Jurnalistik Narasumber

advertisement
KELAS ONLINE CREATIVE INSTITUTE #4
Topik
: Jurnalistik
Narasumber : Aisha Shaidra
Moderator
: Nabella Rizki Al Fitri
Waktu
: 30 Oktober 2016
A. Sekilas Tentang Pemateri
Aisha Shaidra atau beken disapa Kak Chagi sudah malang melintang di dunia
jurnalistik sejak tahun 2013. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran ini
melabuhkan passion menulisnya di salah satu Perusahaan Media terbaik yang dimiliki negeri
ini, yakni TEMPO. Perjalanannya menjadi jurnalis sudah mengantarkan gadis ini ke beragam
waktu, tempat dan situasi peliputan yang berbeda. Maka tak heran jika seluk beluk ilmu
jurnalistik sudah melekat dalam diri beliau. Spesialnya, selain dikenal sebagai jurnalis, beliau
juga dikenal aktif sebagai penggiat sosial dan pendidikan. Sederet kegiatan sosial telah
dibaktikan, seperti tergabung dalam relawa Kelas Inspirasi, Jejaring Anak Indonesia, penggiat
Dongeng.tv dan tercatat pula sebagai salah satu anggota Forum Indonesia Muda. Kesempatan
yang sangat berharga bisa berdiskusi dengan beliau, jadi mari kita mengambil ilmu sebanyakbanyaknya!
B. Sesi Materi
1. Jurnalisme warga atau dalam istilah bahasa inggris disebut dengan citizen journalism
adalah bentuk partisipasi aktif warga dalam mengoleksi, melaporkan, menganalisis, dan
menyebarluaskan berita dan infromasi.
2. Jurnalisme warga menjadi model baru dalam dunia jurnalisme yang mendobrak pakem
bahwa hanya jurnalis terlatihlah yang dapat melakukan kerja-kerja jurnalistik. Awal
munculnya jurnalisme warga di Indonesia salah satunya dipicu saat pada tahun 2004 terjadi
bencana nasional Tsunami di Aceh, warga mendokumentasikannya melalui video peristiwa
tersebut dan kemudian berita tersebut cepat menyebar dan populer dibanding dengan berita
yang ditampilkan oleh jurnalis profesional.
3. Secara umum hal yang mendorong jurnalis media maupun warga untuk melakukan
aktivitas jurnalisme sama, yakni didorong oleh keinginan untuk memberitakan sesuatu
yang penting bagi khalayak, sehingga modal utama yang harus dipenenuhi oleh seseorang
yang ingin aktif dalam jurnalisme warga yakni ia harus memiliki kepekaan dan daya
inisiatif yang baik.
4. Salah satu keuntungan jurnalisme warga yang tidak mudah didapat oleh jurnalis media,
yakni warga sudah memiliki kedekatan atau hubungan yang baik dengan lingkungan yang
diberitakan, sehingga mudah untuk mendapatkan keterangan atau informasi dari
narasumber.
5. Jurnalisme warga sesuai dengan definisinya hendaknya bisa mmperluas objek kegiatannya
tidak hanya sekedar mengoleksi dan melaporkan suatu informasi, tapi juga sampai pada
aktivitas menganalisis suatu informasi tersebut sehingga dapat memiliki paradigma dan
pengaruh yang lebih besar untuk kemajuan warga.
6. Kehadiran jurnalisme warga menjadi penting untuk melawan dominasi informasi dari
media mainstream dan menjadi sangat mudah dilakukan seiring dengan perkembangan
teknologi dewasa ini.
7. Meski bukan seorang jurnalis terlatih, jurnalis warga harus tetap memegang teguh prinsip
dan etika jurnalisme objektif serta mendorong dirinya untuk terus belajar memahami kerja
jurnalistik yang baik dan benar, sehingga peliputan maupun penyajian informasi dapat
berkualitas dan mengundang banyak pembaca.
8. Setelah seseorang memiliki kemauan untuk mengoleksi dan menyebarkan informasi, maka
ia perlu utnuk belajar menganalisis sutau informasi dengan paradigma atau sudut pandang
tertentu, sehingga merangsang pembaca untuk kritis terhapa analisis yang kita sajikan dan
kemudian dapat ikut memberikan perubahan yang positif bagi lingkungan, baik dalam
tataran pengambilan kebijakan maupun yang lain.
9. Hal yang tidak dapat dipisahkan dari jurnalisme warga yakni kesadaran bahwa jurnalisme
warga menulis tentang warga dan ditujukan untuk kepentingan warga pula.
C. Sesi Tanya Jawab
1. Jika kita menemui suatu peristiwa dan ingin meliputnya, hal-hal apa yg harus dipenuhi
agar sesuai dengan nilai, dan standarisasi jurnalistik?
