KELMPOK TANI ANAK NAGARI RANTAU PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Akte Notaris No : 27 / W / 05 / 2010 Tanggal 13 Mei 2010 Notaris : Jayat, SH, MK.n Alamat Sekretariat : Jln. Simpang Empat – Air Bangis, KM 1 Batang Tian Simpang Empat – Pasaman Barat Diskripsi Konflik Pengelolaan Tanah Antara Petani Anak Nagari Rantau Pasaman dengan PT. Anam Koto Menyonsong derasnya badai kemiskinan, Menantang kekuatan perusahaan besar Menunggu perlindungan dari negara, Untuk keberlanjutan kehidupan dan agar Keluar dari kemiskin Dan ketertindasan PENDAHULUAN Latar Belakang : Di negara-negara dengan sektor pertanian yang masih merupakan sektor dominan bagi perekonomian nasional, seperti Indonesia. Faktor produksi ditentukan oleh tanah atau lahan pertanian. Kepemilikan tanah sangat penting sebagai alat produksi untuk memenuhi sumber kehidupan bagi manusia terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena di tanahlah para petani bisa menanam berbagai macam jenis tanaman yang hasilnya nanti digunakan sebagai bahan untuk kebutuhan pokok keluarga. Dalam penguasaan tanah tersebut, masalah konflik pun tidak bisa dielakkan. Hal tersebut seiring dengan pendapat Sugihen (1997) menyatakan bahwa masyarakat tidak selamanya berada dalam keadaan seimbang dan harmonis; masyarakat mengandung berbagai unsur yang saling bertentangan dan yang dapat menimbulkan letupan yang menganggu kestabilan masyarakat tersebut. Hal tersebut muncul, karena begitu eratnya hubungan antara masyarakat dengan tanah khususnya petani yang hidup di perkampungan. Hubungan petani dengan tanah terutama lahan pertanian mencakup pemilikan dan 1 penguasaan tanah. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap peranan masyarakat petani dalam produksi pertanian dan kehidupan sosial budaya dan ekonomi mereka. Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik tahun 2001 sebanyak 83 % penduduk Sumatera Barat hidup dikampung. Ini berarti bahwa kampung mempunyai potensi ekonomi yang relatif besar terutama dalam bidang pengarapan lahan pertanian. Di kampung setiap anggota keluarga mengolah lahan pertanian sehingga dapat memberikan kontribusi pendapatan dalam memenuhi kecukupan ekonomi rumah tangga. Kegiatan-kegiatan utama produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan kelebihan produksi baru untuk dijual. Masalah terbesar saat ini yang dihadapi oleh petani dikampung adalah keterbatasan kepemilikan tanah pertanian, seperti mayoritas masyarakat di pasaman barat yang sudah banyak menjadi keluarga petani miskin, buruh tani dan buruh perkebunan. Kondisi tersebut terjadi akibat faktor pertumbuhan angka penduduk yang tidak lagi seimbang dengan ketersediaan tanah pertanian, diperparah lagi oleh kegiatan alih fungsi kawasan hutan ulayat adat nagari untuk usaha-usaha perkebunan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Maka masyarakat Pasaman Barat sekarang Seperti informasi yang dilansir oleh Badan Statistik Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2006 lalu, bahwa hampir 80% masyarakat Pasaman Barat adalah keluarga miskin, angka ini berdasarkan catatan pemerintah daerah dari jumlah kepala keluarga penerima bantuan beras raskin Akibat keterbatasan ketersediaan tanah untuk lahan pertanian di kabupaten pasaman barat, banyak keluarga petani beralih menjadi tenaga buruh harian di perusahan perkebunan dengan menerima upah murah, bahkan tidak heran banyak keluarga miskin harus mempekerjakan anak-anak mereka yang semestinya masih berada di bangku sekolah, bekerja bersama orang tuanya di perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk menambah pendapatan orang tuanya. Pengelolaan tanah dalam jumlah besar oleh perusahaan perkebunan yang konon katanya membuka lapangan kerja, memang patut di tinjau ulang. Apakah target dari penguasaan dan pengelolaan tanah dalam jumlah besar oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit bisa mendorong dan mengujudkan kesejahteraan rakyat ?, atau justur malah sebaliknya, menciptakan kemiskinan struktural karena penguasaan tanah dalam jumlah besar oleh satu badan usaha perkebunana kelapa sawit skala besar, suasta asing atau perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam negeri. Kondisi tersebut kemudian memaksa petani harus beralih propesi menjadi buruh, karena tidak ada lagi ketersediaan tanah yang dapat di manfaatkan untuk usaha-usaha pertanian rakyat. Maka 2 oleh karena akses petani atas tanah sudah diputus oleh kehadiran perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, mimpi buruk bagi kaum tani yang seharusnya petani berdaulat atas tanahnya, tapi dengan kehadiran investor perkebunan kelapa sawit para petani harus beralih menjadi buruh dari generasi-kegenerasi. Sejarah kelam Pengelolaan Tanah Ulayat Adat Disulapnya Tanah Ulayat Adat Menjadi Klaim Tanah Negara