IDENTIFIKASI KURKUMINOID PADA EKSTRAK ETANOL RIMPANG

advertisement
IDENTIFIKASI KURKUMINOID PADA EKSTRAK ETANOL
RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga L. Willd)
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
(KLT)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh :
Ai Aay Rismayani
NIM. 13DF277002
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
INTISARI
IDENTIFIKASI KURKUMINOID PADA EKSTRAK ETANOL RIMPANG
LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga L. Willd) DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)1
Ai Aay Rismayani2 Davit Nugraha, S.Far.,3 Panji Wahlanto, S.Farm.,Apt4
Kurkuminoid adalah senyawa yang terdiri dari kurkumin serta dua
derivatnya berupa desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin, senyawa
tersebut terkandung dalam rimpang tanaman famili Zingiberaceae salah-satunya
adalah lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas
merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode kromatografi lapis tipis.
Tahap penelitian berupa pembuatan simplisia, ekstraksi dengan maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Untuk memiasahkan senyawa polar dan
nonpolar dilakukan fraksinasi bertingkat menggunakan air dan kloroform. Ekstrak
pekat rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) diidentifikasi
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) fase geraknya berupa kloroform :
metanol dengan konsentrasi eluen terbaik yaitu (35:1). Fase diam yang
digunakan adalah silika GF254.
Simpulan dari penelitian adalah identifikasi senyawa kurkuminoid pada
ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode
kromatografi lapis tipis dalam fase gerak kloroform : metanol (35:1) memberikan
hasil positif kurkuminoid dengan nilai Rf yang berbeda yaitu 0, 48, 0,5, dan 0,51.
Kata kunci
Keterangan
: Lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd), kurkuminoid, KLT
: 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing 1, 4 nama
pembimbing 2
vii
ABSTRACT
KURKUMINOID IDENTIFICATION OF ETHANOL EXTRACT RED
GALANGAL RHIZOME (Alpinia galanga L. Willd) BY USING
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC) METHOD 1
Ai Aay Rismayani2 Davit Nugraha, S.Far.,3 Panji Wahlanto, S.Farm.,Apt4
Kurkuminoid is a compound consisting of curcumin and its two derivatives
which are desmetoksi two-curcumin and bis-desmetoksi-curcumin, the compound
contained in the rhizome of the Zingiberaceae family one of the is red galangal
(Alpinia galanga L. Willd). This research aims to identify the kurkuminoid
compounds of the ethanol extract of red rhizome galangal (Alpinia galanga L.
Willd) using thin layer chromatography method.
The research phase is to make simplicia , extraction by maceration using
ethanol 96 % . To separate the polar and nonpolar compounds performed graded
fractionation using water and chloroform .The concentrated extract of red
galangal rhizome ( Alpinia galanga L. Willd ) were identified using Thin Layer
Chromatography ( TLC ) the motion phase used was the chloroform methanol
with best eluent concentration ( 35 : 1 ) . The stationary phase used was silica
GF254.
The conclusion of the research is the identification of kurkuminoid
compounds of the ethanol extract of red rhizome galangal (Alpinia galanga L.
Willd) using thin-layer chromatography method in the mobile phase chloroform:
methanol (35: 1) gives a result positive kurkuminoid with different Rf values are
0, 48, 0,5 and 0,51.
Keywords
:
Statement
:
Red galangal (Alpinia galanga L. Willd), kurkuminoid,
TLC
1 title, 2 student’s name, 3 first instructor’s name, 4
second instructor’s name.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu keanekaragaman flora (biodiversity) dapat menunjukan
adanya keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang
terkandung di dalamnya. Hal ini memungkinkan dilakukannya
penelitian dan penelusuran senyawa kimia
tentang metabolit
sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, salah-satunya
dengan melakukan analisis kualitatif.
Analisis
kualitatif
merupakan
analisis
untuk
melakukan
identifikasi elemen, spesies, atau senyawa-senyawa yang ada di
dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan
cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju
dalam suatu sampel (Sudjadi, 2007).
Hampir semua bagian dari tumbuhan dapat kita manfaatkan.
Bagian
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah
bagian daun, batang,
akar, rimpang, bunga, buah dan bijinya.
Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Surah Asy-Syu’ara ayat 7
Artinya
:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi,
berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”
Tumbuhan yang baik dalam hal ini adalah tumbuhan yang bermanfaat
bagi
makhluk hidup, termasuk tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai pengobatan.
Salah satu senyawa yang sering digunakan dalam pengobatan
yaitu kurkuminoid.
