Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 11 Ujian Alkitabiah dari Keselamatan yang Sejati Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Jakarta. 2015 : Baptis Amanat Agung Jbaa1689.com Copyright 2004 by John MacArthur. All rights reserved. All Scripture quotations, unless noted otherwise, are from the New American Standard Bible, © 1960, 1962, 1963, 1968, 1971, 1972, 1973, 1975, 1977, and 1995 by The Lockman Foundation, and are used by permission. Adapted from Saved Without a Doubt, by John MacArthur (Victor Books, 1992). 1 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 11 Ujian Alkitabiah dari Keselamatan yang Sejati Pada 1746, sekitar enam tahun setelah Kebangkitan Besar, ketika Jonathan Edwards menjadi alat utama Tuhan dalam memberitakan Injil dan mengadakan kebangunan rohani terbesar di sepanjang sejarah Amerika hingga kini, Edwards menulis A Treatise Concerning the Religious Affections (Risalah Mengenai Kasih Imani). Risalah itu ditulis guna membahas masalah yang juga kita hadapi hari ini, yakni bukti dari pertobatan yang sejati. Banyak orang mendambakan berkat-berkat keselamatan, terutama jaminan hidup kekal, namun mereka berhenti sampai di situ. Dalam peristiwa Kebangunan Besar nan fenomenal itu, jumlah orang yang bertobat sungguh mencengangkan. Namun, tak lama kemudian, didapati bahwa beberapa orang yang mengaku bertobat sebenarnya tidak sungguh-sungguh bertobat. Meskipun pengalaman emosional yang memuncak dan meluap-luapbanyak dijumpai, banyak orang yang hidupnya tidak menunjukkan bukti yang mengesahkan klaim bahwa mereka mengenal dan mengasihi Yesus Kristus. Akibatnya, Edwards menuai kritik yang menuduh bahwa Kebangunan Besar hanyalah pembasuhan emosional akbar tanpa pertobatan sejati. Jadi, demi membela pertobatan sejati dan menelanjangi pertobatan yang palsu, Jonathan Edwards pun mengangkat penanya. Ia sampai pada kesimpulan sederhana ini. Bukti utama pertobatan yang sejati adalah sesuatu yang disebutnya "kasih kudus", yakni kegairahan pada perkara-perkara kudus serta kerinduan akan Tuhan dan kekudusan pribadi. Dengan cermat ia membedakan antara karya penyelamatan dengan pekerjaan umum Roh Kudus. Karya penyelamatan jelas menghasilkan keselamatan. Pekerjaan umum Roh Kudus, menurutnya, "mungkin menenangkan, memikat, dan menyadarkan seseorang akan kesalahannya, bahkan 2 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung membawanya kepada sesuatu yang mirip dengan pertobatan dan iman, namun pengaruhnya tidak bertahan lama seperti pembaharuan yang diadakan karya penyelamatan" (Iain H. Murray, Jonathan Edwards: A New Biography [Carlisle, Pa.: The Banner of Truth Trust, 1987], h. 255). Dari mana Anda tahu Roh Kudus telah mengadakan karya penyelamatan? Seperti halnya bukti dasar kehidupan adalah adanya gerakan, Edwards menulis, demikian halnya bukti dasar dari anugerah yang menyelamatkan adalah adanya perbuatan-perbuatan kudus (h. 266-63). Ia berkata, keselamatan sejati selalu menghasilkan perubahan pekerti yang tak kunjung hilang dalam diri petobat sejati. Oleh karena itu, jika kekudusan hidup tak dijumpai dalam suatu pengakuan pertobatan, perlu dipahami bahwa individu ini bukanlah orang Kristen sejati. Pada tahun ketika risalah Edwards diterbitkan, ajaran yang marak-maraknya saat itu menegaskan bahwa, sebaliknya, satu-satunya bukti nyata keselamatan yang sejati adalah perasaan yang lahir dari pengalaman—biasanya pengalaman pada momen pertobatan tersebut. Ajaran ini memperkenalkan konsep lazim namun keliru bahwa kondisi rohani seseorang sesungguhnya ditentukan oleh pengalaman masa lalu, bukan upayanya saat ini dalam mengejar kekudusan. Edwards membantah gagasan itu mentah-mentah: "Jaminan keselamatan tak pernah dinikmati di atas dasar pengalaman masa lalu. Kita memerlukan karya Roh Kudus di masa kini dan terus-menerus ... [dalam] memberi jaminan" (h. 265). Ini bukanlah debat teologis eksoterik: hakikat jaminan kita sedang dipertaruhkan. Tentu saja, beberapa penulis Perjanjian Baru menaruh perhatian khusus pada perkara keselamatan sejati ini, begitu pun Tuhan Yesus sendiri. Rasul Yohanes mengkhususkan surat pertamanya untuk membahas topik ini dan menerangkan alasannya di akhir surat: "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal" (1 Yohanes 5:13). Di sepanjang surat ini akan Anda temui serangkaian tes untuk menguji apakah Anda memiliki hidup yang kekal atau tidak. Jika 3 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Anda tidak lolos tes, Anda tahu di mana posisi Anda dan apa yang perlu dilakukan. Jika ya, kini Anda punya alasan untuk mensyukuri keselamatan kekal Anda dengan jaminan yang tak tergoyahkan. 1. Apakah Anda Menikmati Persekutuan dengan Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus? Ini elemen penting dalam keselamatan sejati sekaligus ujian pertama yang dibeberkan Yohanes. Mari kita melihat pasal 1, yang dimulai dengan: “Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus" (ayat 2-3). Jelas, Yohanes tidak sekadar menyinggung hubungannya dengan Yesus saat Ia masih di dunia karena dirinya tak pernah mengalami persekutuan secara fisik dengan Allah Bapa. Yang Yohanes maksud ialah ia, saat surat itu ditulis, menikmati persekutuan dengan Allah yang hidup dan Kristus yang hidup. Mungkin Anda tergoda untuk berpikir, Yah, saya turut senang untuk Yohanes, tapi tidak semua orang punya pengalaman yang sama dengannya. Dalam 1 Yohanes 5:1, ia berkata, "Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Yesus Kristus, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya." (penekanan ditambahkan). Inilah karakteristik dari orang percaya yang mengasihi Allah dan Kristus. Inilah tanda kasih kudus yang Jonathan Edwards perbincangkan. Hubungan dengan Tuhan adalah dasar keselamatan. Itulah yang menjadi panggilan kita sebagai orang yang sudah percaya. "Allah itu setia," kata Paulus, "yang oleh-Nya kamu dipanggil ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya, Kristus Yesus, Tuhan kita" (1 Korintus 1:9). 