MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Risiko, Return dan CAPM Fakultas Program Studi Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi Abstract . MODUL 07 Kode MK Disusun Oleh MK Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak. Kompetensi RISIKO, RETURN DAN CAPM A. Pengertian Return Investasi Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan Menurut Jones (2002:124), Return saham terdiri dari: 1. Yield, yaitu cash flow atau arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham, biasanya dalam bentuk deviden. 2. Capital gain, atau capital loss, yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Capital gain jika harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, sedangkan capital loss, sebaliknya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut (Jogiyanto, 2010; 205) dapat dibedakan menjadi: 1. Return Realisasi (realized return) Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (ekspekted return) dan risiko dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. 2. Return Ekspektasi (Expected Return) Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan inves-tasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Return ekspektasi dapat dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. ‘13 2 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengapa digunakan Return ? Istilah Yield lebih sering digunakan pada obligasi karena hasil dari obligasi berbentuk uang tambahan yang tidak mengurangi nilai pokoknya. Dalam investasi saham, memang terkadang ada pembagian dividen, namun bagi yang sudah berpengalaman, tentu sudah tahu bahwa pendapatan utama dari saham dihasilkan dari kenaikan harga. Karena keuntungan bisa berasal dari pembagian dividen dan juga dari kenaikan harga, maka berkembang istilah Return yang artinya “Pengembalian”. Kata pengembalian mencakup seluruh pendapatan investasi yaitu dari dividen dan selisih kenaikan harga. Metode Perhitungan Return Perhitungan return cukup sederhana, yaitu dari Harga Jual – Harga Beli + Dividen kemudian hasilnya dibagi dengan Harga Beli. Misalkan suatu saham dibeli dengan harga Rp 10.000. Setahun kemudian harga saham naik menjadi Rp 15.000 dan investor menjualnya. Dalam periode tersebut saham juga sudah membagikan dividen sebesar Rp 1000 yang sudah dinikmati oleh investor. Sehingga perhitungan return adalah Rp 15.000 – Rp 10.000 + Rp 1000 = Rp 6000. Kemudian dibagi dengan Rp 10.000 = 60%. Jadi return dengan berinvestasi pada instrumen tersebut adalah sebesar 60%. Karena kesamaan karakteristik antara saham dengan reksa dana, maka istilah return juga sering digunakan dalam reksa dana. Seiring dengan perkembangan ilmu investasi, mulai muncul banyak istilah return seperti Total Return, Compounded Return, Annualized Return, Return yang dihitung dengan rata-rata Aritmatik dan Return yang dihitung dengan rata-rata Geometric. ‘13 3 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebenarnya istilah Return itu sama dengan Total Return. Kata Total menekankan pada keseluruhan namun secara prinsip sebetulnya sama. Namun ketika dibandingkan dengan Annualized Return atau Compounded Return istilah total return menjadi berbeda. Sebagai contoh saya berikan ilustrasi suatu reksa dana yang memiliki harga sebagai berikut: Harga Akhir Tahun 2008 Rp 1000 Harga Akhir Tahun 2009 Rp 1200 Harga Akhir Tahun 2010 Rp 1500 Harga Akhir Tahun 2011 Rp 1725 Asumsi selama tahun2 tersebut tidak ada pembagian dividen. Istilah Return atau Total Return digunakan ketika kita menanyakan, Berapa total return tahun 2009 (Artinya beli di akhir 2008 jual di akhir 2009) Berapa pula total return tahun 2010 dan 2011 ? Berapa total return selama 3 tahun (beli di akhir 2008 dan jual di akhir 2011)? Dengan menggunakan rumus return di atas maka diperoleh: Return Tahun 2009 = Rp 1200 – Rp 1000 = Rp 200 dibagi Rp 1000 = 20% Return Tahun 2010 = Rp 1500 – Rp 1200 = Rp 300 dibagi Rp 1200 = 25% Return Tahun 2011 = Rp 1725 – Rp 1500 = Rp 225 dibagi Rp 1500 = 15% Total Return selama 3 tahun = Rp 1725 – Rp 1000 = Rp 725 dibagi Rp 1000 = 72.5% Menghitung Rata-rata Return Pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana menghitung rata-rata return per tahun? Dari sini kemudian berkembanglah 2 cara yaitu Arithmetic Mean dan Geometric Mean Metode Arithmetic Mean atau dalam bahasa Indonesia disebut Rata-rata Return