PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HUBUNGAN ANTARA DIMENSI EXTRAVERSION DAN OPENNESS TO EXPERIENCE DALAM KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN KECENDERUNGAN REMAJA MELAKUKAN CYBERBULLYING Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Cicilia Verina Krisniminarti NIM : 109114113 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4;6) “God is willing to wait for me, for many a day, even many a year” (Teresa Of Avila) “Berdoalah sesering mungkin, karena doa mengubah segalanya” “Do not be anxious about what you are to eat or to put on, but leave it to God” (Teresa of Avila) ~ Aku tidak perlu berlari untuk meraih sesuatu, yang kubutuhkan hanyalah tetap dan terus berjalan~ (Cicilia Verina. K) Karya ini saya persembahkan kepada : Tuhan,.. Sang Kasih Sejati, Bapak,Ibu, Adik-adikku yang memberikan cintanya yang luar biasa Seluruh anggota keluarga besarku,kalian adalah harta terindahku iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HUBUNGAN ANTARA DIMENSI EXTRAVERSION DAN OPENNESS TO EXPERIENCE DALAM KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN KECENDERUNGAN REMAJA MELAKUKAN CYBERBULLYING Cicilia Verina Krisniminarti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Penelitian hanya berfokus pada dua dimensi yaitu Extraversion dan Openness to Experience. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 160 orang yang berasal dari siswa sekolah menengah pertama dan siswa sekolah menengah atas, dengan rincian 96 remaja perempuan dan 64 remaja laki-laki. Metode pengumpulan data menggunakan skala kepribadian big five dari IPIP (international Personality Item Pool) yang disusun oleh Golberg dan skala cyberbullying dari Mawardah. Reliabilitas pada skala kepribadian big five sebesar 0,832 dan skala cyberbullying sebesar 0,951. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepribadian big five berhubungan negatif dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (β= -0,251 ; p= 0,001), dimensi Extraversion tidak berhubungan dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (β= 0,026 ; p= 0,373) dan Openness to Experience berhubungan negatif dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (β= -0,211 ; p= 0,004). Kata kunci : kepribadian big five, extraversion, openness to experience, cyberbullying vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI THE CORELATION BETWEEN EXTRAVERSION AND OPENNESS TO EXPERIENCE DIMENSIONS IN BIG FIVE PERSONALITY AND THE CYBERBULLYING TENDENCY OF TEENAGERS Cicilia Verina Krisniminarti Abstract The aim of this research was examine the relationship between extraversion and openness to experience dimensions in big five personality and cyberbullying tendency of teenagers. This study was focused just on two dimensions. There is the were extraversion and openness to experience. The subjects of this research were about 160 teenagers from junior and senior high school in Yogyakarta, 96 female teenagers and 64 male teenagers. The researcher used big five personality scale from IPIP (International Personality Item Pool) compiled by Golberg and cyberbullying scale from Mawardah to collect the datas. The reliability of big five personality scale was 0,832 and cyberbullying scale was 0,951. The result showed that the big five personality had a negative correlation with cyberbullying tendency of teenagers ((β= -0,251 ; p= 0,001), extraversion didn‟t have significant correlation with the cyberbullying tendency of teenagers (0,026 ; p= 0,373) and openness to experience had negative correlation with the cyberbullying tendency of teenagers (β= -0,211 ; p= 0,004). Keywords : big five personality, extraversion, openness to experience, cyberbullying vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dimensi Extraversion dan Openness to Experience Dalam Kepribadian Big Five dengan Kecenderungan Remaja Melakukan Cyberbullying” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu M.M Nimas Eki Suprawati M.Si, Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I. Terimakasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingannya kepada penulis selama awal penyusunan skripsi hingga beliau pergi untuk menuntaskan tugas studi S3. 4. Ibu Sylvia Carolina MYM.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. Terimakasih atas kesempatan, waktu, tenaga, pikiran, dukungan, semangat, perhatian dan bimbingannya menyelesaikan skripsi ini. ix sehingga penulis dapat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Segenap dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 6. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Terimakasih atas keramahan, pelayanan, sarana dan prasarana yang telah mendukung penelitian ini. 7. Kepada keluarga besar Sekolah Menengah Pertama Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian. 8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Benediktus Sunarna dan Ibu Theresia Suparmi yang tak henti-hentinya selalu memberi dukungan dalam doa, bantuan serta semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Adikku tercinta Ayu dan adik kecilku Putri terimakasih atas doa dan dukungannya. 10. Sahabat terbaikku Esri dan Aning. Terimakasih atas semangat, dukungan, doa dan pengalaman-pengalaman hidup yang mengajarkanku menjadi pribadi yang lebih baik. 11. Sahabat terbaikku Cik Vivin, Tyas, Feby dan Wuri. Terimakasih atas semangat, dukungan, doa, kegalauan, kekonyolan, kebersamaan dan tawa kita yang banyak memberi warna dalam hidupku. 12. Segenap keluarga besar TK dan PG Ceria Timoho. Terimakasih atas pengalaman dan dukungannya. 13. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa saya sebut satu-persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya, senang bisa mengenal kaliyan. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. Pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan. Sekali lagi peneliti mengucapkan terimakasih. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih. Penulis, Cicilia Verina Krisniminarti xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ v ABSTRAK ................................................................................................. vi ABSTRACT ................................................................................................ vii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13 C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Bullying .............................................................................................. 14 1. Pengertian Bullying .................................................................... 14 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Aspek-Aspek Bullying ............................................................... 15 3. Bentuk-Bentuk Bullying ............................................................. 15 B. Cyberbullying .................................................................................... 16 1. Pengertian Cyberbullying............................................................ 16 2. Tipe-Tipe Cyberbullying ............................................................. 18 3. Faktor-faktor yang menyebabkan Cyberbullying ....................... 22 C. Kepribadian Big Five ......................................................................... 26 1. Definisi Kepribadian .................................................................. 26 2. Perkembangan Terori Big Five ................................................... 27 3. Dimensi Kepribadian Big Five.................................................... 29 4. Alat Ukur Dimensi Kepribadian Big Five ................................. 32 D. Remaja ............................................................................................... 33 1. Definisi dan Batasan Usia Remaja .............................................. 33 2. Perkembangan Remaja................................................................ 34 E. Hubungan Antara Dimensi Extraversion dan Openness to Experience Dalam Kepribadian Big Five dengan Kecenderungan Remaja Melakukan Cyberbullying .................................................................. 36 F. Hipotesis ............................................................................................ 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................. 44 B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 44 C. Definisi Operasional .......................................................................... 44 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Cyberbullying .................................................................... 44 2. Kepribadian Big Five ........................................................ 45 D. Subjek Penelitian ............................................................................... 45 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46 1. Skala Cyberbullying ................................................................... 47 2. Skala Kepribadian Big Five ....................................................... 47 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................. 49 1. Validitas ..................................................................................... 49 2. Seleksi item ............................................................................... 49 3. Reliabilitas ................................................................................ 51 G. Metode Analisis Data ......................................................................... 52 1. Uji Asumsi ................................................................................ 52 a. Uji normalitas ...................................................................... 52 b. Uji linearitas ......................................................................... 52 2. Uji Hipotesis ............................................................................. 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tryout ............................................................................ 53 B. Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 53 C. Analisis Data...................................................................................... 54 1. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 54 2. Statistik Deskriptif ..................................................................... 54 3. Uji Normalitas ............................................................................ 56 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Uji Linearitas .............................................................................. 56 5. Uji Hipotesis .............................................................................. 58 D. Pembahasan ....................................................................................... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 65 B. Saran .................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67 LAMPIRAN ............................................................................................... 73 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Skala Penelitian ......................................................................................... 74 Reliabitas Alat Ukur 1. Kepribadian big five ...................................................................... 80 2. Cyberbullying ................................................................................ 82 Analisis Data 1. Statistik Deskriptif ........................................................................ 84 2. Uji Normalitas ............................................................................... 86 3. Uji Linearitas ................................................................................. 89 Uji Hipotesis/Korelasi ............................................................................... 90 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rangkuman dimensi kepribadian big five ................................. 31 Tabel 3.1 Penilaian skor jawaban favorable dan unfavorable................... 47 Tabel 3.2 Komponen skala cyberbullying ................................................. 47 Table 3.3 Penilaian untuk jawaban favorable dan unfavorable ................ 48 Tabel 3.4 Komponen skala kepribadian big five ....................................... 48 Tabel 3.5 Distribusi skala cyberbullying ................................................... 50 Tabel 3.6 Distribusi skala kepribadian big five ......................................... 51 Tabel 4.1 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian................................. 54 Tabel 4.2 Deskripsi usia subjek penelitian ................................................ 54 Tabel 4.3 Hasil statistik deskriptif ............................................................ 55 Tabel 4.4 Hasil tes Kolmogorov-Smirnov ................................................ 56 Tabel 4.5 Hasil uji linearitas ..................................................................... 57 Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis kedua variabel ............................................. 58 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Dimensi Extraversion dan Cyberbullying ............................. 39 Gambar 2.2 Skema Dimensi Openness to Experience dan Cyberbullying ........... 41 Gambar 4.1 Scaterplot Cyberbullying*Extraversion ............................................ 