4 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Paulus secara pribadi menjelaskan arti dari persekutuan itu baginya: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku" (Galatia 2:20). Ada sesuatu yang sangat berbau pengalaman dalam kebenaran itu—ini bukan sekadar fakta yang dingin bahwa kita, sebagai orang percaya, punya kehidupan ilahi yang berdiam di dalam kita; ada pengalaman yang bisa dinikmati saat kita mengenal Tuhan secara intim. Yesus Kristus menyiratkan ini pula saat Ia berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10: 10). Seandainya yang Kristus Yesus katakan hanya, "Aku datang supaya kamu mempunyai hidup," kita bisa menyimpulkan bahwa Ia sekadar bicara tentang anugerah hidup kekal. Dengan menambahkan bahwa kita dapat mengalami hidup yang berkelimpahan, Tuhan Yesus tengah bergeser masuk ke dalam dimensi pengalaman. Kehidupan kristiani adalah kehidupan yang kaya. Kita ditetapkan untuk mengalami sukacita, damai sejahtera, kasih, dan tujuan. Ketika orang yang akan dibaptis bersaksi tentang kedatangannya kepada Kristus, Anda tak akan mendengar ia berkata, "Faktanya, teman-teman, saya diselamatkan, dan saya berdiri di sini untuk mengumumkan itu." Orang itu pasti akan menceritakan apa yang dirasakannya— perasaan diampuni dan kesadaran akan tujuan hidup yang meliputi hatinya. Seperti inilah hidup berkelimpahan yang Alkitab gambarkan dalam konteks persekutuan kita dengan Tuhan. "Allah sumber segala penghiburan" (2 Korintus 1:3); "Allah, sumber segala kasih karunia" (1 Petrus 5:10); Allah yang memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19); Allah yang menuntun kita untuk berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani, serta dengan segenap hati bernyanyi dan bersorak bagi Dia (Efesus 5:19); 5 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Allah yang kepada-Nya kita berseru “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15 ) seperti anak kecil pada ayah yang kita kagumi dan kasihi; Tuhan yang kepada-Nya kita mendekat dan mendapat pertolongan tepat pada waktunya (Ibrani 4:16 )—Tuhan saja memperkaya kita dengan luar biasa. Persekutuan kita dengan-Nya adalah kehidupan berkelimpahan yang kita alami. Sudahkah Anda mengalami persekutuan dengan Allah dan Kristus? Sudahkah Anda merasakan kehadiran Allah Tritunggal? Apakah Anda mengasihi Allah dan rindu menghampiri hadirat-Nya? Sudahkah Anda mengalami persekutuan yang manis dalam doa-sukacita yang membahagiakan karena Anda bisa bercakap-cakap dengan Allah yang hidup? Sudahkah Anda merasakan kasih karunia yang menyegarkan dan berlimpah-limpah saat Anda menemukan kebenaran baru di dalam firman-Nya? Jika ya, maka Anda telah mengalami keselamatan. 2. Pekakah Anda terhadap Dosa? Mari kita kembali ke pasal 1 dari surat pertama Yohanes dan merenungi pernyataan pada ayat 5 ini: "Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan." Yohanes berkata bahwa berita yang Tuhan kirimkan kepada kita adalah mengenai Dirinya sendiri, khususnya bahwa Ia sama sekali tidak berdosa. Teks Yunani secara harfiah berkata bahwa tidak ada setitik pun kegelapan di dalam Dia. Karena itu, "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran" (ayat 6). Terang dan kegelapan tak bisa hadir di waktu bersamaan. Yang satunya menyingkirkan yang lainnya. Yohanes lalu mengembangkan gagasannya: "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang 6 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita" (ayat 7-10). Sebagian orang membuat klaim-klaim menakjubkan yang jelas keliru. Mereka mengaku memiliki persekutuan dengan Tuhan—menjadi orang Kristen (ayat 6), tidak berdosa (ayat 8), dan bahkan tak pernah berbuat dosa (ayat 10). Mereka pikir mereka sedang berjalan di dalam terang, padahal mereka sesungguhnya hanya berjalan di dalam gelap. Justru orang tidak percaya-lah yang buta terhadap dosa-dosa dalam hidup mereka. Individu-individu yang disebutkan dalam ayat 8 tidak mencemaskan dosa karena mereka pikir mereka sudah sampai pada keadaan di mana mereka tidak berdosa lagi. Namun mereka sesungguhnya menipu diri sendiri. Orang-orang yang disebutkan dalam ayat 10 tidak pernah mengakui atau menyadari dosa mereka. Dengan sikap itu, mereka sesungguhnya mencemarkan nama Tuhan karena Tuhan berkata "semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:32, penekanan ditambahkan). Karena orang yang tidak percaya sangat tidak peka terhadap realitas keadaan mereka, keberdosaan manusia ialah titik anjak yang tepat dalam membagikan Injil. Orang percaya, di sisi lain, "hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang" (ayat 7). Kita berjalan di jalan yang benar, dan selain itu, "kita mengaku dosa kita" (ayat 9). Orang percaya yang sejati dapat memiliki pengertian yang benar tentang dosa. Mereka tahu jika mereka ingin bersekutu dengan Tuhan, mereka harus kudus. Ketika dosa terjadi dalam hidup mereka, mereka tahu dosa itu harus diakui di hadapan Tuhan. 7 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Yohanes membawa ajaran ini selangkah lebih jauh dalam pasal selanjutnya. "Anak-anakku," ia menjelaskan, "hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil" (ayat 1). Orang percaya sejati menyadari bahwa mereka tidak perlu berbuat dosa. Namun saat dosa itu terjadi juga, mereka tahu siapa yang bisa mereka datangi—Yesus Kristus, pengantara orang percaya. Karya perantaraan Kristus merupakan salah satu dari tiga penjamin keselamatan kita. Inilah kenyataan yang membesarkan hati untuk diingat saat kita bergumul dengan dosa-dosa kita. Orang yang sungguh diselamatkan peka terhadap hidupnya yang bergelimang dosa. Itulah teladan yang Paulus wariskan untuk kita saat ia menceritakan kesadarannya yang menguat akan apa yang dilakukan dosa dalam hidupnya (Roma 7:14-25). Pikirkan bagaimana itu bisa diterapkan dalam hidup Anda. Apakah Anda sangat menyadari peperangan rohani yang berkecamuk dalam batin Anda? Apakah Anda menyadari bahwa demi memiliki persekutuan dengan Tuhan, Anda harus hidup kudus—bahwa Anda tak bisa berjalan dalam kegelapan dan mengaku punya persekutuan dengan-Nya? Bersediakah Anda mengakui dan meninggalkan dosa dalam hidup Anda begitu Anda mulai menyadari keberadaannya? Apakah Anda menyadari bahwa Anda bisa memilih untuk tidak berdosa—bahwa Anda berperang di medan yang pasti bisa Anda menangkan? Namun saat Anda gagal, apakah Anda menghampiri Perantara ilahi Anda? Apakah kadang Anda meratap bersama-sama dengan Paulus, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Roma 7:24) karena saking putus asanya Anda dengan beban dosa dalam kedagingan Anda? Jika demikian, Anda jelas orang Kristen. Dan karena keselamatan Anda telah dijamin, syukurilah itu dan yakinlah bahwa Anda terjamin penuh. 8 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 3. Apakah Anda Menaati Firman Tuhan? 1 Yohanes 2:3mengatakan dengan sangat jelas: "Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya." Jika Anda ingin tahu apakah Anda orang Kristen sejati, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda mematuhi perintah Alkitab. Dengan cara itulah Yesus menggambarkan murid sejati saat menyampaikan Amanat AgungNya untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Matius 28:20). Ketaatan pada perintah Tuhan melahirkan kepastian—keyakinan yang berasal dari pengetahuan "bahwa kita telah mengenal Dia." Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi "menuruti" dalam ayat 3 bicara tentang ketaatan yang waspada, cermat, dan bijaksana. Yang tercakup bukan hanya tindakan ketaatan, melainkan juga roh ketaatan—memelihara Firman Tuhan dengan rela setiap hari, bukan hanya dalam kata-kata melainkan juga dalam roh. Itu didukung oleh kata yang diterjemahkan menjadi "perintah" dan merujuk khusus pada ajaran Kristus Yesus. Ketaatan pada hukum menuntut kesempurnaan atau hukuman, sedangkan1 Yohanes 2:3 merupakan panggilan untuk taat dengan ucapan syukur karena Kristus telah membayar lunas hukuman tersebut. Ayat 4 menghadirkan perbandingan logika: "Barangsiapa berkata: 'Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya', ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." Orang itu membuat klaim yang keliru. "Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah" (ayat 5). Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Anda orang Kristen yang sejati? Bukan berdasarkan perasaan, melainkan ketaatan. Jika kerinduan Anda untuk menaati Firman Tuhan lahir dari rasa syukur pada karya Kristus dalam hidup Anda, dan bila Anda tahu bahwa kerinduan itu menghasilkan pola ketaatan yang menyeluruh, Anda telah lulus ujian penting yang menandai hadirnya iman yang menyelamatkan. 9 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 4. Apakah Anda Menolak Dunia yang Jahat Ini? Kini sampailah kita di ujian keempat Yohanes yang menandai kualitas orang Kristen sejati: "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu" (1Yohanes 2:15). Kasih di sini bicara tentang hasrat terdalam kita, perasaan dan tujuan yang paling menggugah hati kita. Orang Kristen tak akan merasa demikian terhadap apa pun di dunia ini karena mereka tahu hingga Kristus datang kembali, dunia ini dikuasai oleh musuh-Nya. Yohanes berkata, "Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yohanes 5:19). Iblis, untuk sekarang, adalah "ilah zaman ini" (2 Korintus 4:4). Si jahat telah merancang sistem yang disebut Alkitab "dunia ini". Dalam bahasa Yunani-nya (kosmos), yang dimaksud ialah sistem yang mencakup agama palsu, filsafat yang keliru, kejahatan, kebejatan moral, materialisme, dan sebagainya. Ketika Anda menjadi orang Kristen, hal-hal semacam itu semestinya menjadi musuh Anda, bukan malah menarik Anda. Kadang Anda mungkin terpikat oleh iming-iming duniawi, tapi bukan itu yang Anda kasihi; Anda membencinya. Itulah yang Paulus rasakan saat ia jatuh ke dalam dosa (Roma 7:15). Meskipun kita didera rasa frustrasi dari waktu ke waktu, kita selaku orang percaya dapat bersyukur karena kita membenci dosa, bukan mengasihinya. Itu karena kehidupan baru kita di dalam Kristus menanamkan kasih pada Tuhan dan perkara-perkara ilahi dalam diri kita. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1 Yohanes 2:16-17).Dunia dan keinginan kedagingannya sekadar kenyataan sementara. Orang percaya, sebaliknya, dikaruniai hidup yang kekal dan akan hidup selamanya. 10 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Tuhan Yesus berkata barang siapa yang mengikut Dia bukanlah berasal dari dunia ini sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini. Kita masih hidup di dalamnya untuk mengerjakan kehendak Allah seumur hidup kita, tapi kita bukan berasal dari dunia. Itulah sebabnya Yesus berdoa secara khusus pada Allah Bapa untuk melindungi kita dari yang jahat (Yohanes 17:14-16). Kita rentan terjerat ke dalam sistem dunia yang jahat ini, namun kasih kita hanya kepada Tuhan. Kasih itulah yang akan menarik kita keluar dan mengarahkan kembali fokus kita kepada prioritas-prioritas kerajaan Allah. Apakah Anda menolak dunia? Apakah Anda menolak agama-agamanya yang palsu, ideologinya yang mengutuk, kehidupan tanpa Tuhan, dan pengejarannya yang sia-sia? Alihalih, apakah Anda mengasihi Tuhan, kebenaran-Nya, kerajaan-Nya, dan semua hal yang Ia kasihi? Itu bukan sesuatu yang alamiah muncul dalam diri manusia karena kita cenderung mengasihi kegelapan, bukan terang, demi menyembunyikan perbuatan-perbuatan jahat (Yohanes 3:19-20). Iblislah yang menjadi bapa orang yang tidak percaya, dan mereka ingin melakukan keinginan-keinginan bapa mereka (Yohanes 8:44). Jika Anda menolak dunia dan keinginan-keinginan yang berasal dari si jahat, itulah tanda dari kehidupan yang baru di dalam Kristus. Dan kehidupan yang baru itu berlangsung selamanya. 5. Apakah Anda Menanti-nantikan Kedatangan Tuhan Yesus Kembali dengan Sepenuh Hati? Lebih jauh di dalam 1 Yohanes, kita menemukan ujian kelima dari keselamatan: "Saudarasaudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (3:2-3). Jika Anda orang Kristen sejati, Anda akan memiliki 11 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung harapan di dalam hati, dan harapan Anda akan berpusat pada kedatangan Yesus yang kedua kali. Harapan itu akan menyucikan hidup Anda. Apakah kasih Anda pada Kristus sedemikian besar sehingga Anda dengan antusias menantinanti untuk melihat-Nya secara langsung saat Ia datang kembali dan disempurnakan seperti Dia? Alkitab memberitahu kita bahwa itulah harapan yang membahagiakan dan sukacita tertinggi orang Kristen. Roma 8 menyatakan bahwa segenap makhluk ciptaan dengan sangat rindu menantikan saat-saat anak-anak Allah dinyatakan. 1 Yohanes 3berkata bahwa di dalamnya tercakup tiga hal: Kristus muncul, kita melihat-Nya, dan kita dalam sekejap diubah menjadi serupa dengan Dia. "Kewargaan kita adalah di dalam sorga," kata Paulus, "dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat; yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Filipi 3:20-21). Apakah Anda menanti-nantikan itu? Apakah Anda memandang hina dosa dalam kedagingan Anda dan rindu menjadi serupa dengan Kristus? Dapatkah Anda merasakan sukacita yang terkandung di dalam perkataan Paulus, "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi"? (1 Korintus 15:49) Harapan semacam itu memiliki kekuatan etis, karena Yohanes berkata harapan itu menyucikan orang yang memilikinya. Paulus menyiratkan hal yang sama kepada Titus: "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:11-13). Pengharapan ini bijak dan menuntun pada kehidupan yang bijak. Ini bukanlah jenis penantian di mana kita melepaskan 12 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung semua tanggung jawab kita di dunia. Terlalu mementingkan surga hingga tidak hidup baik secara fisik sesungguhnya kontradiktif. Harapan untuk menjadi serupa dengan Kristus akan memikat Anda untuk bersikap makin menyerupai Kristus dalam menjangkau sesama dan memenuhi kehendak Tuhan. Jika Anda merindukan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, itulah bukti keselamatan. Ini pertanda dari natur yang baru di dalam diri Anda, yang rindu dibebaskan dari tubuh berdosa dengan menjadi serupa dengan kesempurnaan Kristus. Jika Anda merasakan kerinduan dan kasih kudus itu, Anda lulus salah satu ujian penting yang menandai realitas keselamatan kekal Anda. 6. Apakah Kebiasaan Berdosa dalam Hidup Anda Berkurang? Perwujudan lain dari kasih kudus adalah berkurangnya kebiasaan berdosa. 