artikel ilmiah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil

advertisement
ARTIKEL ILMIAH
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA
SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW PADA MATERI
TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI IPA
SMA XAVERIUS 2 JAMBI
OLEH
RIKA RAHMADANI PUTRI
A1C310010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MEI, 2014
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA
SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW PADA MATERI
TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI IPA
SMA XAVERIUS 2 JAMBI
Oleh :
1. Rika Rahmadani Putri
2. Drs. Maison, M.Si, Ph.D.
3. Nehru, S.Si, M.T
ABSTRAK
Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Quick On
The Draw.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan rendahnya hasil belajar fisika siswa di kelas XI IPA SMA Xaverius 2
Jambi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika di kelas XI IPA,
penyebab rendahnya hasil belajar adalah siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran,
siswa kurang memahami konsep dan siswa belum mampu belajar mandiri. Strategi yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran selama ini belum mampu meningkatkan
keaktifan siswa. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan upaya dengan menerapkan
strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw. Strategi pembelajaran ini dapat
mendorong kerja sama dalam kelompok dan melatih kecepatan. Dalam hal ini siswa
ditantang untuk dapat bekerja sama dalam masing-masing kelompok menyelesaikan
beberapa set pertanyaan. Kelompok pertama yang dapat menyelesaikan pertanyaan
dianggap menang. Tantangan yang diberikan dapat menciptakan kompetisi yang bersahabat
dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran aktif tipe
Quick On The Draw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas XI
IPA SMA Xaverius 2 Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus melalui tahap perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Jenis data dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pelaksanaan
pembelajaran melalui lembar observasi dan data kuantitatif yang diperoleh melalui ulangan
formatif pada setiap siklusnya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada setiap siklus. Peningkatan aktivitas siswa terlihat dari rata-rata persentase aktivitas
siswa pada siklus I 59,68 % meningkat pada siklus II menjadi 72,5 % dan meningkat lagi
pada siklus III menjadi 82,72 %. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I 74,26 dengan
1
jumlah siswa yang berhasil sebanyak 21 orang (61,76%) meningkat pada siklus II menjadi
77,81 dengan jumlah siswa yang berhasil 25 orang (75,76%), kemudian meningkat lagi
pada siklus III menjadi 79,64 dengan jumlah siswa yang berhasil 33 orang (100%)
I.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika mempunyai peranan penting dalam menunjang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang
membutuhkan pemahaman konsep dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Mata
pelajaran fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak sekolah dasar yang dikenal dengan
pelajaran IPA hingga keperguruan tinggi. Akan tetapi, pada kenyataannya pelajaran fisika
kurang diminati siswa pada umumnya, karena dianggap sulit dan membosankan. Sehingga
proses pembelajaran fisika tidak berjalan seperti yang diharapkan dan hasil belajar fisika
siswa tidak maksimal.
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru fisika kelas XI IPA SMA Xaverius 2
Jambi diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran fisika, siswa kurang aktif dan
mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Pada kegiatan pembelajaran siswa belum
mampu belajar mandiri dan masih menunggu penjelasan dari guru. Hal ini berdampak
negatif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil belajar fisika kelas XI IPA pada ujian mid semester 1 tahun pelajaran
2013/2014 belum memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai fisika yang
hanya 65,14. Nilai ini masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 68.
Selama ini proses pembelajaran yang berlangsung di SMA Xaverius 2 Jambi
cenderung terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh
soal, siswa mencatat, mengerjakan latihan dan diakhir pelajaran diberikan pekerjaan rumah.
Guru kurang memotivasi siwa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan rendahnya aktivitas belajar siswa dan membuat siswa jenuh karena sistem
belajarnya selalu sama. Jika siswa jenuh dalam kegiatan pembelajaran, maka hasil
belajarnya pun tidak maksimal.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil
belajar fisika siswa yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw. Menurut
Ginnis (2008) strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dan kecepatan. Didalamnya terdapat pacuan
antar kelompok yang tidak begitu rumit. Tujuannya adalah menjadi kelompok pertama
yang menyelesaikan satu set pertanyaan. Tantangan yang diberikan dalam strategi
pembelajaran ini akan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar fisika siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui
Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Quick On The Draw Pada Materi Teori
Kinetik Gas Di Kelas XI IPA SMA Xaverius 2 Jambi”.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Komalasari (2010) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka
2
waktu yang lama dan perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh kematangan ataupun
perubahan sementara karena suatu hal. Perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui
pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya. Jadi secara umum belajar dapat diartikan
sebagai perubahan pada diri seseorang yang diperoleh dari pengalaman bukan karena
perkembangan tubuh atau karakteristik seseorang sejak lahir.
