kelompok tani anak nagari rantau pasaman

advertisement
KELMPOK TANI ANAK NAGARI RANTAU PASAMAN
KABUPATEN PASAMAN BARAT
Akte Notaris No : 27 / W / 05 / 2010 Tanggal 13 Mei 2010
Notaris : Jayat, SH, MK.n
Alamat Sekretariat : Jln. Simpang Empat – Air Bangis, KM 1 Batang Tian
Simpang Empat – Pasaman Barat
Diskripsi
Konflik Pengelolaan Tanah Antara Petani Anak Nagari Rantau Pasaman
dengan PT. Anam Koto
Menyonsong derasnya badai kemiskinan,
Menantang kekuatan perusahaan besar
Menunggu perlindungan dari negara,
Untuk keberlanjutan
kehidupan dan agar Keluar
dari kemiskin
Dan ketertindasan
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Di negara-negara dengan
sektor pertanian yang masih merupakan sektor
dominan bagi perekonomian nasional, seperti Indonesia. Faktor produksi
ditentukan oleh tanah atau lahan pertanian. Kepemilikan tanah sangat penting
sebagai alat produksi untuk memenuhi sumber kehidupan bagi manusia
terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena di tanahlah para
petani bisa menanam berbagai macam jenis tanaman yang hasilnya nanti
digunakan sebagai bahan untuk kebutuhan pokok keluarga.
Dalam penguasaan tanah tersebut, masalah konflik pun tidak bisa dielakkan.
Hal tersebut seiring dengan pendapat Sugihen (1997) menyatakan bahwa
masyarakat tidak selamanya berada dalam keadaan seimbang dan harmonis;
masyarakat mengandung berbagai unsur yang saling bertentangan dan yang
dapat menimbulkan letupan yang menganggu kestabilan masyarakat tersebut.
Hal tersebut muncul, karena begitu eratnya hubungan antara masyarakat
dengan tanah khususnya petani yang hidup di perkampungan. Hubungan
petani dengan tanah terutama lahan pertanian mencakup pemilikan dan
1
penguasaan tanah. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap peranan
masyarakat petani dalam produksi pertanian dan kehidupan sosial budaya dan
ekonomi mereka.
Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik tahun 2001 sebanyak 83 % penduduk
Sumatera Barat hidup dikampung. Ini berarti bahwa kampung mempunyai
potensi ekonomi yang relatif besar terutama dalam bidang pengarapan lahan
pertanian. Di kampung setiap anggota keluarga mengolah lahan pertanian
sehingga dapat memberikan kontribusi pendapatan dalam memenuhi
kecukupan ekonomi rumah tangga. Kegiatan-kegiatan utama produksi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan kelebihan
produksi baru untuk dijual.
Masalah terbesar saat ini yang dihadapi oleh petani dikampung adalah
keterbatasan kepemilikan tanah pertanian, seperti mayoritas masyarakat di
pasaman barat yang sudah banyak menjadi keluarga petani miskin, buruh tani
dan buruh perkebunan. Kondisi tersebut terjadi akibat faktor pertumbuhan
angka penduduk yang tidak lagi seimbang dengan ketersediaan tanah
pertanian, diperparah lagi oleh kegiatan alih fungsi kawasan hutan ulayat adat
nagari untuk usaha-usaha perkebunan oleh perusahaan perkebunan kelapa
sawit. Maka masyarakat Pasaman Barat sekarang Seperti informasi yang
dilansir oleh Badan Statistik Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2006 lalu,
bahwa hampir 80% masyarakat Pasaman Barat adalah keluarga miskin, angka
ini berdasarkan catatan pemerintah daerah dari jumlah kepala keluarga
penerima bantuan beras raskin
Akibat keterbatasan ketersediaan tanah untuk lahan pertanian di kabupaten
pasaman barat, banyak keluarga petani beralih menjadi tenaga buruh harian
di perusahan perkebunan dengan menerima upah murah, bahkan tidak heran
banyak keluarga miskin harus mempekerjakan anak-anak mereka yang
semestinya masih berada di bangku sekolah, bekerja bersama orang tuanya di
perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk menambah pendapatan orang
tuanya. Pengelolaan tanah dalam jumlah besar oleh perusahaan perkebunan
yang konon katanya membuka lapangan kerja, memang patut di tinjau ulang.
Apakah target dari penguasaan dan pengelolaan tanah dalam jumlah besar
oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit bisa mendorong dan mengujudkan
kesejahteraan rakyat ?, atau justur malah sebaliknya, menciptakan kemiskinan
struktural karena penguasaan tanah dalam jumlah besar oleh satu badan
usaha perkebunana kelapa sawit skala besar, suasta asing atau perusahaan
perkebunan kelapa sawit dalam negeri. Kondisi tersebut kemudian memaksa
petani harus beralih propesi menjadi buruh, karena tidak ada lagi ketersediaan
tanah yang dapat di manfaatkan untuk usaha-usaha pertanian rakyat. Maka
2
oleh karena akses petani atas tanah sudah diputus oleh kehadiran
perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, mimpi buruk bagi kaum
tani yang seharusnya petani berdaulat atas tanahnya, tapi dengan kehadiran
investor perkebunan kelapa sawit para petani harus beralih menjadi buruh dari
generasi-kegenerasi.
Sejarah kelam Pengelolaan
Tanah Ulayat Adat
Disulapnya Tanah Ulayat Adat
Menjadi Klaim Tanah Negara
Untuk Usaha Perkebunan Kelapa
Sawit Oleh PT. Anam Koto,
Menghilangkan Tempat Berpijak
Masyarakat Nagari Lingkuang
aua, Masyarakat Nagari Air
Gadang dan Masyarakat Nagari
Muaro Kiawai.
Ketimpangan
pengelolaan tanah
ulayat adat yang berujung pada
konflik antara masyarakat pemilik
tanah ulayat dengan pemerintah dan
perusahaan
perkebunan.
konflik
tersebut berawal dari hilangnya hak
menguasai dan akses pengelolaan
masyarakat di atas tanah ulayatnya.
