UJI TOKSISITAS AKUT GRANUL INSTAN ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA DAN DAUN SALAM PADA TIKUS PUTIH JANTAN SPRAGUE DAWLEY ACUTE TOXICITY TEST OF ANTIDIABETICS INSTANT GRANULES COMBINATION MAHKOTA DEWA FRUIT MESOCARP AND BAY LEAVES EXTRACT ON SPRAGUE DAWLEY WHITE MALE RATS Nandika Putri Trisani1, Min Rahminiwati2 dan Erni Rustiani3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor. 1,2&3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek toksik sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam pada hewan coba tikus putih jantan. Pengujian toksisitas akut dilakukan dengan metode Thomson and Weil dan rancangan percobaan berupa rancangan acak lengkap (RAL). Hewan uji digunakan 15 ekor tikus putih jantan Sprague Dawley yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok 1, 2 dan 3 masing-masing diberi perlakuan dengan dosis 20.000 mg/KgBB, 40.000 mg/KgBB dan 80.000 mg/KgBB. Hasil penelitian menunjukkan pemberian sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam tidak menyebabkan kematian 50% hewan coba dan tidak mempengaruhi bobot badan tikus dan konsumsi pakan yang ditunjukkan dengan hasil ANOVA yaitu P>0.05. Kata Kunci : Buah Mahkota Dewa, Daun Salam, Granul Instan, Sprague Dawley, Toksisitas Akut, Thomson and Weil ABSTRACT This research aims to know or no toxic effect instant granule dosage form combination of mahkota dewa fruit mesocarp and bay leaves extract on white male rats. Acute toxicity testing carried out by the method of Thomson and Weil and experimental design in the form of a completely randomized design (RAL). Animal test used 15 Sprague Dawley white male rats which are divided in 3 groups of treatment. Each group consists of 5 rats. Group 1 was given treatment with doses of 20,000 mg/kgBB, group 2 was given treatment with doses of 40,000 mg/kgBB and group 3 was given treatment with doses of 80,000 mg/kgBB. The results showed the giving of instant granules dosage form combination of mahkota dewa fruit mesocarp and bay leaves extract did not cause the death of 50% of experimental animals and does not affect body weight gain and feed consumption, indicated by the results of the ANOVA i.e. P> 0.05. Keywords : Mahkota Dewa fruits, Bay Leaves, Instant Granules, Sprague Dawley, Acute Toxicity, Thomson and Weil PENDAHULUAN Daun salam merupakan pelengkap bumbu masakan yang sudah tidak asing lagi dengan kehidupan kita. Aromanya yang khas membuat setiap masakan menjadi harum. Tidak hanya sebagai pelengkap bumbu masakan, daun salam ternyata secara turun temurun telah digunakan oleh masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun salam dengan dosis 2,62 mg/20 g BB dan 5,24 mg/20 g BB dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi aloksan (Studiawan dan Santosa, 2005). Tanaman lain yang juga memiliki potensi sebagai antidiabetes adalah mahkota dewa. Buah mahkota dewa memiliki khasiat yang tidak kalah dengan daun salam. Penelitian Meiyanti, dkk., (2006), membuktikan bubuk daging buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik pada orang sehat setelah pembebanan glukosa. Efek hipoglikemik daging buah mahkota dewa tidak terlepas dari senyawa kimia yang dikandungnya yaitu flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Agar kombinasi kedua herbal tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan terhindar dari dampak buruknya perlu dilakukan penelitian mengenai keamanan sediaan seperti pengujian toksisitas untuk mengetahui adanya efek toksik atau menilai batas keamanan dan tingkat bahaya suatu zat yang dikonsumsi. Penggunaan Mahkota dewa sebagai obat secara berlebihan dan tidak sesuai takaran dapat membahayakan dan menjadikannya sebagai racun atau toksik. Buah mahkota dewa mengandung lignan yang merupakan senyawa golongan polifenol yang dianggap toksik (Pranata, 