Aritmatik atau Rata-rata Return Biasa menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan membagi total return tersebut dengan jumlah tahunnya. Dengan menggunakan contoh di atas dimana: Return Tahun 2009 = 20% Return Tahun 2010 = 25% Return Tahun 2011 = 15% Return 2008 – 2011 = 72.5% ‘13 4 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Maka perhitungan Annualized Return dengan cara Rata-rata Aritmatik bisa dilakukan dengan cara: 20% + 25% + 15% = 60% kemudian hasilnya dibagi 3 karena tiga tahun menjadi 20% per tahun Geometric Mean atau Rata-rata Return Geometrik dengan menggunakan data di atas dihitung dengan cara (1+20%) x (1+25%) x (1+15%) Hasilnya kemudian di akar pangkat 3 (sesuai jumlah tahun) kemudian hasilnya dikurangi 1. Hasil yang diperoleh adalah 19.9305% Bagi investor yang awam, ketika melihat harga beli 1000, harga jual 1725, periode 3 tahun, untuk menghitung rata-rata return digunakanlah logika sebagai berikut: langsung Total Return selama 3 tahun yaitu 72.5% dibagi dengan 3 sehingga diperoleh 24.1667% per tahun Karena ada 3 angka dengan hasil yang berbeda, pertanyaan tentu manakah angka yang paling benar: Arithmetic Mean = 20% ? Geometric Mean = 19.9305% ? Atau Logika = 24.2667% ? Untuk mengetahui hal tersebut digunakanlah pembuktian dengan menggunakan metode bunga berbunga (compounding) Dari tabel di atas, dengan menggunakan contoh AM (Arithmetic Mean) kita bisa melihat bahwa nilai Rp 1000 dibungakan 20% akan menjadi Rp 1200 pada tahun selanjutnya. Rp 1200 dibungakan 20% lagi akan menjadi 1440, dan kemudian dibungakan lagi 20% menjadi Rp 1728. Dari contoh soal di atas diperoleh fakta bahwa ‘13 5 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada akhir 2011, NAB/Up reksa dana adalah 1725. Dengan menggunakan cara yang sama pada Geometric Mean dan rata-rata yang dihitung dengan menggunakan Logika, hasil yang sama persis dengan angka 1725 adalah dengan Geometric Mean (Tampilan di atas ada koma karena saya menggunakan pembulatan, jika digunakan semua angka akan sama persis) yaitu 19.9305%. Sementara perhitungan dengan cara logika sudah jelas salah karena akan menghasilkan angka yang jauh lebih besar dari seharusnya. Bahkan tidak ada nama ilmiah untuk cara ini. Karena hasil Geometric Mean per tahun yang sama persis dengan Total Return selama 3 tahun, maka Geometric Mean juga disebut sebagai Annualized Return (Return yang Disetahunkan) atau sering juga disebut Compounded Return (karena jika bunga ber bunga, maka hasilnya sama dengan Total Returnnya). Apakah hal ini berarti Arithmetic Mean yang digunakan salah? Tidak juga, perhitungan rata-rata AM digunakan pada analisa statistika lebih lanjut seperti pada perhitungan standar deviasi dan lainnya, Namun AM tidak tepat digunakan dalam menampilkan kinerja historis suatu produk investasi karena lebih besar dari seharusnya. Tampilan kinerja historis yang disetahunkan harus selalu memperhitungkan faktor bunga berbunga. Pada perhitungan di atas, selisih memang tidak jauh, namun jika digunakan periode yang lebih panjang, selisihnya bisa menjadi besar sekali. Bagaimana Praktek Tingkat Return Di atas? Pada website www.infovesta.com atau website Manajer Investasi yang menampilkan performa reksa dana seperti Panin Asset Management di bawah ini: ‘13 6 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tampilan perform yang digunakan adalah TOTAL RETURN atau RETURN saja. Return tidak memiliki ketentuan waktu, bisa 1 hari, 1 bulan, 1 tahun, year to date, 3 tahun, 5 tahun dan seterusnya. Sementara tampilan kinerja yang berbasis luar negeri / asing seperti Bloomberg : Dengan menggunakan contoh, Return Panin Dana Maksima selama 5 tahun adalah 244.24% (Total Return) adalah sama dengan 28.01% (Annualized Return / Geometric Mean menurut Bloomberg). Sebenarnya saya agak aneh dengan website bloomberg, karena jika dihitung secara matematis, angka yang paling precise adalah 28.05%, namun ini mungkin saja disebabkan karena perbedaan pembulatan atau sistem yang digunakan. ‘13 7 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Total Return lebih familiar bagi investor Indonesia dan investor awam karena dengan mudah menggambarkan tingkat pengembalian historis dalam jangka panjang. Misalkan return 5 tahun 200%, artinya jika kita menginvestasikan uang Rp 1 juta 5 tahun yang lalu, maka sekarang sudah