46 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Mekanisme transmisi moneter merupakan proses ditransmisikannya kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi secara riil dan harga – harga dimasa yang akan datang. Berdasarakan hasil empiris, dalam jangka pendek jumlah uang beredar hanya mempengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya jangka menengah pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong pada kenaikan harga yang pada gilirannya menyebabkan penurunan perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam jangka panjang pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil tetapi mendorong kenaikkan laju inflasi secara proporsional. Proses transmisi kebijakan moneter sangat tergantung pada pendekatan yang dipilih sehingga tujuan kebijakan tercapai. Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga, dalam hal ini perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah dan jangka panjang melalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaaan dan penawaran di pasar. Apabila perubahan harga bersifat kaku (sticky price), perubahan suku bunga nominal jangka pendek yang dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral akan mendorong perubahan suku bunga riil jangka pendek dan panjang. Dengan kekakuan harga tersebut, jika bank sentral melakukan kebijakan moneter ekspansif, hal itu akan mendorong penurunan suku bunga riil jangka pendek, yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga riil jangka panjang. Begitupun jika kebijakan bank sentral bersifat kontraktif, kekakuan harga akan 47 menyebabkan meningkatnya suku bunga riil jangka pendek dan jangka panjang. Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi cost of capital yang pada giliranya akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang merupakan komponen dari permintaan agregat. Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan permintaan dan penawaran agregat, dan selanjutnya akan mempengaruhi output dan harga. Besar kecilnya pengaruh pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara. Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa kebijakan moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi pembentukan ekspektasi mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi. 3.2. Pasar Uang Secara umum yang dimaksud dengan pasar uang adalah pasar dimana uang dana jangka pendek diperdagangkan dan merupakan tempat dimana terjadinya interaksi antara permintaan dan penawaran uang yang pada akhirnya menentukan tingkat bunga. Dalam perekonomian terbuka, uang primer (Mo) terdiri dari dua komponen utama net foreign asset (NFA) dan net domestik credit (NDC) sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut, (Dornbusch et.al, 2001): M 0 = NFA + NDC ................................................................................(3.1) ∆M 0 = ∆NFA + ∆NDC ..........................................................................(3.2) 48 Persamaan (3.2) menyatakan bahwa, perubahan uang stok primer sama dengan perubahan kepemilikan bank sentral atas foreign Asset ditambah dengan perubahan domestic credit expansion. Perubahan kepemilikan bank sentral atas foreign asset (? NFA) merupakan equivalen rupiah dari perubahan international reserve (Kamin et al. 1997) dan dituliskan sebagai berikut : ∆NFA = E∆R .........................................................................................(3.3) Selanjutnya perubahan international reserve dapat dih itung dari neraca pembayaran, yaitu sebagai penjumlahan dari current account balance (CA) dengan capital account balance (KA) sebagai berikut : ∆R = CA + KA ........................................................................................(3.4) ∆NFA = E (CA + KA) .............................................................................(3.5) Dengan mensubtitusikan persamaan (3.5) kedalam persamaan (3.3) maka diperoleh persamaan uang primer sebagai berikut: ∆M 0 = E (CA + KA) + ∆ NDC ................................................................(3.6) dimana: CA = Current Account Balance KA = Capital Account Balance E = nilai tukar nominal Penawaran uang atau uang beredar (Ms = Money Supply) adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Pengertian uang beredar biasanya dibedakan sebagai uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2). Uang beredar dalam arti sempit terdiri atas uang kartal dan uang giral (C) sedangkan uang beredar dalam arti luas adalah uang beredar dalam arti uang sempit ditambah dengan simpanan (D), di Indonesia terdiri dari tabungan 49 dan deposito, Dalam penelitian ini di pergunakan uang beredar dalam arti luas, sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut : M S = C + D ...........................................................................................