1 Yohanes 3:4-10 membeberkan ujian keenam: Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatanperbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah. 13 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Kebiasaan dosa yang tidak dipatahkan adalah karakteristik dari orang yang belum lahir baru. Meskipun seseorang mengklaim diri orang Kristen, jika ia terus berbuat dosa, itu hanyalah klaim semata dan bukan kenyataan. Ketika Anda menjadi orang Kristen, kebiasaan dosa terpatahkan dan kebiasaan yang baru pun muncul. Kasih kudus mengambil alih. Apakah itu berarti hidup Anda terbebas dari dosa? Tidak, karena manusia daging Anda, yang belum ditebus, masih di melekat pada diri Anda. Namun semakin Anda mengejar kasih rohani ini, Anda akan semakin jarang berbuat dosa. Cara hidup yang berdosa tidak sejalan dengan keselamatan yang diberikan Kristus. Itu karena mengalami keselamatan berarti diselamatkan dari sesuatu, dan sesuatu itu ialah dosa. Jika kita masih terus berkanjang dalam dosa setelah diselamatkan darinya, itu berarti keselamatan tersebut tidak efektif. Oleh karena itu, Yohanes kemudian membahas karya Kristus untuk menunjukkan alangkah efektif karya keselamatan-Nya. Ia mulai dengan mencatat bahwa ada orang-orang yang berbuat dosa dan melanggar hukum Allah (ayat 4). Lalu Kristus “menyatakan diri-Nya supaya menghapus semua dosa” (ayat 5). Orang yang mengaku mengalami karya Kristus tetapi terus berkanjang dalam dosa yang sama sesungguhnya menyangkali tujuan kedatangan Kristus, yaitu menghapus segala dosa. Tetap berbuat dosa tidak konsisten dengan karya Kristus di kayu salib. Apabila orang yang sudah diselamatkan boleh terus berbuat dosa, itu artinya kematian Kristus—meski ampuh untuk memperoleh hidup kekal—justru tidak berguna. Singkirkan jauh-jauh pemikiran itu! Kristus telah mati untuk tujuan yang sangat mulia, yaitu menghapuskan hukuman atas dosa, bukan kebiasaanberdosa dalam hidup orang percaya. Yohanes lalu mengangkat tentang karya Kristus melalui persekutuan orang percaya dengannya: “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi” (ayat 6). Itu berarti orang Kristen sejati tak pernah bisa berbuat dosa karena Yohanes berkata, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran 14 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung tidak ada di dalam kita" (1:8). Namun, dua ayat selanjutnya dalam pasal 3 menjelaskan, “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (ayat 7-8). Surat pertama Yohanes konsisten dengan peringatan terhadap kebiasaanberdosa. Izinkan saya memperjelas sesuatu di sini. Saya kerap menerima surat dari orang Kristen yang bersedih dan meragukan keselamatan mereka karena mereka seolah-olah tak bisa mematahkan kebiasaan yang berdosa atau tidak bijak. Mereka sering menyinggung tentang merokok, bereaksi berlebihan, dan masturbasi. Mereka takut pergumulan mereka dengan halhal semacam itu mengunci mereka dalam kebiasaan dosa. Namun Yohanes tidak sedang berkata bahwa seringnya suatu dosa tertentu hadir dalam hidup seseorang menandakan bahwa orang itu terhilang. Malah, ia memperjelas maknanya dengan berkata bahwa orang percaya yang sejati tidak berbuat dosa lagi (1 Yohanes 3:6). Istilah Yunani yang digunakan di sana (anomia) secara harfiah berarti hidup seolah-olah hukum Allah itu tidak ada. Seseorang yang menolak otoritas Tuhan tidak memedulikan pendapat Allah atas kebiasaan-kebiasaannya, dan ia jelas bukan orang Kristen. Akan tetapi, orang Kristen punya relasi yang sangat berbeda dengan Tuhan. Ia bukan lagi hamba dosa, melainkan telah mempersembahkan dirinya sebagai pelayan Allah (Roma 6:14, 17-18). Orang Kristen sejati masih bisa berbuat dosa, dan mungkin kadang jatuh melakukannya. Namun terkadang jatuh berbuat dosa tidak sama dengan terbiasa berbuat dosa. Dalam 1 Yohanes, kita melihat bahwa orang percaya sejati bisa saja melakukan yang pertama, tapi mustahil melakukan yang kedua. Mengapa mustahil? Karena orang percaya yang sejati “tetap berada di dalam Dia” (1 Yohanes 3:6). Kematian Kristus tidak hanya menghapus dosa kita. Karena Ia terus hidup di 15 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung dalam kita, pola dosa itu pun terpatahkan. Kita bukan lagi pendosa abadi dalam pikiran, perkataan, dan tingkah laku kita—seperti keadaan kita sebelum diselamatkan. Kini kita punya pilihan untuk berbuat baik. Jika kita mendapati diri kita berbuat dosa, berkebalikan dengan kebaikan yang kita dambakan di dalam hati, kita mirip dengan Paulus dalam Roma 7—dan ia tokoh Alkitab yang luar biasa! Namun, karena kita tetap berada di dalam Kristus, pergumulan kita akan berkurang seiring berlalunya waktu. Kita akan senantiasa peka terhadap dosa, karena seperti yang telah dibahas, itulah salah satu ujian iman yang menyelamatkan versi Yohanes. Namun, dosa bukan lagi kebiasaan yang mengurat akar dalam hidup kita. Kristus bersekutu dengan kita demi menyediakan kebiasaan baru dalam hidup kita—kebiasaan yangbenar. Akan tetapi, kebiasaan dosa menandai persekutuan dengan iblis: “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (ayat 8). Iblis adalah pendosa. Setiap orang yang berasal dari Iblis adalah pendosa. Kristus datang untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis dengan menyelamatkan orang yang terikat pada dosa. Itu berarti, orang yang benar-benar diselamatkan tak akan terus berada dalam keadaan semula. Kebiasaan dosa yang berulang menandakan bahwa penyelamatan itu tak pernah terjadi. Jika orang itu mengklaim sebaliknya, ia mencemarkan nama Kristus dengan menyiratkan bahwa kematian-Nya gagal memenuhi misi ilahi, yakni membinasakan pekerjaan-pekerjaan iblis dengan menyelamatkan manusia dari dosa. Selain itu, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahitetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tanda yang menyertai anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya" (ayat 9-10). Orang percaya telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Benih yang ia tanamkan ialah 16 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung natur, prinsip hidup, dan watak yang baru. Sama seperti benih yang ditanam di tanah melahirkan kehidupan yang jelas berbeda, benih ilahi menghasilkan kehidupan yang benar dalam diri kita dan mampu mematahkan pola dosa. Dan jangan khawatir: benih itu tak dapat mati, karena Firman Tuhan berkata benih itu tak dapat dibinasakan (1 Petrus 1:23). Orang percaya, yang terlahir dari Roh Kudus, tak dapat terus-menerus berbuat dosa. Yohanes baru saja membeberkan empat sudut pandang dalam menganalisis dosa dalam hidup kita: karya Kristus yang tergenapi dalam kematian-Nya, kehadiran-Nya senantiasa dalam diri orang percaya, pembinasaan pekerjaan-pekerjaan Iblis yang dilakukannya, dan karya Roh Kudus yang melahirbarukan kita. Dari mana pun Anda melihatnya, kebiasaan dosa kita telah dipatahkan. Apa artinya itu bagi Anda secara pribadi? Jika Anda melihat kebiasaan dosa yang berkurang dalam hidup Anda, itu merupakan bukti dari kasih kudus. Perbedaan antara anakanak Allah dan anak-anak Iblis sangat jelas, seperti yang dikatakan oleh Yohanes. Jika Anda menerapkan kebenaran, Anda bukan berasal dari Tuhan. Jika tidak, Anda bukan berasal dari Tuhan. Simpel dan sederhana. Jika Anda melihat kemenangan atas dosa dalam hidup Anda, jika Anda melihat motivasi yang benar, keinginan yang benar, kata-kata yang benar, perbuatan yang benar, dan bila hidup Anda tidak seperti yang semestinya namun berbeda dengan hidup Anda yang lama, maka Anda telah dikaruniai hidup yang kekal. Nikmati dan syukurilah itu. 7. Apakah Anda Mengasihi Sesama Orang Kristen? Dalam 1 Yohanes 3:10, Yohanes menyebutkan dua fakta yang jelas. Yang satu, seperti yang baru saja kita saksikan, adalah bahwa “setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah.” Fakta lainnya adalah bahwa “demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Untuk menegaskan poin itu, mari kita kembali ke bagian kunci yang kita lewatkan dalam kajian bertahap surat Yohanes ini: "Barangsiapa berkata, bahwa ia 17 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya” (2:9-11). Mengaku bahwa Anda ada di dalam terang—atau Anda telah melihat terang—sama dengan mengaku diri sebagai orang Kristen. Jika demikian, hidup Anda tentu akan menunjukkan beberapa pola hidup Kristus. Mengasihi sesama orang Kristen adalah satu pola yang paling mendasar. Bersekutu dengan Kristus berarti mengalami dan menyatakan kasih. Jika Anda mengaku diri orang Kristen tapi tidak mengasihi sesama orang Kristen, klaim Anda palsu. Anda sesungguhnya berjalan di dalam gelap, bukan di dalam terang. Kasih terhadap sesama orang Kristen adalah sesuatu yang timbul secara alamiah dalam diri orang percaya. Seperti yang Paulus katakan kepada jemaat Tesalonika, “Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah" (1 Tesalonika 4:9). Kendati demikian, ia lalu mendorong mereka supaya “lebih bersungguh-sungguh” dalam mengasihi satu sama lain (ayat 10). Sebagai orang percaya, kita belum mengasihi seutuh yang semestinya, namun kita telah mengasihi. Dan kita tidak perlu diajari tentang kasih karena itu sesuatu yang instingtif, mutlak, dan melekat pada natur baru kita. Seperti yang kita pelajari dalam Roma 5:5, “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita.” Yesus Kristus beranjak lebih jauh dengan mengatakan, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:35). Inilah yang mendasari kehidupan kristiani kita dan memungkinkan kita untuk “mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas” seperti yang diungkapkan oleh Petrus(1 18 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Petrus 1:22). Dan kasih ini lebih dari perasaan semata. Kasih ini mencakup tanggung jawab, pengorbanan dalam melayani, dan perhatian yang peka. Di sinilah ujiannya tiba: Apakah Anda mengasihi orang percaya lainnya? Jika Anda mengaku menjadi orang Kristen namun di hati Anda tidak ada kasih bagi saudara seiman di gereja atau Anda tidak pernah memenuhi kebutuhan mereka, maka inilah yang dikatakan rasul Yohanes kepada Anda: Anda tetap di dalam gelap meskipun Anda mengaku berada di dalam terang. Kasih adalah ujian kehidupan ilahi. Kasih menandakan Anda telah melintas dari gelap ke dalam terang. Beginilah cara 1 Yohanes 3:14-15 mengatakannya: "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuhmanusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” Apakah Anda sungguh-sungguh peduli pada orang percaya lainnya atau apakah Anda bersikap dingin, acuh, dan tidak perhatian? Apakah Anda rindu untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan mereka? Orang yang tidak peduli sesungguhnya mati secara rohani, dan itu ditandai oleh kebencian yang berlarut-larut. Di tengah zaman yang serba canggih, ini terwujud dalam permusuhan sengit dan gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri. Orang yang terus-terusan berfokus pada dirinya dan cuek dengan kondisi orang lain memiliki iblis sebagai bapanya, yang “adalah pembunuh manusia sejak semula" (Yohanes 8:44). Akan tetapi, sebagai orang percaya, "demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita”, jelas berkebalikan dengan karakter iblis yang adalah pembunuh. Oleh karena itu, “kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (1 Yohanes 3:16). Yohanes mengartikan kasih sebagai berkorban bagi sesama, bahkan hingga tahap rela mati bagi mereka. Bagaimana respons Anda terhadap peluang-peluang di mana Anda perlu 19 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung mengorbankan waktu, uang, dan talenta Anda? Apakah Anda bahagia saat menjumpai orang atau pelayanan yang membutuhkan dan Anda mampu menyumbangkan uang, waktu, doa, komoditas, kemampuan, atau telinga yang simpatik kepada mereka? Bagaimana dengan menikmati karunia persekutuan secara umum? Apakah Anda menantinantikan saat untuk bersekutu dengan sesama orang Kristen dan berbincang dengan mereka, berbagi dan mendiskusikan perkara-perkara Tuhan bersama mereka, mendalami Firman serta berdoa bersama mereka? Apa Anda rindu untuk membagikan sumber daya yang Tuhan berikan kepada Anda dengan orang lain dalam kerajaan Allah? Itulah bukti kasih, seperti yang kemudian dijelaskan oleh Yohanes: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anakanakku,marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ayat 17-18). Perhatikan hasil dari pendekatan kasih yang praktis ini: “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah” (ayat 19-21). Ketenangan Anda sebagai orang Kristen—bahwa iman Anda sejati—lahir dari kasih Anda. Kata Yunani untuk “menenangkan” (peitho) berarti mendamaikan, menenteramkan, atau meyakinkan. Anda bisa yakin di hadapan Allah bahwa Anda orang Kristen sejati bila Anda melihat kasih dalam hidup Anda. Nah, kasih Anda tentu tidak sempurna, namun kasih itu ada. Biarkan fakta itu mendukung ketenangan Anda, karena Yohanes memperingatkan bahwa hati atau nurani Anda mungkin berusaha mendakwa atau membuat Anda ragu. Kedagingan kita yang masih