53 BAB IV PEMBAHASAN Dalam pelaksanaan kegiatan

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan kegiatan organisasinya, perusahaan harus memiliki
pengendalian internal yang memadai, terutama yang berkaitan dengan siklus
penjualannya. Siklus penjualan terdiri dari kegiatan penjualan barang atau jasa, kegiatan
piutang, kegiatan penagihan, dan kegiatan penerimaan kas yang merupakan sumber
pendapatan utama perusahaan yang akan digunakan untuk keperluan selanjutnya dalam
membiayai aktivitas perusahaan, baik operasional maupun investasi, misalnya
digunakan untuk perluasan dan pengembangan perusahaan. Jika tidak terdapat
pengendalian internal yang memadai, maka mungkin saja akan ada peluang terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap pendapatan perusahaan.
Penjualan kredit pada PT ITPro merupakan sumber pendapatan utama dari
kegiatan operasionalnya. Dengan demikian, PT ITPro harus memiliki pengendalian
internal yang memadai agar dapat menjamin bahwa dalam pelaksanaan prosedur
penjualan kredit tidak terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang dapat merugikan
perusahaan.
Dalam bab ini, penulis akan melakukan evaluasi terhadap pengendalian internal
pada prosedur penjualan kredit yang diterapkan oleh PT ITPro ini. Berikut ini akan
dijelaskan kerangka berpikir untuk mengevaluasi pengendalian internal pada prosedur
penjualan kredit:
53
Komponen Pengendalian
Internal (menurut COSO)
-
Lingkungan
pengendalian
Penilaian risiko
Informasi
komunikasi
Aktivitas
pengendalian
Pemantauan
Kondisi yang terdapat dalam PT ITPro
-
dan
Struktur organisasi
Pembagian tugas dan wewenang
Prosedur yang berjalan sesuai
dengan komponen pengendalain
internal
Fungsi yang terkait :
- Dokumen dan catatan
diperlukan
- Otorisasi yang jelas
(penjelasan terdapat di
bab 2)
yang
(penjelasan lebih detail mengenai
kondisi perusahaan terdapat di bab 3)
Evaluasi pengendalian internal
pada prosedur penjualan kredit
(penjelasan lebih lanjut terdapat
di bab 4)
Saran perbaikan
(terdapat di bab 5)
Tujuan Pengendalian Internal
(menurut COSO)
-
Gambar 4.1
Keandalan pelaporan
keuangan
Efektivitas dan efisiensi
operasi
Kepatuhan terhadap
peraturan dan hukum yang
berlaku
Kerangka berpikir (framework) evaluasi pengendalian internal pada
prosedur penjualan kredit pada PT ITPro Citra Indonesia
54
Pengendalian internal suatu perusahaan dapat dikatakan sudah memadai apabila
seluruh kebijakan dan prosedur yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam menjalankan
seluruh aktivitas perusahaannya mencakup ke dalam komponen-komponen pengendalian
internal, dan kebijakan serta prosedur yang dilaksanakan oleh perusahaan telah
mencapai tujuan dari pengendalian internal tersebut.
Berikut ini dijelaskan gambaran pengendalian internal yang telah dijalankan oleh
perusahaan berdasarkan komponen pengendalian internal beserta kelemahan dan upaya
perbaikannya.
IV.1
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
1. Integritas dan Nilai Etika
Direktur utama perusahaan sangat menekankan prinsip integritas, etika, dan
juga kejujuran. Ia mengajarkan kepada semua karyawannya untuk berani
mengungkapkan apapun yang mereka ketahui, dan mengkomunikasikannya dengan
baik. Selain itu, direktur juga tidak memberikan penekanan yang berlebih kepada
karyawannya untuk hasil jangka pendek atau untuk berusaha memenuhi target
kinerja yang tidak realistis.
Semua hal di atas akan mendukung lingkungan pekerjaan yang nyaman bagi
para karyawan, sehingga kinerja karyawan terpacu dari dalam dirinya masingmasing, bukan karena tekanan dari atasan, dan memungkinkan untuk mendapatkan
hasil kinerja yang memuaskan.
55
2. Komitmen terhadap Kompetensi
Direktur memberikan tanggung jawab kepada setiap bagian untuk melakukan
interview kepada calon karyawan baru. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
karyawan yang kompeten dalam bidangnya. Sebagai contoh, perekrutan karyawan
untuk bagian Keuangan akan dilimpahkan kepada senior bagian Keuangan untuk
melakukan interview pada karyawan tersebut.
Selain itu, setiap ada produk baru pasti perusahaan akan mengirimkan
beberapa personel dari bagian penjualan dan technical untuk dilakukan training.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka,
sehingga mereka lebih kompeten dalam menjalankan bidangnya.
Dari kondisi di atas dapat terlihat kekuatan pengendalian internal perusahaan
sebagai berikut:
a) Perekrutan karyawan yang diikuti dengan interview yang dilakukan oleh tiap
bagian menjadi nilai plus untuk perusahaan ini. Karena masing-masing bagian
memiliki kompetensi untuk menguji calon karyawan tersebut.
b) Pengiriman beberapa orang untuk mengikuti training. Hal ini dilakukan untuk
mendukung kelancaran dan kemajuan perusahaan. Dengan mengikuti training,
para personel dapat menambah pengetahuan dan semakin semangat dalam
bekerja.
Namun, terdapat beberapa kelemahan pengendalian internal yang dapat
diidentifikasi yaitu:
a) Proses perekrutan karyawan yang tidak disertai dengan tes tertulis. Hal ini
memungkinkan calon karyawan untuk lolos masuk dan diterima tetapi kurang
56
kompeten, karena pada saat interview hanya dapat diketahui latar belakang dan
proses pendidikan dari calon karyawan tersebut.
b) Hanya personel bagian penjualan dan technical saja yang mendapat fasilitas
training. Training yang dilakukan hanya berkaitan dengan barang yang akan
dijual atau yang menjadi aset perusahaan, tidak mencakup tentang training yang
berhubungan dengan kemajuan dunia akuntansi.
Kelemahan-kelemahan di atas mengakibatkan perusahaan harus mengganti
karyawan. Perusahaan hanya melakukan proses wawancara saja, sehingga hanya
informasi dari calon karyawan tersebut tentang latar belakang pendidikan maupun
tentang sikap dan perilaku calon karyawan yang diperoleh perusahaan, tanpa
mengetahui lebih jauh tentang kemampuan dan kompetensi calon karyawan tersebut.
Terlebih untuk bidang akuntansi dan keuangan, dimana bidang ini sangat diperlukan
untuk menunjang kelancaran usaha. Jika karyawan kurang kompeten maka dapat
mengakibatkan kegiatan operasional yang terhambat karena harus mengganti
karyawan tersebut. Selain itu, jikalau tidak memungkinkan untuk mengganti
karyawan dan tetap mempertahankan karyawan tersebut, maka perusahaan wajib
memberikan pelatihan yang intensif yang akan memakan waktu yang lama dan
tentunya dengan biaya yang cukup besar.
Seharusnya perusahaan memiliki:
a) Kriteria dalam proses perkerutan karyawan atau sumber daya manusia yang baik.
b) Kriteria dalam pemberian pelatihan untuk personel bagian lain yang mendukung
kemajuan perusahaan.