57 Gambar 4.2 Scaterplot Cyberbullying*Openness to Experience………………...58 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penggunaan gadget smartphone pada remaja saat ini semakin meningkat. Sebuah artikel menyebutkan bahwa pengguna smartphone secara global mencapai satu miliar pada tahun 2012 dan diprediksi pada tahun 2014 akan menyentuh 1,75 sampai 4 miliar (Prayogi, 2014). Menurut hasil survey yang dilakukan Yahoo dan Mindshare di pertengahan tahun 2013 terdapat sekitar 41,3 juta pengguna gadget smartphone di Indonesia. Presentasi tertinggi pengguna smartphone di Indonesia (____,2013) sekitar 39% digunakan oleh pengguna dari kalangan remaja dan anak muda yang berkisar antara 16 sampai 21 tahun. Gary B, Thomas J & Misty E (2007) menyebutkan istilah Smartphone sebagai telepon yang terhubung dengan internet yang menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator, dan catatan serta dapat bekerja layaknya sebuah komputer mini. Kemajuan teknologi komunikasi yang dihadirkan lewat smartphone ini memudahkan individu untuk berinteraksi kapan saja dan dimana saja dengan teman, pacar ataupun dengan keluarga melalui media sosial seperti facebook, twitter, email maupun melalui media video. Dalam sebuah artikel data menunjukkan bahwa 91% remaja menggunakan smartphone untuk mengakses media sosial (Lenhart Amanda, 2012). Menurut data Global Web Index 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 hampir semua media sosial dimiliki oleh pengguna internet di Indonesia dan diprediksi akan menarik lebih banyak pengguna di tahun 2015, hal ini salah satunya didorong dengan semakin banyaknya individu yang memiliki gadget smartphone (Reza Iqbal, 2015). Presentasi aktivitas jejaring sosial di Indonesia sendiri mencapai 79,72% yang merupakan tertinggi di Asia. Penelitian yang telah dilakukan oleh Marsono (dalam Yonida, 2015) mengungkapkan bahwa kebutuhan akan „suasana bermain‟ merupakan kebutuhan yang mendominasi remaja awal (13-15 tahun) dalam menggunakan media sosial. Remaja tersebut menggunakan media sosial sebagai hiburan sedangkan pada usia remaja tengah yang berusia 16-18 tahun menggunakan media sosial untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Media sosial tersebut mereka gunakan untuk update status dan atau saling menimpali komentar atau foto yang diunggah atau diposting (Mohamad Ardyan, 2013). Media sosial pada awal kemunculannya bertujuan untuk memudahkan setiap orang mengakses informasi, mencari dan menyebar luaskan informasi tersebut, menemukan dan saling berinteraksi dengan teman baik yang dekat maupun yang jauh. Dalam perkembangannya, fungsi awal media sosial tersebut telah mulai bergeser. Media sosial saat ini telah mengubah pola interaksi diantara individu atau pola interaksi sosial. Kemunculan media sosial yang telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini telah mengubah pola interaksi sosial yang bersifat langsung atau face to face menjadi pola interaksi sosial yang bersifat tidak langsung. Hal ini membuat media sosial menjadi sebuah interaksi sosial yang begitu nyata. Kehadiran fisik tidak lagi menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 hal yang diutamakan dan bentuk ekspresi emosi yang dihadirkan melalui keadaan fisik kini dapat tergantikan dengan berbagai gambar pilihan ungkapan emosi. Perubahan pola interaksi tersebut cenderung mengakibatkan kualitas hubungan sosial yang terjadi didunia nyata menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan munculnya banyak permasalahan yang melibatkan media sosial hingga keranah hukum seperti menghujat, menciptakan opini yang merugikan orang lain hingga penculikan anak dibawah umur (Jones, 2013 ; Royananda, 2013 ; Vazque, 2014). Hadirnya media sosial tersebut selain memudahkan dalam berinteraksi, juga berpotensi memunculkan interaksi yang berbahaya (Ybara, Diener-West & Leaf, dalam Dilmac, 2009) dimana dapat berisiko pada keamanan dan kebahagiaan emosional dari pengguna media sosial (Li Qing, Smith.P.K, Cross D, 2011). Bentuk interaksi tersebut dapat berupa sebuah ancaman, penyebaran rumor atau fitnah maupun mengirim pesan yang bertujuan untuk menyakiti (Price.M, Dalgleish.J, 2010). Salah satu bentuk interaksi yang berbahaya tersebut sering disebut cyberbullying. Kasus cyberbullying banyak yang berujung pada kematian. Menurut artikel dari salah satu media online menyebutkan ada sebanyak lima kasus remaja yang menjadi korban cyberbullying yang berujung pada tindakan bunuh diri salah satunya terjadi pada Amanda Todd remaja 15 tahun yang bunuh diri setelah video vulgarnya diposting oleh salah satu teman sekolahnya. Hal serupa juga terjadi pada Megan Meier remaja 13 tahun yang bunuh diri karena depresi dengan berat badannya dan menjadi bahan ejekan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 teman-temannya di media chatting. Mayoritas dari para korban mengalami intimidasi dari teman-teman di dunia maya sehingga tidak sedikit dari para korban melakukan bunuh diri karena tidak tahan dengan tindakan bully tersebut (Sulaiman, 2014). Kasus cyberbullying di Indonesia sendiri baru-baru ini terjadi pada kasus Florence Sihombing seorang mahasiswa di Yogyakarta yang mendapat kecaman, ejekan dan mengalami intimidasi dari berbagai pihak di media sosial hingga berujung pada pelaporan oleh pihak kepolisian karena luapan emosi kekesalan yang diposting di media sosial path dan twitter dimana isi dari postingannya adalah memaki-maki warga Yogya dengan bahasa yang kasar (Asiffa, 2014). Pengguna media sosial lain baik dewasa maupun remaja juga banyak melakukan kecaman dan ejekan pada korban berupa komentar, status ataupun foto tentang korban yang diposting di media sosial dengan bahasa kasar dan ejekan seperti “ mulutnya minta ditonjok” atau “ratu SPBU” (____, 2014). Menurut survey dari NCH (2009) pada 770 remaja yang berusia 11-19 tahun menunjukkan bahwa 20% melaporkan telah mengalami tindakan bully ( 14% melalui pesan singkat atau SMS, 5% melalui chat, 4% melalui email) dan 28% korban tidak melaporkan. Sedangkan menurut hasil survey yang dilakukan di University of Valencia menunjukkan bahwa sebanyak 24,6% remaja mengalami kasus cyberbullying melalui ponsel dan 29 % remaja mengalami kasus cyberbullying melalui internet (Upi, 2010). Berdasarkan data survey tersebut maka tidak bisa dipungkiri dengan hadirnya teknologi smartphone ini akan banyak remaja yang mengalami kasus cyberbullying. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 Peneliti juga melakukan survey sederhana untuk mengetahui ada atau tidaknya remaja di Indonesia yang melakukan cyberbullying. Survey dilakukan terhadap empat remaja SMA yang terdiri dari tiga perempuan dan satu laki-laki yang berusia 15-16 tahun mengenai cyberbullying. Dari keempat remaja ini mengungkapkan bahwa mereka mengetahui tindakan cyberbullying khususnya dalam media sosial. Dari kempat remaja tersebut hanya satu yang tidak pernah menjadi korban maupun melakukan tindakan cyberbullying. Sedangkan ketiga remaja mengungkapkan pernah menjadi korban dan pelaku tindakan cyberbullying dimana salah satunya mengaku melakukan cyber bullying dengan motivasi bercanda (entertainment). Berdasarkan hasil survey tersebut peneliti menyimpulkan bahwa ada remaja di Indonesia yang terlibat dalam tindakan cyberbullying. Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau traditional bullying. Bullying sendiri didefinisikan sebagai tindakan agresi yang disengaja oleh individu atau kelompok dimana sifat hubungan interpersonalnya tidak seimbang (individu atau kelompok yang kuat dengan individu atau kelompok yang lemah) yang terjadi secara berulang dengan tujuan menyakiti atau mengganggu baik dengan cara verbal maupun non verbal, secara langsung maupun tidak langsung (Olweus, 2012). Ketidakseimbangan kekuatan ini dapat meliputi perbedaan kekuatan fisik maupun perbedaan social power atau status (Kowalski.M, Limber.S, Limber.S.P, Agatston.P.W, 2012). Sedangkan Cyberbullying didefinisikan sebagai tindakan bullying yang melibatkan atau menggunakan teknologi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 komunikasi dan informasi seperti penggunaan email, internet, pesan singkat, video, media sosial, maupun media chatting. Cyberbullying memiliki dampak yang hampir sama dengan traditional bullying (Mason,2008). Cyberbullying menyebabkan korban memiliki harga diri rendah, kesepian, tidak percaya diri dan menyebabkan tekanan emosional seperti merasa sedih, marah, malu dan frustasi (Price.M & Dolgleish.J, 2010). Begitu juga dengan traditional bullying yang menyebabkan harga diri rendah, kecemasan sosial, depresi dan meningkatkan kecenderungan untuk bunuh diri (Grene,2003, Juvonen,2003). Selain itu cyberbullying dan traditional bullying juga menyebabkan tingkat konsentrasi korban disekolah rendah dan mengalami kesulitan akademik untuk mencapai prestasi di sekolah (Beran.T & Li Qing, 2007). Bullying banyak terjadi di dalam sekolah sedangkan cyber bullying lebih berpontensi terjadi di luar sekolah dari pada di dalam sekolah. Namun dampak yang ditimbulkan dapat diketahui hingga di dalam sekolah (Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston, 2012). Hal ini dikarenakan dampak dari cyberbullying dapat mempengaruhi korban dalam mengikuti pembelajaran di sekolah (Beran.T & Li Qing, 2007). Meskipun cyberbullying merupakan bentuk baru dari traditional bullying namun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Pertama, tindakan dalam cyberbullying sangat tergantung dari tingkat keahlian dalam penggunaan teknologi. Semakin individu memiliki keahlian maka ancaman atau serangan yang diberikan semakin kuat dari pada individu yang tidak memiliki keahlian (Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 Sedangkan tindakan dalam traditional bullying cenderung berkaitan dengan ketidakseimbangan kekuatan baik itu secara fisik, kompetensi sosial, ras maupun status sosial (Pisch.M, 2010). Kedua, potensi penonton dari cyberbullying sangat luas dan dapat mencakup penonton yang besar. Hal ini dikarenakan sifat internet yang global sehingga siapa saja baik individu yang dikenal maupun yang tidak dikenal dapat melihat dan ikut berpartisipasi dalam memberikan pendapatnya baik membela maupun mengejek (Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). Hal ini dapat menyebabkan korban merasa sangat terintimidasi dan sulit untuk menghindar dari tindakan cyberbullying. Sebaliknya potensi penonton dari tindakan traditional bullying cakupannya kecil atau dalam situasi private yaitu hanya antara pelaku dan korban (Pisch.M, 2010). Hal ini di karenakan mayoritas tindakan traditional bullying terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan secara tersembunyi. Ketiga, cyberbullying bersifat tidak langsung dan anonymous. Hal ini menyebabkan pelaku memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya. Hal ini juga dikarenakan sistem yang ada pada internet dibuat untuk melindungi identitas dari pengguna internet (Shariff, 2008). Keuntungan ini digunakan oleh pelaku untuk meminimalisir konsekuensi dari perilakunya. Karena cyberbullying bersifat tidak langsung dan anonymous maka pelaku biasanya tidak bisa secara langsung melihat reaksi atau respon dari korban (Smith.P.K, Mahdavi.J, Carvalho.M, Fisher.S, Russell.S, Tippett.N, 2008). Hal ini menjadi penting karena membuat pelaku cyberbullying tidak memiliki perasaan bersalah dan empati terhadap orang lain (Kowalski, Limber.S, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). Selain itu karena pelaku cyberbullying sulit untuk diketahui informasinya, membuat pelaku cenderung tidak mendapat hukuman dan konsekuensi atas tindakannya. Hal ini berpotensi menyebabkan pelaku lebih menunjukkan sikap permusuhan dan ancaman yang lebih besar (Pisch.M, 2010). Sebaliknya pada traditional bullying pelaku justru ingin menunjukkan identitasnya. Hal ini karena motivasi dari pelaku traditional bullying adalah ingin menunjukkan kekuasaan pada orang lain dan untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi (Olweus dalam Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). Cyberbullying banyak terjadi dan dilakukan oleh remaja dan anak muda. Penelitian yang dilakukan oleh Price & Dalgleish (2010) mengatakan bahwa banyak remaja yang melakukan atau mengalami cyberbullying ketika berusia 10-16 tahun yaitu sekitar 50%, dan ketika berusia 15-18 tahun ada sekitar 42% sedangkan pada usia 19-25 tahun ada sekitar 8%. Presentasi terbesar yang terlibat cyber bullying ada pada individu yang berusia 10 sampai 18 tahun. Usia tersebut merupakan masa transisi remaja dari anak-anak menuju pada tahapan dewasa. Dalam masa ini remaja banyak mengalami perubahan mulai dari perubahan fisik, kognitif, emosi, maupun sosial (Santrock, 2002). Perubahan-perubahan yang dialami remaja ini membuat remaja menjadi labil dan belum matang secara psikis (Santrock, 2002). Selain itu dalam masa transisi tersebut remaja cenderung mengeksplorasi diri untuk mencari dan membentuk identitas dirinya (Erikson dalam Feist & Feist, 2006). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tindakan cyberbullying yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal diantaranya adalah sikap orangtua. Menurut Dilmac & Aydogan (2010) mengatakan bahwa sikap orang tua yang otoriter menjadi prediktor seorang anak melakukan tindakan cyberbullying. Selain sikap orangtua, pengaruh sosial (social influence) seperti kelompok teman sebaya juga menjadi faktor individu melakukan cyberbullying (Hinduja & Patchin, 2012). Sedangkan faktor internal diantaranya adalah kebutuhan psikologis. Menurut Dilmac (2009) mengatakan bahwa kebutuhan akan agresi dan kebutuhan untuk mendapat dukungan emosi merupakan kebutuhan psikologis yang menjadi prediktor seseorang melakukan tindakan cyberbullying. Hal ini disebabkan karena kebutuhan tersebut tidak individu dapatkan dalam kehidupan nyata sehari-hari atau off-line melainkan individu berusaha mendapatkan kebutuhan tersebut dalam dunia maya atau online (Dilmac, 2009). Faktor internal lainnya adalah karakteristik personal seperti usia dan jenis kelamin juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi tindakan cyberbullying. Dilihat dari usia, remaja yang berusia 10 sampai 18 tahun lebih cenderung terlibat dalam tindakan cyberbullying daripada anak-anak atau orang dewasa (Price & Dalgeish, 2010). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengendalian diri remaja. Sedangkan dilihat dari jenis kelamin, laki-laki lebih berpotensi besar untuk terlibat dalam cyberbullying (Alonzo & Aiken dalam Kowalksi, Limber & Agatson, 2012). Selain dua karateristik personal tersebut, kepribadian juga menjadi karakteristik personal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 lain yang juga memiliki peran penting dalam munculnya tindakan cyberbullying. Hal ini dikarenakan sifat dari kepribadian yang dapat memprediksi perilaku atau tindakan seseorang (Eysenck dalam Feist & Feist,2006). Kepribadian menurut Allport (dalam Feist&Feist, 2006) merupakan sebuah “pengorganisasian dinamis” yang didalam diri seseorang terdapat sistem psikofisik yang menentukan atau menciptakan pola perilaku, pikiran dan karakteristik seseorang. Menurut Costa & Mc Crae kepribadian digambarkan dalam lima dimensi. Lima dimensi tersebut sering disebut dengan kepribadian big five. Dimensi big five terdiri dari agreeableness, extraversion, neuroticism, openness to experience dan conscientiousness. Kelima dimensi tersebut digambarkan sebagai 1). Agreeableness menunjukkan pribadi yang berhati lembut dan pribadi yang berhati kejam. 