Ketimpangan penguasaan dan pengelolaan tanah ulayat adat dapat
dibuktikan dengan terjadinya peralihan hak dari hak ulayat menjadi hak
penguasaan negara dengan terbitnya Sertifikat HGU diatas tanah ulayat
tersebut, dengan klaim dan ligitimasi negara menjadi alasan untuk
mencerabut hak masyarakat adat untuk demi kepentingan kelompok
kekuasaan dan pemodal. Pengangkangan terhadap sistim dan aturan tanah
ulayat memang sudah semestinya menjadi tolak ukur bagi pemilik dan
penguasa tanah ulayat untuk melawan pembodohan, dengan kembali
mengingatkan para penguasa bahwa telah terjadi tindakan yang dapat
menhancurkan keberlangsungan kehidupan masyarakat adat.
Dengan memanfaatkan keterbatasan invormasi yang dimiliki oleh ninik
mamak pemangku adat dan masyarakat tentang rencanas usaha perkebunan
kelapa sawit, Pemerintah DATI II Pasaman meminta ninik mamak dan
3
masyarakat adat menyerahkan tanah ulayat adatnya, untuk diserahkan kepada
pemerintah DATI II Pasaman.
Seperti yang terjadi Pada tahun 1990, terhadap tanah ulayat adat masyarakat
Nagari Lingkung Aua, Nagari Air Gadang dan masyarakat adat Nagari Muaro
Kiawai. Bupati Taufik Marta atas nama Pemerintah pusat di Kabupaten DATI II
Pasaman, mengundang PT. Bukit Taun, sekarang PT.Anam Koto untuk
membuka usaha perkebunan kelapa sawit di Nagari Air Gadang dan Nagari
Muaro Kiawai. PT. Bunga Setangkai ( Sekarang PT. Anam Koto ), diberi
konsensi lahan yang berasal dari hutan adat, Pemerintah DATI II Pasaman
meminta Ninik Mamak untuk menyerahkan tanah ulayatnya dikelola menjadi
perkebunan kelapa sawit. Pemerintah DATI II Pasaman memberikan
rekomendasi dan izin prinsip pencadangan lahan kepada PT. Anam Koto,
disinilah awalnya terjadi konflik karena semestinya pemerintah sebelum
memberikan izin prinsip melakukan pemetaan dan meregestrasi tanah ulayat
adat yang akan diserahkan tersebut untuk memastikan keberadaan dari tanah
ulayat adat itu sendiri. Penyerahan pengelolaan tanah ulayat oleh Ninik
mamak Nagari Air Gadang kepada Pemerintah DATI II Pasaman seluas + 5000
hektar sudah bertentangan dengan hukum adat karena tidak mendapat
persetujuan oleh Daulat Dipertuan Parit Batu, Hakim Nan Barampek dan
mamak Gadang Bandaro sebagai penguasa adat dan tanah ulayat di kerajaan
Parit Batu Pasaman, selain itu dari melihat barih balabeh (batas ulayat
menurut adat) yang dibuat oleh pemangku adat terdahulu, yang didalamnya
juga Ninik mamak Nagari Air Gadang. Penyerahan tanah ulayat oleh ninik
mamak nagari air gadang dari keseluruhanya + 5000 hekter, sebahagianya
tanah ulayat adat Nagari Lingkung Aua.
Sangat sungguh beralasan apa yang sedang dilakukan oleh kelompok tani
anak nagari rantau pasaman, kelompok masyarakat pengarap terhadap tanah
ulayat mereka yang terlantar, walaupun pernah diterbitkan HGU atas
penguasaan PT. Anam Koto, karena
Telah terjadi keserampangan
kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam yang
semata-mata untuk tujuan menguntungkan para investor. Sementara
kondisi kehidupan masyarakat bak ayam bertelur dilumbung padi, tapi
mati kelaparan, kebutuhkan atas tanah untuk alat produksi pertanian
masyarakat kini dikuasaai oleh perusahaan perkebunan PT. Anam Koto.
Pada tahun 1996, di terbitkan oleh BPN Kabupaten Pasaman Sertifikat HGU
atas nama PT. Anam Koto Seluas + 4.777, 4 hektar berdasarkan persetujuan
penyerahan pengelolaan tanah ulayat adat oleh Ninik mamak Nagari Air
Gadang kepada pemerintah DATI II Pasaman yang swbwlum penyerahan
tersebut tidak disertakan batas-batas penguasaan hak ulayat secara adat.
Banyak fakta pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Anam Koto, Pertama :
4
melakukan pengarapan lahan sebelum memegang hak guna usaha. Kedua :
Menterlantarkan dan atau tidak memperguanakan lahan sesuai dengan
pemberian hak guna usaha. Ketiga : Hak guna usaha yang dipegang oleh
PT.Anam Koto cacat hukum, karena sebahagian lahan yang menjadi areal HGU
tersebut adalah tanah ulayat nagari lingkung aua.
PT. Anam Koto Tidak Mempergunakan HGU-nya Sesuai dengan
Peruntukan ( Terlantar )
Pada tahun 1999, PT. Anam Koto menterlantarkan seluruh lahan
perkebunanya dan tidak dirawat sesuai dengan standar kelayakan
perkebunan, hal ini berdasarkan informasi Dinas Perkebunan propinsi
sumatera barat yang pernah melakukan klasifikasi (penilaian) perkebunan di
pasaman barat, PT. Anam koto tidak dapat dilakukan karena tidak memenuhi
kategori perkebunan yang dapat dilakukan penilaian.
Melihat tidak
terurusnya perkebunan tersebut sehinga sudah menjadi hutan muda (semak
belukar), masyarakat mulailah membuka lahan tersebut yang pada saat itu
kondisinya sudah kembali menjadi hutan muda (semak belukar) untuk
menjadi lahan pertanian jagung, padi dan kelapa sawit.
pada tahun 2002, masyarakat yang memanfaatkan lahan terlantar di HGU PT.
