perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan biologis menjadi pemenuhan akan kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah perubahan tentang memilih lokasi atau tempat makan. Meskipun tujuan utama dari makan ini sendiri sebenarnya hanyalah untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa lapar. Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. 1. Wedangan atau hidangan istimewa kampung pada awalnya merupakan sebuah tempat makan yang menyajikan beragam aneka makanan dan minuman sederhana dan tradisional dengan harga terjangkau. Pada awalnya menu wedangan ataupun HIK yang disajikan tidak begitu variatif, hanya sebatas jajanan. Kalaupun terdapat makanan khas, kemungkinan besar hanyalah makanan khas daerah sekitar operasionalnya. Namun seiring dengan perkembangan jaman, orang yang berjualan juga dituntut kreatif serta inovatif untuk menjajakan dagangannya dengan menyajikan menu yang baru. Sekarang di kota Surakarta telah banyak dibuka wedangan-wedangan modern yang menyajikan menu a la HIK. Dari waktu commit to user 115 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibukanya pun relatif masih baru dan antara wedangan satu dengan yang lainnya tidak terlalu lama jangka waktu dibukanya. Wedangan modern telah menjadi fenomena di kota Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan beberapa daerah di Surakarta paling tidak terdapat satu wedangan modern ini. Dari perspektif pengelola, wedangan modern dianggap mampu menjadi daya tarik masyarakat dan melengkapi sesuatu yang selama ini diharapkan. Meskipun terkesan ikut-ikutan membuat wedangan modern karena laris, tentu hal tersebut merupakan sifat dasar manusia yang ingin selalu memanfaatkan kesempatan yang ada. 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan dalam perilaku konsumtif masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa mengunjungi wedangan modern telah menjadi sebuah gaya hidup dan sebagai bentuk eksistensi diri mereka. Hal ini ditunjukkan dengan wedangan modern yang telah menjamur di kota Surakarta dan jarang terlihat sepi. Wedangan modern telah memiliki sesuatu yang dapat kita sebut prestise, dimana sebuah tempat memiliki nilai guna dan orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut secara otomatis juga memiliki prestise tersebut. 3. Perubahan yang terjadi ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi desain tempat, harga terjangkau, hidangan khas, keramahan pegawai dan fasilitas wifi. commit to user 116 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pergeseran fungsi makan dari pemenuhan kebutuhan biologis menjadi pemenuhan akan kebutuhan sosial seperti perubahan tentang memilih lokasi atau tempat makan. Meskipun tujuan utama dari makan ini sendiri sebenarnya hanyalah untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa lapar. Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. Masyarakat beranggapan bahwa mengunjungi wedangan modern telah menjadi sebuah gaya hidup dan sebagai bentuk eksistensi diri mereka. B. Impikasi Berdasarkan penelitian tentang perubahan perilaku konsumtif masyarakat dalam konsep wedangan modern yang dilakukan di Kota Surakarta, maka peneliti menyimpulkan dalam beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Empiris Pergeseran fungsi makan dari pemenuhan kebutuhan biologis menjadi pemenuhan akan kebutuhan sosial seperti perubahan tentang memilih lokasi atau tempat makan. Padahal tujuan utama dari makan ini sendiri sebenarnya hanyalah untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa lapar. Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. commit to user 117 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari wedangan modern tersebut membuat pergeseran fungsi makan dari pemenuhan kebutuhan biologis menjadi pemenuhan akan kebutuhan sosial seperti perubahan tentang memilih lokasi atau tempat makan. Meskipun tujuan utama dari makan ini sendiri sebenarnya hanyalah untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa lapar. Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. Masyarakat beranggapan bahwa mengunjungi wedangan modern telah menjadi sebuah gaya hidup dan sebagai bentuk eksistensi diri mereka. 2. Implikasi Teoritis Untuk menganalisis bentuk perubahan perilaku konsumtif masyarakat dalam konsep wedangan modern di kota Surakarta, peneliti menggunakan teori masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard dan interaksi simbolik oleh Herbert Blumer. Menurut Baudrillard, untuk mendapatkan peran yang diinginkan, aktivitas konsumsi pun dengan sengaja dilakukan. Hal ini sejalan dengan teori Baudrillard yang mengungkapkan bahwa masyarakat kini hidup dalam suatu kebudayaan baru, suatu kebudayaan yang melihat eksistensi diri mereka dari segi banyaknya tanda yang dikonsumsi. Dalam masyarakat seperti ini, konsumsi tidak lagi dilihat sebagai suatu kegiatan menghabiskan obyek, tetapi merupakan interaksi di antara obyek atau sebagai suatu tindakan sistematis untuk memanipulasi orang lain. Dapat dilihat bahwa masyarakat commit to user 118 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengunjungi wedangan modern sebagai ajang menunjukkan eksistensi diri mampu mempengaruhi aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat. Teori selanjutnya yaitu interaksi simbolik dari Blumer. Teori interaksi simbolik Blumer berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek, bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Menurut interaksionisme simbolik, manusia belajar memainkan berbagai peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran ini, terlibat