2007). METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, sonde, spuit, timbangan, kandang tikus, masker dan sarung tangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan granul instan kombinasi ekstrak buah mahkota dewa dan daun salam, tikus putih galur Sprague Dawley dengan bobot sekitar 180 g - 200 g berumur 2-3 bulan, pakan berupa pellet dengan tipe BR-512, aquadest, serbuk kayu. Pengumpulan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan granul instan kombinasi ekstrak buah mahkota dewa dan daun salam berdasarkan formula terbaik pada penelitian Asih (2013). Dalam setiap 5 g (1 sachet) mempunyai formulasi ekstrak kering daun salam dan buah mahkota dewa sebesar 2,6% dan 5,6%. PVP yang terkandung dalam setiap sachet 3%, laktosa 88,3%, dan sukralosa 0,5%. Penyiapan Hewan Coba Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih dengan bobot badan berkisar ±200 g berumur 2-3 bulan yang sesuai dengan kriteria hewan uji yang. Hewan diaklimatisasi selama 1 minggu. Hewan dipelihara dalam kandang yang terbuat dari material yang kedap air, kuat dan mudah dibersihkan, ruang pemeliharaan bebas dari kebisingan. Kandang dialasi dengan serbuk kayu yang harus diganti setiap hari agar kondisi kandang tetap kering dan sehat. Suhu ruangan diatur menjadi 22⁰ ± 3⁰C, dengan kelembaban relatif 3070% dan penerangan 12 jam terang 12 jam gelap. Hewan diberi pakan pellet BR-512 dan minum secara ad libitum. Hewan uji yang sakit, dengan ciri-ciri aktivitas berkurang, lebih banyak diam dan bulunya berdiri tidak akan diikutsertakan dalam penelitian. Hewan uji dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan. Jumlah tikus yang digunakan dalam tiap kelompok uji adalah 5 ekor. Penentuan Dosis Penentuan dosis dilakukan dengan melakukan uji pendahuluan untuk memperoleh informasi awal toksisitas sediaan granul instan serta mengetahui dosis tertinggi yang dapat diberikan secara peroral kepada tikus. Uji pendahuluan dilakukan hingga diperoleh dosis yang kira-kira mematikan 0% dan 100% hewan coba (Priyanto, 2009). Dosis awal ditetapkan berdasarkan dosis terendah yang menyebabkan kematian 0% (Harmita, 2008). Pengujian pendahuluan menggunakan hewan coba sebanyak 5 ekor. Dosis granul yang diberikan adalah 20.000 mg/kgBB secara oral menggunakan sonde. Hewan diamati selama 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada hewan yang mati, maka dosis diperbesar sampai diperoleh kematian. Sebaliknya jika terjadi kematian, maka dosis diturunkan. Setelah didapatkan hewan coba yang mati kemudian ditentukan dosis yang akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan uji toksisitas akut hingga diperoleh nilai LD50. Dosis selanjutnya ditingkatkan berdasarkan rasio tertentu sampai batas yang masih mungkin untuk diberikan. Dosis terkecil yaitu dosis yang dalam uji pendahuluan terdapat kematian 0%, sedangkan dosis terbesar dimana dalam uji pendahuluan terdapat kematian 100% hingga diperoleh dosis perlakuan sebagai berikut : 1. 2. 3. Kelompok I : Kelompok perlakuan dengan dosis 20.000 mg/kgBB. Kelompok II : Kelompok perlakuan dengan dosis 40.000 mg/kgBB. Kelompok III : Kelompok perlakuan dengan dosis 80.000 mg/kgBB. Pengujian Toksisitas Akut Berdasarkan hasil uji pendahuluan dan diperoleh dosis yang toksik maka dilanjutkan dengan menyiapkan 15 ekor tikus. