BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Perekembangan Supply Chain Management dan Assessment Tool Dunia usaha hingga saat ini telah banyak berkembang dan membawa konsep serta pengetahuan baru guna menunjang kelancaran operasi bisnis maupun kegiatan ekonomi secara umum. Salah satu konsep penting terkait dengan manajeman operasi yang terus berkembang, baik dari sisi teori maupun aplikasi, adalah konsep logistik. Menurut The Association for Operation Management, logistik adalah sebuah seni dan pengetahuan tentang memperoleh, memproduksi, serta mendistribusikan material dan produk pada tempat yang tepat (proper place) dan kuantitas yang sesuai (proper quantities) untuk tujuan organisasi atau perusahaan (Chase dan Jacobs, 2011). Konsep tentang pengelolaan logistik sendiri mengikuti prinsip dasar dari manajemen operasi. Dalam kegiatannya mengelola bahan baku, persediaan, serta barang jadi hasil produksi, kegiatan logistik harus optimal. Artinya, jika memperoleh manfaat, keuntungan atau kebaikan selalu diusahakan semaksimal mungkin. Sedangkan jika harus menanggung pengorbanan, membayar, atau menanggung kerugian sebaiknya di usahakan seminimal mungkin (Subagyo, 2009). Kajian lebih lanjut tentang logistik dari sisi teori dan aplikasi pada akhirnya melahirkan konsep manajemen rantai pasokan. Manajemen rantai pasokan (supply chain management) hadir untuk mengintegrasikan bagian-bagian di dalam logistik, sehingga memiliki alur dan struktur yang sesuai dengan perencanaan manajemen perusahaan. Supply chain management (SCM) sendiri dijabarkan sebagai serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan material dan pelayanan jasa, kemudian mengubahnya menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, serta mendistribusikannya kepada konsumen (Heizer dan Render, 2011). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasan manajemen rantai pasokan sangat luas, mencakup dari hulu pengadaan bahan baku, proses pembuatan hingga hilir distribusi barang jadi. Chopra dan Meindl (2013) menjelaskan bahwa bahasan rantai pasokan tidak hanya tentang pabrikasi suatu produk dan bahan baku, tetapi juga membahas masalah transportasi, pergudangan, penjual retail, dan tentu saja konsumen produk tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai (value) dari produk yang dihasilkan, sehingga akan berdampak positif terhadap daya saing perusahaan serta dapat menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif bagi konsumen. Nilai atau value dari rantai pasokan menurut Chopra dan Meindl (2013) saling berkaitan positif dengan supply chain profitability atau supply chain surplus, yang merupakan selisih antara pendapatan yang diterima dari konsumen dan seluruh biaya yang timbul dalam kegiatan rantai pasok. Sehingga, dengan meningkatnya value suatu barang dalam proses rantai pasokan, maka kemungkinan meningkatnya profit bagi perusahaan juga akan semakin besar. Hal inilah yang mendorong manajemen perusahan untuk menerapkan SCM dalam pengelolaan operasional perusahaan mereka. Untuk meningkatkan value dari supply chain, secara teknis operasi sangat dipengaruhi oleh kinerja atau performansi suatu supply chain. Kinerja supply chain management yang efektif akan meningkatkan value dari produk yang dinikmati konsumen serta mengurangi jumlah biaya yang digunakan dalam proses manufaktur. Dalam perkembangan berikutnya, faktor kinerja atau performansi supply chain pada perusahaan menjadi hal penting untuk dinilai dan dievaluasi guna mengetahui apakah telah berjalan sesuai dengan perencanaan manajemen serta telah memberikan value yang sesuai dengan ketentuan yang dijanjikan pada produk. Implementasi manajemen rantai pasokan pada entitas bisnis, baik yang bergerak pada bidang pabrikasi maupun bidang jasa pelayanan, akan memberikan manfaat berupa berkurangnya biaya produksi dan persediaan, memiliki respon tinggi dalam memenuhi permintaan konsumen, serta terjalinya relasi kolaboratif dan saling mendukung dengan para pemasok. Bahkan diharapkan kedepan penerapan SCM juga akan berfokus pada pelayanan konsumen yang berkesinambungan atau serving consumers