Untuk Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Oleh PT. Anam Koto, Menghilangkan Tempat Berpijak Masyarakat Nagari Lingkuang aua, Masyarakat Nagari Air Gadang dan Masyarakat Nagari Muaro Kiawai. Ketimpangan pengelolaan tanah ulayat adat yang berujung pada konflik antara masyarakat pemilik tanah ulayat dengan pemerintah dan perusahaan perkebunan. konflik tersebut berawal dari hilangnya hak menguasai dan akses pengelolaan masyarakat di atas tanah ulayatnya. Ketimpangan penguasaan dan pengelolaan tanah ulayat adat dapat dibuktikan dengan terjadinya peralihan hak dari hak ulayat menjadi hak penguasaan negara dengan terbitnya Sertifikat HGU diatas tanah ulayat tersebut, dengan klaim dan ligitimasi negara menjadi alasan untuk mencerabut hak masyarakat adat untuk demi kepentingan kelompok kekuasaan dan pemodal. Pengangkangan terhadap sistim dan aturan tanah ulayat memang sudah semestinya menjadi tolak ukur bagi pemilik dan penguasa tanah ulayat untuk melawan pembodohan, dengan kembali mengingatkan para penguasa bahwa telah terjadi tindakan yang dapat menhancurkan keberlangsungan kehidupan masyarakat adat. Dengan memanfaatkan keterbatasan invormasi yang dimiliki oleh ninik mamak pemangku adat dan masyarakat tentang rencanas usaha perkebunan kelapa sawit, Pemerintah DATI II Pasaman meminta ninik mamak dan 3 masyarakat adat menyerahkan tanah ulayat adatnya, untuk diserahkan kepada pemerintah DATI II Pasaman. Seperti yang terjadi Pada tahun 1990, terhadap tanah ulayat adat masyarakat Nagari Lingkung Aua, Nagari Air Gadang dan masyarakat adat Nagari Muaro Kiawai. Bupati Taufik Marta atas nama Pemerintah pusat di Kabupaten DATI II Pasaman, mengundang PT. Bukit Taun, sekarang PT.Anam Koto untuk membuka usaha perkebunan kelapa sawit di Nagari Air Gadang dan Nagari Muaro Kiawai. PT. Bunga Setangkai ( Sekarang PT. Anam Koto ), diberi konsensi lahan yang berasal dari hutan adat, Pemerintah DATI II Pasaman meminta Ninik Mamak untuk menyerahkan tanah ulayatnya dikelola menjadi perkebunan kelapa sawit. Pemerintah DATI II Pasaman memberikan rekomendasi dan izin prinsip pencadangan lahan kepada PT. Anam Koto, disinilah awalnya terjadi konflik karena semestinya pemerintah sebelum memberikan izin prinsip melakukan pemetaan dan meregestrasi tanah ulayat adat yang akan diserahkan tersebut untuk memastikan keberadaan dari tanah ulayat adat itu sendiri. Penyerahan pengelolaan tanah ulayat oleh Ninik mamak Nagari Air Gadang kepada Pemerintah DATI II Pasaman seluas + 5000 hektar sudah bertentangan dengan hukum adat karena tidak mendapat persetujuan oleh Daulat Dipertuan Parit Batu, Hakim Nan Barampek dan mamak Gadang Bandaro sebagai penguasa adat dan tanah ulayat di kerajaan Parit Batu Pasaman, selain itu dari melihat barih balabeh (batas ulayat menurut adat) yang dibuat oleh pemangku adat terdahulu, yang didalamnya juga Ninik mamak Nagari Air Gadang. Penyerahan tanah ulayat oleh ninik mamak nagari air gadang dari keseluruhanya + 5000 hekter, sebahagianya tanah ulayat adat Nagari Lingkung Aua. Sangat sungguh beralasan apa yang sedang dilakukan oleh kelompok tani anak nagari rantau pasaman, kelompok masyarakat pengarap terhadap tanah ulayat mereka yang terlantar, walaupun pernah diterbitkan HGU atas penguasaan PT. Anam Koto, karena Telah terjadi keserampangan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam yang semata-mata untuk tujuan menguntungkan para investor. Sementara kondisi kehidupan masyarakat bak ayam bertelur dilumbung padi, tapi mati kelaparan, kebutuhkan atas tanah untuk alat produksi pertanian masyarakat kini dikuasaai oleh perusahaan perkebunan PT. Anam Koto. Pada tahun 1996, di terbitkan oleh BPN Kabupaten Pasaman Sertifikat HGU atas nama PT. Anam Koto Seluas + 4.777, 4 hektar berdasarkan persetujuan penyerahan pengelolaan tanah ulayat adat oleh Ninik mamak Nagari Air Gadang kepada pemerintah DATI II Pasaman yang swbwlum penyerahan tersebut tidak disertakan batas-batas penguasaan hak ulayat secara adat. Banyak fakta pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Anam Koto, Pertama : 4 melakukan pengarapan lahan sebelum memegang hak guna usaha. Kedua : Menterlantarkan dan atau tidak memperguanakan lahan sesuai dengan pemberian hak guna usaha. Ketiga : Hak guna usaha yang dipegang oleh PT.Anam Koto cacat hukum, karena sebahagian lahan yang menjadi areal HGU tersebut adalah tanah ulayat nagari lingkung aua. PT. Anam Koto Tidak Mempergunakan HGU-nya Sesuai dengan Peruntukan ( Terlantar ) Pada tahun 1999, PT. Anam Koto menterlantarkan seluruh lahan perkebunanya dan tidak dirawat sesuai dengan standar kelayakan perkebunan, hal ini berdasarkan informasi Dinas Perkebunan propinsi sumatera barat yang pernah melakukan klasifikasi (penilaian) perkebunan di pasaman barat, PT. Anam koto tidak dapat dilakukan karena tidak memenuhi kategori perkebunan yang dapat