11 Ujian Alkitabiah dari Keselamatan yang Sejati

advertisement
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
11 Ujian Alkitabiah dari Keselamatan yang
Sejati
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Jakarta. 2015
: Baptis Amanat Agung
Jbaa1689.com
Copyright 2004 by John MacArthur. All rights reserved. All Scripture quotations, unless
noted otherwise, are from the New American Standard Bible, © 1960, 1962, 1963, 1968,
1971, 1972, 1973, 1975, 1977, and 1995 by The Lockman Foundation, and are used by
permission. Adapted from Saved Without a Doubt, by John MacArthur (Victor Books, 1992).
1
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
11 Ujian Alkitabiah dari Keselamatan yang Sejati
Pada 1746, sekitar enam tahun setelah Kebangkitan Besar, ketika Jonathan Edwards menjadi
alat utama Tuhan dalam memberitakan Injil dan mengadakan kebangunan rohani terbesar di
sepanjang sejarah Amerika hingga kini, Edwards menulis A Treatise Concerning the
Religious Affections (Risalah Mengenai Kasih Imani). Risalah itu ditulis guna membahas
masalah yang juga kita hadapi hari ini, yakni bukti dari pertobatan yang sejati. Banyak orang
mendambakan berkat-berkat keselamatan, terutama jaminan hidup kekal, namun mereka
berhenti sampai di situ.
Dalam peristiwa Kebangunan Besar nan fenomenal itu, jumlah orang yang bertobat sungguh
mencengangkan. Namun, tak lama kemudian, didapati bahwa beberapa orang yang mengaku
bertobat sebenarnya tidak sungguh-sungguh bertobat. Meskipun pengalaman emosional yang
memuncak dan meluap-luapbanyak dijumpai, banyak orang yang hidupnya tidak
menunjukkan bukti yang mengesahkan klaim bahwa mereka mengenal dan mengasihi Yesus
Kristus. Akibatnya, Edwards menuai kritik yang menuduh bahwa Kebangunan Besar
hanyalah pembasuhan emosional akbar tanpa pertobatan sejati.
Jadi, demi membela pertobatan sejati dan menelanjangi pertobatan yang palsu, Jonathan
Edwards pun mengangkat penanya. Ia sampai pada kesimpulan sederhana ini. Bukti utama
pertobatan yang sejati adalah sesuatu yang disebutnya "kasih kudus", yakni kegairahan pada
perkara-perkara kudus serta kerinduan akan Tuhan dan kekudusan pribadi. Dengan cermat ia
membedakan antara karya penyelamatan dengan pekerjaan umum Roh Kudus. Karya
penyelamatan jelas menghasilkan keselamatan. Pekerjaan umum Roh Kudus, menurutnya,
"mungkin menenangkan, memikat, dan menyadarkan seseorang akan kesalahannya, bahkan
2
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
membawanya kepada sesuatu yang mirip dengan pertobatan dan iman, namun pengaruhnya
tidak bertahan lama seperti pembaharuan yang diadakan karya penyelamatan" (Iain H.
Murray, Jonathan Edwards: A New Biography [Carlisle, Pa.: The Banner of Truth Trust,
1987], h. 255).
Dari mana Anda tahu Roh Kudus telah mengadakan karya penyelamatan? Seperti halnya
bukti dasar kehidupan adalah adanya gerakan, Edwards menulis, demikian halnya bukti dasar
dari anugerah yang menyelamatkan adalah adanya perbuatan-perbuatan kudus (h. 266-63). Ia
berkata, keselamatan sejati selalu menghasilkan perubahan pekerti yang tak kunjung hilang
dalam diri petobat sejati. Oleh karena itu, jika kekudusan hidup tak dijumpai dalam suatu
pengakuan pertobatan, perlu dipahami bahwa individu ini bukanlah orang Kristen sejati.
Pada tahun ketika risalah Edwards diterbitkan, ajaran yang marak-maraknya saat itu
menegaskan bahwa, sebaliknya, satu-satunya bukti nyata keselamatan yang sejati adalah
perasaan yang lahir dari pengalaman—biasanya pengalaman pada momen pertobatan
tersebut. Ajaran ini memperkenalkan konsep lazim namun keliru bahwa kondisi rohani
seseorang sesungguhnya ditentukan oleh pengalaman masa lalu, bukan upayanya saat ini
dalam mengejar kekudusan. Edwards membantah gagasan itu mentah-mentah: "Jaminan
keselamatan tak pernah dinikmati di atas dasar pengalaman masa lalu. Kita memerlukan
karya Roh Kudus di masa kini dan terus-menerus ... [dalam] memberi jaminan" (h. 265). Ini
bukanlah debat teologis eksoterik: hakikat jaminan kita sedang dipertaruhkan.
Tentu saja, beberapa penulis Perjanjian Baru menaruh perhatian khusus pada perkara
keselamatan sejati ini, begitu pun Tuhan Yesus sendiri. Rasul Yohanes mengkhususkan surat
pertamanya untuk membahas topik ini dan menerangkan alasannya di akhir surat: "Semuanya
itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hidup yang kekal" (1 Yohanes 5:13). Di sepanjang surat ini akan Anda
temui serangkaian tes untuk menguji apakah Anda memiliki hidup yang kekal atau tidak. Jika
3
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Anda tidak lolos tes, Anda tahu di mana posisi Anda dan apa yang perlu dilakukan. Jika ya,
kini Anda punya alasan untuk mensyukuri keselamatan kekal Anda dengan jaminan yang tak
tergoyahkan.
1. Apakah Anda Menikmati Persekutuan dengan Allah Bapa dan Anak dan Roh
Kudus?
Ini elemen penting dalam keselamatan sejati sekaligus ujian pertama yang dibeberkan
Yohanes. Mari kita melihat pasal 1, yang dimulai dengan: “Hidup itu telah dinyatakan, dan
kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang
hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga,
supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah
persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus" (ayat 2-3). Jelas, Yohanes
tidak sekadar menyinggung hubungannya dengan Yesus saat Ia masih di dunia karena dirinya
tak pernah mengalami persekutuan secara fisik dengan Allah Bapa. Yang Yohanes maksud
ialah ia, saat surat itu ditulis, menikmati persekutuan dengan Allah yang hidup dan Kristus
yang hidup.
Mungkin Anda tergoda untuk berpikir, Yah, saya turut senang untuk Yohanes, tapi tidak
semua orang punya pengalaman yang sama dengannya. Dalam 1 Yohanes 5:1, ia berkata,
"Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang
yang mengasihi Yesus Kristus, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya." (penekanan
ditambahkan). Inilah karakteristik dari orang percaya yang mengasihi Allah dan Kristus.
Inilah tanda kasih kudus yang Jonathan Edwards perbincangkan. Hubungan dengan Tuhan
adalah dasar keselamatan. Itulah yang menjadi panggilan kita sebagai orang yang sudah
percaya. "Allah itu setia," kata Paulus, "yang oleh-Nya kamu dipanggil ke dalam persekutuan
dengan Anak-Nya, Kristus Yesus, Tuhan kita" (1 Korintus 1:9).
4
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Paulus secara pribadi menjelaskan arti dari persekutuan itu baginya: "Aku telah disalibkan
dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging,
adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku" (Galatia 2:20). Ada sesuatu yang sangat berbau pengalaman dalam kebenaran
itu—ini bukan sekadar fakta yang dingin bahwa kita, sebagai orang percaya, punya
kehidupan ilahi yang berdiam di dalam kita; ada pengalaman yang bisa dinikmati saat kita
mengenal Tuhan secara intim.