57
Atas kelemahan tersebut, penulis menyarankan agar:
a) Perusahaan meningkatkan standar perekrutan karyawan dengan menyaringnya
lebih ketat lagi. Dengan ketatnya penyaringan ini diharapkan perusahaan
memperoleh karyawan yang bermutu dan berkompeten. Seperti misalnya, tes
penerimaan karyawan tidak hanya melalui wawancara, tetapi dengan tes-tes
tertulis lain yang mendukung, seperti psikotest, tes bahasa, dan tes kemampuan
dasar.
b) Perusahaan memberikan training lain yang dapat mendukung kemajuan
perusahaan. Seperti misalnya untuk menghadapi dunia akuntansi yang makin
berkembang dan berubahnya cara pelaporan keuangan, maka personel bagian
akuntansi dapat diikutsertakan dalam training yang membahas tentang hal
tersebut, sehingga para personel pun dapat menghasilkan laporan yang lebih
akurat dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya
pemberian training gratis ini diharapkan para personel dapat menambah
pengetahuan dan dapat meningkatkan kemampuan kinerjanya.
3. Struktur Organisasi dan Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Dalam perusahaan ini tidak ada struktur organisasi yang tertulis dengan jelas.
Begitu juga untuk penetapan wewenang dan tanggung jawab juga tidak tertulis
dengan formal. Selain itu, masih ada perangkapan tugas oleh satu bagian.
Dari kondisi di atas, terdapat beberapa kelemahan pengendalian internal yang
teridentifikasi yaitu:
a) Tidak adanya struktur organisasi dan penetapan wewenang dan tanggung jawab
yang tertulis dengan jelas dan formal. Hal ini menyebabkan kekurangjelasan
58
dalam pelaksanaan dan pemantauan setiap aktivitas dalam perusahaan. Selain itu
juga menyebabkan ketidakjelasan kewajiban dan tanggung jawab setiap personel
dan kepada siapa setiap personel harus bertanggungjawab.
b) Adanya perangkapan tugas oleh satu bagian. Hal ini bisa dikatakan cukup fatal
karena memungkinkan terjadinya kesalahan atau bisa juga terjadi fraud.
Contohnya, fungsi internal auditor yang dirangkap oleh bagian akuntansi. Hal itu
dapat menyebabkan terjadinya fraud, karena semua pencatatan dilakukan oleh
bagian akuntansi, namun pengecekan juga dilakukan olehnya, sehingga
memungkinkan bagian ini untuk memanipulasi atau me-makeup laporan untuk
memenuhi keinginannya.
Kelemahan-kelemahan pengendalian internal tersebut mengakibatkan:
a) Jika ada kesalahan pasti kecenderungan manusia saling menyalahkan satu sama
lain antar bagian, sehingga dapat menyebabkan konflik atau perselisihan dalam
perusahaan tersebut yang mengganggu proses di dalamnya.
b) Terjadinya kesalahan dalam bekerja dan bisa juga menimbulkan kesempatan
untuk melakukan fraud. Seperti contoh di atas, semua pencatatan dilakukan oleh
bagian akuntansi, namun pengecekan juga dilakukan olehnya, sehingga
memungkinkan bagian ini untuk memanipulasi laporan untuk memenuhi
keinginannya.
Beberapa kriteria atas kondisi di atas yaitu:
a) Seharusnya perusahaan membuat struktur organisasi yang jelas. Selain itu,
perusahaan juga harus membuat secara tertulis perjanjian penetapan wewenang
dan tanggung jawab untuk setiap bagian.
59
b) Seharusnya perusahaan tidak merangkapkan tugas untuk per personel, terlebih
untuk bagian internal auditor. Seharusnya perusahaan membentuk bagian sendiri
yang independen untuk mengaudit segala aktivitas yang terkait dalam
perusahaan.
Atas kelemahan-kelemahan tersebut, penulis menyarankan agar:
a) Perusahaan segera membuat struktur organisasi yang jelas dan disertai dengan
urutan daftar wewenang dan tanggung jawab untuk tiap personel atau bagian,
dan dilakukan sosialisasi sehingga seluruh karyawan mengerti dan memahami
tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta hubungan tiap unit kerja.
b) Perusahaan membentuk bagian sendiri yang independen untuk melakukan audit
atas segala aktivitas yang terkait dalam perusahaan. Lebih baik jangan
merangkapkan tugas, terlebih dirangkapkan dengan bagian akuntansi.
4. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Proses rekrutmen karyawan baru dilakukan dengan cara memasang iklan di
JobsDB.com. Masyarakat yang tertarik dapat mengirimkan email, dan semua email
yang masuk tersebut akan disortir oleh Direktur sendiri, karena tidak ada bagian
HRD pada perusahaan ini. Setelah dilakukan penyortiran, email-email pelamar
tersebut akan dikirimkan ke masing-masing bagian yang bersangkutan. Dan setiap
bagian tersebut akan memanggil calon karyawan tersebut dan melakukan interview.
Dari kondisi di atas, dapat terlihat kekuatan pengendalian internal perusahaan
bahwa perusahaan telah melakukan proses seleksi pada saat penerimaan karyawan
baru. Proses seleksi ini bertujuan untuk mendapatkan karyawan-karyawan yang
berkualitas dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses seleksi ini,
60
perusahaan melakukan proses wawancara yang bertujuan untuk mencari informasi
dari calon karyawan tersebut tentang latar belakang pendidikan maupun tentang
sikap dan perilaku calon karyawan tersebut.
Meskipun komponen ini sudah berjalan dengan cukup baik, namun masih
terdapat kelemahan seperti yang sudah dibahas di poin pertama ‘komitmen terhadap
kompetensi’. Yaitu perusahaan hanya melakukan proses wawancara saja tanpa
mengetahui kemampuan dan kompetensi calon karyawan tersebut dengan lebih
lanjut dan detail. Terlebih untuk bidang akuntansi dan keuangan, dimana bidang ini
sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran usaha.
Kelemahan pengendalian internal tersebut mengakibatkan perusahaan akan
salah dalam menerima karyawan sehingga perusahaan harus menggantikan
karyawan tersebut dengan karyawan yang baru. Selain itu, jikalau tidak
memungkinkan untuk mengganti karyawan dan tetap mempertahankan karyawan
tersebut, maka perusahaan wajib memberikan pelatihan yang intensif yang akan
memakan waktu yang lama dan tentunya dengan biaya yang cukup besar, dan hal ini
akan merugikan perusahaan. Kondisi ini membuat efektivitas dan efisiensi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya menjadi berkurang.
Seharusnya perusahaan menetapkan standar atau kriteria yang baik dan
spesifik dalam proses perekrutan karyawan, seperti tes tertulis (psikotest, tes bahasa,
dan tes kemampuan dasar), kemudian diikuti dengan wawancara. Selain itu juga
mengumpulkan berkas-berkas sebagai bukti identitas diri karyawan.