Anam Koto tersebut membentuk kelompok tani yang diberinama kelompok
tani anak nagari lingkung aua, sebagai wadah perjuangan, Pengarapan yang
dilakukan masyarakat tidak mendapat pelarangan dari PT. Anam koto sampai
2008,sehinga telah banyak tanam sawit masyarakat yang panen.
Pada 13 maret 2008, masyarakat pengarap tanah ulayat tersebut dikejutkan
dengan kabar tentang penjualan PT. Anam Koto ke PT. Inti Kapuas Arowana
Tbk, dalam Pengumuman Materi Publik Expose nya bahwa PT. Anam Koto
lokasi di Pasaman dengan perincian 2.298,15 hektar produktif/tertanam dan
2.490,6 hektar lahan cadangan/kosong, materi publik expose tersebut terjadi
pengkaburan hak pengelolaan masyarakat oleh karena informasi yang tidak
sesuai dengan faktanya, karena lahan kosong yang disampaikan tersebut
adalah lahan perkebunan dan perladangan masyarakat yang sudah ada
semenjak tahun 1999 sampai dengan sekarang.
Pada tanggal 5 Desember 2006, Daulat Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat
Pasaman menghimbau pucuk adat dan ninik mamak dari nagari air gadang,
nagari lingkung aua, nagari Muaro Kiawai, Sikilang, Maligi, maka dilakukanlah
musyawarah penentuan batas hak ulayat antar nagari dengan berpatokan
pada batas alam yang telah disepakati oleh pemangku adat yang terdahulu
sesuai dengan barih balabeh yang sudah ditetapkan, untuk menghidari
terjadinya konflik antara masyarakat.
5
Pada Tanggal 5 Mei 2008, masyarakat pengarap tanah ulayat terlantar di HGU
PT. Anam Koto mendapat informasi tentang rencana penjualan PT. Anam Koto
kepada PT. Inti Kapuas Arowana, mendegar rencana penjualan tersebut
pengurus kelompok tani Anak Nagari Lingkung Aua menyurati PT. Inti Kapuas
Arowana dengan pokok suratnya memberitahukan bahwa ada lahan terlantar
di HGU PT. Anam Koto yang telah digarap oleh masyarakat untuk tidak turut
dibeli oleh PT. Inti Kapus Arowana.
Pada Mei 2008, PT. Anam Koto yang baru mengajukan IUP (Izin Usaha
Perkebunan) kepada Bupati Pasaman barat. PT. Anam Koto dalam
permohonan Izin Usaha Perkebunannya mengajukan seluruh lahan yang ada
di HGU termasuk lahan terlantar yang telah menjadi kebun dan ladang oleh
kelompok tani anak nagari lingkung aua
Pada tanggal 22 mai 2008, Daulat Yang Dipertuan Parit Batu, Hakim Nan
Barampek dan Bandaro membuat surat pernyataan bersama tentang tanah
ulayat yang diterlantarkan di HGU PT.Anam Koto, menerangkan : sesuai
dengan ketentuan adat yang berlaku di atas tanah ulayat” bila tanah
ulayat diberikan hak pengelolaan kepada seseorang baik indifidu atau
sekelompok orang, namun oleh sesuatu hal kemudian ditingalkan
berturut-turut selama tiga tahun oleh orang atau sekelompok orang
yang diberi hak pengelolaan, maka tanah ulayat tersebut kembali
menjadi tanah yang dikuasai oleh penguasa tanah ulayat yaitu ninik
mamak”
pada tanggal Juni 2008, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari Lingkung Aua
menyampaikan surat kepada Bupati Pasaman Barat dengan pokok surat
memohon fasilitasi oleh Bupati Pasaman Barat untuk merevisi HGU PT. Anam
Koto, karena terkait dengan adanya rencana Tekofer oleh PT. Anam Koto
yang lama ke PT. Inti Kapuas Arowana (Inti Plantation), agar lahan bekas HGU
PT. Anam Koto yang telah digarap masyarakat tidak turut diikutkan dalam
proses Tekofer tersebut.
Pada tanggal 23 Juni, Bupati Pasaman Barat merespon surat Pengurus
Kelompok Tani Anak Nagari Lingkung Aua dengan melayangkan surat kepada
Kepala Badan Pertanahan nasional dengan pokok suratnya meminta arahan
dan kebijakan terhadap lahan terlantar di HGU PT. Anam Koto.
Pada tanggal 30 Juni 2008, Daulat Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat Pasaman,
Hakim Nan Barampek dan Bandaro merespon tutntutan anak cucu kemanakan
yang mengelola tanah ulayat bekas HGU PT. Anam Koto menyampaikan surat
kepada Bupati Pasaman barat dengan pokok suratnya memohon revisi HGU
6
PT. Anam Koto di atas tanah ulayat yang terlantarkan, karena lahan yang
diterlantarkan tersebut sudah dimanfaatkan oleh anak cucu kemanakan.
Pada tanggal 14 November 2008, pengurus kelompok tani anak nagari
lingkung aua di pangil oleh pimpinan PT.Anam Koto untuk bermusyawarah
mencarai penyelesaian sengketa pengelolaan tanah ulayat yang terlantar
tersebut oleh anggota kelompok tani anak nagari lingkung aua, dalam
pertemuan tersebut dapatlah kata sepakat yang isinya 3 poin, pertama :
bahwa kedua belah pihak sama-sama melakukan aktifitas sampai adanya
penyelesaian yang tidak merugikan kedua belah pihak, kedua : PT.Anam koto
akan menyurati pemerintah daerah untuk meminta sesegera mungkin untuk
memfasilitasi penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak. Ketiga :
Dalam melakukan aktifitas dilahan antara petani pengarap dengan PT.Anam
Koto sama-sama menjaga keamanan dengan tidak mengangu aktifitas petani
pengarap.