menghasilkan keuntungan Rp 2 juta. Sementara istilah Annualized Return lebih sering digunakan investor asing atau investor yang lebih sophisticated. Hal ini tidak terlepas, bahwa baik buruknya kinerja tidak hanya digambarkan dengan return saja namun juga oleh volatilitas dan perbandingan terhadap risk free. Dalam prakteknya Volatilitas (Standar Deviasi) dan Risk Free dinyatakan dalam tahunan sehingga tingkat return juga disetahunkan. Sebagai investor, cukup gunakan Total Return, namun sebagai akademisi / researcher, saran saya gunakan Annualized Return. B. Pengertian Risiko Investasi Pengertian Resiko menurut Keown (1999:216), resiko adalah kemungkinankemungkinan bahwa suatu pengembalian akan berbeda dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Jones (2002:134), ada dua tipe resiko, yaitu: a. Resiko sistematik (systematic Risk) Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, yaitu resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar, dan resiko pasar. Disebut pula resiko tidak diversifikasi. b. Resiko non-sistematik (non-systematic risk) Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang terjadi secara individual, yakni resiko bisnis, resiko laverage, dan resiko likuiditas. Disebut pula resiko diversifikasi, resiko residual, resiko unik, atau resiko khusus perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu penyimpangan tingkat pengembalian yang nyata terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan. Besarnya nilai resiko dapat dicari dengan menghitung standar deviasi, atau dengan menghitung besarnya varian. Standar Deviasi adalah ,”a statistical measure of the variability of a distribution around its mean. It is the square root of the variance,” Horne and Wachowizc (1998). Resiko investasi pada saham, meliputi: Resiko saham Individu, dan Resiko investasi portofolio. Berdasarkan kesediaan dalam menanggung risiko investasi, investor dikenal ada 3 yaitu berani mengambil risiko (risk taker), sikap netral terhadap risiko (risk neutral) dan yang tidak berani mengambil risiko (risk averse). Risk taker adalah sikap seorang yang memilih taruhan yang fair sedangkan risk neutral adalah seseorang bersikap ‘13 8 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id indifference terhadap taruhan yang fair, dan risk averse adalah investor akan menolak taruhan yang fair (Husnan, 2003). Masing-masing ini menyebabkan investor mempunyai preferensi yang berbeda dalam melihat suatu portofolio. Bagi anda yang sudah investasi di reksa dana selama bertahun-tahun, tentu tahu bahwa tidak ada pesta yang tidak pernah berakhir. Tidak pernah dalam sejarah ada IHSG yang naik terus menerus, sama pula kalaupun turun, tidak pernah turun selamanya. Jika naik, secara sederhana kita sebut dengan Return, dan jika turun, maka secara sederhana disebut dengan Risk (Risiko). Pada tulisan-tulisan sebelumnya kita sudah mempelajari tentang return dan berbagai variasinya. Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari tentang risiko. Ada macam-macam risiko. Jika anda membaca prospektus reksa dana, risikorisiko reksa dana antara lain: Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik Risiko Berkurangnya Nilai Aktiva Bersih Risiko Likuiditas Risiko Wanprestasi Risiko Kurs Risiko berubahnya Peraturan Perpajakan Jika anda belajar tentang Manajemen Keuangan atau Investasi, maka anda akan belajar bahwa ada 2 macam risiko yaitu: Risiko Sistematik Risiko Tidak Sistematik Seiring dengan berkembangnya zaman, kompleksitas produk keuangan, loophole2 dalam peraturan-peraturan yang bisa dimanfaatkan, berkembang lagi macam-macam risiko diluar risiko seperti yang saya sebutkan di atas. Memang tidak ada habisnya yang namanya risiko, makanya sampai ada sertifikasi khusus yang mempelajari risiko yang disebut dengan Financial Risk Manager atau sering disebut dengan FRM. Ada beberapa lembaga kursus di Jakarta yang menyelenggarakan kursus tentang hal ini jika anda ingin mempelajari lebih jauh. Dalam hal investasi reksa dana, saya sendiri membagi risiko menjadi 2 yaitu: Risiko yang tidak bisa dikuantifikasi (Unquantified Risk) Risiko yang bisa dikuantifikasi (Quantified Risk) ‘13 9 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Unquantified risk menurut saya, merupakan risiko terbesar yang dihadapi oleh investor. Karena kejadiannya tidak sering, namun sekali terjadi