BAB I I.1 Pendahuluan Latar Belakang Daerah penelitian adalah area Cekungan Makasar di bagian laut dalam Selat Makassar, diantara Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat. Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitian adalah Cekungan Makassar di bagian laut dalam Selat Makassar Daerah penelitian dipilih sebagai obyek penelitian karena saat ini merupakan cekungan sedimen yang paling aktif dilakukan eksplorasi hidrokarbon. Sebelumnya cekungan ini belum dieksplorasi karena posisinya berada di laut dalam. Setelah perkembangan teknologi eksplorasi meningkat, serta tingginya harga minyak dan gas 1 dunia di tahun 2006, maka kawasan ini menjadi salahsatu cekungan paling aktif dieksplorasi saat ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian tentang Cekungan Makassar, termasuk penelitian yang lebih rinci tentang mekanisme pembentukannya. I.2. Kendala daerah penelitian Di wilayah penelitian (lepas pantai Sulawesi barat) sudah cukup banyak terdapat data seismik 2D, tetapi hanya memiliki satu data pemboran saja yang baru diselesaikan di bulan Juli 2009. Data seismik refleksi 2D sebenarnya memiliki kualitas yang baik, tetapi untuk tampilan seismik yang berada di bawah zona deformasi thrust-fold, kualitasnya sangat merosot, kontinyuitas reflektor seismik menjadi kurang jelas sehingga pendefinisian struktur maupun karakter fasies seismic dari suatu megasekuen/sekuen seismik menjadi sulit ditafsirkan. Penelitian geologi terpublikasi yang cukup rinci tentang wilayah ini juga masih sangat sedikit. Pembahasan penelitian cenderung masih bersifat regional atau hanya sebagai bagian kecil dari suatu kajian regional. Di luar wilayah penelitian, yaitu di daratan Pulau Sulawesi, sudah terdapat cukup banyak penelitian geologi permukaan serta terdapat beberapa sumur pemboran darat dengan jarak cukup jauh untuk dikorelasikan, teetapi masih dapat digunakan untuk acuan ikatan korelasi ke wilayah penelitian dengan dukungan data seismik. I.3 Permasalahan daerah penelitian Berdasarkan penelitian sebelumnya, Cekungan Makassar diketahui terbentuk berkaitan dengan terpisahnya daratan Sulawesi bagian barat dari daratan Kalimantan timur yang membentuk Selat Makassar. Sebagian besar peneliti sebelumnya berpendapat pembukaan Selat Makassar yang memicu pembukaan Cekungan Makassar terjadi karena pengaruh dari pembukaan yang terjadi di Laut Celebes. Hall, 1997 berpendapat bahwa pembukaan bukan saja dari di Laut Celebes, tetapi juga di Laut barat Filipina (gambar 1.2). 2 Gambar 1.2 Pembentukan Cekungan Makassar, menurut Hall,1997, karena pembukaan Laut Celebes dan Laut barat Filipina Menurut Satyana 2003, Pembukaan Selat Makassar di kala Eosen tengah disebabkan oleh pembukaan Laut Celebes dan/atau back-arc spreading dari subduksi Lempeng India-Australia (Ceno-Thethys) ke bagian timur Sulawesi. Tetapi pembukaan Selat/Cekungan Makassar terhenti saat Miosen awal (21 Ma) ketika bagian timur Sulawesi menyatu (docked) dengan Sulawesi barat (gambar 1.3). Gambar 1.3 Pemisahan Sulawesi barat dengan pembukaan selat Makassar pada Eosen tengah (45 Ma) dipicu oleh membukanya Laut Celebes dan/atau karena back-arc spreading dari subduksi Lempeng India-Australia (Ceno-Thethys) ke bagian timur Sulawesi. Pembukaan Selat/Cekungan Makassar terhenti saat Miosen awal (21 Ma) ketika bagian timur Sulawesi menyatu (docked) dengan Sulawesi barat. (Satyana,2003, dari modifikasi data regional tak terpublikasi Unocal Indonesia Co.) 3 Meskipun beberapa penulis berpendapat seperti di