Pada Tanggal 8 Mai 2009, datanglah serombongan orang yang megaku
humas,maneger, security PT.Anam Koto dan oknum kepolisian dari sektor
Gunung Tuleh melakukan penangkapan paksa terhadap 6 orang petani yang
kemudiaan mereka bawa kekantor polsek Gunung Tuleh, kemudiaan 1 orang
ditahan, 5 orang di tahan dikantor PT.Anam Koto, yang 5 orang tersebut dapat
dilepaskan dengan menandatangani surat perjanjiaan untuk meningalkan
lahannya. Sementara yang 1 orang di tahan dipolsek Gunung Tuleh dilepas
setelah menandatagani surat BAP dan menyerahkan uang 1 juta rupiah.
Pada tanggal 11 Juli 2009, sekira jam 11 Wib ( siang ), dilahan kelompok tani
anak nagari lingkung aua, datanglah sekitar 16 orang securitiy dan Maneger,
Humas PT. Anam Koto yang dikawal oleh Polisi dari Polres Pasaman Barat
dengan mengendarai Mobil Dalmas, sesampainya rombongan tersebut
dilahan kelompok tani anak nagari lingkuang aua, dengan memakai Belko
(exsakapator) yang bersamaan di bawa dengan rombongan tersebut,
melakukan pembongkaran dan pemotongan batang kelapa jembatan yang di
bagun oleh anggota kelompok tani anak nagari lingkuang aua. sebanya tiga
buah jembatan dan satu jembatan kelapa untuk ke mushalla tidak lagi dapat
dimanfaatkan oleh kelompok tani, sehinga menyebabkan terputusnya akses
petani terhadap lahan pertanian dan akses kerumah ibadah yang ada dilahan.
Perusakan jembatan yang dilakukan berbarengan dengan tindakan
pengancaman dan intimidasi kepada anggota kelompok tani anak nagari
lingkuang aua yang mencoba menghalangi upaya pembongkaran dan
perusakan tersebut. tindakan main hakim sendiri tersebut mengakibatkan
terputusnya akses petani keladangnya dan tidak bisa mengeluarkan hasil
panen petani.
7
Pada tanggal 11 Agustus 2009, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari
Lingkuang aua menyampaiakan pengaduan kepolres Pasaman barat,
pengaduan tersebut disampaikan secara tertulis tentang prihal Pengaduan
Tindak Pidana kekerasan dan atau perusakan terhadap barang yang dilakukan
oleh PT. Anam koto kepada petani kelompok tani anak nagari lingkuang aua.
PT. Anam Koto Mengkriminalisasi Petani
Polisi Polres Pasaman Barat Menjual Jasa Keamanan Untuk Melakukan
Tindakan Intimidasi Dan Penculikan Terhadap Petani Pengarap Lahan
Terlantar di HGU PT. Anam Koto ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk )
Sederetan penderitaan kaum tani yang sedang memperjuangkan hak atas
tanah di negara ini, patut mengundang pertanyaan” apakah negara ini adalah
hanya surga bagi kaum kapitalis, compeni atau penjajah ekonomi gaya baru ?,
yang sewaktu-waktu bisa dengan mudah mempergunakan kelompok preman
bersenjata yang senantiasa selalu menjajakan jasa keamanan, perlindungan
dan penculikan kepada petani miskin atau kelompok masyarakat adat yang
memperjuangkan hak atas tanahnya.
Serdadu berseragam Polisi Republik
Indonesia, dengan warna kulit yang sama
dengan kaum tani, seakan mendapat
insturksi dari Pimpinan PT. Anam Koto (
PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti
Plantation ), untuk melakukan unjuk
kekuatan dan unjuk kebolehan kepada
petani yang sedang tekun mengarap
ladangnya. Karena tuan Kompeni (alis
Pimpinan PT. Anam Koto ( PT. Inti
Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti
Plantation ), merasa bahwa usaha
pertanian yang dilakukan oleh petani miskin yang tergabung dalam kelompok
tani anak nagari rantau pasaman barat telah mengokopasi lahan
perkebunannya.
Memang se’iki zamane edan, sopo seng orak edan, orak kebagian
mungkin lentupan lirik lagu jawa yang didendangkan pak warjo ini, sesaat
setelah dilepaskan dari penculikkan oleh Aparat Polisi Polres Pasaman barat
bersama dengan 5 orang rekannya, adalah bentuk ungkapan dari kekecewaan
mereka terhadap proses penegakan hukum dinegara yang notabene
8
menjunjung hak azazi manusia dan melakukan penegakan hukum yang
berkeadilan dan Anti diskriminasi seperti dalam UUD 1945.
Karena pak warjo dan kawan-kawanya yang jumlahnya hampir 1000 kepala
kelurga, sudah sejak 2006 mengarap tanah terlantar yang dulu berasal dari
tanah ulayat yang di okopasi oleh negara lewat pemerintah kabupaten
pasaman untuk usaha perkebunan sawit oleh tuan Kompeni ( Pemilik PT. Anak
Koto ). Tapi karena semenjak tahun 1999, tuan kompeni PT. Anam Koto yang
lama kekurangan modal, membiyarkan hampir 3 ribu hektar tanah tersebut
kembali bak hutan adat yang dulu dirampas oleh negara. Para kaum tani
pasaman barat yang berasal dari nagari lingkung aua, nagari air gadang dan
nagari muaro kiawai dengan jumlah hampir 1000 kepala keluarga menjadikan
tanah tersebut menjadi tempat menuangkan sejuta harapan anak-anak
bangsa yang berasal dari keluarga petani.
Namun akhir-akhir ini, setelah kekayaan negara tersebut diperjual belikan oleh
pemilik PT. Anam Koto yang lama kepada PT. Inti Kapuas Arowana Tbk ( PT.
Inti Plantation ). Petani tersebut kerap sekali menerima tindakan kesewenangwenangan dari Tuan Kompeni Alias Pimpinan PT. Anam Koto yang baru ( PT.