Untuk itu, sebaiknya pada saat seleksi penerimaan karyawan baru perusahaan
tidak hanya melakukan wawancara saja, tetapi berikan tes lain yang mendukung,
seperti psikotest, tes bahasa, dan tes kemampuan dasar. Selain itu, perusahaan harus
61
meminta referensi dari tempat kerja karyawan yang lama untuk membuktikan bahwa
calon karyawannya dulu pernah bekerja di sana dan mengorek informasi tentangnya.
Bisa juga perusahaan yang lama dapat memberikan surat berkelakuan baik untuk
melengkapi identitas dari calon karyawan ini. Dengan begitu perusahaan akan
mendapatkan karyawan yang lebih baik dan berkualitas sehingga perusahaan dapat
menjaga efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasional yang dijalankan
perusahaan.
IV.2
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Risiko-risiko yang telah diidentifikasi oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Risiko terhadap perkembangan teknologi informasi
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, maka semakin banyak
pula produk-produk IT baru yang terus bermunculan. Hal ini diakui perusahaan dan
untuk menjaga kontinuitas perusahaan, maka perusahaan selalu update dan
mempromosikan setiap produk baru ke customer. direktur selalu memberikan ijin
untuk melakukan pembelian jika produk baru tersebut memungkinkan untuk masuk
ke pasaran. Dalam hal ini, direktur termasuk orang yang risk-taker karena ia berani
menyetok barang yang ia sendiri belum tahu pangsa pasarnya. Direktur optimis
dengan kemampuan perusahaan dalam memasarkan dan menjual barang.
Semua hal di atas merupakan kekuatan pengendalian internal perusahaan
yang
cukup
bagus,
karena
dengan
begitu
atasan
atau
direktur
dapat
memperhitungkan kemungkinan perputaran persediaan dan dapat membaca atau
memprediksi pangsa pasar dengan cermat. Menurut sumber, barang yang dibeli tidak
62
pernah terlalu lama tersimpan di gudang, karena bagian penjualan mampu
menawarkan barang sehingga tidak pernah terjadi timbunan barang yang tidak laku.
2. Risiko terhadap perkembangan kompetitor
Klien dari perusahaan ini beragam, ada yang perusahaan besar, perusahaan
menengah, dan ada pula yang perusahaan kecil. Jika PT ini sedang menangani
perusahaan besar, maka senior bagian technical yang akan dikirimkan untuk proses
instalasi dan maintenancenya. Sedangkan, jika PT ini menangani perusahaan
menengah ataupun kecil, maka junior bagian technical (karyawan baru) akan ikut
dalam proses instalasi dan maintenancenya, dengan ditemani oleh karyawan senior
dan sesuai dengan kebijakan atasan. Dalam hal ini, direktur termasuk orang yang
berhati-hati dalam menjaga kualitas perusahaan, dengan mengirimkan orang yang
memang berkompeten dan berpengalaman untuk menangani klien perusahaan besar.
Kebijakan ini akan meningkatkan kualitas perusahaan dan merupakan salah satu
kekuatan perusahaan di tengah kompetitor yang semakin berkembang.
Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat kekuatan pengendalian internal
perusahaan dalam menjaga kualitasnya. Hal ini tersirat pada direktur yang termasuk
orang yang berhati-hati dalam menjaga kualitas perusahaan, dengan mengirimkan
orang yang memang berkompeten dan berpengalaman untuk menangani klien
perusahaan besar. Selain itu, pelatihan untuk karyawan baru sehingga dapat belajar
langsung melalui praktik yang dijalaninya sekaligus mendapat arahan langsung dari
seniornya.
Namun dengan kekuatan pengendalian internal seperti di atas, ada juga
kelemahan yang teridentifikasi yaitu proses instalasi menjadi semakin lama, karena
63
karyawan senior harus mengajari yang junior tentang cara instalasi satu per satu.
Selain itu, karyawan junior juga masih berhati-hati dalam bertindak supaya tidak
terjadi kesalahan, dan hal ini yang akan memperlambat waktu penyelesaian.
Dari kelemahan pengendalian internal di atas mengakibatkan waktu
maintenance yang menjadi lebih lama dari yang seharusnya dan pekerjaan yang lain
pun menjadi tertunda. Pembayaran pun juga terhambat karena harus menunggu
sampai semua pekerjaan telah tuntas.
Seharusnya perusahaan menetapkan jangka waktu berapa lama setiap
instalasi harus diselesaikan. Perusahaan harus dapat memperkirakan kisaran waktu
dan memperhitungkan sejauhmana risiko yang bakal dihadapi selama instalasi.
Atas kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan agar
perusahaan memberitahukan kisaran waktu instalasi kepada setiap personel technical
supaya setiap personel pun mempunyai target waktu yang harus diselesaikan dan
dapat bekerja dengan semaksimal mungkin.
3. Risiko terhadap penurunan permintaan
Perusahaan sudah mengidentifikasi beberapa risiko yang berkaitan dengan
penurunan permintaan. Oleh karena itu, perusahaan memaksimalkan penjualan
dengan mencari pelanggan sebanyak-banyaknya terutama diprioritaskan pada
perusahaan yang memiliki prestige yang tinggi, misalnya Telkomsel dan Bank Arta
Graha.
Perusahaan berpikir bahwa tingkat penjualan yang tinggi dapat memikat
calon pembeli, oleh karena itu perusahaan sengaja tidak membatasi pelanggan yang
hendak membeli barang.
64
Namun dari hal di atas dapat ditemukan kelemahan pengendalian internal
bahwa perusahaan tidak meneliti calon pelanggan yang hendak membeli secara
kredit dan langsung saja diperbolehkan untuk melakukan pemesanan.
Kelemahan pengendalian internal ini mengakibatkan perusahaan bisa saja
terkena kredit macet atau tidak dibayar oleh pelanggan tersebut. Hal ini disebabkan
karena pihak perusahaan tidak memiliki fungsi kredit yang bertugas meneliti calon
pelanggan, apakah calon pelanggan ini memiliki riwayat mogok bayar atau tidak
mampu melunasi hutang.
Seharusnya perusahaan membentuk fungsi kredit yang bertugas untuk
menganalisa calon pelanggan terlebih dahulu sebelum memberikan penjualan kredit.
Fungsi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit macet. Selain itu, bagian
keuangan juga harus mengirimkan surat tagihan jikalau sampai jatuh tempo tetapi
pembayaran tetap tidak dilakukan. Direktur pun seharusnya terus melakukan
pengecekan atas pembayaran dan selalu me-maintain dengan rutin.
Atas kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan agar
perusahaan tidak memaksakan tingkat penjualan yang tinggi dan tetap lakukan
pengecekan terhadap calon pelanggan. Jika calon pelanggan memiliki riwayat
pernah menunggak pembayaran, sebaiknya suruh lakukan pembayaran terlebih
dahulu dan barang akan dikirim. Atau jika calon pelanggan memiliki riwayat pernah
mangkir dari hutangnya, sebaiknya jangan melayani penjualan terhadap calon
pelanggan tersebut.
65
4. Risiko terhadap kecurangan yang dilakukan oleh karyawan
Perusahaan tidak mengidentifikasi lebih jauh tentang risiko yang mungkin
terjadi jika ada kecurangan yang dilakukan oleh bawahannya. Sejauh ini direktur
memberikan kepercayaan kepada semua personel.