dikuasai dosa 20 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung mampu mengelabui pikiran kita. Iblis, sang pendakwa kita, tentu ingin mengeksploitasi kecenderungan itu. Meski hati Anda mendakwa Anda, tetaplah tenang bila Anda melihat kasih dalam hidup Anda. Mungkin Anda meragukan keselamatan Anda, namun Tuhan tak pernah ragu karena Ia lebih besar daripada hati Anda dan mengetahui segala sesuatunya. Mungkin Anda akan melalui keragu-raguan dan bergumul dengan ketenangan Anda. Turutilah nasihat Yohanes dan kembalilah kepada kasih dalam hidup Anda: cermati apakah Anda mengasihi orang Kristen lainnya, yang terbukti dari perbuatan baik dan pengorbanan. Jika itu menjadi bagian hidup Anda, tenanglah dan tenteramlah—karena terlepas dari apa pun yang dituduhkan oleh hati Anda, keselamatan Anda telah terjamin. Hati nurani yang terus menghakimi dapat merenggut ketenangan Anda karena yang menjadi fokus adalah kesalahan Anda. Namun Tuhan lebih besar dari hati nurani Anda; Ia melihat iman Anda kepada Kristus. Rasul Petrus, setelah menyangkali Kristus tiga kali, merasa terhakimi dengan sedemikian hebatnya. Secara pribadi, Yesus datang untuk menenangkan hatinya. Tiga kali berturut-turut Ia bertanya dengan lembut mengenai kesetiaan Petrus. Dalam keputusasaannya, Petrus berkata, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau" (Yohanes 21:17). Kita juga dapat mengandalkan kasih yang Tuhan lihat dalam hati kita. Memang tidak sempurna namun, lagi-lagi, kasih itu ada di sana. Dan kasih itu akan menyatakan diri melalui perbuatan baik dan pengorbanan bagi orang lain. Yesus meminta Petrus menyatakan kasihnya dengan memelihara gerejanya. Alamiah saja bagi orang Kristen untuk “berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Galatia 6:10). Kasih Anda kepada sesama orang Kristus merupakan tolok ukur dari iman Kristendan dasar yang kukuh bagi ketenangan kita. Jangan biarkan hati kita menghakimi apa yang tidak Tuhan hakimi. 21 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 8. Apakah Anda Mengalami Doa yang Terjawab? Inilah sumber keyakinan dan ketenangan lainnya: “Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (1 Yohanes 3:22). Anda tahu bahwa Anda orang percaya bila Tuhan menjawab doa-doa Anda. Satu-satunya cara itu bisa terjadi adalah jika Anda menuruti segala perintah-Nya, dan satu-satunya cara melakukan itu adalah dengan menjadi milik-Nya. Seperti yang Yohanes katakan dalam ayat 24, “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah.” Dalam bagian yang mirip, Yohanes berkata, “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya" (5:13-15). Tuhan selalu menjawab doa yang selaras dengan kehendak Allah. Orang percaya yang taat tahu kehendakNya disebutkan dalam Firman-Nya, dan ia menyelaraskan doa-doanya dengan itu. Jawaban doa tersebut akan membangkitkan keyakinan dan ketenangan. Kerinduan Tuhan untuk menjawab doa anak-anak-Nya lebih besar dari kerinduan kita untuk meminta. Saya rasa Tuhan mungkin merasa kecewa karena Ia bisa saja memberikan lebih dari yang selama ini kita minta kepada-Nya. Coba pikirkan alangkah banyaknya berkat dan ketenangan yang mungkin saja kita lewatkan! Banyak orang berdoa kepada Tuhan tanpa mengenal pribadi-Nya atau bahkan mengetahui kehendak-Nya. Tuhan tidak wajib menjawab doa-doa semacam itu. Dalam Mazmur dicatat bahwa Ia bahkan tidak mendengarkan doa-doa tersebut (Mazmur 66:18). Namun, kita yang 22 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung menyaksikan doa-doa kita terjawab dapat meyakini bahwa kita memiliki hidup yang kekal. Salah satu dari banyak alasan baik untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan setia adalah demi menikmati ketenangan yang lahir dari jawaban doa. Sebagian orang percaya bergumul dengan keraguan akan keselamatan karena mereka jarang mengalami jawaban doa. Biasanya itu akibat dari kehidupan doa yang sangat minim. Sayang sekali, bukan! Jika itu yang Anda alami saat ini, segera balikkan situasi. Jangan sampai Anda melewatkan berkat dan penghiburan yang datang dari jawaban doa. Saat merenungkan kembali hidup ini, salah satu sumber ketenangan terbesar saya ialah menyaksikan Tuhan menjawab doa-doa saya selama bertahun-tahun. Jawaban Tuhan ialah bukti bahwa Ia mendengar doa saya, sekaligus bukti bahwa saya berdiam di dalam-Nya dan Dia berdiam di dalam saya. Pernahkah Anda mengalami doa yang terjawab? Apakah itu menjadi pola hidup Anda? Jika ya, Anda memiliki hidup yang kekal. Pernahkah Anda berdoa bagi orang yang tidak percaya dan melihat orang itu datang kepada Kristus? Pernahkah Anda berdoa untuk orang yang didera kesulitan besar dan menyaksikan Tuhan mengubah situasinya menjadi berkat dan sukacita? Pernahkah Anda meminta Tuhan memenuhi kekosongan dalam hidup Anda dan menyaksikan Ia mengisinya? Pernahkah Anda berdoa memohon pengampunan dengan hati nurani yang murni dan menerimanya? Pernahkah Anda meminta Tuhan memampukan Anda menyampaikan kebenaran-Nya kepada seseorang atau sekelompok orang dan mengalami kasih karunia-Nya untuk menyampaikannya dengan sangat jelas? Pernahkah Anda meminta kuasa untuk memberitakan Injil dan mengalami itu? Pernahkah Anda meminta agar Tuhan menolong Anda menuntun seseorang pada Juru Selamat dan Dia mengabulkan doa itu? Pernahkah Anda mencari sukacita di tengah kondisi yang berat dan mengalami damai sejahtera Tuhan sebagai hasilnya? Pernahkah Anda meminta Tuhan untuk menolong Anda mengenalnya lebih dekat dan mengalami keintiman yang lebih dalam dengan-Nya setelah 23 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung melalui pengalaman yang berat? Semua itu pertanda bahwa Anda berada di dalam-Nya dan Dia berada di dalam Anda. 9. Apakah Anda Mengalami Pelayanan Roh Kudus? 