Inti Kapuas Arowan Tbk Alias PT. Inti Plantation )
Paling tidak semenjak 2009, sudah bermacam cara dilakukan oleh PT. Anam
Koto yang baru ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ), seperti
merusak tanaman petani dengan alat berat, merobohkan jembatan, mencuri
hasil panen petani, melaporakan ke polisi dan menculik petani dengan
bantuan aparat kepolisian untuk tujuan mengusur petani pengarap tersebut,
dari ladangnya. Walau pun pemerintah kabupaten pasaman barat sudah
menyatakan tanah tersebut adalah tanah yang terlantar, seperti halnya surat
Bupati Pasaman Barat kepada Kepala BPN Pusat dengan surat No. 130/3229
Pem-2008 tanggal 23 Juni 2008 dan surat No. 130/3314/Pem-2008 tanggal 21
Juli 2008, dan surat kepala Dinas Perkebunan No.525/1328/BUN-VII/2008
tanggal 23 Juli 2008.
Tidak sekedar itu, pemerintah kabupaten pasaman barat juga hanya
memberikan IZIN USAHA PERKEBUNAN ( IUP) kepada PT. Anam Koto ( PT. Inti
Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ) seluas 2.185,1 hektar dari total
HGU 4.777,4 Hektar dengan surat keputusan Bupati No. 188.45/225/BUPPASBAR /2008 dan surat keputusan Bupati Pasaman Barat Tentang IZIN
LOKASI No. 188.45/182/ Bup-Pasbar/2008 yang diajukan oleh PT. Anam Koto
yang baru ( PT. Inti Kapuas Arowana Tbk atau PT. Inti Plantation ).
9
Catatan-catatan
pelangaran
hukum dan hak azazi manusia
dan
tindakan
kesewenangwenagan yang dilakukan PT.
Anam Koto ( PT. Inti Kapuas
Arowana Tbk atau PT. Inti
Plantation
),
serta
Aparat
Kepolisian Polres Pasaman barat
terhadap Petani pengarap yang
tergabunga dalam Kelompok Tani
Anak Nagari Rantau Pasaman
Barat
1. Pada Tanggal 8 Mai 2009, datanglah serombongan orang yang megaku
humas,maneger, security PT.Anam Koto dan oknum kepolisian dari sektor
Gunung Tuleh melakukan penangkapan paksa terhadap 6 orang petani
yang kemudiaan mereka bawa kekantor polsek Gunung Tuleh, kemudiaan
1 orang ditahan, 5 orang di tahan dikantor PT.Anam Koto, yang 5 orang
tersebut dapat dilepaskan dengan menandatangani surat perjanjiaan
untuk meningalkan lahannya. Sementara yang 1 orang di tahan dipolsek
Gunung Tuleh dilepas setelah menandatagani surat BAP dan menyerahkan
uang 1 juta rupiah.
2. Pada tanggal 11 Juli 2009, sekira jam 11 Wib ( siang ), dilahan kelompok
tani anak nagari rantau pasaman datanglah sekitar 16 orang securitiy dan
Maneger, Humas PT. Anam Koto yang dikawal oleh Polisi dari Polres
Pasaman Barat dengan mengendarai Mobil Dalmas, sesampainya
robongan tersebut dilahan kelompok tani anak nagari rantau pasaman
dengan memakai Belko (exsakapator) yang bersamaan di bawa dengan
rombongan tersebut melakukan pembongkaran dan pemotongan batang
kelapa jembatan yang di bagun oleh anggota kelompok tani anak nagari
rantau pasaman sebanyak tiga buah jembatan dan satu jembatan kelapa
untuk ke musalla. Maka dengan hancurnya jembatan tersebut terputuslah
jalan ke lahan-lahan petani. Perusakan jembatan yang dilakukan
berbarengan dengan tindakan pengancaman dan intimidasi kepada
anggota kelompok tani anak nagari rantau pasaman yang mencoba
menghalangi upaya pembongkaran dan perusakan tersebut. tindakan main
hakim sendiri tersebut mengakibatkan terputusnya akses petani
keladangnya dan tidak bisa mengeluarkan hasil panen petani.
Nama-nama yang datang kelahan kelompok tani
A . PT.Anam Koto
1. Sudarmaji Maneger PT.Anam Koto
2. H. Sofyal Lukman Humas PT.Anam Koto
10
3. Siril Staf PT.Anam Koto
4. Masrul St. Laut Api
5. Edi Tatung kariawan
6. Marwn Hakim Kepala Security
7. Suwar Anggota Securitiy
8. Eman Anggota Securitiy
9. Siam Anggota Security
10. Roni Anggota security
11. Miran Anggota securit
3. Pada tanggal 11 Agustus 2009, Pengurus Kelompok Tani Anak Nagari
rantau pasaman menyampaiakan pengaduan kepolres Pasaman barat,
pengaduan tersebut disampaikan secara tertulis tentang prihal Pengaduan
Tindak Pidana kekerasan dan atau perusakan terhadap barang yang
dilakukan oleh PT. Anam koto kepada petani kelompok tani anak nagari
rantau pasaman
4. Pada Hari Rabu, Tanggal : 10 Maret 2010, Kepala tehknis penanaman pt. 6
koto datang kelahan pertanian masyarakat dengan membawa buruh
tanam dan brimob, berencana untuk menanami lahan pertanian
masyarakat.
5. Hari sabtu, Tanggal 20 Maret 2010, yang di pimpin oleh DANDRU Brimob
yang benama : ZULHENDRI pangkat 4 bengkok kuning dengan anggota
yang Jumlahnya : 4 orang Mengintimidasi petani pengarap dengan
ancaman akan menembak petani yang tetap mengusahakan ladangnya.
6. Hari selasa, tanggal 3 Agustus 2010, pasukan polisi polres pasaman barat
yang lansung dipimpin oleh Kapolres Pasaman barat, ditambah dengan
kapolsek-kapolsek yang berada dilingkungan polres pasaman barat
mendatangi lahan kelompok tani anak nagari rantau pasaman dengan
alasan melakukan pengamanan untuk melakukan pengukuran HGU PT.