Yesus Kristus menyiratkan ini pula saat Ia berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10: 10). Seandainya yang
Kristus Yesus katakan hanya, "Aku datang supaya kamu mempunyai hidup," kita bisa
menyimpulkan bahwa Ia sekadar bicara tentang anugerah hidup kekal. Dengan
menambahkan bahwa kita dapat mengalami hidup yang berkelimpahan, Tuhan Yesus tengah
bergeser masuk ke dalam dimensi pengalaman. Kehidupan kristiani adalah kehidupan yang
kaya. Kita ditetapkan untuk mengalami sukacita, damai sejahtera, kasih, dan tujuan. Ketika
orang yang akan dibaptis bersaksi tentang kedatangannya kepada Kristus, Anda tak akan
mendengar ia berkata, "Faktanya, teman-teman, saya diselamatkan, dan saya berdiri di sini
untuk mengumumkan itu." Orang itu pasti akan menceritakan apa yang dirasakannya—
perasaan diampuni dan kesadaran akan tujuan hidup yang meliputi hatinya.
Seperti inilah hidup berkelimpahan yang Alkitab gambarkan dalam konteks persekutuan kita
dengan Tuhan. "Allah sumber segala penghiburan" (2 Korintus 1:3); "Allah, sumber segala
kasih karunia" (1 Petrus 5:10); Allah yang memenuhi segala keperluan kita menurut
kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19); Allah yang menuntun kita
untuk berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan
nyanyian rohani, serta dengan segenap hati bernyanyi dan bersorak bagi Dia (Efesus 5:19);
5
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Allah yang kepada-Nya kita berseru “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15 ) seperti anak kecil
pada ayah yang kita kagumi dan kasihi; Tuhan yang kepada-Nya kita mendekat dan
mendapat pertolongan tepat pada waktunya (Ibrani 4:16 )—Tuhan saja memperkaya kita
dengan luar biasa. Persekutuan kita dengan-Nya adalah kehidupan berkelimpahan yang kita
alami.
Sudahkah Anda mengalami persekutuan dengan Allah dan Kristus? Sudahkah Anda
merasakan kehadiran Allah Tritunggal? Apakah Anda mengasihi Allah dan rindu
menghampiri hadirat-Nya? Sudahkah Anda mengalami persekutuan yang manis dalam doa-sukacita yang membahagiakan karena Anda bisa bercakap-cakap dengan Allah yang hidup?
Sudahkah Anda merasakan kasih karunia yang menyegarkan dan berlimpah-limpah saat
Anda menemukan kebenaran baru di dalam firman-Nya? Jika ya, maka Anda telah
mengalami keselamatan.
2. Pekakah Anda terhadap Dosa?
Mari kita kembali ke pasal 1 dari surat pertama Yohanes dan merenungi pernyataan pada ayat
5 ini: "Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada
kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan." Yohanes
berkata bahwa berita yang Tuhan kirimkan kepada kita adalah mengenai Dirinya sendiri,
khususnya bahwa Ia sama sekali tidak berdosa. Teks Yunani secara harfiah berkata bahwa
tidak ada setitik pun kegelapan di dalam Dia. Karena itu, "Jika kita katakan, bahwa kita
beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita
tidak melakukan kebenaran" (ayat 6).
Terang dan kegelapan tak bisa hadir di waktu bersamaan. Yang satunya menyingkirkan yang
lainnya. Yohanes lalu mengembangkan gagasannya: "Tetapi jika kita hidup di dalam terang
sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang
6
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita
berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada
di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata,
bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya
tidak ada di dalam kita" (ayat 7-10).
Sebagian orang membuat klaim-klaim menakjubkan yang jelas keliru. Mereka mengaku
memiliki persekutuan dengan Tuhan—menjadi orang Kristen (ayat 6), tidak berdosa (ayat 8),
dan bahkan tak pernah berbuat dosa (ayat 10). Mereka pikir mereka sedang berjalan di dalam
terang, padahal mereka sesungguhnya hanya berjalan di dalam gelap. Justru orang tidak
percaya-lah yang buta terhadap dosa-dosa dalam hidup mereka. Individu-individu yang
disebutkan dalam ayat 8 tidak mencemaskan dosa karena mereka pikir mereka sudah sampai
pada keadaan di mana mereka tidak berdosa lagi. Namun mereka sesungguhnya menipu diri
sendiri. Orang-orang yang disebutkan dalam ayat 10 tidak pernah mengakui atau menyadari
dosa mereka. Dengan sikap itu, mereka sesungguhnya mencemarkan nama Tuhan karena
Tuhan berkata "semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma
3:32, penekanan ditambahkan). Karena orang yang tidak percaya sangat tidak peka terhadap
realitas keadaan mereka, keberdosaan manusia ialah titik anjak yang tepat dalam
membagikan Injil.
Orang percaya, di sisi lain, "hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang"
(ayat 7). Kita berjalan di jalan yang benar, dan selain itu, "kita mengaku dosa kita" (ayat 9).
Orang percaya yang sejati dapat memiliki pengertian yang benar tentang dosa. Mereka tahu
jika mereka ingin bersekutu dengan Tuhan, mereka harus kudus. Ketika dosa terjadi dalam
hidup mereka, mereka tahu dosa itu harus diakui di hadapan Tuhan.
7
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Yohanes membawa ajaran ini selangkah lebih jauh dalam pasal selanjutnya. "Anak-anakku,"
ia menjelaskan, "hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa,
namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu
Yesus Kristus, yang adil" (ayat 1). Orang percaya sejati menyadari bahwa mereka tidak perlu
berbuat dosa. Namun saat dosa itu terjadi juga, mereka tahu siapa yang bisa mereka
datangi—Yesus Kristus, pengantara orang percaya. Karya perantaraan Kristus merupakan
salah satu dari tiga penjamin keselamatan kita. Inilah kenyataan yang membesarkan hati
untuk diingat saat kita bergumul dengan dosa-dosa kita.
Orang yang sungguh diselamatkan peka terhadap hidupnya yang bergelimang dosa. Itulah
teladan yang Paulus wariskan untuk kita saat ia menceritakan kesadarannya yang menguat
akan apa yang dilakukan dosa dalam hidupnya (Roma 7:14-25). Pikirkan bagaimana itu bisa
diterapkan dalam hidup Anda. Apakah Anda sangat menyadari peperangan rohani yang
berkecamuk dalam batin Anda? Apakah Anda menyadari bahwa demi memiliki persekutuan
dengan Tuhan, Anda harus hidup kudus—bahwa Anda tak bisa berjalan dalam kegelapan dan
mengaku punya persekutuan dengan-Nya? Bersediakah Anda mengakui dan meninggalkan
dosa dalam hidup Anda begitu Anda mulai menyadari keberadaannya? Apakah Anda
menyadari bahwa Anda bisa memilih untuk tidak berdosa—bahwa Anda berperang di medan
yang pasti bisa Anda menangkan? Namun saat Anda gagal, apakah Anda menghampiri
Perantara ilahi Anda? Apakah kadang Anda meratap bersama-sama dengan Paulus, "Aku,
manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Roma 7:24)
karena saking putus asanya Anda dengan beban dosa dalam kedagingan Anda? Jika
demikian, Anda jelas orang Kristen. Dan karena keselamatan Anda telah dijamin, syukurilah
itu dan yakinlah bahwa Anda terjamin penuh.
8
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
3. Apakah Anda Menaati Firman Tuhan?
1 Yohanes 2:3mengatakan dengan sangat jelas: "Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal
Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya." Jika Anda ingin tahu apakah Anda
orang Kristen sejati, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda mematuhi perintah Alkitab.
Dengan cara itulah Yesus menggambarkan murid sejati saat menyampaikan Amanat AgungNya untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Matius 28:20).
