 Jumlah 698,70 100,00 % 1 0–2% 210,36 30,27 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 2 3–15% 50,98 7,34 wilayah Kota Padang sebagian besar 3 16–40% 124,74 17,95 4 >40% 308,88 44,45 Jml 698,70 100,0 berada pada ketinggian di atas 250 meter yaitu mencapai 69,33% dari luas keseluruhan wilayah Kota Padang. Sedangkan selebihnya yaitu 30,67% berada pada ketinggian 0 250 meter di atas permukaan laut. Gambar 4.2. Peta Kemiringan Lereng Kota Padang (Wilayah Study) Ketinggian Kota Padang Secara garis besar, wilayah Kota Padang dikelompokan dalam 5 klasifikasi ketinggian dengan luas masing-masing wilayah menurut Gambar 4.2. Peta Ketinggian Kota Padang (Wilayah Study) Penggunaan Lahan Kota Padang Berdasarkan peta penggunaan lahan Kota Padang, lahan di Kota Padang didominasi oleh Hutan dan Permukiman dengan luas sekitar 48130,33 ha atau sekitar 68,88% dari luas Kota Padang, diikuti oleh pemukiman seluas 10932,54 ha atau sekitar 15,65% dari luas Kota Padang. Selebihnya diikuti dengan kebun, lahan tanpa vegetasi dan Gambar 4.1. Peta Penggunaan Lahan Kota Padang (Wilayah Study) Curah Hujan Kota Padang sawah. Untuk lebih rincinya kita Berdasarkan peta curah hujan Kota dapat melihat penggunaan lahan Padang, di wilayah Kota Padang Kota Padang pada Tabel dan Gambar curah hujan yang terjadi pada 12 di bawah ini. tahun terakhir sangat tinggi. Bisa Tabel 4.10. Penggunaan Lahan Kota dikatakan Kota Padang memiliki Padang wilayah No. Penggunaan Lahan 1 Bandara 2 Betinggisik 3 Luas (Km2) 0,19 40,53 0,06 Hutan 48130,33 68,88 4 Kebun 2220,71 3,18 5 Ladang 310,08 6 Lahan Kosong 342,78 0,44 7 Pelabuhan 106,32 0,49 8 Permukiman 10932,54 0,15 9 Sawah 6605,02 15,65 10 Semak/Belukar 407,57 9,45 16,15 dengan hampir 100,00 intensitas sangat tinggi. Untuk lebih lengkap dapat lihat tabel. Tabel 4.11. Curah Hujan Kota Padang No. Kelas 1 Sangat Basah Basah 2 3 4 5 698,70 basah keseluruhan memiliki curah hujan % 134,37 Jumlah sangat Sedang/ Lembab Kering R (mm/Th) > 3.000 Luas ( Ha) 69.870,95 100 2.5013.000 2.0012.500 1.5012.000 <1.500 - - - - - - - - 69.870,95 100 Sangat Kering Jumlah (Ha) % Gambar 4.3. Peta Curah Hujan Kota Padang (Wilayah Study) Gambar 4.4. Peta Jenis Tanah Kota Padang. Jenis Tanah Kota Padang Di Kota Padang terdapat 7 jenis tanah yang tersebar di beberapa kecamatan. Dari semua jenis tanah tersebut yang terluas adalah jenis tanah latosol mencapai 31.892,28 Ha atau 46,23% dan jenis tanah aluvial seluas 17.745,67 Ha atau 24,99%. Tabel 4.17 Luas Wilayah Berdasarkan Jenis Tanah di Kota Padang No. Jenis Tanah Luas ( Ha) % Peta Kerawanan Banjir Kota Padang Berdasarkan hasil overlay peta – peta parameter analisis kawasan banjir kota Padang maka di dapat luasan dan tingkat kerawanan kawasan banjir di Kota Padang, dimana bisa dilihat pada banjirnya Tinggi yaitu seluas 3362,27 ha atau sekitar 4,81% dari luas Kota Padang. Selanjutnya tabel wilayah yang kelas kerawanan 1 Andosol 4.964,17 7,19 diikuti wilayah yang tingkat kelas 2 Organosol 607,52 0,88 kerawanan banjir sedang yaitu seluas 3 Latosol 31.892,28 46,23 43855,67 ha atau 62,77% dan daerah 4 Latosol & Podsolik 4.114,49 5,96 yang tingkat kerawanannya rendah 5 Podsolik 9.670,17 14,02 6 Regosol 501,70 0,73 7 Aluvial 17.745,67 24,99 Jumlah (Ha) 69.870,95 100,00 yaitu seluas 22023,49 ha atau 31,52%. Serta daerah yang tidak rawan banjir yaitu seluas 32.49 ha atau 0,047%. Untuk lebih rincinya kita dapat melihat pada Tabel dan 1. Secara Umum Wilayah Study Kota Gambar dibawah ini. Padang, sudah berada pada tingkat Tabel.4.18. Kelas Kerawanan Banjir Kota Padang kerawanan banjir yang sedang yaitu No. 62,77% dari luas Kota Padang. 