1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang terjadi di suatu negara. Jika kondisi ekonomi sedang baik, maka hal ini akan langsung tercermin pada harga-harga sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek tersebut (Wirsono, 2007:17), terutama ditandai dengan meningkatnya harga-harga saham perusahaan dan naiknya Indeks Harga Saham Gabungan. Aktivitas suatu bursa efek dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yang secara umum dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas bursa efek yang berasal dari kinerja mikro ekonomi dan faktor ini umumnya dapat dikendalikan oleh setiap perusahaan yang tercatat dalam bursa bersangkutan (seperti kinerja yang dihasilkan perusahaan, pemilihan jenis mesin, karyawan perusahaan, teknologi perusahaan dan sebagainya). Faktor eksternal termasuk faktor yang mempengaruhi aktivitas bursa yang berasal dari kinerja ekonomi makro maupun faktor lain diluar permasalahan ekonomi. Faktor eksternal termasuk faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan (seperti suku bunga, nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, kondisi politik, keamanan dan sebagainya) (Husnan, 2003 : 157). Krisis finansial global yang terjadi pada beberapa waktu lalu sangat mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Setidaknya terdapat dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finasial para pemilik modal tersebut. Kedua, di bidang ekspor impor, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor Indonesia nomor dua setelah 2 Jepang dengan porsi 20%-30% dari total ekspor. Dengan menurunnya kinerja ekonomi Amerika Serikat secara langsung akan mempengaruhi ekspor impor negara Indonesia juga (Tempo Interaktif Edisi Agustus 2009). Pengaruh lain krisis finansial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik-turunnya kurs dollar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua, gabungan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor investasi dan sektor riil, di mana investasi pada sektor riil seperti properti dan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu. Pengaruhnya pada investasi di pasar modal, krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang kurang mendukung (Ath Thobarry, 2009:1-2). Dampak lainnya akibat kenaikan tingkat suku bunga pada aktivitas pasar modal yaitu harga saham tiap emiten menurun yang berimbas kepada penurunan IHSG. Sebagai contoh penurunan IHSG di Bursa Efek Jakarta sebesar lebih dari 60% terjadi pada bulan Juli 2006, dan IHSG sebesar 737 turun menjadi 276 di bulan Desember 2011 dan terjadi proses jual saham besar-besaran serta aksi penarikan dan pemindahan modal ke luar negeri (capital fight) oleh investor asing. Meskipun demikian, untuk mengantisipasi kejadian seperti ini, sebelumnya pemerintah Indonesia pada tanggal 4 September 2008 telah mencabut ketentuan pembatasan pembelian saham investor asing maksimum 49% dari jumlah saham yang dijual di pasar modal dan bursa efek nasional (kecuali untuk sektor perbankan masih 49% dan perusahaan efek 85%) (Bank Indonesia, 2012:98). Di samping tingkat suku bunga, jumlah uang beredar (money supply) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham. Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan maka orang akan cenderung berinvestasi pada saham, karena dengan demikian mereka bisa mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Sedangkan jika mereka berinvestasi pada bank, maka keuntungan yang mereka harapkan tidak akan sesuai dengan yang diinginkan karena pada saat 3 itu suku bunga akan mengalami penurunan (Mohamad, 2006:210). Adapun jumlah uang beredar yang digunakan dalam penelitian ini adalah M2 (uang dalam arti luas). Sebagai tambahan penjelasan di atas, penulis merangkum gambaran rata-rata IHSG, jumlah uang beredar dan BI Rate yang terjadi di Indonesia pada tahun 2008 s.d. 2012 di Gambar 1.1 berikut ini. Gambar 1.1 Perkembangan Nilai Rata-rata Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan, BI Rate dan Jumlah Uang Beredar (M2) di Indonesia Tahun 2008 – 2012 (sumber: www.idx.co.id, diolah) Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa secara makro kondisi perekonomian di Indonesia selama tahun 2008 s.d. 2012 memperlihatkan perkembangan yang cukup positif. Hal ini ditandai dengan upaya pemerintah yang secara konsisten mampu menurunkan BI Rate karena tekanan risiko pasar yang terkendali, ditambah dengan tingkat permintaan peredaran uang (M2) secara nasional juga terus meningkat sebagai tanda bergairahnya sektor industri dan perekonomian di setiap lapisan masyarakat. Secara umum kondisi ini tentu mempengaruhi peningkatan Indeks Harga Saham sektoral. 