1 Yohanes 4:13 menguraikan lebih lanjut tentang berada di dalam Tuhan: "Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya." Hal pertama yang Roh Kudus lakukan adalah bersaksi bahwa “Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia” (ayat 14). Jika Anda mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Juru Selamat dunia, dan telah mempersembahkan hidup Anda kepada-Nya, itu semua adalah karya Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, Anda tak akan mengenal siapa Kristus itu dan Anda jelas tidak akan mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Pernahkah Anda mengalami pelayanan Roh Kudus? Jika ya, itulah bukti bahwa Anda benar-benar anak Tuhan. Karya penting lain dari Roh Kudus adalah menolong Anda memahami firman Tuhan. Saat menjelaskan tentang Roh Kudus, Yohanes berkata, " Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya … (yang) mengajar kamu tentang segala sesuatu” (2:27). Paulus menjelaskan bahwa “Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah... supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita” (1 Korintus 2:10, 12). Ketika Anda membaca Firman Tuhan, apakah isi dan pesannya menerangi hati Anda? Apakah Anda memahamimaksudnya? Bahkan, apakah Anda kadang memahaminya dengan sangat baik sehingga Anda berharap lebih baik Anda tidak mengerti karena implikasinya jelas dan harus ditaati? Apakah secara keseluruhan Firman Tuhan bisa Anda mengerti dengan jelas? Yang saya maksud bukan bagian abu-abu yang menjadi pergumulan kita semua, tapi coba bayangkan efek dari membaca Alkitab pada Anda. Tanyakah pada diri Anda, apakah firman Tuhan menunjukkan keberdosaan saya? Apakah 24 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Firman Tuhan membuat saya bersukacita saat menyembah Tuhan dan rindu memperluas kerajaan-Nya? Semua itu pertanda dari karya pencerahan Roh Kudus dalam hidup Anda. Mari kita melihat karya lainnya dari Roh Kudus. Bagaimana tentang persekutuan dengan Tuhan? Roh Kudus jugalah yang menuntun Anda untuk berseru “ya Abba, ya Bapa!” (Galatia 4:6) sebagai tanda keintiman dan komunikasi Anda dengan Tuhan. Bagaimana dengan pujian? Siapa yang mengangkat hati Anda untuk memuji dan memuliakan Tuhan? Siapa yang mendorong Anda untuk bernyanyi dengan kesungguhan dan kecintaan kepada Tuhan? Dalam Efesus 5:19, Paul menjelaskan bahwa Roh Kudus menuntun kita untuk " berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhandengan segenap hati." Bagaimana dengan buah Roh, yang Paulus uraikan sebagai "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"? (Galatia 5:22-23) Sikap-sikap itu adalah karunia rohani. Apakah karunia-karunia itu pun timbul dalam hidup Anda secara keseluruhan? Pernahkah Anda melayani secara rohani dengan menolong orang lain, memberi, atau bercerita tentang Yesus kepada orang lain? Itulah bukti-bukti pekerjaan Roh Allah. Apakah Anda benar-benar mengalami pelayanan-Nya dalam hidup Anda? Dalam Roma 8:16, Paulus menjelaskan bahwa “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anakanak Allah.” Nah, jangan berharap Tuhan akan berbisik ke telinga Anda, “Kau orang Kristen, kau orang Kristen, percayalah pada-Ku kau orang Kristen!"Suara Tuhan tidak bisa Anda dengar secara audibel. Dan itu juga bukan pengalaman yang eksoterik atau mistik. Pengalaman itusungguh nyata. Tuhan menyatakannya dengan menyediakan bukti kehadiranNya dalam hidup Anda—dengan menolong Anda memahami firman Tuhan, menarik Anda ke dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa dan puji-pujian, menghasilkan buah roh 25 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung untuk dikaruniakan dalam hidup Anda, serta memampukan Anda melayani sesama dengan efektif. Jika Roh Kudus ada dalam hidup Anda, itu adalah bukti bahwa Anda berdiam di dalam Tuhan dan Dia dalam Anda (1 Yohanes 4:13). Jadi, tenanglah. Jangan biarkan hati Anda menuduh, mendakwa, dan menuding bahwa Anda bukanlah orang percaya. Kenali karya Roh Kudus dalam diri Anda. Tak ada alasan untuk ragu dan menjadi goyah. 10. Dapatkah Anda Membedakan Kebenaran dan Ajaran Sesat? Sejauh ini kita menempuh sembilan ujian untuk mengenali iman yang menyelamatkan. Dalam ujian kesepuluh-lah Yohanes benar-benar menggunakan kata ujian: “Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia” (1 Yohanes 4:1-3). Setiap sistem agama yang sesat di dunia ini melanggar ujian tersebut. Pengikut sistem semacam itu terus berusaha merendahkan kebenaran Alkitabiah yang menyatakan siapa Yesus Kristus dan pekerjaan-Nya selama ini—bahwa Dia itu Tuhan dan Juru Selamat, yang datang sebagai manusia untuk “diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Roma 4:25). Bisakah Anda tahu kapan seseorang mengajarkan sesuatu yang keliru tentang pribadi dan karya Kristus? Inilah masalah titik balik dalam iman Kristen. Pengajar-pengajar palsu “berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal 26 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan" (1 Yohanes 4:5-6). Yohanes berkata bahwa orang percaya yang sejati akan mendengarkan kebenaran dan tidak menyimpang ke kesalahan mengenai karya dan pribadi mulia Kristus. Bayangkan ada orang yang berkata, “Saya dulunya percaya pada Yesus Kristus, tapi kini saya telah melihat terang itu: Kristus sesungguhnya malaikat—atau emanasi dari Allah, roh ilahi tanpa unsur manusiawi, atau sekedar manusia yang tidak ilahiah.” Bidat semacam itu mencerminkan hati yang belum lahir baru. Sejak saat Anda diselamatkan, ada satu hal yang Anda pahami dengan jelas dan itu tentang siapa serta apa yang dilakukan Kristus. Jika Anda tidak memahaminya, Anda tentu tak akan diselamatkan. Roh Kudus-lah yang menolong Anda memahaminya. Ujian ini bukan lagi soal mencermati moral atau pengalaman, melainkan bersifat doktrinal. Orang percaya sejati bisa membedakan kebenaran dari ajaran sesat karena Roh Kudus berdiam dalam diri mereka. "Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus,” kata Yohanes, “lahir dari Allah” (1 Yohanes 5:1). Ini juga merupakan ujian doktrinal. Ketika Anda memercayai hal yang benar tentang Kristus, Anda lahir dari Allah. Menjadi orang percaya memang baik, tetapi juga baik untuk tidak gampang-gampang percaya. Seperti yang dikatakan Yohanes, “Janganlah percaya akan setiap roh” (4:1, penekanan ditambahkan). Demi kehidupan dan kesehatan rohani Anda, jangan percayai semua hal yang Anda dengar, lihat, dan baca. Justru, “Ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah”. Dibutuhkan kemampuan untuk berpikir secara alkitabiah. Teks Yunaninya menyiratkan bahwa kita perlu terus memeriksa dengan teliti apa pun dan siapa pun yang Anda temui. Kenapa harus repot-repot? "Sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” 27 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Penaklukan kota Troya adalah salah satu kisah tersohor dari zaman kuno. Tentara-tentara Yunani mengepung kota itu selama sepuluh tahun, namun tak kunjung mampu mendudukinya. Dalam kegusarannya, Ulysses, seorang ahli strategi yang cerdik, memerintahkan dibangunnya kayu raksasa besar dan meninggalkannya di luar tembok kota sebagai hadiah untuk warga Troya yang tak terkalahkan. Warga Troya yang bangga dan penasaran pun membawa masuk kuda kayu itu ke dalam tembok-tembok berkubu mereka. Malam itu, prajurit-prajurit Yunani yang bersembunyi di dalamnya menyelinap dan membukakan pintu gerbang agar teman-teman mereka dapat masuk ke kota. Mereka membantai penduduk, merampok seisi kota, dan membakarnya hingga rata dengan tanah. Semenjak itu, kuda Troya menjadi simbol penyusupan dan tipu daya. Sayangnya, di sepanjang sejarah, gereja merangkul banyak kuda Troya yang