Kelengahan perusahaan terhadap faktor kecurangan yang dilakukan
karyawannya merupakan suatu kelemahan pengendalian internal perusahaan yang
bisa dimanfaatkan oleh karyawannya. Perusahaan tidak berjaga-jaga terhadap risiko
yang bakal dihadapi ketika hal itu akan terjadi. Seperti contohnya, pencurian atau
perubahan data di komputer bagian keuangan.
Kelengahan perusahaan ini dapat mengakibatkan para karyawan berani
memanfaatkan situasi dan merancang kecurangan yang melibatkan beberapa pihak
yang terkait. Misalnya, dari pencurian dan perubahan data tadi terdapat beberapa
pihak yang terlibat yaitu bagian keuangan dan bagian akuntansi.
Seharusnya perusahaan tetap memikirkan risiko-risiko yang akan dihadapi
jika karyawannya melakukan kecurangan, meskipun perusahaan sangat menekankan
kepada kepercayaan.
Atas kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan agar
perusahaan tetap memikirkan setiap risiko yang mungkin terjadi yang bisa dilakukan
oleh tiap karyawannya. Seperti misalnya, risiko kehilangan data, pencurian data
ataupun perubahan data maka perusahaan harus membuat sistem pengaman untuk
tiap-tiap komputer yang digunakan.
66
5. Risiko terhadap kehandalan laporan keuangan
Perusahaan atau manajemen tidak mengetahui pentingnya penggunaan
laporan keuangan untuk mendukung pengambilan keputusan. Laporan keuangan
hanya digunakan untuk pelaporan pajak saja, sehingga laporan keuangan menjadi
kurang efektif.
Kondisi di atas mengidentifikasikan kelemahan pengendalian internal
perusahaan bahwa perusahaan belum menyadari pentingnya laporan keuangan untuk
mendukung keputusan dalam perusahaan. Laporan keuangan pun menjadi tidak
efektif dan penggunaannya hanya sebatas untuk keperluan pelaporan pajak semata.
Hal ini mengakibatkan keputusan yang diambil oleh perusahaan menjadi
kurang berdasar dan kurang intuitif karena tidak didukung oleh faktor-faktor yang
tersirat dalam laporan keuangan dan tidak dianalisa dengan baik. Sebagai contoh,
jika perusahaan ingin melakukan ekspansi jaringan, maka perusahaan harus
menganalisa faktor aset dan rasio-rasio lain yang dilihat dalam laporan keuangan.
Seharusnya perusahaan mengutamakan laporan keuangan untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perusahaan, sehingga keputusan yang diambil pun
menjadi bernilai harganya dan memiliki dasar yang kuat.
Berdasar kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan
agar perusahaan dan manajemen menggunakan laporan keuangan agar menghasilkan
keputusan yang efektif dan berdasarkan analisa yang baik.
67
IV.3
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
1. Informasi dan dokumen terkait
Perusahaan telah mempunyai dokumen yang terkait pada setiap transaksi
untuk mencegah adanya misinformation antar bagian. Misalnya untuk menawarkan
harga akan digunakan dokumen Surat Penawaran Harga, bukti pemesanan dari
pelanggan
menggunakan
dokumen
Purchase
Order,
pengiriman
barang
menggunakan dokumen Surat Jalan, bukti penyelesaian pekerjaan pemasangan
instalasi akan dibuat dokumen Berita Acara Serah Terima, bukti penagihan kepada
pelanggan maka dibuat dokumen Invoice, dan bukti pembayaran sudah dilakukan
maka akan dibuat dokumen Bukti Kas Masuk. Semua dokumen akan diarsip
menurut tanggal, bulan, dan tahun keterjadiannya.
Manajemen belum menyadari dan menggunakan laporan keuangan dalam
proses pengambilan keputusan yang bijak. Pengambilan keputusan biasanya
berdasarkan laporan tiap bulan, misal laporan penjualan, laporan piutang, dan
laporan penerimaan kas. Laporan keuangan dibuat untuk keperluan pelaporan pajak
saja.
Dari kondisi pada paragraf pertama, terlihat kekuatan pengendalian internal
perusahaan yang telah menggunakan dokumen yang cukup lengkap untuk
mendukung kelancaran penjualan dan untuk mendukung pencatatan akuntansi.
Namun tetap terdapat kelemahan pengendalian internal yaitu sebagai berikut:
a) Tidak adanya dokumen yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai bukti transaksi
penjualan, seperti misalnya Sales Order. Perusahaan hanya menerima Purchase
Order dari pelanggan sebagai bukti transaksi penjualan.
68
b) Perusahaan tidak memahami dan belum menyadari pentingnya laporan keuangan
untuk mendukung keputusan dalam perusahaan. Laporan keuangan pun menjadi
tidak efektif dan penggunaannya hanya sebatas untuk keperluan pelaporan pajak
semata.
Kelemahan-kelemahan tersebut mengakibatkan:
a) Perusahaan mengalami kesulitan dalam pembuatan Laporan Penjualan dengan
menggunakan Purchase Order yang diterima dari pelanggan. Selain itu, karena
Purchase Order yang diterima tidak memiliki nomor urut dan tidak terdeteksi
dalam dokumen perusahaan, jikalau hilang maka tidak akan tercatat dalam
Laporan Penjualan dan akan berdampak pada kelengkapan Laporan Penjualan itu
sendiri.
b) Keputusan yang diambil oleh perusahaan menjadi kurang berdasar dan kurang
intuitif karena tidak didukung oleh faktor-faktor yang tersirat dalam laporan
keuangan dan tidak dianalisa dengan baik. Sebagai contoh, jika perusahaan ingin
melakukan ekspansi jaringan, maka perusahaan harus menganalisa faktor aset
dan rasio-rasio lain yang dilihat dalam laporan keuangan.
Terdapat beberapa kriteria atas kondisi pada poin ini yaitu:
a) Seharusnya perusahaan mengeluarkan Sales Order bernomor urut tercetak
setelah menerima Purchase Order dari pelanggan untuk mempermudah
pencatatan dan pembuatan Laporan. Hal ini terkait dengan teori pada bab 2 yang
menyatakan bahwa perusahaan harus menciptakan dokumen yang mendukung
transaksi entitas.
69
b) Seharusnya perusahaan mengutamakan laporan keuangan untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perusahaan, sehingga keputusan yang diambil pun
menjadi bernilai harganya dan memiliki dasar yang kuat.
Atas
kelemahan-kelemahan
pengendalian
internal
tersebut,
penulis
menyarankan agar:
a) Perusahaan mengeluarkan Sales Order bernomor urut tercetak untuk
mempermudah pembuatan Laporan Penjualan. Selain itu, perusahaan juga harus
mengendalikan dan menjamin kelengkapan data yang mendukung dalam
pembuatan Laporan Penjualan.
b) Perusahaan dan manajemen menggunakan laporan keuangan agar menghasilkan
keputusan yang efektif dan berdasarkan analisa yang baik.