dalam kegiatan menunjukkan kepada satu sama lainnya, siapa dan apa mereka. Terlebih, sekarang ini banyak dijumpai wedangan berkonsep modern dan nyaman yang seolah-olah semakin menangguhkan eksistensi masyarakat yang ingin menunjukkan diri mereka. Permainan peran ini dilakukan dalam panggung sandiwara dramaturgi yang berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Dramaturgi terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan di wedangan tersebut, mereka ingin terlihat sebagai seorang yang memiliki status sosial. Upaya ini dilakukan tidak lain agar pengunjung dapat memperoleh pengakuan akan eksistensi dirinya dalam kelas masyarakat tertentu. commit to user 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berubahnya perilaku konsumsi merupakan hasil dari perilaku masyarakat. Perilaku yang terjadi merupakan respon secara keseluruhan dari masyarakat yang telah menerima stimulus-stimulus yang ada. Stimulus disini merupakan pengaruh-pengaruh yang masyarakat dapatkan dari dalam maupun luar dirinya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi dalam perilaku konsumtif tergantung oleh pengaruh-pengaruh yang mencoba mempengaruhi masyarakat. Bagaimana masyarakat akan bertindak merupakan respon-respon yang ia dapatkan dari pengaruh yang ada. Perilaku konsumsi ini tidak didasarkan lagi pada teori kebutuhan (need), tetapi didorong oleh hasrat (desire) dan keinginan (want). Pergeseran perilaku konsumsi yang tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan tetapi didasarkan pada motivasi untuk mendapatkan tantangan, suatu sensasi, kegembiraan, sosialisasi, menghilangkan stress, memberikan pengetahuan baru perkembangan trend baru dan model baru serta untuk menemukan barang yang baik dan bernilai bagi dirinya (Arnold and Reynolds 2003 :80-81) dikutip dari Orasi Ilmiah Margaretha Ardhanari. Perilaku konsumsi dari masyarakat dipengaruhi oleh sesama manusia itu sendiri. Seseorang melihat orang-orang yang mengunjungi dan makan di sebuah restoran dan kemudian menjadi tertarik. Dari proses melihat tersebut tercipta stimulus yang membuat orang tersebut menjadi tertarik dan mengunjungi restoran tersebut. Stimulus yang mungkin dapat commit to user 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membuat orang tersebut merasa tertarik untuk mengunjungi restoran tersebut karena banyak orang yang mengunjunginya. Bagi Baudrillard, konsumsi bukan sekadar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, atau pemuasan diri. Dalam masyarakat konsumsi modern, kita bukan hanya mengonsumsi barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. 3. Implikasi Metodologis Penelitian yang berjudul “Perubahan Perilaku Konsumtif Masyarakat Dalam Konsep Wedangan Modern di Kota Surakarta” ini adalah jenis penelitian fenomenologi, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok seseorang. Penelitian fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Adapun yang menjadi permasalahannya antara lain bagaimana strategi wedangan modern dalam menarik minat masyarakat, bentuk perubahan perilaku konsumsi masyarakat Surakarta dan faktorfaktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Untuk lokasi penelitian, peneliti memilih lokasi di Kota Surakarta. Alasan dipilihnya kota ini adalah karena sebagian besar masyarakat di kota ini adalah masyarakat konsumtif. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan peneliti, maka peneliti terjun langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan masyarakat. Peneliti commit to user 121 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id juga menggunakan teknik pengamatan atau observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling untuk menentukan sampel informan. Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil wawancara yang didapat dari sepuluh responden pengunjung wedangan modern. sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi Kota Surakarta. Untuk melakukan pengecekan validitas data, peneliti menggunakan triangulasi data. Pada penelitian ini, peneliti melakukan cross-check data dengan cara menguji kebenaran informasi yang diberikan oleh informan dengan keterangan dari responden. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisa interaktif. Proses ini diawali dengan pengumpulan data, karena data yang diperoleh di lapangan selalu berkembang maka peneliti selalu menggunakan reduksi data dan kemudian diikuti dengan penyajian data yang berupa deskripsi dan tabel. Setelah pengumpulan data berakhir, kemudian dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dengan cara melakukan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi dan penyajian data tersebut. Pada proses pengumpulan data, adapun hambatan-hambatan yang dialami, diantaranya adalah beberapa informan terkadang enggan untuk diwawancarai sehingga hal ini sedikit menyulitkan peneliti. commit to user 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Rekomendasi Dengan melihat pada hasil penelitian diatas, penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat Untuk masyarakat apabila mengonsumsi makanan dan minuman hendaknya lebih memperhatikan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Tidak hanya mengunjungi sebuah tempat makan untuk mengejar eksistensi diri. 2. Bagi Peneliti Bagi calon peneliti lain yang tertarik pada penelitian ini, mungkin dapat meneliti dan mengkaji kembali dengan menggunakan metode yang berbeda dan menggunakan teori yang berbeda. Bagi calon peneliti lain juga dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama namun dengan kajian masalah yang berbeda. commit to user 123