Anam Koto. Tapi faktanya, polisi polres pasaman barat justru melakukan
pengancaman akan menembak dan menangkapi petani yang berladang
diatas tanah terlantar tersebut, pada saat itu 6 orang petani ditangkap
tampa surat perintah penangkapan diantaranya Pak Warjo, Tiyar, Timin,
amiruddin, azwir dan Muyasir. Polisi bersama securty dan pimpinan dan
kariawan PT. Anam Koto membawa 6 orang petani tersebut beserta 2 buah
kedaraan bermotor dan alat-alat pertanianya seperti : tengki seprot dan
parang, setelah dilakukan pemeriksaan dengan tampa penjelasan secara
tertulis oleh polisi, untuk apa 6 orang petani tersebut dimintai ketarangan,
sebelum 6 orang petani tersebut dilepaskan, polisi memberikan uang Rp :
300.000 untuk penganti tengki seprot yang diambil polisi dan uang saku
setiap orang Rp: 50000 dan penganti parang Rp : 100.000. Aksi unjuk
11
kekuatan dan tindakan penangkapan tampa surat perintah tersebut sudah
berkali-kali dilakukan oleh polisi polres pasaman barat kepada petani
pengarap. Inilah merupakan salah satu bentuk kesuksesan PT. Anam Koto
melakukan propaganda antara petani dengan aparat penegak hukum di
pasaman barat.
Penculikan Bpk. Yunasril Ketua Umum Kelompok Tani Anak Nagari
Rantau Pasaman, bersama Erpan Oleh Tim Buser Polres Pasaman Barat
Sekira Jam 14.30 Wib, datanglah lima orang anggota polisi polres pasaman
barat dengan mengendarai mobil Toyota Avanza No.Pol BA 2324 QL berwarna
silver, ketempat kediaman Bpk. Yunasril, sesampainya polisi langsung menuju
belakang reumah tersebut lansung bertanya kepada istri Bpk. Yunasril ”ada
Pak Yunasril bu ” Bu Yurnalis Lansung menjelaskan bahwa Bpk. Yunasril
sedang bekerja dengan dua orang tukangnya, persis dibelakang rumah Bpk.
Yunasril. Dengan petunjuk dari istri bpk. Yunasril, polisi tersebut lansung
menuju tempat yang dimaksud, sesampainya ditempat tersebut, karena pak
Yunasril kenal dengan salah satu anggota polisi yang datang tersebut yang
bernama Farel ( nama pangilan, bukan nama aslinya), mobil avanza tersebut
lansung ketempat pak yunasril bekerja bersama duatukangnya yaitu Sdr.
Rinaldi dan Sdr. Ijen, Farel Lansung turun darimobil tersebut dan lansung
menghampiri bpk. Yunasril yang juga sudah menungu kedatangan polisi
tersebut dihalaman rumah yang sedang dikerjakan. Farel bertanya
”membangun rumah ini pak jorong ” Pak Yunasril menjawab : tidak ini
bagunan rumah mertua.
Pak Yunasril lansung disapa oleh farel ” pak Jorong kami mintak tolong
kapada bpk jorong untuk menjadi saksi dalam kasus jo bulkaini yang kini
sedang ditangani oleh polres pasaman barat ”. Pak Yunasril yang biasa
disapa pak jorong, karena kebetulan beliau juga mantan kepala jorong di
kejorongan pasaman baru, nagari lingkung aua, menanyakan kepada Farel ”
apa tidak perlu saya menganti pakaian ” Farel menjawab ” tidak usah karean
cuman sebentar saja ” pak Yunasril kembali menanyakan ” pak farel apakah
tidak ada surat pangilanya untuk saya memberikan kesaksian ?” Farel
menjawab ” tidak ada dan tiak perlu pakai surat panggilan” karena
mendegar keterangan dari Farel tersebut, pak Yunasril lansung meminta
tukangnya mengambil baju ganti, tapi belum sampai Sdr. Rinaldi di rumah,
pak Yunasril kemabali memangil dan sambil berjalan kerumahnya untuk
meminta baju ganti keistrinya, setelahnya mengambil baju yang dimaksud,
Pak Yunasril lansung naik kemobil yang dikendarai oleh polisi tersebut sambil
memberi tahu istrinya yang sedang mengendong anaknya di pintu sebelum
berangkat pak Yunasril memintak baju ganti kepada istrinya.
12
Polisi membawa pak. Yunasril lansung kearah airgadang karena polisi tersebut
butuh satu orang lagi saksi yang bernama Sdr. Erpan, didalam mobil polisi
memintak pak. Yunasril menghubungi erpan yang sedang berada
diladanganya, karena diyakinkan oleh anggota polisi bahwa hanya sebatas
memintai keterangan, pak. Yunasril menghubungi nomor handphone Erpan
yang sedang bekerja Mengecor tanam semangka diladangnya, Sdr. Erpan
menyatakan kesediaan untuk memberikan saksi seperti yang dijelaskan oleh
polisi tersebut, dari ladangnya Sdr. Erpan dengan diantar oleh salah satu
petani yang juga sedang diladangnya yaitu Sdr. Tiyar keluar dari ladangnya
kejalan raya Air Gadang, karean Sdr. Erpan diminta menunggu dirumah pak.
Lukman Kusau, sesampai disana Sdr. Erpan lansung masuk kedalam mobil
yang disitu sudah ada pak. Jorong bersama lima orang burusergap Polisi
Polres Pasaman Barat tersebut lansung dibawa kepolres pasaman barat.