2). Extraversion menunjukkan tingkat kesenangan menjalin relasi dan beraktivitas. 3). Neuroticism menunjukkan temperamental, pencemas, dan emosional namun jika pribadi memilliki skor neuroticism rendah maka cenderung tenang, lembut, dan tidak berperasaan. 4). Openness to experience menunjukkan pribadi yang lebih menyukai keragaman dengan pribadi yang memiliki kebutuhan besar akan kedekatan dan rasa nyaman dari hubungan yang sudah dikenal. 5). Conscientiousness berfokus pada pencapaian tujuan serta kemampuan mengendalikan dorongan dalam kehidupan sosial. Penelitian yang telah dilakukan oleh Capra dan Ruiz (dalam Talley dan Bettencourt, Benjamin dan Valentine, 2006) menemukan bahwa perilaku PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 agresi berkorelasi dengan dimensi neuroticism. Perilaku cyberbullying sendiri merupakan bentuk dari perilaku agresi. Selain itu dalam penelitian Brack dan Caltabiano (2012) yang mengatakan bahwa pelaku tindakan cyberbullying cenderung memiliki kepribadian yang impulsive dan agresif. Tindakan impulsive sendiri merupakan salah satu ciri trait dari dimensi neuroticism (McCrae & Costa dalam Feist & Feist, 2006). Penelitian lain yang dilakukan oleh Celik, Atak dan Ferguzen (2012) juga menemukan bahwa dimensi ketidakstabilan emosi berkorelasi dengan tindakan cyberbullying. Dimensi ketidakstabilan emosi merupakan bagian dari dimensi neuroticism (McCrae & Costa, dalam Feist & Feist, 2006). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dimensi neuroticism dapat menjadi prediktor dari tindakan cyberbullying. Disisi lain, hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Ozden & Icellioglu (2014) yang mengatakan bahwa dimensi kepribadian psychotism yang menjadi prediktor individu melakukan cyberbullying. Dimensi psychotism sendiri merupakan dimensi dari Eysenck Personality Inventory dimana ukurannya dapat disetarakan dengan skor rendah dari aggreableness dan conscientiousness (McCrae & Costa dalam Feist & Feist, 2006). Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Kokkinos, Antoniadou, Dalara, Koufogazou dan Papatzlki (2013) menemukan bahwa dimensi conscientiousness yang rendah dan disertai dengan agresi memiliki korelasi dengan tindakan cyberbullying. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tidak hanya satu dimensi kepribadian yang dapat menjadi prediktor dari tindakan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 cyberbullying. Hal ini dapat dilihat dari tiga dimensi kepribadian big five yaitu neuroticism, agreeableaness, dan conscientiousness yang dapat menjadi prediktor dari tindakan cyberbullying. Sementara masih ada dua dimensi lain yang belum diuji yaitu dimensi extraversion dan dimensi openness to experience. Menurut Sinha (dalam Bianchi & Philips, 2005) individu yang memiliki kepribadian extrovert lebih mudah untuk terpengaruh dengan teman sebaya. Pengaruh teman sebaya sendiri merupakan salah satu faktor individu terlibat dalam tindakan cyberbullying (Hinduja & Patchin, 2012). Sedangkan individu yang memiliki kepribadian openness to experience merupakan individu yang terbuka akan pengalaman baru dan kreatif. Remaja yang kreatif cenderung memiliki tingkat sensivitas yang tinggi, bergairah dan ekspresif dalam berinteraksi namun cenderung impulsif (McCrae dan Sutin, 2009). Impulsif mmerupakan salah satu ciri kepribadian yang berkorelasi dengan tindakan cyberbullying (Brack dan Caltabiano, 2012). Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa dimensi extraversion dan dimensi openness to experience juga dapat secara kuat menjadi prediktor dari perilaku cyberbullying. Akan tetapi, hal ini belum dibuktikan, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui hubungan dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Hal ini perlu dilakukan karena cyberbullying tidak hanya memberikan dampak negatif pada korban namun juga dapat memberikan dampak negatif terhadap pelaku yaitu membuat pelaku tidak memiliki rasa bersalah dan membuat pelaku tidak memiliki empati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 B. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. C. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis a. Memberikan sumbangan pengetahuan maupun wacana mengenai dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran umum pada remaja mengenai hubungan dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying sehingga dapat dijadikan acuan bagi remaja-remaja dalam menyikapi dan menggunakan teknologi dengan baik. b. Memberikan gambaran umum pada orang tua maupun guru mengenai hubungan dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dan kecenderungan remaja melakukan tindakan cyberbullying sehingga dapat dijadikan acuan dalam membimbing anak-anak maupun siswa-siswi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 BAB II TINJAUAN TEORI A. Bullying 1. Pengertian Bullying Menurut Rigby (dalam Mawardah, 2012) bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku Agresi. Tindakan agresi sendiri menurut Berkowitz (1995) adalah tingkah laku dan emosi yang bisa mengarah kepada tindakan agresif (melukai atau menyakiti) baik untuk mencapai tujuan tertentu atau hanya semata-mata sebagai pelampiasan keinginan. Menurut Olweus (2012) bullying merupakan tindakan agresi yang disengaja oleh individu atau kelompok dimana sifat hubungan interpersonalnya tidak seimbang (individu atau kelompok yang kuat dengan individu atau kelompok yang lemah) yang terjadi secara berulang dengan tujuan menyakiti atau mengganggu baik dengan cara verbal maupun non verbal, secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Pikas (dalam Mawardah, 2012) mengambarkan tindakan bullying sebagai kekerasaan dalam konteks kelompok dimana digunakan untuk memberikan reinforce (penguatan) kepada perilaku setiap orang dalam interaksi kelompok tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan perilaku negatif, agresif, didalam lingkungan sosial dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 memanfaatkan kekuasaan untuk mengintimidasi lawannya dalam rentang jangka waktu yang berkelanjutan dan berulang-ulang. 2. Aspek-aspek Bullying Menurut Krae (dalam Mawardah, 2012) bullying memiliki tiga aspek yaitu: a. Intimidasi : bullying adalah bentuk perilaku dimana telah terjadi pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang lebih kuat. b. Power : bullying melibatkan kekuatan, kemampuan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya. c. Kontinuitas : bullying terjadi secara berkelanjutan dengan jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan korbannya terus menerus merasa cemas dan terintimidasi. 3. Bentuk-bentuk Bullying Lima bentuk bullying menurut Riauskina, dkk (2005) : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 a. Kontak fisik langsung : seperti memukul, mendorong, mengigit, menjabak, menendang, mengunci seseorang dlm ruangan, mencubit, mencakar, dan meminta secara paksa. b. Kontak verbal langsung : seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, menggangu, memberi panggilan nama buruk, mengejek, mngintimidasi, memaki dan menceritakan keburukan seseorang. c. Perilaku non verbal tidak langsung : seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan. d. Pelecehan seksual : dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal seperti memegang organ vital sekunder e. Pelaku non verbal langsung : seperti melihat dengan sinis, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam yang disertai dengan bullying fisik. B. Cyberbullying 1. Pengertian Cyberbullying Bentuk baru dari tindakan bullying diketahui sebagai Cyberbullying. Menurut Kowalski, 2012 cyberbullying merupakan tindakan bullying yang melibatkan penggunaan email, instant message, web pages, blogs, chat room, digital images, pesan singkat yang dikirim melalui telepon seluler, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 online gaming maupun teknologi informasi dan komunikasi yang lain (Kowalski.M, Limber.S, Limber.S.P, Agatston.P.W, 2012). Cyberbullying merupakan tindakan agresif yang disengaja oleh kelompok maupun individu melalui penggunaan alat elektronik yang dilakukan secara berulang dimana korban tidak bisa melakukan pertahanan terhadap dirinya sendiri. Cyberbullying juga dapat berhubungan dengan agama, budaya maupun diskriminasi ras. (Peter Smith dalam Kowalski, 2012). Sedangkan menurut Belsey (dalam Keith.S & Martin E.M, 2005) cyberbullying merupakan tindakan bullying yang melibatkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi seperti email, telepon seluler, pesan singkat, internet, media sosial yang secara sengaja, berulang, dan dengan perilaku yang tidak ramah oleh individu maupun kelompok yang digunakan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dari uraian definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cyberbullying merupakan perilaku seseorang yang dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk menganggu orang lain dan mengintimidasi orang lain dengan menggunakan media elektronik baik melalui email, website, jejaring sosial, game online, chat rooms, dan telepon seluler. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 2. Tipe-tipe Cyberbullying Menurut Aftab (dalam Mawardah, 2012) dalam praktek cyberbullying dibedakan menjadi dua tipe yaitu: a. Cyberbullying secara langsung Cyberbullying secara langsung atau direct merupakan tindakan cyberbullying yang serangannya dilakukan secara langsung kepada target atau korban. Cyberbullying secara langsung ini dapat dilakukan melalui : 1. Pesan singkat (teks) yang berisi tentang pelecehan Remaja mengirim pesan singkat yang berisi kebencian, kemarahan, kejengkelan ataupun ancaman kepada remaja lainnya. Pesan juga dapat berisi serangan yaitu ketika remaja bermusuhan dengan korban, pelaku mengirimkan ribuan pesan ataupun gambar ke ponsel via SMS atau perangkat lain. 2. Pencurian password Seseorang dapat mencuri password dari orang lain yang kemudian password tersebut ia salah gunakan untuk memulai chatting dengan orang lain. Ia dapat menggunakan password tersebut untuk mengatakan hal-hal yang dapat menyinggung dan membuat marah orang lain. Selain itu, ia juga dapat menggunakan password orang lain untuk merubah isi profil dan menyertakan hal-hal yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 berhubungan dengan seksual, rasis yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Dengan cara ini identitas pelaku tidak dapat diketahui karena pelaku dapat bersembunyi dibalik identitas orang lain. 3. Blog Blog digunakan oleh remaja untuk mengirim dan menyebarkan pesan atau informasi ke semua teman-teman mereka. Blog sendiri bersifat terbuka, sehingga semua orang dapat mengakses dan melihat pesan atau informasi yang ditulis. Namun, tak sedikit remaja yang menyalah gunakan media tersebut untuk merusak reputasi remaja lain salah satunya dengan cara membuat halaman profil palsu pada blog dengan berpura-pura menjadi orang lain dan kemudian mengatakan hal-hal yang mempermalukan tentang orang tersebut. 4. Website Website digunakan oleh remaja untuk mengoda satu sama lainnya. Mereka terkadang membuat situs yang berisi hinaan kepada orang lain atau memposting informasi pribadi ataupun gambar yang merugikan orang lain. 5. Mengirim gambar-gambar melalui email dan ponsel Pelaku dapat mengirimkan gambar korban yang sudah diubah melalui email kepada pengguna lainnya. Gambar tersebut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 digunakan untuk menjelek-jelekkan korban misalnya dengan mengubah (mengedit) gambar korban telanjang. Selain itu, dengan banyaknya teknologi komunikasi yang bermunculan seperti smartphone, dapat saling berbagai foto dengan mudah misalnya dengan MMS ataupun dengan Bluetooth. Remaja dapat menerima dan mengirim kembali gambar tersebut sehingga gambar tersebut dapat tersebar ke orang lain dengan bebas. 6. Polling internet Jejak pendapat melalui internet ini ditujukan untuk melecehkan seseorang atau mengucilkan korban. 7. Permainan online Permainan online atau sering disebut sebagai game online merupakan permainan yang dapat menghubungkan orang lain diseluruh dunia. Remaja terkadang menggunakan game online ini untuk melecehkan dan menggunakan ancaman agar lawan mereka merasa kalah, mengeluarkan mereka dari permainan dan dapat juga memberikan rumor palsu tentang mereka atau korban. 8. Mengirimkan kode berbahaya atau virus Banyak remaja mengirimkan virus, spyware dan programprogram lain untuk korban-korban mereka. Tujuan mereka adalah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 untuk merusak computer atau notebook dari korban sehingga dapat menghilangkan file-file penting dari korban. 9. Mengirimkan hal-hal yang porno Pelaku dapat mengirimkan ribuan website pornografi kepada pelaku melalui email atau pesan singkat sehingga orangtua korban akan menganggap anak mereka telah mengunjungi situs tersebut. 