2.2 Pengertian Pembelajaran
Menurut Trianto (2009) pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
produk interaksi yang berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran adalah usaha seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Pada proses pembelajaran terjadi interaksi dua arah dari seorang
guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju
pada suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.3 Teori Pembelajaran Kognitif
Muchith (2008) menyatakan bahwa Teori pembelajaran kognitif lebih menekankan
pada proses atau upaya untuk meningkatkan kemampuan rasional yang dimiliki. Teori
kognitif ini memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang
lebih menitikberatkan pada kemampuan membangun ingatan, pengolahan informasi, emosi
dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat
dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan
komprehensif.
2.4 Aktivitas Belajar
Yamin (2007) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan antara guru dan
siswa harus mengarah pada peningkatan aktivitas siswa. Guru tidak hanya melakukan
kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa akan tetapi
guru juga harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar. Bentuk
pembelajaran itu dapat berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar berkelompok,
belajar memecahkan masalah dan sebagainya.
Paul dalam Hamalik (2010) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan
suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik,
mendengarkan suaran radio.
Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
Kegitan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, digram, peta, pola.
Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
3
2.5 Hasil Belajar
Menurut purwanto (2010) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia
mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang
meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam hal ini, hasil belajar yang diteliti
oleh penulis hanya pada aspek kognitif. Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah
direvisi Anderson & Krathwohl (2010) memiliki tingkatan, yakni: mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
2.6 Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar
secara aktif. siswa yang belajar secara aktif, dapat mendominasi aktifitas pembelajaran.
Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk berpatisipasi dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan
meraskan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga belajar dapat
dimaksimalkan (Zaini dkk, 2008)
2.7 Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Quick On The Draw
Menurut Ginnis (2008) strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw
merupakan suatu strategi pembelajaran yang mendorong kerja sama kelompok dan
kecepatan. Didalamnya terdapat pacuan antar kelompok yang tidak begitu rumit. Tujuannya
adalah menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan satu set pertanyaan.
Ginnis (2008) mengemukakan langkah-langkah strategi pembelajaran Quick On The
Draw sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa set pertanyaan mengenai topik yang sedang dibahas.
Tiap set pertanyaan ditulis pada kartu yang memiliki warna berbeda. Pertanyaan
tersebut diletakkan di meja guru. Kartu yang bernomor urut 1 diletakkan di atas.
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang bervariasi dan diberi warna sesuai
dengan warna kartu yang ada di meja guru.
3. Guru memberikan bahan ajar yang terdiri dari jawaban untuk semua pertanyaan
pada setiap siswa.
4. Pada kata “mulai”, satu orang dari tiap kelompok “lari” ke meja guru, mengambil
pertanyaan pertama menurut warna mereka dan kembali membawanya ke
kelompok.
5. Dengan menggunakan bahan ajar, kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban
di lembar kertas terpisah.
6. Jawaban dibawa ke gurunya oleh orang kedua. Guru memeriksa jawaban. Jika
jawaban akurat dan lengkap. Pertanyaan kedua dari tumpukan warna kelompok
mereka diambil dan seterusnya. Jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak
lengkap, guru menyuruh sang pelari kembali ke kelompok dan mencoba lagi.
Penulis dan pelari harus bergantian.
7. Saat satu siswa sedang “berlari” lainnya memindai sumbernya dan membiasakan
diri dengan isinya sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan nantinya dengan
lebih efisien.
8. Kelompok pertama yang menjawab semua pertanyaan “menang”
4
9.
III.
Guru kemudian membahas semua pertanyaan dan menjelaskan materi.
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II dan
siklus III. Pada tiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam
tindakan kelas. Menurut Arikunto (2012) secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim
dilalui, yaitu
1. Perencanaan atau persiapan tindakan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran, mempersiapkan alat-alat
pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan rencana pembelajaran, membuat lembar
observasi aktivitas siswa, membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran,
menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan merancang alat evaluasi berupa soal tes dan
kunci jawaban
2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan.
3. Observasi (pengamatan) dan evaluasi
Pengamatan terhadap pembelajaran menggunakan lembar observasi yang berupa
lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran sementara
evaluasi dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar mengajar pada setiap akhir siklus
dengan memberikan tes akhir.
