elektroremediasi perairan tercemar: 3

advertisement
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
ELEKTROREMEDIASI PERAIRAN TERCEMAR: 3. LEKTRODEKOLORISASI
LARUTAN REMAZOL BLACK B DENGAN ELEKTRODA TIMBAL
DIOKSIDA/KARBON DAN ANALISIS LARUTAN
SISA DEKOLORISASI
Didik Setiyo Widodo, Ismiyarto, Fithri Noorikhlas
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dekolorisasi dan analisis lanjutan sisa elektrolisis larutan
zat warna—remazol black B—dengan metode elektrolisis (elektrodekolorisasi)
menggunakan anoda timbal dioksida, analisis spektrometri UV-Vis dan GC-MS. Remazol
black B merupakan zat warna reaktif yang banyak digunakan pada industri tekstil, batik,
dan tenun. Pada proses produksi dan pewarnaan, zat warna ini dapat terbuang ke
lingkungan dan mencemari perairan, sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki
lingkungan perairan. Pada pemilihan metode mempertimbangkan pemilihan bahan
elektroda. Timbal dioksida sebagai elektroda dipilih dengan mempertimbangkan sifat
bahan ini dalam sistem eletrolisis, stabil (inert) dan efek elektrokatalisis yang diharapkan
memberikan sinergi pada upaya remediasi perairan tercemar dengan pendekatan
elektrokimia. Penelitian ini bertujuan untuk mendekolorisasi dan menganalisis larutan sisa
elektrolisis untuk memperoleh konfirmasi produk destruksi. Kajian ini dilakukan dengan
mengelektrolisis larutan remazol black B sebanyak 50 mL dengan potensial 5,5 V selama
90 menit. Setelah elektrolisis larutan sampel dianalisis dengan spektrometri UV-Vis.
Analisis kualitatif meliputi pengamatan warna larutan sampel sebelum elektrolisis dan
sesudah elektrolisis, dan pengukuran absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mengolah data pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang maksimum dengan spektrometri UV-Vis sebelum dan sesudah elektrolisis.
Analisis GC-MS dikerjakan pada sampel setelah ekstraksi. Sebanyak 5 mL larutan sisa
elektrolisis ditambah 10 mL dietil eter kemudian diekstraksi. Filtrat yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan GC-MS. Data riset menunjukkan bahwa larutan zat warna
remazol black B dapat didekolorisasi dengan metode elektrolisis menggunakan elektroda
PbO2/Pb dan PbO2/karbon. Sistem PbO2/Pb memberikan hasil yang lebih efektif dalam
proses elektrodestruksi zat warna remazol black B dibandingkan sistem PbO2/karbon. Pada
temperatur kamar, elektrodekolorisasi sampel remazol black B menggunakan anoda
PbO2/Pb telah berlangsung 100% menjadi CO2, H2O dan/atau senyawa karbon rantai
pendek dan tidak mempunyai gugus kromofor (pemberi warna), sedangkan
elektrodekolorisasi menggunakan PbO2/karbon telah mendekolorisasi zat warna dengan
sempurna dan menyisakan senyawa yang bercincin benzena yang dapat dihilangkan
dengan baik dengan penambahan waktu elektrolisis
Kata Kunci: elektrolisis, elektrodekolorisasi/elektrodestruksi, remazol black B, elektroda
PbO2, spektrometri UV-Visible
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
PENDAHULUAN
Industri batik sebagai salah satu bidang
pengembangan industri dalam negeri telah
cukup
berkembang.
Terlepas
dari
peranannya sebagai komoditi ekspor yang
diandalkan, industri ini telah menimbulkan
masalah yang serius bagi lingkungan
terkait dengan penggunaan zat warna
dalam produksi dan turut terbuang
bersama air limbah sisa proses. Pada
beberapa daerah pusat produksi batik telah
diupayakan adanya pengolahan limbah
yang dihasilkan secara terpadu untuk
mengatasi dan mencegah perairan yang
berwarna dan paramater lingkungan yang
lebih
baik. Namun jumlah keluaran
limbah jauh lebih besar dibanding
kapasitas pengolahan, sehingga masalah
limbah berwarna masih menjadi yang
perlu penanganan lanjut.