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dengan jumlah hewan uji sebanyak 5 ekor pada masing-masing kelompok. Hewan uji harus dipuasakan sebelum diberikan perlakuan. Untuk tikus dipuasakan selama 14-18 jam, namun air minum boleh diberikan. Setelah dipuasakan, hewan ditimbang dan diberikan sediaan uji. Sediaan uji diberikan dengan menggunakan sonde secara peroral. Setelah diberikan perlakuan, pakan boleh diberikan kembali setelah 3-4 jam untuk tikus (BPOM,2014). Dilakukan pengamatan pada 3 jam pertama hingga 24 jam setelah pemberian dan setiap hari selama 714 hari. Kriteria pengamatan meliputi pengamatan fisik terhadap gejala-gejala toksik yaitu : a. Pada kulit dan bulu (kebotakan, rambut berdiri, gemetar, badannya basah, eritema, edema, kematian jaringan) b. Pada mata (midriasis, miosis, lakrimasi, ptosis, nistagmus, sikopedia, refleks sinar pupilar) c. Sistem pernapasan (hipopnea, dispnea, apnea, megap-megap) d. Sistem otonom (mata merah, hidung berlendir, liur keluar, diare dan sering urinasi) dan saraf pusat e. Sistem pencernaan dan sistem genitourinari (air liur keluar terus, diare, feses dan urin berdarah, konstipasi dan urinasi tidak terkontrol) f. g. Perilaku (kurang tenaga, gelisah, posisi duduk dengan kepala mendongak, tatapan kosong ke depan, menunduk, depresi berat, kaki menggaruk-garuk, mudah terganggu, terengah-engah, sikap bermusuhan, agresif maupun defensif, ketakutan, bingung) serta aktivitas psikomotor hingga kematian. Kemudian dicatat jumlah hewan yang mati selama 714 hari. Serta pengamatan perubahan bobot badan dan jumlah konsumsi pakan selama 7-14 hari. Nilai LD50 ditentukan dengan menghitung jumlah tikus yang mati dari tiap kelompok setelah 24 jam perlakuan dan dihitung menggunakan rumus Weil. Analisis Data Data kematian yang diperoleh digunakan untuk menentukan tolak ukur kuantitatif yaitu LD50 dengan metode Thompson and Weil. Hasil kematian disesuaikan dengan tabel yang dibuat oleh Thompson and Weil. Nilai LD50 dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Dimana : m = nilai LD50 D = dosis terkecil yang digunakan d = log r (kelipatan dosis) f = suatu nilai dalam tabel Weil karena angka kematian tertentu Data bobot badan dan jumlah konsumsi pakan yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Data dianalisis dengan uji statistik yaitu uji ANOVA menggunakan Rancangan Acak Lengkap untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Bila terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. H0 : Tidak ada pengaruh antar setiap kelompok H1 : Ada pengaruh antar setiap kelompok Pengambilan keputusan : Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterma, H1 ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan Hewan Coba Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan bobot ±200 g berumur 2-3 bulan. Tikus putih memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa dengan manusia dalam aspek fisiologis dan metabolisme (Ridwan, 2013). Tikus putih juga mudah diperoleh dalam jumlah banyak, mempunyai respon yang cepat dan harganya relatif murah (Oemijati dkk.,1987). Pemilihan tikus jantan dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tikus betina dipengaruhi oleh hormon. Selain itu tikus betina mengalami siklus estrus sehingga dikhawatirkan mempengaruhi proses selama penelitian (Huh et al., 1994). Pemilihan tikus berumur 2-3 bulan dikarenakan pada usia ini tikus setara dengan umur manusia 20-25 tahun yang merupakan usia dewasa muda sehingga dianggap tikus sudah memiliki tingkat kematangan organ tubuh dan mampu melakukan aktivitas fisik berlebih (Flurkey, 2007). Ini sesuai dengan kriteria hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas. Pengujian Toksisitas Akut Sediaan Granul Instan Penentuan Dosis Penentuan dosis dapat menggunakan dosis empirik pengunaan zat tersebut sebagai dosis terapi yang dikalikan dengan faktor tertentu misalnya 5x, 10x atau 20x dan seterusnya (Priyanto, 2009). Dalam penelitian ini digunakan dosis sebesar 20.000 mg/KgBB. Dosis ini merupakan 4 kali dosis lazim yang digunakan manusia yaitu 5000 mg/KgBB. Pemberian dosis ini tidak menyebabkan kematian hewan coba sehingga dosis kemudian dinaikkan 2 kali dari dosis yang digunakan dalam penelitian menjadi 40.000 mg/KgBB dan 80.000 mg/KgBB. Pengujian Toksisitas Akut Uji toksisitas merupakan studi tentang racun pada manusia, efek berbahaya dari lingkungan dan kimia rumah tangga juga obat dengan biologi, terapetik maupun rekreasional tak sengaja atau sengaja baik akut maupun kronis (Cobert and Biron, 2012). Granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam merupakan salah satu agen terapetik yang perlu diketahui keamanannya melalui uji toksisitas akut. Pada penelitian ini pengujian toksisitas akut sediaan granul instan diberikan secara berulang dalam kurun waktu 24 jam. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dengan mengamati kematian dan gejala-gejala toksik yang timbul. Selama pengamatan berlangsung mulai hari setelah pemberian sediaan granul instan sampai hari ke-14 tidak ditemukan adanya kematian hewan coba. Tingkah laku antar kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan. Semua hewan uji terlihat sehat, aktif dan tidak ada tanda-tanda keracunan. Hewan uji merespon makanan dan minuman yang diberikan dan terlihat bermain dengan yang lain. Namun pada hari pertama dimana setelah pemberian sediaan sempat terjadi diare dan salivasi pada hewan coba dan tidak berlangsung lama. Diare terjadi karena senyawa dalam buah mahkota dewa bekerja sebagai inhibitor enzim asetilkolinesterase. Senyawa ini juga dapat disebut sebagai antikolinesterase. Enzim asetilkolinesterase bekerja menguraikan enzim asetilkolin menjadi asam asetat dan kolin. Penghambatan enzim ini akan menyebabkan penumpukkan asetilkolin yang menyebabkan perangsangan dinding usus dan sekresi usus dan mengakibatkan peningkatan motilitas dan tonus yang diakhiri dengan sakit perut dan diare. Begitu pula dengan terjadinya salivasi yang mana akibat penghambatan enzim asetilkolinesterase ini menyebabkan perangsangan pada kelenjar ludah sehingga menimbulkan salivasi (Neal,2005). Hal ini sejalan dengan pernyataan Hermanto (2001), sakit perut, mual, muntah, hingga pusing merupakan efek samping dari konsumsi buah mahkota dewa terutama jika dikonsumsi langsung dalam keadaan mentah. Efek samping lainnya jika dikonsumsi dalam keadaan mentah dapat menyebabkan pembengkakan pada mulut, sariawan hingga keracunan. Sakit perut selain akibat peningkatan motilitas dan tonus usus juga dapat disebabkan akibat iritasi lambung. Kandungan saponin yang tinggi pada buah mahkota dewa diduga dapat menyebabkan iritasi lambung (Widowati,2005). Penumpukkan asetilkolin akibat penghambatan enzim asetilkolinesterase menyebabkan peningkatan sekresi HCL. Efek mual terjadi akibat adanya stimulasi CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) oleh toksin dari buah mabhkota dewa dalam sirkulasi (Neal, 2005). Efek mual masih dalam taraf normal, namun jika terus berlanjut dianjurkan untuk mengurangi dosis (Astuti, 2013). Hasil penelitian uji toksisitas akut ini menunjukkan LD50 lebih dari dosis tertinggi yang diberikan yaitu 80.000 mg/KgBB karena tidak adanya kematian hewan coba selama pengamatan pada semua dosis yang diberikan. Dengan tidak adanya kematian pada hewan coba yang diujikan, maka dapat dikatakan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam tidak bersifat toksik. Dengan demikian dianggap semua toksisitas akut dapat diabaikan dan nilai LD50 tidak perlu ditentukan sebab sampai pada dosis tertinggi yaitu 80.000 mg/KgBB tidak terdapat kematian hewan coba (Safithri dkk., 2012). Dosis ini berada pada rentang ≥15 g berdasarkan tabel kriteria penggolongan toksisitas sediaan obat, obat tradisional, bahan pangan sehingga LD50 granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa daun salam termasuk ke dalam klasifikasi relatif tidak membahayakan (BPOM,2014). Sejalan dengan hasil penelitian Widowati (2005) yang menunjukkan LD50 infus buah adalah 46.925 mg/kgBB sedangkan untuk ekstrak sebesar 25.570 mg/KgBB dimana keduanya baik infus maupun ekstrak termasuk dalam