Ketaatan pada perintah Tuhan melahirkan kepastian—keyakinan yang berasal dari
pengetahuan "bahwa kita telah mengenal Dia." Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi
"menuruti" dalam ayat 3 bicara tentang ketaatan yang waspada, cermat, dan bijaksana. Yang
tercakup bukan hanya tindakan ketaatan, melainkan juga roh ketaatan—memelihara Firman
Tuhan dengan rela setiap hari, bukan hanya dalam kata-kata melainkan juga dalam roh. Itu
didukung oleh kata yang diterjemahkan menjadi "perintah" dan merujuk khusus pada ajaran
Kristus Yesus. Ketaatan pada hukum menuntut kesempurnaan atau hukuman, sedangkan1
Yohanes 2:3 merupakan panggilan untuk taat dengan ucapan syukur karena Kristus telah
membayar lunas hukuman tersebut.
Ayat 4 menghadirkan perbandingan logika: "Barangsiapa berkata: 'Aku mengenal Dia, tetapi
ia tidak menuruti perintah-Nya', ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada
kebenaran." Orang itu membuat klaim yang keliru. "Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya,
di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah" (ayat 5). Bagaimana Anda bisa tahu
bahwa Anda orang Kristen yang sejati? Bukan berdasarkan perasaan, melainkan ketaatan.
Jika kerinduan Anda untuk menaati Firman Tuhan lahir dari rasa syukur pada karya Kristus
dalam hidup Anda, dan bila Anda tahu bahwa kerinduan itu menghasilkan pola ketaatan yang
menyeluruh, Anda telah lulus ujian penting yang menandai hadirnya iman yang
menyelamatkan.
9
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
4. Apakah Anda Menolak Dunia yang Jahat Ini?
Kini sampailah kita di ujian keempat Yohanes yang menandai kualitas orang Kristen sejati:
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi
dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu" (1Yohanes 2:15). Kasih di sini
bicara tentang hasrat terdalam kita, perasaan dan tujuan yang paling menggugah hati kita.
Orang Kristen tak akan merasa demikian terhadap apa pun di dunia ini karena mereka tahu
hingga Kristus datang kembali, dunia ini dikuasai oleh musuh-Nya. Yohanes berkata, "Kita
tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1
Yohanes 5:19). Iblis, untuk sekarang, adalah "ilah zaman ini" (2 Korintus 4:4).
Si jahat telah merancang sistem yang disebut Alkitab "dunia ini". Dalam bahasa Yunani-nya
(kosmos), yang dimaksud ialah sistem yang mencakup agama palsu, filsafat yang keliru,
kejahatan, kebejatan moral, materialisme, dan sebagainya. Ketika Anda menjadi orang
Kristen, hal-hal semacam itu semestinya menjadi musuh Anda, bukan malah menarik Anda.
Kadang Anda mungkin terpikat oleh iming-iming duniawi, tapi bukan itu yang Anda kasihi;
Anda membencinya. Itulah yang Paulus rasakan saat ia jatuh ke dalam dosa (Roma 7:15).
Meskipun kita didera rasa frustrasi dari waktu ke waktu, kita selaku orang percaya dapat
bersyukur karena kita membenci dosa, bukan mengasihinya. Itu karena kehidupan baru kita
di dalam Kristus menanamkan kasih pada Tuhan dan perkara-perkara ilahi dalam diri kita.
"Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang
lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya" (1 Yohanes 2:16-17).Dunia dan keinginan kedagingannya sekadar
kenyataan sementara. Orang percaya, sebaliknya, dikaruniai hidup yang kekal dan akan hidup
selamanya.
10
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Tuhan Yesus berkata barang siapa yang mengikut Dia bukanlah berasal dari dunia ini sama
seperti Dia bukan berasal dari dunia ini. Kita masih hidup di dalamnya untuk mengerjakan
kehendak Allah seumur hidup kita, tapi kita bukan berasal dari dunia. Itulah sebabnya Yesus
berdoa secara khusus pada Allah Bapa untuk melindungi kita dari yang jahat (Yohanes
17:14-16). Kita rentan terjerat ke dalam sistem dunia yang jahat ini, namun kasih kita hanya
kepada Tuhan. Kasih itulah yang akan menarik kita keluar dan mengarahkan kembali fokus
kita kepada prioritas-prioritas kerajaan Allah.
Apakah Anda menolak dunia? Apakah Anda menolak agama-agamanya yang palsu,
ideologinya yang mengutuk, kehidupan tanpa Tuhan, dan pengejarannya yang sia-sia? Alihalih, apakah Anda mengasihi Tuhan, kebenaran-Nya, kerajaan-Nya, dan semua hal yang Ia
kasihi? Itu bukan sesuatu yang alamiah muncul dalam diri manusia karena kita cenderung
mengasihi kegelapan, bukan terang, demi menyembunyikan perbuatan-perbuatan jahat
(Yohanes 3:19-20). Iblislah yang menjadi bapa orang yang tidak percaya, dan mereka ingin
melakukan keinginan-keinginan bapa mereka (Yohanes 8:44). Jika Anda menolak dunia dan
keinginan-keinginan yang berasal dari si jahat, itulah tanda dari kehidupan yang baru di
dalam Kristus. Dan kehidupan yang baru itu berlangsung selamanya.
5. Apakah Anda Menanti-nantikan Kedatangan Tuhan Yesus Kembali dengan Sepenuh
Hati?
Lebih jauh di dalam 1 Yohanes, kita menemukan ujian kelima dari keselamatan: "Saudarasaudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa
keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita
akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang
sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama
seperti Dia yang adalah suci" (3:2-3). Jika Anda orang Kristen sejati, Anda akan memiliki
11
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
harapan di dalam hati, dan harapan Anda akan berpusat pada kedatangan Yesus yang kedua
kali. Harapan itu akan menyucikan hidup Anda.
Apakah kasih Anda pada Kristus sedemikian besar sehingga Anda dengan antusias menantinanti untuk melihat-Nya secara langsung saat Ia datang kembali dan disempurnakan seperti
Dia? Alkitab memberitahu kita bahwa itulah harapan yang membahagiakan dan sukacita
tertinggi orang Kristen. Roma 8 menyatakan bahwa segenap makhluk ciptaan dengan sangat
rindu menantikan saat-saat anak-anak Allah dinyatakan. 1 Yohanes 3berkata bahwa di
dalamnya tercakup tiga hal: Kristus muncul, kita melihat-Nya, dan kita dalam sekejap diubah
menjadi serupa dengan Dia.
"Kewargaan kita adalah di dalam sorga," kata Paulus, "dan dari situ juga kita menantikan
Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat; yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini,
sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan
segala sesuatu kepada diri-Nya" (Filipi 3:20-21). Apakah Anda menanti-nantikan itu?
Apakah Anda memandang hina dosa dalam kedagingan Anda dan rindu menjadi serupa
dengan Kristus? Dapatkah Anda merasakan sukacita yang terkandung di dalam perkataan
Paulus, "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan
memakai rupa dari yang sorgawi"? (1 Korintus 15:49)
Harapan semacam itu memiliki kekuatan etis, karena Yohanes berkata harapan itu
menyucikan orang yang memilikinya. Paulus menyiratkan hal yang sama kepada Titus:
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik
kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita
hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:11-13). Pengharapan ini bijak dan
menuntun pada kehidupan yang bijak. Ini bukanlah jenis penantian di mana kita melepaskan
12
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
semua tanggung jawab kita di dunia. Terlalu mementingkan surga hingga tidak hidup baik
secara fisik sesungguhnya kontradiktif. Harapan untuk menjadi serupa dengan Kristus akan
memikat Anda untuk bersikap makin menyerupai Kristus dalam menjangkau sesama dan
memenuhi kehendak Tuhan.
