plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI EXTRAVERSION DAN OPENNESS
TO EXPERIENCE DALAM KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
KECENDERUNGAN REMAJA MELAKUKAN
CYBERBULLYING
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Cicilia Verina Krisniminarti
NIM : 109114113
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”
(Filipi 4;6)
“God is willing to wait for me, for many a
day, even many a year”
(Teresa Of Avila)
“Berdoalah sesering mungkin, karena doa mengubah segalanya”
“Do not be anxious about what you are to eat or to put on, but leave it
to God”
(Teresa of Avila)
~ Aku tidak perlu berlari untuk meraih sesuatu, yang kubutuhkan
hanyalah tetap dan terus berjalan~
(Cicilia Verina. K)
Karya ini saya persembahkan kepada :
Tuhan,.. Sang Kasih Sejati,
Bapak,Ibu, Adik-adikku yang memberikan cintanya yang
luar biasa
Seluruh anggota keluarga besarku,kalian adalah harta
terindahku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI EXTRAVERSION DAN OPENNESS TO
EXPERIENCE DALAM KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
KECENDERUNGAN REMAJA MELAKUKAN
CYBERBULLYING
Cicilia Verina Krisniminarti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dimensi extraversion dan
openness to experience dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying. Penelitian hanya berfokus pada dua dimensi yaitu Extraversion dan Openness to
Experience. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 160 orang yang berasal dari siswa sekolah
menengah pertama dan siswa sekolah menengah atas, dengan rincian 96 remaja perempuan dan 64
remaja laki-laki. Metode pengumpulan data menggunakan skala kepribadian big five dari IPIP
(international Personality Item Pool) yang disusun oleh Golberg dan skala cyberbullying dari
Mawardah. Reliabilitas pada skala kepribadian big five sebesar 0,832 dan skala cyberbullying
sebesar 0,951. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepribadian big five berhubungan negatif
dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (β= -0,251 ; p= 0,001), dimensi
Extraversion tidak berhubungan dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (β= 0,026 ; p= 0,373) dan Openness to Experience berhubungan negatif dengan kecenderungan remaja
melakukan cyberbullying (β= -0,211 ; p= 0,004).
Kata kunci : kepribadian big five, extraversion, openness to experience, cyberbullying
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
THE CORELATION BETWEEN EXTRAVERSION AND OPENNESS TO
EXPERIENCE DIMENSIONS IN BIG FIVE PERSONALITY AND THE
CYBERBULLYING TENDENCY
OF TEENAGERS
Cicilia Verina Krisniminarti
Abstract
The aim of this research was examine the relationship between extraversion and openness
to experience dimensions in big five personality and cyberbullying tendency of teenagers. This
study was focused just on two dimensions. There is the were extraversion and openness to
experience. The subjects of this research were about 160 teenagers from junior and senior high
school in Yogyakarta, 96 female teenagers and 64 male teenagers. The researcher used big five
personality scale from IPIP (International Personality Item Pool) compiled by Golberg and
cyberbullying scale from Mawardah to collect the datas. The reliability of big five personality
scale was 0,832 and cyberbullying scale was 0,951. The result showed that the big five personality
had a negative correlation with cyberbullying tendency of teenagers ((β= -0,251 ; p= 0,001),
extraversion didn‟t have significant correlation with the cyberbullying tendency of teenagers (0,026 ; p= 0,373) and openness to experience had negative correlation with the cyberbullying
tendency of teenagers (β= -0,211 ; p= 0,004).
Keywords : big five personality, extraversion, openness to experience, cyberbullying
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dimensi
Extraversion dan Openness to Experience Dalam Kepribadian Big Five dengan
Kecenderungan Remaja Melakukan Cyberbullying” sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat
banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si., selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu M.M Nimas Eki Suprawati M.Si, Psi., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I. Terimakasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingannya
kepada penulis selama awal penyusunan skripsi hingga beliau pergi untuk
menuntaskan tugas studi S3.
4. Ibu Sylvia Carolina MYM.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
Terimakasih atas kesempatan, waktu, tenaga, pikiran, dukungan,
semangat, perhatian dan bimbingannya
menyelesaikan skripsi ini.
ix
sehingga penulis dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Segenap dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Terimakasih atas
keramahan, pelayanan, sarana dan prasarana yang telah mendukung
penelitian ini.
7. Kepada keluarga besar Sekolah Menengah Pertama Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Benediktus Sunarna dan Ibu Theresia
Suparmi yang tak henti-hentinya selalu memberi dukungan dalam doa,
bantuan serta semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Adikku tercinta Ayu dan adik kecilku Putri terimakasih atas doa dan
dukungannya.
10. Sahabat terbaikku Esri dan Aning. Terimakasih atas semangat, dukungan,
doa dan pengalaman-pengalaman hidup yang mengajarkanku menjadi
pribadi yang lebih baik.
11. Sahabat terbaikku Cik Vivin, Tyas, Feby dan Wuri. Terimakasih atas
semangat, dukungan, doa, kegalauan, kekonyolan, kebersamaan dan tawa
kita yang banyak memberi warna dalam hidupku.
12. Segenap keluarga besar TK dan PG Ceria Timoho. Terimakasih atas
pengalaman dan dukungannya.
13. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak
bisa saya sebut satu-persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya, senang
bisa mengenal kaliyan.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14. Pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan. Sekali lagi peneliti
mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih.
Penulis,
Cicilia Verina Krisniminarti
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bullying .............................................................................................. 14
1. Pengertian Bullying .................................................................... 14
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Aspek-Aspek Bullying ............................................................... 15
3. Bentuk-Bentuk Bullying ............................................................. 15
B. Cyberbullying .................................................................................... 16
1. Pengertian Cyberbullying............................................................ 16
2. Tipe-Tipe Cyberbullying ............................................................. 18
3. Faktor-faktor yang menyebabkan Cyberbullying ....................... 22
C. Kepribadian Big Five ......................................................................... 26
1. Definisi Kepribadian .................................................................. 26
2. Perkembangan Terori Big Five ................................................... 27
3. Dimensi Kepribadian Big Five.................................................... 29
4. Alat Ukur Dimensi Kepribadian Big Five ................................. 32
D. Remaja ............................................................................................... 33
1. Definisi dan Batasan Usia Remaja .............................................. 33
2. Perkembangan Remaja................................................................ 34
E. Hubungan Antara Dimensi Extraversion dan Openness to Experience
Dalam Kepribadian Big Five dengan Kecenderungan Remaja
Melakukan Cyberbullying .................................................................. 36
F. Hipotesis ............................................................................................ 43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 44
B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 44
C. Definisi Operasional .......................................................................... 44
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Cyberbullying .................................................................... 44
2. Kepribadian Big Five ........................................................ 45
D. Subjek Penelitian ............................................................................... 45
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46
1. Skala Cyberbullying ................................................................... 47
2. Skala Kepribadian Big Five ....................................................... 47
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................. 49
1. Validitas ..................................................................................... 49
2. Seleksi item ............................................................................... 49
3. Reliabilitas ................................................................................ 51
G. Metode Analisis Data ......................................................................... 52
1. Uji Asumsi ................................................................................ 52
a. Uji normalitas ...................................................................... 52
b. Uji linearitas ......................................................................... 52
2.
Uji Hipotesis ............................................................................. 52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tryout ............................................................................ 53
B. Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 53
C. Analisis Data...................................................................................... 54
1. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 54
2. Statistik Deskriptif ..................................................................... 54
3. Uji Normalitas ............................................................................ 56
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Uji Linearitas .............................................................................. 56
5. Uji Hipotesis .............................................................................. 58
D. Pembahasan ....................................................................................... 60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 65
B. Saran .................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67
LAMPIRAN ............................................................................................... 73
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Skala Penelitian ......................................................................................... 74
Reliabitas Alat Ukur
1. Kepribadian big five ...................................................................... 80
2. Cyberbullying ................................................................................ 82
Analisis Data
1. Statistik Deskriptif ........................................................................ 84
2. Uji Normalitas ............................................................................... 86
3. Uji Linearitas ................................................................................. 89
Uji Hipotesis/Korelasi ............................................................................... 90
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman dimensi kepribadian big five ................................. 31
Tabel 3.1 Penilaian skor jawaban favorable dan unfavorable................... 47
Tabel 3.2 Komponen skala cyberbullying ................................................. 47
Table 3.3 Penilaian untuk jawaban favorable dan unfavorable ................ 48
Tabel 3.4 Komponen skala kepribadian big five ....................................... 48
Tabel 3.5 Distribusi skala cyberbullying ................................................... 50
Tabel 3.6 Distribusi skala kepribadian big five ......................................... 51
Tabel 4.1 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian................................. 54
Tabel 4.2 Deskripsi usia subjek penelitian ................................................ 54
Tabel 4.3 Hasil statistik deskriptif ............................................................ 55
Tabel 4.4 Hasil tes Kolmogorov-Smirnov ................................................ 56
Tabel 4.5 Hasil uji linearitas ..................................................................... 57
Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis kedua variabel ............................................. 58
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Dimensi Extraversion dan Cyberbullying ............................. 39
Gambar 2.2 Skema Dimensi Openness to Experience dan Cyberbullying ........... 41
Gambar 4.1 Scaterplot Cyberbullying*Extraversion ............................................ 57
Gambar 4.2 Scaterplot Cyberbullying*Openness to Experience………………...58
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena penggunaan gadget smartphone pada remaja saat ini semakin
meningkat. Sebuah artikel menyebutkan bahwa pengguna smartphone secara
global mencapai satu miliar pada tahun 2012 dan diprediksi pada tahun 2014
akan menyentuh 1,75 sampai 4 miliar (Prayogi, 2014). Menurut hasil survey
yang dilakukan Yahoo dan Mindshare di pertengahan tahun 2013 terdapat
sekitar 41,3 juta pengguna gadget smartphone di Indonesia. Presentasi
tertinggi pengguna smartphone di Indonesia (____,2013) sekitar 39%
digunakan oleh pengguna dari kalangan remaja dan anak muda yang berkisar
antara 16 sampai 21 tahun.
Gary B, Thomas J & Misty E (2007) menyebutkan istilah Smartphone
sebagai telepon yang terhubung dengan internet yang menyediakan fungsi
Personal Digital Assistant (PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku
alamat, kalkulator, dan catatan serta dapat bekerja layaknya sebuah komputer
mini.
Kemajuan teknologi komunikasi yang dihadirkan lewat smartphone ini
memudahkan individu untuk berinteraksi kapan saja dan dimana saja dengan
teman, pacar ataupun dengan keluarga melalui media sosial seperti facebook,
twitter, email maupun melalui media video. Dalam sebuah artikel data
menunjukkan bahwa 91% remaja menggunakan smartphone untuk mengakses
media sosial (Lenhart Amanda, 2012). Menurut data Global Web Index
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
hampir semua media sosial dimiliki oleh pengguna internet di Indonesia dan
diprediksi akan menarik lebih banyak pengguna di tahun 2015, hal ini salah
satunya didorong dengan semakin banyaknya individu yang memiliki gadget
smartphone (Reza Iqbal, 2015). Presentasi aktivitas jejaring sosial di
Indonesia sendiri mencapai 79,72% yang merupakan tertinggi di Asia.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Marsono (dalam Yonida, 2015)
mengungkapkan bahwa
kebutuhan akan „suasana bermain‟ merupakan
kebutuhan yang mendominasi remaja awal (13-15 tahun) dalam menggunakan
media sosial. Remaja tersebut menggunakan media sosial sebagai hiburan
sedangkan pada usia remaja tengah yang berusia 16-18 tahun menggunakan
media sosial untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Media sosial
tersebut mereka gunakan untuk update status dan atau saling menimpali
komentar atau foto yang diunggah atau diposting (Mohamad Ardyan, 2013).
Media sosial pada awal kemunculannya bertujuan untuk memudahkan
setiap orang mengakses informasi, mencari dan menyebar luaskan informasi
tersebut, menemukan dan saling berinteraksi dengan teman baik yang dekat
maupun yang jauh. Dalam perkembangannya, fungsi awal media sosial
tersebut telah mulai bergeser. Media sosial saat ini telah mengubah pola
interaksi diantara individu atau pola interaksi sosial. Kemunculan media sosial
yang telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini telah mengubah pola
interaksi sosial yang bersifat langsung atau face to face menjadi pola interaksi
sosial yang bersifat tidak langsung. Hal ini membuat media sosial menjadi
sebuah interaksi sosial yang begitu nyata. Kehadiran fisik tidak lagi menjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
hal yang diutamakan dan bentuk ekspresi emosi yang dihadirkan melalui
keadaan fisik kini dapat tergantikan dengan berbagai gambar pilihan ungkapan
emosi. Perubahan pola interaksi tersebut cenderung mengakibatkan kualitas
hubungan sosial yang terjadi didunia nyata menjadi berkurang. Hal ini
menyebabkan munculnya banyak permasalahan yang melibatkan media sosial
hingga keranah hukum seperti menghujat, menciptakan opini yang merugikan
orang lain hingga penculikan anak dibawah umur (Jones, 2013 ; Royananda,
2013 ; Vazque, 2014).
Hadirnya media sosial tersebut selain memudahkan dalam berinteraksi,
juga berpotensi memunculkan interaksi yang berbahaya (Ybara, Diener-West
& Leaf, dalam Dilmac, 2009) dimana dapat berisiko pada keamanan dan
kebahagiaan emosional dari pengguna media sosial (Li Qing, Smith.P.K,
Cross D, 2011). Bentuk interaksi tersebut dapat berupa sebuah ancaman,
penyebaran rumor atau fitnah maupun mengirim pesan yang bertujuan untuk
menyakiti (Price.M, Dalgleish.J, 2010). Salah satu bentuk interaksi yang
berbahaya tersebut sering disebut cyberbullying.