2. Komunikasi antar bagian
Komunikasi antar bagian pun juga terjalin dengan baik. Sebagai contoh, jika
ada keterangan tambahan pada Berita Acara Serah Terima (BAST) yang dibuat oleh
personel technical, dan bagian akuntansi sebagai pencatat kejadian tidak mengerti,
maka mereka akan mengkomunikasikannya sampai jelas. Begitu juga, komunikasi
antara atasan dan bawahan tetap terjaga karena setiap hari atasan akan berinteraksi
langsung dengan para karyawannya.
Komunikasi yang terjalin dengan baik antar bagian dan dengan atasan
menjadi faktor penting dan merupakan kekuatan pengendalian internal dalam suatu
perusahaan. Dengan begitu, akan mengurangi miscommunication dan pekerjaan pun
menjadi lancar.
70
IV.4
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
1. Otorisasi yang jelas
Perusahaan memiliki jenjang otorisasi yang cukup jelas meskipun tidak ada
dokumen tertulis tentang hal tersebut. Pengotorisasian telah dilakukan oleh orang
yang tepat dan berwenang terhadap fungsinya sebagai persetujuan dan
pemberitahuan mengenai kegiatan operasional yang terjadi di perusahaan. Seperti
misalnya, jika sales akan memberikan diskon lebih dari 10% akan meminta otorisasi
dari sales manager, sedangkan jika lebih dari 15% akan meminta otorisasi dari
direktur. Hal otorisasi ini tidak terganggu meskipun perusahaan tidak memiliki
struktur organisasi yang tertulis.
Kekuatan pengendalian internal perusahaan terlihat dari adanya otorisasi
yang jelas yang dapat mendukung kelancaran operasional, kesalahan pun dapat
diminimalkan karena sudah mendapat otorisasi dari yang berwenang.
2. Pemisahan fungsi dan tanggung jawab
Dalam perusahaan ini, masih ada bagian yang dirangkap oleh bagian lain.
Sebagai contoh, bagian akuntansi yang juga merangkap sebagai auditor internal.
Selain itu, perusahaan juga tidak mempunyai fungsi atau bagian kredit, yang
bertanggungjawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi
penjualan kredit kepada pelanggan.
Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat beberapa kelemahan pengendalian
internal dalam perusahaan ini yaitu:
a) Adanya perangkapan tugas oleh satu bagian. Hal ini bisa dikatakan cukup fatal
karena memungkinkan terjadinya kesalahan atau bisa juga terjadi fraud.
71
Contohnya, fungsi internal auditor yang dirangkap oleh bagian akuntansi. Hal itu
dapat menyebabkan terjadinya fraud, karena semua pencatatan dilakukan oleh
bagian akuntansi, namun pengecekan juga dilakukan olehnya, sehingga
memungkinkan bagian ini untuk memanipulasi laporan untuk memenuhi
keinginannya.
b) Tidak adanya fungsi kredit dalam perusahaan ini menjadi kelemahan yang cukup
signifikan. Jika tidak ada fungsi ini maka bagian penjualan akan terus
memproses penjualan kredit kepada pelanggan yang pembayarannya masih
macet.
Kelemahan-kelemahan ini mengakibatkan:
a) Terjadinya kesalahan dalam bekerja dan bisa juga menimbulkan kesempatan
untuk melakukan fraud. Seperti contoh di atas, semua pencatatan dilakukan oleh
bagian akuntansi, namun pengecekan juga dilakukan olehnya, sehingga
memungkinkan bagian ini untuk memanipulasi laporan untuk memenuhi
keinginannya.
b) Adanya
kemungkinan
pelanggan
memesan
kembali
sebelum
melunasi
pembayaran transaksi sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan
piutang yang makin lama makin banyak, dan kemungkinan piutang tak tertagih
menjadi semakin besar.
Berdasar kondisi dalam perusahaan untuk poin ini, ada beberapa kriteria yang
terkait yaitu:
a) Menurut teori ‘segregation of duties’ yang mengharuskan perusahaan
memisahkan setiap bagian, maka seharusnya perusahaan tidak merangkapkan
tugas untuk per personel, terlebih untuk bagian internal auditor. Seharusnya
72
perusahaan membentuk bagian sendiri yang independen untuk mengaudit segala
aktivitas yang terkait dalam perusahaan.
b) Menurut teori ‘authorization control’ yang mengharuskan semua aktivitas
diotorisasi sesuai dengan ruang lingkup otorisasinya, maka seharusnya
perusahaan membentuk fungsi kredit untuk mengontrol piutang pelanggan
sebelum memberikan otorisasi penjualan kredit.
Atas
kelemahan-kelemahan
pengendalian
internal
di
atas,
penulis
menyarankan agar:
a) Perusahaan membentuk bagian sendiri yang independen untuk melakukan audit
atas segala aktivitas yang terkait dalam perusahaan. Lebih baik jangan
merangkapkan tugas terlebih dirangkapkan dengan bagian akuntansi.
b) Perusahaan membentuk fungsi kredit, jika tidak memungkinkan membentuk
suatu fungsi lagi, maka perusahaan dapat merangkapkan fungsi ini pada bagian
yang lain yang masih berhubungan. Contohnya, fungsi kredit dirangkap oleh
bagian Penjualan, yang harus mengotorisasi setiap Purchase Order dengan
terlebih dahulu melihat catatan piutang pelanggan. Atau bisa juga perusahaan
dapat membuat sistem yang dapat menghubungkan langsung antara data
pelanggan yang pembayarannya masih macet atau belum lunas dengan otorisasi
penjualan kredit yang tidak memenuhi syarat.
3. Penggunaan dokumen yang cukup
Perusahaan ini menghasilkan dokumen yang cukup menunjang sebagai bukti
kelancaran transaksi penjualan kredit. Namun dokumen ini juga sering tidak
ditandatangani oleh bagian yang bersangkutan seperti bagian Akuntansi, atau bagian
73
Keuangan. Semua dokumen tersebut dibuat secara manual menggunakan Microsoft
Excel, tidak menggunakan program apapun. Setiap dokumen juga tidak
menggunakan penomoran urut yang tercetak.
Dari kondisi di atas, dapat terlihat kekuatan pengendalian internal perusahaan
yaitu penggunaan dokumen yang cukup yang dapat memperjelas setiap transaksi
yang terjadi. Atasan dapat mengecek semua kelengkapan dokumen dan kebenaran
transaksi berdasarkan dokumen yang telah diarsipkan tersebut.
Namun terdapat beberapa kelemahan pengendalian internal yang terdeteksi
yaitu:
a) Dokumen yang ada sering tidak ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan.
Misalnya, pada dokumen Job Report terkadang tidak ditandatangani oleh
manajer technical support. Job report ini dibuat untuk menandakan bahwa
karyawan A telah melaksanakan beberapa pekerjaan dengan tuntas.
b) Tidak menggunakan dokumen yang bernomor urut tercetak, semua diketik secara
manual.
Kelemahan tersebut mengakibatkan:
a) Kesalahan yang tidak terdeteksi. Tidak ditandatanganinya suatu dokumen
disebabkan karena pihak yang bersangkutan tidak melakukan pengecekan.
b) Adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam penomoran dokumen,
misalnya dokumen bernomor urut ganda atau adanya nomor yang terlewatkan.