10. Penyamaran Pelaku dapat melakukan hal-hal yang dapat merusak nama baik korban dengan menyamar sebagai korban. Kemudian mereka memposting pesan yang tidak menyenangkan melalui media komunikasi misalnya chat rooms atau media sosial sehingga membuat orang lain akan membenci korban. Pelaku juga dapat memberikan nama, alamat, ataupun nomer telepon korban untuk disebar luaskan. b. Cyberbullying secara tak langsung Cyberbullying dengan penghubung adalah ketika pelaku cyberbullying menemukan orang lain yang dijadikan aksi untuk merugikan orang lain. Sebagian penghubung tidak menyadari dan tidak tahu jika mereka sedang dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan tindakan tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Praktik cyberbullying dengan penghubung kadang-kadang dimulai ketika pelaku menyamar sebagai korban. Pelaku dapat melakukannya dengan dua cara yang pertama pelaku dapat menyusup account korban dengan mencuri password korban terlebih dahulu dan yang kedua pelaku dapat membuat account baru dengan nama korban dan menjalankan account korban dengan berpura-pura menjadi korban dan menciptakan masalah untuk korban sendiri maupun orang lain misalnya dengan mengirimkan pesan yang berisi kata-kata buruk kesemua daftar teman-teman korban yang ada di accountnya. Account yang dimaksud dapat berupa account di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll. 3. Faktor-faktor yang menyebabkan cyberbullying Cyberbullying merupakan bentuk dari perilaku agresi sebagai bagian dari masalah perilaku pada remaja. Oleh karena itu faktor pencetus atau pembentuk perilaku agresi akan dipaparkan sebagai berikut : a. Frustrasi dan Rasa marah Frustrasi merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Berkowitz (dalam Sarwono,1988) frustrasi bisa mengarahkan individu kepada tindakan agresif karena frustrasi bagi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 individu merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan dia ingin mengatasi atau menghindarinya dengan cara agresif. Tindakan cyberbullying yang dilakukan oleh seseorang bisa dipicu oleh rasa marah dan frustrasi kepada orang lain yang tidak disukai. b. Stres Stres dikonsepsikan sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis. Stres bisa muncul berupa stimulus eksternal (situasional) dan berupa stimulus internal (intrapsikis) yang diterima atau dialami oleh individu sebagai hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan serta menghasilkan efek behavioral berupa kemunculan agresi (Sarwono, 1988). c. Provokasi Menurut Geen (dalam Sarwono, 1988) Provokasi bisa mencetuskan agresi karena provaksi sering merupakan serangan terhadap sesuatu yang oleh setiap orang selalu dipelihara keutuhannya yakni rasa harga diri. Dalam menghadapi provokasi yang mengancam para pelaku agresi cenderung berprinsip bahwa daripada diserang lebih baik mendahului menyerang. Namun tidak jarang juga kecenderungan menggunakan provokasi sebagai dalih untuk melakukan agresi meskipun provokasi itu tidak bersifat mengancam. Dalam cyberbullying para pelaku dapat menggangu korban karena dipicu oleh provokasi yang korban buat sendiri. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 d. Perasaan negatif Menurut Berkowitz (1995) semua perasaan negatif dan tidak menyenangkan merupakan dorongan dasar dari perilaku agresi. Pengaruh rasa tersinggung atau ancaman terhadap harga diri menjadi pendorong munculnya agresi. Pelaku melakukan tindakan cyberbullying bisa karena dipicu oleh perasaan tersinggung dengan objek (postingan atau kiriman informasi) dari orang lain. e. Modeling Modeling atau mencontoh perilaku orang lain juga bisa mempengaruhi kecenderungan agresi pada seseorang (Sarwono, 1988). Selain beberapa faktor tersebut, terjadinya cyberbullying juga dapat dijelaskan dengan teori dominasi. Teori dominasi sendiri menjelaskan tentang perilaku bullying (Olweus dalam Mawardah, 2012), sedangkan cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying. Menurut teori ini kebutuhan untuk mendominasi dan kontrol sangat berhubungan dengan perilaku bullying. Sikap mendominasi tidak selalu melibatkan kekuatan fisik, kepemimpinan dan lain-lain, namun dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk bisa melakukan lebih banyak dengan segala kemampuan yang dimiliki sehingga dapat melakukan kekerasaan baik secara verbal, ancaman, intimidasi baik secara langsung ataupun tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 langsung agar kebutuhan individu akan kekuasaan dan status sosial yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu karena cyberbullying tidak membutuhkan kekuatan fisik ini bisa menjadi salah satu cara bagi seorang individu yang tidak terlibat dalam perilaku agresif secara fisik untuk mendapatkan kekuasaan dan dapat mengontrol orang lain. Faktor yang mempengaruhi praktik cyberbullying menurut Vandebosch dan Cleemput (dalam Mawardah, 2012): a. Keinginan untuk merusak, membalas dendam b. Cyberbullying meminimalisisr risiko dan rasa takut terhadap hukuman dari bullying c. Tidak ingin menghadapi secara langsung d. Anonimitas e. Menunjukkan keahliannya dalam menguasai teknologi, pemahaman akan penggunaan teknologi informasi Motivasi yang mempengaruhi terjadinya cyberbullying menurut Rudi (dalam Mawardah, 2012) : a. Marah sakit hati, balas dendam, atau frustasi b. Haus akan kekuasaan sehingga menonjolkan ego dan menyakiti orang lain c. Merasa bosan dan memiliki kemahiran Hacking d. Sebagai hiburan, menertawakan atau ingin mendapatkan reaksi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 e. Ketidaksengajaan, misalnya berupa reaksi atau komentar impulsif dan emosional Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi praktik cyberbullying adalah karena bersifat anonmitas, sehingga pelaku mampu melecehkan atau menganggu korban mereka 24 jam sehari. Anonimitas yang terdapat dalam setiap model komunikasi elektronik tidak hanya menyamarkan identitas namun dapat mengurangi akuntabilitas sosial sehingga memudahkan pengguna untuk terlibat dalam permusuhan dan tindakan agresif (Li Qing & Beran.T, 2007). C. Kepribadian Big Five 1. Definisi Kepribadian Menurut Goldberg (2006) manusia dibedakan kepada karakterkarakter serta kepribadian yang dimiliki setiap individu. Masing-masing individu memiliki ciri tersendiri, sikap, dan pola berfikir sendiri yang banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka dibesarkan dan bentuk pendidikan yang diperoleh. Menurut Roberts dan Mroezek (2008) kepribadian merupakan sebuah pola yang relatif menetap dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang membedakan dari individu satu dengan individu yang lain. Sedangkan menurut Allport (dalam Feist&Feist, 2006) kepribadian merupakan sebuah “pengorganisasian dinamis” yang didalam diri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 seseorang terdapat sistem psikofisik yang menentukan atau menciptakan pola perilaku, pikiran, karakteristik seseorang dimana hal tersebut menentukan penyesuain diri secara unik terhadap lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan sebuah pola dari pikiran, perasaan, perilaku dan karakteristik seseorang yang relatif menetap dimana hal tersebut menentukan penyesuain diri seseorang secara unik terhadap lingkungan. 2. Perkembangan teori big five Big five adalah taksonomi kepribadian yang disusun berdasarkan pendekatan lexical yaitu mengelompokkan kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri-ciri individu yang membedakannya dengan individu lain. Pendekatan ini dipeloporoi oleh Allport dan Odbert dengan mengumpulkan 18.000 istilah yang membedakan perilaku seseorang dengan orang lain. Daftar ini menginspirasi Cattel untuk menyusun model multidimensional dari kepribadian dimana dari 18.000 istilah tersebut cattel mengelompokkannya kedalam 4.500 ciri sifat kepribadian dan kemudian melakukan analisis faktor hingga dipereloh 12 faktor kepribadian yang kemudian menjadi inventori 16 faktor kepribadian. Penemuan Cattel tersebut menginspirasi banyak peneliti untuk menganalisa ulang dengan data yang bervariasi mulai dari anak-anak hingga dewasa salah satunya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 adalah analisis ulang yang dilakukan oleh Tupes dan Christal. Dari sinilah diperoleh lima faktor yang sangat menonjol yang kemudian oleh Goldberg disebut dengan big five. Big five bukan berarti menyatakan bahwa kepribadian itu hanya ada lima melainkan pengelompokkan dari ribuan ciri trait kedalam kelompok lima besar yang berikutnya disebut dengan dimensi kepribadian (John dan Srivastava, 1999). Trait sendiri merupakan suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu lainnya (Fieldman dalam Mastuti, 2005). Lima dimensi dalam kepribadian big five adalah extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness dan openness to experience. Dari kelima dimensi big five tersebut, masing-masing dimensi memiliki komponen yang terdiri dari facet. Facet merupakan trait atau sifat yang lebih spesisifik dari lima dimensi tersebut. Berikut facet yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa (dalam Raad dan Perugini, 2002) : a. Extraversion : ramah, minat berteman, kemampuan asertif, kepemimpinan, sosialisasi, tenang. b. Emotional Stability (vs Neuroticism) : stabilitas, keharmonisan, ketenangan, kegembiraan, ketabahan, berkepala dingin, terkontrol. c. Agreeableness : hangat, pengertian, suka menolong, lemah lembut, emosional, menyenangkan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 d. Conscientiousness : bertujuan, patuh, perfeksionis, berfikir rasional, berhati-hati, terorganisir. e. Openness to experience : kreatifitas, kemampuan imajinasi, minat berpetualang, intelektualitas, kebebasan, introspeksi, keaslian. Lima dimensi dalam kepribadian big five tersebut masuk akal secara teoritis, hal ini dapat dilihat dari teori-teori sebelumnya yang telah lebih dulu menyatakan, seperti teori Jung yang menyatakan ada pengaruh kuat dari perilaku ekstraversi dan introversi (dimensi extraverion), teori Freud yang menekankan pentingnya kecemasan dalam membentuk perilaku (dimensi neuroticism), teori Adler yang menyatakan bahwa diri yang kreatif yang merupakan prinsip penting dalam kehidupan yang menjadi penyebab pertama dalam menentukan perilaku (dimensi openness to experience) dan teori lain dari Maslow yang melihat kesehatan psikologis dalam mengaktualisasikan diri (dimensi agreeableness dan conscientiousness) (Feist & Feist, 2006). 3. Dimensi Kepribadian Big Five Berikut lima dimensi dalam kepribadian big five menurut Goldberg (dalam John dan Srivastava, 1999) yaitu : a. Agreeablenes, dimensi ini menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang sepanjang kontinum mulai dari perasaan lemah lembut sampai terhadap antagonism dalam pemikiran, perasaan dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 tindakan. Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk tunduk pada orang lain. Dalam keseharian individu dengan sifat kepribadian ini tampil sebagai individu yang baik hati, dapat bekerja sama dan dapat dipercaya. b. Extraversion, dimensi ini menilai kuantitas intensitas interaksi intrapersonal dan tingkat aktivitas seseorang. Individu ini menunjukkan tingkat kesenangan dalam menjalin relasi dan beraktivitas. Mereka cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati hubungan. c. Neurotisicm, dimensi ini menilai kestabilan emosi dengan ketidakstabilan emosi. Dimensi ini mengidentifikasikan individu yang rentan terhadap tekanan psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistik dan memiliki coping stress yang maladaptif. Individu ini identik dengan emosi negatif seperti khawatir, takut dan tegang. d. Openness to Experience, dimensi ini melihat keluasan, kedalaman dan kompleksitas dari kesadaran atau aspek mental dan pengalaman. Dimensi ini juga cenderung berhubungan dengan intelektualitas yaitu dorongan untuk mengeksplorasi kognitif. Hal ini yang sering disebut sebagai kreativitas. Individu yang terbuka dan kreatif cenderung memiliki tingkat sensitivitas PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 yang tinggi baik secara kognitif maupun emosional. Mereka juga senang dan bergairah dengan berbagai informasi baru, pandai menciptakan aktivitas diluar kebiasaan namun umumnya cenderung impulsif. e. Conscientiousness merupakan dimensi yang berfokus pada pencapaian tujuan serta kemampuan mengendalikan dorongan dalam kehidupan sosial. Dimensi ini menilai tingkat organisasi, ketekunan dan motivasi dalam berperilaku yang berarah pada tujuan. Individu dengan sifat ini tampil sebagai individu yang tepat waktu, berprestasi, teliti dan mengerjakan tugas dengan tuntas. Berikut karakteristik seseorang dengan nilai tinggi dan rendah dari dimensi-dimensi tersebut (Feist&Feist, 2006) : Tabel 2.1 Rangkuman dimensi kepribadian big five Dimensi Agreeableness Extraversion Neurotisicm Skor Tinggi Berhati lembut Mudah percaya Murah hati Pendamai Pemaaf Baik hati Penuh perhatian Mudah bergabung Aktif bicara Mudah mengekspresikan emosi Bersemangat Cemas Skor Rendah Kejam Penuh pra sangka Pelit Penentang Selalu mengkritik Mudah terluka Cuek Penyendiri Pendiam Serius Pasif Tidak mudah mengekspresikan emosi Tenang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Temperamental Merasa tidak nyaman Kurang penyesuain Emosional Rentan Openness to Experience Conscientiousn ess 32 Lembut Puas terhadap diri sendiri Merasa nyaman Tidak emosional Tabah Konvensional Tidak kreatif Menyukai rutinitas Tidak mau tahu Konservatif Bebal Malas Tidak teratur Tidak disiplin Keinginan lemah Mudah menyerah Imajinatif Kreatif Original Penuh keingintahuan Ketertarikan luas Peka nurani Pekerja keras Teratur Tepat waktu Ambisius Tekun 4. Alat ukur dimensi kepribadian big five Saat ini ada beberapa alat ukur yang sudah dikembangkan untuk mengukur kepribadian big five seperti Big Five Inventory (BFI), Big Five Questionnaire (BFQ) dan The Big Five Marker Scale. Penggunaan alat ukur tersebut tergantung pada familiaritas dari alat ukur dan perspektif mana yang akan dipakai (Raad dan Perugini, 2002). Berbagai alat ukur tersebut perlu ijin khusus dalam penggunaannya sehingga alat ukur tersebut tidak dapat digunakan secara bebas. Oleh karena itu, Lewis R.Golberg menyusun suatu inventoris yang memudahkan peneliti untuk melihat kepribadian seseorang. Inventories tersebut dikenal dengan International personality item pool (IPIP). Inventori ini disusun oleh Golberg untuk mengembangkan set inventori PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 kepribadian yang berasal dari item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah ataupun komersil (Golberg, 2006). D. Remaja 1. Definisi dan batasan usia remaja Masa remaja diartikan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang dalam prosesnya mengalami perubahan baik perubahan fisik, kognitif maupun perubahan sosio emosi (Santrock, 2002). Sedangkan menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Selama dalam masa pencarian identitas tersebut sering menimbulkan masalah pada diri remaja (Santrock, 2002). Pada saat individu memasuki usia 10 sampai 21 tahun dapat dikatakan bahwa individu telah memasuki masa remaja. Masa remaja dapat dibedakan kedalam tiga tahap yaitu remaja awal berkisar antara 10 sampai 15 tahun, remaja tengah antara 15 sampai 18 tahun dan remaja akhir berkisar antara 18 sampai 21 tahun (Santrock, 2002). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi anak-anak menuju masa dewasa yang berkisar antara usia 10 sampai 21 tahun yang didalam prosesnya mengalami perubahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 fisik, kognitif, sosioemosional dan memiliki tugas perkembangan salah satunya dengan membentuk identitas diri. 2. Perkembangan remaja a. Perkembangan fisik Perkembangan fisik pada remaja dimulai ketika remaja mengalami masa pubertas. Masa perkembangan fisik pada remaja berlangsung sangat cepat. Pada masa tersebut remaja mulai mengalami perubahan dalam bentuk fisik seperti tinggi dan berat badan, dan kematangan seksual. Perkembangan dan perubahan fisik remaja ini membuat remaja harus penyesuaikan diri dengan perubahan pada dirinya sendiri (Santrock, 2002). b. Perkembangan kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) remaja memasuki tahap operasional formal yaitu remaja mulai berpikir abstrak, idealistik, dan logis. Pada fase ini remaja mulai menciptakan hipotesis dan menggunakan kemampuan logisnya. Sedangkan menurut Elkind (dalam Papalia, 2008) masa remaja dikatakan memiliki pola berfikir yang tidak matang. Ketidakmatangan pola pikir dari remaja ini ditandai dengan idealisme yaitu remaja percaya bahwa mereka mengetahui bagaimana cara mengatur dunianya lebih baik dibanding orang dewasa, menunjukkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 kemampuan penalaran, memiliki strategi pengambilan keputusan yang kurang efektif, menganggap orang lain memiliki pandangan yang sama dengan dirinya dan menganggap dirinya unik. c. Perkembangan sosioemosional Masa remaja merupakan masa puncak perkembangan sosial dan emosionalitas. Remaja cenderung memiliki kebutuhan untuk membangun relasi dengan teman sebaya. Mereka mulai memperluas lingkungan sosialnya baik dengan lingkungan disekolah ataupun lingkungan diluar sekolah. Hal ini membuat remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman daripada keluarga. Remaja juga mulai membentuk kelompok dengan teman sebaya yang memiliki ketertarikan yang sama. Mereka mulai mengikuti aturanaturan dan nilai-nilai yang dibuat oleh kelompok (Santrock, 2002). Disisi lain remaja memiliki tugas perkembangan dalam mencari identitas diri. Dalam mencari identitas ini tidak jarang remaja mengikuti tokoh idola mereka sebagai panutan. Dalam masa ini remaja juga dituntut untuk menjadi individu dewasa yang mampu memahami nilai-nilai dalam masyarakat (Erikson dalam Santrock, 2002). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 E. Hubungan Dimensi Extraversion dan Opennes to Experience dalam Kepribadian Big five dengan Kecenderungan Remaja Melakukan CyberBullying Dimensi extraversion berhubungan erat dengan interaksi sosial dan sosiabilitas. Remaja dengan kepribadian extrovert atau remaja dengan skor extraversion tinggi cenderung mudah membangun hubungan sosial, senang berjumpa dengan orang lain, mudah mengekspresikan emosi, aktif berbicara, suka mengambil risiko, tetapi umumnya cenderung impulsif. Remaja yang memiliki kepribadian extrovert juga cenderung memiliki kebutuhan untuk mendominasi. Kebutuhan untuk mendominasi ini menurut Olweus (dalam Mawardah, 2012) merupakan faktor seorang individu melakukan perilaku agresif. Selain itu, menurut Sinha (dalam Bianchi & Philips, 2005) remaja yang memiliki kepribadian extrovert juga lebih mudah terpengaruh dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya memberi pengaruh yang besar terhadap pola pikir, tingkah laku dan perkembangan kepribadian remaja. Mereka cenderung mudah mengikuti aturan-aturan dan ide-ide yang dibuat oleh kelompok (Santrock, 2002). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hinduja & Patchin (2012) yang mengatakan bahwa faktor kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi remaja melakukan cyberbullying. Remaja yang extravert ketika dihadapkan dengan stimulus yang tidak menyenangkan atau perasaan-perasaan negatif dapat dengan mudah mengekspresikan emosinya. Emosi tersebut dapat mengarahkan remaja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 pada perilaku agresi verbal salah satunya cyberbullying. Sebaliknya individu dengan kepribadian introvert atau individu dengan skor extraversion rendah cenderung pasif, pendiam, menarik diri dari pergaulan sosial, hati-hati dalam bertindak, dan kurang dapat mengekspresikan emosi. Individu yang introvert ketika menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan atau perasaan negatif cenderung tidak mengekspresikan emosinya kepada banyak orang tetapi lebih mengelola emosi secara individual. Hal ini membuat individu cenderung kurang berpartisipasi dalam bentuk perilaku agresi cyberbullying. Sedangkan dimensi openness to experience berkaitan dengan dorongan untuk mengeksplorasi aspek kognitif dan keterbukaan akan pengalaman baru. Salah satu bentuk dari eksplorasi kognitif ini adalah kreativitas. Kreativitas dapat muncul dalam bentuk ide, opini maupun karya seni yang sesuai dengan ketertarikan intelektualnya. Remaja yang kreatif didorong oleh adanya rasa keingintahuan yang besar sehingga mereka akan cenderung mudah untuk mencoba hal-hal baru. Menurut penelitian masa remaja sampai dengan usia 20 tahunan cenderung memiliki tingkat openness to experience yang tinggi dan cenderung akan menurun pada perkembangan usia selanjutnya. Remaja yang memiliki tingkat openness to experience yang tinggi cenderung memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, bergairah dan ekspresif dalam berinteraksi namun cenderung impulsif (McCrae dan Sutin, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa kecenderungan impulsif merupakan salah satu ciri kepribadian yang berkorelasi dengan tindakan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 cyberbullying (Brack dan Caltabiano, 2012). Remaja yang cenderung impulsif ketika menghadapi situasi dan perasaan-perasaan negatif akan dengan sangat mudah mengekspresikan emosinya salah satunya dalam bentuk agresi verbal melalui media sosial. Disamping itu remaja juga pada umumnya sedang dalam masa peralihan sehingga mereka cenderung kurang memiliki kontrol atas dirinya sendiri. Hal ini membuat mereka cenderung dapat terlibat dalam perilaku agresi salah satunya dengan tindakan cyberbullying. Sebaliknya individu dengan skor rendah pada openness to experience cenderung tidak kreatif, bersahaja, tidak mau tahu dan tunduk pada aturan sehingga ketika individu ini dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai dan tidak menyenangkan cenderung akan bersikap pasif dan menerima kenyataan yang ada sesuai apa adanya. Selain itu mereka akan cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan norma yang berlaku antara baik dan tidak baik. Dengan demikian kepribadian ini cenderung kurang dapat berpartisipasi dalam tindakan cyberbullying. Berdasarkan pemaparan diatas, dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five juga dapat menjadi prediktor dari tindakan cyberbullying. Remaja yang memiliki extraversion tinggi dan openness to experience tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan tindakan cyberbullying. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 2.1 Skema dimensi extraversion dengan kecenderungan cyberbullying Remaja Dimensi Extraversion tinggi 1. Perkembangan fisik 2. Perkembangan kognitif 3. Perkembangan sosioemosional Remaja mudah bersosialisasi, ekspresif, memiliki kebutuhan untuk mendominasi, cenderung mudah terpengaruh teman sebaya Agresi verbal tinggi Kecenderungan melakukan cyberbullying 39 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Remaja Dimensi Extraversion rendah 1. Perkembangan fisik 2. Perkembangan kognitif 3. Perkembangan sosioemosional Remaja cenderung menarik diri dari pergaulan sosial, tidak mudah terpengaruh teman sebaya, pasif dan kurang dapat mengekspresikan emosi Agresi verbal rendah Kecenderungan remaja melakukan cyberbullying rendah 40 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 Gambar 2.2 Skema antara dimensi openness to experience dengan kecenderungan cyberbullying Remaja Dimensi openness to experience tinggi 1.Perkembangan fisik 2.Perkembangan kognitif 3. Perkembangan sosioemosional Remaja cenderung kreatif, eksploratif namun kurang memiliki kontrol diri , memiliki sensitivitas tinggi, bergairah,ekspresif dan impulsif Agresi verbal tinggi Kecenderungan remaja melakukan cyberbullying PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Remaja Dimensi openness to experience rendah 1.Perkembangan fisik 2.Perkembangan kognitif 3. Perkembangan sosioemosional Remaja cenderung tidak kreatif, patuh pada aturan, dan bertindak sesuai dengan norma baik dan tidak baik Agresi verbal rendah Kecenderungan remaja melakukan cyberbullying rendah 42 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI F. Hippotesis Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah : 1. Ada hubungan antara dimensi extraversion dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor extraversion maka akan memunculkan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. 2. Ada hubungan antara dimensi openness to experience dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor openness to experience maka akan memunculkan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying 43 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi dari satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Sangadji, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yaitu cyberbullying dan dimensi kepribadian big five yaitu extraversion dan openness to experience. B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five 2. Variabel tergantung : cyberbullying C. Definisi Operasional 1. Cyberbullying Cyberbullying adalah bentuk dari tindakan bullying yang menggunakan media elektronik dan alat komunikasi dan informasi seperti telepon seluler, email, chat rooms, blogs, game online, media sosial maupun pesan singkat yang digunakan oleh seseorang maupun kelompok secara sengaja, terus menerus atau berulang dengan tujuan mengganggu 44 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 atau menyakiti orang lain. Cyberbullying tersebut diungkap dengan menggunakan skala kecenderungan menjadi pelaku cyberbullying dengan aspek yang merujuk pada sifat bullying yaitu intimidasi, power, dan kontinuitas yang kemudian disesuaikan dengan berbagai macam media elektronik dan komunikasi yang digunakan sehingga dapat menilai praktik cyberbullying. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala terpakai cyberbullying Mawardah (2012). Semakin besar skor yang didapat maka tingkat kecenderungan melakukan tindakan cyberbullying semakin tinggi dan begitu sebaliknya. 2. Kepribadian Big Five Kepribadian big five merupakan kepribadian yang memuat lima faktor kepribadian manusia yaitu Agreeableness, Extraversion, Neurotisicm, Openness to Experience dan Conscientiousnes. Kepribadian big five diungkap dengan menggunakan skala Kepribadian big five yang mengacu dari IPIP (the International Personality Item Pool). Semakin besar skor yang didapat maka semakin cenderung tinggi seseorang memiliki faktor kepribadian big five tersebut. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan usia 12-18 tahun dan telah menggunakan telepon seluler ataupun internet sekurang-kurangnya satu tahun. Menurut hasil penelitian, remaja dan anak muda pada rentang usia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 tersebut cenderung mudah terlibat dalam tindakan cyberbullying (Price & Dalgleish, 2010). Selain itu, pengguna internet yang mayoritas menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain 91% diantaranya didominasi oleh remaja (Amanda Lenhart, 2012). Oleh karena itu peneliti mengambil subyek penelitian pada kategori remaja. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala cyberbullying yang disusun menggunakan metode likert. Skala ini merupakan skala terpakai dari Mawardah (2012). Hal ini peneliti lakukan karena alat ukur tersebut sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin peneliti lihat dalam penelitian ini serta alat ukur tersebut telah memenuhi kriteria alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya dan telah memenuhi beberapa criteria yaitu reliable, valid, standar, ekonomis dan praktis (Azwar, 2009). Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan skala kepribadian big five yang mengadaptasi dari IPIP ( the International Personality Item Pool). Skala kepribadian big five ini disusun oleh R. Goldberg. 1. Skala cyberbullying Skala cyberbullying terdiri dari 47 pertanyaan dengan menggunakan 5 pilihan respon yaitu SL (selalu), SR (sering), KD (kadang-kadang), JR (jarang), dan TP (tidak pernah). Semua pernyataan terdiri dari 25 pernyataan favorable dan 22 pernyataan unfavorable. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Tabel 3.1 Penilaian skor jawaban favorable dan unfavorable Pilihan jawaban Favorable Skor Unfavorable SL TP 4 SR JR 3 KD KD 2 JR SR 1 TP SL 0 Tabel 3.2 Komponen skala cyberbullying Aspek Nomor aitem Favorable Intimidasi Power Total % Unfavorable 1, 2, 3, 4, 5, 26, 27, 28, 6, 7, 8, 9, 10 29, 30, 31, 32 11, 12, 13, 33, 34, 35, 17 36 14 30 16 34 14, 15, 16, 17 36, 37, 38, 39 Kontiunitas 18, 19, 20, 40, 41, 42, 21, 22, 23, 43, 44, 45, 24, 25 46, 47 Total 47 100 % 2. Skala Kepribadian Big Five Skala big five yang digunakan mengadaptasi dan memodifikasi dari International Personality Item Pools (IPIP) yang dirancang oleh R. Goldberg. memudahkan Skala setiap ini dirancang peneliti dan dalam dipublikasikan untuk mengakses skala, mengadministrasikan dan skoring. Skala big five dari Goldberg ini telah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 banyak digunakan oleh para peneliti beberapa diantaranya yaitu oleh Khotimah (2013), Herarti (2012), Prasasti (2011) dan Sari (2010). Skala ini mengukur lima dimensi kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience. Skala big five disusun menggunakan metode likert yang terdiri dari 50 item. Setiap dimensi kepribadian terdiri dari 10 item yang disusun atas pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable. Skala big five memiliki 5 pilihan respon jawaban yaitu SKS (sangat kurang setuju), KS (kurang setuju), AST (antara setuju dan tidak setuju), AS (agak setuju), dan SS (sangat setuju). Berikut ini adalah penilaian untuk setiap pilihan jawaban favorable dan unfavorable : Tabel 3.3 Penilaian untuk jawaban favorable dan unfavorable Pilihan Jawaban Favorable Skor Unfavorable SS SKS 5 AS KS 4 AST AST 3 KS AS 2 SKS SS 1 Skor tersebut dihitung berdasarkan skor total untuk setiap dimensinya. Semakin tinggi nilai skor total maka semakin cenderung tinggi seseorang memiliki faktor kepribadian big five tersebut. Tabel 3.4 Komponen skala kepribadian big five PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dimensi Nomor Item Favorable Extraversion 1, 11, 21, Total 49 % Unfavorable 6, 16, 26, 36, 46 10 20 % 2, 12, 22, 32 10 20 % 8, 18, 28, 38 10 20% 4, 14, 24, 29, 34, 10 20% 10 20% 31, 41 Agreeableness 7, 17, 27, 37, 42, 47 Conscientiousness 3, 13, 23, 33, 43, 48 Neuroticism 9, 19 39, 44, 49 Openness experience to 5, 15, 25, 10, 20, 30, 40 35, 45, 50 Total 100% F. Validitas dan Reliabititas Alat Ukur 1. Validitas Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2009). Dalam skala pada penelitian ini validitas diuji dengan penilaian analisis rasional yang dilakukan oleh dosen pembimbing. 