Secara umum pengolahan limbah cair
industri dimaksudkan untuk mengurangi
tingkat polutan organik, logam berat,
padatan tersuspensi dan warna sebelum
dibuang ke badan air. Teknologi
pengolahan limbah cair baik secara
biologi, kimia, fisika, maupun kombinasi
ketiga proses tersebut diperkirakan dapat
digunakan untuk mengolah limbah cair
industri batik. Teknik tersebut telah
banyak diteliti dan diaplikasikan pada
limbah-limbah industri tekstil di berbagai
negara yang menggunakan zat warna
sintetik maupun alami pada proses
pewarnaan.
Zat warna merupakan senyawa organik
yang mengandung gugus kromofor
terkonjugasi. Suatu golongan zat warna—
zat warna reaktif, merupakan zat warna
yang banyak digunakan untuk pewarnaan
tekstil, contohnya remazol brilliant orange
3R, remazol golden yellow, remazol red,
dan remazol black B. Zat warna tersebut
sering digunakan untuk proses pewarnaan
batik baik dalam skala industri besar
maupun home industry (Catanho, 2006).
Zat warna reaktif sangat larut dalam air
dan tidak terdegradasi pada kondisi aerob
biasa (Pavlostathis, 2001). Remazol black
B merupakan salah satu zat warna yang
banyak digunakan dalam industri tekstil
termasuk batik (Rachakornkij, dkk., 2004).
Pengolahan limbah cair mengandung
zat warna dengan menggunakan proses
biologi
banyak
diterapkan
untuk
menurunkan kandungan senyawa organik
dari limbah cair industri dengan efisiensi
yang kurang memuaskan karena zat warna
tertentu bersifat tahan terhadap degradasi
biologi (Manurung dkk., 2004).
Secara kimia metode penghilangan
warna dan senyawa organik dilakukan
dengan menggunakan koagulan, adsorpsi
dengan
menggunakan
clinoptilolite
sebagai adsorben (Duygulu dkk., 2004)
dan
penambahan
reaktan
tertentu.
Penghilangan
warna
menggunakan
koagulan akan menghasilkan lumpur
(sludge) dalam jumlah yang relatif besar
setalah proses. Lumpur yang dihasilkan ini
akhirnya akan menimbulkan masalah baru
bagi unit pengolahan limbah. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1994,
lumpur yang dihasilkan industri tekstil
diklasifikasikan sebagai limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun), sehingga
membutuhkan pengolahan limbah lebih
lanjut terhadap lumpur yang terbentuk.
Adanya penanganan lanjutan ini akan
menaikkan
biaya
operasional
unit
pengolahan limbah.
Alternatif pengolahan limbah yang
mengandung zat warna dengan pendekatan
elektrolisis
(elektrodestruksi)
telah
ditawarkan oleh Widodo dkk., 2008, dan
Nirmasari, 2008. Pengolahan limbah
organik secara elektrokimia juga telah
dilakukan oleh Martono dan Aisyah
(2000). Pada alternatif tersebut dipaparkan
bahwa metode elektrolisis memiliki
keunggulan dari segi keselamatan,
efektivitas,
keramahan
lingkungan
dibandingkan dengan menggunakan teknik
yang lain, karena proses elektrolisis
berlangsung pada suhu rendah, tidak ada
gas buangan yang beracun, dan tidak
menimbulkan limbah sekunder serta
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
metode ini lebih ekonomis dan efektif
untuk pengolahan limbah. Penghilangan
zat warna dengan metode oksidasi kimia
juga telah dilakukan oleh Edwards dkk
(2000), Roessler dkk (2001), dan Carneiro
dkk (2003). Semua penelitian tersebut
menggunakan metode elektrokimia dalam
proses dekolorisasi zat warna dengan hasil
memuaskan dan ramah bagi lingkungan.
Salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan proses elektrolisis adalah
elektroda yang digunakan. Ketidaksediaan
suatu kutub positif (anoda) ideal dengan
stabilitas
dan
aktifitas
sempurna
merupakan suatu masalah yang kritis
dalam proses elektrodestruksi air limbah
yang
mengandung
zat
organik.