Jika Anda merindukan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, itulah bukti
keselamatan. Ini pertanda dari natur yang baru di dalam diri Anda, yang rindu dibebaskan
dari tubuh berdosa dengan menjadi serupa dengan kesempurnaan Kristus. Jika Anda
merasakan kerinduan dan kasih kudus itu, Anda lulus salah satu ujian penting yang menandai
realitas keselamatan kekal Anda.
6. Apakah Kebiasaan Berdosa dalam Hidup Anda Berkurang?
Perwujudan lain dari kasih kudus adalah berkurangnya kebiasaan berdosa. 1 Yohanes 3:4-10
membeberkan ujian keenam:
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran
hukum Allah. Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus
segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap orang yang tetap berada di
dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan
tidak mengenal Dia. Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu.
Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya.
Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatanperbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih
ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah
tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran,
tidak berasal dari Allah.
13
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Kebiasaan dosa yang tidak dipatahkan adalah karakteristik dari orang yang belum lahir baru.
Meskipun seseorang mengklaim diri orang Kristen, jika ia terus berbuat dosa, itu hanyalah
klaim semata dan bukan kenyataan. Ketika Anda menjadi orang Kristen, kebiasaan dosa
terpatahkan dan kebiasaan yang baru pun muncul. Kasih kudus mengambil alih. Apakah itu
berarti hidup Anda terbebas dari dosa? Tidak, karena manusia daging Anda, yang belum
ditebus, masih di melekat pada diri Anda. Namun semakin Anda mengejar kasih rohani ini,
Anda akan semakin jarang berbuat dosa.
Cara hidup yang berdosa tidak sejalan dengan keselamatan yang diberikan Kristus. Itu karena
mengalami keselamatan berarti diselamatkan dari sesuatu, dan sesuatu itu ialah dosa. Jika kita
masih terus berkanjang dalam dosa setelah diselamatkan darinya, itu berarti keselamatan
tersebut tidak efektif. Oleh karena itu, Yohanes kemudian membahas karya Kristus untuk
menunjukkan alangkah efektif karya keselamatan-Nya.
Ia mulai dengan mencatat bahwa ada orang-orang yang berbuat dosa dan melanggar hukum
Allah (ayat 4). Lalu Kristus “menyatakan diri-Nya supaya menghapus semua dosa” (ayat 5).
Orang yang mengaku mengalami karya Kristus tetapi terus berkanjang dalam dosa yang sama
sesungguhnya menyangkali tujuan kedatangan Kristus, yaitu menghapus segala dosa. Tetap
berbuat dosa tidak konsisten dengan karya Kristus di kayu salib. Apabila orang yang sudah
diselamatkan boleh terus berbuat dosa, itu artinya kematian Kristus—meski ampuh untuk
memperoleh hidup kekal—justru tidak berguna. Singkirkan jauh-jauh pemikiran itu! Kristus
telah mati untuk tujuan yang sangat mulia, yaitu menghapuskan hukuman atas dosa, bukan
kebiasaanberdosa dalam hidup orang percaya.
Yohanes lalu mengangkat tentang karya Kristus melalui persekutuan orang percaya
dengannya: “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi”
(ayat 6). Itu berarti orang Kristen sejati tak pernah bisa berbuat dosa karena Yohanes berkata,
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran
14
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
tidak ada di dalam kita" (1:8). Namun, dua ayat selanjutnya dalam pasal 3 menjelaskan,
“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita
beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan
kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri
kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (ayat 7-8). Surat pertama Yohanes
konsisten dengan peringatan terhadap kebiasaanberdosa.
Izinkan saya memperjelas sesuatu di sini. Saya kerap menerima surat dari orang Kristen yang
bersedih dan meragukan keselamatan mereka karena mereka seolah-olah tak bisa
mematahkan kebiasaan yang berdosa atau tidak bijak. Mereka sering menyinggung tentang
merokok, bereaksi berlebihan, dan masturbasi. Mereka takut pergumulan mereka dengan halhal semacam itu mengunci mereka dalam kebiasaan dosa. Namun Yohanes tidak sedang
berkata bahwa seringnya suatu dosa tertentu hadir dalam hidup seseorang menandakan bahwa
orang itu terhilang. Malah, ia memperjelas maknanya dengan berkata bahwa orang percaya
yang sejati tidak berbuat dosa lagi (1 Yohanes 3:6). Istilah Yunani yang digunakan di sana
(anomia) secara harfiah berarti hidup seolah-olah hukum Allah itu tidak ada. Seseorang yang
menolak otoritas Tuhan tidak memedulikan pendapat Allah atas kebiasaan-kebiasaannya, dan
ia jelas bukan orang Kristen.
Akan tetapi, orang Kristen punya relasi yang sangat berbeda dengan Tuhan. Ia bukan lagi
hamba dosa, melainkan telah mempersembahkan dirinya sebagai pelayan Allah (Roma 6:14,
17-18). Orang Kristen sejati masih bisa berbuat dosa, dan mungkin kadang jatuh
melakukannya. Namun terkadang jatuh berbuat dosa tidak sama dengan terbiasa berbuat
dosa. Dalam 1 Yohanes, kita melihat bahwa orang percaya sejati bisa saja melakukan yang
pertama, tapi mustahil melakukan yang kedua.
Mengapa mustahil? Karena orang percaya yang sejati “tetap berada di dalam Dia” (1
Yohanes 3:6). Kematian Kristus tidak hanya menghapus dosa kita. Karena Ia terus hidup di
15
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
dalam kita, pola dosa itu pun terpatahkan. Kita bukan lagi pendosa abadi dalam pikiran,
perkataan, dan tingkah laku kita—seperti keadaan kita sebelum diselamatkan. Kini kita punya
pilihan untuk berbuat baik. Jika kita mendapati diri kita berbuat dosa, berkebalikan dengan
kebaikan yang kita dambakan di dalam hati, kita mirip dengan Paulus dalam Roma 7—dan ia
tokoh Alkitab yang luar biasa! Namun, karena kita tetap berada di dalam Kristus, pergumulan
kita akan berkurang seiring berlalunya waktu. Kita akan senantiasa peka terhadap dosa,
karena seperti yang telah dibahas, itulah salah satu ujian iman yang menyelamatkan versi
Yohanes. Namun, dosa bukan lagi kebiasaan yang mengurat akar dalam hidup kita. Kristus
bersekutu dengan kita demi menyediakan kebiasaan baru dalam hidup kita—kebiasaan
yangbenar.
Akan tetapi, kebiasaan dosa menandai persekutuan dengan iblis: “Barangsiapa yang tetap
berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak
Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu”
(ayat 8). Iblis adalah pendosa. Setiap orang yang berasal dari Iblis adalah pendosa. Kristus
datang untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis dengan menyelamatkan orang yang
terikat pada dosa. Itu berarti, orang yang benar-benar diselamatkan tak akan terus berada
dalam keadaan semula. Kebiasaan dosa yang berulang menandakan bahwa penyelamatan itu
tak pernah terjadi. Jika orang itu mengklaim sebaliknya, ia mencemarkan nama Kristus
dengan menyiratkan bahwa kematian-Nya gagal memenuhi misi ilahi, yakni membinasakan
pekerjaan-pekerjaan iblis dengan menyelamatkan manusia dari dosa.
Selain itu, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahitetap
ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tanda yang
menyertai anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran,
tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya" (ayat
9-10). Orang percaya telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Benih yang ia tanamkan ialah
16
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
natur, prinsip hidup, dan watak yang baru. Sama seperti benih yang ditanam di tanah
melahirkan kehidupan yang jelas berbeda, benih ilahi menghasilkan kehidupan yang benar
dalam diri kita dan mampu mematahkan pola dosa. Dan jangan khawatir: benih itu tak dapat
mati, karena Firman Tuhan berkata benih itu tak dapat dibinasakan (1 Petrus 1:23). Orang
percaya, yang terlahir dari Roh Kudus, tak dapat terus-menerus berbuat dosa.