4 Berdasarkan analisis terhadap Gambar 1.1. di atas, pada interval tahun 2010 s.d. 2012 terdapat gap antara teori yang telah disampaikan sebelumnya dengan realita yang terjadi di lapangan. Menurut teori, seharusnya dengan keberhasilan pemerintah menurunkan tingkat BI rate maka harga saham sektoral di pasar bursa juga ikut menaik. Pada tahun 2010 BI rate sebesar 6,50%, berhasil turun menjadi 6,00% pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 terus menurun sebesar 5,75%. Namun justru Indeks Harga Saham di sektor pertambangan juga menurun dari 3.274 (2010) menjadi 2.532 (2011) dan 1.864 (2012). Demikian pula berdasarkan teori apabila jumlah uang yang beredar (M2) meningkat, maka harga saham sektoral di pasar bursa juga ikut meningkat. Pada tahun 2010, jumlah uang yang beredar sebesar Rp2.469.399 Milyar dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp2.877.220 Milyar, di mana Indeks Harga Saham di sektor pertambangan pada interval tahun ini justru menurun dari 3.274 menjadi 2.532. Penggunaan industri pertambangan sebagai unit analisis dalam penelitian ini dikarenakan industri pertambangan termasuk dalam industri high profile yang memiliki visibilitas dari stakeholder, risiko politis yang tinggi, dan menghadapi persaingan yang tinggi. Industri high profile umumnya merupakan industri yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi bersinggungan dengan kepentingan luas (stakeholder) (Indrawati, 2009:4). Di sisi lain, industri pertambangan juga merupakan industri yang memiliki kemungkinan terbesar untuk berkembang, sebagaimana fakta bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang menarik minat para investor untuk menanamkan dananya di sektor tersebut. Menyadari bahwa pengetahuan mengenai hubungan antara perkembangan ekonomi makro dengan perkembangan pasar modal merupakan hal yang penting bagi investor terutama bagi mereka yang berkecimpung di investasi sektor high profile seperti bisnis pertambangan, serta melihat adanya inkosistensi korelasi antara teori dengan realita di lapangan mengenai variabel ekonomi makro yaitu BI rate dan jumlah uang yang beredar yang mempengaruhi harga-harga saham di sektor pertambangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat suku bunga dan jumlah uang yang beredar terhadap harga 5 saham di sektor pertambangan dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012”. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka masalah yang akan diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012? 2. Bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012 baik secara simultan maupun parsial? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan tentang masalah-masalah dan informasi yang erat pengaruhnya dengan permasalahan yang akan dibahas, sehingga dapat penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diidentifikasi diatas, yaitu: 1. Untuk menganalisis gambaran tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan Harga Saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap Harga Saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012. 6 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat diambil terutama : 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan terutama di bidang keuangan dan sebagai pengaplikasian dari teori-teori yang selama ini dipelajari. 2. Investor dan Dunia Bisnis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam mencari langkahlangkah pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan, khususnya di dalam memprediksi perkembangan harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia yang dipengaruh oleh tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar, yang kemudian hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi oleh investor atau para pelaku pasar modal lainnya. 3. Pembaca Diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan maupun dijadikan acuan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan terpadu. 1.5. Kerangka Pemikiran Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada suatu aset tertentu. Dalam melakukan investasi, para investor sebaiknya terlebih dahulu mengidentifikasi surat berharga yang akan diinvestasikan dengan tepat serta mempertimbangkan kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dalam meningkatkan return yang diharapkan (Poernamawatie, 2008:115-118). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102). 7 Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Investor perlu melakukan berbagai analisis, baik analisis teknikal maupun analisis fundamental. Analisis tersebut berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk mengetahui tingkat return yang diharapkan dalam menentukan strategi investasi yang akan dilakukan (Ni Gusti, 2008:3). Kenaikan harga saham diharapkan memberikan indikasi terhadap tingkat return saham yang akan diterima sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan tingkat return saham yang tinggi dalam jangka panjang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan investor. Perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus akan mendorong investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Prospek suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi makro yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Apabila terjadi gejolak pada variabel-variabel ekonomi makro maka secara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan naik turunnya harga pasar saham seluruh perusahaan di bursa. Perubahan ekonomi makro Indonesia yang terjadi sejak pertengahan tahun 2006 sampai Desember 2011 yang ditunjukkan oleh tingkat suku bunga Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dan jumlah uang beredar memberikan dampak terhadap fluktuasi harga saham di pasar modal. Tingkat suku bunga bisa mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas pasar saham. Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, di mana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka nilai surat berharga turun dan sebaliknya) sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain. Jika tingkat suku bunga tinggi, para pemilik uang cenderung menyimpan uangnya kedalam tabungan dan deposito, atau membeli obligasi yang memberikan bunga tetap, pasar saham menjadi sepi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah maka terlihat kecenderungan dana mengalir ke pasar saham, masuk 8 ke bursa efek. Dengan demikian perkembangan tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap Indeks Harga Saham, padahal seringkali tidak ada kaitannya dengan kinerja perusahaan-perusahaan yang bersangkutan di bursa (Novianto, 2011:11). Faktor variabel makro ekonomi selanjutnya adalah mengenai jumlah uang yang beredar. Menurut (Iryani, 2011:18), jumlah uang beredar (M2) adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral (M1), yang menggambarkan daya beli efektif yang dimiliki masyarakat secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa (Gultom, 1998:2). Jika jumlah uang beredar terlalu sedikit dalam ekonomi secara langsung akan mendorong tingkat suku bunga ke tingkat yang tinggi, yang pada gilirannya dapat mengurangi aktivitas ekonomi termasuk beralihnya dana dari pasar modal ke aktivitas investasi lain, misalnya ke deposito dan tabungan. Fenomena fluktuasi variabel ekonomi makro seperti tingkat suku bunga terhadap Dollar Amerika Serikat dan jumlah uang beredar di Indonesia yang dikaitkan dampaknya terhadap aktivitas pasar modal telah mendorong pemikiran beberapa pengamat ekonomi dan pakar keuangan khususnya di pasar modal. Adiningsih (2005:98) menemukan bahwa perkembangan kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya US $ memiliki hubungan negatif dengan kondisi ekonomi salah satu contohnya adalah apabila nilai tukar rupiah menurun mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran akibat PHK. Kemudian tingkat suku bunga dan Indeks Harga Konsumen memiliki hubungan negatif dengan pasar modal. Nugroho (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Indeks Saham kelompok LQ45. Hal ini disebabkan uang yang beredar di Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan investasi di pasar saham atau obligasi, sehingga kinerja pasar saham khususnya LQ45 semakin membaik. Dengan kata lain, money supply mempengaruhi perubahan return saham. Hal ini 9 menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia sangat mempengaruhi kinerja pasar saham. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut: Investasi di Pasar Modal Investor Tingkat Suku Bunga Harga Saham Perusahaan Pertambangan Analisis Fundamental Jumlah Uang Beredar Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Sejalan dengan beberapa temuan pada penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas dan berdasarkan topik dan obyek yang dipilih pada penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut : “terdapat hubungan antara variabel tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap Harga Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012” . 1.6 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu explanatory research dengan motode deskriptif dan verifikatif. Penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih dengan bias yang keci dan meningkatkan kepercayaan (Soehartono,2000:33). Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dan verikatif. Pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2003:54), yaitu: 10 “Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.” Sedangkan definisi verifikatif menurut Rasyad (2003:12) adalah sebagai berikut: “Metode Verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembutian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima”. Dalam penelitian ini, penulis berkeinginan untuk mengetahui variabelvariabel ekonomi makro apa saja yang memiliki hubungan signifikan baik secara parsial maupun secara bersama-sama dengan menjelaskan turun naiknya Harga Saham Sektoral Pertambangan di PT. Bursa Efek Indonesia. Untuk memperoleh hasil yang dimaksud, penulis mempergunakan teknik analisis statistik parametrik di dalam menguji hipotesis berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis korelasi berganda yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan variabel independen dengan dependen, dan juga analisis regresi linier (multiple linear regression dan correlation analysis) untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Sedangkan untuk pengujian hipotesis digunakan uji t secara parsial dan uji F secara simultan, yang kemudian hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi oleh investor atau para pelaku pasar modal lainnya. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok BEJ Universitas Widyatama, Pojok BEJ ITB Jl. Ganesa No. 10, Bandung dan Perpustakaan Ekstension UNPAD Jl. Dipatiukur No. 35, Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini terhitung sejak bulan Agustus 2012 sampai bulan Oktober 2012.