atas, terdapat pertimbangan lain mengenai genesa pembentukan selat dan cekungan Makassar, yaitu penelitian lain yang mengkaitkan adanya pengaruh tektonisasi ekstrusi di bagian tenggara Lempeng Eurasia akibat escape tectonic yang disebabkan benturan Lempeng India ke Lempeng Eurasia. Brown, 1985 (di Satyana 2006) mengilustrasikan adanya sistem persesaran Asia tenggara yang mengilustrasikan sekuensial deformasi di masa Kenozoikum, yaitu adanya fragmentasi lempeng NW-SE shears dan SW-NE expansion. Fragmentasi Sundaland menjadi tiga fragmen lempeng mikro: China selatan, Indochina dan Sunda melalui persesaran sesar utama : Red River, Tonle Sap Mekong dan Sumatera (gambar 1.4). Persesaran mendatar tampak berkembang sampai di derah penelitian,sehingga menimbulkan pertanyaan, bagaimana implikasinya terhadap tektonisasi kenozoikum di daerah penelitian. Gambar 1.4 Sistem persesaran Asia tenggara yang mengilustrasikan sekuensial deformasi Kenozoikum. Peta menunjukkan fragmentasi lempeng NW-SE shears dan SW-NE expansion. Fragmentasi Sundaland menjadi tiga fragmen lempeng mikro: China selatan, Indochina dan Sunda, melalui persesaran sesar utama: Red River, Tonle Sap Mekong dan Sumatera (Satyana 2006 dari Wood, 1985). 4 Berdasarkan penelitian sebelumnya, keberadaan sesar-sesar mendatar regional berarah WNW/NW-ESE/SE yang melintasi Pulau Kalimantan, Cekungan Makassar dan daratan Pulau Sulawesi tersebut dikenali sebagai: Sesar mendatar Palu-KoroSangkulirang yang beradadi sisi utara Cekungan Makassar Utara dan Sesar mendatar Adang-Lupar yang berada diantara Cekungan Makassar utara dan Cekungan Makassar selatan, serta Sesar mendatar selatan Selat Makassar. Berdasarkan hal di atas, dapat diformulasikan bahwa permasalahan di daerah penelitian yang menyangkut penyebab pembentukan Selat dan Cekungan Makassar, yaitu antara: 1. Pendapat mayoritas peneliti-peneliti terdahulu yang cenderung menyatakan pembukaan Selat Makassar akibat pembukaan yang terjadi di Laut Celebes, sehingga Cekungan Makassar ditafsirkan sebagai cekungan rekah-lembah (rift valley basin) oleh tektonik regangan (ekstensional), sedangkan sesar-sesar mendatar regional WNW/NW – ESE/SE seolah-olah sebagai sesar transform yang menjadi struktur penyerta ikutan akibat proses perekahan (rifting) cekungan Makassar (gambar 1.5.a) 2. Adanya kemungkinan genesa pembentukan Cekungan Makassar yang terkait erat dengan keberadaan Sesar-sesar mendatar regional WNW/NW – ESE/SE di daerah penelitian, karena secara teori tektonik dan prinsip deformasi, pembentukan cekungan karena interaksi persesaran mendatar memang menungkinkan (gambar 1.5.b). Pemikiran ini menjadi topik kajian penelitian dan sebagai dasar hipotesa penelitian. Gambar 1.5. (a) Ilustrasi pembentukan Cekungan Makassar karena pembukaan cekungan (rifting of basin) oleh tektonik ekstensional. (b) ilustrasi pembentukan Cekungan Makassar karena tektonik regangan dari interaksi persesaran mendatar regional. 5 I.4 Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut : Cekungan Makassar diduga terbentuk sebagai cekungan rekah-tarik (pullapart basin) akibat tektonisasi transtensional dari persesaran mendatar regional WNW/NW – ESE/SE yang membatasi cekungan (lihat ilustrasi pada gambar 1.5.b). Cekungan transtensional akan dicirikan oleh fase tektonik ekstensional yang menerus (berkelanjutan) Fase tektonik ekstensional yang berkelanjutan diduga membentuk struktur graben & half-graben pada posisi yang berbeda. Tatanan tektono-stratigrafi Cekungan Makassar diduga mencerminkan