Yohanes baru saja membeberkan empat sudut pandang dalam menganalisis dosa dalam hidup
kita: karya Kristus yang tergenapi dalam kematian-Nya, kehadiran-Nya senantiasa dalam diri
orang percaya, pembinasaan pekerjaan-pekerjaan Iblis yang dilakukannya, dan karya Roh
Kudus yang melahirbarukan kita. Dari mana pun Anda melihatnya, kebiasaan dosa kita telah
dipatahkan. Apa artinya itu bagi Anda secara pribadi? Jika Anda melihat kebiasaan dosa yang
berkurang dalam hidup Anda, itu merupakan bukti dari kasih kudus. Perbedaan antara anakanak Allah dan anak-anak Iblis sangat jelas, seperti yang dikatakan oleh Yohanes. Jika Anda
menerapkan kebenaran, Anda bukan berasal dari Tuhan. Jika tidak, Anda bukan berasal dari
Tuhan. Simpel dan sederhana. Jika Anda melihat kemenangan atas dosa dalam hidup Anda,
jika Anda melihat motivasi yang benar, keinginan yang benar, kata-kata yang benar,
perbuatan yang benar, dan bila hidup Anda tidak seperti yang semestinya namun berbeda
dengan hidup Anda yang lama, maka Anda telah dikaruniai hidup yang kekal. Nikmati dan
syukurilah itu.
7. Apakah Anda Mengasihi Sesama Orang Kristen?
Dalam 1 Yohanes 3:10, Yohanes menyebutkan dua fakta yang jelas. Yang satu, seperti yang
baru saja kita saksikan, adalah bahwa “setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak
berasal dari Allah.” Fakta lainnya adalah bahwa “demikian juga barangsiapa yang tidak
mengasihi saudaranya.” Untuk menegaskan poin itu, mari kita kembali ke bagian kunci yang
kita lewatkan dalam kajian bertahap surat Yohanes ini: "Barangsiapa berkata, bahwa ia
17
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai
sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam
dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam
kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu
telah membutakan matanya” (2:9-11).
Mengaku bahwa Anda ada di dalam terang—atau Anda telah melihat terang—sama dengan
mengaku diri sebagai orang Kristen. Jika demikian, hidup Anda tentu akan menunjukkan
beberapa pola hidup Kristus. Mengasihi sesama orang Kristen adalah satu pola yang paling
mendasar. Bersekutu dengan Kristus berarti mengalami dan menyatakan kasih. Jika Anda
mengaku diri orang Kristen tapi tidak mengasihi sesama orang Kristen, klaim Anda palsu.
Anda sesungguhnya berjalan di dalam gelap, bukan di dalam terang.
Kasih terhadap sesama orang Kristen adalah sesuatu yang timbul secara alamiah dalam diri
orang percaya. Seperti yang Paulus katakan kepada jemaat Tesalonika, “Tentang kasih
persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih
mengasihi dari Allah" (1 Tesalonika 4:9). Kendati demikian, ia lalu mendorong mereka
supaya “lebih bersungguh-sungguh” dalam mengasihi satu sama lain (ayat 10). Sebagai orang
percaya, kita belum mengasihi seutuh yang semestinya, namun kita telah mengasihi. Dan kita
tidak perlu diajari tentang kasih karena itu sesuatu yang instingtif, mutlak, dan melekat pada
natur baru kita. Seperti yang kita pelajari dalam Roma 5:5, “Kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita.”
Yesus Kristus beranjak lebih jauh dengan mengatakan, “Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes
13:35). Inilah yang mendasari kehidupan kristiani kita dan memungkinkan kita untuk
“mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas” seperti yang diungkapkan oleh Petrus(1
18
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Petrus 1:22). Dan kasih ini lebih dari perasaan semata. Kasih ini mencakup tanggung jawab,
pengorbanan dalam melayani, dan perhatian yang peka.
Di sinilah ujiannya tiba: Apakah Anda mengasihi orang percaya lainnya? Jika Anda mengaku
menjadi orang Kristen namun di hati Anda tidak ada kasih bagi saudara seiman di gereja atau
Anda tidak pernah memenuhi kebutuhan mereka, maka inilah yang dikatakan rasul Yohanes
kepada Anda: Anda tetap di dalam gelap meskipun Anda mengaku berada di dalam terang.
Kasih adalah ujian kehidupan ilahi. Kasih menandakan Anda telah melintas dari gelap ke
dalam terang. Beginilah cara 1 Yohanes 3:14-15 mengatakannya: "Kita tahu, bahwa kita
sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci
saudaranya, adalah seorang pembunuhmanusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”
Apakah Anda sungguh-sungguh peduli pada orang percaya lainnya atau apakah Anda
bersikap dingin, acuh, dan tidak perhatian? Apakah Anda rindu untuk mengetahui dan
memenuhi kebutuhan mereka? Orang yang tidak peduli sesungguhnya mati secara rohani,
dan itu ditandai oleh kebencian yang berlarut-larut. Di tengah zaman yang serba canggih, ini
terwujud dalam permusuhan sengit dan gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri. Orang
yang terus-terusan berfokus pada dirinya dan cuek dengan kondisi orang lain memiliki iblis
sebagai bapanya, yang “adalah pembunuh manusia sejak semula" (Yohanes 8:44). Akan
tetapi, sebagai orang percaya, "demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah
menyerahkan nyawa-Nya untuk kita”, jelas berkebalikan dengan karakter iblis yang adalah
pembunuh. Oleh karena itu, “kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara
kita” (1 Yohanes 3:16).
Yohanes mengartikan kasih sebagai berkorban bagi sesama, bahkan hingga tahap rela mati
bagi mereka. Bagaimana respons Anda terhadap peluang-peluang di mana Anda perlu
19
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
mengorbankan waktu, uang, dan talenta Anda? Apakah Anda bahagia saat menjumpai orang
atau pelayanan yang membutuhkan dan Anda mampu menyumbangkan uang, waktu, doa,
komoditas, kemampuan, atau telinga yang simpatik kepada mereka?
Bagaimana dengan menikmati karunia persekutuan secara umum? Apakah Anda menantinantikan saat untuk bersekutu dengan sesama orang Kristen dan berbincang dengan mereka,
berbagi dan mendiskusikan perkara-perkara Tuhan bersama mereka, mendalami Firman serta
berdoa bersama mereka? Apa Anda rindu untuk membagikan sumber daya yang Tuhan
berikan kepada Anda dengan orang lain dalam kerajaan Allah? Itulah bukti kasih, seperti
yang kemudian dijelaskan oleh Yohanes: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan
melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anakanakku,marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran." (ayat 17-18).
Perhatikan hasil dari pendekatan kasih yang praktis ini: “Demikianlah kita ketahui, bahwa
kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan
Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh
kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah” (ayat 19-21).
Ketenangan Anda sebagai orang Kristen—bahwa iman Anda sejati—lahir dari kasih Anda.
Kata Yunani untuk “menenangkan” (peitho) berarti mendamaikan, menenteramkan, atau
meyakinkan. Anda bisa yakin di hadapan Allah bahwa Anda orang Kristen sejati bila Anda
melihat kasih dalam hidup Anda.
Nah, kasih Anda tentu tidak sempurna, namun kasih itu ada. Biarkan fakta itu mendukung
ketenangan Anda, karena Yohanes memperingatkan bahwa hati atau nurani Anda mungkin
berusaha mendakwa atau membuat Anda ragu. Kedagingan kita yang masih dikuasai dosa
20
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
mampu mengelabui pikiran kita. Iblis, sang pendakwa kita, tentu ingin mengeksploitasi
kecenderungan itu. Meski hati Anda mendakwa Anda, tetaplah tenang bila Anda melihat
kasih dalam hidup Anda. Mungkin Anda meragukan keselamatan Anda, namun Tuhan tak
pernah ragu karena Ia lebih besar daripada hati Anda dan mengetahui segala sesuatunya.