Kasus cyberbullying banyak yang berujung pada kematian. Menurut
artikel dari salah satu media online menyebutkan ada sebanyak lima kasus
remaja yang menjadi korban cyberbullying yang berujung pada tindakan
bunuh diri salah satunya terjadi pada Amanda Todd remaja 15 tahun yang
bunuh diri setelah video vulgarnya diposting oleh salah satu teman
sekolahnya. Hal serupa juga terjadi pada Megan Meier remaja 13 tahun yang
bunuh diri karena depresi dengan berat badannya dan menjadi bahan ejekan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
teman-temannya di media chatting. Mayoritas dari para korban mengalami
intimidasi dari teman-teman di dunia maya sehingga tidak sedikit dari para
korban melakukan bunuh diri karena tidak tahan dengan tindakan bully
tersebut (Sulaiman, 2014). Kasus cyberbullying di Indonesia sendiri baru-baru
ini terjadi pada kasus Florence Sihombing seorang mahasiswa di Yogyakarta
yang mendapat kecaman, ejekan dan mengalami intimidasi dari berbagai
pihak di media sosial hingga berujung pada pelaporan oleh pihak kepolisian
karena luapan emosi kekesalan yang diposting di media sosial path dan twitter
dimana isi dari postingannya adalah memaki-maki warga Yogya dengan
bahasa yang kasar (Asiffa, 2014). Pengguna media sosial lain baik dewasa
maupun remaja juga banyak melakukan kecaman dan ejekan pada korban
berupa komentar, status ataupun foto tentang korban yang diposting di media
sosial dengan bahasa kasar dan ejekan seperti “ mulutnya minta ditonjok” atau
“ratu SPBU” (____, 2014).
Menurut survey dari NCH (2009) pada 770 remaja yang berusia 11-19
tahun menunjukkan bahwa 20% melaporkan telah mengalami tindakan bully (
14% melalui pesan singkat atau SMS, 5% melalui chat, 4% melalui email) dan
28% korban tidak melaporkan. Sedangkan menurut hasil survey yang
dilakukan di University of Valencia menunjukkan bahwa sebanyak 24,6%
remaja mengalami kasus cyberbullying melalui ponsel dan 29 % remaja
mengalami kasus cyberbullying melalui internet (Upi, 2010). Berdasarkan data
survey tersebut maka tidak bisa dipungkiri dengan hadirnya teknologi
smartphone ini akan banyak remaja yang mengalami kasus cyberbullying.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Peneliti juga melakukan survey sederhana untuk mengetahui ada atau
tidaknya remaja di Indonesia yang melakukan cyberbullying. Survey
dilakukan terhadap empat remaja SMA yang terdiri dari tiga perempuan dan
satu laki-laki yang berusia 15-16 tahun mengenai cyberbullying. Dari keempat
remaja ini mengungkapkan bahwa mereka mengetahui tindakan cyberbullying
khususnya dalam media sosial. Dari kempat remaja tersebut hanya satu yang
tidak pernah menjadi korban maupun melakukan tindakan cyberbullying.
Sedangkan ketiga remaja mengungkapkan pernah menjadi korban dan pelaku
tindakan cyberbullying dimana salah satunya mengaku melakukan cyber
bullying dengan motivasi bercanda (entertainment). Berdasarkan hasil survey
tersebut peneliti menyimpulkan bahwa ada remaja di Indonesia yang terlibat
dalam tindakan cyberbullying.
Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau
traditional bullying. Bullying sendiri didefinisikan sebagai tindakan agresi
yang disengaja oleh individu atau kelompok dimana sifat hubungan
interpersonalnya tidak seimbang (individu atau kelompok yang kuat dengan
individu atau kelompok yang lemah) yang terjadi secara berulang dengan
tujuan menyakiti atau mengganggu baik dengan cara verbal maupun non
verbal,
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
(Olweus,
2012).
Ketidakseimbangan kekuatan ini dapat meliputi perbedaan kekuatan fisik
maupun perbedaan social power atau status (Kowalski.M, Limber.S,
Limber.S.P, Agatston.P.W, 2012). Sedangkan Cyberbullying didefinisikan
sebagai tindakan bullying yang melibatkan atau menggunakan teknologi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
komunikasi dan informasi seperti penggunaan email, internet, pesan singkat,
video, media sosial, maupun media chatting.
Cyberbullying memiliki dampak yang hampir sama dengan traditional
bullying (Mason,2008). Cyberbullying menyebabkan korban memiliki harga
diri rendah, kesepian, tidak percaya diri dan menyebabkan tekanan emosional
seperti merasa sedih, marah, malu dan frustasi (Price.M & Dolgleish.J, 2010).
Begitu juga dengan traditional bullying yang menyebabkan harga diri rendah,
kecemasan sosial, depresi dan meningkatkan kecenderungan untuk bunuh diri
(Grene,2003, Juvonen,2003). Selain itu cyberbullying dan traditional bullying
juga menyebabkan tingkat konsentrasi korban disekolah rendah dan
mengalami kesulitan akademik untuk mencapai prestasi di sekolah (Beran.T &
Li Qing, 2007). Bullying banyak terjadi di dalam sekolah sedangkan cyber
bullying lebih berpontensi terjadi di luar sekolah dari pada di dalam sekolah.
Namun dampak yang ditimbulkan dapat diketahui hingga di dalam sekolah
(Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston, 2012). Hal ini dikarenakan
dampak dari cyberbullying dapat mempengaruhi korban dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah (Beran.T & Li Qing, 2007).
Meskipun cyberbullying merupakan bentuk baru dari traditional bullying
namun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Pertama, tindakan
dalam cyberbullying sangat tergantung dari tingkat keahlian dalam
penggunaan teknologi. Semakin individu memiliki keahlian maka ancaman
atau serangan yang diberikan semakin kuat dari pada individu yang tidak
memiliki keahlian (Kowalski, Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Sedangkan tindakan dalam traditional bullying cenderung berkaitan dengan
ketidakseimbangan kekuatan baik itu secara fisik, kompetensi sosial, ras
maupun status sosial (Pisch.M, 2010). Kedua, potensi penonton dari
cyberbullying sangat luas dan dapat mencakup penonton yang besar. Hal ini
dikarenakan sifat internet yang global sehingga siapa saja baik individu yang
dikenal maupun yang tidak dikenal dapat melihat dan ikut berpartisipasi dalam
memberikan pendapatnya baik membela maupun mengejek (Kowalski,
Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). Hal ini dapat menyebabkan
korban merasa sangat terintimidasi dan sulit untuk menghindar dari tindakan
cyberbullying. Sebaliknya potensi penonton dari tindakan traditional bullying
cakupannya kecil atau dalam situasi private yaitu hanya antara pelaku dan
korban (Pisch.M, 2010). Hal ini di karenakan mayoritas tindakan traditional
bullying terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan secara tersembunyi.
Ketiga, cyberbullying bersifat tidak langsung dan anonymous. Hal ini
menyebabkan
pelaku
memiliki
kesempatan
untuk
menyembunyikan
identitasnya. Hal ini juga dikarenakan sistem yang ada pada internet dibuat
untuk melindungi identitas dari pengguna internet (Shariff, 2008). Keuntungan
ini digunakan oleh pelaku untuk meminimalisir konsekuensi dari perilakunya.
Karena cyberbullying bersifat tidak langsung dan anonymous maka pelaku
biasanya tidak bisa secara langsung melihat reaksi atau respon dari korban
(Smith.P.K, Mahdavi.J, Carvalho.M, Fisher.S, Russell.S, Tippett.N, 2008).
Hal ini menjadi penting karena membuat pelaku cyberbullying tidak memiliki
perasaan bersalah dan empati terhadap orang lain (Kowalski, Limber.S,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012). Selain itu karena pelaku cyberbullying sulit
untuk diketahui informasinya, membuat pelaku cenderung tidak mendapat
hukuman dan konsekuensi atas tindakannya. Hal ini berpotensi menyebabkan
pelaku lebih menunjukkan sikap permusuhan dan ancaman yang lebih besar
(Pisch.M, 2010). Sebaliknya pada traditional bullying pelaku justru ingin
menunjukkan identitasnya. Hal ini karena motivasi dari pelaku traditional
bullying adalah ingin menunjukkan kekuasaan pada orang lain dan untuk
mendapatkan status sosial yang lebih tinggi (Olweus dalam Kowalski,
Limber.S, Limber.P.S, Agatston.P.W, 2012).
Cyberbullying banyak terjadi dan dilakukan oleh remaja dan anak muda.
Penelitian yang dilakukan oleh Price & Dalgleish (2010) mengatakan bahwa
banyak remaja yang melakukan atau mengalami cyberbullying ketika berusia
10-16 tahun yaitu sekitar 50%, dan ketika berusia 15-18 tahun ada sekitar 42%
sedangkan pada usia 19-25 tahun ada sekitar 8%. Presentasi terbesar yang
terlibat cyber bullying ada pada individu yang berusia 10 sampai 18 tahun.
Usia tersebut merupakan masa transisi remaja dari anak-anak menuju pada
tahapan dewasa. Dalam masa ini remaja banyak mengalami perubahan mulai
dari perubahan fisik, kognitif, emosi, maupun sosial (Santrock, 2002).
Perubahan-perubahan yang dialami remaja ini membuat remaja menjadi labil
dan belum matang secara psikis (Santrock, 2002). Selain itu dalam masa
transisi tersebut remaja cenderung mengeksplorasi diri untuk mencari dan
membentuk identitas dirinya (Erikson dalam Feist & Feist, 2006).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tindakan cyberbullying yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal diantaranya adalah sikap
orangtua. Menurut Dilmac & Aydogan (2010) mengatakan bahwa sikap orang
tua yang otoriter menjadi prediktor seorang anak melakukan tindakan
cyberbullying. Selain sikap orangtua, pengaruh sosial (social influence) seperti
kelompok
teman
sebaya
juga
menjadi
faktor
individu
melakukan
cyberbullying (Hinduja & Patchin, 2012). Sedangkan faktor internal
diantaranya adalah
kebutuhan psikologis. Menurut Dilmac (2009)
mengatakan bahwa kebutuhan akan agresi dan kebutuhan untuk mendapat
dukungan emosi merupakan kebutuhan psikologis yang menjadi prediktor
seseorang melakukan tindakan cyberbullying. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan tersebut tidak individu dapatkan dalam kehidupan nyata sehari-hari
atau off-line melainkan individu berusaha mendapatkan kebutuhan tersebut
dalam dunia maya atau online (Dilmac, 2009).
Faktor internal lainnya adalah karakteristik personal seperti usia dan jenis
kelamin juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi tindakan
cyberbullying. Dilihat dari usia, remaja yang berusia 10 sampai 18 tahun lebih
cenderung terlibat dalam tindakan cyberbullying daripada anak-anak atau
orang dewasa (Price & Dalgeish, 2010). Hal ini kemungkinan disebabkan
karena kurangnya pengendalian diri remaja. Sedangkan dilihat dari jenis
kelamin, laki-laki lebih berpotensi besar untuk terlibat dalam cyberbullying
(Alonzo & Aiken dalam Kowalksi, Limber & Agatson, 2012). Selain dua
karateristik personal tersebut, kepribadian juga menjadi karakteristik personal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
lain yang juga memiliki peran penting dalam munculnya tindakan
cyberbullying. Hal ini dikarenakan sifat dari
kepribadian yang dapat
memprediksi perilaku atau tindakan seseorang (Eysenck dalam Feist &
Feist,2006).
Kepribadian menurut Allport (dalam Feist&Feist, 2006) merupakan
sebuah “pengorganisasian dinamis” yang didalam diri seseorang terdapat
sistem psikofisik yang menentukan atau menciptakan pola perilaku, pikiran
dan karakteristik seseorang. Menurut Costa & Mc Crae kepribadian
digambarkan dalam lima dimensi. Lima dimensi tersebut sering disebut
dengan kepribadian big five. Dimensi big five terdiri dari agreeableness,
extraversion, neuroticism, openness to experience dan conscientiousness.
Kelima
dimensi
tersebut
digambarkan
sebagai
1).
Agreeableness
menunjukkan pribadi yang berhati lembut dan pribadi yang berhati kejam. 2).
Extraversion
menunjukkan
tingkat
kesenangan
menjalin
relasi
dan
beraktivitas. 3). Neuroticism menunjukkan temperamental, pencemas, dan
emosional namun jika pribadi memilliki skor neuroticism rendah maka
cenderung tenang, lembut, dan tidak berperasaan. 4). Openness to experience
menunjukkan pribadi yang lebih menyukai keragaman dengan pribadi yang
memiliki kebutuhan besar akan kedekatan dan rasa nyaman dari hubungan
yang sudah dikenal. 5). Conscientiousness berfokus pada pencapaian tujuan
serta kemampuan mengendalikan dorongan dalam kehidupan sosial.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Capra dan Ruiz (dalam Talley dan
Bettencourt, Benjamin dan Valentine, 2006) menemukan bahwa perilaku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
agresi berkorelasi dengan dimensi neuroticism. Perilaku cyberbullying sendiri
merupakan bentuk dari perilaku agresi. Selain itu dalam penelitian Brack dan
Caltabiano (2012) yang mengatakan bahwa pelaku tindakan cyberbullying
cenderung memiliki kepribadian yang impulsive
dan agresif. Tindakan
impulsive sendiri merupakan salah satu ciri trait dari dimensi neuroticism
(McCrae & Costa dalam Feist & Feist, 2006). Penelitian lain yang dilakukan
oleh Celik, Atak dan Ferguzen (2012) juga menemukan bahwa dimensi
ketidakstabilan emosi berkorelasi dengan tindakan cyberbullying. Dimensi
ketidakstabilan emosi merupakan bagian dari dimensi neuroticism (McCrae &
Costa, dalam Feist & Feist, 2006). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dimensi
neuroticism dapat menjadi prediktor dari tindakan cyberbullying.
Disisi lain, hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Ozden & Icellioglu
(2014) yang mengatakan bahwa dimensi kepribadian psychotism yang menjadi
prediktor individu melakukan cyberbullying. Dimensi psychotism sendiri
merupakan dimensi dari Eysenck Personality Inventory dimana ukurannya
dapat
disetarakan
dengan
skor
rendah
dari
aggreableness
dan
conscientiousness (McCrae & Costa dalam Feist & Feist, 2006). Selain itu
pada penelitian yang dilakukan oleh Kokkinos, Antoniadou, Dalara,
Koufogazou
dan
Papatzlki
(2013)
menemukan
bahwa
dimensi
conscientiousness yang rendah dan disertai dengan agresi memiliki korelasi
dengan tindakan cyberbullying.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tidak
hanya satu dimensi kepribadian yang dapat menjadi prediktor dari tindakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
cyberbullying. Hal ini dapat dilihat dari tiga dimensi kepribadian big five yaitu
neuroticism, agreeableaness, dan conscientiousness yang dapat menjadi
prediktor dari tindakan cyberbullying. Sementara masih ada dua dimensi lain
yang belum diuji yaitu dimensi extraversion dan dimensi openness to
experience. Menurut Sinha (dalam Bianchi & Philips, 2005) individu yang
memiliki kepribadian extrovert lebih mudah untuk terpengaruh dengan teman
sebaya. Pengaruh teman sebaya sendiri merupakan salah satu faktor individu
terlibat dalam tindakan cyberbullying (Hinduja & Patchin, 2012). Sedangkan
individu yang memiliki kepribadian openness to experience merupakan
individu yang terbuka akan pengalaman baru dan kreatif. Remaja yang kreatif
cenderung memiliki tingkat sensivitas yang tinggi, bergairah dan ekspresif
dalam berinteraksi namun cenderung impulsif (McCrae dan Sutin, 2009).
