BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus: ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakterisktik investasi yang dipilih (Darmaji dan Fakhruddin, 2012: 2). Pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas, seperti saham dan obligasi. Bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama (BEI) (Tandelilin, 2010: 26). 1 menjadi Bursa Efek Indonesia 2 Aktivitas pasar modal menjadi peluang yang baik untuk masa depan pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan sekuritas yang ada pada saat ini, khususnya di wilayah Indonesia. Dengan demikian memudahkan perusahaan yang membutuhkan modal atau dana untuk aktivitas perusahaannya maupun masyarakat (investor) yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk saham (Jannah dan Agustin, 2014). Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga pilihan investasi oleh investor akan memperhitungkan expected return yang akan diterima. Return tersebut yang dimaksud adalah dividen dan capital gain (Hadi, 2013: 74). Para investor tertentu mungkin mempunyai pilihan dividen daripada capital gain. Pembayaran dividen merupakan alternatif pemecahan dalam kondisi ketidakpastian para investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) perusahaan. Dividen akan diterima saat ini dan terus menerus tiap tahun, sedangkan capital gain akan diterima untuk waktu yang akan datang jika harga saham naik. Dengan demikian perusahaan yang membayar dividen akan memecahkan ketidakpastian investor lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen (Martono dan Harjito, 2015: 254). Dividen akan dipergunakan investor sebagai alat penduga mengenai prestasi perusahaan di masa mendatang, dividen menyampaikan pengharapanpengharapan manajemen mengenai masa depan (Halim, 2015: 135). Dividen biasanya dibayarkan secara tunai. Harapan umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah bahwa perusahaan telah beroperasi secara sukses dan ia menerima bagian dari laba tersebut (Kieso et al., 2008: 321). Dividen 3 merupakan keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (net income after tax). Jadi dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Hadi, 2013: 74). Perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan dividen yang akan di bagi. Stabilitas laba yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan (Jannah dan Agustin, 2014). Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan emiten, saham perusahaan tersebut akan semakin menguntungkan investor. Sebab kinerja yang baik akan meningkatkan laba. Laba yang tinggi ini akan menyebabkan semakin besar pula kemungkinan mendapat pembagian dividen yang tinggi (Widoatmodjo, 2008: 44). Laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Laba dipandang sebagai penentu dari kebijakan pembayaran dividen. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (Belkaoui, 2007: 226). Jadi, selain laba bersih, investor juga dapat mempertimbangkan Kesempatan Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) dalam pembagian dividen tunai. Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan 4 terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran dividen (Martono dan Harjito, 2005: 255). Ketika peluang perusahaan naik, rasio pembayaran dividen turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan melebihi biaya modal dan dividen yang dikembalikan ke investor (Keown et al., 2010: 214). Fenomena yang ada, terdapat perusahaan di Indonesia yang mengalami peningkatan laba bersih namun dividen tunai yang diberikan cenderung diturunkan. Perusahaan Indospring Tbk (INDS) pada tahun 2013 laba bersihnya sebesar Rp147.608.449.013,00 sedangkan tahun 2012 laba bersihnya sebesar Rp134.068.283.255,00. Meskipun mengalami peningkatan laba bersih namun dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2013 adalah sebesar Rp100,00 per lembar saham, turun dibandingkan dengan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2012 yaitu sebesar Rp285,00 per lembar saham (www.idx.co.id). Fenomena lainnya, pada tahun 2014 terdapat beberapa perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang tidak membagikan dividen, khususnya dalam bentuk tunai. Perusahaan Cahaya Kalbar Tbk tidak membagikan dividen tunai pada tahun 2015 atas laba tahun 2014. Hal tersebut dikarenakan laba tahun berjalan perseroan tahun buku 2014 sejumlah Rp41.001.414.954 sebagian besarnya dibukukan sebagai laba ditahan untuk membiayai kegiatan operasional perseroan antara lain sebagai modal kerja perseroan. Sementara itu, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tidak membagikan dividen tunai karena mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ke depan dan rencana ekspansi dalam keputusan pembagian dividen. Hal ini 5 diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan tahun 2015 yang terdapat di website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Perusahaanperusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara laba bersih dan kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) terhadap dividen tunai. Hasil penelitian Ifah (2014) menunjukkan bahwa dividen tunai dipengaruhi secara signifikan oleh nilai laba bersih. Suardi dkk. (2014) menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen tunai sedangkan Luluk dan Nia (2014) menyatakan bahwa investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif terhadap dividen tunai. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Laba Bersih, Investment Opportunity Set, dan Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. 6 2. Bagaimana pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 secara parsial 3. Bagaimana pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 secara simultan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan antara lain untuk mendapatkan bukti empiris sebagai berikut: 1. Laba Bersih, Investment Opportunity Set, dan Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. 2. Pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20122014 secara parsial. 3. Pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20122014 secara simultan. 7 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna dan memiliki manfaat antara lain: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat membantu penulis untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai. 2. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai masukan untuk membagikan Dividen Tunai terutama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek indonesia. 3. Bagi Investor Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi berupa saran dan informasi serta menjadi bahan pertimbangan untuk investor dalam melakukan pengambilan keputusan terkait dengan adanya atau tidaknya pengaruh Laba Bersih dan Investment Opportunity Set terhadap Dividen Tunai. 4. Bagi Pihak Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan ilmu serta referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti maka penulis melakukan penelitian pada beberapa Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Data penelitian diperoleh dari website www.sahamok.com dan www.idx.co.id. Pengambilan data ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.