Penggunaan PbO2 sebagai anoda dapat
menjawab semua masalah di atas,
sebagaimana Song dkk., (2007) telah
menggunakan PbO2 sebagai anoda untuk
dekolorisasi larutan zat warna. PbO2
sebagai elektroda juga digunakan oleh Li
dkk., (2006) pada proses penentuan kadar
COD (Chemical Oxygen Demand) dalam
limbah. Berdasar fakta yang telah
disebutkan di atas menunjukkan bahwa
timbal dioksida dapat digunakan sebagai
elektroda
dalam
proses
elektrodestruksi/elektrodekolorisasi limbah
zat warna.
Sebagai metode alternatif yang baik
pada
proses
elektrodestruksi
atau
elektrodekolorisasi dalam pengolahan
limbah
masih
belum
menemukan
ketuntasan kajian hingga larutan terakhir
setelah dilakukan elektrolisis. Penelitipeneliti terdahulu hanya mengisyaratkan
adanya produk umum setelah perlakukan,
yaitu H2O dan CO2 dan produk lain
(Martono dan Aisyiah, 2000; Li dkk.,
2007) dengan landasan teoritis mereka.
Dengan memperhatikan tingkat kemajuan
kajian permasalahan lingkungan dan
penguatan
terhadap
metode
yang
digunakan dalam penelitian, maka
diperlukan analisis lanjutan terhadap
produk elektrodestruksi zat warna Remazol
Black B. Analisis lanjutan terhadap sampel
setelah elektrodestruksi dapat dilakukan
dengan spektrometri UV-Vis dan GC-MS.
Dengan analisis tersebut diharapkan
diperoleh informasi tingkat bahaya limbah
cair zat warna yang telah diberi perlakuan
elektrodekolorisasi
dan
rekomendasi
tindakan lanjutan atas masalah-masalah
perairan tercemar zat warna.
CARA PENELITIAN
1. ALAT DAN BAHAN
Alat. Peralatan yang digunakan dalam
riset ini meliputi labu takar 100 mL dan
50 mL (HERMA), gelas ukur 10 mL dan
50 mL (HERMA), pengaduk, erlenmeyer
250 mL (HERMA), gelas beker 250 mL
(HERMA), timbangan elektrik (KERN),
elektroanaliser, spektrometer UV-Visible,
seperangkat alat ekstraksi, GC-MS
Shimadzu.
Bahan. Bahan-bahan yang diperlukan
meliputi lempeng PbO2, Pb, batang karbon
larutan zat warna remazol black B, Na2SO4
p.a merck, dietil eter p.a merck, dan
akuades.
2. PROSEDUR KERJA
Elektrodekolorisasi sampel. Larutan
50 mL sampel ditambah 0,71 gram
Na2SO4 dielekrolisis pada potensial tetap
yang telah diperoleh pada Widodo, dkk.,
2008 dan Nirmasari, 2008, yaitu 5,5 volt.
Proses elektrolisis dilakukan selama 90
menit kemudian hasil elektrolisis tersebut
dianalisis.
Metode analisis. Analisis kualitatif
meliputi pengamatan warna larutan sampel
sebelum
elektrolisis
dan
sesudah
elektrolisis, dan pengukuran absorbansi
dengan Spektrometer UV-Vis. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mengolah
data pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang
maksimum
dengan
spektrofotometer UV-Vis sebelum dan
sesudah elektrolisis.
Analisis GC-MS. Sebanyak 5 mL
larutan produk elektrolisis ditambah 10
mL dietil eter kemudian diekstraksi. Filtrat
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
yang
diperoleh
dianalisis
menggunakan GC-MS.
dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian ini dilakukan untuk memperoleh
informasi lebih dekat tentang spesiesspesies pascaperlakuan elektrolisis untuk
mendestruksi remazol black B, zat warna
yang terkandung di dalam limbah batik.
Elektrolisis larutan remazol black B
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
yaitu elektrodestruksi larutan zat warna
remazol black B menggunakan elektroda
PbO2/Pb,
PbO2/karbon
dengan
penambahan Na2SO4 sebagai elektrolit.
Tahap kedua adalah analisis terhadap
larutan setelah
elektrolisis
dengan
spektrometer UV-Visible dan kromatografi
gas-spektrometri massa, GC-MS.