Mungkin Anda akan melalui keragu-raguan dan bergumul dengan ketenangan Anda.
Turutilah nasihat Yohanes dan kembalilah kepada kasih dalam hidup Anda: cermati apakah
Anda mengasihi orang Kristen lainnya, yang terbukti dari perbuatan baik dan pengorbanan.
Jika itu menjadi bagian hidup Anda, tenanglah dan tenteramlah—karena terlepas dari apa pun
yang dituduhkan oleh hati Anda, keselamatan Anda telah terjamin. Hati nurani yang terus
menghakimi dapat merenggut ketenangan Anda karena yang menjadi fokus adalah kesalahan
Anda. Namun Tuhan lebih besar dari hati nurani Anda; Ia melihat iman Anda kepada Kristus.
Rasul Petrus, setelah menyangkali Kristus tiga kali, merasa terhakimi dengan sedemikian
hebatnya. Secara pribadi, Yesus datang untuk menenangkan hatinya. Tiga kali berturut-turut
Ia bertanya dengan lembut mengenai kesetiaan Petrus. Dalam keputusasaannya, Petrus
berkata, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau"
(Yohanes 21:17). Kita juga dapat mengandalkan kasih yang Tuhan lihat dalam hati kita.
Memang tidak sempurna namun, lagi-lagi, kasih itu ada di sana. Dan kasih itu akan
menyatakan diri melalui perbuatan baik dan pengorbanan bagi orang lain. Yesus meminta
Petrus menyatakan kasihnya dengan memelihara gerejanya. Alamiah saja bagi orang Kristen
untuk “berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”
(Galatia 6:10). Kasih Anda kepada sesama orang Kristus merupakan tolok ukur dari iman
Kristendan dasar yang kukuh bagi ketenangan kita. Jangan biarkan hati kita menghakimi apa
yang tidak Tuhan hakimi.
21
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
8. Apakah Anda Mengalami Doa yang Terjawab?
Inilah sumber keyakinan dan ketenangan lainnya: “Dan apa saja yang kita minta, kita
memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa
yang berkenan kepada-Nya” (1 Yohanes 3:22). Anda tahu bahwa Anda orang percaya bila
Tuhan menjawab doa-doa Anda. Satu-satunya cara itu bisa terjadi adalah jika Anda menuruti
segala perintah-Nya, dan satu-satunya cara melakukan itu adalah dengan menjadi milik-Nya.
Seperti yang Yohanes katakan dalam ayat 24, “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia
diam di dalam Allah.”
Dalam bagian yang mirip, Yohanes berkata, “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa
kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu,
bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah
memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya" (5:13-15). Tuhan selalu
menjawab doa yang selaras dengan kehendak Allah. Orang percaya yang taat tahu kehendakNya disebutkan dalam Firman-Nya, dan ia menyelaraskan doa-doanya dengan itu. Jawaban
doa tersebut akan membangkitkan keyakinan dan ketenangan.
Kerinduan Tuhan untuk menjawab doa anak-anak-Nya lebih besar dari kerinduan kita untuk
meminta. Saya rasa Tuhan mungkin merasa kecewa karena Ia bisa saja memberikan lebih
dari yang selama ini kita minta kepada-Nya. Coba pikirkan alangkah banyaknya berkat dan
ketenangan yang mungkin saja kita lewatkan!
Banyak orang berdoa kepada Tuhan tanpa mengenal pribadi-Nya atau bahkan mengetahui
kehendak-Nya. Tuhan tidak wajib menjawab doa-doa semacam itu. Dalam Mazmur dicatat
bahwa Ia bahkan tidak mendengarkan doa-doa tersebut (Mazmur 66:18). Namun, kita yang
22
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
menyaksikan doa-doa kita terjawab dapat meyakini bahwa kita memiliki hidup yang kekal.
Salah satu dari banyak alasan baik untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan setia adalah
demi menikmati ketenangan yang lahir dari jawaban doa.
Sebagian orang percaya bergumul dengan keraguan akan keselamatan karena mereka jarang
mengalami jawaban doa. Biasanya itu akibat dari kehidupan doa yang sangat minim. Sayang
sekali, bukan! Jika itu yang Anda alami saat ini, segera balikkan situasi. Jangan sampai Anda
melewatkan berkat dan penghiburan yang datang dari jawaban doa. Saat merenungkan
kembali hidup ini, salah satu sumber ketenangan terbesar saya ialah menyaksikan Tuhan
menjawab doa-doa saya selama bertahun-tahun. Jawaban Tuhan ialah bukti bahwa Ia
mendengar doa saya, sekaligus bukti bahwa saya berdiam di dalam-Nya dan Dia berdiam di
dalam saya.
Pernahkah Anda mengalami doa yang terjawab? Apakah itu menjadi pola hidup Anda? Jika
ya, Anda memiliki hidup yang kekal. Pernahkah Anda berdoa bagi orang yang tidak percaya
dan melihat orang itu datang kepada Kristus? Pernahkah Anda berdoa untuk orang yang
didera kesulitan besar dan menyaksikan Tuhan mengubah situasinya menjadi berkat dan
sukacita? Pernahkah Anda meminta Tuhan memenuhi kekosongan dalam hidup Anda dan
menyaksikan Ia mengisinya? Pernahkah Anda berdoa memohon pengampunan dengan hati
nurani yang murni dan menerimanya? Pernahkah Anda meminta Tuhan memampukan Anda
menyampaikan kebenaran-Nya kepada seseorang atau sekelompok orang dan mengalami
kasih karunia-Nya untuk menyampaikannya dengan sangat jelas? Pernahkah Anda meminta
kuasa untuk memberitakan Injil dan mengalami itu? Pernahkah Anda meminta agar Tuhan
menolong Anda menuntun seseorang pada Juru Selamat dan Dia mengabulkan doa itu?
Pernahkah Anda mencari sukacita di tengah kondisi yang berat dan mengalami damai
sejahtera Tuhan sebagai hasilnya? Pernahkah Anda meminta Tuhan untuk menolong Anda
mengenalnya lebih dekat dan mengalami keintiman yang lebih dalam dengan-Nya setelah
23
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
melalui pengalaman yang berat? Semua itu pertanda bahwa Anda berada di dalam-Nya dan
Dia berada di dalam Anda.
9. Apakah Anda Mengalami Pelayanan Roh Kudus?
1 Yohanes 4:13 menguraikan lebih lanjut tentang berada di dalam Tuhan: "Demikianlah kita
ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah
mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya." Hal pertama yang Roh Kudus
lakukan adalah bersaksi bahwa “Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia”
(ayat 14). Jika Anda mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Juru Selamat dunia, dan
telah mempersembahkan hidup Anda kepada-Nya, itu semua adalah karya Roh Kudus. Tanpa
Roh Kudus, Anda tak akan mengenal siapa Kristus itu dan Anda jelas tidak akan mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Pernahkah Anda mengalami pelayanan Roh Kudus?
Jika ya, itulah bukti bahwa Anda benar-benar anak Tuhan.
Karya penting lain dari Roh Kudus adalah menolong Anda memahami firman Tuhan. Saat
menjelaskan tentang Roh Kudus, Yohanes berkata, " Sebab di dalam diri kamu tetap ada
pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya … (yang) mengajar kamu tentang segala
sesuatu” (2:27). Paulus menjelaskan bahwa “Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal
yang tersembunyi dalam diri Allah... supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada
kita” (1 Korintus 2:10, 12). Ketika Anda membaca Firman Tuhan, apakah isi dan pesannya
menerangi hati Anda? Apakah Anda memahamimaksudnya? Bahkan, apakah Anda kadang
memahaminya dengan sangat baik sehingga Anda berharap lebih baik Anda tidak mengerti
karena implikasinya jelas dan harus ditaati? Apakah secara keseluruhan Firman Tuhan bisa
Anda mengerti dengan jelas? Yang saya maksud bukan bagian abu-abu yang menjadi
pergumulan kita semua, tapi coba bayangkan efek dari membaca Alkitab pada Anda.
