PENERAPAN ANALISIS MULTIDIMENSIONAL SCALING DENGAN PENDEKATAN BERBASIS KOMPOSISI Risha Ardasari Utama, Solimun, M. Bernadetha Mitakda. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya Email : [email protected] Abstrak. Persepsi konsumen mengenai produk mie instan dianalisis menggunakan Multidimensional scaling dengan pendekatan berbasis komposisi untuk mempresentasikan hubungan kedekatan peubah-peubah penting produk mie instan dengan merek-merek mie instan. Penelitian dilakukan terhadap tujuh merek mie instan dengan lima peubah yaitu rasa, kemasan, harga, periklanan dan distribusi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif S1 Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Teknik penarikan contoh yang digunakan nonprobability yaitu accidental sampling sebanyak 96 mahasiswa dengan beberapa kriteria yaitu mahasiswa S1 jurusan Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya yang masih aktif, mahasiswa angkatan tahun 2009-2012 dan pernah mengkonsumsi mie instan. Analisis untuk mengetahui peta persepsi multidimensional scaling berbasis komposisi dilakukan menggunakan software SPSS 17. Penerapan analisis multidimensional scaling berbasis komposisi pada produk mie instan menghasilkan dua dimensi pokok yang mendasari perilaku konsumen dalam mengevaluasi produk mie instan, yaitu dimensi “Distribusi dan Harga” dan dimensi “Produk dan Media Promosi”. Berdasarkan peta persepsi yang terbentuk, merek mie instan Indomie, Sedaap dan Gagamie paling banyak memiliki kemiripan karakteristik peubah karena bergerombol. Sedangkan merek mie instan ABC, Salammie, Sarimie dan Supermie merupakan merek mie instan yang berbeda menurut persepsi pelanggan karena terletak jauh dari merek mie instan lain. Kata Kunci: Peta persepsi, Multidimensional scaling, dimensi 1. PENDAHULUAN Analisis Multidimensional scaling merupakan salah satu bentuk eksplorasi data untuk memetakan atau mencari konfigurasi dari sejumlah obyek dalam ruang dimensi rendah berdasarkan ukuran kedekatan antar obyek yang diteliti. MDS membantu peneliti dalam mengidentifikasi dimensi pokok yang mendasari konsumen dalam mengevaluasi obyek tertentu untuk menggambarkan posisi sebuah obyek dengan obyek yang lain berdasarkan kemiripan peubah-peubah obyek tersebut. Metode pendekatan dalam MDS ada dua, yaitu metode komposisi dan dekomposisi. Metode pendekatan komposisi melibatkan beberapa teknik multivariat yang digunakan dalam membentuk evaluasi melalui sekumpulan peubah khusus untuk mengembangkan kemiripan antar obyek, sedangkan metode pendekatan dekomposisi tidak mengharuskan peneliti untuk mengidentifikasi serangkaian peubah dari suatu obyek. Oleh karena itu, persepsi konsumen mengenai produk mie instan akan dianalisis menggunakan Multidimensional scaling dengan pendekatan berbasis komposisi untuk mempresentasikan hubungan kedekatan peubah-peubah penting produk mie instan dengan merekmerek mie instan sebagai obyek. 2. TINJAUAN TEORI Menurut Hair dkk (1998), penskalaan dimensi ganda mengacu pada sebuah metode yang membantu mengidentifikasi ukuran pokok yang mendasari penilaian responden terhadap sebuah obyek, sebagai contoh penskalaan dimensi ganda seringkali digunakan di bidang pemasaran untuk mengidentifikasi ukuran pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap sebuah produk atau terhadap pelayanan. Penskalaan dimensi ganda juga dikenal sebagai peta persepsi, yaitu metode yang mengambarkan atau memetakan kesan relatif yang dirasakan terhadap sejumlah obyek (perusahaan, produk atau lainnya yang berhubungan dengan persepsi). Tujuan penskalaan dimensi ganda adalah mentransformasikan menjadi sebuah jarak yang disajikan pada ruang dimensi rendah. Metode komposisi melibatkan beberapa teknik multivariat dengan mengidentifikasi atau mengenali pengkelompokan berdasar penilaian peubah. Dalam penggunaannya memudahkan untuk memberikan nama pada dimensi (Hair dkk, 1998). Menurut Sibson (1979) dalam Borg dan Groenen (1997), penentuan koordinat setiap titik pada peta persepsi penskalaan dimensi ganda adalah sebagai berikut: Misalkan X nxp adalah matriks pengamatan dan Xnxp* adalah matriks pengamatan yang telah dikoreksi terhadap nilai rata-rata: n p n p n n n p 85 adalah matriks berelemen bilangan satu dan berukuran nxn. Pandang matriks X* berpangkat r (r ≤ min{n,p}), maka matriks X* dapat ditulis dengan penguraian nilai singular sebagai: X*(nxp) = U(nxr) L(rxr) A’(rxp) nJn di mana A merupakan matriks vektor ciri dari X*'X* , L adalah matriks diagonal dengan nilai diagonalnya adalah akar ciri 1 , , r , di mana 1 r 0 dan λi disebut nilai singular dari matriks X*'X* , di mana i=1,2,...,min (n,p). Selanjutnya, representasi pengamatan dinyatakan dengan G di mana G UL dan representasi peubah dinyatakan dengan H di mana H LA' . Dengan penguraian nilai singular, matriks Xnxp* dapat digambarkan secara tepat dan memberikan interpretasi yang bermakna dalam ruang dimensi r. Hal ini berlaku apabila r ≤ 3 karena secara visual masih dapat dilakukan, sedangkan apabila r ≥ 4 maka penyajian matriks Xnxp* dalam penskalaan dimensi ganda masih dapat dilakukan, namun peta persepsi yang dihasilkan hanya merupakan pendekatan dari matriks Xnxp*. Kedekatan antar obyek pada peta persepsi diperoleh dengan menggunakan jarak Euclid antara obyek ke-i dengan obyek ke-j: dij p (x h 1 ih x jh )2 di mana d ij = jarak antar obyek ke-i dan obyek ke-j; xih = hasil pengukuran obyek ke-i pada peubah h; x jh = hasil pengukuran obyek ke-j pada peubah h. Tingkat kesesuaian model (Goodness of fit) menggunakan ukuran kriteria kesalahan (lack of fit or error) STRESS. Program ALSCAL mengandung proses iterasi, setiap iterasi terdiri dari dua langkah utama yakni mengubah data berupa jarak antar pasangan obyek menjadi ukuran baru yang disebut disparities dan menduga koordinat setiap obyek berdasarkan jarak dan disparities. Kruskal dalam Morrison (2005), mengusulkan STRESS: n STRESS (d i j ij dˆij ) 2 n d i j 2 ij di mana d ij = jarak antar obyek ke-i dan obyek ke-j dan d ij = disparities antara obyek ke-i dan obyek ke-j. Semakin kecil nilai STRESS menunjukkan bahwa hubungan monoton yang terbentuk antara ketidaksamaan dengan disparities semakin baik (didapat kesesuaian) dan kriteria peta persepsi yang terbentuk semakin sempurna. 3. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan data primer hasil survei terhadap mahasiswa aktif S1 Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Data adalah persepsi responden terhadap karakteristik yang dimiliki oleh produk mie instan yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi. Penilaian responden didasarkan pada peubah-peubah merek mie instan, antara lain rasa, kemasan, harga, periklanan dan distribusi. Operasional peubah-peubah penelitian diterapkan pada perbandingan tujuh produk mie instan, antara lain Indomie, Sedaap, Supermie, Sarimie, ABC, Gaga Mie dan Salammie. Prosedur analisis pada data persepsi dimulai dari analisis Multidimensional scaling untuk memetakan persepsi responden secara visual dalam peta multidimensi. Tahapan analisis multidimensional scaling, antara lain menyusun data persepsi antara obyek dan peubah dari penilaian peubah yang teridentifikasi dengan menggunakan skala likert, membentuk matriks data pengamatan X, Menghitung matriks X* sebagai koreksi terhadap rata-rata, menghitung vektor ciri dan akar ciri menggunakan penguraian nilai singular, di mana A=(v1,v2,...,vp), vi adalah vektor ciri komponen ke-i dari matriks X*'X* , i=1,2,...,p, L adalah matriks diagonal yang elemen diagonalnya adalah akar ciri dari matriks X*'X* , menghitung matriks G UL dan H LA' , membuat plot untuk obyek 86 pertama dengan koordinat (g11,g21) hingga obyek ke-n, membuat plot untuk peubah pertama dengan koordinat (h11,h21) hingga peubah ke-p, menghitung nilai kesesuaian (Goodness of fit) peta persepsi penskalaan dimensi ganda, langkah terakhir adalah menginterpretasi secara umum peta persepsi untuk mengetahui posisi merek mie instan berdasar peubah-peubah yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi mie instan dan menentukan nama setiap dimensi (labelling). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggambaran peta persepsi bertujuan untuk mengetahui posisi setiap obyek (mie instan) dan peubah. Berikut adalah gambar peta persepsi untuk penilaian merek mie instan berdasarkan peubah seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 4.1. Peta Persepsi Mie Instan Berdasarkan Peubah Peta persepsi di atas memperlihatkan bahwa terdapat dua dimensi. Penamaan dimensi didasarkan pada peubah yang mendekati sumbu. Dimensi yang terbentuk pada gambar 4.1 yaitu dimensi “Distribusi dan Harga” sebagai nama dimensi satu, sedangkan dimensi dua diberi nama dimensi “Produk dan Periklanan”. Dimensi satu meliputi distribusi dan harga. Berdasarkan dimensi satu, peubah yang terletak paling kiri adalah distribusi, sedangkan peubah yang terletak paling kanan adalah harga. Dimensi dua meliputi peubah rasa, kemasan dan periklanan. Berdasarkan dimensi dua, peubah yang terletak paling atas adalah rasa, sedangkan peubah yang terletak paling bawah adalah kemasan dan periklanan. Merek mie instan Indomie, Sedaap dan Gagamie yang terletak semakin ke kiri (nilai semakin kecil) memiliki karakteristik sistem distribusi yang kurang, sedangkan semakin ke kanan (nilai semakin besar) memiliki karakteristik penetapan harga lebih baik. Sedangkan merek mie instan Supermie yang terletak semakin ke kanan (nilai semakin besar) memiliki karakteristik penetapan harga baik. Merek mie instan ABC dan Salammie yang terletak semakin ke atas (nilai semakin besar) memiliki karakteristik rasa yang lebih baik dan letaknya semakin ke bawah (nilai semakin kecil) memiliki karakteristik promosi melalui iklan jarang dan kemasan kurang baik. Sedangkan merek mie instan Supermie semakin ke atas memiliki karakteristik rasa yang baik. Berdasarkan peta persepsi diketahui bahwa merek mie instan Indomie, Sedaap dan Gagamie memiliki banyak permasaan karakteristik karena terletak bergerombol. Sedangkan merek mie instan 87 ABC, Salammie, Sarimie dan Supermie terletak berjauhan karena memiliki banyak perbedaan karakteristik dengan merek mie instan yang lain. Kesesuaian model analisis multidimensional scaling dapat diperoleh dari nilai STRESS sebesar 8.47%. Hal ini mengindikasikan bahwa kelayakan model untuk tujuh merek mie instan baik karena terletak antara 5% sampai 10%. 5. KESIMPULAN Penerapan analisis multidimensional scaling berbasis komposisi pada produk mie instan menghasilkan dua dimensi pokok yang mendasari perilaku konsumen dalam mengevaluasi produk mie instan, yaitu: 1. Dimensi “Distribusi dan Harga” sebagai nama dari dimensi satu. 2. Dimensi “Produk dan Periklanan” sebagai nama dari dimensi dua. Dimensi satu meliputi peubah distribusi dan harga. Berdasarkan dimensi satu, peubah yang terletak paling kiri adalah distribusi, sedangkan peubah yang terletak paling kanan adalah harga. Dimensi dua meliputi peubah rasa, kemasan dan periklanan. Berdasarkan dimensi dua, peubah yang terletak paling atas adalah rasa, sedangkan peubah yang terletak paling bawah adalah kemasan dan periklanan. Berdasarkan peta persepsi yang terbentuk, merek mie instan Indomie, Sedaap dan Gagamie paling banyak memiliki kemiripan karakteristik atribut karena bergerombol. Sedangkan merek mie instan ABC, Salammie, Sarimie dan Supermie terletak berjauhan karena memiliki banyak perbedaan karakteristik dengan merek mie instan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Borg, I. dan Groenen, P.J.F., (2005), Modern Multidimensional Scaling Theory and Application, Springer, New York. Hair, J.F. Jr., Anderson, R.E., Tatham, R.L. dan Black, W.C., (1998), Multivariate Data Analysis, (5th Edition), Prentice Hall, New Jersey. Morrison, D.F., (2005), Multivariate Statistical Methods Fourth Edition, Thomson Learning, Singapore. 88