Dalam jurnalistik tidak semua hal bisa diberitakan. Meski di luar sana banyak sekali
peristiwa, siapapun bisa bercerita, tapi tidak semua bisa memberitakan. Kita harus
memperhatikan beberapa unsur yang perlu dipenuhi sebelum berita layak ditulis dan
diberitakan. Setidaknya kelayakan sesuatu peristiwa menjadi berita adalah terletak pada
penting atau tidaknya peristiwa tersebut, apalagi saat bicara mengenai jurnalisme warga,
unsur penting harus didukung juga oleh apakah berita tersebut akan memberi dampak
positif bagi kepentingan warga. Memilih topik berita yang penting emnajdi syarat mutlak
jika kita berbicara tentang media, terutama cetak yang memiliki keterbatasan ruang.
Kehadiran media online sebetulnya bisa memperluas batasan tersebut. Peran jurnalis
warga sebetulnya lebih berat daripada jurnalis media, karena di satu waktu yang sama dia
menjadi pimpinan redaksi, wartawan dan editor sekaligus.
2. Apa saja yang dapat menjadi wadah jurnalisme warga?
Wadah jurnalisme warga, untuk saat ini sangat banyak seiring dengan perkembangan
teknologi yang juga pesat. Bisa melalui blog, atau seperti situs sejenisnya, Facebook,
Twitter, Path, Youtube. Terutama yang memiliki fasilitas untuk menunjang laporan
langsung/live report dari lokasi peristiwa, seperti kamera, alat rekam dan sejenisnya perlu
untuk dioptimalkan dalam aktivitas jurnalisme warga.
3. Apa yang perlu diperhatikan jika kita ingin meliput sebuah tempat wisata lokal?
Misal dari sebuah objek wisata ada infrastruktur atau proses pembangunan yang
mangkrak, atau pungli yang merajalela itu dapat menjadi berita penting dan layak ditulis.
Pemerintah daerah perlu diingatkan tentang adanya hal yang bermasalah di temppat
wisata tersebut. Itu jika kitaingin menulis informasi yang berbentuk berita. Akan tetapi jika
misal ingin mengulas sebuah kawasan wisata sebagai tempat liburan, atau tempat yang
menarik dikunjungi, hal tersebut lebih pada jenis penulisan feature yang berfungsi sebagai
media promosi. Hanya saja untuk jurnalisme warga, penulisan suatu informasi harus
memperhatikan hal-hal yang penting untuk ditampilkan agar diketahui oleh pihak yang
berkepentingan sehingga dapat memberi dampak positif yang lebih besar bagi
kepentingan warga, sehingga bukan hanya sebagai ajang promosi.
4. Bagaimana cara memilih topik liputan yang menarik sehingga dapat mengundang banyak
pembaca?
Hal yang paling mudah untuk menilai apakah tulisan yang dibuat menarik atau tidak
adalah dengan mencoba menyodorkan tulisan tersebut kepada orang terdekat misalnya
keluarga. Jika reaksi yang didapat bagus maka hal tersebut layak untuk ditulis. Sebuah
berita dikatakan menarik bisa saja saat di dalamnya mengandung unsur sesuatu yang
tak lazim, aneh, inspiratif, dan sangat kental dengan unsur human interest. Misal
beberapa waktu lalu pemateri baru saja mewawancarai Ima Matul Maisaroh, beliau
dulunya adalah seirang tenaga kerja Wanita (TKW) yang berasal dari Malang yang
sempat mengalami penjualan dan perbudakan di Amerika. Kemudian perjalanan hidupnya
mengantarkan dia menjadi salah satu orang yang dipilih Presiden Obama untuk menjadi
penasihat terkait isu perbudakan. Ini tentu menarik bukan?
5. Terkait dua jenis tulisan berita, yakni straight news dan news story, apa yang membedakan
keduanya?
Straight news adalah jenis berita yang umum kita baca di media-media atau televisi.
Yaitu berita yang bersifat langsung untuk menyampaikan sesuatu (to the point) dengan
unsurnya yakni langsung, singkat, padat, dan jelas. Konsepnya yakni memenuhi unsur
5H+1H. Sedangkan news story adalah gaya pemberitaan yang di dalamnya
menggabungkan unsur jurnalistik dengan unsur bercerita dalam penulisan sastra. News
Story juga harus memenuhi ketentuan 5W1H. Struktur news story berbeda dengan
straight news yang memakai struktur berita piramida terbalik. Contoh news story yakni
sebagai
berikut:
https://m.tempo.co/read/news/2016/09/06/063801997/news-story-mr-
sarwi-di-kardus-rp-700-juta
6. Terkait dengan gaya penulisan berita di media TEMPO cenderung menggunakan gaya
bercerita dan kental dengan sastra, lalu bagaimana treatment yang diberikan redaksi
kepada para jurnalisnya untuk memakai pendekatan gaya ini?