dilakukan penilaian. Melihat tidak terurusnya perkebunan tersebut sehinga sudah menjadi hutan muda (semak belukar), masyarakat mulailah membuka lahan tersebut yang pada saat itu kondisinya sudah kembali menjadi hutan muda (semak belukar) untuk menjadi lahan pertanian jagung, padi dan kelapa sawit. pada tahun 2002, masyarakat yang memanfaatkan lahan terlantar di HGU PT. Anam Koto tersebut membentuk kelompok tani yang diberinama kelompok tani anak nagari lingkung aua, sebagai wadah perjuangan, Pengarapan yang dilakukan masyarakat tidak mendapat pelarangan dari PT. Anam koto sampai 2008,sehinga telah banyak tanam sawit masyarakat yang panen. Pada 13 maret 2008, masyarakat pengarap tanah ulayat tersebut dikejutkan dengan kabar tentang penjualan PT. Anam Koto ke PT. Inti Kapuas Arowana Tbk, dalam Pengumuman Materi Publik Expose nya bahwa PT. Anam Koto lokasi di Pasaman dengan perincian 2.298,15 hektar produktif/tertanam dan 2.490,6 hektar lahan cadangan/kosong, materi publik expose tersebut terjadi pengkaburan hak pengelolaan masyarakat oleh karena informasi yang tidak sesuai dengan faktanya, karena lahan kosong yang disampaikan tersebut adalah lahan perkebunan dan perladangan masyarakat yang sudah ada semenjak tahun 1999 sampai dengan sekarang. Pada tanggal 5 Desember 2006, Daulat Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat Pasaman menghimbau pucuk adat dan ninik mamak dari nagari air gadang, nagari lingkung aua, nagari Muaro Kiawai, Sikilang, Maligi, maka dilakukanlah musyawarah penentuan batas hak ulayat antar nagari dengan berpatokan pada batas alam yang telah disepakati oleh pemangku adat yang terdahulu sesuai dengan barih balabeh yang sudah ditetapkan, untuk menghidari terjadinya konflik antara masyarakat. 5 Pada Tanggal 5 Mei 2008, masyarakat pengarap tanah ulayat terlantar di HGU PT. Anam Koto mendapat informasi tentang rencana penjualan PT. Anam Koto kepada PT. Inti Kapuas Arowana, mendegar rencana penjualan tersebut pengurus kelompok tani Anak Nagari Lingkung Aua menyurati PT. Inti Kapuas Arowana dengan pokok suratnya memberitahukan bahwa ada lahan terlantar di HGU PT. Anam Koto yang telah digarap oleh masyarakat untuk tidak turut dibeli oleh PT. Inti Kapus Arowana. Pada Mei 2008, PT. Anam Koto yang baru mengajukan IUP (Izin Usaha Perkebunan) kepada Bupati Pasaman barat. PT. Anam Koto dalam permohonan Izin Usaha Perkebunannya mengajukan seluruh lahan yang ada di HGU termasuk lahan terlantar yang telah menjadi kebun dan ladang oleh kelompok tani anak nagari lingkung aua Pada tanggal 22 mai 2008, Daulat Yang Dipertuan Parit Batu, Hakim Nan Barampek dan Bandaro membuat surat pernyataan bersama tentang tanah ulayat yang diterlantarkan di HGU PT.Anam Koto, menerangkan : sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku di atas tanah ulayat” bila tanah ulayat diberikan hak pengelolaan kepada seseorang baik indifidu atau sekelompok orang, namun oleh sesuatu hal kemudian ditingalkan berturut-turut selama tiga tahun oleh orang atau sekelompok orang yang diberi hak pengelolaan, maka tanah ulayat tersebut kembali menjadi tanah yang dikuasai oleh penguasa tanah ulayat yaitu ninik mamak” pada tanggal Juni 2008, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari Lingkung Aua menyampaikan surat kepada Bupati Pasaman Barat dengan pokok surat memohon fasilitasi oleh Bupati Pasaman Barat untuk merevisi HGU PT. Anam Koto, karena terkait dengan adanya rencana Tekofer oleh PT. Anam Koto yang lama ke PT. Inti Kapuas Arowana (Inti Plantation), agar lahan bekas HGU PT. Anam Koto yang telah digarap masyarakat tidak turut diikutkan dalam proses Tekofer tersebut. Pada tanggal 23 Juni, Bupati Pasaman Barat merespon surat Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari Lingkung Aua dengan melayangkan surat kepada Kepala Badan Pertanahan nasional dengan pokok suratnya meminta arahan dan kebijakan terhadap lahan terlantar di HGU PT. Anam Koto. Pada tanggal 30 Juni 2008, Daulat Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat Pasaman, Hakim Nan Barampek dan Bandaro merespon tutntutan anak cucu kemanakan yang mengelola tanah ulayat bekas HGU PT. Anam Koto menyampaikan surat kepada Bupati Pasaman barat dengan pokok suratnya memohon revisi HGU 6 PT. Anam Koto di atas tanah ulayat yang terlantarkan, karena lahan yang diterlantarkan tersebut sudah dimanfaatkan oleh anak cucu kemanakan. Pada tanggal 14 November 2008, pengurus kelompok tani anak nagari lingkung aua di pangil oleh pimpinan PT.Anam Koto untuk bermusyawarah mencarai penyelesaian sengketa pengelolaan tanah ulayat yang terlantar tersebut oleh anggota kelompok tani anak nagari lingkung aua, dalam pertemuan tersebut dapatlah kata sepakat yang isinya 3 poin, pertama : bahwa kedua belah pihak sama-sama melakukan aktifitas sampai adanya penyelesaian yang tidak merugikan kedua belah