PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Dewasa ini perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, terutama yang terjadi di pasar modal Indonesia, apalagi baru-baru ini kawasan Eropa dan Amerika diterjang krisis financial dan dapat dipastikan Indonesia merasakan dampak dari krisis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pasar modal yang makin berfluktuasi. Pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan adanya pasar modal diharapkam aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pembiayaan jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian akan disalurkan ke sektor produktif dengan harapan sektor tersebut dapat menghasilkan lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat. Pada umumnya perusahaan memilih beberapa alternatif pembiayaan, guna mengembangkan usahanya. Perusahaan yang membutuhkan modal kerja cenderung untuk memilih alternatif sumber pembiayaan jangka pendek yang disediakan oleh perbankan, sedangkan perusahaan yang membutuhkan dana modal untuk investasi cenderung memilih alternatif sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan pasar modal. Pasar modal itu sendiri adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan adanya pasar modal maka para investor dapat menginvestasikan dananya tersebut ke dalam perusahaan. Investasi yang biasanya dipilih oleh para pelaku ekonomi ataupun para investor di pasar modal adalah jual beli saham perusahaan. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak diperjualbelikan karena dianggap bisa memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang cukup singkat. Saham memiliki karakteristik high risk–high return, yang berarti saham bisa memberikan tingkat keuntungan yang tinggi namun juga memiliki resiko yang tinggi pula. 19 Tujuan investor melakukan investasi saham adalah pertama, keuntungan yang diperoleh dari selisih pergerakan harga saham pada saat membeli dan saat menjual (capital gain). Kedua, keuntungan yang didapat oleh investor diperoleh dari pembagian dividen. Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Dalam proses memperoleh dana dari masyarakat, perusahaan yang kinerjanya baik dan memiliki tingkat keuntungan yang besar akan memiliki tingkat kesempatan yang besar untuk menarik minat para investor untuk memilih perusahaan tersebut dalam menyalurkan dananya sebagai investasi. Salah satu alasan yang menjadi pertimbangan investor untuk menginvestasikan dananya adalah harga saham dari perusahaan emiten tersebut, karena harga saham itu sendiri mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Harga saham adalah harga jual per lembar saham per lembar saham emiten. Harga saham emiten berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan biasanya harga saham berfluktuasi setiap harinya. Harga saham emiten yang cenderung meningkat akan memberikan keuntungan atau profit bagi pemegang saham, dan sebaliknya harga saham yang cenderung terus menurun akan memberikan kerugian atau loss bagi pemegang saham. Harga saham dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kinerja perusahaan tersebut, faktor pasar, kedaan politik suatu negara, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sebelum melakukan investasi saham, individu atau organisasi harus memastikan investasi yang dilakukan adalah tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa alternatif cara penilaian apakah saham yang dipilih merupakan saham yang benar-benar dapat mendatangkan keuntungan atau pengembalian positif diwaktu yang akan datang. Salah satu alternatif penilaian investasi adalah analisis secara fundamental atau berdasarkan performa perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari, pertama kondisi kinerja keuangan perusahaan yang baik, artinya disini seorang investor mencoba untuk meramal masa depan dari saham yang dipilihnya berdasarkan kinerja perusahaan yang 20 tergambar dari data sekunder perusahaan. Kedua adalah menyangkut aspek teknis yang diketahui oleh para pelaku bursa serupa fluktuasi kurs, volume transaksi, kondisi bursa dan lain-lain. Ketiga berkaitan dengan keadaan lingkungan yang mencangkup kondisi ekonomi, sosial politik dan stabilitas nasional suatu negara. Artinya disini seorang investor mencoba untuk meramal masa depan dari saham yang dipilihnya berdasarkan kinerja perusahaan yang tergambar dari data sekunder perusahaan. Informasi keuangan yang terdapat pada laporan keuangan memuat data historis dalam penilaian dan peramalan analisis investasi. Sehubungan dengan hal itu, BAPEPAM melalui Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep. 38/PM/1996 tentang laporan tahunan, telah mewajibkan para emiten untuk menyampaikan laporan tahunan agar terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan kinerja emiten yang bersangkutan melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep. 38/PM/1996 tentang laporan tahunan. Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang membandingkan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Sarana yang penting digunakan untuk mengukur tingkat kinerja keuangan adalah rasio keuangan. Ada berbagai rasio yang dapat menunjukan kinerja keuangan perusahaan. Alasan memilih rasio profitabilitas adalah karena rasio profitabilitas akan mampu mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Selain sebagai tujuan utama perusahaan, laba merupakan indikator bagi perusahaan. Laba adalah faktor utama dalam mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan dengan seluruh dana dan sumber daya yang ada di perusahaan. Rasio yang digunakan dari rasio profitabilitas adalah Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM). ROE atau return on net worth adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan, Riyadi (2006: 155). ROI digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi, 21 semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Mardianto (2008: 196). Sedangkan NPM sering digunakan oleh para praktisi keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari hasil penjualan perusahaan, Bastian dan Suhardjono (2006: 299). Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio-rasio ini menjadi pertimbangan dalam menilai kondisi emiten, karena semakin besar kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, maka secara teoritis saham tersebut akan meningkat. Alasan lainya adalah dengan pertimbangan bahwa semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham. Hal ini akan mempengaruhi investor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Penelitian ini dilakukan pada sektor properti karena sektor properti di pandang cukup menjanjikan keuntungan di masa mendatang, selain itu juga sektor properti dipandang tangguh dalam menghadapi kendala ekonomi yang terjadi. Hal ini didukung oleh fenomena krisis yang terjadi di Amerika. Terjadinya krisis global di tahun 2008 membuat lesunya transaksi jual beli saham, krisis yang terjadi awalnya pada negara Amerika Serikat ini telah merambah ke semua sektor, mulai dari perbankan sektor riil hingga pasar modal. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha menyelamatkan uang di pasar saham. Para investor menjual saham sehingga bursa saham turun drastis. Di Indonesia, krisis keuangan global terbukti mempengaruhi pasar modal dan valuta asing. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pada industri properti, dengan melihat ekonomi makro Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bagus dibandingan dengan China sehingga krisis AS tidak berpengaruhi pada bisnis properti. (VIVAnews.com Kamis, 25 Agustus 2011, 23:56 WIB). Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pemberitaan di tahun 2010 bahwa “Sektor Properti Posisi Kedua Penghasil Devisa” sehingga pemerintah harus 22 mendorong sektor ini agar terus berkembang. Selama ini, orang hanya berpikir industri rokok dan sektor pertambangan adalah penghasil devisa terbesar negara. Namun ada sektor lain yang tidak kalah penting dan turut memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan negara ini, yaitu sektor properti sehingga pemerintah harus mendorong sektor ini agar terus berkembang pada masa mendatang dengan cara membuat regulasi yang mendukung. Dengan investasi minimal US$ 2 miliar saja, pendapatan dari pajak pertambahan nilai (PPN) mencapai Rp 10 triliun. Sedangkan rata-rata investasi sektor properti per tahunnya mencapai US$ 5 miliar. Sektor properti juga diuntungkan dengan tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang rendah. Kelebihan likuiditas tersebut juga dapat menyebabkan suku bunga rendah. (VIVAnews.com Sabtu, 17 April 2010, 22:19 WIB). Harga saham pada sektor properti pun masih terbilang baik, Meski indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melejit, saham-saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai masih prospektif. Selain ditopang fundamental ekonomi, beberapa saham tergolong murah karena Price to Earning Ratio (PER)nya masih di bawah saham sejenis dan di bawah saham dari sektor lain sekitar 1516 kali. Stabilnya suku bunga akan menggairahkan sektor perumahan dan apartemen yang harganya berada di bawah Rp 500 juta per unit termasuk rusunami. Kondisi itu ditopang oleh suku bunga kredit yang stabil dan rendah, serta permintaan masyarakat terhadap produk properti di Indonesia cukup tinggi. Valuasi saham sektor properti masih murah dibandingkan saham sejenis di bursa regional. Saham-saham properti yang masih prospektif antara lain BSDE, ASRI, LPKR, SMRA, dan Grup Ciputra. Selain ekonomi yang kian menggeliat, perusahaan properti tengah menikmati pendapatan yang kian meningkat, neraca keuangan yang kuat serta valuasi yang menarik. Harga-harga sektor properti di Indonesia saat ini berada di bawah rekan-rekan regional yang diperdagangan pada level PE 17,5x. Peraturan tentang kepemilikan asing di properti yang kemungkinan disahkan pada akhir 2010 akan berdampak positif terhadap sektor komersial seperti apartemen dan perkantoran. Salah satu faktor utama yang bakal 23 mendorong saham properti ke depan adalah adanya prediksi bahwa banyak orang akan tinggal di kota besar pada 2015. (bataviase.co.id). Raja Lambas J. Pangabean melakukan penelitian jurnal dengan judul ANALISIS PERBANDINGAN KORELASI EVA DAN ROE TERHADAP HARGA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA (2005). Hasil analisis secara parsial didapat bahwa ROE perusahaan dalam LQ 45 tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham, sedangkan analisis EVA mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya. Ucok Saut Timbul,SE dan Dr. Widyo Nugroho,MM melakukan penelitian jurnal dengan judul ANALISIS PENGARUH EVA, ROA, ROE DAN PERSENTASE KEPEMILIKAN MODAL SAHAM ASING TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN DI BEI. Data yang diambil adalah laporan keuangan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dari 20 bank yang ada di BEI. Setelah dilakukan analisis menggunakan SPSS didapatlah kesimpulan bahwa EVA, ROA, dan PKMSA menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan, sebaliknya (ROE) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Hasil pengujian statistik secara simultan EVA, ROA, ROE, dan PKMSA menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Dan dalam jurnal Ina Rianti dengan judul PENGARUH NET PROFIT MARGIN (NPM), RETURN ON ASSETS (ROA) dan RETURN ON EQUITY (ROE) terhadap HARGA SAHAM pada PERUSAHAAN