Latar Belakang Hadirnya biomimetik telah melahirkan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi/mengidentifikasi aroma. Instrumen tersebut dikenal dengan nama Electronic Nose (e-Nose). E-Nose merupakan suatu instrumen larik (array) sensor gas yang tersusun atas sensor gas kimia yang tidak selektif. Stimulus aroma ditangkap oleh sensor gas kemudian diubah lebih lanjut menjadi sinyal-sinyal listrik berbentuk respons sinyal atau respons sensor. Respons sensor tersebut kemudian dianalisis menggunakan algoritme pengenalan pola agar dapat diidentifikasi polanya (Yu dan Zhao, 2011). E-Nose dinamis menggunakan konsep handling and delivery system, di mana sistem ini memanfaatkan sample flow system (Pearce dkk., 2003). Sistem tersebut berfungsi mengalirkan aroma menggunakan udara bertekanan dari ruang sampel ke ruang sensor atau mengalirkan udara bersih bertekanan langsung menuju ke ruang sensor. Udara bertekanan atau udara terkompresi ini bersumber dari kompresor udara yang menyuplai keduanya. Agar kerja dari sample flow system tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kontrol aliran udara dilakukan oleh komputer dengan menambahkan katup (valve) solenoida pada sistem tersebut. Menurut Pearce dkk. (2003), kelemahan e-Nose dinamis terletak pada ketidak jenuhan suplai aroma yang terdapat pada ruang sampel, maka untuk menghindari kejenuhan digunakan penghambatan aliran udara pada sample flow system. Proses penghambatan udara ini akan menghasilkan pulsa respons antara udara beraroma dengan udara bersih. Metode ini pada akhirnya akan menghasilkan proses flushing, collecting, dan purging. Flushing dilakukan pada saat awal eksperimen, proses ini berfungsi untuk memberikan waktu sampel untuk mempersiapkan suplai arome, mengaktifkan pemanas dan menstabilkan sensor gas. Proses collecting adalah di mana aroma yang berada di ruang sampel di bawa oleh udara terkompresi menuju ke ruang sensor, aroma ini kemudian ditangkap dan diubah menjadi sinyal-sinyal respons oleh larik sensor. Sedangkan proses 1 2 purging merupakan proses di mana udara bersih terkompresi dialirkan langsung ke ruang sensor dari kompresor udara. Jika proses collecting menghasilkan respons sensor, maka pada proses purging akan membersihkan sensor dari pengaruh aroma dan merubah sinyal respons sensor kembali ke kondisi baseline atau referensi semula. Pengidentifikasian pola juga diperlukan untuk mengetahui hasil dari eksperimen dengan e-Nose, salah satu metode pengidentifikasian pola adalah Principal Component Analisys (PCA). PCA telah banyak digunakan untuk melakukan identifikasi pola pada sampel teh hitam (Nuradi, 2015), bahkan metode ini telah dibandingkan dengan metode-metode lainnya untuk mengidentifikasi pola pada teh hitam (Tohari, 2015). Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, sample flow system yang dihambat berfungsi membentuk respons sensor. Menurut Pearce dkk. (2003), pengukuran respons sensor dapat dilakukan setelah sinyal respons yang terbentuk mencapai 90%, sedangkan waktu untuk mencapai posisi tersebut pada tiap-tiap sensor dan sampel berbeda. Padahal tingkat keberhasilan dalam pengidentifikasian pola aroma sampel ini sangat bergantung pada proses keluaran dari stimulus aroma yang menjadi respons sensor tersebut. Selama ini pewaktuan pada respons sensor masih merujuk pada penelitian sebelumnya. Untuk itu penentuan waktu proses sniffing agar menghasilkan respons sensor yang baik menjadi suatu hal yang perlu untuk dilakukan penelitian. Didasari oleh pentingnya pewaktuan untuk menentukan respons sensor, maka penelitian ini difokuskan pada penentuan waktu pulsa respons pada saat proses sniffing (collecting dan purging) untuk beberapa jenis sampel teh. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang tentang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana menentukan waktu yang tepat pada proses sniffing e-Nose agar sampel aroma dapat ditangkap kemudian diubah menjadi respons sensor sehingga dapat diidentifikasi polanya. 3 Batasan Masalah a. Variasi waktu yang dilakukan hanya untuk proses collecting dan purging, sedangkan pada proses flushing tidak dilakukan variasi waktu. b. Bahan yang digunakan untuk sampel eksperimen adalah 3 macam jenis sampel teh dari daerah Tambi seberat 50 gram untuk tiap sampelnya. c. Suhu ruang sampel yang ditentukan untuk eksperimen adalah 40oC. d. Aliran udara yang ditentukan untuk eksperimen adalah 3 liter per menit. e. Tekanan udara yang ditentukan untuk eksperimen adalah 12 psi. f. Metode ekstraksi ciri yang digunakan adalah differential, fractional change, integral, dan relative. g. Metode analisis yang digunakan adalah PCA dengan 3 komponen serta pendekatan kovarians. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan variasi waktu proses sniffing (collecting dan purging) dan mengimplementasikan program ekstraksi ciri dari respons sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi pola aroma dengan metode PCA. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya waktu respons sensor dan baseline yang optimal pada saat proses sniffing dengan e-Nose yang akan digunakan dalam proses identifikasi pola dan analisis.