pihak, kedua : PT.Anam koto akan menyurati pemerintah daerah untuk meminta sesegera mungkin untuk memfasilitasi penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak. Ketiga : Dalam melakukan aktifitas dilahan antara petani pengarap dengan PT.Anam Koto sama-sama menjaga keamanan dengan tidak mengangu aktifitas petani pengarap. Pada Tanggal 8 Mai 2009, datanglah serombongan orang yang megaku humas,maneger, security PT.Anam Koto dan oknum kepolisian dari sektor Gunung Tuleh melakukan penangkapan paksa terhadap 6 orang petani yang kemudiaan mereka bawa kekantor polsek Gunung Tuleh, kemudiaan 1 orang ditahan, 5 orang di tahan dikantor PT.Anam Koto, yang 5 orang tersebut dapat dilepaskan dengan menandatangani surat perjanjiaan untuk meningalkan lahannya. Sementara yang 1 orang di tahan dipolsek Gunung Tuleh dilepas setelah menandatagani surat BAP dan menyerahkan uang 1 juta rupiah. Pada tanggal 11 Juli 2009, sekira jam 11 Wib ( siang ), dilahan kelompok tani anak nagari lingkung aua, datanglah sekitar 16 orang securitiy dan Maneger, Humas PT. Anam Koto yang dikawal oleh Polisi dari Polres Pasaman Barat dengan mengendarai Mobil Dalmas, sesampainya rombongan tersebut dilahan kelompok tani anak nagari lingkuang aua, dengan memakai Belko (exsakapator) yang bersamaan di bawa dengan rombongan tersebut, melakukan pembongkaran dan pemotongan batang kelapa jembatan yang di bagun oleh anggota kelompok tani anak nagari lingkuang aua. sebanya tiga buah jembatan dan satu jembatan kelapa untuk ke mushalla tidak lagi dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani, sehinga menyebabkan terputusnya akses petani terhadap lahan pertanian dan akses kerumah ibadah yang ada dilahan. Perusakan jembatan yang dilakukan berbarengan dengan tindakan pengancaman dan intimidasi kepada anggota kelompok tani anak nagari lingkuang aua yang mencoba menghalangi upaya pembongkaran dan perusakan tersebut. tindakan main hakim sendiri tersebut mengakibatkan terputusnya akses petani keladangnya dan tidak bisa mengeluarkan hasil panen petani. 7 Pada tanggal 11 Agustus 2009, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari Lingkuang aua menyampaiakan pengaduan kepolres Pasaman barat, pengaduan tersebut disampaikan secara tertulis tentang prihal Pengaduan Tindak Pidana kekerasan dan atau perusakan terhadap barang yang dilakukan oleh PT. Anam koto kepada petani kelompok tani anak nagari lingkuang aua. PT. Anam Koto Mengkriminalisasi Petani Polisi Polres Pasaman Barat Menjual Jasa Keamanan Untuk Melakukan Tindakan Intimidasi Dan Penculikan Terhadap Petani Pengarap Lahan Terlantar di HGU PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk ) Sederetan penderitaan kaum tani yang sedang memperjuangkan hak atas tanah di negara ini, patut mengundang pertanyaan” apakah negara ini adalah hanya surga bagi kaum kapitalis, compeni atau penjajah ekonomi gaya baru ?, yang sewaktu-waktu bisa dengan mudah mempergunakan kelompok preman bersenjata yang senantiasa selalu menjajakan jasa keamanan, perlindungan dan penculikan kepada petani miskin atau kelompok masyarakat adat yang memperjuangkan hak atas tanahnya. Serdadu berseragam Polisi Republik Indonesia, dengan warna kulit yang sama dengan kaum tani, seakan mendapat insturksi dari Pimpinan PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ), untuk melakukan unjuk kekuatan dan unjuk kebolehan kepada petani yang sedang tekun mengarap ladangnya. Karena tuan Kompeni (alis Pimpinan PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ), merasa bahwa usaha pertanian yang dilakukan oleh petani miskin yang tergabung dalam kelompok tani anak nagari rantau pasaman barat telah mengokopasi lahan perkebunannya. Memang se’iki zamane edan, sopo seng orak edan, orak kebagian mungkin lentupan lirik lagu jawa yang didendangkan pak warjo ini, sesaat setelah dilepaskan dari penculikkan oleh Aparat Polisi Polres Pasaman barat bersama dengan 5 orang rekannya, adalah bentuk ungkapan dari kekecewaan mereka terhadap proses penegakan hukum dinegara yang notabene 8 menjunjung hak azazi manusia dan melakukan penegakan hukum yang berkeadilan dan Anti diskriminasi seperti dalam UUD 1945. Karena pak warjo dan kawan-kawanya yang jumlahnya hampir 1000 kepala kelurga, sudah sejak 2006 mengarap tanah terlantar yang dulu berasal dari tanah ulayat yang di okopasi oleh negara lewat pemerintah kabupaten pasaman untuk usaha perkebunan sawit oleh tuan Kompeni ( Pemilik PT. Anak Koto ). Tapi karena semenjak tahun 1999, tuan kompeni PT. Anam Koto yang lama kekurangan modal, membiyarkan hampir 3 ribu hektar tanah tersebut kembali bak hutan adat yang dulu dirampas oleh negara. Para kaum tani pasaman barat yang berasal dari nagari lingkung aua, nagari air gadang dan nagari muaro kiawai dengan jumlah hampir 1000 kepala keluarga menjadikan tanah tersebut menjadi tempat