Seharusnya perusahaan atau pihak yang bersangkutan memiliki tanggung
jawab untuk selalu mengecek setiap dokumen yang ada. Perusahaan juga seharusnya
memiliki dokumen yang cukup dan otorisasi yang jelas dan menggunakan nomor
urut tercetak pada dokumen-dokumen yang digunakan.
74
Atas kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan agar
perusahaan mempunyai sistem atau menggunakan program yang sekaligus dapat
menghasilkan nomor urut tercetak pada dokumen tersebut.
4. Pengendalian fisik
Perusahaan ini telah melakukan beberapa cara perlindungan fisik perusahaan
atas:
-
Kas
Kas yang diterima biasanya disetorkan langsung ke bank mendekati akhir dari
jam kerja bank. Jika pembayaran baru dilakukan melebihi dari jam kerja bank,
maka uang tersebut akan diberikan kepada direktur.
-
Persediaan
Setiap barang yang masuk atau keluar dari gudang akan dicatat pada buku
persediaan. Pencatatan dilakukan secara sederhana yang dilakukan oleh bagian
gudang. Kunci ruangan hanya dipegang oleh senior bagian gudang dan direktur.
-
Dokumen
Semua dokumen yang mendukung aktivitas perusahaan, seperti penjualan kredit
misalnya, akan selalu disimpan dengan baik dan tersusun rapi berdasarkan
tanggal, bulan, dan tahun keterjadiannya.
Namun perusahaan ini belum melakukan pengendalian fisik yang memadai atas aset
tetap berupa gedung beserta isinya. Aset gedung perusahaan ini tidak diasuransikan.
75
Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat kekuatan pengendalian internal
perusahaan yaitu:
a) Penerimaan kas langsung disetorkan kepada atasan, atau langsung disetor ke
bank, hal ini akan meminimalkan penggunaan uang untuk kepentingan pribadi
atau risiko kehilangan.
b) Keluar masuknya persediaan tercatat dengan baik, sehingga dapat mempermudah
dalam pengecekan dan dapat melakukan pemesanan ketika sudah mencapai
reorder point.
c) Dokumen yang tersimpan rapi dapat memudahkan pencarian dan pengecekan.
Namun masih terdapat kelemahan pengendalian internal yang teridentifikasi
yaitu tidak adanya asuransi untuk menjaminkan dan menjaga aset tetap, seperti
misalnya gedung dan segala isinya.
Kelemahan tersebut mengakibatkan risiko kehilangan yang mengancam
semua anggota perusahaan jika sampai terjadi kecelakaan yang tidak terduga. Seperti
misalnya kebakaran akan menghanguskan semua dokumen dan gedung, sehingga
semua anggota perusahaan pun menjadi terancam putus kerja.
Seharusnya perusahaan mengikutsertakan asuransi untuk menjaga semua aset
yang dimiliki perusahaan, apakah itu all risk atau tidak tergantung dari kebijakan
direktur.
Penulis menyarankan agar perusahaan mulai mencari asuransi yang handal
yang mau menerima klien yang berada di gedung perkantoran yang padat atau ruko.
Memang agak sulit jika sebuah ruko dapat diterima dalam asuransi, karena risiko
yang ada pada ruko itu terlalu besar dan riskan.
76
5. Tidak adanya kebijakan piutang dan akun penyisihan piutang tak tertagih
Aktivitas utama perusahaan ini adalah penjualan kredit. Perusahaan hanya
menetapkan pembayaran harus dilakukan dua minggu setelah Invoice diterima, dan
tidak membuat kebijakan piutang lebih detail. Dan yang terjadi selama ini, klien
banyak yang mundur atau telat dalam melakukan pembayaran. Selain itu, perusahaan
juga tidak menganggarkan atau tidak membuat akun penyisihan piutang tak tertagih,
karena perusahaan sangat menekankan pada azas kepercayaan dan komunikasi yang
baik dengan klien.
Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat kelemahan pengendalian internal
dalam perusahaan ini yaitu tidak membuat kebijakan piutang dan tidak
menganggarkan akun penyisihan piutang tak tertagih. Perusahaan tidak membuat
akun penyisihan piutang tak tertagih disebabkan karena perusahaan menganggap
pelanggan mampu membayar hutangnya meskipun risiko piutang tak tertagih cukup
tinggi.
Kelemahan di atas mengakibatkan piutang perusahaan yang disajikan dalam
laporan keuangan menjadi overstated karena belum tentu piutang tersebut dapat
terealisasi sepenuhnya. Piutang yang besar dalam neraca perusahaan dapat
membuktikan bahwa perusahaan tidak memiliki kebijakan yang baik dalam hal
pemberian kredit dan penagihan piutang. Selain itu keterlambatan pembayaran juga
akan menghambat perputaran arus kas.
Seharusnya perusahaan harus menetapkan kriteria bahwa piutang harus
disajikan dalam laporan keuangan dengan nilai yang dapat direalisasi, yaitu sebesar
jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih atau
diterima. Begitupun dengan prinsip akuntansi konservatisme yang merupakan
77
prinsip berjaga-jaga juga mengharuskan perusahaan untuk mengakui segera kerugian
yang akan terjadi dan tidak mengakui keuntungan yang akan diperoleh.
Atas kelemahan pengendalian internal tersebut, maka penulis menyarankan
agar perusahaan membuat akun penyisihan piutang tak tertagih untuk mengantisipasi
risiko-risiko yang mungkin akan timbul apabila terjadi piutang tak tertagih dalam
jumlah yang cukup besar. Dengan adanya akun penyisihan piutang tak tertagih,
jumlah piutang yang ada di neraca dilaporkan secara wajar dan tidak menjadi
overstated. Estimasi jumlah piutang tak tertagih bisa didasarkan pada pengalaman
perusahaan. Perusahaan juga sebaiknya membuat kebijakan piutang yang jelas dan
rinci yang tercantum dalam Purchase Order dan Invoice dengan menerapkan prinsip
2/10, n/30 misalnya, dan juga memberikan denda untuk keterlambatan pembayaran.
Pemberian denda ini dapat diwujudkan dalam bentuk wesel tagih atau Notes
Receivable yang di dalamnya tercantum komponen tanggal jatuh tempo, jumlah
nominal pembayaran, dan bunga keterlambatan. Apabila piutang sudah jatuh tempo
dan belum dilakukan pembayaran, maka piutang tersebut akan dikonversi menjadi
wesel dan pelanggan akan dikenai bunga keterlambatan apabila hutangnya tidak
segera dilunasi.
6. Perusahaan tidak memiliki fungsi atau bagian kredit.
Fungsi kredit adalah fungsi yang bertanggung jawab untuk meneliti status
kredit pelanggan dan memberikan otorisasi penjualan kredit kepada pelanggan.
Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki fungsi kredit, sehingga setiap penjualan
langsung dilayani tanpa ada pengecekan status pelanggan terlebih dahulu.
78
Dari kondisi di atas, terdapat kelemahan pengendalian internal dalam
perusahaan yaitu tidak adanya fungsi kredit. Jika tidak ada fungsi ini maka bagian
penjualan akan terus memproses penjualan kredit meskipun kepada pelanggan yang
pembayarannya masih macet.