in a sustainable way, sebuah istilah yang digunakan oleh lembaga kajian logistik Global Commerce Initiative dan Capgemini (2008), demi memberikan pengalaman pelayanan kepada konsumen lebih dari yang diharapkan. Chase dan Jacobs (2011) secara khusus dalam satu bab membahas tentang tema sustainable strategy pada supply chain management ini dengan menambahkan prasyarat bagi perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen saat ini, tanpa mengabaikan keberlangsungan pemenuhan kebutuhan konsumen dimasa akan datang. Konsep kesinambungan yang ditekankan adalah dengan memelihara tiga hal dasar (triple bottom line), yakni economic prosperity, social responsibility, serta environmental stewardship. Untuk keperluan penilaian dan evaluasi kinerja supply chain, telah dikembangkan banyak alat atau tools oleh para ahli maupun lembaga yang berkecimpung dalam bidang manajemen operasi. Banomyong dan Supatn (2010) menyebutkan paling tidak ada 7 tools yang telah dikembangkan untuk melakukan penilaian atau assessment pada supply chain management, diantaranya Supply Chain Diagnostic Tool oleh Foggin, et al. ditahun 2004; Supply Chain Enabler Categorization oleh Charan, et al. tahun 2008, serta yang paling terkanal dan sering digunakan dalam penelitian adalah Supply Chain Operation References (SCOR) model oleh Supply Chain Council yang digagas tahun 1996 dan terus berkembang hingga sekarang dengan beberapa versi. Terdapat banyak tools didalam literatur yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap supply chain operation, namun sebagian besar cukup sulit untuk diterapkan pada kondisi bisnis yang rill. Sebagai contoh assessement tool SCOR model dan Enkawa Supply Chain Logistic Scorecard, yang telah digunakan di Thailand dan sangat kompleks dalam penerapannya, khususnya jika diaplikasikan dalam penilaian kinerja supply chain pada perusahaan dengan skala kecil hingga menengah (Banomyong dan Supatn, 2010). Berdasarkan informasi diatas, sangat diperlukan sebuah tool yang lebih sederhana dan sesuai dengan kondisi bisnis rill yang dihadapi usaha kecil dan menengah. Banamyong dan Supatn (2010) kemudian mempublikasikan tulisannya pada Supply Chain Management: An International Journal Vol. 16 Tahun 2011 tentang pengembangan alat analisis supply chain management pada small and medium enterprises (SME) yang ada di Thailand. Tool tersebut diberi nama Supply Chain Performance Assessment Tool (SCPAT), yang bertujuan untuk menilai aktivitas kunci dari supply chain usaha kecil dan menengah (UKM) dengan pendekatan yang berbeda untuk penilaian performasinya. Dalam laporan jurnalnya, Banamyong dan Supatn (2010) menjabarkan kerangka kerja penilaian kinerja supply chain UKM dari 3 dimensi, yakni penilaian biaya (cost), waktu (time) serta kehandalan (reliability). Pada masing-masing dimensi tersebut, terdapat key performance indicator (KPI) yang menjadi poin penilaian dan evaluasi kinerja rantai pasokan. Pada tataran konseptual penelitian, pengembangan assessment tool untuk supply chain management agar lebih praktis, dapat diterapkan dalam kondisi bisnis rill, serta yang terpenting dapat aplikasikan pada small and medium enterprises (SME) merupakan fokus dari tulisan ini. Diharapkan, hasil penelitian skripsi dari penulis dapat memberikan sumbangsih positif penerapan supply chain management pada small and medium entrerises khususnya, dan pengembangan teori dalam bidang logistik pada umumnya. 1.1.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pasal 1 disebutkan bahwa dunia usaha di Indonesia terbagi kedalam 2 skala usaha, yakni Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta Usaha Besar. Perbedaan utama dari kedua jenis usaha tersebut adalah dari sisi jumlah modal dan kekayaan bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Dunia usaha pada sebuah negara berkembang umumnya didominasi oleh jenis mikro, kecil hingga menengah dan memiliki peran penting dari sisi sosial dan ekonomi. Di Indonesia sendiri, klasifikasi jenis usaha kecil dan menengah (UKM) berdasarkan pembahasan Undang-Undang, dimasukkan dalam kategori UMKM. Alasan penting UMKM pada