menuangkan sejuta harapan anak-anak bangsa yang berasal dari keluarga petani. Namun akhir-akhir ini, setelah kekayaan negara tersebut diperjual belikan oleh pemilik PT. Anam Koto yang lama kepada PT. Inti Kapuas Arowana Tbk ( PT. Inti Plantation ). Petani tersebut kerap sekali menerima tindakan kesewenangwenangan dari Tuan Kompeni Alias Pimpinan PT. Anam Koto yang baru ( PT. Inti Kapuas Arowan Tbk Alias PT. Inti Plantation ) Paling tidak semenjak 2009, sudah bermacam cara dilakukan oleh PT. Anam Koto yang baru ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ), seperti merusak tanaman petani dengan alat berat, merobohkan jembatan, mencuri hasil panen petani, melaporakan ke polisi dan menculik petani dengan bantuan aparat kepolisian untuk tujuan mengusur petani pengarap tersebut, dari ladangnya. Walau pun pemerintah kabupaten pasaman barat sudah menyatakan tanah tersebut adalah tanah yang terlantar, seperti halnya surat Bupati Pasaman Barat kepada Kepala BPN Pusat dengan surat No. 130/3229 Pem-2008 tanggal 23 Juni 2008 dan surat No. 130/3314/Pem-2008 tanggal 21 Juli 2008, dan surat kepala Dinas Perkebunan No.525/1328/BUN-VII/2008 tanggal 23 Juli 2008. Tidak sekedar itu, pemerintah kabupaten pasaman barat juga hanya memberikan IZIN USAHA PERKEBUNAN ( IUP) kepada PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ) seluas 2.185,1 hektar dari total HGU 4.777,4 Hektar dengan surat keputusan Bupati No. 188.45/225/BUPPASBAR /2008 dan surat keputusan Bupati Pasaman Barat Tentang IZIN LOKASI No. 188.45/182/ Bup-Pasbar/2008 yang diajukan oleh PT. Anam Koto yang baru ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ). 9 Catatan-catatan pelangaran hukum dan hak azazi manusia dan tindakan kesewenangwenagan yang dilakukan PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ), serta Aparat Kepolisian Polres Pasaman barat terhadap Petani pengarap yang tergabunga dalam Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman Barat 1. Pada Tanggal 8 Mai 2009, datanglah serombongan orang yang megaku humas,maneger, security PT.Anam Koto dan oknum kepolisian dari sektor Gunung Tuleh melakukan penangkapan paksa terhadap 6 orang petani yang kemudiaan mereka bawa kekantor polsek Gunung Tuleh, kemudiaan 1 orang ditahan, 5 orang di tahan dikantor PT.Anam Koto, yang 5 orang tersebut dapat dilepaskan dengan menandatangani surat perjanjiaan untuk meningalkan lahannya. Sementara yang 1 orang di tahan dipolsek Gunung Tuleh dilepas setelah menandatagani surat BAP dan menyerahkan uang 1 juta rupiah. 2. Pada tanggal 11 Juli 2009, sekira jam 11 Wib ( siang ), dilahan kelompok tani anak nagari rantau pasaman datanglah sekitar 16 orang securitiy dan Maneger, Humas PT. Anam Koto yang dikawal oleh Polisi dari Polres Pasaman Barat dengan mengendarai Mobil Dalmas, sesampainya robongan tersebut dilahan kelompok tani anak nagari rantau pasaman dengan memakai Belko (exsakapator) yang bersamaan di bawa dengan rombongan tersebut melakukan pembongkaran dan pemotongan batang kelapa jembatan yang di bagun oleh anggota kelompok tani anak nagari rantau pasaman sebanyak tiga buah jembatan dan satu jembatan kelapa untuk ke musalla. Maka dengan hancurnya jembatan tersebut terputuslah jalan ke lahan-lahan petani. Perusakan jembatan yang dilakukan berbarengan dengan tindakan pengancaman dan intimidasi kepada anggota kelompok tani anak nagari rantau pasaman yang mencoba menghalangi upaya pembongkaran dan perusakan tersebut. tindakan main hakim sendiri tersebut mengakibatkan terputusnya akses petani keladangnya dan tidak bisa mengeluarkan hasil panen petani. Nama-nama yang datang kelahan kelompok tani A . PT.Anam Koto 1. Sudarmaji Maneger PT.Anam Koto 2. H. Sofyal Lukman Humas PT.Anam Koto 10 3. Siril Staf PT.Anam Koto 4. Masrul St. Laut Api 5. Edi Tatung kariawan 6. Marwn Hakim Kepala Security 7. Suwar Anggota Securitiy 8. Eman Anggota Securitiy 9. Siam Anggota Security 10. Roni Anggota security 11. Miran Anggota securit 3. Pada tanggal 11 Agustus 2009, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari rantau pasaman menyampaiakan pengaduan kepolres Pasaman barat, pengaduan tersebut disampaikan secara tertulis tentang prihal Pengaduan Tindak Pidana kekerasan dan atau perusakan terhadap barang yang dilakukan oleh PT. Anam koto kepada petani kelompok tani anak nagari rantau pasaman 4. Pada Hari Rabu, Tanggal : 10 Maret 2010, Kepala tehknis penanaman pt. 6 koto datang kelahan pertanian masyarakat dengan membawa buruh tanam dan brimob, berencana untuk menanami lahan pertanian masyarakat. 5. Hari sabtu, Tanggal 20 Maret 2010, yang di pimpin oleh DANDRU Brimob yang benama : ZULHENDRI pangkat 4 bengkok kuning dengan anggota yang Jumlahnya : 4 orang Mengintimidasi petani pengarap dengan ancaman akan menembak petani yang tetap mengusahakan ladangnya. 