Tanyakah pada diri Anda, apakah firman Tuhan menunjukkan keberdosaan saya? Apakah
24
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Firman Tuhan membuat saya bersukacita saat menyembah Tuhan dan rindu memperluas
kerajaan-Nya? Semua itu pertanda dari karya pencerahan Roh Kudus dalam hidup Anda.
Mari kita melihat karya lainnya dari Roh Kudus. Bagaimana tentang persekutuan dengan
Tuhan? Roh Kudus jugalah yang menuntun Anda untuk berseru “ya Abba, ya Bapa!” (Galatia
4:6) sebagai tanda keintiman dan komunikasi Anda dengan Tuhan. Bagaimana dengan
pujian? Siapa yang mengangkat hati Anda untuk memuji dan memuliakan Tuhan? Siapa yang
mendorong Anda untuk bernyanyi dengan kesungguhan dan kecintaan kepada Tuhan? Dalam
Efesus 5:19, Paul menjelaskan bahwa Roh Kudus menuntun kita untuk " berkata-katalah
seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi
dan bersoraklah bagi Tuhandengan segenap hati." Bagaimana dengan buah Roh, yang Paulus
uraikan sebagai "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"? (Galatia 5:22-23) Sikap-sikap itu adalah
karunia rohani. Apakah karunia-karunia itu pun timbul dalam hidup Anda secara
keseluruhan?
Pernahkah Anda melayani secara rohani dengan menolong orang lain, memberi, atau
bercerita tentang Yesus kepada orang lain? Itulah bukti-bukti pekerjaan Roh Allah. Apakah
Anda benar-benar mengalami pelayanan-Nya dalam hidup Anda? Dalam Roma 8:16, Paulus
menjelaskan bahwa “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anakanak Allah.” Nah, jangan berharap Tuhan akan berbisik ke telinga Anda, “Kau orang Kristen,
kau orang Kristen, percayalah pada-Ku kau orang Kristen!"Suara Tuhan tidak bisa Anda
dengar secara audibel. Dan itu juga bukan pengalaman yang eksoterik atau mistik.
Pengalaman itusungguh nyata. Tuhan menyatakannya dengan menyediakan bukti kehadiranNya dalam hidup Anda—dengan menolong Anda memahami firman Tuhan, menarik Anda
ke dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa dan puji-pujian, menghasilkan buah roh
25
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
untuk dikaruniakan dalam hidup Anda, serta memampukan Anda melayani sesama dengan
efektif.
Jika Roh Kudus ada dalam hidup Anda, itu adalah bukti bahwa Anda berdiam di dalam
Tuhan dan Dia dalam Anda (1 Yohanes 4:13). Jadi, tenanglah. Jangan biarkan hati Anda
menuduh, mendakwa, dan menuding bahwa Anda bukanlah orang percaya. Kenali karya Roh
Kudus dalam diri Anda. Tak ada alasan untuk ragu dan menjadi goyah.
10. Dapatkah Anda Membedakan Kebenaran dan Ajaran Sesat?
Sejauh ini kita menempuh sembilan ujian untuk mengenali iman yang menyelamatkan.
Dalam ujian kesepuluh-lah Yohanes benar-benar menggunakan kata ujian: “Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah
mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke
seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak
mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah
kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia” (1
Yohanes 4:1-3).
Setiap sistem agama yang sesat di dunia ini melanggar ujian tersebut. Pengikut sistem
semacam itu terus berusaha merendahkan kebenaran Alkitabiah yang menyatakan siapa
Yesus Kristus dan pekerjaan-Nya selama ini—bahwa Dia itu Tuhan dan Juru Selamat, yang
datang sebagai manusia untuk “diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena
pembenaran kita” (Roma 4:25). Bisakah Anda tahu kapan seseorang mengajarkan sesuatu
yang keliru tentang pribadi dan karya Kristus? Inilah masalah titik balik dalam iman Kristen.
Pengajar-pengajar palsu “berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal
duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal
26
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan
kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan" (1 Yohanes 4:5-6).
Yohanes berkata bahwa orang percaya yang sejati akan mendengarkan kebenaran dan tidak
menyimpang ke kesalahan mengenai karya dan pribadi mulia Kristus. Bayangkan ada orang
yang berkata, “Saya dulunya percaya pada Yesus Kristus, tapi kini saya telah melihat terang
itu: Kristus sesungguhnya malaikat—atau emanasi dari Allah, roh ilahi tanpa unsur
manusiawi, atau sekedar manusia yang tidak ilahiah.” Bidat semacam itu mencerminkan hati
yang belum lahir baru.
Sejak saat Anda diselamatkan, ada satu hal yang Anda pahami dengan jelas dan itu tentang
siapa serta apa yang dilakukan Kristus. Jika Anda tidak memahaminya, Anda tentu tak akan
diselamatkan. Roh Kudus-lah yang menolong Anda memahaminya. Ujian ini bukan lagi soal
mencermati moral atau pengalaman, melainkan bersifat doktrinal. Orang percaya sejati bisa
membedakan kebenaran dari ajaran sesat karena Roh Kudus berdiam dalam diri mereka.
"Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus,” kata Yohanes, “lahir dari Allah”
(1 Yohanes 5:1). Ini juga merupakan ujian doktrinal. Ketika Anda memercayai hal yang
benar tentang Kristus, Anda lahir dari Allah.
Menjadi orang percaya memang baik, tetapi juga baik untuk tidak gampang-gampang
percaya. Seperti yang dikatakan Yohanes, “Janganlah percaya akan setiap roh” (4:1,
penekanan ditambahkan). Demi kehidupan dan kesehatan rohani Anda, jangan percayai
semua hal yang Anda dengar, lihat, dan baca. Justru, “Ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Allah”. Dibutuhkan kemampuan untuk berpikir secara alkitabiah. Teks
Yunaninya menyiratkan bahwa kita perlu terus memeriksa dengan teliti apa pun dan siapa
pun yang Anda temui. Kenapa harus repot-repot? "Sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah
muncul dan pergi ke seluruh dunia.”
27
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Penaklukan kota Troya adalah salah satu kisah tersohor dari zaman kuno. Tentara-tentara
Yunani mengepung kota itu selama sepuluh tahun, namun tak kunjung mampu
mendudukinya. Dalam kegusarannya, Ulysses, seorang ahli strategi yang cerdik,
memerintahkan dibangunnya kayu raksasa besar dan meninggalkannya di luar tembok kota
sebagai hadiah untuk warga Troya yang tak terkalahkan. Warga Troya yang bangga dan
penasaran pun membawa masuk kuda kayu itu ke dalam tembok-tembok berkubu mereka.
Malam itu, prajurit-prajurit Yunani yang bersembunyi di dalamnya menyelinap dan
membukakan pintu gerbang agar teman-teman mereka dapat masuk ke kota. Mereka
membantai penduduk, merampok seisi kota, dan membakarnya hingga rata dengan tanah.
Semenjak itu, kuda Troya menjadi simbol penyusupan dan tipu daya. Sayangnya, di
sepanjang sejarah, gereja merangkul banyak kuda Troya yang mengangkut nabi-nabi palsu.