4. Analisis dan refleksi (Reflecting)
Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan dan
penilaian pada masing-masing siklus. Dari hasil analisis dan refleksi akan diketahui apakah
tindakan yang dilakukan dapat memecahkan permasalahan yang ada. Jika permasalahan
tersebut belum terselesaikan maka akan diadakan perbaikan (revisi) pada siklus berikutnya.
3.1.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka jenis penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
3.1.2 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Xaverius 2 Jambi
pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
3.1.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Xaverius 2 Jambi. Dengan
jumlah siswa 35 orang siswa.
3.2 Instrumen Penelitian
3.2.1 Lembar Observasi
a. Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran.
b. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
5
Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran ini digunakan sebagai instrumen untuk
mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran Quick On The
Draw pada proses pembelajaran.
3.2.2 Test
Data hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan setiap
akhir siklus pembelajaran. Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji
coba dan analisa untuk memperoleh validitas, tingkat kesukaran tiap soal, daya pembeda,
dan reliabilitas yang memenuhi kriteria tertentu.
a. Validitas
Validitas tes adalah tingkat ketepatan soal atau tes. Pada penelitian ini validitas yang
digunakan adalah validitas isi. Untuk mengukur validitas isi, butir-butir soal disesuaikan
dengan kurikulum yang diterapkan di SMA.
b. Tingkat Kesukaran
Menghitung tingkat kesukaran tes adalah mengukur seberapa besar kesukaran butirbutir tes. Tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Arikunto (2013), yaitu:
𝑃=
𝐡
(3.1)
𝐽𝑠
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Arikunto (2013) mengklasifikasikan indeks kesukaran soal pada tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Nilai Indeks Kesukaran
P (Tingkat Kesukaran)
0,00 < P ≤ 0,30
0,30 < P ≤ 0,70
0,70 < P ≤ 1,00
Keterangan
Soal Sukar
Soal Sedang
Soal Mudah
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013), sebagai berikut:
𝐷=
𝐡𝐴
𝐽𝐴
−
𝐡𝐡
𝐽𝐡
(3.2)
Keterangan:
D = Daya pembeda
BA = Banyak peserta kelompok atas menjawab soal dengan benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah menjawab soal dengan benar
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah
6
Arikunto (2013) mengklasifikasi indeks daya pembeda suatu soal pada tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Nilai Daya Beda
D (Daya Beda)
0,00 < D ≤ 0,20
0,20 < D ≤ 0,40
0,40 < D ≤ 0,70
0,70 < D ≤ 1,00
Keterangan
Jelek
Cukup
Baik
Baik Sekali
d. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya dan bertujuan
untuk melihat apakah soal yang diberikan tersebut dapat memberikan skor yang sama setiap
digunakan.
Arikunto (2013) mengemukakan bahwa, untuk menentukan reliabilitas suatu soal
yang berbentuk objektif maka dapat digunakan rumus Kuder Richardson (KR-21) dibawah
ini:
 n οƒΉ  M n ο€­ M 
r11 ο€½ οƒͺ
οƒΊ οƒͺ1 ο€­ nS 2 οƒΊ
 n ο€­ 1 οƒͺ

t
Dengan:
M ο€½
X
N
St ο€½
(3.3)
(3.4)
X 2 ο€­
2
X 
N
N
(3.5)
Keterangan: r11 = Reliabilitas
n = Banyaknya butir soal
M = Skor rata-rata
St2 = Varian total
X = Jumlah skor yang dijawab seluruh siswa yang benar
N = Jumlah peserta tes
Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dengan perincian korelasi
seperti pada tabel 3.3 berikut:
7
Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas
Nilai r
0,00 < r11 ≤ 0,20
0,20 < r11 ≤ 0,40
0,40 < r11 ≤ 0,60
0,60 < r11 ≤ 0,80
0,80 < r11 ≤ 1,00
Keterangan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Data Kualitatif yaitu data tentang aktivitas siwa dan pelaksanaan pembelajaran
dalam proses belajar mengajar.
2. Data Kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar siswa setiap akhir siklus.
3.3.2 Cara Pengambilan Data
Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran selama pelaksanaan
kegiatan proses belajar mengajar. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan seperangkat alat tes yang berupa tes objektif yang dilaksanakan di setiap
akhir siklus pembelajaran.