6. Hari selasa, tanggal 3 Agustus 2010, pasukan polisi polres pasaman barat yang lansung dipimpin oleh Kapolres Pasaman barat, ditambah dengan kapolsek-kapolsek yang berada dilingkungan polres pasaman barat mendatangi lahan kelompok tani anak nagari rantau pasaman dengan alasan melakukan pengamanan untuk melakukan pengukuran HGU PT. Anam Koto. Tapi faktanya, polisi polres pasaman barat justru melakukan pengancaman akan menembak dan menangkapi petani yang berladang diatas tanah terlantar tersebut, pada saat itu 6 orang petani ditangkap tampa surat perintah penangkapan diantaranya Pak Warjo, Tiyar, Timin, amiruddin, azwir dan Muyasir. Polisi bersama securty dan pimpinan dan kariawan PT. Anam Koto membawa 6 orang petani tersebut beserta 2 buah kedaraan bermotor dan alat-alat pertanianya seperti : tengki seprot dan parang, setelah dilakukan pemeriksaan dengan tampa penjelasan secara tertulis oleh polisi, untuk apa 6 orang petani tersebut dimintai ketarangan, sebelum 6 orang petani tersebut dilepaskan, polisi memberikan uang Rp : 300.000 untuk penganti tengki seprot yang diambil polisi dan uang saku setiap orang Rp: 50000 dan penganti parang Rp : 100.000. Aksi unjuk 11 kekuatan dan tindakan penangkapan tampa surat perintah tersebut sudah berkali-kali dilakukan oleh polisi polres pasaman barat kepada petani pengarap. Inilah merupakan salah satu bentuk kesuksesan PT. Anam Koto melakukan propaganda antara petani dengan aparat penegak hukum di pasaman barat. Penculikan Bpk. Yunasril Ketua Umum Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman, bersama Erpan Oleh Tim Buser Polres Pasaman Barat Sekira Jam 14.30 Wib, datanglah lima orang anggota polisi polres pasaman barat dengan mengendarai mobil Toyota Avanza No.Pol BA 2324 QL berwarna silver, ketempat kediaman Bpk. Yunasril, sesampainya polisi langsung menuju belakang reumah tersebut lansung bertanya kepada istri Bpk. Yunasril ”ada Pak Yunasril bu ” Bu Yurnalis Lansung menjelaskan bahwa Bpk. Yunasril sedang bekerja dengan dua orang tukangnya, persis dibelakang rumah Bpk. Yunasril. Dengan petunjuk dari istri bpk. Yunasril, polisi tersebut lansung menuju tempat yang dimaksud, sesampainya ditempat tersebut, karena pak Yunasril kenal dengan salah satu anggota polisi yang datang tersebut yang bernama Farel ( nama pangilan, bukan nama aslinya), mobil avanza tersebut lansung ketempat pak yunasril bekerja bersama duatukangnya yaitu Sdr. Rinaldi dan Sdr. Ijen, Farel Lansung turun darimobil tersebut dan lansung menghampiri bpk. Yunasril yang juga sudah menungu kedatangan polisi tersebut dihalaman rumah yang sedang dikerjakan. Farel bertanya ”membangun rumah ini pak jorong ” Pak Yunasril menjawab : tidak ini bagunan rumah mertua. Pak Yunasril lansung disapa oleh farel ” pak Jorong kami mintak tolong kapada bpk jorong untuk menjadi saksi dalam kasus jo bulkaini yang kini sedang ditangani oleh polres pasaman barat ”. Pak Yunasril yang biasa disapa pak jorong, karena kebetulan beliau juga mantan kepala jorong di kejorongan pasaman baru, nagari lingkung aua, menanyakan kepada Farel ” apa tidak perlu saya menganti pakaian ” Farel menjawab ” tidak usah karean cuman sebentar saja ” pak Yunasril kembali menanyakan ” pak farel apakah tidak ada surat pangilanya untuk saya memberikan kesaksian ?” Farel menjawab ” tidak ada dan tiak perlu pakai surat panggilan” karena mendegar keterangan dari Farel tersebut, pak Yunasril lansung meminta tukangnya mengambil baju ganti, tapi belum sampai Sdr. Rinaldi di rumah, pak Yunasril kemabali memangil dan sambil berjalan kerumahnya untuk meminta baju ganti keistrinya, setelahnya mengambil baju yang dimaksud, Pak Yunasril lansung naik kemobil yang dikendarai oleh polisi tersebut sambil memberi tahu istrinya yang sedang mengendong anaknya di pintu sebelum berangkat pak Yunasril memintak baju ganti kepada istrinya. 12 Polisi membawa pak. Yunasril lansung kearah airgadang karena polisi tersebut butuh satu orang lagi saksi yang bernama Sdr. Erpan, didalam mobil polisi memintak pak. Yunasril menghubungi erpan yang sedang berada diladanganya, karena diyakinkan oleh anggota polisi bahwa hanya sebatas memintai keterangan, pak. Yunasril menghubungi nomor handphone Erpan yang sedang bekerja Mengecor tanam semangka diladangnya, Sdr. Erpan menyatakan kesediaan untuk memberikan saksi seperti yang dijelaskan oleh polisi tersebut, dari ladangnya Sdr. Erpan dengan diantar oleh salah satu petani yang juga sedang diladangnya yaitu Sdr. Tiyar keluar dari ladangnya kejalan raya Air Gadang, karean Sdr. Erpan diminta menunggu dirumah pak. Lukman Kusau, sesampai disana Sdr. Erpan lansung masuk kedalam mobil yang disitu sudah ada pak. Jorong bersama lima orang burusergap Polisi Polres Pasaman Barat tersebut lansung dibawa kepolres pasaman barat. Sesampainya di Polres Pasaman Barat, faktanya terbalik pak Yunasril bersama Sdr. Erpan diperlihatkan