Impulsif mmerupakan salah satu ciri kepribadian yang berkorelasi dengan
tindakan cyberbullying (Brack dan Caltabiano, 2012). Oleh karena itu, peneliti
menduga bahwa dimensi extraversion dan dimensi openness to experience
juga dapat secara kuat menjadi prediktor dari perilaku cyberbullying. Akan
tetapi, hal ini belum dibuktikan, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengetahui hubungan dimensi extraversion dan openness to experience
dalam kepribadian big five dengan kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying. Hal ini perlu dilakukan karena cyberbullying tidak hanya
memberikan dampak negatif pada korban namun juga dapat memberikan
dampak negatif terhadap pelaku yaitu membuat pelaku tidak memiliki rasa
bersalah dan membuat pelaku tidak memiliki empati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
B. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five
dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying.
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan maupun wacana mengenai
dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian
big five dan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying.
2. Manfaat Praktis
a.
Memberikan gambaran umum pada remaja mengenai hubungan
dimensi extraversion dan openness to experience dalam kepribadian
big five dan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying sehingga
dapat dijadikan acuan bagi remaja-remaja dalam menyikapi dan
menggunakan teknologi dengan baik.
b.
Memberikan gambaran umum pada orang tua maupun guru mengenai
hubungan dimensi extraversion dan openness to experience dalam
kepribadian big five dan kecenderungan remaja melakukan tindakan
cyberbullying sehingga dapat dijadikan acuan dalam membimbing
anak-anak maupun siswa-siswi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bullying
1. Pengertian Bullying
Menurut Rigby (dalam Mawardah, 2012) bullying merupakan salah
satu bentuk dari perilaku Agresi. Tindakan agresi sendiri menurut
Berkowitz (1995) adalah tingkah laku dan emosi yang bisa mengarah
kepada tindakan agresif (melukai atau menyakiti) baik untuk mencapai
tujuan tertentu atau hanya semata-mata sebagai pelampiasan keinginan.
Menurut Olweus (2012) bullying merupakan tindakan agresi yang
disengaja oleh individu atau kelompok dimana sifat hubungan
interpersonalnya tidak seimbang (individu atau kelompok yang kuat
dengan individu atau kelompok yang lemah) yang terjadi secara berulang
dengan tujuan menyakiti atau mengganggu baik dengan cara verbal
maupun non verbal, secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan menurut Pikas (dalam Mawardah, 2012) mengambarkan
tindakan bullying sebagai kekerasaan dalam konteks kelompok dimana
digunakan untuk memberikan reinforce (penguatan) kepada perilaku
setiap orang dalam interaksi kelompok tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying
merupakan perilaku negatif, agresif, didalam lingkungan sosial dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
memanfaatkan kekuasaan untuk mengintimidasi lawannya dalam rentang
jangka waktu yang berkelanjutan dan berulang-ulang.
2. Aspek-aspek Bullying
Menurut Krae (dalam Mawardah, 2012) bullying memiliki tiga aspek
yaitu:
a. Intimidasi : bullying adalah bentuk perilaku dimana telah terjadi
pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik
terhadap seseorang atau sekelompok orang lebih “lemah” oleh
seseorang atau sekelompok orang lebih kuat.
b. Power : bullying melibatkan kekuatan, kemampuan dan kekuasaan
yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak
mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan
negatif yang diterimanya.
c. Kontinuitas : bullying terjadi secara berkelanjutan dengan jangka
waktu yang lama sehingga menyebabkan korbannya terus menerus
merasa cemas dan terintimidasi.
3. Bentuk-bentuk Bullying
Lima bentuk bullying menurut Riauskina, dkk (2005) :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
a. Kontak fisik langsung : seperti memukul, mendorong, mengigit,
menjabak, menendang, mengunci seseorang dlm ruangan, mencubit,
mencakar, dan meminta secara paksa.
b. Kontak verbal langsung : seperti mengancam, mempermalukan,
merendahkan, menggangu, memberi panggilan nama buruk, mengejek,
mngintimidasi, memaki dan menceritakan keburukan seseorang.
c. Perilaku non verbal tidak langsung : seperti mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan.
d. Pelecehan seksual : dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau
verbal seperti memegang organ vital sekunder
e. Pelaku non verbal langsung : seperti melihat dengan sinis,
menampilkan
ekspresi
muka
yang
merendahkan,
mengejek,
mengancam yang disertai dengan bullying fisik.
B. Cyberbullying
1. Pengertian Cyberbullying
Bentuk baru dari tindakan bullying diketahui sebagai Cyberbullying.
Menurut Kowalski, 2012 cyberbullying merupakan tindakan bullying yang
melibatkan penggunaan email, instant message, web pages, blogs, chat
room, digital images, pesan singkat yang dikirim melalui telepon seluler,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
online gaming maupun teknologi informasi dan komunikasi yang lain
(Kowalski.M, Limber.S, Limber.S.P, Agatston.P.W, 2012).
Cyberbullying merupakan tindakan agresif yang disengaja oleh
kelompok maupun individu melalui penggunaan alat elektronik yang
dilakukan secara berulang dimana korban tidak bisa melakukan
pertahanan
terhadap
dirinya
sendiri.
Cyberbullying
juga
dapat
berhubungan dengan agama, budaya maupun diskriminasi ras. (Peter
Smith dalam Kowalski, 2012).
Sedangkan menurut Belsey (dalam Keith.S & Martin E.M, 2005)
cyberbullying merupakan tindakan bullying yang melibatkan penggunaan
teknologi komunikasi dan informasi seperti email, telepon seluler, pesan
singkat, internet, media sosial yang secara sengaja, berulang, dan dengan
perilaku yang tidak ramah oleh individu maupun kelompok yang
digunakan untuk menyakiti atau merugikan orang lain.
Dari uraian definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cyberbullying
merupakan perilaku seseorang yang dilakukan secara terus menerus
dengan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk menganggu orang
lain dan mengintimidasi orang lain dengan menggunakan media elektronik
baik melalui email, website, jejaring sosial, game online, chat rooms, dan
telepon seluler.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
2. Tipe-tipe Cyberbullying
Menurut
Aftab
(dalam
Mawardah,
2012)
dalam
praktek
cyberbullying dibedakan menjadi dua tipe yaitu:
a. Cyberbullying secara langsung
Cyberbullying secara langsung atau direct merupakan tindakan
cyberbullying yang serangannya dilakukan secara langsung kepada
target atau korban. Cyberbullying secara langsung ini dapat
dilakukan melalui :
1. Pesan singkat (teks) yang berisi tentang pelecehan
Remaja mengirim pesan singkat yang berisi kebencian,
kemarahan, kejengkelan ataupun ancaman kepada remaja lainnya.
Pesan juga dapat berisi serangan yaitu ketika remaja bermusuhan
dengan korban, pelaku mengirimkan ribuan pesan ataupun gambar
ke ponsel via SMS atau perangkat lain.
2. Pencurian password
Seseorang dapat mencuri password dari orang lain yang
kemudian password tersebut ia salah gunakan untuk memulai
chatting dengan orang lain. Ia dapat menggunakan password
tersebut untuk mengatakan hal-hal yang dapat menyinggung dan
membuat marah orang lain.
Selain itu, ia juga dapat menggunakan password orang lain
untuk merubah isi profil dan menyertakan hal-hal yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
berhubungan dengan seksual, rasis yang dapat menyinggung
perasaan orang lain. Dengan cara ini identitas pelaku tidak dapat
diketahui karena pelaku dapat bersembunyi dibalik identitas orang
lain.
3. Blog
Blog digunakan oleh remaja untuk mengirim dan menyebarkan
pesan atau informasi ke semua teman-teman mereka. Blog sendiri
bersifat terbuka, sehingga semua orang dapat mengakses dan
melihat pesan atau informasi yang ditulis. Namun, tak sedikit
remaja yang menyalah gunakan media tersebut untuk merusak
reputasi remaja lain salah satunya dengan cara membuat halaman
profil palsu pada blog dengan berpura-pura menjadi orang lain dan
kemudian mengatakan hal-hal yang mempermalukan tentang
orang tersebut.
4. Website
Website digunakan oleh remaja untuk mengoda satu sama
lainnya. Mereka terkadang membuat situs yang berisi hinaan
kepada orang lain atau memposting informasi pribadi ataupun
gambar yang merugikan orang lain.
5. Mengirim gambar-gambar melalui email dan ponsel
Pelaku dapat mengirimkan gambar korban yang sudah diubah
melalui email kepada pengguna lainnya. Gambar tersebut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
digunakan untuk menjelek-jelekkan korban misalnya dengan
mengubah (mengedit) gambar korban telanjang.
Selain itu, dengan banyaknya teknologi komunikasi yang
bermunculan seperti smartphone, dapat saling berbagai foto
dengan mudah misalnya dengan MMS ataupun dengan Bluetooth.
Remaja dapat menerima dan mengirim kembali gambar tersebut
sehingga gambar tersebut dapat tersebar ke orang lain dengan
bebas.
6. Polling internet
Jejak pendapat melalui internet ini ditujukan untuk melecehkan
seseorang atau mengucilkan korban.
7. Permainan online
Permainan online atau sering disebut sebagai game online
merupakan permainan yang dapat menghubungkan orang lain
diseluruh dunia. Remaja terkadang menggunakan game online ini
untuk melecehkan dan menggunakan ancaman agar lawan mereka
merasa kalah, mengeluarkan mereka dari permainan dan dapat
juga memberikan rumor palsu tentang mereka atau korban.
8. Mengirimkan kode berbahaya atau virus
Banyak remaja mengirimkan virus, spyware dan programprogram lain untuk korban-korban mereka. Tujuan mereka adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
untuk merusak computer atau notebook dari korban sehingga
dapat menghilangkan file-file penting dari korban.
9. Mengirimkan hal-hal yang porno
Pelaku dapat mengirimkan ribuan website pornografi kepada
pelaku melalui email atau pesan singkat sehingga orangtua korban
akan menganggap anak mereka telah mengunjungi situs tersebut.
10. Penyamaran
Pelaku dapat melakukan hal-hal yang dapat merusak nama baik
korban dengan menyamar sebagai korban. Kemudian mereka
memposting pesan yang tidak menyenangkan melalui media
komunikasi misalnya chat rooms atau media sosial sehingga
membuat orang lain akan membenci korban. Pelaku juga dapat
memberikan nama, alamat, ataupun nomer telepon korban untuk
disebar luaskan.
b. Cyberbullying secara tak langsung
Cyberbullying dengan penghubung adalah ketika pelaku
cyberbullying menemukan orang lain yang dijadikan aksi untuk
merugikan orang lain. Sebagian penghubung tidak menyadari dan
tidak tahu jika mereka sedang dimanfaatkan oleh pelaku untuk
melakukan tindakan tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Praktik cyberbullying dengan penghubung kadang-kadang
dimulai ketika pelaku menyamar sebagai korban. Pelaku dapat
melakukannya dengan dua cara yang pertama pelaku dapat menyusup
account korban dengan mencuri password korban terlebih dahulu dan
yang kedua pelaku dapat membuat account baru dengan nama korban
dan menjalankan account korban dengan berpura-pura menjadi
korban dan menciptakan masalah untuk korban sendiri maupun orang
lain misalnya dengan mengirimkan pesan yang berisi kata-kata buruk
kesemua daftar teman-teman korban yang ada di accountnya. Account
yang dimaksud dapat berupa account di jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter dll.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan cyberbullying
Cyberbullying merupakan bentuk dari perilaku agresi sebagai bagian
dari masalah perilaku pada remaja. Oleh karena itu faktor pencetus atau
pembentuk perilaku agresi akan dipaparkan sebagai berikut :
a. Frustrasi dan Rasa marah
Frustrasi merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal
dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya atau
mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut Berkowitz (dalam Sarwono,1988) frustrasi bisa
mengarahkan individu kepada tindakan agresif karena frustrasi bagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
individu merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan dia ingin
mengatasi atau menghindarinya dengan cara agresif. Tindakan
cyberbullying yang dilakukan oleh seseorang bisa dipicu oleh rasa
marah dan frustrasi kepada orang lain yang tidak disukai.
b. Stres
Stres
dikonsepsikan
sebagai
stimulus
yang
menimbulkan
gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis. Stres bisa muncul
berupa stimulus eksternal (situasional) dan berupa stimulus internal
(intrapsikis) yang diterima atau dialami oleh individu sebagai hal
yang tidak menyenangkan atau menyakitkan serta menghasilkan efek
behavioral berupa kemunculan agresi (Sarwono, 1988).
c. Provokasi
Menurut
Geen
(dalam
Sarwono,
1988)
Provokasi
bisa
mencetuskan agresi karena provaksi sering merupakan serangan
terhadap sesuatu yang oleh setiap orang selalu dipelihara keutuhannya
yakni rasa harga diri. Dalam menghadapi provokasi yang mengancam
para pelaku agresi cenderung berprinsip bahwa daripada diserang
lebih baik mendahului menyerang. Namun tidak jarang juga
kecenderungan
menggunakan
provokasi
sebagai
dalih
untuk
melakukan agresi meskipun provokasi itu tidak bersifat mengancam.
Dalam cyberbullying para pelaku dapat menggangu korban karena
dipicu oleh provokasi yang korban buat sendiri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
d. Perasaan negatif
Menurut Berkowitz (1995) semua perasaan negatif dan tidak
menyenangkan merupakan dorongan dasar dari perilaku agresi.
Pengaruh rasa tersinggung atau ancaman terhadap harga diri menjadi
pendorong
munculnya
agresi.
Pelaku
melakukan
tindakan
cyberbullying bisa karena dipicu oleh perasaan tersinggung dengan
objek (postingan atau kiriman informasi) dari orang lain.
e. Modeling
Modeling atau mencontoh perilaku orang lain juga bisa
mempengaruhi
kecenderungan agresi pada seseorang (Sarwono,
1988).