akibatnya besar dan biasanya membuat orang-orang menjadi kehilangan kepercayaan terhadap investasi ini. Contohnya: Risiko karena tenaga penjual memberikan penjelasan yang kurang lengkap atau menyesatkan. Penjelasan yang kurang lengkap atau bahkan menyesatkan terkadang bisa mengurungkan niat orang berinvestasi. Ataupun jika sudah berinvestasi dan merasa tertipu (misalnya dijanjikan tidak akan rugi, namun baru beli 1 minggu turun 3%). Terkadang bukan masalah nominal uangnya, akan tetapi perasaan tertipu dan sebelnya bisa membuat investor menjadi anti terhadap reksa dana dalam jangka waktu yang panjang. Kepada semua agen penjual harap hal ini diperhatikan karena untuk kebaikan bersama juga. Kalaupun akhirnya calon nasabah tidak jadi berinvestasi, setidaknya anda akan tetap mendapat apresiasi dan bahkan mungkin “teman” serta rekomendasi ke teman2nya yang lain meskipun dia sendiri tidak membelinya karena paham bahwa dia tidak bisa menerima risiko investasi tersebut. Risiko administrasi dan operasional Semakin besar perusahaan, administrasi dan pembukuannya harus semakin baik demikian juga dengan kegiatan operasionalnya. Risiko karena “lupa diproses”, “terlambat diproses”, “Email / Faks tidak diterima”, “Tidak Melakukan Konfirmasi Ulang”, “Pengiriman Surat Konfirmasi Yang terlambat atau tidak kunjung sampai”, dan risiko operasional lainnya apabila tidak ditanggapi dengan baik akan menyebabkan investor tidak mau berurusan dengan agen penjual / Manajer Investasi yang bersangkutan dan bagi Manajer Investasi terkadang bisa menyebabkan hilangnya nasabah potensial. Risiko ini bisa diminimalisir dengan memilih Manajer Investasi yang infrastruktur dan jaringannya sangat mumpuni. Risiko Keterbukaan Naik turunnya harga saham dan obligasi adalah hal yang biasa bagi Manajer Investasi. Selalu ada hal yang bisa menyebabkan hal tersebut. Namun “turunnya” harga saham dan obligasi tentu bukan hal yang biasa bagi investor secara keseluruhan. Ada yang bisa menerima risiko itu secara baik, ada pula yang tidak. Apalagi jika penurunan terjadi cukup signifikan dan berlangsung untuk waktu yang ‘13 10 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id cukup lama. Investor tentu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan penurunan ini, sampai kapan penurunan ini akan terus terjadi, dan apa yang sebaiknya dilakukan. Dalam kondisi demikian, keterbukaan menjadi hal yang amat penting. Manajer Investasi perlu menjelaskan baik secara langsung ataupun via Agen Penjual bahwa kondisi yang terjadi seperti apa dan apa strategi investasi yang dijalankan oleh Manajer Investasi dalam situasi tersebut. Mungkin saja jawaban yang diberikan oleh Manajer Investasi tidak dimengerti atau diterima oleh semua investor, namun saya yakin keterbukaan merupakan kunci dalam membangun suatu hubungan jangka panjang berkesinambungan Pada prakteknya, untuk meminimalkan risiko keterbukaan sehingga terjalin trust antara Manajer Investasi dengan Investor gampang-gampang susah. Dengan nasabah yang semakin banyak dan tersebar di seluruh Indonesia, jika harus keliling dari satu daerah ke daerah lain atau mengumpulkan nasabah dalam gathering jika benar2 dilakukan maka tidak ada lagi waktu bagi Manajer Investasi untuk berkonsentrasi mengelola portofolio investasinya. Jika memang hal tersebut mampu dilakukan, mungkin saja nasabah dari Manajer Investasi tersebut masih belum terlalu banyak. Sehingga dalam hal ini, jaringan dan kualitas agen penjual menjadi kunci utama. Agen penjual yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak akan mampu menggantikan Manajer Investasi untuk memberikan penjelasan kepada investor dan pada akhirnya mengurangi risiko kehilangan nasabah karena kurangnya keterbukaan tersebut. Risiko Konflik Kepentingan dan Moral Hazard. Sebagai Manajer Investasi, tentu secara personal ada kemungkinan yang sangat besar dimana dia juga berinvestasi pada saham. Saham yang dia beli bisa sama dengan portofolio reksa dana yang dikelola, bisa juga berbeda. Secara etika, sebagai Manajer Investasi, dia harus menjunjung tinggi integritas dan mengedepankan kepentingan reksa dana dibandingkan kepentingan pribadi. Sebagai contoh, misalnya dia yakin harga suatu saham akan turun. Kebetulan saham tersebut ada dalam portofolio reksa dana yang dikelola dan portofolio pribadi dia, Maka jika dia akan menjual saham