rekaman dari tektonik transtensional I.5 Asumsi-asumsi, I.5.1 Asumsi Penelitian Dalam suatu cekungan, pembentukan sekuen pengendapan sedimen selain dipengaruhi oleh konfigurasi geometri alas pengendapan, ruang akomodasi dan energi arus pengendapan, juga dapat dipengaruhi oleh adanya varibilitas dari tektonisasi dan strukturasi yang terjadi di cekungan tersebut. Secara kinematika, pembentukan cekungan karena tektonik ekstensional (rift basin) akan berbeda dengan pembentukan cekungan ‘pull-apart’ karena tektonik transtensional. Perbedaan genesa antara cekungan ekstensional (rift basin) dan cekungan transtensional, mengakibatkan perbedaan pada: produk deformasi ,evolusi perubahan lingkungan tektonisasi , dan sistem sedimentasinya. 6 I.5.2 Karena Asumsi kelayakan data keterbatasan data geologi bawah laut dan bawah permukaan di wilayah penelitian, maka data utama yang digunakan untuk analisis, penafsiran dan sintesis penelitian adalah data seismik refleksi. Data seismik yang tersedia di daerah penelitian adalah data seimik 2D yang telah diproses dengan benar, sehingga analisis dan penafsiran geologi dengan menggunakan data seismik diasumsikan dapat mencerminkan dengan benar keadaan geologi sesungguhnya. I.6 Ruang Lingkup dan Sasaran Penelitian I.6.1 Ruang lingkup penelitian Lingkup penelitian tentang pembuktian hipotesa mekanisme pembentukkan Cekungan sebagai cekungan ‘pull apart’ oleh tektonik transtensional dari persesaran mendatar regional NW/WNW-SE/ESE yang terdapat di daerah penelitian serta pembuktian hipotesa bahwa tektono-stratigrafi di Cekungan Makassar dapat disusun secara genetis berdasarkan pengaruh perubahan lingkungan tektonisasi transtensional terhadap megasekuen/sekuen pengendapan sedimen yang mengisi Cekungan Makassar. Mengingat keterbatasan data maka telaah tektono-stratigrafi atau tektono-megasekuen lebih banyak mengandalkan analisis dan penafsiran data seismik dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip sedimentasi dan stratigrafi serta rekonstruksi dengan penggunaan metode restorasi seismik . I.6.2 Sasaran penelitian Sasaran penelitian adalah: 1. Mendapatkan sintesis mekanisme pembentukan Cekungan Makassar untuk pembuktian hipotesa bahwa Cekungan Makassar merupakan cekungan rekahtarik (pull-apart) karena tektonik transtensional akibat persesaran mendatar regional NW/WNW-SE/ESE. 2. Mendapatkan penafsiran tektono-stratigrafi di Cekungan Makassar, wilayah lepas pantai Sulawesi Barat. dalam skala dalam skala mega sekuen atau 7 sekuen, sesuai dengan sistem tektonik dan evolusi lingkungan tektonisasi yang membentuk Cekungan Makasssar. 3. Mendapatkan sintesis terhadap interaksi lempeng tektonik yang mempengaruhi sistem tektonik pembentukan Cekungan Makassar. 4. Mendapatkan kajian implikasi dari telaah tektonostratigrafi terhadap potensi keberadaan dan akumulasi hidrokarbon I.7 Metodologi Penelitian Berangkat dari formulasi masalah yang dirumuskan sebagai topik hipotesa , penelitian dimulai dengan melakukan pengolahan data, kemudian melakukan analisis data berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan untuk mendapatkan penafsiran aspek-aspek geologi yang menunjang sasaran penelitian. Rangkuman dari penafsiran aspek-aspek geologi ini menjadi sintesis yang diperlukan untuk pembuktian hipotesa penelitian. Secara metodologi, alur proses penelitian dapat diilustrasikandalam skema yang ditujukkan pada gambar 1.6. Gambar 1.6 Skema alur kerja penelitian mekanisme pembentukan Cekungan dan Tektono-Stratigrafi Cekungan Makassar I 8