surat perintah penangkapan dengan surat perintah penahanan, pak Yunasril bersama Sdr. Erpan menolak untuk diperiksa setelah melihat surat tersebut, dengan alasan mereka harus didampingi oleh pengacara saat pemeriksaan. Polisi polres pasaman barat lansung mengiring pak. Yunasril dan Sdr. Erpan ke sel tahanan polres pasaman barat sekira-kira jam 17.40 Wib. Sekarang Pak. Yunasril dan Sdr. Erpan ditahan bersama Bpk. Bulakini yang lebih dahulu diculik oleh Polisi Polres Pasaman Barat. Konflik Pengelolaan Tanah Terlantar di HGU PT. Anam Koto Pasaman Pada tahun 1990, telah dilakukan penyerahan tanah ulayat oleh ninik mamak nagari aia gadang dan ninik mamak nagari muaro kiawai kepada Pemerintah Kabupaten Pasaman untuk selajutnya diberikan kepada investor yang berminat membuka usaha perkebunan kelapa sawit dengan system inti/plasma. Perjanjian demi perjanjian disusun dengan pemangku adat dinagari, walupun dari kajian terhadap dukumen dan proses penyerahan tanah ulayat adat nagari tersebut terjadi praktek pembodohan terhadap ninik mamak dan masyarakat adat, bahkan ada dilakukan dengan cara dipaksakan, namun tetap berjalan. Sebelum keberadaan PT. Anam Koto diatas tanah ulayat nagari aia gadang dan tanah ulayat nagari muaro kiawai digarap oleh PT. Buga Setangkai, tapi karena PT. Buga Setangkai tersebut perusahaan adalah perusahaan kayu, setelah kayu yang ada didalam hutan adat itu diambil, PT. Bunga Setangkai mengalihkan lahanya tersebut kepada PT. Anam Koto. Analisis Masalah 13 Dari Assesmen konflik pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan di Sumatera barat dengan membuat Diskusi Kampung di daerah-daerah konflik, munculah akar dari konflik tersebut yang berawal dari tidak adanya informasi yang cukup kepada masyarakat nagari akan dampak baik kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit atau dampak buruk dari keahadiran perusahaan perkebuan kelapa sawit. Pemerintah dibawah tipu muslihatnya memintak Ninik Mamak dan Masyarakat untuk menyerahkan tanah-tanahnya kepada pemerintah yang selanjudnya akan diserakan oleh pemerintah kepada calon Investor yang akan melakukan usaha perkebunan sawit. Ninik Mamak dan Masyarakat menerima uang adat atau lebih dikenal dengan sebutan Uang Silih Jarih. Penyerahan tanah, baik itu tanah ulayat adat atau pun tanah hak milik dilakukan dengan janji akan menerima kebun plasma setelah dilakukan pengelolan oleh perusahan perkebunan, malah berbalik arah menjadi Ninik Mamak dan Masyarakat kehilangan hak atas tanahnya, karena semua tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan perkebunan diangap sudah dilakukan Pelepasan Hak Atau Jual Beli kepada Negara. Kebun plasma yang dijanjikan menjadi tinggal janji, kalau pun ada beberapa perusahaan yang memberikan kebun plasma tersebut. tapi tidak diberikan secara gratis justru masyarakat harus membeli kebun plasma tersebut dengan harga yang mahal kepada perusahaan perkebunan dan kadang kala untuk menutut plasma tersebut banyak Ninik Mamak atau Masyarakat harus mendekam kepenjara karena dituduh mengangu usaha perkebunan. Pada Tahun 2006 kelompok tani ini masih bernama kelompok tani Anak Lingkuang Aur yang hanya beranggotakan 234 orang kepala keluarga. Kelompok Tani Anak Lingkuang Aua merupakan perjuangan yang berdasarkan bahwa tanah ulayat Nagari Lingkuang Aur yang diserobot oleh PT. Anam Koto. Dimana tahun 1990 Nagari Lingkung Aur tidak pernah menyerahkan Tanah Ulayat mereka kepada PT. Anam Koto, namun dari fakta dilapangan bahwa Nagari Lingkuang Aur yang memang berbatasan langsung dengan Nagari Aie Gadang, dan berdasarkan batas-batas alam ulayat mereka, ternyata ditemukan bahwa PT. Anam Koto telah menyerobot Tanah Ulayat Nagari Lingkuang Aur, walalupun saat sekarang sulit dibuktikan karena batas-batas alam yang menjadi batas hak ulayat nagari Lingkuang Aur dengan nagari Aie Gadang sudah tidak bisa ditemukan lagi karena sudah hilang karena aktifitas landclearing dan staking oleh perusahaan. Nagari Aie Gadang dan Nagari Muaro Kiawai1 adalah dua Nagari yang menyerahkan langsung tanah ulayat adat mereka kepada Pihak Pemerintah 14 untuk dikelola sehingga PT. Anam Koto sebagai Pihak ketiga berjanji akan memberikan fasilitas-fasilitas kewajiban mereka dalam usaha perkebunan untuk masyarakat Nagari Aie Gadang dan Muaro Kiawai. Sudah 20 tahun PT.Anam Koto berada dikawasan tanah Adat Nagari Muaro Kiawai dan Aie Gadang akan tetapi janji-janji yang diberikan oleh perusahaan tidak juga didistribukan kepada masyarakat, maka sebagai bentuk protes mereka melakukan aksi demo besar-besaran pada tahun 2000 ke Kantor PT. Anam Koto, aksi tersebut direspon dengan mengerahkan aparat kepolisian yang diikuti dengan penembakan oleh Aparat Kepolisian dengan alasan pergerakan masyarakat membahayakan Aparat sehingga terjadilah Tragedi Berdarah di Tanah Ulayat mereka sendiri. Pasca