yang TERCANTUM DALAM INDEKS LQ45. Sampel yang digunakan adalah 11 perusahaan dari 45 perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45 selama periode 2004-2008. Hasil analisis secara simultan variabel independen yang diuji (NPM, ROA dan ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, diperoleh hasil NPM dan ROE tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham, pada variabel ROA diperoleh hasil mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Kemudian terdapat penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Handoko (2008) PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED , ROE, ROA, DAN EPS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN KATEGORI 24 LQ 45 PADA BURSA EFEK JAKARTA. Hasil pengujian simultan diketahui bahwa variabel EVA, ROE, ROA dan EPS berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Sedangkan hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa variable EPS yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham dan variable yang lain yaitu EVA, ROE, ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Dan penelitian Leonardo Guntur H. Silitonga (2009) ANALSIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA. Sampel yang diambil yaitu 8 perusahaan rokok yang paling baik dari segi likuid perusahaan. Berdasarkan hasil SPSS uji signifikan simultan menunjukan bahwa PER, ROE, dan NPM memiliki variabel yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel PER dan NPM memiliki pengaruh terhadap harga saham, sedangkan variabel lain yaitu ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada industri rokok di BEI. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Janu Widi Wiasta (2010) ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA LEMBAGA KEUANGAN YANG GO PUBLIC DI BEI TAHUN 20042007. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 44 lembaga keuangan. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa ROA, ROE dan NPM berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel lain seperti EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan untuk uji simultan ada pengaruh yang signifikan dari ROA, ROE, EPS dan NPM terhadap harga saham. Berdasarkan fenomena-fenomena dan penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : PENGARUH ROE, ROI, DAN NPM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE PERIODE 2007-2010 DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA). 1.9 Identifikasi Masalah 25 Masalah-masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) pada sektor properti dan real estate periode 20072010 di BEI (Bursa Efek Indonesia). 2. Bagaimana perkembangan harga saham perusahaan pada sektor properti dan real estate di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2007-2010. 3. Bagaimana pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) tehadap Harga Saham pada perusahaan-perusahaan di sektor properti dan real estate yang terkabung dalan BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2007-2010. 1.10 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan kinerja keuangan yang diukur melalui rasio profitabilitas dengan indikator ROE (Return On Equity), ROI (Return On Investment) dan NPM (Net Profit Margin) tehadap harga saham yang akan digunakan untuk dianalisis sehingga dapat dilihat pengaruhnya. Selain itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk menyusun skripsi sebagai tugas akhir yang merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis dan Manajemen di Universitas Widyatama. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis rasio Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) pada sektor properti dan real estate periode 2007-2010 di BEI (Bursa Efek Indonesia). 2. Menganalisis perkembangan harga saham per tahun yang ditetapkan pada perusahaan-perusahaan di sektor properti dan real estate periode 2007-2010. 3. Menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) tehadap harga saham pada perusahaan- perusahaan sektor properti dan real estate periode 2007-2010. 1.11 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 26 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi pihak – pihak yang bersangkutan antara lain: 1. Bagi Penulis Memberikan informasi tambahan untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih mengenai harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan yang dapat digunakan sebagai masukan atau dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio keuangan yang baik menunjukkan prospek bagus bagi perusahaan di masa yang akan datang yang dapat menarik investor untuk menanamkan modal di perusahaan sehingga dimungkinkan dapat menambah modal untuk usaha pengembangan perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Pihak perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan dapat barmanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas terhadap harga saham sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris pada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini, dan menambah sumber pustaka yang telah ada. 4. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh laporan keuangan terhadap harga saham yang diperdagangkan di pasar modal, sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk memilih atau menentukan pada bidang perusahaan mana yang mempunyai rasio keuangan yang baik dan meramalkan harga-harga saham perusahaan makanan dan minuman di BEI sehingga akan mengurangi resiko kerugian dan menghasilkan return saham yang baik. 27 5. Akademisi Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan metode ROE, ROI, dan NPM dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan secara lebih komprehensif. 