Iblis dengan efektif menyamarkan musuh sebagai hadiah untuk memikat kita meninggalkan
kebenaran Allah dan masuk ke dalam penyesatan yang merusak. Gereja masa kini pun
dilanda kebingungan akut karena doktrin yang lemah, pola pikir relativisme, metodologi
keduniawian, penafsiran Alkitab yang tidak tepat, kurangnya disiplin internal, serta
ketidakdewasaan rohani. Yang amat, sangat dibutuhkan oleh kita saat ini ialah ketajaman
rohani—kemampuan membedakan kebenaran ilahi dari penyesatan (1 Tesalonika 5:21).
Mungkin Anda memiliki dan menerapkan kualitas itu dalam kehidupan sehari-hari. Anda
membaca label nutrisi karena Anda ingin sehat. Anda membaca keterangan dalam huruf
cetak halus di laporan pasar modal sebelum menanamkan investasi keuangan. Jika Anda
butuh dioperasi, Anda dengan cermat memilih dokter yang tepat. Mungkin Anda sangat
analitis dalam memandang isu politik dan dapat menilai berbagai masalah dalam dan luar
negeri secara akurat. Atau mungkin Anda pandai menilai strategi bertahan atau menyerang.
Semua itu baik adanya, namun dapatkah Anda membedakan kebenaran ilahi dengan ajaran
sesat?
28
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
Untuk melakukan itu, Yohanes meminta kita menguji dua hal: pengakuan akan ketuhanan
Yesus (1 Yohanes 4:2-3) dan komitmen pada Firman Ilahi (ayat 4-6). Jika Anda mengkaji
sekte-sekte, Anda akan melihat suatu pola. Christian Science, Saksi Yehovah, Mormon, dan
sejenisnya menyerang kemanusiaan Kristus dan mendalilkan pengganti atau penambahan
pada Alkitab, seperti Science and Health with Key to the Scriptures, The Book of Mormon,
atauThe Pearl of Great Price. Orang percaya yang sejati tak akan termakan kebohongan
seperti ini. Di dalam diri mereka berdiam pengajar tetap kebenaran sejati, yaitu Roh Kudus (1
Yohanes 2:27).
Baru-baru ini, saya mendengarkan program radio di mana seorang pria memberitakan agama
yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Tak berapa lama, saya tahu semua yang ia
sampaikan itu tidak benar. Saya langsung waspada begitu ia memelintir satu pernyataan
singkat Alkitab di awal khotbahnya. Saya terus menyimak hingga ia selesai, kemudian ia
menyatakan keberadaan seorang nabi besar yang menjadi alat Tuhan untuk membawa
kebenaran bagi umat manusia. Yang dikatakannya jelas tidak sejalan dengan Alkitab. Saya
tahu itu ajaran sesat karena Roh Kudus telah meyakinkan saya tentang keabsahan Alkitab dan
keselamatan oleh kasih karunia melalui iman dalam Kristus saja. Saya tahu nabi masa kini itu
tak bisa memberi saya kebenaran macam apa pun.
Anda tak harus lulus dari seminari atau menjadi ahli bidat dan agama dunia untuk
membedakan kebenaran dari ajaran sesat. Jika Anda tak tergoyahkan dari kebenaran dasar
akan pribadi, karya, dan Firman ilahi Kristus, itulah bukti dari iman yang sejati dan
menyelamatkan.
29
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
11. Pernahkah Anda Ditolak Karena Iman Anda?
Ujian kesebelas dan pamungkas ini agak menyakitkan: “Janganlah kamu heran, saudarasaudara, apabila dunia membenci kamu” (1 Yohanes 3:13). Kain membenci Habel dan
membunuhnya. Mengapa Kain melakukan itu? “Sebab segala perbuatannya jahat dan
perbuatan adiknya benar” (ayat 12). Pernahkah Anda dibenci, dimusuhi, mengalami
kepahitan, diasingkan, diboikot, disalahmengerti, atau dianiaya karena menunjukkan dan
membela apa yang benar? Jika demikian, itu pertanda Anda ada di dalam Tuhan karena
Diapun merasakan penderitaan yang sama untuk alasan yang sama.
Kenyataannya, bagi dunia, Anda selaku orang Kristen “telah menjadi sama dengan sampah
dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu” (1 Korintus 4:13). Anda adalah ancaman
bagi keyakinan mereka—bahwa hanya dunia inilah yang layak dihidupi. “Mereka heran,
bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan
ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu” (1 Petrus 4:4). Akan tetapi,
Alkitab berkata, “Janganlah kamu takut dengan orang-orang yang melawan kamu. Semua itu
adalah tanda jelas dari Tuhan. Untuk mereka, itu adalah tanda kehancuran, sedangkan
untukmu, itu adalah tanda keselamatan” (Filipi 1:28). Ketika Anda menderita karena iman
Anda, jangan katakan, “Oh, mampukah aku menjadi orang Kristen? Situasi ini kian
memburuk—apakah Tuhan memang peduli padaku?” Namun, jika dunia menganiaya Anda,
katakan, “Luar biasa, bukan? Kini jelas sudah siapa saya sesungguhnya!”
Saya tak akan melupakan malam itu bertahun-tahun lalu, saat saya dipanggil ke kantor gereja
untuk urusan darurat. Sesampainya di sana, saya melihat salah satu penatua kami sedang
berhadapan dengan seorang gadis yang kerasukan setan. Jelas, gadis itu menunjukkan kuasa
supranatural. Ia menjungkirbalikkan meja baja yang berat dan kami berdua tak mampu
meringkusnya secara fisik. Suara-suara yang keluar dari mulutnya bukan miliknya lagi. Hal
pertama yang mereka katakan saat saya masuk ke ruangan itu adalah, “Jangan dia! Suruh dia
30
Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung
pergi! Suruh dia pergi! Kami tak mau dia di sini!” Saya jadi berbesar hati saat tahu roh-roh
jahat itu sadar saya tidak berada di pihak mereka.
Peristiwa malam itu sungguh meneguhkan iman saya. Ketika dunia dan roh iblis di dalamnya
membenci Anda, Anda berhak merasa diteguhkan bila Anda dibenci karena hidup benar.
Nah, jika Anda dibenci karena sifat dan sikap Anda menjengkelkan, tak ada kebenaran di
dalamnya! "Akan tetapi, jika kamu menderita karena berbuat baik dan kamu menerimanya
dengan tabah, tindakanmu itu berkenan di hadapan Allah” (1 Petrus 2:20). Bagian dari
perkenanan itu adalah diyakinkan akan keselamatan Anda.
Rasul Yohanes menguraikan semua jenis ujian ini untuk memberi dasar keyakinan yang
alkitabiah bagi orang percaya sejati. Mari kita mengulas kembali ujian-ujian tersebut: Apakah
Anda menikmati persekutuan dengan Allah dan Kristus? Apakah Anda peka terhadap dosa
dalam hidup Anda? Apakah Anda menaati Kitab Suci? Apakah Anda menolak dunia yang
jahat ini? Apakah Anda mengasihi Kristus dan dengan antusias menantikan kedatangan-Nya
yang kedua kali? Apakah Anda melihat pola dosa yang berkurang dalam hidup Anda?
Apakah Anda mengasihi sesama orang Kristen? Apakah Anda menerima jawaban doa-doa
Anda? Apakah Anda mengalami pelayanan Roh Kudus? Mampukah Anda membedakan
kebenaran rohani dari ajaran sesat? Sudahkah Anda menderita karena iman Anda di dalam
Kristus?
Dengan lulus dari ujian-ujian ini, Anda dapat memiliki keyakinan di hadapan Allah. Lagi
pula, Yohanes menuliskan semua ini agar “kamu yang percaya kepada nama Anak
Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (5:13). Tidak ada alasan bagi Anda
untuk menjalani seluruh pengalaman rohani Anda dalam kesedihan, meski ribuan orang
Kristen melakukan itu. Tolonglah, jangan menjadi seperti mereka.
31
Download