perekonomian negara berkembang dilatarbelakangi 3 hal, yang pertama karena jenis usaha ini memikl persebaran yang sangat luas hingga ke daerah pelosok (rural), serta menjadi penggerak ekonomi daerah tersebut. Alasan berikutnya adalah kemampuan jenis usaha tersebut untuk menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang signifikan pada lingkup ekomnomi lokal. Dan alasan penting terakhir adalah dengan kehadiran jenis usaha mikro, kecil, dan menengah akan dapat memberikan peluang bagi para pengusaha kecil serta dapat mengasah kemampuan bisnis (Tambunan, 2011). Usaha skala kecil dan menengah juga telah berusaha menerapkan konsep manajeman rantai pasokan kedalam operasional perusahaan, tentu saja dengan beragam tantangannya. Entitas bisnis yang tergolong kedalam klasifikasi UMKM merupakan salah satu sektor utama penggerak ekonomi bangsa. Lebih khusunya lagi, sebagai penggerak ekonomi bagi kalangan masyarakat kalangan ekonomi menengah kebawah, sebagaimana yang telah dijelaskan pada UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehingga UMKM harus didorong agar dapat meningkatkan daya saingnya. Unit usaha Citra Classic merupakan pelaku UKM yang bergerak disektor industri kreatif subsektor kerajinan, dengan produk kerajinan batu seni atau art stone yang berlokasi di Kecamatan Muntilan, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Unit usaha ini termasuk kedalam jenis usaha kecil, dengan modal dan kekayaan bersih senilai Rp.100.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha. Lokasi berdirinya usaha ini juga terkenal sebagai daerah penghasil material pasir dan batu kualitas terbaik, hasil aktivitas vulkanik dari Gunung Merapi di daerah Jawa Tengah-D.I. Yogyakarta. Wilayah Gunung Merapi merupakan sedikit dari sekian banyak wilayah dengan gunung api aktif di Pulau Jawa yang dapat dieksploitasi material vulkaniknya secara relatif aman, serta yang terpenting memiliki kualitas terbaik dari segi material pasir dan batu vulkanik (lava stone). Perusahaan Citra Classic dirintis serta dibesarkan oleh Ir. Anis Fuady, seorang wirausahawan lulusan desain arsitektur, dalam periode waktu terakhir telah mencoba mengiplemantasikan pengelolaan perusahaan dengan menerapkan konsep-konsep manajerial terkini, diantaranya pengelolaan produk art stone perusahaan dengan konsep manajemen rantai pasokan. Berdasarkan wawancara singkat peneliti bersama pemilik unit usaha, Bapak Anis Fuady mengungkapkan bahwa selama penerapan konsep manajemen rantai pasokan, beliau telah memiliki jaringan pemasok yang kolaboratif dan sistem pengadaan bahan baku yang tetap. Sistem distribusi produk jadi yang dipasarkan juga telah memiliki alur yang jelas, sehingga dapat membantu memberikan gambaran waktu pengiriman pada pelanggan, baik pelanggan yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar negeri. Walaupun telah memperoleh manfaat dari penerapan manajemen rantai pasokan, pemilik Citra Classic mengungkapkan bahwa terdapat kendala pada persediaan bahan baku produk utama berupa lava stone yang berasal dari lereng Merapi yang dekat dari lokasi pabrik, namun kadang sulit untuk pengadaan dan penambangan, terutama saat musim hujan tiba. Selain itu sebaran informasi terkait dengan pengelolaan rantai pasokan di perusahaan masih terbatas, bahkan untuk informasi tertentu hanya dimiliki oleh Bapak Anis. Hal tersebut cukup merepotkan beliau sebagai pemilik usaha, sehingga sulit untuk mendelegasikan fungsi manajerial pada karyawan selevel manajer atau dalam istilah sederhana adalah orang kepercayaannya. Pemilik Citra Classic juga mengungkapkan bahwa beliau ingin memperoleh gambaran jelas tentang proses rantai pasokan pada unit usaha, agar dapat melakukan evaluasi dan perbaikan pengelolaan rantai pasokan. Hal tersebut guna meningkatkan efisiensi kerja, menangani pemasok dan mitra secara tepat, serta melayani konsumen dengan baik bahkan melebihi harapan mereka. Selain itu, informasi gambaran terntang pengelolaan rantai pasokan juga diperlukan agar sang pemilik dapat membagi pengetahuan tentang rantai pasokan kepada karyawan level manajerial. Usaha untuk membentuk