Elektrodestruksi dilakukan dengan
elektrolisis menggunakan anoda PbO2
selama 90 menit, pada tegangan 5,5 volt,
sebagaimana telah dilakukan pada
penelitian Kristianto (2008) sebelumnya.
Setelah proses elektrolisis, akan terjadi
penurunan intensitas warna yang semula
berwarna biru pekat menjadi tak berwarna.
Penurunan intensitas warna setelah
elektrolisis disebabkan oleh destruksi
struktur zat warna. Keberadaan PbO2 dan
pelarut dalam sampel menghasilkan
elektron lebih banyak yang terlibat dalam
reaksi sehingga proses dekolorisasi sampel
berlangsung cepat. Efektifitas penggunaan
PbO2 diperkirakan berhubungan dengan
kemampuan PbO2 memproduksi radikal
hidroksil yang dihasilkan dari pemecahan
air. Radikal hidroksil tersebut mampu
mengoksidasi sampel remazol black B
(dalam skema disimbolkan R) dan
menghasilkan suatu radikal baru dengan
senyawa tersebut sehingga menyebabkan
suatu reaksi berantai yang mendegradasi
senyawa
tersebut,
sebagaimana
diilustrasikan dengan skema berikut
( Martono dan Aisyah, 2000 ) :
PbO2[ ] + H2O
PbO2 [ .OH] + H+ + e-
R + [.OH]
R∙ + H+ + e-
R∙ + H+ + e-
CO2 + CO + H2O
Jika dibandingkan dengan fakta
teoritik dan empirik, skema terakhir lebih
cenderung mengarah pada produk oksidasi
sempurna, CO2. Inferensi ini dianalogikan
pada TiO2, suatu fenomena fotokatalisis
material
yang
dilaporkan
oleh
Gunlazuardi, (2007). Dengan proses yang
analog pada TiO2 pemakaian PbO2
memiliki
karakter
yang
serupa
sebagaimana dikaji oleh Li, dkk., (2006).
Pada fenomena fotokaltalis, produksi
radikal .OH menghasilkan energi yang
cukup besar (2,78 eV) yang mampu
mengoksidasi
kebanyakan
senyawa
organik secara sempurna. Sehingga
inferensi reaksi sempurna pada destruksi
zat warna ini dipahami dengan baik dan
akan diuji pada analisis GC-MS
berikutnya.
Spektra UV-Vis untuk remazol black B
seperti disajikan gambar 1 menunjukkan
adanya gugus kromofor pada senyawa
tersebut. Pada spektra terlihat adanya
puncak serapan pada panjang gelombang
255 nm yang merupakan karakteristik
benzena terkonjugasi. Konjugasi sistem
benzena didukung oleh adanya puncak
serapan pada 315 nm dan 395 nm,
sedangkan
puncak
pada
panjang
gelombang 595 nm disebabkan oleh gugus
kromofor (pemberi warna) senyawa
tersebut.
(595 nm,
(315nm,
0.620)
(255
(395
nm,
nm,
0.38
0.263)
Gambar 1. Spektra UV-Vis remazol black
B
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
Larutan sisa elektrolisis dengan
elektroda PbO2/Pb memiliki spektra UVVis yang memperlihatkan bahwa tidak ada
puncak baru atau absorbansi sampel pada
rentang panjang gelombang 200-800 nm
sebagaimana disajikan pada gambar 2, dan
disimpulkan bahwa sampel remazol black
B telah terdegradasi sempurna menjadi
senyawa karbon rantai pendek dan tidak
mempunyai gugus kromofor (pemberi
warna).
(250
nm,
0.459) (325 nm,
0.358)
Gambar 3. Spektra UV-Vis remazol black
B setelah elektrolisis dengan
elektroda PbO2/karbon selama
90 menit pada potensial 5,5 V
Gambar 2.
Spektra UV-Vis remazol
black B setelah elektrolisis
dengan elektroda PbO2/Pb
selama 90 menit pada
potensial 5,5 V
Hasil analisis UV-Vis terhadap larutan
sisa
elektrolisis
dengan
elektroda
PbO2/karbon menunjukkan puncak yang
menunjukkan adanya benzena tidak
terkonjugasi dengan ikatan rangkap
lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa
elektrodestruksi
remazol
black
B
menggunakan elektroda PbO2/karbon telah
berlangsung dan menghilangkan warna
secara sempurna namun masih menyisakan
suatu senyawa yang memiliki cincin
benzena pada panjang gelombang 250 nm.
Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa
elektrodestruksi larutan remazol black B
menggunakan
elektroda
PbO2/Pb
menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan elektrodestruksi larutan
remazol black B menggunakan elektroda
PbO2/karbon. Hal ini disebabkan karena
bahan Pb memiliki karakter material
elektroda yang lebih baik daripada karbon
sehingga Pb menghasilkan sistem yang
optimal untuk mendegradasi zat warna
pada proses elektrolisis selama 90 menit.
Proses elektrodestruksi dengan katoda
karbon membutuhkan waktu yang lebih
lama, sehingga dengan waktu yang sama
proses elektrodestruksi menggunakan
elektroda PbO2/karbon masih menyisakan
senyawa karbon rantai pendek. Kristianto,
2008
telah mengelektrolisis larutan
remazol black B menggunakan PbOselama 120 menit telah
2/karbon
mendegradasi zat warna menjadi senyawa
yang lebih sederhana (rantai C pendek)
dan tidak mempunyai gugus kromofor
sebagaimana diindikasikan pada spektra
UV-Vis pada gambar 4.
Kelimpahan
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
Waktu
Gambar 6.
Gambar 4. Spektra UV-Vis Remazol Black
B setelah elektrolisis dengan
elektroda
PbO2/karbon
selama 120 menit
Kelimpahan
Gambar di atas memperlihatkan bahwa
tidak ada puncak serapan pada daerah
panjang gelombang 200-800 nm lagi,
disimpulkan bahwa sampel remazol black
B telah terdegradasi menjadi senyawa yang
lebih sederhana (rantai C pendek) dan
tidak mempunyai gugus kromofor. Untuk
mengkonfirmasi bahasan di atas, maka
dilakukan analisis terhadap produk
elektrodestruksi. Sebelum analisis GC-MS,
produk diekstraksi menggunakan dietil eter
untuk memisahkan senyawa organik dari
lapisan air. Lapisan organik yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan GCMS.
Hasil
analisis
larutan
setelah
elektrodestruksi dengan menggunakan
GC-MS dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Waktu
Gambar 5. Spektra
GC-MS
produk
elektrodestruksi
dengan
elektroda
PbO2/Pb yang
terekstrak pada fase dietil eter
Spektra
GC-MS
produk
elektrodestruksi
dengan
elektroda
PbO2/karbon
yang terekstrak pada fase
dietil eter
Dari hasil analisis, tidak ditemukan
adanya puncak-puncak kromatogram. Hal
ini diperkirakan senyawa-senyawa setelah
elektrodestruksi
merupakan
senyawa
dalam fraksi pendek yang tidak terdeteksi
dalam sistem GC-MS, berhubungan
dengan titik didih terlalu kecil atau ada
kemungkinan senyawa-senyawa itu telah
hilang selama proses elektrolisis. Dengan
demikian semakin jelas bahwa produk
elektrodestruksi
remazol
black
B
merupakan senyawa dengan struktur rantai
yang lebih pendek dan diharapkan lebih
aman terhadap lingkungan, sebagaimana
dijelaskan pada hasil penelitian Martono
dan Aisyah (2000) sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan PbO2
sebagai anoda pada proses elektrodestruksi
memberikan hasil yang efektif untuk
kasus-kasus penanganan limbah zat warna
remazol black B.
KESIMPULAN
Larutan zat warna remazol black B dapat
didekolorisasi dengan metode elektrolisis
menggunakan elektroda PbO2/Pb dan
PbO2/karbon.
Sistem
PbO2/Pb
memberikan hasil yang lebih efektif dalam
proses elektrodestruksi zat warna remazol
black B dibandingkan sistem PbO2/karbon.