Kurkuminoid adalah suatu zat yang terdiri dari
senyawa yang bernama kurkumin yang tercampur dengan senyawa
analognya yaitu desmetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi-kurkumin.,
1
2
mempunyai warna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk
dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat
glasial, dan alkali
hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan
dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak bersifat toksik
(Kohls dan Uhl, 1985).
Tanaman yang diduga mengandung senyawa kurkuminoid
adalah rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd)
karena
mempunyai sifat pengobatan yang sama dengan rimpang temulawak
yang secara ilmiah telah terbukti mengandung senyawa kurkuminoid,
hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Oktariana (2008) menyatakan
bahwa uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menunjukkan bahwa
ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd)
memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat proses
oksidasi sebesar 50% (IC50) sebesar 712,0928 ppm, dengan
perbandingan hasil penelitian Setyowati dan Chatarina (2013)
menyatakan bahwa pada rimpang temulawak dan kunyit diketahui
memiliki sifat antioksidatif karena mengandung senyawa kurkuminoid.
Ekstraksi senyawa kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi, metode ini dipilih karena pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diperoleh maseratnya, serta
proses perendaman yang cukup lama diharapkan dapat menarik lebih
banyak zat aktif yang terkandung di dalam simplisia (Wullur, 2012).
Untuk memisahkan senyawa kurkuminoid dari senyawa-senyawa
lain yang terdapat dalam rimpang lengkuas merah, maka digunakan
salah satu metode pemisahan senyawa yaitu Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). KLT merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel
yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik seperti
3
lipida-lipida dan senyawa hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
menggunakan Kromatografi Kertas (Fessenden, 2003).
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, lebih diprioritaskan pada hal-hal berikut ini :
1. Bagian tanaman lengkuas merah yang digunakan adalah rimpang
yang masih segar yang diperoleh dari Kampung Kidul Desa
Buniseuri Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis yang kemudian
dibuat simplisia.
2. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96 %.
3. Uji kualitatif dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
C. Rumusan Masalah
Apakah pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia
galanga L. Willd) terdapat senyawa kurkuminoid?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
kandungan
senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas
merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai masukan
signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menjadi
acuan bagi peneliti selanjutnya dalam identifikasi senyawa yang
berbeda serta tumbuhan yang berbeda.
4
2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi sebuah informasi bagi pembaca, khususnya
para tenaga teknis kefarmasian untuk menambah informasi dalam
meningkatkan penggunaan obat tradisional.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian
Nama
Eka
Wahyu
Oktariana
Barokati
Azizah,
Nina
Salamah
Tahun
2008
2013
Tempat
Universitas
Diponegoro
Semarang
Fakultas
Farmasi
Universitas
Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
Judul
Uji
aktivitas
antioksidan dan
ekstrak etanol
rimpang
lengkuas merah
(Alpinia galanga
L. Willd) dengan
metode DPPH
(1,1-difenil-2pikrirhid razil)
Standarisasi
parameter non
spesifik
dan
perbandingan
kadar kurkumin
ekstrak etanol
dan terpurifikasi
rimpang kunyit
Persamaan
Menggunakan
sampel
tumbuhan yang
sama
Menggunakan
metode yang
sama yaitu KLT
pada identifikasi
kurkuminoid
Feriatul
Qiptiyah
2015
Program Studi
Pendidikan
Biologi FKIP
Universitas
Jember
Potensi ekstrak
rimpang
lengkuas merah
dalam
pengendalian
jamur hemileia
vastartix b. ei
br. pada kopi
arabika (coffea
arabica)
Menggunakan
sampel
tumbuhan yang
sama
Perbedaan
Hasil
Terbukti
sebagai
Uji aktivitas antioksidan
antioksidan baik secara
dengan
kualitatif
menggunakan metode maupun
kuntitatif
DPPH
Terdapat
perbedaan
Sampel
yang
yang
bermakna
digunakan
pada kadar
peneliti
rimpang
kurkumin
kunyit
dan
dan
dengan
beberapa
standar
nilai
parameter
parameter
non spesifik
non
spesifik
ekstrak
rimpang
Analisis
lengkuas
potensi
merah
efektifitas
memiliki
ekstrak
tingkat
dengan
penghitunga tertinggi
n
indeks efektif
intensitas
dalam
penyakit
mengham(IIP) ke
bat
pertumbuha
pertumbuh
n
hemileia
an
vastartix
hemileia
vastartix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tanaman Lengkuas Merah
Gambar 2.1 Rimpang Lengkuas Merah (Anonim, 2011)
Tanaman yang digunakan yaitu rimpang lengkuas merah
(Alpinia galanga L. Willd). Tinjauan botani dari rimpang lengkuas
merah (Alpinia galanga L. Willd) meliputi klasifikasi tanaman, nama
daerah, morfologi tanaman, ekologi dan penyebaran, kandungan
kimia serta khasiat tanaman.
a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Monocots
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Alpinia
Spesies
: (Alpinia galanga L. Willd)
(Meda, 2013 dalam Irmananda, 2014)
5
6
b. Nama Lain (Daerah)
Nama daerah dari lengkuas merah adalah Leungkueus
(Gayo), Langkueueh (Aceh), Halanas (Simalugun), Halas
(Batak Toba), Lakuwe (Nias), Lengkuas (Melayu), Lengkueh
(Minang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Madura) (Sinaga, 2009).
c. Morfologi Tanaman
Merupakan terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai
2 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat.
Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang
bersatu membentuk batang semu, berwarna
hijau agak
keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari
pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai
pendek, tersusun berseling. Daun disebelah atas dan bawah
biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk daun
memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun
rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60
cm, dan lebarnya 4-15 cm. Pelepah daun kurang lebih 15-30
cm, beralur, warnanya hijau. Bunga lengkuas merupakan
bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna
putih kehijauan atau putih kekuningan, yang terletak tegak
diujung batang (Sinaga, 2009).
Buahnya berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda
berwarna hijau-kekuningan, setelah tua berubah menjadi
hitam kecoklatan, berdimeter lebih kurang 1 cm. Ada juga
yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil, berbentuk
lonjong, berwarna hitam (Sinaga, 2009).
Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,
diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar
agak coklat berwarna kemerahan atau kuning kehijauan
pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih dan kemerahan,
7
keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna
putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila
udah dikeringkan rimpang berubah menjadi agak kehijauan,
dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapat rimpang
yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum
tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas,
menggigit dan berbau harum karena kandungan minyak
atsirinya (Sinaga, 2009).
d. Ekologi dan Penyebaran
Lengkuas tumbuh di tempat terbuka, yang mendapat sinar
matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas
menyukai tanah yang lembab dan gembur, tetapi tidak suka
tanah yang becek. Tumbuh subur di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Di
Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di
dalam semak belukar (Sinaga, 2009).
Lengkuas
ditemukan
menyebar
diseluruh
dunia.
Penyebarannya termasuk diseluruh indonesia, Asia tenggara,
dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut
Cina dan India barat daya. Penyebaran di Indonesia mulamula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah,
tetapi sekarang sudah di budidayakan di berbagai daerah.
(Anonim, 1978).
e. Kandungan Kimia
Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri, eugenol,
seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida,
galangan,
galangol, saponin, flaronoida, polifenol (flavonol, isoflavon,
flavanon, antosianidin, katekin, biflavan, kurkumin, katekin,
quercetin dan tannin), serta kristal kuning (Septiatin, 2008).
8
Lengkuas merah adalah salah satu sumber alamiah
terbaik dari senyawa kuersetin, yaitu suatu bioflavanoid yang
secara khusus baik untuk melawan radikal bebas. Di samping
kemampuan antioksidannya juga memiliki sifat mencegah
kanker, anti jamur, antibakteri, dan anti peradangan (Klohs
dan Uhl, 2012).
f.
Khasiat Tanaman
Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi
gangguan lambung, misalnya kolik serta digunakan untuk
mengeluarkan angin dari perut (stomachikum), penambah
nafsu
makan,
menetralkan
keracunan
makanan,
menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang
air kecil (diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan
mengobati penyakit herpes. Disamping itu rimpang lengkuas
juga dianggap memiliki khasiat antioksidan sebagai antitumor
atau sebagai antikanker terutama dibagian mulut dan lambung
(Sinaga, 2009).
2. Kurkuminoid
Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning (kurkumin)
dan turunannya yaitu desmetoksi-kurkumin dan bis-demetoksikurkumin. Kurkuminoid adalah kristal kuning gelap, larut dalam
alkohol
dan
asam
asetat.
Dalam
larutan
basa
kurkumin
menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokelatan yang
apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi
kuning kurkumin (Sudarsono,et al., 1996).
Kurkuminoid adalah senyawa yang larut dalam aseton, etanol
96%, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak
larut dalam air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas,
tidak bersifat toksik (Kiso, 1985).
9
Kurkuminoid
terkandung
adalah
dalam
Kurkuminoid
kelompok
rimpang
bermanfaat
senyawa
tanaman
untuk
famili
mencegah
fenolik
yang
Zingiberaceae.
timbulnya
infeksi
berbagai penyakit. Kandungan utama dari kurkuminoid adalah
kurkumin yang berwarna kuning gelap (Kristina dkk, 2007).