3.4 Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian digunakan beberapa
teknik analisis data sebagai berikut:
3.4.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati penilaian hasil belajar siswa
pada masing-masing siklus digunakan rumus yang dikemukakan oleh Purwanto (2008),
dengan menggunakan persamaan berikut:
π‘Š
𝑆 = (𝑅 − 𝑛 −1) π‘₯ π‘Šπ‘‘
(3.6)
Keterangan:
S = Skor
R = Jumlah jawaban yang benar
W = Jumlah jawaban yang salah
Wt = Bobot
n = Jumlah option
8
Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh
Sudjana (1992), sebagai berikut:
π‘π‘Ž
π‘₯=
(3.7)
𝑁
Keterangan:
π‘₯ = Nilai rata-rata
π‘π‘Ž = Jumlah nilai ulangan siswa
N = Jumlah siswa keseluruhan
Untuk menghitung persentase tingkat keberhasilan belajar digunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Arikunto (2013) sebagai berikut:
π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– =
π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘’π‘›π‘‘π‘Ž β„Ž
π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š
π‘₯ 100%
(3.8)
3.4.2 Data Kualitatif
Data kualitatif yang digunakan untuk mengamati aktivitas siwa selama proses
pembelajaran berlangsung. Analisis kualitatif untuk data hasil observasi mengenai
keaktifan belajar siswa dihitung dengan rumus:
𝐴=
π‘π‘Ž
𝑁
π‘₯ 100%
(3.9)
Keterangan:
A = Aktivitas siswa
π‘π‘Ž = Jumlah siswa yang aktif
N = Jumlah siswa keseluruhan
Dimana perhitungan penilaiannya sebgai berikut:
0-20 = Tidak Aktif
21-40 = Kurang Aktif
41-60 = Cukup Aktif
61-80 = Aktif
81-100 = Sangat Aktif
9
Angka rata-rata aktivitas yang diperoleh kemudian di cocokkan dengan kategori.
Angka-angka tersebut dapat dijadikan tolak ukur yang dapat menunjukkan kualitas aktivitas
siwa selama proses pembelajaran berlangsung.
3.5 Indikator Kinerja
Menurut Kunandar (2008), penelitian tindakan dikatakan berhasil jika memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Suatu kelas dikatakan berhasil dalam belajar apabila 80% siswa di kelas tersebut
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah.
2. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Jika kriteria tersebut terpenuhi, maka penerapan strategi pembelajara aktif tipe
Quick On The Draw dalam memahami materi pelajaran khususnya pada teori kinetik gas
dapat dijadikan upaya dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rincian mengenai peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh dari penerapan
strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Tiap Siklus
Siklus
Rata-rata % Aktivitas Siswa
I
59,68 %
II
72,5 %
III
82,72 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa pada tiap siklus mengalami
peningkatan. Rata – rata persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 59,68% meiningkat
menjadi 72,5 persen pada siklus II dan kemudian menjadi 82,72 % pada siklus III.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif tipe Quick
On The Draw dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Adapun rincian mengenai penigkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif
melalui penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Quick On The Draw dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No
Variabel Yang Diamati
Jumlah
Siklus I
Siklus II
Siklus III
74,26
77,81
79,64
1.
Nilai rata-rata
2.
Banyaknya siswa yang telah berhasil dalam belajar
21 orang
25 orang
33 orang
3.
Banyaknya siswa yang belum berhasil
13 orang
8 orang
0
10
Dari tabel diatas dapat terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada setiap
siklusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran tipe Quick On
The Draw pada pokok bahasan teori kinetik gas dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada aspek kognitif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Aktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi pembelajaran aktif
tipe Quick On The Draw pada pokok bahasan teori kinetik gas di kelas XI IPA SMA
Xaverius 2 Jambi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa setiap
siklusnya. Rata-rata % aktivitas siswa pada siklus I adalah 59,68%, meningkat pada
siklus II menjadi 72,5 % dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 82,72 %.
2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran aktif tipe Quick
On The Draw pada pokok bahasan teori kinetik gas di kelas XI IPA SMA Xaverius
2 Jambi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang didapat oleh siswa
pada setiap siklusnya, yaitu : 74,26 pada siklus I, 77,81 pada siklus II dan 79,64
pada siklus III.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada guru fisika supaya dapat menggunakan strategi pembelajaran
aktif tipe Quick On The Draw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
terutama pada pokok bahasan teori kinetik gas.
2. Diharapkan penelitian dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Quick
On The Draw dapat dilakukan pada pokok bahasan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian
Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT. Indeks
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama
Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
11
Zaini, Hisyam, Munthe, Bermawy & Aryani, Sekar Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
12
Download