Selain beberapa faktor tersebut, terjadinya cyberbullying juga dapat
dijelaskan dengan teori dominasi. Teori dominasi sendiri menjelaskan
tentang perilaku bullying (Olweus dalam Mawardah, 2012), sedangkan
cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying. Menurut
teori ini kebutuhan untuk mendominasi dan kontrol sangat berhubungan
dengan perilaku bullying. Sikap mendominasi tidak selalu melibatkan
kekuatan fisik, kepemimpinan dan lain-lain, namun dapat juga diartikan
sebagai kemampuan untuk bisa melakukan lebih banyak dengan segala
kemampuan yang dimiliki sehingga dapat melakukan kekerasaan baik
secara verbal, ancaman, intimidasi baik secara langsung ataupun tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
langsung agar kebutuhan individu akan kekuasaan dan status sosial yang
diharapkan dapat tercapai.
Selain itu karena cyberbullying tidak membutuhkan kekuatan fisik ini
bisa menjadi salah satu cara bagi seorang individu yang tidak terlibat
dalam perilaku agresif secara fisik untuk mendapatkan kekuasaan dan
dapat mengontrol orang lain.
Faktor
yang
mempengaruhi
praktik
cyberbullying
menurut
Vandebosch dan Cleemput (dalam Mawardah, 2012):
a. Keinginan untuk merusak, membalas dendam
b. Cyberbullying meminimalisisr risiko dan rasa takut terhadap hukuman
dari bullying
c. Tidak ingin menghadapi secara langsung
d. Anonimitas
e. Menunjukkan keahliannya dalam menguasai teknologi, pemahaman
akan penggunaan teknologi informasi
Motivasi yang mempengaruhi terjadinya cyberbullying menurut Rudi
(dalam Mawardah, 2012) :
a. Marah sakit hati, balas dendam, atau frustasi
b. Haus akan kekuasaan sehingga menonjolkan ego dan menyakiti orang
lain
c. Merasa bosan dan memiliki kemahiran Hacking
d. Sebagai hiburan, menertawakan atau ingin mendapatkan reaksi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
e. Ketidaksengajaan, misalnya berupa reaksi atau komentar impulsif dan
emosional
Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi praktik
cyberbullying adalah karena bersifat anonmitas, sehingga pelaku mampu
melecehkan atau menganggu korban mereka 24 jam sehari. Anonimitas
yang terdapat dalam setiap model komunikasi elektronik tidak hanya
menyamarkan identitas namun dapat mengurangi akuntabilitas sosial
sehingga memudahkan pengguna untuk terlibat dalam permusuhan dan
tindakan agresif (Li Qing & Beran.T, 2007).
C. Kepribadian Big Five
1. Definisi Kepribadian
Menurut Goldberg (2006) manusia dibedakan kepada karakterkarakter serta kepribadian yang dimiliki setiap individu. Masing-masing
individu memiliki ciri tersendiri, sikap, dan pola berfikir sendiri yang
banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka dibesarkan dan
bentuk pendidikan yang diperoleh.
Menurut Roberts dan Mroezek (2008) kepribadian merupakan sebuah
pola yang relatif menetap dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang
membedakan dari individu satu dengan individu yang lain.
Sedangkan menurut Allport (dalam Feist&Feist, 2006) kepribadian
merupakan sebuah “pengorganisasian dinamis” yang didalam diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
seseorang terdapat sistem psikofisik yang menentukan atau menciptakan
pola perilaku, pikiran, karakteristik seseorang dimana hal tersebut
menentukan penyesuain diri secara unik terhadap lingkungan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan sebuah pola dari pikiran, perasaan, perilaku dan karakteristik
seseorang yang relatif menetap dimana hal tersebut menentukan
penyesuain diri seseorang secara unik terhadap lingkungan.
2. Perkembangan teori big five
Big five adalah taksonomi kepribadian yang disusun berdasarkan
pendekatan lexical yaitu mengelompokkan kata-kata atau kalimat yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri-ciri
individu yang membedakannya dengan individu lain. Pendekatan ini
dipeloporoi oleh Allport dan Odbert dengan mengumpulkan 18.000
istilah yang membedakan perilaku seseorang dengan orang lain. Daftar ini
menginspirasi Cattel untuk menyusun model multidimensional dari
kepribadian
dimana
dari
18.000
istilah
tersebut
cattel
mengelompokkannya kedalam 4.500 ciri sifat kepribadian dan kemudian
melakukan analisis faktor hingga dipereloh 12 faktor kepribadian yang
kemudian menjadi inventori 16 faktor kepribadian. Penemuan Cattel
tersebut menginspirasi banyak peneliti untuk menganalisa ulang dengan
data yang bervariasi mulai dari anak-anak hingga dewasa salah satunya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
adalah analisis ulang yang dilakukan oleh Tupes dan Christal. Dari sinilah
diperoleh lima faktor yang sangat menonjol yang kemudian oleh
Goldberg disebut dengan big five. Big five bukan berarti menyatakan
bahwa kepribadian itu hanya ada lima melainkan pengelompokkan dari
ribuan ciri trait kedalam kelompok lima besar yang berikutnya disebut
dengan dimensi kepribadian (John dan Srivastava, 1999). Trait sendiri
merupakan suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian,
hal tersebut yang membedakan individu dengan individu lainnya
(Fieldman dalam Mastuti, 2005). Lima dimensi dalam kepribadian big
five adalah extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness
dan openness to experience. Dari kelima dimensi big five tersebut,
masing-masing dimensi memiliki komponen yang terdiri dari facet. Facet
merupakan trait atau sifat yang lebih spesisifik dari lima dimensi tersebut.
Berikut facet yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa (dalam Raad
dan Perugini, 2002) :
a. Extraversion
: ramah, minat berteman, kemampuan asertif,
kepemimpinan, sosialisasi, tenang.
b. Emotional Stability (vs Neuroticism) : stabilitas, keharmonisan,
ketenangan,
kegembiraan,
ketabahan,
berkepala
dingin,
terkontrol.
c. Agreeableness
: hangat, pengertian, suka menolong, lemah
lembut, emosional, menyenangkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
d. Conscientiousness : bertujuan, patuh, perfeksionis, berfikir
rasional, berhati-hati, terorganisir.
e. Openness to experience : kreatifitas, kemampuan imajinasi, minat
berpetualang, intelektualitas, kebebasan, introspeksi, keaslian.
Lima dimensi dalam kepribadian big five tersebut masuk akal secara
teoritis, hal ini dapat dilihat dari teori-teori sebelumnya yang telah lebih
dulu menyatakan, seperti teori Jung yang menyatakan ada pengaruh kuat
dari perilaku ekstraversi dan introversi (dimensi extraverion), teori Freud
yang menekankan pentingnya kecemasan dalam membentuk perilaku
(dimensi neuroticism), teori Adler yang menyatakan bahwa diri yang
kreatif yang merupakan prinsip penting dalam kehidupan yang menjadi
penyebab pertama dalam menentukan perilaku (dimensi openness to
experience) dan teori lain dari Maslow yang melihat kesehatan psikologis
dalam
mengaktualisasikan
diri
(dimensi
agreeableness
dan
conscientiousness) (Feist & Feist, 2006).
3. Dimensi Kepribadian Big Five
Berikut lima dimensi dalam kepribadian big five menurut Goldberg
(dalam John dan Srivastava, 1999) yaitu :
a. Agreeablenes, dimensi ini menilai kualitas orientasi interpersonal
seseorang sepanjang kontinum mulai dari perasaan lemah lembut
sampai terhadap antagonism dalam pemikiran, perasaan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
tindakan. Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu
untuk tunduk pada orang lain. Dalam keseharian individu dengan
sifat kepribadian ini tampil sebagai individu yang baik hati, dapat
bekerja sama dan dapat dipercaya.
b. Extraversion, dimensi ini menilai kuantitas intensitas interaksi
intrapersonal dan tingkat aktivitas seseorang. Individu ini
menunjukkan tingkat kesenangan dalam menjalin relasi dan
beraktivitas. Mereka cenderung ramah dan terbuka serta
menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan
menikmati hubungan.
c. Neurotisicm, dimensi ini menilai kestabilan emosi dengan
ketidakstabilan emosi. Dimensi ini mengidentifikasikan individu
yang rentan terhadap tekanan psikologis, mempunyai ide-ide
yang tidak realistik dan memiliki coping stress yang maladaptif.
Individu ini identik dengan emosi negatif seperti khawatir, takut
dan tegang.
d. Openness to Experience,
dimensi ini melihat keluasan,
kedalaman dan kompleksitas dari kesadaran atau aspek mental
dan pengalaman. Dimensi ini juga cenderung berhubungan
dengan intelektualitas yaitu dorongan untuk mengeksplorasi
kognitif. Hal ini yang sering disebut sebagai kreativitas. Individu
yang terbuka dan kreatif cenderung memiliki tingkat sensitivitas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
yang tinggi baik secara kognitif maupun emosional. Mereka juga
senang dan bergairah dengan berbagai informasi baru, pandai
menciptakan aktivitas diluar kebiasaan namun umumnya
cenderung impulsif.
e. Conscientiousness merupakan dimensi yang berfokus pada
pencapaian tujuan serta kemampuan mengendalikan dorongan
dalam kehidupan sosial. Dimensi ini menilai tingkat organisasi,
ketekunan dan motivasi dalam berperilaku yang berarah pada
tujuan. Individu dengan sifat ini tampil sebagai individu yang
tepat waktu, berprestasi, teliti dan mengerjakan tugas dengan
tuntas.
Berikut karakteristik seseorang dengan nilai tinggi dan rendah
dari dimensi-dimensi tersebut (Feist&Feist, 2006) :
Tabel 2.1 Rangkuman dimensi kepribadian big five
Dimensi
Agreeableness
Extraversion
Neurotisicm
Skor Tinggi
Berhati lembut
Mudah percaya
Murah hati
Pendamai
Pemaaf
Baik hati
Penuh perhatian
Mudah bergabung
Aktif bicara
Mudah mengekspresikan
emosi
Bersemangat
Cemas
Skor Rendah
Kejam
Penuh pra sangka
Pelit
Penentang
Selalu mengkritik
Mudah terluka
Cuek
Penyendiri
Pendiam
Serius
Pasif
Tidak mudah
mengekspresikan
emosi
Tenang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Temperamental
Merasa tidak nyaman
Kurang penyesuain
Emosional
Rentan
Openness to
Experience
Conscientiousn
ess
32
Lembut
Puas terhadap diri
sendiri
Merasa nyaman
Tidak emosional
Tabah
Konvensional
Tidak kreatif
Menyukai rutinitas
Tidak mau tahu
Konservatif
Bebal
Malas
Tidak teratur
Tidak disiplin
Keinginan lemah
Mudah menyerah
Imajinatif
Kreatif
Original
Penuh keingintahuan
Ketertarikan luas
Peka nurani
Pekerja keras
Teratur
Tepat waktu
Ambisius
Tekun
4. Alat ukur dimensi kepribadian big five
Saat ini ada beberapa alat ukur yang sudah dikembangkan untuk
mengukur kepribadian big five seperti Big Five Inventory (BFI), Big Five
Questionnaire (BFQ) dan The Big Five Marker Scale. Penggunaan alat
ukur tersebut tergantung pada familiaritas dari alat ukur dan perspektif
mana yang akan dipakai (Raad dan Perugini, 2002).
Berbagai
alat
ukur
tersebut
perlu
ijin
khusus
dalam
penggunaannya sehingga alat ukur tersebut tidak dapat digunakan secara
bebas. Oleh karena itu, Lewis R.Golberg menyusun suatu inventoris yang
memudahkan peneliti untuk melihat kepribadian seseorang. Inventories
tersebut dikenal dengan International personality item pool (IPIP).
Inventori ini disusun oleh Golberg untuk mengembangkan set inventori
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
kepribadian yang berasal dari item-item domain publik dan skala tersebut
dapat digunakan untuk tujuan ilmiah ataupun komersil (Golberg, 2006).
D. Remaja
1. Definisi dan batasan usia remaja
Masa remaja diartikan sebagai masa peralihan atau transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa yang dalam prosesnya mengalami
perubahan baik perubahan fisik, kognitif maupun perubahan sosio emosi
(Santrock, 2002).
Sedangkan menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri. Selama dalam masa pencarian
identitas tersebut sering menimbulkan masalah pada diri remaja
(Santrock, 2002).
Pada saat individu memasuki usia 10 sampai 21 tahun dapat
dikatakan bahwa individu telah memasuki masa remaja. Masa remaja
dapat dibedakan kedalam tiga tahap yaitu remaja awal berkisar antara 10
sampai 15 tahun, remaja tengah antara 15 sampai 18 tahun dan remaja
akhir berkisar antara 18 sampai 21 tahun (Santrock, 2002).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah masa transisi anak-anak menuju masa dewasa yang berkisar antara
usia 10 sampai 21 tahun yang didalam prosesnya mengalami perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
fisik, kognitif, sosioemosional dan memiliki tugas perkembangan salah
satunya dengan membentuk identitas diri.
2. Perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada remaja dimulai ketika remaja mengalami
masa pubertas. Masa perkembangan fisik pada remaja berlangsung
sangat cepat. Pada masa tersebut remaja mulai mengalami perubahan
dalam bentuk fisik seperti tinggi dan berat badan, dan kematangan
seksual. Perkembangan dan perubahan fisik remaja ini membuat
remaja harus penyesuaikan diri dengan perubahan pada dirinya sendiri
(Santrock, 2002).
b. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) remaja memasuki tahap
operasional formal yaitu remaja mulai berpikir abstrak, idealistik, dan
logis. Pada fase ini remaja mulai menciptakan hipotesis dan
menggunakan kemampuan logisnya.
Sedangkan menurut Elkind (dalam Papalia, 2008) masa remaja
dikatakan memiliki pola berfikir yang tidak matang. Ketidakmatangan
pola pikir dari remaja ini ditandai dengan idealisme yaitu remaja
percaya bahwa mereka mengetahui bagaimana cara mengatur
dunianya
lebih
baik
dibanding
orang
dewasa,
menunjukkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
kemampuan penalaran, memiliki strategi pengambilan keputusan yang
kurang efektif, menganggap orang lain memiliki pandangan yang
sama dengan dirinya dan menganggap dirinya unik.
c. Perkembangan sosioemosional
Masa remaja merupakan masa puncak perkembangan sosial dan
emosionalitas.
Remaja
cenderung
memiliki
kebutuhan
untuk
membangun relasi dengan teman sebaya. Mereka mulai memperluas
lingkungan sosialnya baik dengan lingkungan disekolah ataupun
lingkungan diluar sekolah. Hal ini membuat remaja lebih banyak
menghabiskan waktu bersama dengan teman daripada keluarga.