mengangkut nabi-nabi palsu. Iblis dengan efektif menyamarkan musuh sebagai hadiah untuk memikat kita meninggalkan kebenaran Allah dan masuk ke dalam penyesatan yang merusak. Gereja masa kini pun dilanda kebingungan akut karena doktrin yang lemah, pola pikir relativisme, metodologi keduniawian, penafsiran Alkitab yang tidak tepat, kurangnya disiplin internal, serta ketidakdewasaan rohani. Yang amat, sangat dibutuhkan oleh kita saat ini ialah ketajaman rohani—kemampuan membedakan kebenaran ilahi dari penyesatan (1 Tesalonika 5:21). Mungkin Anda memiliki dan menerapkan kualitas itu dalam kehidupan sehari-hari. Anda membaca label nutrisi karena Anda ingin sehat. Anda membaca keterangan dalam huruf cetak halus di laporan pasar modal sebelum menanamkan investasi keuangan. Jika Anda butuh dioperasi, Anda dengan cermat memilih dokter yang tepat. Mungkin Anda sangat analitis dalam memandang isu politik dan dapat menilai berbagai masalah dalam dan luar negeri secara akurat. Atau mungkin Anda pandai menilai strategi bertahan atau menyerang. Semua itu baik adanya, namun dapatkah Anda membedakan kebenaran ilahi dengan ajaran sesat? 28 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung Untuk melakukan itu, Yohanes meminta kita menguji dua hal: pengakuan akan ketuhanan Yesus (1 Yohanes 4:2-3) dan komitmen pada Firman Ilahi (ayat 4-6). Jika Anda mengkaji sekte-sekte, Anda akan melihat suatu pola. Christian Science, Saksi Yehovah, Mormon, dan sejenisnya menyerang kemanusiaan Kristus dan mendalilkan pengganti atau penambahan pada Alkitab, seperti Science and Health with Key to the Scriptures, The Book of Mormon, atauThe Pearl of Great Price. Orang percaya yang sejati tak akan termakan kebohongan seperti ini. Di dalam diri mereka berdiam pengajar tetap kebenaran sejati, yaitu Roh Kudus (1 Yohanes 2:27). Baru-baru ini, saya mendengarkan program radio di mana seorang pria memberitakan agama yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Tak berapa lama, saya tahu semua yang ia sampaikan itu tidak benar. Saya langsung waspada begitu ia memelintir satu pernyataan singkat Alkitab di awal khotbahnya. Saya terus menyimak hingga ia selesai, kemudian ia menyatakan keberadaan seorang nabi besar yang menjadi alat Tuhan untuk membawa kebenaran bagi umat manusia. Yang dikatakannya jelas tidak sejalan dengan Alkitab. Saya tahu itu ajaran sesat karena Roh Kudus telah meyakinkan saya tentang keabsahan Alkitab dan keselamatan oleh kasih karunia melalui iman dalam Kristus saja. Saya tahu nabi masa kini itu tak bisa memberi saya kebenaran macam apa pun. Anda tak harus lulus dari seminari atau menjadi ahli bidat dan agama dunia untuk membedakan kebenaran dari ajaran sesat. Jika Anda tak tergoyahkan dari kebenaran dasar akan pribadi, karya, dan Firman ilahi Kristus, itulah bukti dari iman yang sejati dan menyelamatkan. 29 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung 11. Pernahkah Anda Ditolak Karena Iman Anda? Ujian kesebelas dan pamungkas ini agak menyakitkan: “Janganlah kamu heran, saudarasaudara, apabila dunia membenci kamu” (1 Yohanes 3:13). Kain membenci Habel dan membunuhnya. Mengapa Kain melakukan itu? “Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (ayat 12). Pernahkah Anda dibenci, dimusuhi, mengalami kepahitan, diasingkan, diboikot, disalahmengerti, atau dianiaya karena menunjukkan dan membela apa yang benar? Jika demikian, itu pertanda Anda ada di dalam Tuhan karena Diapun merasakan penderitaan yang sama untuk alasan yang sama. Kenyataannya, bagi dunia, Anda selaku orang Kristen “telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu” (1 Korintus 4:13). Anda adalah ancaman bagi keyakinan mereka—bahwa hanya dunia inilah yang layak dihidupi. “Mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu” (1 Petrus 4:4). Akan tetapi, Alkitab berkata, “Janganlah kamu takut dengan orang-orang yang melawan kamu. Semua itu adalah tanda jelas dari Tuhan. Untuk mereka, itu adalah tanda kehancuran, sedangkan untukmu, itu adalah tanda keselamatan” (Filipi 1:28). Ketika Anda menderita karena iman Anda, jangan katakan, “Oh, mampukah aku menjadi orang Kristen? Situasi ini kian memburuk—apakah Tuhan memang peduli padaku?” Namun, jika dunia menganiaya Anda, katakan, “Luar biasa, bukan? Kini jelas sudah siapa saya sesungguhnya!” Saya tak akan melupakan malam itu bertahun-tahun lalu, saat saya dipanggil ke kantor gereja untuk urusan darurat. Sesampainya di sana, saya melihat salah satu penatua kami sedang berhadapan dengan seorang gadis yang kerasukan setan. Jelas, gadis itu menunjukkan kuasa supranatural. Ia menjungkirbalikkan meja baja yang berat dan kami berdua tak mampu meringkusnya secara fisik. Suara-suara yang keluar dari mulutnya bukan miliknya lagi. Hal pertama yang mereka katakan saat saya masuk ke ruangan itu adalah, “Jangan dia! Suruh dia 30 Gereja Baptis Indonesia Getsemani Pos PI Amanat Agung pergi! Suruh dia pergi! Kami tak mau dia di sini!” Saya jadi berbesar hati saat tahu roh-roh jahat itu sadar saya tidak berada di pihak mereka. Peristiwa malam itu sungguh meneguhkan iman saya. Ketika dunia dan roh iblis di dalamnya membenci Anda, Anda berhak merasa diteguhkan bila Anda dibenci karena hidup benar. Nah, jika Anda dibenci karena sifat dan sikap Anda menjengkelkan, tak ada kebenaran di dalamnya! "Akan tetapi, jika kamu menderita karena berbuat baik dan kamu menerimanya dengan tabah, tindakanmu itu berkenan di hadapan Allah” (1 Petrus 2:20). Bagian dari perkenanan itu adalah diyakinkan akan keselamatan Anda. Rasul Yohanes menguraikan semua jenis ujian ini untuk memberi dasar keyakinan yang alkitabiah bagi orang percaya sejati. Mari kita mengulas kembali ujian-ujian tersebut: Apakah Anda menikmati persekutuan dengan Allah dan Kristus? Apakah Anda peka terhadap dosa dalam hidup Anda? Apakah Anda menaati Kitab Suci? Apakah Anda menolak dunia yang jahat ini? Apakah Anda mengasihi Kristus dan dengan antusias menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali? Apakah Anda melihat pola dosa yang berkurang dalam hidup Anda? Apakah Anda mengasihi sesama orang Kristen? Apakah Anda menerima jawaban doa-doa Anda? Apakah Anda mengalami pelayanan Roh Kudus? Mampukah Anda membedakan kebenaran rohani dari ajaran sesat? Sudahkah Anda menderita karena iman Anda di dalam Kristus? Dengan lulus dari ujian-ujian ini, Anda dapat memiliki keyakinan di hadapan Allah. Lagi pula, Yohanes menuliskan semua ini agar “kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (5:13). Tidak ada alasan bagi Anda untuk menjalani seluruh pengalaman rohani Anda dalam kesedihan, meski ribuan orang Kristen melakukan itu. Tolonglah, jangan menjadi seperti mereka. 31