kriteria praktis tidak toksik (practically non toxic). Bobot Badan Pengamatan bobot badan tikus selama 14 hari pengamatan disajikan dalam Tabel 1. Rata-rata bobot badan tikus pada hari ke-1 hingga ke- 14 terus mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok, baik kelompok dosis 1 (20.000 mg/KgBB), kelompok dosis 2 (40.000 mg/KgBB) dan Kelompok 3 (80.000 mg/KgBB) (Tabel 1). Rata-rata bobot badan tikus antar kelompok juga tidak berbeda jauh. Ini dapat dilihat pada grafik rata-rata bobot badan selama pengamatan (Gambar 1). Hasil analisa statistik yang diperoleh dengan ANOVA menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai signifikansi sebesar 0,160. Pemberian granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam, baik pada kelompok dosis 1 (20.000 mg/KgBB), kelompok dosis 2 (40.000 mg/KgBB) dan Kelompok 3 (80.000 mg/KgBB) tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap bobot badan tikus selama penelitian sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut menggunakkan uji Duncan sebab hasil menunjukan tidak adanya pengaruh. Tabel I. Rata-rata Bobot Badan Tikus Selama Pengamatan Rata-rata Bobon Badan (g) ± SD Hari KeDosis 1 Dosis 2 Dosis 3 1 239,6 ± 5,6 246,4 ± 2,0 239,4 ± 4,5 2 263,4 ± 7,7 269,4 ± 0,5 264,4 ± 3,2 3 265,4 ± 9,5 274,4 ± 2,7 269,2 ± 5,6 4 266.8 ± 11,6 276,2 ± 3,5 272,2 ± 5,0 5 268,0 ± 12,0 276,8 ± 3,3 274,4 ± 2,6 6 270,6 ± 10,8 278,8 ± 2,3 277,8 ± 3,7 7 270,0 ± 10,7 278,4 ± 3,0 274,4 ± 4,5 8 270,0 ± 10,7 278,4 ± 3,0 274,4 ± 4,5 9 274,8 ± 10,5 280,4 ± 6,3 279,4 ± 3,1 10 276,8 ± 10,2 283,0 ± 11,4 287,8 ± 2,9 11 278,0 ± 12,1 287,6 ± 11,5 292,2 ± 3,2 12 279,6 ± 14.8 289,8 ± 12,6 294,8 ± 6,6 13 280,4 ± 16,0 292,2 ± 10,8 296,2 ± 3,5 14 279,8 ± 16,5 289,8 ± 15,2 295,4 ± 9,2 Ket : Dosis 1 : 20.000 mg/KgBB, Dosis 2 :40.000 mg/KgBB, Dosis 3 : 80.000 mg/KgBB Pemberian granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam, baik pada kelompok dosis 1 (20.000 mg/KgBB), kelompok dosis 2 (40.000 mg/KgBB) dan Kelompok 3 (80.000 mg/KgBB) tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap konsumsi pakan tikus selama penelitian sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan sebab hasil menunjukan tidak adanya pengaruh. Gambar 1. Bobot Badan Tikus Selama Pengamatan Bobot badan yang meningkat menunjukkan adanya pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan suatu proses seluler dimana terjadi peningkatan jumlah sel, penambahan ukuran sel dan substansi interseluler (Kimball, 1990). Hal ini menunjukkan pemberian granul instan kombinasi ekstrak buah mahkota dewa dan daun salam tidak mempengaruhi atau menghambat proses pertumbuhan. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan ini disebabkan oleh peningkatan akumulasi protein tubuh (Sturkie, 1976). Bobot badan merupakan salah satu parameter dalam pengujian toksisitas. Jika terjadi keracunan akibat suatu zat toksik, maka terjadi penurunan nafsu makan yang pada akhinya akan mempengaruhi dan mengganggu metabolisme tubuh tikus. Zat toksik yang masuk kedalam tubuh juga menyebabkan tikus memerlukan energi yang besar untuk menetralisir zat toksik sehingga tidak terjadi pertumbuhan dan bobot badan akan semakin berkurang (Muliani, 2011). Zat toksik yang sangat tinggi dalam tubuh kemungkinan akan menyebabkan kerusakan sel yang tinggi sehingga banyak sel yang mati (Ariens, 1986). Banyaknya sel yang mati akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme dalam tubuh, sehingga dapat menganggu fungsi normal organ yang akhirnya menurunkan pertumbuhan dan bobot badan (Lu, 2006). Konsumsi Pakan Pengamatan konsumsi pakan tikus selama 14 hari pengamatan disajikan dalam Tabel 2. Grafik rata-rata bobot konsumsi pakan tikus pada hari ke-1 hingga ke- 14 cenderung mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok, baik kelompok dosis 1 (20.000 mg/KgBB), kelompok dosis 2 (40.000 mg/KgBB) dan Kelompok 3 (80.000 mg/KgBB) (Gambar 2). Hasil analisa statistik yang diperoleh dari rata-rata konsumsi pakan selama penelitian dengan ANOVA menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan nilai signifikansi sebesar 0,461. Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Pakan Tikus Selama Pengamatan Rata-rata Konsumsi Pakan (g) ± SD Hari KeDosis 1 Dosis 2 Dosis 3 1 25,9 ± 0,6 25,9 ± 0,2 25,9 ± 0,2 2 26,3 ± 0,7 26,4 ± 0,5 26,4 ± 0,5 3 26,5 ± 0,9 26,9 ± 0,6 26,8 ± 0,4 4 26,6 ± 1,2 27,0 ± 0,6 26,9 ± 0,1 5 26,8 ± 1,2 27,0 ± 0.6 27,1 ± 0,2 6 26,8 ± 1,2 27,2 ± 0,4 27,3 ± 0,2 7 26,7 ± 1,2 27,0 ± 0,3 27,0 ± 0,3 8 26,6 ± 1,1 26,9 ± 0,5 26,9 ± 0,5 9 27,0 ± 1,2 27,4 ± 0,6 27,3 ± 0,4 10 27,2 ± 1,3 27,7 ± 1,1 28,1 ± 0,9 11 27,3 ± 1,2 28,1 ± 0,9 28,5 ± 0,5 12 27,5 ± 1,7 28,4 ± 1,0 28,7 ± 0,4 13 27,7 ± 1,5 28,6 ± 0,8 28,8 ± 0,3 14 27,4 ± 1,6 28,3 ± 1,4 28,7 ± 2,0 Ket : Dosis 1 : 20000 mg/KgBB, Dosis 2 :40000 mg/KgBB, Dosis 3 : 80000 mg/KgBB Gambar 2. Grafik Konsumsi Pakan Tikus Selama Pengamatan Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan pada tikus adalah kesehatan (Malole dan Pramono, 1989). Kesehatan dapat dilihat dari daya cerna pakan. Daya cerna pakan diikuti kecepatan aliran pakan yang tinggi dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan konsumsi (Tillman dkk., 1989). Grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 4 menunjukkan peningkatan konsumsi pakan yang tidak jauh berbeda antar perlakuan. Ini menandakan pemberian granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam tidak mempengaruhi konsumsi pakan. Jika terjadi keracunan oleh suatu zat toksik dalam sediaan maka akan terjadi penurunan nafsu makan yang pada akhirnya akan berimbas pada penurunan bobot badan. Penurunan nafsu makan akan mempengaruhi dan mengganggu metabolisme tubuh tikus sehingga terjadi penurunan daya cerna pakan. Daya cerna pakan yang menurun akan menyebabkan gangguan kesehatan pada tikus karena berkurangnya penyerapan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sehingga terjadi penurunan sistem imun yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan yang menurun akan menimbulkan penyakit hingga kematian yang merupakan manifestasi dari konsumsi zat beracun tersebut. Peningkatan konsumsi pakan antar perlakuan dari penelitian ini diduga karena senyawa yang terkandung dalam buah mahkota dewa dan daun salam berfungsi memperbaiki sistem imun sehingga konsumsi pakan dan daya cerna pakan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tahan tubuh hewan coba. Sistem imun dan daya cerna pakan yang meningkat akan berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan (Purwaningsih, 2015). Peningkatan konsumsi pakan pada kelompok dosis 1, 2 dan 3 diduga disebabkan oleh adanya efek imunostimulan dari mahkota dewa. Sumastuti dan Sonlimar (2002) menyatakan senyawa flavonoid dan saponin dalam mahkota dewa berfungsi meningkatkan sistem imun dengan cara meningkatkan indeks fagositik secara bermakna. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam tidak menyebabkan kematian pada hewan coba tikus putih serta tidak mempengaruhi bobot badan dan konsumsi pakan. Saran 1. Perlu dilakukan uji histopatologi terhadap organ tikus putih untuk melihat ada atau tidaknya kerusakan pada organ. 2. Perlu dilakukan uji toksisitas jangka panjang untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping selama penggunaan jangka panjang 3. Pengujian sebaiknya dilakukan pada kandang metabolisme (metabolic cage) yang telah dilengkapi wadah pakan dan minum secara terpisah sehingga pengukuran terhadap parameter yang diamati lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Ariens, E. J., Mutschler, E. and A. M.Simon. 1986. Toksikologi Umum Pengantar. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press Asih. 2013. Formulasi Sediaan Granul Instan Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthumWight.) Dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Sebagai Antidiabetes Dengan Perbedaan Jenis Pemanis. Bogor: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Pakuan Bogor Astuti, Ismaya Indri. 2013. Bahaya Dari Mahkota Dewa [artikel]. http://m.vemale.com/topik/tanamanobat/41469-bahaya-dari-mahkotadewa.html. Diakses pada 1 Juli 2015 Barton Cobert, Pierre Biron.2012. Keamanan Obat Praktis :A-Z. EGC : Jakarta BPOM. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Flurkey, K. 2007. An Aging Intervention Testing Program : Study Design and Interim Report. Aging Cell 6:565-575. Harmanto, Ning. 2011. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Depok: Agromedia Pustaka Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta; EGC Huh, K., Shun, U.S., Choi, J.W., Lee, S.I. 1994. Effect of Sex Hormone on Lipid Peroxidation in Rat Liver. Archives of Pharmacal Research 17: 109-114 Kimball, F.W. 1990. Biologi. Jakarta :Penerbit Erlangga Lu, F. E. 2006. Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi ke-2. Jakarta :UI Press Malole, M. B. M dan S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Meiyanti, Dewoto dan Suyatna. 2006. Efek Hipoglikemik Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Kadar Gula Darah pada Manusia Sehat Setelah Pembebanan Glukosa. Universa Medicina, 3(25) : 114-120. Jakarta: Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Muliani, Hirawati. 2011 Pertumbuhan Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas). BIOMA,13(2) : 7379. Semarang : FMIPA Universitas Diponegoro Neal, MJ. 2005. At a Glance : Farmakologi Medis. Jakarta : Erlangga Medical Series Oemijati, S., Setiabudi R., Budianto A. 1987. Pedoman Etik Pedoman Etik Penelitian kedokteran Indonesia.Jakarta: FKUI. Pranata, S.T. 2007. Herbal Toga. Jakarta: Aksara Sukses Priyanto. 2009. Toksikologi,Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Depok: Lembaga Studi dan Konsulttasi Farmakologi Purwaningsih,Sri., Ekowati Handharyan dan Indah Ria Lestari. 2015. Pengujian Toksisitas Sub Akut Ekstrak Hipokotil Bakau Hitam Pada Tikus Galur Sprague Dawley. Jurnal Akuatika, VI(I) : 30-40. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ridwan, Endi.2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan.Journal Indonesian Medical Association, 63(3). Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI RSCM. Jakarta : FKUI RSCM Safithri, M., Farah F., dan Paramitha WNM. 2012. Analisis Proksimat dan Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirih Merah Yang Berpotensi Sebagai Antidiabetes. Jurnal Gizi dan Pangan, 7 (1) : 43-48. Bogor : Institut Pertanian Bogor Studiawan, H dan Santosa M.H. 2005 .Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Media Kedokteran Hewan, 2(25):62-65. Surabaya: Bagian Ilmu Bahan Alam, Fakultas Farmasi ,Universitas Airlangga Surabaya Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. New York : Cornell University Press Sumastuti, R., Sonlimar M. Efek Sitotoksik Ekstrak Buah dan Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Sel HeLA. Yogyakarta :Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM [On Line] http ://www.tempointeraktif.com/medika/online/ index-isi.asp?file=art-3 Tillman, A.D., S. Prawirokusumo dan S.Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Fakultas Peternakan UGM Widowati. 2005. Kajian Hasil Penelitian Mahkota Dewa. Jurnal Bahan Alam Indonesia., 1 (4) : 223-227. Jakarta : PUSLITBANG Farmasi dan Obat Tradisional BALITBANGKES. Widowati, Pudjiastuti dan Budi N. 2005. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Mahkota Dewa Pada Hewan Coba., Media Litbang Kesehatan, 1(15). Jakarta : PUSLITBANG Farmasi dan Obat Tradisional BALITBANGKES.