Remaja juga mulai membentuk kelompok dengan teman sebaya yang
memiliki ketertarikan yang sama. Mereka mulai mengikuti aturanaturan dan nilai-nilai yang dibuat oleh kelompok (Santrock, 2002).
Disisi lain remaja memiliki tugas perkembangan dalam mencari
identitas diri. Dalam mencari identitas ini tidak jarang remaja
mengikuti tokoh idola mereka sebagai panutan. Dalam masa ini remaja
juga dituntut untuk menjadi individu dewasa yang mampu memahami
nilai-nilai dalam masyarakat (Erikson dalam Santrock, 2002).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
E. Hubungan Dimensi Extraversion dan Opennes to Experience dalam
Kepribadian Big five dengan Kecenderungan Remaja Melakukan
CyberBullying
Dimensi extraversion berhubungan erat dengan interaksi sosial dan
sosiabilitas. Remaja dengan kepribadian extrovert atau remaja dengan skor
extraversion tinggi cenderung mudah membangun hubungan sosial, senang
berjumpa dengan orang lain, mudah mengekspresikan emosi, aktif berbicara,
suka mengambil risiko, tetapi umumnya cenderung impulsif. Remaja yang
memiliki kepribadian extrovert juga cenderung memiliki kebutuhan untuk
mendominasi. Kebutuhan untuk mendominasi ini menurut Olweus (dalam
Mawardah, 2012) merupakan faktor seorang individu melakukan perilaku
agresif. Selain itu, menurut Sinha (dalam Bianchi & Philips, 2005) remaja
yang memiliki kepribadian extrovert juga lebih mudah terpengaruh dengan
teman sebaya. Kelompok teman sebaya memberi pengaruh yang besar
terhadap pola pikir, tingkah laku dan perkembangan kepribadian remaja.
Mereka cenderung mudah mengikuti aturan-aturan dan ide-ide yang dibuat
oleh kelompok (Santrock, 2002). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hinduja & Patchin (2012) yang mengatakan bahwa faktor
kelompok
teman
sebaya
dapat
mempengaruhi
remaja
melakukan
cyberbullying. Remaja yang extravert ketika dihadapkan dengan stimulus
yang tidak menyenangkan atau perasaan-perasaan negatif dapat dengan
mudah mengekspresikan emosinya. Emosi tersebut dapat mengarahkan remaja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
pada perilaku agresi verbal salah satunya cyberbullying. Sebaliknya individu
dengan kepribadian introvert atau individu dengan skor extraversion rendah
cenderung pasif, pendiam, menarik diri dari pergaulan sosial, hati-hati dalam
bertindak, dan kurang dapat mengekspresikan emosi. Individu yang introvert
ketika menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan atau perasaan negatif
cenderung tidak mengekspresikan emosinya kepada banyak orang tetapi lebih
mengelola emosi secara individual. Hal ini membuat individu cenderung
kurang berpartisipasi dalam bentuk perilaku agresi cyberbullying.
Sedangkan dimensi openness to experience berkaitan dengan dorongan
untuk mengeksplorasi aspek kognitif dan keterbukaan akan pengalaman baru.
Salah satu bentuk dari eksplorasi kognitif ini adalah kreativitas. Kreativitas
dapat muncul dalam bentuk ide, opini maupun karya seni yang sesuai dengan
ketertarikan intelektualnya. Remaja yang kreatif didorong oleh adanya rasa
keingintahuan yang besar sehingga mereka akan cenderung mudah untuk
mencoba hal-hal baru. Menurut penelitian masa remaja sampai dengan usia 20
tahunan cenderung memiliki tingkat openness to experience yang tinggi dan
cenderung akan menurun pada perkembangan usia selanjutnya. Remaja yang
memiliki tingkat openness to experience yang tinggi cenderung memiliki
tingkat sensitivitas yang tinggi, bergairah dan ekspresif dalam berinteraksi
namun cenderung impulsif (McCrae dan Sutin, 2009). Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa kecenderungan impulsif
merupakan salah satu ciri kepribadian yang berkorelasi dengan tindakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
cyberbullying (Brack dan Caltabiano, 2012). Remaja yang cenderung impulsif
ketika menghadapi situasi dan perasaan-perasaan negatif akan dengan sangat
mudah mengekspresikan emosinya salah satunya dalam bentuk agresi verbal
melalui media sosial. Disamping itu remaja juga pada umumnya sedang dalam
masa peralihan sehingga mereka cenderung kurang memiliki kontrol atas
dirinya sendiri. Hal ini membuat mereka cenderung dapat terlibat dalam
perilaku agresi salah satunya dengan tindakan cyberbullying. Sebaliknya
individu dengan skor rendah pada openness to experience cenderung tidak
kreatif, bersahaja, tidak mau tahu dan tunduk pada aturan sehingga ketika
individu ini dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai dan tidak
menyenangkan cenderung akan bersikap pasif dan menerima kenyataan yang
ada sesuai apa adanya. Selain itu mereka akan cenderung melakukan sesuatu
sesuai dengan norma yang berlaku antara baik dan tidak baik. Dengan
demikian kepribadian ini cenderung kurang dapat berpartisipasi dalam
tindakan cyberbullying.
Berdasarkan pemaparan diatas, dimensi extraversion dan openness to
experience dalam kepribadian big five juga dapat menjadi prediktor dari
tindakan cyberbullying. Remaja yang memiliki extraversion tinggi dan
openness to experience tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar
dalam melakukan tindakan cyberbullying.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar
2.1
Skema
dimensi
extraversion
dengan
kecenderungan
cyberbullying
Remaja
Dimensi
Extraversion tinggi
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan kognitif
3. Perkembangan sosioemosional
Remaja mudah bersosialisasi, ekspresif,
memiliki kebutuhan untuk mendominasi,
cenderung mudah terpengaruh teman sebaya
Agresi verbal tinggi
Kecenderungan melakukan
cyberbullying
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Remaja
Dimensi Extraversion
rendah
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan kognitif
3. Perkembangan sosioemosional
Remaja cenderung menarik diri dari pergaulan
sosial, tidak mudah terpengaruh teman sebaya,
pasif dan kurang dapat mengekspresikan emosi
Agresi verbal rendah
Kecenderungan remaja
melakukan cyberbullying rendah
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Gambar 2.2 Skema antara dimensi openness to experience dengan
kecenderungan cyberbullying
Remaja
Dimensi openness to
experience tinggi
1.Perkembangan fisik
2.Perkembangan kognitif
3. Perkembangan sosioemosional
Remaja cenderung kreatif, eksploratif namun
kurang memiliki kontrol diri , memiliki sensitivitas
tinggi, bergairah,ekspresif dan impulsif
Agresi verbal tinggi
Kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Remaja
Dimensi openness to
experience rendah
1.Perkembangan fisik
2.Perkembangan kognitif
3. Perkembangan sosioemosional
Remaja cenderung tidak kreatif, patuh
pada aturan, dan bertindak sesuai dengan
norma baik dan tidak baik
Agresi verbal rendah
Kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying rendah
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
F. Hippotesis
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah :
1. Ada hubungan antara dimensi extraversion dengan kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor extraversion
maka
akan
memunculkan
kecenderungan
remaja
melakukan
cyberbullying.
2. Ada hubungan antara dimensi openness to experience dengan
kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor
openness to experience maka akan memunculkan kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian
korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana
variasi dari satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain berdasarkan koefisien korelasi (Sangadji, 2010). Penelitian ini bertujuan
untuk menguji hubungan antara dua variabel yaitu cyberbullying dan dimensi
kepribadian big five yaitu extraversion dan openness to experience.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : dimensi extraversion dan openness to experience
dalam kepribadian big five
2. Variabel tergantung : cyberbullying
C. Definisi Operasional
1. Cyberbullying
Cyberbullying
adalah
bentuk
dari
tindakan
bullying
yang
menggunakan media elektronik dan alat komunikasi dan informasi seperti
telepon seluler, email, chat rooms, blogs, game online, media sosial
maupun pesan singkat yang digunakan oleh seseorang maupun kelompok
secara sengaja, terus menerus atau berulang dengan tujuan mengganggu
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
atau menyakiti orang lain. Cyberbullying tersebut diungkap dengan
menggunakan skala kecenderungan menjadi pelaku cyberbullying dengan
aspek yang merujuk pada sifat bullying yaitu intimidasi, power, dan
kontinuitas yang kemudian disesuaikan dengan berbagai macam media
elektronik dan komunikasi yang digunakan sehingga dapat menilai praktik
cyberbullying. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala terpakai
cyberbullying Mawardah (2012). Semakin besar skor yang didapat maka
tingkat kecenderungan melakukan tindakan cyberbullying semakin tinggi
dan begitu sebaliknya.
2. Kepribadian Big Five
Kepribadian big five merupakan kepribadian yang memuat lima
faktor
kepribadian
manusia
yaitu
Agreeableness,
Extraversion,
Neurotisicm, Openness to Experience dan Conscientiousnes. Kepribadian
big five diungkap dengan menggunakan skala Kepribadian big five yang
mengacu dari IPIP (the International Personality Item Pool). Semakin
besar skor yang didapat maka semakin cenderung tinggi seseorang
memiliki faktor kepribadian big five tersebut.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan usia 12-18 tahun
dan telah menggunakan telepon seluler ataupun internet sekurang-kurangnya
satu tahun. Menurut hasil penelitian, remaja dan anak muda pada rentang usia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
tersebut cenderung mudah terlibat dalam tindakan cyberbullying (Price &
Dalgleish, 2010). Selain itu, pengguna internet yang mayoritas menggunakan
media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain 91% diantaranya
didominasi oleh remaja (Amanda Lenhart, 2012). Oleh karena itu peneliti
mengambil subyek penelitian pada kategori remaja.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala cyberbullying
yang disusun menggunakan metode likert. Skala ini merupakan skala terpakai
dari Mawardah (2012). Hal ini peneliti lakukan karena alat ukur tersebut
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin peneliti lihat dalam penelitian ini
serta alat ukur tersebut telah memenuhi kriteria alat ukur yang baik. Alat ukur
yang baik adalah alat ukur yang mampu memberikan informasi yang dapat
dipercaya dan telah memenuhi beberapa criteria yaitu reliable, valid, standar,
ekonomis dan praktis (Azwar, 2009). Selain itu, dalam penelitian ini juga
menggunakan skala kepribadian big five yang mengadaptasi dari IPIP ( the
International Personality Item Pool). Skala kepribadian big five ini disusun
oleh R. Goldberg.
1. Skala cyberbullying
Skala
cyberbullying
terdiri
dari
47
pertanyaan
dengan
menggunakan 5 pilihan respon yaitu SL (selalu), SR (sering), KD
(kadang-kadang), JR (jarang), dan TP (tidak pernah). Semua pernyataan
terdiri dari 25 pernyataan favorable dan 22 pernyataan unfavorable.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Tabel 3.1 Penilaian skor jawaban favorable dan unfavorable
Pilihan jawaban
Favorable
Skor
Unfavorable
SL
TP
4
SR
JR
3
KD
KD
2
JR
SR
1
TP
SL
0
Tabel 3.2 Komponen skala cyberbullying
Aspek
Nomor aitem
Favorable
Intimidasi
Power
Total
%
Unfavorable
1, 2, 3, 4, 5,
26, 27, 28,
6, 7, 8, 9, 10
29, 30, 31, 32
11, 12, 13,
33, 34, 35,
17
36
14
30
16
34
14, 15, 16, 17 36, 37, 38, 39
Kontiunitas
18, 19, 20,
40, 41, 42,
21, 22, 23,
43, 44, 45,
24, 25
46, 47
Total
47
100 %
2. Skala Kepribadian Big Five
Skala big five yang digunakan mengadaptasi dan memodifikasi
dari International Personality Item Pools (IPIP) yang dirancang oleh
R.
Goldberg.
memudahkan
Skala
setiap
ini
dirancang
peneliti
dan
dalam
dipublikasikan
untuk
mengakses
skala,
mengadministrasikan dan skoring. Skala big five dari Goldberg ini telah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
banyak digunakan oleh para peneliti beberapa diantaranya yaitu oleh
Khotimah (2013), Herarti (2012), Prasasti (2011) dan Sari (2010). Skala
ini
mengukur
lima
dimensi
kepribadian
yaitu
extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to
experience.
Skala big five disusun menggunakan metode likert yang terdiri dari
50 item. Setiap dimensi kepribadian terdiri dari 10 item yang disusun
atas pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable. Skala big five
memiliki 5 pilihan respon jawaban yaitu SKS (sangat kurang setuju),
KS (kurang setuju), AST (antara setuju dan tidak setuju), AS (agak
setuju), dan SS (sangat setuju).
Berikut ini adalah penilaian untuk setiap pilihan jawaban favorable dan
unfavorable :
Tabel 3.3 Penilaian untuk jawaban favorable dan unfavorable
Pilihan Jawaban
Favorable
Skor
Unfavorable
SS
SKS
5
AS
KS
4
AST
AST
3
KS
AS
2
SKS
SS
1
Skor tersebut dihitung berdasarkan skor total untuk setiap
dimensinya. Semakin tinggi nilai skor total maka semakin cenderung
tinggi seseorang memiliki faktor kepribadian big five tersebut.
Tabel 3.4 Komponen skala kepribadian big five
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dimensi
Nomor Item
Favorable
Extraversion
1, 11, 21,
Total
49
%
Unfavorable
6, 16, 26, 36, 46
10
20 %
2, 12, 22, 32
10
20 %
8, 18, 28, 38
10
20%
4, 14, 24, 29, 34,
10
20%
10
20%
31, 41
Agreeableness
7, 17, 27,
37, 42, 47
Conscientiousness 3, 13, 23,
33, 43, 48
Neuroticism
9, 19
39, 44, 49
Openness
experience
to 5, 15, 25,
10, 20, 30, 40
35, 45, 50
Total
100%
F. Validitas dan Reliabititas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas
isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar,
2009). Dalam skala pada penelitian ini validitas diuji dengan penilaian
analisis rasional yang dilakukan oleh dosen pembimbing.