2. Seleksi item Seleksi item pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan itemitem yang berkualitas. Batasan untuk menentukan item-item yang berkualitas adalah ≥ 0,30, namun dalam kasus tertentu, batasan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 tersebut dapat diturunkan menjadi 0,25 dengan suatu pertimbangan (Azwar, 2009). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS 16.0, didapatkan hasil item pada skala cyberbullying memiliki koefisien korelasi aitem-total (rix) sebesar 0,099 sampai 0,848. Sedangkan pada skala kepribadian big five memiliki koefisien korelasi aitem-total (rix) yang berkisar antara 0,45 sampai 0,568 untuk dimensi extraversion, antara 0,112 sampai 0,523 untuk dimensi agreeableness, antara 0,101 sampai 0,455 untuk dimensi conscientiousness, antara – 0,056 sampai 0,345 untuk dimensi neurotisicm dan antara 0,049 sampai 0,629 untuk dimensi openness to experience. Berdasarkan hasil seleksi item untuk skala cyberbulying dengan batasan rxi ≥ 0,30 diperoleh 33 item yang lolos dan 14 item yang gugur. Sedangkan untuk skala kepribadian big five dengan batasan rxi ≥ 0,30 diperoleh 28 item yang lolos dan 22 item yang gugur. Berikut ini adalah distribusi skala cyberbullying dan skala kepribadian big five berdasarkan hasil dari seleksi item yang telah dilakukan. Tabel 3.5 Distribusi skala cyberbullying Aspek Nomor item Total Favorable Unfavorable Intimidasi 1,6,7 26,27,28,29,30,31,32 10 Power 12,14,17, 33, 34,35,36,37,38,39 10 40,41,42,43,44,45,46,47 13 Kontinuitas 18,20,22,24,25 Total 33 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Tabel 3.6 Distribusi skala kepribadian big five Dimensi Nomor item Total Favorable Unfavorable Extraversion 1,21 36,46 4 Agreeableness 7,17,27,42,47 2,12,32 8 Conscientiousness 3,13,23,43,48 8,18 7 Neuroticism 9 4,49 3 10,30 6 Openness to 15,25,35,50 Experience Total 28 3. Reliabilitas Reliabilitas merupakan keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan maupun konsistensi dari alat ukur, dengan kata lain reliabilitas merupakan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi angka reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya jika semakin rendah angka reliabilitasnya mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2009). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik koefisien alpha cronbach. Dalam perhitungannya, didapatkan hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 bahwa reliabilitas untuk skala kecenderungan cyber bullying sebesar 0,951 dan reliabilitas untuk skala kepribadian big five sebesar 0,832 . G. Metode analisis data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data pada variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini. Jika nilai signifikan (p) ≥ 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. c. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara skor variabel independen yaitu kepribadian big five dan variabel dependen yaitu cyberbullying merupakan garis linear atau tidak. Jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05 maka hubungan antara variabel mengikuti garis linear. Sedangkan jika nilai signifikan (p) ≥ 0,05 maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak linear. 2. Uji hipotesis Uji hipotes dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS windows versi 16.0. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tryout Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur . Uji coba alat ukur bertujuan untuk mendapatkan itemitem yang valid dan reliable pada skala kepribadian big five dan skala cyberbullying. Uji coba alat ukur tersebut dilakukan pada subjek remaja di SMA Budya Wacana dan subjek remaja yang berusia 12-18 tahun yang sedang berada di pusat perbelanjaan di Yogyakarta pada tanggal 10 Februari 2015 dan 19 Februari 2015. Subjek yang digunakan dalam uji coba berjumlah 100 orang dan masing-masing subjek diberikan dua skala yaitu skala kepribadian big five dan skala cyberbullying. B. Pelaksanaan Penelitian Peneliltian ini dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015 dan tanggal 25 Mei 2015. Skala tersebut diberikan kepada 160 siswa dengan rincian 94 siswa Sekolah Menengah Pertama di SMP Stella Duce 2 dan 66 siswa dari Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta yaitu 34 siswa dari SMA Kolose De Brito dan 32 siswa dari SMA Stella Duce 1. 53 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 C. Analisis Data 1. Deskripsi subjek penelitian a. Jenis kelamin Total subjek dalam penelitian ini adalah 160 siswa dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang terdiri dari 96 perempuan dan 64 laki-laki. Berikut ini rincian jenis kelamin subjek penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.1 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian Jenis kelamin Total Perempuan Laki-laki 96 64 160 b. Usia Subjek pada penelitian ini memiliki rentang usia 12 sampai 18 tahun. Berikut ini tabel deskripsi usia subjek penelitian. Tabel 4.2 Deskripsi usia subjek penelitian Usia Total 12-15 tahun 16-18 tahun 99 61 160 2. Statistik deskriptif penelitian Dibawah ini merupakan rangkuman dari mean teoritik, mean empiris dan standar deviasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Tabel 4.3. Hasil statistik deskriptif Variabel N Min Max Mean Mean St. Sig.(2- Teoritik Empiris Deviasi tailed) X1 160 6 20 12 12,92 25,92 0,000 X2 160 9 30 18 21,03 3,775 0,000 Y 160 0 107 66 26,29 24,035 0,000 Keterangan : X1 : Extraversion X2 : Openness to Experience Y : variabel dependen yaitu cyberbullying Uji statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran statistik data berupa mean, standar deviasi dan lain-lain dari kedua variabel yaitu dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dan cyberbullying. Berdasarkan rangkuman tabel diatas dimensi exktraversion dan dimensi openness to experience dari variabel kepribadian memiliki nilai mean empiris yang lebih besar dari mean teoritiknya, hal ini berarti subjek cenderung memilliki tingkat extraversion dan openness to experience yang cukup tinggi. Sedangkan pada variabel cyberbullying memiliki nilai mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritiknya, hal ini menandakan bahwa kecenderungan subjek melakukan cyberbullying tergolong rendah. Perbedaan nilai mean empiris dan teoritik ini juga signifikan jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 ( p < 0,05). Hal ini berarti perbedaan antara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 rerata kepribadian big five dan rerata cyberbullying berbeda secara signifikan. 3. Uji normalitas Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa data dimensi kepribadian big five memiliki sebaran yang normal. Hal ini dapat ditunjukan dari nilai p ≥ 0,05. Untuk dimensi ektraversion nilai p sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan yaitu 0,051 dan untuk dimensi openness to experience memiliki nilai p ≥ 0,05 yaitu 0,232. Sedangkan variabel cyberbullying memiliki sebaran data yang tidak normal, hal ini ditunjukkan dari nilai p ≤ 0,05. Berikut hasil analisis data menggunakan KolmogorovSmirnov. Tabel 4.4 Hasil tes Kolmogorov-Smirnov Variabel Kolmogorov- Sig smirnov Ektraversion 1,354 0,051 Openness to Experience 1,037 0,232 Cyberbullying 2,180 0,000 4. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five sebagai variabel PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 independen dan cyberbullying sebagai variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak. Hubungan dikatakan linear jika kenaikan skor dari variabel independen diikuti oleh kenaikan skor dari variabel dependen. Uji linearitas ini menggunakan test for linearity. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel cyberbullying dan dimensi opennes to experience tergolong linear dengan nilai signifikansi ≤ 0,05 yaitu 0,002. Sedangkan pada variabel cyberbullying dengan extraversion dapat dikatakan tidak linear, hal ini dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05 yaitu 0,591. Tabel 4.5 Hasil uji linearitas Hubungan F Signifikansi Cyberbullying*Extraversion 0,291 0,591 Cyberbullying*Openness to 9,656 0,002 Experience Gambar 4.1 Scaterplot Cyberbullying*Extraversion PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Gambar 4.2 Scaterplot Cyberbullying*Openness to experience 5. Uji hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan diantara dua variabel atau lebih dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variebel yang satu terhadap variebel yang lain. Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Spearman-Rho. Hal ini dilakukan karena salah satu sebaran data penelitian tidak normal yaitu data penelitian pada variabel cyberbullying. Berikut tabel analisis korelasi atau uji hipotesis dari kedua variabel. Tabel 4.6 Uji hipotesis kedua variabel Extraversion dan kecenderungan R P -0,026 0,373 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 cyberbullying Openness to experience dan -0,211 0,004 kecenderungan cyberbullying Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara dimensi extraversion dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor extraversion maka akan memunculkan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Hasil analisis korelasi menunjukkan nilai koefesien korelasi sebesar - 0,026 dengan nilai signifikansi sebesar 0,373 ( p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel yaitu dimensi extraversion dengan kecenderungan melakukan cyberbullying. Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak. Sedangkan, hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara dimensi openness to experience dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor openness to experience maka akan memunculkan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Hasil analisis korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar - 0,211 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 ( p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel yaitu dimensi openness to experience dengan kecenderungan melakukan cyberbullying. Selain itu, dilihat dari nilai koefisiennya yang negatif (0,211) berarti dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi bersifat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 negatif hal ini berarti semakin tinggi skor opennes to experience maka semakin rendah kecenderungan melakukan cyberbullying. Hipotesis kedua dalam penelitian ini juga ditolak. D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Kepribadian big five memiliki lima dimensi yaitu agreableness, extraversion, neuroticism, conscientiousness, dan openness to experience. Penelitian ini hanya berfokus pada dua dimensi yaitu extraversion dan opennes to experience. Hal ini dikarenakan pada penelitian-penelitian sebelumnya telah menguji dan menemukan hubungan tiga dimensi kepribadian big five dengan tindakan agresi dan cyberbullying yaitu dimensi agreableness, extraversion, dan neuroticism. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dimensi extraversion tidak berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan cyberbullying. Sedangkan pada dimensi openness to experience diketahui memiliki hubungan yang signifikan namun bersifat negatif atau dengan kata lain kedua hipotesis pada penelitian ini ditolak. Penelitian ini menggunakan skala cyberbullying terpakai dari Mutia Mawardah. Alat ukur tersebut digunakan karena sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam penelitian ini serta alat ukur tersebut telah memenuhi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 kriteria alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya dan telah memenuhi beberapa kriteria yaitu reliable, valid, standar, ekonomis dan praktis (Azwar, 2009). Sedangkan menurut Widhiarso (2012) reliabilitas yang tinggi tidak menjamin skala yang digunakan cukup valid. Hal ini karena reliabilitas yang tinggi dapat muncul dari skala yang kurang valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dimensi extraversion dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying dan ada hubungan yang negatif antara dimensi openness to experience dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying atau dengan kata lain kedua hipotesis ditolak. Hal tersebut dapat dijelaskan dari keterbatasan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Keterbatasan alat ukur tersebut terletak pada penulisan item unfavorable yang menggunakan kata “tidak” pada variabel cyberbullying. Penulisan butir item tersebut cenderung mengarahkan respon subjek pada indikator perilaku yang akan diukur yaitu kecenderungan melakukan cyberbullying. Hal ini membuat subjek memilih respon jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Selain itu, penulisan butir item yang kurang tepat tersebut diduga juga berkontribusi terhadap distribusi data pada variabel cyberbullying yang tidak normal. Hal ini berarti bahwa variabel cyberbullying tidak menunjukkan pengaruh hubungan yang signifikan sehingga kedua hipotesis dalam penelitian ini ditolak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Faktor kedua yang diduga mempengaruhi hasil penelitian adalah kecenderungan cyberbullying pada remaja dalam penelitian ini masuk dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empiris yang lebih rendah daripada nilai mean teoritik (26,29 > 66) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Kecenderungan cyberbullying yang masuk dalam kategori rendah ini dapat disebabkan oleh karakteristik personal subjek yaitu dilihat dari jenis kelamin. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 160 dimana sebagian besar didominasi oleh remaja perempuan yaitu sebanyak 96 sedangkan remaja laki-laki sebanyak 64. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa laki-laki lebih berpotensi besar untuk terlibat dalam cyberbullying dan cenderung mudah untuk menunjukkan perilaku cyberbullying dari pada perempuan yang lebih cenderung berpotensi untuk menjadi target atau korban cyberbullying (Alonzo & Aiken dalam Kowalski dkk, 2012 ; Dilmac, 2009 ; Ozden & Icellioglu, 2014). Menurut teori agresi yang dikemukakan oleh Bartol (dalam Sarwono, 1988) proses sosialisasi pada masa kanak-kanak memberi pengaruh atau menghasilkan sifat-sifat yang khas pada remaja. Sifat-sifat ekspansif atau exploratif, manipulatif, dan agresif adalah sifat khas remaja laki-laki sedangkan sifatsifat submisif, memelihara, menahan diri dan non agresif menjadi sifat khas remaja perempuan. Disisi lain, penelitian menemukan bahwa remaja perempuan lebih cenderung dan sering terilibat dalam tindakan cyberbullying daripada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 remaja laki-laki (Smith, Mahdavi dkk, 2008 ; Kowalski & Limber dalam Kowalski dkk, 2012). Hal ini sesuai dengan teori agresi yang mengatakan bahwa perilaku agresi laki-laki cenderung mudah diekspresikan secara langsung sedangkan perilaku agresi pada perempuan sulit diekspresikan secara langsung sehingga perempuan cenderung melakukan perilaku agresi secara tidak langsung atau indirect seperti bergosip atau menyebarkan rumor, memanipulasi orang lain untuk mengancam orang lain (Baron & Byrne, 2005). Perilaku agresi tidak langsung tersebut merupakan salah satu bentuk dari cyberbullying. Disamping itu, beberapa penelitian mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan cyberbullying (Hinduja & Patchin, Mishna dkk dalam Kowalksi dkk, 2012). Laki-laki ataupun perempuan memiliki porsi yang hampir sama untuk melakukan cyberbullying, perbedaan yang dapat ditemukan hanya terletak pada frekuensi dan intensitasnya dalam perilaku cyberbullying yaitu dikatakan bahwa frekuensi laki-laki lebih besar dari pada perempuan untuk melakukan cyberbullying (Kowalski dkk, 2012). Faktor lainnya yang diduga juga mempengaruhi hasil penelitian ini adalah faktor teman sebaya. Menurut penelitian yang dilakukan Gottfried (2012) pengalaman melakukan cyberbullying di Indonesia sebagian besar terjadi dalam lingkup atau komunitas teman sebaya, dengan kata lain teman sebaya memberi pengaruh terhadap remaja di Indonesia dalam melakukan cyberbullying. Dalam penelitian tersebut Gottfried mengungkapkan bahwa 53 % remaja di Indonesia yang melakukan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 cyberbullying dipengaruhi oleh komunitas teman sebaya, sedangkan sisanya 37 % dipengaruhi oleh faktor lain dari dalam maupun dari luar diri remaja itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Gottfried tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kepribadian dalam penelitian ini diduga hanya berkontribusi kecil terhadap kecenderungan remaja di Indonesia dalam melakukan cyberbullying. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada alat ukur yang digunakan untuk melihat kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Alat ukur tersebut memiliki kelemahan pada butir penulisan item unfavorable, dimana item tersebut cenderung mengarahkan respon subjek. Hal ini menyebabkan data pada penelitian ini tidak menunjukkan keadaan yang sesuangguhnya dari subjek. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dimensi extraversion dalam kepribadian big five tidak terbukti berhubungan signifikan dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (r = - 0,026, p = 0,373 > 0,05). Sedangkan pada dimensi openness to experience dalam kepribadian big five terbukti berkorelasi negatif dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (r = - 0,211, p = 0,004 < 0,05). Hubungan bersifat negatif artinya semakin tinggi skor openness to experience maka semakin rendah kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. B. Saran Berdasarkan penelitian secara keseluruhan dan keterbatasan peneliti, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut 1. Bagi remaja Berdasarkan hasil penelitian, subjek pada penelitian ini memiliki tingkat kecenderungan melakukan cyberbullying yang rendah. Meskipun demikian, remaja diharapkan dapat menggunakan sarana teknologi dan komunikasi seperti smartphone ataupun media sosial secara bijak dan terkontrol sehingga kecenderungan remaja melakukan cyberbullying tidak terjadi. 2. Bagi orangtua dan pendidik 65 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan orangtua dan pendidik sebagai pendamping bagi remaja dapat melakukan kontrol dan pendampingan dalam menggunakan teknologi komunikasi yang semakin pesat perkembangannya saat ini, sehingga kecenderungan remaja terlibat dalam cyberbullying rendah. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat meneliti kembali hubungan antara dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying dengan memperbaiki alat ukur yang telah digunakan untuk mengkaji kembali hasil penelitian yang telah didapatkan pada penelitian ini. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA ______.(2013). 41 Juta Masyarakat Indonesia Miliki Smartphone. Diakses 12 Februari 2014, dari http://www.the-marketeers.com. ______.(2014). Sekolah Tinggi-Tinggi Tapi Mulut Tidak Berbudaya. Diakses 4 september 2014, dari m.kaskus.co.id. Aziffa. (2014). Mahasiswa S2 diBully di Media Sosial. Diakses 4 september 2014, dari http://regional.kompas.com. Azizah Nur. (2005). Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatarbelakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Azwar.Saifuddin.Dr. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Beran Tanya ; Li Qing. (2007). The Relationship Between Cyber Bullying and School Bullying. Journal of Student Wellbeing. Vol.1(2).15-33. Berkowitz.L. (1995). Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Bianchi.A ; Philips.G.James (2005). Psychological Predictor of Problem Mobile Phone Use. Cyber Psychology and Behavior. Brack. Kerryn ; Caltabiano.Nerina. (2012). Cyberbullying and Personality in Australian Adults. James Cook University. Çelik, S., Atak, H., & Erguzen, A. (2012). The effect of Personality on Cyberbullying Among University Students in Turkey. Eurasian Journal of Educational Research, 49, 129-150. Dilmac.B (2009). Pschycological Needs as a Predictor of Cyber Bullying: a Preliminary Report on College Student. Turkey : 42090 MeramKonya. 67 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Dilmac.B ; Aydogan.D. (2010). Parental Attitude as a Predictor of Cyber Bullying among Primary School Children. Engineering and Technology Research. Dilmaç.B ; Aydoğan.D. (2010). Values as a Predictor of Cyber-bullying Among Secondary School Students. International Journal of Social, Management, Economics and Business Engineering. Feist,J. & Feist,G.J. (2006). Theories of Personality. Six Edition. New York : McGraw Hill. Gary B, Thomas J ; Misty E. (2007). Definisi Smartphone Menurut Ahli. Diakses Februari 2014, dari http://baturajahebat.com. Goldberg,L.R ; Johnson,J.A ; Eber,H.W ; Hogan,R ; Ashton,M.C ; Cloningerr,C.R ; Gough,H.G. (2006). The International Personality Item Pool and Future of Public-Domain Personality Measure. Journal of Research in Personality. Gottfried. (2012). One in Ten (12%) Parents Online, Around the World Say Their Child Has Been Cyberbullied, 26% Say They Know of a Child Who Has Experienced Same in Their Community. Diakses juli 2015, dari http://www.ipsos-na.com Grene, M.B. (2003). Counseling and Climate Change as Treatment Modalities for Bullying in school. International Journal for The Advancement of Counseling. Herarti Martha. (2012). Hubungan Antara Dimensi Kepribadian dengan Tingkat Burnout pada Perawat IGD Rumah Sakit di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Hinduja.S ; Patchin.W.Justin. (2012). Social Influence on Cyber Bullying Behaviors Among Middle and High School Student. Journal Youth Adolescent. John. P & Savratas. S. (1999). The Big-Five Trait Taxonomy: History, Measurement, and Theoretical Perspectives. University of California : Department Psychology. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 Jones.(2013). Social Media’s Affect on Human Interaction. Diakses 8 september 2015, dari http://www.hastac.org. Juvonen. (2003). Bullying among Young Adolescents : The Strong, The Weak, and The Troubled. Keith.S ; Martin.M.E. (2005). Cyber Bullying : Creating a Culture of Respect in a Cyber World. Reclaiming Children and Youth. Khotimah.H. (2013). Hubungan antara Kelekatan Anak-Orangtua, Dimensi Kepribadian Big Five dan Kecenderungan Psikopat Pada Remaja di Lembaga Pemasyarakatan. Thesis (tidak dipublikasikan) Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Kokkinos.C.M ; Antoniadou.N ; Dalara.E ; Koufogazou A ; Papatzlki A. (2013). Cyber Bullying, Personality and Coping among Pre Adolescents. Journal of Cyber Behavior, Psychology and Learning. Kowalski.M ; Limber.S ; Limber.S.P ; Agatston.P.W.(2012). Cyber bullying: Bullying in The Digital Age. Second Edition. Wiley Blackwell. Lenhart Amanda. (2012). Teens, Smartphone and Texting. Pew Research Center‟s Internet & American Life Project. Dipungut dari http://pewinternet.org/Reports/2012/Teens-and-smartphones.aspx Li Qing ; Smith.P.K ; Cross.D. (2011). E Book. Cyber Bullying in The Global Playground: Research From International Perspective. Wiley Blackwell. Mason,K.L. (2008). Cyber bullying: a Preliminary Assessment for School Personel. Psychology in The Schools. Mastuti. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi IPIP) Pada Mahasiswa Suku Jawa. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga: Insan Vol.7 No.3 Mawardah.M. (2012). Hubungan antara Kelompok Teman Sebaya dan Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Menjadi Pelaku Cyber PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Bullying pada Remaja. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Thesis) tidak dipublikasikan. Mohamad Ardyan. (2013). 5 Media Sosial yang Digunakan Orang Indonesia. Diakses tanggal 22 Agustus 2015, dari http://www.merdeka.com NCH. (2009). Putting U in The Picture-Mobile Phone bullying survey 2005. Dipungut dari www.nch.org. Olweus.D. (2012). Invited Expert Discussion Paper Cyber Bullying: An Overrated Phenomenon. Eropean Journal of Developmental Psychology 520-538. Ozden.S.Melis ; Icellioglu.Serra. (2014). The Perception of Cyber Bullying and Cyber Victimization by University Student in Term of Personality Factor. Social and Behavioral Science. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi Perkembangan (ed. ke-10, bag. II). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Pisch. M. (2010). Examining Adolescent Cyberbullying in Saskatchewan. Thesis. Department of Educational Psychology and Special Education. University of Saskatchewan. Prasasti, N.A. Renny. (2011). Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Prayogi. (2014). Pengguna Smartphone. Diakses 12 Februari 2014, dari http://techno.okezone.com. Price.M ; Dalgleish.J. (2010). Cyber Bullying : Experience, Impact, and Coping Strategie as Described by Australian Young People. Youth Studies Australia. Priyatno.D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 Priyatno.D. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik san Non Parametrik Dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media. Raad, B.D & Perugni.M. (2002). Big Five Assesment. Gottingen : Hogrefe & Huber Publisher. Reza Iqbal. (2015). Pengguna Internet di Indonesia. Diakses tanggal 22 Agustus 2015, dari http://tekno.liputan6.com. Riauskina, I, I ; Djuwita, R ; Soestio, S.R. (2005). “Gencet-Gencet” di Mata Siswa/Siswi kelas 1 SMA : Naskah Kognitif Tentang Arti Skenario dan Dampak Gencet-gencetan. Jurnal Psikologi Sosial diakses dari (http://www.google.co.id/bully“bullying”dalam dunia pendidikan (bagian 1)<<POPsy!Jurnal Psikologi Populer). Royananda. (2013). Pengaruh sosial media terhadap interaksi manusia. Diakses 8 september 2015, dari www.royananda.blogspot.com Rudi, T. (2010). Informasi Perihal Bullying (e-book). Blog Indonesian Anti Bullying. Sangadji.M.E ; M.M.Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi Santrock.W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sari.A.Dian. (2010). Uji Validitas Alat Ukur Big Five Personality (Adaptasi dari IPIP) Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Hidayatullah : Jakarta. Sarwono.W.Sarlito,Dr. (1988). Agresi Manusia. Bandung : PT Eresco. Shariff & Shaheen. (2008). Cyber bullying : issues and solution for the school, the clasroom and the home. New York: Routledge. Smith.P.K ; Mahdavi.J ; Carvalho.M ; Fisher.S ; Russell.S ; Tippett.N. (2008). Cyber Bullying: its Nature and Impact in Secondary School Pupils. Journal of Child Psychology and Psychiatry. Sulaiman. (2014). Kasus-Kasus Cyberbullying yang Berakhir Tragis. Diakses 11 Juni 2014, dari http://m.detik.com. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 McCrae, R. R., &Sutin, A.R. (2009).Openness to Experience. In M. R. Leary and R. H. Hoyle (Eds.), Handbook of Individual Differences in Social Behavior (pp. 257-273). New York: Guilford. Talley.A ; Bettencourt.Ann.B ; Benjamin.J.Arlin ; Valentine. Jeffrey. (2006). Personality and Aggressive Behavior Under Provoking and Neutral Conditions: A Meta-Analytic Review. American Psychological Association. Upi. (2010). Lebih Dari 25% Remaja Alami Cyberbullying. Diakses 15 Februari 2014, dari http://ictwatch.com/. Vandebosch, H ; Cleemput. K.V (2008). Defining Cyber bullying: a Qualitatif Research into The Perceptions of Youngsters. Cyber Psychology and Behavior. Vazquez. (2014). Society’s Social Interaction is Being Killed by Social Media. Diakses 8 september 2015, dari www.patriottation.com Widhiarso. (2012). Hasil Uji Tidak Signifikan Bisa Jadi Karena Penulisan Butir Item yang Kurang Tepat. Diakses 1 September 2014, dari Widhiarso.staff.ugm.ac.id. Yonida. (2015). Penggunaan Media Sosial di Indonesia Mulai Tersegmentasi Berdasarkan Kebutuhan. Diakses 8 september 2015, dari http://dailysocial.net. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 73 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1. Skala SKALA PENELITIAN NAMA : Cicilia Verina Krisniminarti NIM : 10911413 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 74 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Pernyataan Kesediaan SKALA I Pada kesempatan ini, Anda akan mendapatkan dua (2) buah skala, saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi sejumlah pernyataan- PETUNJUK KHUSUS : pernyataan yang saya sertakan sesuai dengan kondisi diri anda.. Dalam skala Di bawah ini terdiri dari 28 pernyataan yang menggambarkan ciri-ciri penelitian ini tidak ada penilaian jawaban benar atau salah, sehingga Anda kepribadian. Anda di minta secara jujur menyatakan seberapa jauh Anda diharapkan menjawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi diri setuju dengan pernyataan yang menggambarkan : Anda. Usahakan jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan. Atas kesediaan Anda untuk mengisi sejumlah pernyataan ini, saya sampaikan terimakasih. -BAGAIMANA ANDA MENILAI DIRI ANDA SENDIRIDalam skala ini semua jawaban adalah benar, tidak ada jawaban yang salah. Oleh sebab itu, jawablah yang sesuai dengan keadaan diri Anda. Peneliti, Cicilia Verina Krisniminarti PSI/USD/109113114 Identitas Diri Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Berikut ini pilihan jawabannya : SKS : Jika anda merasa Sangat kurang Setuju KS : Jika Anda merasa Kurang Setuju AST : Jika Anda merasa antara Setuju dengan Tidak Setuju Inisial : AS : Jika anda merasa Agak Setuju Usia : SS : Jika Anda merasa Sangat Setuju Jenis kelamin : Contoh : Kelas : Suku : Lama menggunakan ponsel : _________________ Lama mengunakan internet : _________________ No Pernyataan 1. Saya mudah tersinggung SKS KS AST AS √ Bacalah dengan cermat, jika sudah selesai harap diperiksa kembali jangan sampai ada yang terlewati ! -SELAMAT MENGERJAKAN- No 1. 2. Pernyataan Saya menghidupkan suasana Saya merasa kurang SKS KS AST AS SS SS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19 20. 21. memiliki kepedulian terhadap orang lain Saya selalu siap Saya mudah merasa tertekan Saya tertarik dengan oranglain Saya meninggalkan barang-barang sembarangan Saya merasa tenang setiap waktu Saya memiliki kesulitan memahami gagasan/ ideide abstrak Saya menghina orang lain Saya memperhatikan halhal kecil Saya mempunyai imajinasi yang hidup Saya simpati dengan perasaan orang lain Saya membuat sesuatu berantakan Saya memulai percakapan Saya melakukan tugas atau pekerjaan dengan segera Saya memiliki gagasan/ ide-ide yang cemerlang Saya memiliki perasaan yang lembut Saya tidak memiliki imajinasi yang baik Saya tidak tertarik dengan orang lain Saya memahami sesuatu dengan cepat Saya tidak suka menjadi 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. pusat perhatian Saya merasakan perasaan orang lain Saya mengikuti jadwal atau rencana Saya pendiam dengan orang baru Saya membuat oranglain merasa tenteram Saya cermat dalam pekerjaan Saya sering merasa murung Saya penuh dengan pemikiran atau ide-ide PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 SKALA II 5. PETUNJUK KHUSUS Dibawah ini terdiri dari 33 pernyataan. Dalam skala ini semua jawaban adalah 6. benar, tidak ada jawaban yang salah. Oleh sebab itu, jawablah yang sesuai dengan keadaan dan kondisi diri anda dalam kehidupan sehari-hari. Skala ini terdapat 5 rentang pilihan. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Berikut ini adalah pilihan jawabannya : SL : Selalu 7. SR : Sering KD : Kadang-kadang JR : Jarang TP : Tidak pernah 8. Contoh : No Pernyataan 1. Saya mengirim pesan berbahaya dijejaring sosial teman SL SR √ KD JR TP 9. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, jika sudah selesai periksalah kembali jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan !! No 1. 2. 3. 4. Pernyataan Saya mengancam teman saya di jejaring sosial, jika saya merasa dirugikan Saya meneror seseorang lewat sms jika orang tersebut telah mencampuri urusan saya Saya berbohong tentang seseorang atau memulai rumor/isu/gossip tentang mereka Saya melecehkan teman SL SR KD JR TP 10. 11. 12. saya yang lemah di jejaring sosial sehingga dapat menyingung mereka Saya mengirimkan pesan (sms) ancaman kepada teman saya yang lemah Pada saat bermain game online, saya mengabaikan teman saya yang kemampuannya dibawah saya Saya mengancam akan mengalahkan atau menyakiti seseorang dijejaring sosial secara berulang-ulang Saya membicarakan teman saya, membuat rumor/isu/gossip/dan mengolok-olok teman saya dijejaring sosial secara berulang-ulang Saya mengirimkan pesan (sms) ancaman kepada teman saya yang membuat saya kesal secara berulangulang Saya mengirimkan alert untuk account game online teman saya, agar dinonaktifkkan secara berulang-ulang Saya memanggil teman saya dengan nama yang tidak mereka sukai pada saat bermain game online secara berulang-ulang Saya sulit memberikan komentar-komentar porno/negatif kepada teman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. saya Saya tidak mengabaikan teman saya ketika saya dan teman lainnya sedang asyik melakukan sesuatu Saya tidak meneror seseorang lewat sms jika orang tersebut telah mencampuri urusan saya Saya tidak berbohong tentang seseorang / memulai rumor/isu/gossip tentang mereka lewat sms Saya tidak mengambil foto didalam handphone (HP) teman saya tanpa izin dari mereka Saya tidak mengatakan halhal untuk menjatuhkan dan mempermalukan teman saya digame online Saya tidak menganggu teman saya pada saat bermain game online Saya tidak menunjukkan suatu keburukan teman saya yang lemah ke teman-teman yang lain Saya tidak melecehkan teman saya yang lemah dijejaring sosial sehingga dapat menyingung mereka Saya tidak merubah password jejaring sosial teman saya yang saya anggap dia lemah Saya tidak mengirim pesan (sms) ancaman kepada teman saya yang lemah 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Saya membalas sms dari teman yang saya anggap dia adalah teman yang aneh Saya tidak menyuruh orang lain untuk menghack account game online teman saya karena telah membuat saya marah Pada saat bermain game online saya tidak mengabaikan teman saya yang kemampuannya di bawah saya Saya tidak mengancam akan mengalahkan atau menyakiti sseorang dijejaring sosial secara berulang-ulang Saya tidak mengirimkan sesuatu (note,Wall, tweet) yang menyakiti untuk teman saya, walaupun tidak menyantumkan nama mereka secara langsung di jejaring sosial secara berulang-ulang Saya tidak membicarakan teman saya, membuat rumor/isu/gossip dan mengolok-olok teman saya di jejaring sosial secara berulang-ulang Saya tidak mendiamkan atau tidak menghiraukan atau mengabaikan seseorang, tidak membalas chattingnya secara berulang-ulang Saya tidak mengirimkan pesan (sms) ancaman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 31 32. 33. kepada teman saya yang membuat saya kesal secara berulang-ulang Saya tidak menganggu (missed call) teman saya secara berulang-ulang Saya tidak mengirimkan alert untuk account game online teman saya, agar dinonaktifkan secara berulang-ulang Saya tidak memanggil teman saya dengan nama yang tidak mereka sukai pada saat bermain game online secara berulangulang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Reliabilitas Skala Kepribadian Big Five Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 100 100.0 0 .0 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .832 50 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted item1 163.24 316.528 .359 .827 item2 163.56 305.461 .523 .822 item3 163.70 313.929 .395 .826 item4 164.18 313.038 .345 .827 item5 163.80 322.768 .139 .832 item6 163.88 320.046 .164 .832 item7 163.11 314.442 .371 .827 item8 163.93 309.278 .404 .825 item9 163.85 316.896 .302 .828 item10 163.99 310.616 .477 .824 item11 163.27 318.704 .230 .830 item12 162.88 311.218 .478 .824 item13 163.58 315.842 .380 .827 item14 164.52 330.232 -.056 .836 80 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI item15 163.36 313.586 .410 .826 item16 164.14 326.021 .045 .834 item17 163.00 313.798 .427 .826 item18 163.57 313.116 .363 .827 item19 164.13 323.993 .113 .832 item20 163.76 326.023 .049 .834 item21 163.43 309.541 .568 .823 item22 163.85 323.119 .112 .833 item23 163.65 313.159 .372 .826 item24 164.51 333.505 -.131 .839 item25 163.64 308.859 .576 .823 item26 163.73 319.048 .214 .830 item27 163.58 314.347 .370 .827 item28 164.20 318.747 .193 .831 item29 164.35 317.886 .227 .830 item30 163.68 313.735 .354 .827 item31 163.78 315.931 .277 .829 item32 163.09 311.376 .500 .824 item33 163.47 315.726 .279 .829 item34 164.53 320.999 .137 .833 item35 163.69 315.994 .325 .828 item36 164.23 314.967 .312 .828 item37 163.42 320.913 .234 .830 item38 163.69 324.115 .101 .833 item39 164.58 321.377 .147 .832 item40 163.68 324.987 .073 .834 item41 164.48 323.868 .084 .834 item42 163.61 314.321 .342 .827 item43 163.42 312.650 .455 .825 item44 164.50 326.253 .035 .835 item45 163.57 321.945 .175 .831 item46 164.19 312.277 .323 .828 item47 163.61 316.786 .341 .828 item48 163.92 317.226 .318 .828 81 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI item49 163.75 316.513 .317 .828 item50 163.60 306.667 .629 .821 Reliabilitas skala cyberbullying Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 100 100.0 0 .0 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .951 47 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted item1 41.54 939.039 .364 .951 item2 41.25 945.341 .209 .952 item3 41.55 948.513 .195 .952 item4 41.07 948.652 .147 .952 item5 40.79 941.925 .226 .952 item6 41.67 944.466 .371 .951 item7 41.71 947.238 .345 .951 item8 41.21 942.713 .236 .952 item9 41.59 944.689 .251 .951 item10 41.18 941.038 .254 .951 82 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI item11 41.59 949.658 .244 .951 item12 41.63 941.084 .441 .951 item13 41.71 949.905 .251 .951 item14 41.74 945.730 .444 .951 item15 40.66 943.398 .175 .952 item16 41.69 948.337 .217 .951 item17 41.30 936.919 .318 .951 item18 41.74 944.255 .430 .951 item19 41.59 947.881 .260 .951 item20 41.53 942.050 .330 .951 item21 40.57 949.359 .099 .952 item22 41.66 942.914 .366 .951 item23 41.37 946.437 .235 .951 item24 41.73 944.522 .456 .951 item25 41.41 935.537 .395 .951 item26 39.98 907.979 .483 .951 item27 40.14 929.374 .327 .951 item28 40.48 887.808 .714 .949 item29 40.50 894.596 .704 .949 item30 40.51 891.263 .730 .949 item31 40.51 880.010 .782 .948 item32 40.41 894.204 .692 .949 item33 40.53 883.928 .773 .949 item34 40.61 879.392 .830 .948 item35 40.70 878.434 .804 .948 item36 40.74 876.497 .830 .948 item37 39.93 898.874 .659 .949 item38 40.66 872.146 .848 .948 item39 40.40 879.636 .810 .948 item40 40.68 876.604 .843 .948 item41 40.55 879.240 .820 .948 item42 40.58 883.216 .810 .948 item43 40.28 897.981 .676 .949 item44 40.69 885.570 .768 .949 83 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI item45 40.50 890.212 .727 .949 item46 40.65 884.917 .737 .949 item47 40.51 882.293 .783 .948 84 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepribadian 160 56 133 97.18 11.761 Extraversion 160 6 20 12.92 2.592 openness_to_experience 160 9 30 21.03 3.775 Cyberbullying 160 0 107 26.29 24.035 Valid N (listwise) 160 One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kepribadian 160 97.18 11.761 .930 Extraversion 160 12.92 2.592 .205 openness_to_experience 160 21.02 3.775 .298 Cyberbullying 160 26.29 24.035 1.900 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI One-Sample Test Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper kepribadian 104.523 159 .000 97.181 95.34 99.02 extraversion 63.053 159 .000 12.919 12.51 13.32 openness_to_experience 70.449 159 .000 21.025 20.44 21.61 cyberbullying 13.835 159 .000 26.288 22.53 30.04 85 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Normalitas 1. Kepribadian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kepribadian N Normal Parameters 160 a Mean 97.18 Std. Deviation 11.761 Most Extreme Absolute .078 Differences Positive .078 Negative -.056 Kolmogorov-Smirnov Z .993 Asymp. Sig. (2-tailed) .278 a. Test distribution is Normal. 2. Dimensi Ektraversion & Openennes to Experience One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test openeness_to_expe ektraversion N Normal Parameters a rience 160 160 Mean 12.92 21.02 Std. Deviation 2.592 3.775 Most Extreme Absolute .107 .082 Differences Positive .107 .082 Negative -.105 -.060 1.354 1.037 .051 .232 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 86 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Cyberbullying One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Cyberbullying N Normal Parameters 160 a Mean Std. Deviation 26.29 24.035 Most Extreme Absolute .172 Differences Positive .172 Negative -.137 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 2.180 .000 87 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Linearitas 1. Cyberbullying & Ektraversion ANOVA Table Sum of Squares cyberbullying * ektraversion Between Groups (Combined) df Mean Square F Sig. 11698.790 14 835.628 1.512 .114 160.695 1 160.695 .291 .591 11538.095 13 887.546 1.606 .090 Within Groups 80151.985 145 552.772 Total 91850.775 159 Linearity Deviation from Linearity 2. Cyberbullying & Openness to Experience ANOVA Table Sum of Squares cyberbullying * openeness_to_experience Between Groups (Combined) Linearity 88 df Mean Square F Sig. 16120.954 19 848.471 1.569 .072 5222.928 1 5222.928 9.656 .002 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Deviation from Linearity Scaterplot 10898.026 18 605.446 Within Groups 75729.821 140 540.927 Total 91850.775 159 1.119 .340 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Korelasi 1. Ektraversion & Cyber bullying Correlations extrovert Spearman extrovert 's rho Correlation Coefficient 1.000 -.026 . .373 160 160 -.026 1.000 Sig. (1-tailed) .373 . N 160 160 Sig. (1-tailed) N cyberbullying cyberbullying Correlation Coefficient 2. Opennes to experience & Cyberbullying Correlations opennes_to_ experience Spearman opennes_to_experience Correlation 's rho Coefficient 1.000 Sig. (1-tailed) -.211 ** . .004 160 160 ** 1.000 Sig. (1-tailed) .004 . N 160 160 N Cyberbullying cyberbullying Correlation Coefficient **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). 90 -.211