tersebut, maka seharusnya dia menjual dulu saham di portofolio reksa dana baru kemudian saham di portofolio pribadinya. Pelanggaran etika terjadi ketika dia lebih mengutamakan penjualan portofolio pribadi dibandingkan reksa dana atau bahkan lebih berat lagi pelanggarannya jika dia menggunakan uang di reksa dana untuk membeli saham yang dia miliki di harga yang di atas harga pasar untuk mendapatkan keuntungan pribadi. ‘13 11 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di luar negeri, jika anda memperhatikan riset yang dikeluarkan atau ketika seorang analis / Manajer Investasi sedang membicarakan prospek saham tertentu di CNBC atau Bloomberg, biasanya layar akan berpindah sebentar yang menunjukkan disclosure. Intinya, apakah analis / manajer investasi yang bersangkutan memiliki saham tersebut baik dalam portofolio pribadi, portofolio reksa dana atau apakah bisnis di perusahaan dia bekerja memiliki konflik kepentingan dengan perusahaan tersebut. Dengan demikian, investor bisa mengetahui apakah ada konflik kepentingan dari rekomendasi yang dia katakan. Yang perlu diperhatikan investor terkait risiko ini, adalah jika Manajer Investasi memiliki saham dalam portofolio pribadi yang sama dengan reksa dana bukanlah suatu pelanggaran. Namun menjadi pelanggaran etika apabila dia mendahulukan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan reksa dana, atau melakukan praktek yang merugikan pemegang unit penyertaan reksa dana. Bisnis reksa dana = bisnis kepercayaan Berapapun tingginya angka return yang dihasilkan oleh Manajer Investasi, jika secara operasional, administrasi dan keterbukaan masih ambaradul saya yakin masih sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari investor, terutama investor besar yang sudah sophisticated. Sayangnya, risiko di atas seperti judulnya unquantifed, artinya tidak bisa dihitung secara numerik dan disajikan dalam bentuk angka yang bisa dibandingkan antara reksa dana / Manajer Investasi yang satu dengan yang lainnya. Bisa saja Manajer Investasi atau Reksa Dana menerbitkan suatu angka tersendiri, namun tentu tidak akan sinkron karena standar yang digunakan bisa berbeda dengan Manajer Investasi yang lain. Tentunya Manajer Investasi akan menampilkan angka yang menguntungkan bagi dirinya. Dalam ranah Manajemen perusahaan, menurut saya istilah yang paling dekat dengan Unquantified Risk adalah Good Corporate Governance. Di luar negeri, hal ini juga sudah menjadi perhatian para investor. Dan hebatnya meski saya yakin penilaian tersebut masih terdapat unsur subjektivitasnya, Morningstar, lembaga riset reksa dana internasional, sudah mencoba melakukan penilaian terhadap faktor tersebut yang disebut dengan Stewardship Grade. C. Capital Asset Pricing Teori CAPM CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model ‘13 12 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting. Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta. Risiko dan Return Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan. ‘13 13 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280): 1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. 2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang. 3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset. 4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi. 5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset. 6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa. Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral. Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation). Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari. Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk securities) ‘13 14 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah. Persamaan CAPM Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah : Rs = Rf + Rp Rs = Expected Return on a given risky security Rf = Risk-free rate Rp = Risk premium Bila nilai ß = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard and Poor’s 500-stock-index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam contoh pada gambar. ß adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila ß > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. ß < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index). Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor ß dinyatakan sebagai: Rs = Rf + ßs (Rm – Rf) Rs = Expected Return on a given risky security Rf = Risk-free rate Rm = Expected return on the stock market as a whole ßs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher ßs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower ßs). Riset empiris mendukung argumen mengenai ßs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices). ‘13 15 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi yang aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien. Markowitz dan Market Model William Sharpe dalam membangun model CAPM diilhami dari teori portofolio yang diajukan oleh Harry Markowits. Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara return sekuritas. Model ini mengasumsikan bahawa return dari sekuritas ke-i tergantung pada sebuah faktor yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam notasi matematika dinyatakan sebagai: ri = ai + Bi.F + ui ri = return sekuritas i Bi = Beta dari sekuritas i F = indeks (belum tentu indeks pasar) ui = error term (walaupun selanjutnya markowitz mengusulkan bahwa persamaan itu seharusnya tidak linier, karena ada faktor lain yang mendasarinya) Kemudian pada tahun 1963, William Sharpe menguji persamaan tersebut sebagai penjelasan bagaimana return sekuritas cenderung naik dan turun seiring dengan naik turunnya indeks umum pasar, secara spesifik Sharpe menggunakan persamaan sebagai berikut: rit = ai + Bi.rmt + uit rit = return dari aset i pada periode t rmt = return dari indeks pasar pada periode t ai = komponen non-pasar dari return aset i Bi = rasio kovarian dari return aset i dan return indeks pasar terhadap varians return indeks pasar uit = zero mean random error term ‘13 16 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Model ini disebut model pasar indeks tunggal (single index market model) atau sering disebut market model. Dilihat disini pada model markowitz, indeks-nya belum tentu indeks pasar, tetapi pada market model digunakan indeks pasar. Aplikasi CAPM Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM Rs = Rf + ßs (Rm – Rf) Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia. ßs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya. Penjelasan mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel ini. Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain. Contoh Aplikasi Menghitung Rs Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak? Rs = Rf + ßs (Rm – Rf) ‘13 17 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun) Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return) ßs = 1.2 Sehingga Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06) Rs = 0.06 + 1.2 (0.2) Rs = 0.06 + 0.24 Rs = 0.3 (30%) Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30% Contoh cara menghitung Beta Nilai ß dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll), Contoh perhitungan: Return saham X dibandingkan dengan pasar tahun 1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12 tahun 2-return saham X = 0.05, return pasar = 0.01 tahun 3-return saham X = 0.08, return pasar = 0.06 tahun 4-return saham X = 0.15, return pasar = 0.10 tahun 5-return saham X = 0.10, return pasar = 0.05 Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066 Menghitung deviasi return saham X tahun 1 = -0.1160 tahun 2 = -0.0160 tahun 3 = 0.0140 tahun 4 = 0.0840 tahun 5 = 0.0340 Rata-rata return pasar adalah 0.02 sehingga deviasi return pasar: ‘13 18 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tahun 1 = -0.14000 tahun 2 = -0.0100 tahun 3 = 0.0400 tahun 4 = 0.0800 tahun 5 = 0.0300 Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar: tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162 tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002 tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006 tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067 tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010 Jumlah = 0.0247 Pangkat duakan deviasi return pasar tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196 tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001 tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016 tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064 tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009 Jumlah = 0.0286 Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86 ‘13 19 Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id