2. Seleksi item
Seleksi item pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan itemitem yang berkualitas. Batasan untuk menentukan item-item yang
berkualitas adalah ≥ 0,30, namun dalam kasus tertentu, batasan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
tersebut dapat diturunkan menjadi 0,25 dengan suatu pertimbangan
(Azwar, 2009). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS 16.0,
didapatkan hasil item pada skala cyberbullying memiliki koefisien
korelasi aitem-total (rix) sebesar 0,099 sampai 0,848. Sedangkan pada
skala kepribadian big five memiliki koefisien korelasi aitem-total (rix)
yang berkisar antara 0,45 sampai 0,568 untuk dimensi extraversion,
antara 0,112 sampai 0,523 untuk dimensi agreeableness, antara 0,101
sampai 0,455 untuk dimensi conscientiousness, antara – 0,056 sampai
0,345 untuk dimensi neurotisicm dan antara 0,049 sampai 0,629 untuk
dimensi openness to experience.
Berdasarkan hasil seleksi item untuk skala cyberbulying dengan
batasan rxi ≥ 0,30 diperoleh 33 item yang lolos dan 14 item yang
gugur. Sedangkan untuk skala kepribadian big five dengan batasan rxi
≥ 0,30 diperoleh 28 item yang lolos dan 22 item yang gugur.
Berikut ini adalah distribusi skala cyberbullying dan skala
kepribadian big five berdasarkan hasil dari seleksi item yang telah
dilakukan.
Tabel 3.5 Distribusi skala cyberbullying
Aspek
Nomor item
Total
Favorable
Unfavorable
Intimidasi
1,6,7
26,27,28,29,30,31,32
10
Power
12,14,17,
33, 34,35,36,37,38,39
10
40,41,42,43,44,45,46,47
13
Kontinuitas 18,20,22,24,25
Total
33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Tabel 3.6 Distribusi skala kepribadian big five
Dimensi
Nomor item
Total
Favorable
Unfavorable
Extraversion
1,21
36,46
4
Agreeableness
7,17,27,42,47
2,12,32
8
Conscientiousness
3,13,23,43,48
8,18
7
Neuroticism
9
4,49
3
10,30
6
Openness
to 15,25,35,50
Experience
Total
28
3. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan maupun konsistensi dari alat ukur, dengan kata lain
reliabilitas merupakan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
angkanya berada pada rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin
tinggi angka reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya, sebaliknya jika semakin rendah angka reliabilitasnya
mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2009).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
koefisien alpha cronbach. Dalam perhitungannya, didapatkan hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
bahwa reliabilitas untuk skala kecenderungan cyber bullying sebesar
0,951 dan reliabilitas untuk skala kepribadian big five sebesar 0,832 .
G. Metode analisis data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data pada
variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini.
Jika nilai signifikan (p) ≥ 0,05 maka data yang diperoleh
berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05
maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan
antara skor variabel independen yaitu kepribadian big five dan
variabel dependen yaitu cyberbullying merupakan garis linear atau
tidak. Jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05 maka hubungan antara
variabel mengikuti garis linear. Sedangkan jika nilai signifikan (p)
≥ 0,05 maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak linear.
2. Uji hipotesis
Uji hipotes dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi
dengan menggunakan program SPSS windows versi 16.0.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tryout
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji coba
terhadap alat ukur . Uji coba alat ukur bertujuan untuk mendapatkan itemitem yang valid dan reliable pada skala kepribadian big five dan skala
cyberbullying. Uji coba alat ukur tersebut dilakukan pada subjek remaja di
SMA Budya Wacana dan subjek remaja yang berusia 12-18 tahun yang
sedang berada di pusat perbelanjaan di Yogyakarta pada tanggal 10
Februari 2015 dan 19 Februari 2015. Subjek yang digunakan dalam uji
coba berjumlah 100 orang dan masing-masing subjek diberikan dua skala
yaitu skala kepribadian big five dan skala cyberbullying.
B. Pelaksanaan Penelitian
Peneliltian ini dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015 dan tanggal 25 Mei 2015. Skala tersebut diberikan kepada 160 siswa dengan rincian 94
siswa Sekolah Menengah Pertama di SMP Stella Duce 2 dan 66 siswa dari
Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta yaitu 34 siswa dari SMA Kolose
De Brito dan 32 siswa dari SMA Stella Duce 1.
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
C. Analisis Data
1. Deskripsi subjek penelitian
a. Jenis kelamin
Total subjek dalam penelitian ini adalah 160 siswa dari sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas yang terdiri dari 96
perempuan dan 64 laki-laki. Berikut ini rincian jenis kelamin
subjek penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.1 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian
Jenis kelamin
Total
Perempuan
Laki-laki
96
64
160
b. Usia
Subjek pada penelitian ini memiliki rentang usia 12 sampai 18
tahun. Berikut ini tabel deskripsi usia subjek penelitian.
Tabel 4.2 Deskripsi usia subjek penelitian
Usia
Total
12-15 tahun
16-18 tahun
99
61
160
2. Statistik deskriptif penelitian
Dibawah ini merupakan rangkuman dari mean teoritik, mean
empiris dan standar deviasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Tabel 4.3. Hasil statistik deskriptif
Variabel
N
Min
Max
Mean
Mean
St.
Sig.(2-
Teoritik
Empiris
Deviasi
tailed)
X1
160
6
20
12
12,92
25,92
0,000
X2
160
9
30
18
21,03
3,775
0,000
Y
160
0
107
66
26,29
24,035
0,000
Keterangan :
X1 : Extraversion
X2 : Openness to Experience
Y
: variabel dependen yaitu cyberbullying
Uji statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui gambaran statistik data berupa mean, standar deviasi dan
lain-lain dari kedua variabel yaitu dimensi extraversion dan openness
to experience dalam kepribadian big five dan cyberbullying.
Berdasarkan rangkuman tabel diatas dimensi exktraversion dan
dimensi openness to experience dari variabel kepribadian memiliki
nilai mean empiris yang lebih besar dari mean teoritiknya, hal ini
berarti subjek cenderung memilliki tingkat extraversion dan openness
to experience yang cukup tinggi. Sedangkan pada variabel
cyberbullying memiliki nilai mean empiris yang lebih rendah dari
mean teoritiknya, hal ini menandakan bahwa kecenderungan subjek
melakukan cyberbullying tergolong rendah. Perbedaan nilai mean
empiris dan teoritik ini juga signifikan jika dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,000 ( p < 0,05). Hal ini berarti perbedaan antara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
rerata kepribadian big five dan rerata cyberbullying berbeda secara
signifikan.
3. Uji normalitas
Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji
normalitas
Kolmogorov-Smirnov.
Hasil
pengujian
tersebut
menunjukkan bahwa data dimensi kepribadian big five memiliki
sebaran yang normal. Hal ini dapat ditunjukan dari nilai p ≥ 0,05.
Untuk dimensi ektraversion nilai p sesuai dengan batasan yang telah
ditetapkan yaitu 0,051 dan untuk dimensi openness to experience
memiliki nilai p ≥ 0,05 yaitu 0,232. Sedangkan variabel cyberbullying
memiliki sebaran data yang tidak normal, hal ini ditunjukkan dari nilai
p ≤ 0,05. Berikut hasil analisis data menggunakan KolmogorovSmirnov.
Tabel 4.4 Hasil tes Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Kolmogorov-
Sig
smirnov
Ektraversion
1,354
0,051
Openness to Experience
1,037
0,232
Cyberbullying
2,180
0,000
4. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dimensi extraversion dan
openness to experience dalam kepribadian big five sebagai variabel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
independen dan cyberbullying sebagai variabel dependen memiliki
hubungan yang linear atau tidak. Hubungan dikatakan linear jika
kenaikan skor dari variabel independen diikuti oleh kenaikan skor dari
variabel dependen. Uji linearitas ini menggunakan test for linearity.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel cyberbullying dan dimensi opennes to experience tergolong
linear dengan nilai signifikansi ≤ 0,05 yaitu 0,002. Sedangkan pada
variabel cyberbullying dengan extraversion dapat dikatakan tidak
linear, hal ini dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05 yaitu 0,591.
Tabel 4.5 Hasil uji linearitas
Hubungan
F
Signifikansi
Cyberbullying*Extraversion
0,291
0,591
Cyberbullying*Openness to
9,656
0,002
Experience
Gambar 4.1 Scaterplot Cyberbullying*Extraversion
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Gambar 4.2 Scaterplot Cyberbullying*Openness to experience
5. Uji hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk
arah hubungan diantara dua variabel atau lebih dan besarnya pengaruh
yang disebabkan oleh variebel yang satu terhadap variebel yang lain.
Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis
korelasi Spearman-Rho. Hal ini dilakukan karena salah satu sebaran
data penelitian tidak normal yaitu data penelitian pada variabel
cyberbullying. Berikut tabel analisis korelasi atau uji hipotesis dari
kedua variabel.
Tabel 4.6 Uji hipotesis kedua variabel
Extraversion
dan
kecenderungan
R
P
-0,026
0,373
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
cyberbullying
Openness
to
experience
dan
-0,211
0,004
kecenderungan cyberbullying
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
dimensi extraversion dengan kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying. Semakin tinggi
skor
extraversion
maka akan
memunculkan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Hasil
analisis korelasi menunjukkan nilai koefesien korelasi sebesar - 0,026
dengan nilai signifikansi sebesar 0,373 ( p > 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua
variabel yaitu dimensi extraversion dengan kecenderungan melakukan
cyberbullying. Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak.
Sedangkan, hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah ada
hubungan
antara
dimensi
openness
to
experience
dengan
kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Semakin tinggi skor
openness to experience maka akan memunculkan kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying. Hasil analisis korelasi menunjukkan
nilai koefisien korelasi sebesar - 0,211 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,004 ( p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kedua variabel yaitu dimensi
openness
to
experience
dengan
kecenderungan
melakukan
cyberbullying. Selain itu, dilihat dari nilai koefisiennya yang negatif (0,211) berarti dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi bersifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
negatif hal ini berarti semakin tinggi skor opennes to experience maka
semakin rendah kecenderungan melakukan cyberbullying. Hipotesis
kedua dalam penelitian ini juga ditolak.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi
extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five
dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying. Kepribadian big
five memiliki lima dimensi yaitu agreableness, extraversion, neuroticism,
conscientiousness, dan openness to experience. Penelitian ini hanya
berfokus pada dua dimensi yaitu extraversion dan opennes to experience.
Hal ini dikarenakan pada penelitian-penelitian sebelumnya telah menguji
dan menemukan hubungan tiga dimensi kepribadian big five dengan
tindakan
agresi
dan
cyberbullying
yaitu
dimensi
agreableness,
extraversion, dan neuroticism.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dimensi extraversion
tidak berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan cyberbullying.
Sedangkan pada dimensi openness to experience diketahui memiliki
hubungan yang signifikan namun bersifat negatif atau dengan kata lain
kedua hipotesis pada penelitian ini ditolak.
Penelitian ini menggunakan skala cyberbullying terpakai dari Mutia
Mawardah. Alat ukur tersebut digunakan karena sesuai dengan tujuan dan
sasaran dalam penelitian ini serta alat ukur tersebut telah memenuhi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
kriteria alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang
mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya dan telah memenuhi
beberapa kriteria yaitu reliable, valid, standar, ekonomis dan praktis
(Azwar, 2009). Sedangkan menurut Widhiarso (2012) reliabilitas yang
tinggi tidak menjamin skala yang digunakan cukup valid. Hal ini karena
reliabilitas yang tinggi dapat muncul dari skala yang kurang valid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
dimensi extraversion dalam kepribadian big five dengan kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying dan ada hubungan yang negatif antara
dimensi openness to experience dengan kecenderungan remaja melakukan
cyberbullying atau dengan kata lain kedua hipotesis ditolak. Hal tersebut
dapat dijelaskan dari keterbatasan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini. Keterbatasan alat ukur tersebut terletak pada penulisan item
unfavorable yang menggunakan kata “tidak” pada variabel cyberbullying.
Penulisan butir item tersebut cenderung mengarahkan respon subjek pada
indikator perilaku yang akan diukur yaitu kecenderungan melakukan
cyberbullying. Hal ini membuat subjek memilih respon jawaban yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Selain itu, penulisan butir item
yang kurang tepat tersebut diduga juga berkontribusi terhadap distribusi
data pada variabel cyberbullying yang tidak normal. Hal ini berarti bahwa
variabel cyberbullying tidak menunjukkan pengaruh hubungan yang
signifikan sehingga kedua hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Faktor kedua yang diduga mempengaruhi hasil penelitian adalah
kecenderungan cyberbullying pada remaja dalam penelitian ini masuk
dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empiris yang
lebih rendah daripada nilai mean teoritik (26,29 > 66) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Kecenderungan cyberbullying yang masuk dalam kategori rendah ini
dapat disebabkan oleh karakteristik personal subjek yaitu dilihat dari jenis
kelamin. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 160 dimana sebagian besar
didominasi oleh remaja perempuan yaitu sebanyak 96 sedangkan remaja
laki-laki sebanyak 64. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa laki-laki lebih berpotensi besar untuk terlibat dalam
cyberbullying dan cenderung mudah untuk menunjukkan perilaku
cyberbullying dari pada perempuan yang lebih cenderung berpotensi untuk
menjadi target atau korban cyberbullying (Alonzo & Aiken dalam
Kowalski dkk, 2012 ; Dilmac, 2009 ; Ozden & Icellioglu, 2014). Menurut
teori agresi yang dikemukakan oleh Bartol (dalam Sarwono, 1988) proses
sosialisasi pada masa kanak-kanak memberi pengaruh atau menghasilkan
sifat-sifat yang khas pada remaja. Sifat-sifat ekspansif atau exploratif,
manipulatif, dan agresif adalah sifat khas remaja laki-laki sedangkan sifatsifat submisif, memelihara, menahan diri dan non agresif menjadi sifat
khas remaja perempuan.
Disisi lain, penelitian menemukan bahwa remaja perempuan lebih
cenderung dan sering terilibat dalam tindakan cyberbullying daripada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
remaja laki-laki (Smith, Mahdavi dkk, 2008 ; Kowalski & Limber dalam
Kowalski dkk, 2012). Hal ini sesuai dengan teori agresi yang mengatakan
bahwa perilaku agresi laki-laki cenderung mudah diekspresikan secara
langsung sedangkan perilaku agresi pada perempuan sulit diekspresikan
secara langsung sehingga perempuan cenderung melakukan perilaku agresi
secara tidak langsung atau indirect seperti bergosip atau menyebarkan
rumor, memanipulasi orang lain untuk mengancam orang lain (Baron &
Byrne, 2005). Perilaku agresi tidak langsung tersebut merupakan salah
satu bentuk dari cyberbullying. Disamping itu, beberapa penelitian
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan cyberbullying (Hinduja & Patchin, Mishna dkk dalam
Kowalksi dkk, 2012). Laki-laki ataupun perempuan memiliki porsi yang
hampir sama untuk melakukan cyberbullying, perbedaan yang dapat
ditemukan hanya terletak pada frekuensi dan intensitasnya dalam perilaku
cyberbullying yaitu dikatakan bahwa frekuensi laki-laki lebih besar dari
pada perempuan untuk melakukan cyberbullying (Kowalski dkk, 2012).