gambaran rantai pasokan sesuai dengan dasar teori supply chain management terhalang oleh kesibukan pemilik serta keterbatasan sumber daya pengetahuan yang dimiliki. Dengan adanya usaha penyusunan gambaran supply chain dari pihak diluar perusahaan, harapannya dapat membantu keterbatasan pemilik serta lebih obyektif dalam melakukan penyusunan proses rantai pasokan serta penilaian kinerjanya. Hal inilah yang menjadi salah satu obyek penelitian dalam isu kontekstual, agar dapat menjabarkan proses rantai pasokan dari Citra Classic secara terstruktur melalui pendekatan kualitatif berupa penelitian studi kasus, yang kemudian diberikan penilaian pada kinerja rantai pasokan secara kuantitatif. Dengan demikian, pemilik unit bisnis dapat mengetahui gambaran operasi rantai pasokannya, melakukan evaluasi, serta melakukan perbaikan terhadap praktik pengelolaan rantai pasokan UMKM art stone tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Implementasi pengelolaan rantai pasokan pada banyak perusahaan telah menunjukkan peningkatan kinerja dari logistik. Namun begitu, terdapat perbedaan teknis dalam penerapannya untuk masing-masing perusahaan. Perbedaan dalam penerapan dan kendalanya tersebut terkait dengan skala usaha, jenis industri, maupun kondisi internal dari perusahaan itu sendiri. Pada penelitian ini, peneliti mencoba menganalisa pengelolaan supply chain pada golongan usaha kecil, khususnya Usaha Kecil Citra Classic yang termasuk dalam kategori industri kreatif kerajinan batu seni (art stone). Perbedaan sebaran informasi terkait pengelolaan rantai pasokan di internal unit usaha, yang merupakan kendala owner Citra Classic, juga menjadi fokus penelitian kali ini. Peneliti akan menjabarkan bagaimana pengelolaan rantai pasokan yang selama ini telah diterapkan oleh pemilik Usaha Kecil Citra Classic, bagaimana kinerja rantai pasokan tersebut, serta kendala yang dihadapi. Semua informasi ini penting agar pengetahuan tentang rantai pasokan perusahaan dapat ditransfer kepada karyawan level manajerial. Secara sistematis, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan supply chain pada usaha kecil industri kreatif kerajinan batu seni (art stone) ? 2. Bagaimana kinerja supply chain yang telah dijalankan oleh usaha kecil industri kreatif kerajinan art stone tersebut ? 3. Apa saja kendala dalam pengelolaan supply chain pada usaha kecil industri kreatif kerajinan art stone? 1.3. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan proses pengelolaan supply chain yang dijalankan usaha kecil industri kreatif kerajinan batu seni (art stone) 2. Untuk melakukan analisis dan evaluasi kinerja supply chain pada usaha kecil art stone menggunakan model Supply Chain Performance Assessment Tool (SCPAT) 3. Untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pengelolaan supply chain pada usaha kecil kerajinan art stone. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi praktisi: a. Bagi pihak manajemen usaha kecil dan menengah kerajinan art stone, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi gambaran terstruktur dan jelas terkait pengelolaan supply chain management pada perusahaan, informasi nilai evaluasi terhadap proses supply chain yang telah dijalankan, serta kendala-kendala yang dihadapi selama menjalankan bisnis dibidang batu seni. Hal tersebut guna evaluasi dan perbaikan pengelolaan supply chain perusahaan kedepannya. b. Bagi kalangan UKM industri kreatif, khususnya subsektor kerajinan art stone, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelolaan supply chain pada skala usaha kecil menengah guna pengembangan industri kreatif art stone di Jawa Tengah dan DIY kedepannya. 2. Manfaat bagi akademisi: a. Bagi pihak akademisi, hasil peneltian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam terkait dengan proses supply chain pada UKM industri kreatif art stone serta proses penilaian kinerjanya menggunakan SCPAT model. b. Bagi penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengembangan topik dengan obyek maupun lingkup penelitian serupa agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam, khususnya pada obyek supply chain di lingkup usaha kecil, dan menengah. 