Kelemahan tersebut mengakibatkan adanya kemungkinan pelanggan
memesan kembali sebelum melunasi pembayaran transaksi sebelumnya. Hal ini
dapat menyebabkan penumpukan piutang yang makin lama makin banyak, dan
kemungkinan piutang tak tertagih menjadi semakin besar.
Seharusnya perusahaan membentuk fungsi kredit untuk mengontrol piutang
pelanggan sebelum memberikan otorisasi penjualan kredit.
Berdasar kelemahan pengendalian internal tersebut, penulis menyarankan
agar perusahaan membuat fungsi kredit, jika tidak memungkinkan membentuk suatu
fungsi lagi, maka perusahaan dapat merangkapkan fungsi ini pada bagian yang lain
yang masih berhubungan. Contohnya, fungsi kredit dirangkap oleh bagian Penjualan,
yang harus mengotorisasi setiap Purchase Order dengan terlebih dahulu melihat
catatan piutang pelanggan. Atau bisa juga perusahaan dapat membuat sistem yang
dapat menghubungkan langsung antara data pelanggan yang pembayarannya masih
macet atau belum lunas dengan otorisasi penjualan kredit yang tidak memenuhi
syarat.
7. Sistem prosedur yang berjalan
Dalam poin ini, penulis akan membandingkan prosedur standar (bab 2)
dengan prosedur yang berjalan dalam perusahaan ini (bab 3) berdasarkan flowchart
yang telah dibuat oleh penulis.
79
Dalam perusahaan ini, terlihat beberapa kekuatan pengendalian internal
perusahaan yaitu adanya dokumen yang mendukung untuk setiap transaksi atau yang
menunjang setiap aktivitas penjualan kredit. Dokumen pun dibuat sesuai dengan
yang dibutuhkan dan tidak mencetak terlalu banyak seperti yang ada di prosedur
standar.
Namun, terdapat pula kelemahan pengendalian internal yang teridentifikasi
dalam prosedur ini yaitu antara lain:
a) Perusahaan tidak membuat dokumen Sales Order setelah menerima Purchase
Order dari pelanggan. Perusahaan seharusnya menyalin pesanan dari pelanggan
yang dikirimkan lewat Purchase Order ke sebuah dokumen resmi perusahaan
yang bernama Sales Order. Hal ini akan mengurangi kemungkinan risiko
hilangnya dokumen Purchase Order tersebut.
b) Tidak ada dokumen resmi yang dikirim ke bagian gudang yang memberitahukan
adanya pesanan. Bagian penjualan hanya membuat copy PO sebanyak dua
rangkap yang kemudian diberikan kepada bagian keuangan dan bagian
akuntansi, dan untuk bagian gudang hanya dikirimkan melalui email oleh bagian
penjualan.
c) Tidak adanya bagian atau fungsi kredit dalam aktivitas penjualan kredit ini.
Bagian penjualan akan terus memberikan persetujuan dan memproses transaksi
penjualan kredit tanpa ada verifikasi dari bagian kredit.
Kelemahan-kelemahan ini mengakibatkan:
a) Perusahaan mengalami kesulitan dalam pembuatan Laporan Penjualan dengan
menggunakan Purchase Order yang diterima dari pelanggan saja. Selain itu,
karena Purchase Order yang diterima tidak memiliki nomor urut dan tidak
80
terdeteksi dalam dokumen perusahaan, jikalau hilang maka tidak akan tercatat
dalam Laporan Penjualan dan akan berdampak pada kelengkapan Laporan
Penjualan itu sendiri.
b) Pengiriman pesanan dari bagian penjualan ke bagian gudang yang hanya melalui
email dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yang terjadi, seperti jika email
yang diterima terhapus secara tidak sengaja, jaringan internet yang sedang down
atau terputus, atau bisa juga saat komputer lagi error. Kemungkinankemungkinan ini mengakibatkan tidak adanya keterlanjutan aktivitas penjualan
kredit karena bagian gudang tidak dapat mempersiapkan barang pesanan.
c) Kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih karena tidak dilakukan pengecekan
status pelanggan yang seharusnya dilaksanakan oleh fungsi kredit dan juga
karena tidak adanya batas atau limit kredit.
Berdasarkan kondisi di atas, ada beberapa kriteria yang terkait yaitu:
a) Seharusnya perusahaan mengeluarkan Sales Order bernomor urut tercetak
setelah menerima Purchase Order dari pelanggan untuk mempermudah
pencatatan dan pembuatan Laporan. Hal ini sesuai dengan teori pada bab 2
bahwa perusahaan harus menerbitkan dokumen yang mendukung kelancaran
suatu aktivitas. Setelah itu, Sales Order yang dibuat dicopy rangkap tiga yang
dikirimkan ke bagian gudang, akuntansi, dan keuangan.
b) Seharusnya perusahaan membentuk bagian sendiri yang menjalankan fungsi
kredit dan juga perusahaan harus menentukan batas limit kredit.
81
Atas semua kelemahan pengendalian internal di atas, penulis menyarankan
agar:
a) Perusahaan mengeluarkan Sales Order bernomor urut tercetak untuk
mempermudah pembuatan Laporan Penjualan. Sales Order yang dibuat dicopy
rangkap tiga yang dikirimkan ke bagian gudang, akuntansi, dan keuangan. Selain
itu, perusahaan juga harus mengendalikan dan menjamin kelengkapan data yang
mendukung dalam pembuatan Laporan Penjualan.
b) Perusahaan segera membentuk bagian kredit yang berfungsi untuk mengotorisasi
setiap penjualan kredit dan juga perusaan sebaiknya menentukan batas limit
kredit untuk setiap pelanggan agar tidak terjadi kredit yang menumpuk terlalu
banyak.
IV.5
Pemantauan (Monitoring)
1. Pemantauan oleh internal auditor
Perusahaan ini tidak mempunyai fungsi internal auditor secara formal, fungsi
ini dirangkap oleh seorang karyawan senior dari fungsi akuntansi. Namun, internal
auditor yang merangkap bagian akuntansi di perusahaan ini hanya bertugas
memeriksa laporan yang terkait dengan keuangan saja (financial audit), tidak
melaksanakan fungsi auditor untuk operasi atau aktivitas perusahaan yang lain
(operational audit). Seperti misalnya, hanya memeriksa laporan penjualan, laporan
penerimaan kas, laporan kas besar, laporan kas kecil, dan laporan persediaan, dan
tidak memeriksa sistem dan kualitas kinerja keseluruhan. Internal auditor ini
melakukan pemeriksaan sebanyak sekali dalam setahun.
82
Berdasar kondisi di atas, terlihat kelemahan pengendalian internal dalam
perusahaan yaitu tidak adanya internal auditor yang independen. Fungsi internal
auditor ini masih dirangkap sekaligus oleh seorang karyawan senior personel bagian
akuntansi. Padahal menurut teori pada bab 2 telah dikatakan bahwa lebih baik fungsi
auditor dilakukan oleh pihak-pihak yang benar-benar terbebas dari fungsi lain yang
diaudit.