Sesampainya di Polres Pasaman Barat, faktanya terbalik pak Yunasril bersama
Sdr. Erpan diperlihatkan surat perintah penangkapan dengan surat perintah
penahanan, pak Yunasril bersama Sdr. Erpan menolak untuk diperiksa setelah
melihat surat tersebut, dengan alasan mereka harus didampingi oleh
pengacara saat pemeriksaan. Polisi polres pasaman barat lansung mengiring
pak. Yunasril dan Sdr. Erpan ke sel tahanan polres pasaman barat sekira-kira
jam 17.40 Wib. Sekarang Pak. Yunasril dan Sdr. Erpan ditahan bersama Bpk.
Bulakini yang lebih dahulu diculik oleh Polisi Polres Pasaman Barat.
Konflik Pengelolaan Tanah Terlantar di HGU PT. Anam Koto Pasaman
Pada tahun 1990, telah dilakukan penyerahan tanah ulayat oleh ninik mamak
nagari aia gadang dan ninik mamak nagari muaro kiawai kepada Pemerintah
Kabupaten Pasaman untuk selajutnya diberikan kepada investor yang
berminat membuka usaha perkebunan kelapa sawit dengan system
inti/plasma. Perjanjian demi perjanjian disusun dengan pemangku adat
dinagari, walupun dari kajian terhadap dukumen dan proses penyerahan
tanah ulayat adat nagari tersebut terjadi praktek pembodohan terhadap ninik
mamak dan masyarakat adat, bahkan ada dilakukan dengan cara dipaksakan,
namun tetap berjalan.
Sebelum keberadaan PT. Anam Koto diatas tanah ulayat nagari aia gadang
dan tanah ulayat nagari muaro kiawai digarap oleh PT. Buga Setangkai, tapi
karena PT. Buga Setangkai tersebut perusahaan adalah perusahaan kayu,
setelah kayu yang ada didalam hutan adat itu diambil, PT. Bunga Setangkai
mengalihkan lahanya tersebut kepada PT. Anam Koto.
Analisis Masalah
13
Dari Assesmen konflik pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan di
Sumatera barat dengan membuat Diskusi Kampung di daerah-daerah konflik,
munculah akar dari konflik tersebut yang berawal dari tidak adanya informasi
yang cukup kepada masyarakat nagari akan dampak baik kehadiran
perusahaan perkebunan kelapa sawit atau dampak buruk dari keahadiran
perusahaan perkebuan kelapa sawit. Pemerintah dibawah tipu muslihatnya
memintak Ninik Mamak dan Masyarakat untuk menyerahkan tanah-tanahnya
kepada pemerintah yang selanjudnya akan diserakan oleh pemerintah kepada
calon Investor yang akan melakukan usaha perkebunan sawit. Ninik Mamak
dan Masyarakat menerima uang adat atau lebih dikenal dengan sebutan
Uang Silih Jarih.
Penyerahan tanah, baik itu tanah ulayat adat atau pun tanah hak milik
dilakukan dengan janji akan menerima kebun plasma setelah dilakukan
pengelolan oleh perusahan perkebunan, malah berbalik arah menjadi Ninik
Mamak dan Masyarakat kehilangan hak atas tanahnya, karena semua tanah
yang sudah dikuasai oleh perusahaan perkebunan diangap sudah dilakukan
Pelepasan Hak Atau Jual Beli kepada Negara. Kebun plasma yang dijanjikan
menjadi tinggal janji, kalau pun ada beberapa perusahaan yang memberikan
kebun plasma tersebut. tapi tidak diberikan secara gratis justru masyarakat
harus membeli kebun plasma tersebut dengan harga yang mahal kepada
perusahaan perkebunan dan kadang kala untuk menutut plasma tersebut
banyak Ninik Mamak atau Masyarakat harus mendekam kepenjara karena
dituduh mengangu usaha perkebunan.
Pada Tahun 2006 kelompok tani ini masih bernama kelompok tani Anak
Lingkuang Aur yang hanya beranggotakan 234 orang kepala keluarga.
Kelompok Tani Anak Lingkuang Aua merupakan perjuangan yang berdasarkan
bahwa tanah ulayat Nagari Lingkuang Aur yang diserobot oleh PT. Anam Koto.
Dimana tahun 1990 Nagari Lingkung Aur tidak pernah menyerahkan Tanah
Ulayat mereka kepada PT. Anam Koto, namun dari fakta dilapangan bahwa
Nagari Lingkuang Aur yang memang berbatasan langsung dengan Nagari Aie
Gadang, dan berdasarkan batas-batas alam ulayat mereka, ternyata ditemukan
bahwa PT. Anam Koto telah menyerobot Tanah Ulayat Nagari Lingkuang Aur,
walalupun saat sekarang sulit dibuktikan karena batas-batas alam yang
menjadi batas hak ulayat nagari Lingkuang Aur dengan nagari Aie Gadang
sudah tidak bisa ditemukan lagi karena sudah hilang karena aktifitas
landclearing dan staking oleh perusahaan.
Nagari Aie Gadang dan Nagari Muaro Kiawai1 adalah dua Nagari yang
menyerahkan langsung tanah ulayat adat mereka kepada Pihak Pemerintah
14
untuk dikelola sehingga PT. Anam Koto sebagai Pihak ketiga berjanji akan
memberikan fasilitas-fasilitas kewajiban mereka dalam usaha perkebunan
untuk masyarakat Nagari Aie Gadang dan Muaro Kiawai. Sudah 20 tahun
PT.Anam Koto berada dikawasan tanah Adat Nagari Muaro Kiawai dan Aie
Gadang akan tetapi janji-janji yang diberikan oleh perusahaan tidak juga
didistribukan kepada masyarakat, maka sebagai bentuk protes mereka
melakukan aksi demo besar-besaran pada tahun 2000 ke Kantor PT. Anam
Koto, aksi tersebut direspon dengan mengerahkan aparat kepolisian yang
diikuti dengan penembakan oleh Aparat Kepolisian dengan alasan pergerakan
masyarakat membahayakan Aparat sehingga terjadilah Tragedi Berdarah di
Tanah Ulayat mereka sendiri.