1.5. Batasan Penelitian Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis untuk lebih memfokuskan kajian, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik dan tepat. Pembatasan masalah juga diperlukan karena keterbatasan data lapangan yang tersedia pada obyek penelitian. Adapun batasan masalah dalam penelitain ini adalah sebagai berikut: 1. Usaha kecil dan menengah (UKM) yang dipilih sebagai obyek penelitian tentang pengelolaan supply chain dan evaluasi kinerjanya adalah UKM industri kreatif kerajinan batu seni (art stone), yang merupakan salah satu industri di wilayah Jawa Tengah yang memanfaatkan hasil erupsi Gunung Merapi berupa material batuan dan pasir vulkanik sebagai bahan baku produksi. 2. Penelitian ini dilakukan pada UKM industri kreatif art stone yang ada diwilayah Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Wilayah ini dipilih karena selain menjadi salah satu lokasi yang paling dekat dengan daerah pertambangan sumber bahan baku lava stone di Gunung Merapi, juga terletak pada jalur strategis jalan nasional Jawa Tengah-D.I. Yogyakarta. 3. Studi pengelolaan supply chain serta evaluasi kinerja dilakukan pada Usaha Kecil Citra Classic, dikarenakan berdasarkan pengamatan awal merupakan salah satu unit usaha bidang art stone yang paling besar dan lengkap dari segi produk art stone di wilayah Kecamatan Salam, Magelang. 4. Penelitian data kuantitatif menggunakan model evaluasi Supply Chain Performance Assessment Tool (SCPAT), yakni sebuah assessment tool yang dikembangkan khusus untuk melakukan evaluasi kinerja SCM pada small and medium enterprises (SME) atau UKM. 1.6. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan agar dapat merunutkan bahasan penelitian. Sistematika penulisan terdiri dari lima (5) bab, terdiri dari Bab Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Metode Penelitian, Bab Analisis dan Pembahasan, serta Bab Penutup. Bab I membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai topik supply chain management pada UKM serta alat penilaian kinerja yang digunakan, rumusan masalah yang diperoleh penulis saat observasi awal, tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi praktisi dan akademisi, batasan penelitian yang dilakukan, serta susunan sistematika penelitian. Berikutnya pada Bab II menjelaskan landasan teori atau kajian literatur yang membahas teori manajemen rantai pasokan mulai dari definisi, strategi rantai pasokan, tujuan serta manfaat. Pada bab ini juga dibahas tentang tool assessment terhadap UKM, serta memuat bahasan tentang UMKM di Indonesia secara umum. Pada Bab III menjabarkan tentang metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian skripsi. Bab ini memuat tentang jenis penelitian, obyek penelitian, data dan prosedur pengumpulan data serta metode analisis data. Validitas dan reliabilitas data serta alat analisis kuantitatif juga ikut dijelaksan dalam bab ini. Bab selanjutnya adalah analisis dan pembahasan penelitian. Bab ini menguraikan profil Citra Classic, gambaran alur rantai pasokan, serta penilaian dan evaluasi terhadap kinerja supply chain menggunakan Supply Chain Performance Assessement Tool (SCPAT) model. Bab IV ini merupakan bagian utama dari penelitian skripsi. Bab V sebagai bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan penelitian, hambatan penelitain serta saran. Pada bab ini, kesimpulan yang dimuat adalah tentang supply chain management yang telah dijalankan oleh Usaha Kecil Citra Classic, kendala penerapan supply chain management serta kesimpulan terhadap penilain dan evaluasi supply chain performance perusahaan. Hambatan yang ditemui penulis saat melakukan penelitian juga disampaikan pada bab ini. Saran yang ada pada bab terakhir ditujukan pada dua pihak, yang pertama bagi praktisi manajemen Citra Classic khususnya dan pelaku usaha art stone di wilayah Salam, Magelang umumnya agar memperoleh informasi gambaran pola kerjasama dan distribusi bahan baku serta produk art stone. Saran kedua ditujukan bagi penelitian lanjutan dengan tema supply chain pada small and medium enterprises.