(3.7) Uang beredar juga dikaitkan dengan uang primer melalui money multiplier (mm), sebagai berikut : M S = mm M 0 .........................................................................................(3.8) Sehingga perubahan jumlah uang beredar yang merupakan pencerminan adanya perubahan didalam money multiplier dan uang primer, dapat dinyatakan sebagai : ∆M S = M 0 ∆ mm + mm∆M 0 ..................................................................(3.9) ∆M S = M 0 ∆mm + mm[ E (CA) + E ( KA) + ∆NDC ] .............................(3.10) Sedangkan yang dimaksud dengan permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta ( Md = Money Demand) oleh masyarakat untuk dipegang pada suatu waktu dan keadaan tertentu. Permintaan uang agregat dapat dirumuskan sebagai berikut : M d = P * L (i, Y ) ..................................................................................(3.11) Persamaan (3.11) me nyatakan tingkat uang agregat dalam perekonomian ditentukan oleh tingkat harga, suku bunga dan pendapatan nasional rill. Kondisi keseimbangan dalam pasar uang terjadi apabila panawaran uang sama dengan permintaan uang, sehingga implikasi dari asumsi (i) dapat dinyatakan sebagai berikut : M S = M d = P * L (i, Y ) ........................................................................(3.12) Apabila kedua sisi persamaan (3.12) dibagi dengan tingkat harga, maka keseimbangan pasar uang dalam bentuk persamaan permintaan uang riil agregat, sebagai berikut : 50 MS Md = = L (i Y ) .............................................................................(3.13) P P Terlepas dari tingkat harga (P) yang berlaku dan tingkat output (Y) yang ada, pasar senantiasa bergerak menuju suku bunga (i) dimana penawaran uang riil sama dengan permintaan uang riil. Jika pada awalnya terjadi kelebihan penawaran uang, maka suku bunga segera menurun, sedangkan bila pada awalnya terdapat kelebihan permintaan uang, suku bunga akan meningkat. Namun pasar uang selalu bergerak menuju suatu keseimbangan, dimana tingkat harga (P), suku bunga (i) dan tingkat output (Y) berubah-ubah, sehingga persamaan keseimbangan pasar uang (3.13) dapat dituliskan kembali menjadi: P= MS ...........................................................................................(3.14) L (i, Y ) Persamaan (3.14) merupakan persamaan keseimbangan tingkat harga jangka panjang menunjukkan tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar, suku bunga dan tingkat output riil, bila pasar uang berada kondisi keseimbangan dan semua faktor produksi terdaya gunakan secara penuh, maka tingkat harga akan tetap bertahan apabila penawaran uang, permintaan uang agregat dan nilai jangka panjang suku bunga dan tingkat output tetap. Bila semua kondisi lainya tetap, kenaikan tingkat peawaran uang akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga secara proposional. Sedangkan asumsi (ii) dan (iii) mengandung implikasi bahwa penurunan daya beli mata uang domestik, yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik akan diikuti oleh depresiasi mata uangnya secara proposional dalam pasar valuta asing. Begitu juga sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang 51 domestik akan disusul adanya apresiasi mata uangnya secara proposional. Purchasing Power Parity memprediksi kurs rupiah/dollar adalah S Rp / $ = PIN PUS ......................................................................................(3.15) Berdasarkan persamaan (3.14) tersebut, maka tingkat harga di Indonesia dan di Amerika Serikat dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : PIN = M INS .................................................................................(3.16) L (iIN ,YIN ) P$ = M $S ………………........................…………………………(3.17) L(i$ , Y$ ) Dengan mensubtitusi persamaan (3.16) dan (3.17) kedalam persamaan (3.15) maka diperoleh persamaan nilai tukar sebagai berikut : S Rp / $ = $ M IN L(iUS , YUS ) .......................................................................(3.18) S M US L(iIN , YIN ) Persamaan (3.18) menunjukkan nilai tukar ditentukan oleh penawaran – penawaran relatif mata uang rupiah terhadap dolar serta permintaan- permintaan uang riil relatif dollar terhadap rupiah. Terakhir asumsi (iv) menyatakan pasar valuta asing berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua simpanan dalam berbagai valuta asing menawarkan imbalan yang sama secara matematis teori dapat dinyatakan sebagai berikut : e S Rp / $ − S Rp / $ S Rp / $ = iIN − iUS ........................................................................