Jika dari pengalaman pemateri belajar di TEMPO, memang ada tahapan yang diberikan
kepada jurnalisnya. Pertama kali calon reporter dibekali soal penulisan straight news
terlebih dahulu, yakni menulis berita-berita ringkas, dengan konsep 5W1H. Selanjutnya
jurnalis diperkenalkan kepada konsep menulis news story yaitu menulis cerita di balik
berita. Ada gaya bertutur yang bisa digunakan saat menulis news story ini. Dan hasilnya
dari penulisan gaya news story memang terlihat saat membaca produk TEMPO di
majalah. Sedangkan utuk koran dan berita daring kebanyakan menggunakan gaya straight
news.
7. Adakah bahan bacaan buku terkait dengan cara penulisan berita news story yang cock
dibaca untuk pemula?
Ada buku yang berjudul “Seandainya Saya Wartawan Tempo”, penulis Genawan
Muhammad, penerbit Tempo Publishing.
8. Bagaimana cara mengimplementasikan gaya penulisan berita news story ke media online
yang cenderung ringkas dan lebih bebas?
Sebetulnya menulis panjang dengan gaya news story sangat bisa dilakukan di media
daring. Belakangan kenapa media daring terkesan ringkas, yakni karena mengejar
kecepatan yang sangat erat kaitannya dengan kebutuhan bisnis. Hal yang perlu diingat,
jurnalisme adalah soal akurasi dan ketepatan bukan kecepatan tapi mengesampingkan
unsur penting yg harus dipenuhi. Pemateri berharap beriringnya banyak orang
tercerahkan, melalui aktivitas baca, dan budaya literasi yang makin meluas, akan
membantu juga ke bagaimana mereka paham memilih bacaan, bukan hanya soal memilih
judulnya saja. Untuk mensiasati hal tersebut perlu disediakan rubrik khusus untuk
penulisan berita dengan gaya tersebut.
9. Bagaimana kaitannya nilai jurnalisme dengan pemilihan sampul untuk majalah TEMPO
akhir-akhir ini cenderung sama dengan mengupas salah satu tokoh atau peristiwa yang
sama pula?
Soal sampul yang terkait dengan pemberitaan yang terus menerus dengan objek berita
yang sama maka kembali lagi melihat ke sejauh mana berita tersebut penting diberitakan.
Soal BTP sendiri belakangan memang banyak isu terkait pemerintahan DKI di bawah
kepemimpinannya yg perlu diberitakan, dan dikritisi. Jika diperhatikan ada berita di
media TEMPO sendiri juga berimbang, misal tentang apresiasi kerja, dan ada juga
tentang mengkritisi kebijakan. Utama yg harus dilakukan adalah menyampaikan apa yg
penting, aktual, dan punya unsur magnitude yg kuat.
10. Bagaimana implementasi kode etik jurnalis dalam kerja jurnalistik, dan apakah hal
tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini?
Kode etik jurnalistik menjadi syarat mutlak bagi seorang jurnalis. Pemateri, sebagai
seorang jurnalis juga belajar untuk mawas diri, apakah sudah memenuhi atau ada yg
terlewat terkait kode etik itu sendiri dalam melakukan kerja jurnalistik. Di satu sisi
jurnalis tentu tidak bisa terus-terussan membela diri di balik keraguan publik, tapi
memang harus bisa membuktikan diri. Jika pemateri dan rekan-rekan jurnalisnya
biasanya menekankan falsafah bahwa yang dicintaiadalah profesinya bukan bukan
perusahaan yg menaungi profesi tersebut. Kadang memang ada saja yang berbenturan
dengan kebijakan perusahaan terutama yang dikuasai oleh politisi, pebisnis, dan
sejenisnya. Apa yg masih bisa menjadi pelajaran dari media TEMPO yakni segala hal
yang diberitakan sebelumnya telah diputuskan berdasarkan rapat besar, sehingga
semua yang terlibat dapat bersuara dan saling 'membantai' ide atau usulan
pemberitaan. Hal ini menjadikan unsur “kepentingan tertentu” bisa cukup
diminimalisasi.
D. Sesi Closing Statement
Hal yang selalu diingatkan redaktur kepada jurnalisnya (pemateri) yakni untuk tidak boleh
berhenti menulis dan membaca. Harus bisa untuk terus mengasah kepekaan, menjaga
antusiasme, dan memakai hati nurani. Paham di mana kita harus bersikap, dan untuk siapa
kita berbuat. Menulis itu pekerjaan yang tak pernah usai, maka nafas kita harus panjang guna
menghidupinya terus menerus.
Download