aksi yang diikuti dengan penembakan oleh aparat kepolisian yang mengamankan PT. Anam Koto, masyarakat mulai melemah karena adanya tidakan penembakan dan pengancaman serta intimidasi dari Kepolisian Polres Pasaman Barat beserta Brimob-brimob yang menjadi pengawal perusahaan membuat masyarakat Aie Gadang dan Muaro Kiawai. Namun setelah terbangunnya komunikasi yang itensif dengan kelompok tani Anak Nagari Lingkuang Aur, kemudian Kelompok Tani di Muaro Kiawai dan Aie Gadang menyatukan diri untuk membuat kekuatan yang lebih besar dalam wadah yang mereka sepakati dengan nama Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman yang berdiri pada Maret 2010 dan diketuai oleh Yunasri, SE. Bergabungnya ketiga kelompok ini merupakan satu langkah maju dalam memperjuangkan hak + 928 kepala keluarga atas wilayah kelola. Penguatan Organisasi Rakya Dan Proses Advokasi Masyarakat telah melakukan penguatan terhadap kelembagaan organisasinya untuk mengujudkan perjuanganya mendapatkan pengakuan hak pengelolaan yang dilakukan oleh petani di atas HGU Terlantar, dengan agenda-agenda diskusi dan hering kepada instansi pemerintah, mulai dari pemerintah daerah pasaman barat, BPN. Agenda diskusi tersebut merupakan media untuk membagun kesadaran masyarakat akan posisi kasus dan aktifitas advokasi yang harus dilakukan petani. Paling tidak semenjak tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 ini berdasarkan Rencana Strategis yang sudah disusun bersama oleh petani, sudah dilakukan beberapa aktivitas baik itu untuk penguatan kelembagaan Organisasi Tani dan atau untuk agenda Advokasi Kasus seperti berikut : 1. Melakukan diskusi tematik dengan Ninik Mamak, pengurus dan Anggota Kelompok Tani Anak Nagari Rantau dengan agenda taktis dan atau strategi untuk penguasaan lahan dan penataan pegelolaan 15 2. Menyusun data rekaman proses kegiatan penguasaan dan pengelolaan lahan dan kegiatan advokasi kasus 3. Melakukan loby dan diskusi dengan pemerintah daerah dan lembaga jaringan 4. Mengalang kekuatan diluar Kelompok Tani untuk meminta dukungan terhadap perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Muaro Kiawai, Nagari Aia Gadang dan Nagari Lingkuang Aua. 5. Melakukan diskusi konsolidasi dan rekonsiliasi internal Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman 6. Melakukan Diskusi membedah hasil Tim Audit Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman dengan materi audit Anggota, Audit Pengelolaan Lahan dan Audit Keuangan 7. Mempersiapkan Pernyataan Ninik Mamak dan Masyarakat Nagari Muaro Kiawai dan Nagari Aia Gadang untuk memperkuat materi memori banding Bpk. Yunasri dan Bpk Erpan pengurus kelompok tani yang dikriminalisaiskan oleh PT. Anam Koto 8. Menyusun rencana agenda advokasi nasional dan mempersiapkan kelengkapan data dan dokumentasi yang berhubungan dengan konflik yang dihadapi oleh petani Anak Nagari Rantau Pasaman 9. Melakukan Diskusi persiapan agenda advokasi nasional dengan ninik mamak, tokoh masyarakat dan pengurus Kelompok Tani Anak Nagari Rantau Pasaman Proses Advokasi Yang Sudah Dilakukan Oleh Petani 1. Mendesak Bupati Pasaman Barat dan BPN Pasaman Barat untuk meberikan rekomendasi revisi HGU PT. Anam Koto dengan konsensi mengeluarkan tanah garapan petani dari HGU PT. Anam Koto seluas 2.485,1 hektar dari total HGU 4.770,4 Hektar. Bupati Pasaman telah mengirimkan surat ke BPN Pusat sebanya dua kali dengan prihal memintak revisi HGU PT. Anam Koto 2. Melakukan heering dengan Direktur Tata Guna Tanah di BPN Pusat, untuk mendesak agar dilakukan revisi atau pencabutan HGU PT. Anam Koto 3. Mendesak Kakanwil BPN Propinsi Sumatera Barat untuk mencabut dan atau merevisi HGU PT. Anam Koto. Kakanwil BPN Propinsi membentuk Panitia C 4. Mendesak DPRD Pasaman Barat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara kelompok tani anak Nagari Rantau Pasaman dengan PT. Anam Koto. DPRD Pasaman Barat telah melakukan kunjungan kerja ke BPN Pusat dan BKPM dan juga telah dilakukan rapat kerja-rapat kerja komisi A dengan kesimpulan mendukung pelaksanaan revisi HGU PT. Anam Koto. 16 Agenda Advokasi Nasional Karena tidak adanya upaya kongkrit yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah pasaman barat dan pemerintah propinsi sumatera barat untuk menyelesaikan konflik tersebut, maka petani kelompok tani anak nagari rantau pasaman berkeinginan untuk melakukan advokasi nasional untuk mengujudkan cita-cita yaitu pengakuan hak atas tanah garapan mereka diatas HGU Terlantar PT. Anam Koto Dengan harapan agenda advokasi nasional ini bisa menemui kepala BPN Pusat, Menteri Pertanian, Komisi III DPRRI, Komnas Ham dan Mahkabah Agung untuk mendesak pelaksanaan tuntutan untuk merevisi HGU PT. Anam Koto dan menghentikan segala bentuk tindakan intimidasi baik dari PT. Anam Koto, Polri dan TNI terhadap petani pengarap tanah bekas HGU PT. Anam Koto 17