1.12 Kerangka Pemikiran Investasi yang dilakukan oleh investor pada saham tidak terlepas dari ketidakpastian, hal ini karena investasi pada saham selain memberikan keuntungan dapat pula memberikan kemungkinan terjadinya kerugian yang dapat terjadi setiap waktu. Ketidakpastian dalam saham mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam berinvestasi. Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:78) dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada beberapa resiko. Resiko tersebut antara lain: a. Resiko Finansial, yaitu resiko yang diderita investor sebagai akibat ketidakmampuan emiten dalam memenuhi kewajiban membayar deviden atau bunga serta pokok investasi. b. Resiko Pasar, yaitu resiko akibat menurunnya harga pasar secara subtansial baik secara keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan manajemen perusahaan maupun kebijakan pemerintah. c. Resiko Psikologis, yaitu resiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimism atau pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham. d. Resiko Tingkat Bunga, yaitu resiko perubahan suku bunga umum yang mempengaruhi surat berharga terutama yang berpenghasilan tetap. Seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan di masa-masa yang akan datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan perbandingan dengan keuntungan perusahaan lain, ia akan menaruh minat pada kondisi keuangan perusahaan sejauh hal itu dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berkembang, membayar dividen, 28 dan menghindari kebangkrutan. Bagi perusahaan sendiri, analisa terhadap keadaan keuangan akan membantu dalam hal perencanaan perusahaannya. Keputusan investor harus didukung oleh analisis yang yang baik, dan analisis yang dilakukan oleh investor adalah dengan melakukan analisa teknikal maupun analisa fundamental. Analisa teknikal bersifal uncontrollable yang sulit untuk dikendalikan karena mempengaruhi semua perusahaan, sehingga investor biasanya hanya melakukan analisa fundamental untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi. Analisa fundamental adalah analisa yang memusatkan perhatian pada laporan keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan. Laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada kondisi tertentu, prestasi operasi perusahaan, serta informasi-informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Irham (2011:22) “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan.” Sebelum investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, investor tersebut akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, terutama yang berkaitan dengan masalah pengelolaan investasi dan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Hal ini berarti dari suatu laporan keuangan perusahaan dapat diketahui perkembangan perusahaan yang bersangkutan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Jadi dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manajemen menyajikan laporan keuangan dan pihak luar perusahaan memanfaatkan informasi tersebut untuk membantu dalam membuat keputusan. Sebuah laporan keuangan pada umunya terdiri dari Neraca, Laporan labarugi, Laporan perubahan modal, Laporan arus kas, Catatan atas laopran keuangan. 29 Tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan datang. Hal ini dilakukan dengan membandingkan standar periode tertentu dengan peiode sebelumnya pada perusahaan yang sama atau standar perusahaan ini lain dari jenis industri yang sama. Tentunya dengan perbandingan ini pemodal pengetahui perkembangan kinerja keuangan perusahaan, apakah meningkat atau menurun. Menurut Irham (2011:2) “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuang secara baik dan benar”. Analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan analisis rasio. Metode ini membandingkan satu atau lebih data-data keuangan yang lain yang tertera dalam laporan keuangan. Hasilnya adalah informasi yang lebih bermanfaat bagi pemodal dibanding apabila data tersebut berdiri sendiri. Menurut Munawir (2004:6) menyatakan bahwa: “Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memelurkan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya”. Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manejer keuangan untuk memikirkan reaksi para kreditor dan investor dalam hal memberikan pandangan tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Rasio-rasio keuangan tersebut dapat mencerminkan dan menilai kinerja perusahaan, namun memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak digunakan sebagai dasar penilaian antar perusahaan, hal ini dikarenakan oleh perbedaan penggunaan kebijakan keuangan perusahaan. Dari sejumlah rasio-rasio keuangan, investor harus memilih dan menentukan rasio yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya, karena masing-masing rasio 30 memiliki kegunaanya masing-masing untuk menentukan posisi perusahaan. Perkembangan keuangan yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi investor sebagai analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui analisis profitabiltas yang dapat menunjukan efisiensi dan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuan untuk menghasilkan laba. Menurut Syafrizal Helmi (2009) “Rasio Profitabilitas ini disebut juga sebagai Rasio Rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.” Yang termaksud dalam rasio profitabilitas adalah Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Operating Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity, Return on Investment, Earning per Share. Rasio profitabiliras yang digunakan dalam penelitian sebagai dasar mengevaluasi perencanaan penetapan tujuan dan peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM). Return on Equity Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari pendapatan bersih dengan total modal sendiri. Rasio Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Menurut Mardiyanto (2009: 196) “ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham”. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : 31 ROE= Return on Investment Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari seluruh modal yang diinvestasikan dalam aktiva untuk mengasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: ROI = Net Profit Margin Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa besarnya laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan dan tingkat efisiensi pengeluaran biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biayabiayanya, maka semakin besar keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut. Menurut Alexandri (2008: 200) “Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak”. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: NPM = Yang menjadi variabel Independent adalah Return on Equity (ROE) Investment (ROI) , dan Net Profit Margin (NPM) , on , sedangkan variabel Dependent (Y) adalah harga saham. Alasan memilih Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) sebagai indikator 32 penilaian kinerja perusahaan adalah karena termaksud rasio profitabilitas yang dapat menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Dengan mengelola kinerja keuangan yang baik maka laba yang dihasilkan pun semakin besar, dengan demikian diharapkan akan menarik minat para investor baik investor dalam negeri maupun investor luar negeri untuk menanamkan investasinya dalam bentuk saham dengan mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham secara parsial. 2. Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham secara simultan. Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran 33 Laporan Keuangan Perusahaan Kinerja Keuangan Perusahaan Tingkat Profitabilitas Return On Equity (ROE) Return On Investment (ROI) Net Profit Margin (NPM) Harga Saham Keterangan : : yang tidak diteliti : yang diteliti 1.13 Metodologi Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deksriptif dan verifikatif. Metode deksriptif merupakan metode yang memperlihatkan dan menguraikan obek penelitian, dengan tujuan memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena objek yang diteliti untuk kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2006:11) 34 “Metode deksriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbadingan atau menghubungkan dengan variable lain”. Metode ini digunakan untuk meneliti setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deksriptif digunakan untuk menginteprestasikan data yang diperoleh berdasarkan fakta-fakta yang terlibat dalam kurun waktu pengamatan sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti. Sedangkan metode penelitian verifikatif adalah metode yang bertujuan untuk melakukan pengujian hipotesis, pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Menurut Iqbal Hasan (2008:11) menyatakan : “Metode verifikatif adalah menguji kebenaran suatu (pengetahuan) dalam bidang yang sudah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang mengguunakan perhitungan statistik”. Analisis ini merupakan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Tujuan metode verifikatif ini adalah dimana penguji melakukan pengujian hipotesis yang dianalisis dengan metode statistik secara parsial dengan menguji uji t dan secara parsial dengan uji f. Dengan menggunakan metode penelitian deksriptif dan verifikatif, analisis ini diharapkan mendapatkan gambaran yang akurat dan aktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat antara fenomena-fenomena objek yang diteliti. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah laporan keuangan yang telah dipublikasikan (data sekunder) yang kemudian diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan analisis regresi dan korelasi karena penelitian ini mengunakan tiga variabel independent dan satu variabel dependent. Analisis digunakan untuk mengetahui sejauh mana adanya hubungan variabel independent dan variabel dependent. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk menerapkan kekuatan dan arah hubungan variabel independent dan dependent. 35 Untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, ROI dan NPM terhadap harga saham digunakan analisis statistik, yaitu analisis koefisien korelasi, regresi dan koefisien determinasi. Sedangkan untuk menguji hipotesis, penulis melakukan pengujian variabel X terhadap variabel Y dengan melakukan uji t dan uji F, kemudian nilai yang diperoleh dibandingkan dengan tabel distibusi t dan F. Untuk menguji hipotesis, penulis melakukan pengujian pada variabel (ROI), (ROE), (NPM) dan variabel Y (harga saham). Pengujian dilakukan dengan alat uji statistik F (uji F) untuk mengetahui pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y. Uji F adalah uji statistik untuk mengtahui apakah adanya variabel-variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Sedangkan untuk menguji parsial menggunakan alat uji statistik t (uji t). Uji t adalah uji statistik untu mengetahui apakah adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang ada. 1.14 Lokasi Pengambilan Data dan Waktu Penelitian Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data penelitian ini pada Pojok Bursa Widyatama,dengan cara mencari data keuangan perusahaan pada sektor properti periode 2006-2010. Laporan keuangan tersebut akan digunakan untuk mengalisis kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROE, ROI dan NPM) untuk dicari keterkaitan engan harga saham. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 36