2. Kecamatan yang memiliki luas kelas Luas (Ha) Presentase (%) 1 Kelas Kerawan an Tinggi 3362,27 4,81 tinggi 2 Sedang 43855,67 62,77 Tangah dengan luas 1653,88 ha 3 Rendah 22023,49 31,52 dengan 4 Tidak 32,49 0,9 69870,95 100 kerawanan sangat rawan yang paling adalah kecamatan persentase yaitu Koto 2,37% diikuti Kec. Lubuk Kilangan dengan luas 1234,71 ha dengan persentase Total yaitu 1,77%, dan Kec. Pauh dengan luas 1213,39 ha dengan persentase yaitu 1,7% dari jumlah total wilayah Kota Padang 3. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap Kerawanan banjir di Kota Padang adalah faktor kelas lereng yang umumnya datar (0 - 8%), Ketinggian 8 – 12,5 mdpl tekstur tanah dengan kriteria Sangat halus,, Gambar 4.5. Peta Identifikasi Kawasan Rawan Banjir Kota Padang Penggunaan Lahan yang didominasi KESIMPULAN DAN SARAN tambak, merupakan daerah aliran 5.1. Kesimpulan sungai dan ketinggian lahan yang Berdasarkan hasil analisa secara rendah. deskriptif dan uraian-uraian yang dikemukakan terdahalu, maka pada dapat kesimpulan sebagai berikut: sawah, kebun campuran, tubuh air, 4. Penanganan banjir di Kota Padang bab-bab dapat dilakukan dengan melakukan ditarik perbaikan penggunaan lahan atau penormalisasian daerah tangkapan hujan di daerah aliran sungai yang telah rusak lahannya agar air hujan Matematika dan Ilmu Pengetahuan dapat terserap dengan baik dan tidak Alam, Institut Pertanian Bogor. terjadi genangan. Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi: Yogyakarta. 5.2. Saran Pada penelitian selanjutnya Primayuda A. 2006. Pemetaan diharapkan menggunakan cakupan Daerah Rawan dan Resiko Banjir wilayah yang lebih detail atau kecil Menggunakan serta dengan observasi langsung ke Geografis: studi kasus Kabupaten lokasi untuk Trenggalek, Jawa Timur [skripsi]. mendapatkan verifikasi data kejadian Bogor: Fakultas Pertanian, Institut – kejadian banjir yang pernah terjadi. Pertanian Bogor. Dengan demikian akan mendapatkan Utomo W. Y. 2004. Pemetaan hasil yang optimal. Kawasan Berpotensi Banjir di DAS Untuk melakukan pencegahan dan Kaligarang penanganan banjir, faktor yang dapat Menggunakan dilakukan Geografis [skripsi]. Bogor: Fakultas adalah rawan banjir perbaikan/perubahan Penggunaan lahan yang Sistem Informasi Semarang Sistem dengan Informasi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. merupakan faktor manusia. Dimana Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Penggunaan berupa Kerawanan Banjir dengan Sistem tanah Informasi Geografis (SIG) pada Sub lahan pemukiman, sawah, dan terbuka memberikan pengaruh yang Das besar Makkasar untuk terjadinya banjir. Walanae : Hilir [skripsi], Fakultas Pertanian, Sedangkan faktor – faktor yang lain Universitas Hasanuddin merupakan Seyhan, umumnya faktor sulit alam untuk yang dilakukan 1995. Dasar-dasar hidrologi, Universitas Gajah Mada perbaikan/perubahan. Darmawijaya, DAFTAR PUSTAKA Tanah. Gadjah Mada University Suherlan E. 2001. Zona Tingkat Press, Yogyakarta. Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas 1992. Klasifikasi Asdak, C., Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai, UGM Press., Yogyakarta, 1995. BNPB., Peraturan KEP.02/BNPB/2008., Umum Pengkajian Risiko Bencana di Indonesia, 2008 BNPB Pedoman