Kelemahan ini mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam bekerja dan bisa
juga menimbulkan kesempatan untuk melakukan fraud. Seperti misalnya, semua
pencatatan dilakukan oleh bagian akuntansi, namun pengecekan juga dilakukan
olehnya, sehingga memungkinkan bagian ini untuk memanipulasi laporan untuk
memenuhi keinginannya.
Terdapat kriteria sesuai dengan landasan teori pada bab 2 yang menyatakan
bahwa bagian internal auditor harus benar-benar bebas dari fungsi bagian lain yang
diaudit, maka seharusnya perusahaan membentuk bagian sendiri yang independen
untuk mengaudit segala aktivitas yang terkait dalam perusahaan, tidak hanya yang
terkait dengan keuangan saja tetapi juga mencakup tentang operational audit.
Atas kelemahan pengendalian internal ini, penulis menyarankan agar
perusahaan segera membentuk bagian internal auditor yang independen yang
memiliki tugas untuk mengaudit segala aktivitas yang terkait dalam perusahaan,
misalnya dalam hal keuangan dan operasional perusahaan.
2. Pemantauan oleh atasan
Setiap penerimaan penjualan oleh sales akan dipantau dan diotorisasi oleh
manajer penjualan beserta direktur. Setiap invoice dan faktur pajak akan diotorisasi
83
langsung oleh direktur. Direktur selalu memantau dan melakukan verifikasi atas
laporan penjualan yang dibuat oleh bagian akuntansi.
Semua kondisi di atas merupakan kekuatan pengendalian internal perusahaan
demi menjaga kelancaran operasional dan kelengkapan data. Direktur terus
memantau perkembangan perusahaan dan hasil dari setiap aktivitas dalam
perusahaan, apakah sudah memenuhi target atau belum.
3. Pemantauan terhadap kualitas jasa maintenance yang diberikan
Perusahaan ini tidak hanya menjual barang, tetapi juga memberikan jasa
pemasangan alat atau instalasi berikut maintenancenya. Pemberian jasa maintenance
akan diberikan jika pelanggan telah membeli barang di perusahaan ini. Setiap
pembelian barang akan diberikan bonus berupa pemasangan instalasi gratis dan
garansi selama dua minggu. Selebihnya akan dikenakan fee melalui suatu perjanjian
terpisah. Biasanya perjanjian itu berupa tahunan atau bulanan. Tetapi jika tidak mau
atas perjanjian yang terlalu lama tersebut, pelanggan juga bisa memanggil Technical
jika ada kendala dan harus langsung membayar sesuai dengan tarif per kunjungan.
Manajer Technical Support hanya sesekali datang untuk mengecek pekerjaan
karyawan. Selama melakukan pekerjaan, bagian Technical akan membuat Job
Report yang menandakan bahwa pekerjaan akan dimulai dan jika sudah selesai akan
ditandatangani oleh pelanggan. Job Report ini pun terkadang tidak diverifikasi, dan
tidak ditandatangani oleh yang bersangkutan, seperti manajer Technical Support.
84
Berdasar kondisi di atas, dapat diidentifikasikan beberapa kekuatan
pengendalian internal perusahaan yaitu:
a) Pemberian jasa ini cukup bagus karena pemasangan alat atau instalasi memang
cukup sulit dan rumit, sehingga tidak setiap orang bisa melakukannya. Tetapi
perusahaan ini mampu menawarkan jasa instalasi dan maintenance yang
dilakukan oleh personel technical support yang handal.
b) Manajer technical support pun sesekali datang tanpa ada jadwal untuk mengecek
pekerjaan bawahannya. Hal ini termasuk surprised audit, sehingga bawahannya
pun tetap bekerja dengan sungguh-sungguh.
Namun juga terdapat kelemahan pengendalian internalnya yaitu dokumen
Job Report yang dibuat oleh personel technical tidak diverifikasi dan tidak
ditandatangani oleh bagian yang bersangkutan, seperti misalnya oleh manajer
technical support. Dokumen Job Report ini sendiri dibuat untuk menandakan bahwa
personel sudah melakukan proyek atau pekerjaan apa saja selama berada di kantor
klien atau customer. Personel juga wajib menambahkan keterangan pada jam berapa
mereka bekerja dan berapa lama waktu pengerjaan proyek tersebut, sehingga jika
sampai ada pengaduan dari klien maka personel pun dapat menunjukkan dokumen
tersebut sebagai bukti resmi.
Kelemahan pengendalian internal ini mengakibatkan kemungkinan terjadinya
potential fraud. Seperti misalnya, apabila proses pengerjaan proyek tersebut belum
tuntas tetapi personel sudah menginformasikan pada Job Report bahwa pekerjaannya
sudah selesai. Jika suatu saat nanti terdapat complaint dari klien, maka manajer
technical support tersebut yang harus mempertanggungjawabkannya sebagai akibat
karena manajer tidak melakukan verifikasi atas dokumen tersebut.
85
Seharusnya perusahaan menekankan tanggung jawab atas setiap personelnya,
terutama yang memiliki tugas mengotorisasi dokumen. Semua dokumen yang
menjadi tanggung jawabnya untuk diverifikasi harus dilakukan oleh atasan yang
bersangkutan, dan sampai jika ada pengaduan dari klien maka bagian yang
bersangkutan yang harus mempertanggungjawabkan.
Penulis menyarankan agar perusahaan lebih tegas lagi terhadap hal-hal sepele
seperti itu, dan memberikan hukuman atau denda jika sampai terjadi kekacauan.
4. Mekanisme rekonsiliasi dan surprised audit
Bagian gudang PT ITPro menyelenggarakan pencatatan keluar masuknya
barang secara sederhana. Sedangkan bagian penjualan, melakukan pencatatan atas
barang yang terjual. Mekanisme rekonsiliasi dilakukan dengan mencocokan catatan
di buku persediaan dan di laporan penjualan. Jika terdapat perbedaan maka akan
langsung dilakukan pengecekan ke gudang. Di samping itu, biasa dilakukan
pemeriksaan mendadak yang tidak terjadwal, sehingga karyawan tidak berani untuk
melakukan manipulasi atas persediaan. Setiap akhir bulan, akan dilakukan
pencocokan antara buku persedian dengan barang fisik yang tersedia di gudang.
Segala pencatatan dan mekanisme rekonsiliasi di atas merupakan contoh
kekuatan pengendalian internal perusahaan. Pencatatan diadakan untuk memperjelas
aktivitas dan sebagai bukti yang otentik yang bisa diarsipkan. Adanya pemeriksaan
mendadak juga baik karena akan memperkecil kesempatan karyawan jika akan
melakukan kecurangan.
86
5. Pemantauan laporan
Laporan penjualan yang telah dibuat oleh bagian akuntansi akan dicek oleh
direktur dan dicocokkan dengan Invoice yang sudah diarsip. Selain itu, direktur juga
akan meminta catatan rekonsiliasi bank secara bulanan untuk menambah keakuratan
dalam melakukan verifikasi laporan.
Semua hal di atas termasuk kekuatan pengendalian internal yang dimiliki
perusahaan. Setiap laporan akan diverifikasi langsung dengan dokumen lain yang
bersangkutan. Seperti misalnya, laporan penjualan akan diverifikasi dengan Invoice
dan juga catatan rekonsiliasi bank.
87
Download