Faktor lainnya yang diduga juga mempengaruhi hasil penelitian ini
adalah faktor teman sebaya. Menurut penelitian yang dilakukan Gottfried
(2012) pengalaman melakukan cyberbullying di Indonesia sebagian besar
terjadi dalam lingkup atau komunitas teman sebaya, dengan kata lain
teman sebaya memberi pengaruh terhadap remaja di Indonesia dalam
melakukan
cyberbullying.
Dalam
penelitian
tersebut
Gottfried
mengungkapkan bahwa 53 % remaja di Indonesia yang melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
cyberbullying dipengaruhi oleh komunitas teman sebaya, sedangkan
sisanya 37 % dipengaruhi oleh faktor lain dari dalam maupun dari luar diri
remaja itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Gottfried tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel kepribadian dalam penelitian ini diduga hanya
berkontribusi kecil terhadap kecenderungan remaja di Indonesia dalam
melakukan cyberbullying.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, peneliti menyadari bahwa
penelitian ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini
terletak pada alat ukur yang digunakan untuk melihat kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying. Alat ukur tersebut memiliki kelemahan
pada butir penulisan item unfavorable, dimana item tersebut cenderung
mengarahkan respon subjek. Hal ini menyebabkan data pada penelitian ini
tidak menunjukkan keadaan yang sesuangguhnya dari subjek.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
dimensi extraversion dalam kepribadian big five tidak terbukti berhubungan
signifikan dengan kecenderungan remaja melakukan cyberbullying (r = - 0,026,
p = 0,373 > 0,05). Sedangkan pada dimensi openness to experience dalam
kepribadian big five terbukti berkorelasi negatif dengan kecenderungan remaja
melakukan cyberbullying (r = - 0,211, p = 0,004 < 0,05). Hubungan bersifat
negatif artinya semakin tinggi skor openness to experience maka semakin
rendah kecenderungan remaja melakukan cyberbullying.
B. Saran
Berdasarkan penelitian secara keseluruhan dan keterbatasan peneliti,
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut
1. Bagi remaja
Berdasarkan hasil penelitian, subjek pada penelitian ini memiliki
tingkat kecenderungan melakukan cyberbullying yang rendah. Meskipun
demikian, remaja diharapkan dapat menggunakan sarana teknologi dan
komunikasi seperti smartphone ataupun media sosial secara bijak dan
terkontrol sehingga kecenderungan remaja melakukan cyberbullying tidak
terjadi.
2. Bagi orangtua dan pendidik
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan orangtua dan pendidik
sebagai pendamping bagi remaja dapat melakukan kontrol dan
pendampingan dalam menggunakan teknologi komunikasi yang semakin
pesat perkembangannya saat ini, sehingga kecenderungan remaja terlibat
dalam cyberbullying rendah.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat meneliti kembali hubungan antara dimensi
extraversion dan openness to experience dalam kepribadian big five dengan
kecenderungan remaja melakukan cyberbullying dengan memperbaiki alat
ukur yang telah digunakan untuk mengkaji kembali hasil penelitian yang
telah didapatkan pada penelitian ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
______.(2013). 41 Juta Masyarakat Indonesia Miliki Smartphone. Diakses
12 Februari 2014, dari http://www.the-marketeers.com.
______.(2014). Sekolah Tinggi-Tinggi Tapi Mulut Tidak Berbudaya.
Diakses 4 september 2014, dari m.kaskus.co.id.
Aziffa. (2014). Mahasiswa S2 diBully di Media Sosial. Diakses 4
september 2014, dari http://regional.kompas.com.
Azizah
Nur.
(2005).
Perilaku
Moral
dan
Religiusitas
Siswa
Berlatarbelakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Azwar.Saifuddin.Dr. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta:
Erlangga.
Beran Tanya ; Li Qing. (2007). The Relationship Between Cyber Bullying
and School Bullying. Journal of Student Wellbeing. Vol.1(2).15-33.
Berkowitz.L. (1995). Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta : Pustaka
Binaman Pressindo.
Bianchi.A ; Philips.G.James (2005). Psychological Predictor of Problem
Mobile Phone Use. Cyber Psychology and Behavior.
Brack. Kerryn ; Caltabiano.Nerina. (2012). Cyberbullying and Personality
in Australian Adults. James Cook University.
Çelik, S., Atak, H., & Erguzen, A. (2012). The effect of Personality on
Cyberbullying Among University Students
in Turkey. Eurasian
Journal of Educational Research, 49, 129-150.
Dilmac.B (2009). Pschycological Needs as a Predictor of Cyber Bullying:
a Preliminary Report on College Student. Turkey : 42090 MeramKonya.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Dilmac.B ; Aydogan.D. (2010). Parental Attitude as a Predictor of Cyber
Bullying among Primary School Children. Engineering and
Technology Research.
Dilmaç.B ; Aydoğan.D. (2010). Values as a Predictor of Cyber-bullying
Among Secondary School Students. International Journal of Social,
Management, Economics and Business Engineering.
Feist,J. & Feist,G.J. (2006). Theories of Personality. Six Edition. New
York : McGraw Hill.
Gary B, Thomas J ; Misty E. (2007). Definisi Smartphone Menurut Ahli.
Diakses Februari 2014, dari http://baturajahebat.com.
Goldberg,L.R ; Johnson,J.A ; Eber,H.W ; Hogan,R ; Ashton,M.C ;
Cloningerr,C.R ; Gough,H.G. (2006). The International Personality
Item Pool and Future of Public-Domain Personality Measure.
Journal of Research in Personality.
Gottfried. (2012). One in Ten (12%) Parents Online, Around the World
Say Their Child Has Been Cyberbullied, 26% Say They Know of a
Child Who Has Experienced Same in Their Community. Diakses
juli 2015, dari http://www.ipsos-na.com
Grene, M.B. (2003). Counseling and Climate Change as Treatment
Modalities for Bullying in school. International Journal for The
Advancement of Counseling.
Herarti Martha. (2012). Hubungan Antara Dimensi Kepribadian dengan
Tingkat Burnout pada Perawat IGD Rumah Sakit di Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas
Sanata
Dharma.
Yogyakarta
(tidak
dipublikasikan).
Hinduja.S ; Patchin.W.Justin. (2012). Social Influence on Cyber Bullying
Behaviors Among Middle and High School Student. Journal Youth
Adolescent.
John. P & Savratas. S. (1999). The Big-Five Trait Taxonomy:
History, Measurement, and Theoretical Perspectives. University of
California : Department Psychology.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Jones.(2013). Social Media’s Affect on Human Interaction. Diakses 8
september 2015, dari http://www.hastac.org.
Juvonen. (2003). Bullying among Young Adolescents : The Strong, The
Weak, and The Troubled.
Keith.S ; Martin.M.E. (2005). Cyber Bullying : Creating a Culture of
Respect in a Cyber World. Reclaiming Children and Youth.
Khotimah.H. (2013). Hubungan antara Kelekatan Anak-Orangtua,
Dimensi Kepribadian Big Five dan Kecenderungan Psikopat Pada
Remaja
di
Lembaga
Pemasyarakatan.
Thesis
(tidak
dipublikasikan) Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Kokkinos.C.M ; Antoniadou.N ; Dalara.E ; Koufogazou A ; Papatzlki A.
(2013). Cyber Bullying, Personality and Coping among Pre
Adolescents. Journal of Cyber Behavior, Psychology and Learning.
Kowalski.M ; Limber.S ; Limber.S.P ; Agatston.P.W.(2012). Cyber
bullying: Bullying in The Digital Age. Second Edition. Wiley
Blackwell.
Lenhart Amanda. (2012). Teens, Smartphone and Texting. Pew Research
Center‟s Internet & American Life Project. Dipungut dari
http://pewinternet.org/Reports/2012/Teens-and-smartphones.aspx
Li Qing ; Smith.P.K ; Cross.D. (2011). E Book. Cyber Bullying in The
Global Playground: Research From International Perspective.
Wiley Blackwell.
Mason,K.L. (2008). Cyber bullying: a Preliminary Assessment for School
Personel. Psychology in The Schools.
Mastuti. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five
(Adaptasi IPIP) Pada Mahasiswa Suku Jawa. Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga: Insan Vol.7 No.3
Mawardah.M. (2012). Hubungan antara Kelompok Teman Sebaya dan
Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Menjadi Pelaku Cyber
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
Bullying pada Remaja. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
(Thesis) tidak dipublikasikan.
Mohamad Ardyan. (2013). 5 Media Sosial yang Digunakan Orang
Indonesia.
Diakses
tanggal
22
Agustus
2015,
dari
http://www.merdeka.com
NCH. (2009). Putting U in The Picture-Mobile Phone bullying survey
2005. Dipungut dari www.nch.org.
Olweus.D. (2012). Invited Expert Discussion Paper Cyber Bullying: An
Overrated Phenomenon. Eropean Journal of Developmental
Psychology 520-538.
Ozden.S.Melis ; Icellioglu.Serra. (2014). The Perception of Cyber Bullying
and Cyber Victimization by University Student in Term of
Personality Factor. Social and Behavioral Science.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human
Development: Psikologi Perkembangan (ed. ke-10, bag. II).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Pisch. M. (2010). Examining Adolescent Cyberbullying in Saskatchewan.
Thesis. Department of Educational Psychology and Special
Education. University of Saskatchewan.
Prasasti, N.A. Renny. (2011). Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big
Five dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Akhir. Skripsi.
Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Prayogi. (2014). Pengguna Smartphone. Diakses 12 Februari 2014, dari
http://techno.okezone.com.
Price.M ; Dalgleish.J. (2010). Cyber Bullying : Experience, Impact, and
Coping Strategie as Described by Australian Young People. Youth
Studies Australia.
Priyatno.D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Priyatno.D. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik san Non
Parametrik Dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
Raad, B.D & Perugni.M. (2002). Big Five Assesment. Gottingen : Hogrefe
& Huber Publisher.
Reza Iqbal. (2015). Pengguna Internet di Indonesia. Diakses tanggal 22
Agustus 2015, dari http://tekno.liputan6.com.
Riauskina, I, I ; Djuwita, R ; Soestio, S.R. (2005). “Gencet-Gencet” di
Mata Siswa/Siswi kelas 1 SMA : Naskah Kognitif Tentang Arti
Skenario dan Dampak Gencet-gencetan. Jurnal Psikologi Sosial
diakses dari (http://www.google.co.id/bully“bullying”dalam dunia
pendidikan (bagian 1)<<POPsy!Jurnal Psikologi Populer).
Royananda. (2013). Pengaruh sosial media terhadap interaksi manusia.
Diakses 8 september 2015, dari www.royananda.blogspot.com
Rudi, T. (2010). Informasi Perihal Bullying (e-book). Blog Indonesian
Anti Bullying.
Sangadji.M.E ; M.M.Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi
Santrock.W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Edisi 5. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sari.A.Dian. (2010). Uji Validitas Alat Ukur Big Five Personality
(Adaptasi dari IPIP) Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi.
Fakultas
Psikologi.
Universitas Islam Negeri Hidayatullah : Jakarta.
Sarwono.W.Sarlito,Dr. (1988). Agresi Manusia. Bandung : PT Eresco.
Shariff & Shaheen. (2008). Cyber bullying : issues and solution for the
school, the clasroom and the home. New York: Routledge.
Smith.P.K ; Mahdavi.J ; Carvalho.M ; Fisher.S ; Russell.S ; Tippett.N.
(2008). Cyber Bullying: its Nature and Impact in Secondary School
Pupils. Journal of Child Psychology and Psychiatry.
Sulaiman. (2014). Kasus-Kasus Cyberbullying yang Berakhir Tragis.
Diakses 11 Juni 2014, dari http://m.detik.com.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
McCrae, R. R., &Sutin, A.R. (2009).Openness to Experience. In M. R.
Leary and R. H. Hoyle (Eds.), Handbook of Individual Differences
in Social Behavior (pp. 257-273). New York: Guilford.
Talley.A ; Bettencourt.Ann.B ; Benjamin.J.Arlin ; Valentine. Jeffrey.
(2006). Personality and Aggressive Behavior Under Provoking and
Neutral
Conditions:
A
Meta-Analytic
Review.
American
Psychological Association.
Upi. (2010). Lebih Dari 25% Remaja Alami Cyberbullying. Diakses 15
Februari 2014, dari http://ictwatch.com/.
Vandebosch, H ; Cleemput. K.V (2008). Defining Cyber bullying: a
Qualitatif Research into The Perceptions of Youngsters. Cyber
Psychology and Behavior.
Vazquez. (2014). Society’s Social Interaction is Being Killed by Social
Media. Diakses 8 september 2015, dari www.patriottation.com
Widhiarso. (2012). Hasil Uji Tidak Signifikan Bisa Jadi Karena Penulisan
Butir Item yang Kurang Tepat. Diakses 1 September 2014, dari
Widhiarso.staff.ugm.ac.id.
Yonida. (2015). Penggunaan Media Sosial di Indonesia Mulai
Tersegmentasi Berdasarkan Kebutuhan. Diakses 8 september 2015,
dari http://dailysocial.net.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Skala
SKALA PENELITIAN
NAMA : Cicilia Verina Krisniminarti
NIM
: 10911413
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Pernyataan Kesediaan
SKALA I
Pada kesempatan ini, Anda akan mendapatkan dua (2) buah skala,
saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi sejumlah pernyataan-
PETUNJUK KHUSUS :
pernyataan yang saya sertakan sesuai dengan kondisi diri anda.. Dalam skala
Di bawah ini terdiri dari 28 pernyataan yang menggambarkan ciri-ciri
penelitian ini tidak ada penilaian jawaban benar atau salah, sehingga Anda
kepribadian. Anda di minta secara jujur menyatakan seberapa jauh Anda
diharapkan menjawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi diri
setuju dengan pernyataan yang menggambarkan :
Anda. Usahakan jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan.
Atas kesediaan Anda untuk mengisi sejumlah pernyataan ini, saya
sampaikan terimakasih.