(3.19) Atau iIN = iUS + e S Rp / $ − S Rp / $ S Rp / $ = iUS + ∆ e .......................................................(3.20) dimana ?e = ekspektasi depresiasi nilai tukar 52 Selanjutnya dengan mensubtitusi persamaan (3.20) kedalam persamaan (3.16) maka diperoleh persamaan keseimbangan pasar uang di Indonesia sebagai berikut: M INS PIN = ...........................................................................(3.21) L (iUS + ∆e, YIN ) Berdasarkan hubungan – hubungan antara variabel-variabel pada persamaan diatas maka hubungan antara nilai Suku bunga Dunia (SBW), Industrial Production Index (IPI), Harga (CPI), Nilai tukar Rupiah (ER) uang beredar (M2,) suku bunga (SBI), dinyatakan dalam bagan sebagai berikut : Instrumen Kebijakan Moneter P=Ms/L(iY) MV=PY Suku bunga SBI SBW Ms=M*M0 Uang Beredar (M2) Capital Flow UIP Nilai Tukar (ER) PPP Tingkat Harga Domestik (CPI) Keterangan : SBW: Sukubunga Dunia UIP : Uncover Interest Parity IPI : Industrial Production Index PPP : Purchasing Power Parity = Faktor Eksternal = Faktor Internal = Variabel yang tidak dianalisis Gambar 5: Skema Kerangka Pemikiran IPI 53 3.3. Hipotesis Penelitian Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Hipotesis pengaruh Industrial Production Index meliputi Semakin tinggi Industrial Production Index dan harga – harga yang berlaku disuatu negara maka akan semakin besar pula jumlah uang beredar dinegara tersebut karena setiap individu dan perusahaan memerlukan lebih banyak uang untuk transaksi ( IPI M2 P ). 2. Hipotesis pengaruh shock tingkat harga yang meliputi : a. Kenaikan tingkat harga akan mengarahkan pada terjadinya depresiasi nilai tukar (Teori PPP : P ER) b. Kenaikan tingkat harga akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah uang beredar ( P M2), apabila money velocity dan tingkat output tertentu (quantity theory of money, MV=PY) dalam hal ini terdapat one to one corrrelation antara jumlah uang beredar dengan harga, sehingga teori kuantitas uang klasik ini merupakan teori inflasi. 3. Hipotesis pengaruh jumlah uang beredar yang meliputi. Ekspansi moneter melalui peningkatan jumlah uang beredar akan mengarahkan pada terjadinya pada kenaikan tingkat harga (teori money market equilibrium ( M2 CPI). 4. Hipotesis pengaruh shock nilai tukar meliputi : a. Depresiasi nilai tukar akan mendorong kenaikan tingkat harga ( ER P) . Kenaikan tingkat harga dapat terjadi secara langsung (direct pass throught effect) karena harga barang impor dan komoditi yang menggunakan bahan baku impor menjadi lebih mahal dan secara langsung masuk dalam perhitungan Consumer Price Index. Disamping itu, kenaikan 54 tingkat harga dapat juga terjadi secara tidak langsung (Indirect Pass throught) yaitu depresiasi nilai tukar mempengaruhi permintaan net export, pada akhirnya tingkat harga (inflasi). b. Depresiasi nilai tukar akan meningkatkan jumlah uang beredar, secara langsung ( ER M2). Peningkatan jumlah uang beredar terjadi karena simpanan dalam nominasi mata uang dollar juga termasuk dalam perhitungan jumlah uang beredar (M2), sehingga depresiasi nilai tukar secara otomatis akan meningkat nilai rupiah dari simpanan di maksud dan pada gilirannya akan meningkatkan jumlah uang beredar. Disamping itu, nilai tukar juga akan mempengaruhi jumlah uang beredar melalui perusahaan kepemilikan bank sentral atas foreign asset merupakan perubahan atas international reserve dan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar apabila terjadi depresiasi nilai tukar, maka international reserve dan net foreign asset akan meningkat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan uang primer dan secara otomatis akan meningkat jumlah uang beredar ( ER ?R NFA M0 ? MS). 5. Hipotesis pengaruh tingkat bunga meliputi : Ekspansi moneter melalui peningkatan jumlah uang beredar akan mengarahkan pada terjadinya depresiasi nilai tukar. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong turunya tingkat bunga dalam regim dibawah tingkat bunga luar negeri. Tingkat bunga dalam negeri yang lebih rendah akan mendorong terjadinya capital outflow, selanjutnya capital outflow pada gilirannya akan mengarahkan pada terjadiya depresiasi nilai tukar (teori IRP: M2 i ER). 55 Namun dalam penelitian ini uang beredar dianggap sebagai sasaran antara bagi otoritas moneter, dalam upayanya untuk mencapai dan memelihara kestabilan harga. Oleh karena itu, apabila terjadi kenaikan tingkat harga lebih lanjut, maka bank Indonesia dalam kerangka penerapan kebijakan inflation targetting dapat melakukan kontraksi moneter ( P M2). Uang beredar digunakan sebagai sasaran antara untuk mengontrol inflasi, bukan sebagai sasaran akhir. Disamping itu, uang beredar juga cukup flexible untuk bereaksi apabila terjadi perubahan tingkat harga.