Pasca aksi yang diikuti dengan penembakan oleh aparat kepolisian yang
mengamankan PT. Anam Koto, masyarakat mulai melemah karena adanya
tidakan penembakan dan pengancaman serta intimidasi dari Kepolisian Polres
Pasaman Barat beserta Brimob-brimob yang menjadi pengawal perusahaan
membuat masyarakat Aie Gadang dan Muaro Kiawai.
Namun setelah terbangunnya komunikasi yang itensif dengan kelompok tani
Anak Nagari Lingkuang Aur, kemudian Kelompok Tani di Muaro Kiawai dan
Aie Gadang menyatukan diri untuk membuat kekuatan yang lebih besar dalam
wadah yang mereka sepakati dengan nama Kelompok Tani Anak Nagari
Rantau Pasaman yang berdiri pada Maret 2010 dan diketuai oleh Yunasri, SE.
Bergabungnya ketiga kelompok ini merupakan satu langkah maju dalam
memperjuangkan hak + 928 kepala keluarga atas wilayah kelola.
Penguatan Organisasi Rakya Dan Proses Advokasi
Masyarakat telah melakukan penguatan terhadap kelembagaan organisasinya
untuk mengujudkan perjuanganya mendapatkan pengakuan hak pengelolaan
yang dilakukan oleh petani di atas HGU Terlantar, dengan agenda-agenda
diskusi dan hering kepada instansi pemerintah, mulai dari pemerintah daerah
pasaman barat, BPN. Agenda diskusi tersebut merupakan media untuk
membagun kesadaran masyarakat akan posisi kasus dan aktifitas advokasi
yang harus dilakukan petani. Paling tidak semenjak tahun 2000 sampai
dengan tahun 2011 ini berdasarkan Rencana Strategis yang sudah disusun
bersama oleh petani, sudah dilakukan beberapa aktivitas baik itu untuk
penguatan kelembagaan Organisasi Tani dan atau untuk agenda Advokasi
Kasus seperti berikut :
1. Melakukan diskusi tematik dengan Ninik Mamak, pengurus dan
Anggota Kelompok Tani Anak Nagari Rantau dengan agenda taktis dan
atau strategi untuk penguasaan lahan dan penataan pegelolaan
15
2. Menyusun data rekaman proses kegiatan penguasaan dan pengelolaan
lahan dan kegiatan advokasi kasus
3. Melakukan loby dan diskusi dengan pemerintah daerah dan lembaga
jaringan
4. Mengalang kekuatan diluar Kelompok Tani untuk meminta dukungan
terhadap perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Muaro
Kiawai, Nagari Aia Gadang dan Nagari Lingkuang Aua.
5. Melakukan diskusi konsolidasi dan rekonsiliasi internal Kelompok Tani
Anak Nagari Rantau Pasaman
6. Melakukan Diskusi membedah hasil Tim Audit Kelompok Tani Anak
Nagari Rantau Pasaman dengan materi audit Anggota, Audit
Pengelolaan Lahan dan Audit Keuangan
7. Mempersiapkan Pernyataan Ninik Mamak dan Masyarakat Nagari
Muaro Kiawai dan Nagari Aia Gadang untuk memperkuat materi
memori banding Bpk. Yunasri dan Bpk Erpan pengurus kelompok tani
yang dikriminalisaiskan oleh PT. Anam Koto
8. Menyusun rencana agenda advokasi nasional dan mempersiapkan
kelengkapan data dan dokumentasi yang berhubungan dengan konflik
yang dihadapi oleh petani Anak Nagari Rantau Pasaman
9. Melakukan Diskusi persiapan agenda advokasi nasional dengan ninik
mamak, tokoh masyarakat dan pengurus Kelompok Tani Anak Nagari
Rantau Pasaman
Proses Advokasi Yang Sudah Dilakukan Oleh Petani
1. Mendesak Bupati Pasaman Barat dan BPN Pasaman Barat untuk
meberikan rekomendasi revisi HGU PT. Anam Koto dengan konsensi
mengeluarkan tanah garapan petani dari HGU PT. Anam Koto seluas
2.485,1 hektar dari total HGU 4.770,4 Hektar. Bupati Pasaman telah
mengirimkan surat ke BPN Pusat sebanya dua kali dengan prihal
memintak revisi HGU PT. Anam Koto
2. Melakukan heering dengan Direktur Tata Guna Tanah di BPN Pusat,
untuk mendesak agar dilakukan revisi atau pencabutan HGU PT. Anam
Koto
3. Mendesak Kakanwil BPN Propinsi Sumatera Barat untuk mencabut dan
atau merevisi HGU PT. Anam Koto. Kakanwil BPN Propinsi membentuk
Panitia C
4. Mendesak DPRD Pasaman Barat untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi antara kelompok tani anak Nagari Rantau Pasaman dengan PT.
Anam Koto. DPRD Pasaman Barat telah melakukan kunjungan kerja ke
BPN Pusat dan BKPM dan juga telah dilakukan rapat kerja-rapat kerja
komisi A dengan kesimpulan mendukung pelaksanaan revisi HGU PT.
Anam Koto.
16
Agenda Advokasi Nasional
Karena tidak adanya upaya kongkrit yang dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah pasaman barat dan pemerintah propinsi sumatera barat untuk
menyelesaikan konflik tersebut, maka petani kelompok tani anak nagari rantau
pasaman berkeinginan untuk melakukan advokasi nasional untuk
mengujudkan cita-cita yaitu pengakuan hak atas tanah garapan mereka diatas
HGU Terlantar PT. Anam Koto
Dengan harapan agenda advokasi nasional ini bisa menemui kepala BPN
Pusat, Menteri Pertanian, Komisi III DPRRI, Komnas Ham dan Mahkabah
Agung untuk mendesak pelaksanaan tuntutan untuk merevisi HGU PT. Anam
Koto dan menghentikan segala bentuk tindakan intimidasi baik dari PT. Anam
Koto, Polri dan TNI terhadap petani pengarap tanah bekas HGU PT. Anam
Koto
17
Download