-BAGAIMANA ANDA MENILAI DIRI ANDA SENDIRIDalam skala ini semua jawaban adalah benar, tidak ada jawaban yang salah.
Oleh sebab itu, jawablah yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
Peneliti,
Cicilia Verina Krisniminarti
PSI/USD/109113114
Identitas Diri
Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah
disediakan. Berikut ini pilihan jawabannya :
SKS
: Jika anda merasa Sangat kurang Setuju
KS
: Jika Anda merasa Kurang Setuju
AST
: Jika Anda merasa antara Setuju dengan Tidak Setuju
Inisial
:
AS
: Jika anda merasa Agak Setuju
Usia
:
SS
: Jika Anda merasa Sangat Setuju
Jenis kelamin
:
Contoh :
Kelas
:
Suku
:
Lama menggunakan ponsel
: _________________
Lama mengunakan internet
: _________________
No
Pernyataan
1.
Saya mudah tersinggung
SKS
KS
AST
AS
√
Bacalah dengan cermat, jika sudah selesai harap diperiksa kembali jangan
sampai ada yang terlewati !
-SELAMAT MENGERJAKAN-
No
1.
2.
Pernyataan
Saya menghidupkan
suasana
Saya merasa kurang
SKS
KS
AST
AS
SS
SS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19
20.
21.
memiliki kepedulian
terhadap orang lain
Saya selalu siap
Saya mudah merasa
tertekan
Saya tertarik dengan
oranglain
Saya meninggalkan
barang-barang
sembarangan
Saya merasa tenang setiap
waktu
Saya memiliki kesulitan
memahami gagasan/ ideide abstrak
Saya menghina orang lain
Saya memperhatikan halhal kecil
Saya mempunyai imajinasi
yang hidup
Saya simpati dengan
perasaan orang lain
Saya membuat sesuatu
berantakan
Saya memulai percakapan
Saya melakukan tugas atau
pekerjaan dengan segera
Saya memiliki gagasan/
ide-ide yang cemerlang
Saya memiliki perasaan
yang lembut
Saya tidak memiliki
imajinasi yang baik
Saya tidak tertarik dengan
orang lain
Saya memahami sesuatu
dengan cepat
Saya tidak suka menjadi
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
pusat perhatian
Saya merasakan perasaan
orang lain
Saya mengikuti jadwal
atau rencana
Saya pendiam dengan
orang baru
Saya membuat oranglain
merasa tenteram
Saya cermat dalam
pekerjaan
Saya sering merasa
murung
Saya penuh dengan
pemikiran atau ide-ide
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
SKALA II
5.
PETUNJUK KHUSUS
Dibawah ini terdiri dari 33 pernyataan. Dalam skala ini semua jawaban adalah 6.
benar, tidak ada jawaban yang salah. Oleh sebab itu, jawablah yang sesuai dengan
keadaan dan kondisi diri anda dalam kehidupan sehari-hari.
Skala ini terdapat 5 rentang pilihan. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang
(√) pada kolom yang telah disediakan. Berikut ini adalah pilihan jawabannya :
SL
: Selalu
7.
SR
: Sering
KD
: Kadang-kadang
JR
: Jarang
TP
: Tidak pernah
8.
Contoh :
No Pernyataan
1.
Saya mengirim pesan berbahaya
dijejaring sosial teman
SL
SR
√
KD
JR
TP
9.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, jika sudah selesai periksalah
kembali jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan !!
No
1.
2.
3.
4.
Pernyataan
Saya mengancam teman
saya di jejaring sosial, jika
saya merasa dirugikan
Saya meneror seseorang
lewat sms jika orang
tersebut telah mencampuri
urusan saya
Saya berbohong tentang
seseorang atau memulai
rumor/isu/gossip tentang
mereka
Saya melecehkan teman
SL
SR
KD
JR
TP
10.
11.
12.
saya yang lemah di jejaring
sosial sehingga dapat
menyingung mereka
Saya mengirimkan pesan
(sms) ancaman kepada
teman saya yang lemah
Pada saat bermain game
online, saya mengabaikan
teman saya yang
kemampuannya dibawah
saya
Saya mengancam akan
mengalahkan atau menyakiti
seseorang dijejaring sosial
secara berulang-ulang
Saya membicarakan teman
saya, membuat
rumor/isu/gossip/dan
mengolok-olok teman saya
dijejaring sosial secara
berulang-ulang
Saya mengirimkan pesan
(sms) ancaman kepada
teman saya yang membuat
saya kesal secara berulangulang
Saya mengirimkan alert
untuk account game online
teman saya, agar
dinonaktifkkan secara
berulang-ulang
Saya memanggil teman saya
dengan nama yang tidak
mereka sukai pada saat
bermain game online secara
berulang-ulang
Saya sulit memberikan
komentar-komentar
porno/negatif kepada teman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
saya
Saya tidak mengabaikan
teman saya ketika saya dan
teman lainnya sedang asyik
melakukan sesuatu
Saya tidak meneror
seseorang lewat sms jika
orang tersebut telah
mencampuri urusan saya
Saya tidak berbohong
tentang seseorang / memulai
rumor/isu/gossip tentang
mereka lewat sms
Saya tidak mengambil foto
didalam handphone (HP)
teman saya tanpa izin dari
mereka
Saya tidak mengatakan halhal untuk menjatuhkan dan
mempermalukan teman saya
digame online
Saya tidak menganggu
teman saya pada saat
bermain game online
Saya tidak menunjukkan
suatu keburukan teman saya
yang lemah ke teman-teman
yang lain
Saya tidak melecehkan
teman saya yang lemah
dijejaring sosial sehingga
dapat menyingung mereka
Saya tidak merubah
password jejaring sosial
teman saya yang saya
anggap dia lemah
Saya tidak mengirim pesan
(sms) ancaman kepada
teman saya yang lemah
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Saya membalas sms dari
teman yang saya anggap dia
adalah teman yang aneh
Saya tidak menyuruh orang
lain untuk menghack
account game online teman
saya karena telah membuat
saya marah
Pada saat bermain game
online saya tidak
mengabaikan teman saya
yang kemampuannya di
bawah saya
Saya tidak mengancam
akan mengalahkan atau
menyakiti sseorang
dijejaring sosial secara
berulang-ulang
Saya tidak mengirimkan
sesuatu (note,Wall, tweet)
yang menyakiti untuk teman
saya, walaupun tidak
menyantumkan nama
mereka secara langsung di
jejaring sosial secara
berulang-ulang
Saya tidak membicarakan
teman saya, membuat
rumor/isu/gossip dan
mengolok-olok teman saya
di jejaring sosial secara
berulang-ulang
Saya tidak mendiamkan atau
tidak menghiraukan atau
mengabaikan seseorang,
tidak membalas chattingnya
secara berulang-ulang
Saya tidak mengirimkan
pesan (sms) ancaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
31
32.
33.
kepada teman saya yang
membuat saya kesal secara
berulang-ulang
Saya tidak menganggu
(missed call) teman saya
secara berulang-ulang
Saya tidak mengirimkan
alert untuk account game
online teman saya, agar
dinonaktifkan secara
berulang-ulang
Saya tidak memanggil
teman saya dengan nama
yang tidak mereka sukai
pada saat bermain game
online secara berulangulang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Reliabilitas Skala Kepribadian Big Five
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.832
50
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
item1
163.24
316.528
.359
.827
item2
163.56
305.461
.523
.822
item3
163.70
313.929
.395
.826
item4
164.18
313.038
.345
.827
item5
163.80
322.768
.139
.832
item6
163.88
320.046
.164
.832
item7
163.11
314.442
.371
.827
item8
163.93
309.278
.404
.825
item9
163.85
316.896
.302
.828
item10
163.99
310.616
.477
.824
item11
163.27
318.704
.230
.830
item12
162.88
311.218
.478
.824
item13
163.58
315.842
.380
.827
item14
164.52
330.232
-.056
.836
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
item15
163.36
313.586
.410
.826
item16
164.14
326.021
.045
.834
item17
163.00
313.798
.427
.826
item18
163.57
313.116
.363
.827
item19
164.13
323.993
.113
.832
item20
163.76
326.023
.049
.834
item21
163.43
309.541
.568
.823
item22
163.85
323.119
.112
.833
item23
163.65
313.159
.372
.826
item24
164.51
333.505
-.131
.839
item25
163.64
308.859
.576
.823
item26
163.73
319.048
.214
.830
item27
163.58
314.347
.370
.827
item28
164.20
318.747
.193
.831
item29
164.35
317.886
.227
.830
item30
163.68
313.735
.354
.827
item31
163.78
315.931
.277
.829
item32
163.09
311.376
.500
.824
item33
163.47
315.726
.279
.829
item34
164.53
320.999
.137
.833
item35
163.69
315.994
.325
.828
item36
164.23
314.967
.312
.828
item37
163.42
320.913
.234
.830
item38
163.69
324.115
.101
.833
item39
164.58
321.377
.147
.832
item40
163.68
324.987
.073
.834
item41
164.48
323.868
.084
.834
item42
163.61
314.321
.342
.827
item43
163.42
312.650
.455
.825
item44
164.50
326.253
.035
.835
item45
163.57
321.945
.175
.831
item46
164.19
312.277
.323
.828
item47
163.61
316.786
.341
.828
item48
163.92
317.226
.318
.828
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
item49
163.75
316.513
.317
.828
item50
163.60
306.667
.629
.821
Reliabilitas skala cyberbullying
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.951
47
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
item1
41.54
939.039
.364
.951
item2
41.25
945.341
.209
.952
item3
41.55
948.513
.195
.952
item4
41.07
948.652
.147
.952
item5
40.79
941.925
.226
.952
item6
41.67
944.466
.371
.951
item7
41.71
947.238
.345
.951
item8
41.21
942.713
.236
.952
item9
41.59
944.689
.251
.951
item10
41.18
941.038
.254
.951
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
item11
41.59
949.658
.244
.951
item12
41.63
941.084
.441
.951
item13
41.71
949.905
.251
.951
item14
41.74
945.730
.444
.951
item15
40.66
943.398
.175
.952
item16
41.69
948.337
.217
.951
item17
41.30
936.919
.318
.951
item18
41.74
944.255
.430
.951
item19
41.59
947.881
.260
.951
item20
41.53
942.050
.330
.951
item21
40.57
949.359
.099
.952
item22
41.66
942.914
.366
.951
item23
41.37
946.437
.235
.951
item24
41.73
944.522
.456
.951
item25
41.41
935.537
.395
.951
item26
39.98
907.979
.483
.951
item27
40.14
929.374
.327
.951
item28
40.48
887.808
.714
.949
item29
40.50
894.596
.704
.949
item30
40.51
891.263
.730
.949
item31
40.51
880.010
.782
.948
item32
40.41
894.204
.692
.949
item33
40.53
883.928
.773
.949
item34
40.61
879.392
.830
.948
item35
40.70
878.434
.804
.948
item36
40.74
876.497
.830
.948
item37
39.93
898.874
.659
.949
item38
40.66
872.146
.848
.948
item39
40.40
879.636
.810
.948
item40
40.68
876.604
.843
.948
item41
40.55
879.240
.820
.948
item42
40.58
883.216
.810
.948
item43
40.28
897.981
.676
.949
item44
40.69
885.570
.768
.949
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
item45
40.50
890.212
.727
.949
item46
40.65
884.917
.737
.949
item47
40.51
882.293
.783
.948
84
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kepribadian
160
56
133
97.18
11.761
Extraversion
160
6
20
12.92
2.592
openness_to_experience
160
9
30
21.03
3.775
Cyberbullying
160
0
107
26.29
24.035
Valid N (listwise)
160
One-Sample Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kepribadian
160
97.18
11.761
.930
Extraversion
160
12.92
2.592
.205
openness_to_experience
160
21.02
3.775
.298
Cyberbullying
160
26.29
24.035
1.900
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
kepribadian
104.523
159
.000
97.181
95.34
99.02
extraversion
63.053
159
.000
12.919
12.51
13.32
openness_to_experience
70.449
159
.000
21.025
20.44
21.61
cyberbullying
13.835
159
.000
26.288
22.53
30.04
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Normalitas
1. Kepribadian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kepribadian
N
Normal Parameters
160
a
Mean
97.18
Std. Deviation
11.761
Most Extreme
Absolute
.078
Differences
Positive
.078
Negative
-.056
Kolmogorov-Smirnov Z
.993
Asymp. Sig. (2-tailed)
.278
a. Test distribution is Normal.
2. Dimensi Ektraversion & Openennes to Experience
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
openeness_to_expe
ektraversion
N
Normal Parameters
a
rience
160
160
Mean
12.92
21.02
Std. Deviation
2.592
3.775
Most Extreme
Absolute
.107
.082
Differences
Positive
.107
.082
Negative
-.105
-.060
1.354
1.037
.051
.232
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Cyberbullying
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Cyberbullying
N
Normal Parameters
160
a
Mean
Std. Deviation
26.29
24.035
Most Extreme
Absolute
.172
Differences
Positive
.172
Negative
-.137
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
2.180
.000
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Linearitas
1. Cyberbullying & Ektraversion
ANOVA Table
Sum of Squares
cyberbullying * ektraversion Between Groups
(Combined)
df
Mean Square
F
Sig.
11698.790
14
835.628
1.512
.114
160.695
1
160.695
.291
.591
11538.095
13
887.546
1.606
.090
Within Groups
80151.985
145
552.772
Total
91850.775
159
Linearity
Deviation from Linearity
2. Cyberbullying & Openness to Experience
ANOVA Table
Sum of Squares
cyberbullying *
openeness_to_experience
Between Groups
(Combined)
Linearity
88
df
Mean Square
F
Sig.
16120.954
19
848.471
1.569
.072
5222.928
1
5222.928
9.656
.002
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Deviation from Linearity
Scaterplot
10898.026
18
605.446
Within Groups
75729.821
140
540.927
Total
91850.775
159
1.119
.340
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Korelasi
1. Ektraversion & Cyber bullying
Correlations
extrovert
Spearman extrovert
's rho
Correlation Coefficient
1.000
-.026
.
.373
160
160
-.026
1.000
Sig. (1-tailed)
.373
.
N
160
160
Sig. (1-tailed)
N
cyberbullying
cyberbullying
Correlation Coefficient
2. Opennes to experience & Cyberbullying
Correlations
opennes_to_
experience
Spearman opennes_to_experience
Correlation
's rho
Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
-.211
**
.
.004
160
160
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.004
.
N
160
160
N
Cyberbullying
cyberbullying
Correlation
Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
90
-.211
Download