Pada
temperatur
kamar,
elektrodekolorisasi sampel remazol black
B menggunakan anoda PbO2/Pb telah
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
berlangsung 100% menjadi CO2, H2O
dan/atau senyawa karbon rantai pendek
dan tidak mempunyai gugus kromofor
(pemberi
warna),
sedangkan
elektrodekolorisasi
menggunakan
PbO2/karbon telah mendekolorisasi zat
warna dengan sempurna dan menyisakan
senyawa yang bercincin benzena yang
dapat dihilangkan dengan baik dengan
penambahan waktu elektrolisis
DAFTAR PUSTAKA
Carneiro P. A., Fugivara C. S., Nogueira,
R. F. P., Boralle, N., dan Zanoni,
M. V. B., 2003, A Comparative
Study
on
Chemical
and
Electrochemical Degradation of
Reactive Blue 4 Dye, Portugaliae
Electrochimica Acta , hal. 49-67,
vol. 21.
Kristianto, W. A, 2008, Penggunaan
Timbal Dioksida dan Grafit untuk
Elektrodekolorisasi Zat Warna
Remazol Black B Penyusun
Limbah Cair Batik, Skripsi Jurusan
Kimia FMIPA Undip, Semarang
Li, J., Zheng, L., Li, L., Shi, Xian, Y., dan
Jin, L., 2006, PhotoelectroSynergistic
Catalysis
at
Ti/TiO2/PbO2 Electrode and Its
Application on Determination of
Chemical
Oxygen
Demand
Department of Chemistry, East
China
Normal
University,
Shanghai, P. R. China
Manurung, R., Rosdanelli H., dan Irvan,
2004, Perombakan Zat Warna Azo
Reaktif Secara Anaerob-Aerob,
Teknik Kimia, USU, Medan
Catanho, M, 2006, Avaliacao Dos
Tratamentos Eletroquimico E
Fotoeletroquimico Na Degradacao
De Corantes Texteis, Quim.Nova,
vol.29, no.5.
Martono, H., dan Aisyah, 2000, Studi
Pengolahan
Limbah
Secara
Elektrokimia, Pusat Pengembangan
Pengelolaan Limbah Radioaktif,
BATAN, Jakarta
Duygulu, Y. B., 2004, Decolorization of
Synthetic Dye Solutions By Using
Basaltic Tephra And Clipnotilolite,
Department of Environmental
Engineering Middle East Technical
University, hal.110.
Nirmasari, A. D, 2008, Pengaruh pH
Terhadap Elektrodekolorisasi Zat
Warna Remazol Black B dengan
Elektroda PbO Skripsi Jurusan
Gunlazuardi, J. 2001, Fotokatalis pada
permukaan TiO2: Aspek
Fundamental dan Aplikasinya,
Prosiding Semnas Kimia Fisik II
Edwards, C. J., 2000, Investigation of
Color Removal by Chemical
Oxidation for Three Reactive
Textile Dyes and Spent Textile Dye
Wastewater, The Charles E. Via,
Jr. Department of Civil and
Enviromental
Engineering,
Blacksburg, Virginia
2.
Kimia FMIPA Undip, Semarang
Pavlostathis,
G,
2001,
Biological
Decolorization and Reuse of Spent
Reactive Dyebaths, Annual Report
FY 01
Rachakornkij, M., Ruangchuay, S., dan
Teachakulwiroj, S, 2004, Removal
of Reactive Dyes from Aqueous
Solution Using Bagasse Fly Ash,
Songklanakarin J. Sci. Tech,
Thailand
Roessler, A., Dossenbach, O., Meyer, U.,
Marte, W., dan Rysa P., 2001,
Direct Electrochemical Reduction
of Indigo, The Department of
Didik S.W. : Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Lektrodekolorisasi Larutan Remazol Black Dengan
Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis LarutanSisa Dekolorisasi
Chemistry. Hal. 879-882, vol. 55,
no. 10
Song, Y., Wei, G dan Xiong, R., 2007,
Structure and properties of PbO2–
CeO2 anodes on stainless steel,
College of Materials Science and
Engineering,
University
of
Chemical Technology, Beijing
Widodo, D.S., Gunawan, dan Kristianto,
W.A., 2008, Elektroremediasi
Perairan
Tercemar:
Elektrodekolorisasi Remazol Black
B
Dalam Larutan dengan
Elektroda
Timbal
Dioksida,
Prosiding Semnas Kimia dan
Pendidikan Kimia
Widodo, D.S., Gunawan, dan Kristianto,
W.A., 2008, Elektroremediasi
Perairan Tercemar: Penggunaan
Grafit pada Elektrodekolorisasi
Larutan Remazol Black B, JKSA,
vol.11 no. 1
Download