Selama dua dekade belakangan ini penelitian tentang
kurkumin sebagai bahan aktif untuk beberapa penyakit telah
banyak
dilakukan.
Di
antara
penelitian-penelitian
tersebut
diantaranya melaporkan tentang efek kurkumin sebagai antioksidan
(Oktariana, 2008), dan anti mutagenik (Irmananda, 2014).
Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan
warna akibat perubahan pH lingkungan. Dalam susana asam,
kurkuminoid berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam
suasana basa berwarna merah. Keunikan lain terjadi pada sifat
kurkumin dalam suasana basa, karena selain terjadi proses
disosiasi,
pada
suasana
basa
kurkumin
dapat
mengalami
degradasi. Degradasi ini terjadi bila kurkumin berada dalam
lingkungan pH 8,5 - 10,0 dalam waktu yang relatif lama, walaupun
hal ini tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak
terjadi degradasi kurkumin, karena proses degradasi sangat
dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan. Salah satu hasil degradasi,
yaitu feruloihmetan mempunyai warna kuning coklat
yang akan
mempengaruhi warna merah yang seharusnya terjadi. Sifat
kukuminoid lain yang penting adalah aktivitasnya terhadap cahaya.
Bila kurkumin terkena cahaya, akan terjadi dekomposisi struktur
berupa siklisasi kurkumin atau terjadi degradasi struktur. Kurkumin
memiliki efek sebagai anti inflamasi, meningkatkan sistem imun,
antikanker, sebagai kemoproventif kanker kolon (Sudarsono, et al.,
1996).
10
3. Deteksi Warna Kurkumin
Dalam larutan basa kurkumin menghasilkan larutan yang
berwarna merah kecokelatan yang apabila ditambahkan larutan
asam akan berubah warna menjadi kuning kurkumin (Kiso, 1985).
Kurkumin dalam bahasa Inggris disebut diferuloylmethane
yang merupakan senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa
polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua
bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan
dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam
bentuk cairan. Dengan adanya reaksi borat dengan kurkumin
membentuk kompleks khelat rosasianin yaitu suatu zat berwarna
merah (Roth dan Blaschke,1988).
Rekasi kurkumin dengan boraks ditunjukkan pada reaksi berikut :
Gambar 2.2 Reaksi Boraks dengan Kurkumin (Roth dan Blaschke,1988)
Selain dipengaruhi oleh suasana basa, kurkumin juga
dipengaruhi oleh suasana asam, hal ini dapat terjadi apabila
kurkumin
direaksikan
dengan
senyawa
asam
kuat
akan
menimbulkan bercak berwarna kuning. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Mishra, S. et al., 2008) yang
mensintesis pirazol dari kurkumin dan hidrazin hidrat (H2NNH2•H2O) dalam metode refluks dengan adanya asam. Hidrazin
hidrat dalam reaksi berperan sebagai nukleofil yang menyerang
karbonil dari kurkumin yang telah terprotonasi karena adanya asam
11
sehingga menyebabkan pemutusan ikatan rangkap dan pergeseran
panjang gelombang ke arah yang lebih tinggi dan cahaya warna
yang
dihasilkan
lebih
tampak
berwarna
kuning.
Analisis
retrosintesis dari pirazol ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 2.3 Reaksi Asam dengan Kurkumin (Mishra, S. et al., 2008)
4. Ekstraksi Maserasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat
dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak
atsiri,
alkaloida,
flavonoida,
diketahuinya senyawa aktif
dan
lain-lain.
Dengan
yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat
(Anonim, 2000).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut
diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi
bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori
tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan
massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh
cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan
penyari tersebut (Sarker, et al., 2006).
12
Maserasi
merupakan
cara
penyarian
yang
sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia di
cairan penyari yang cocok untuk mendapatkan zat aktif yang
optimal. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel
(Anonim, 1986).
Kelebihan dari metode maserasi ini adalah alat yang
digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk zat yang tahan
serta tidak tahan terhadap pemanasan. Kelemahannya adalah
banyaknya pelarut yang terpakai dan waktu yang dibutuhkan cukup
lama (Yesti, 2011 dalam adawiyah, 2015).
5. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan zat yang berkhasiat dari zat
lain yang ada dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi,
atau penyerapan, atau penukaran ion pada zat padat berpori,
menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh
dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau penetapan
kadar. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi
kolom,
kromatografi
kertas,
kromatografi
lapis
tipis,
dan
kromatografi gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan
juga zat penyerap berpori, misalnya aluminium oksida yang
diaktifkan, asam silikat atau silika gel. Kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis umumnya lebih berguna untuk percobaan
identifikasi karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat
dengan jumlah sedikit. Kromatografi gas memerlukan alat yang
13
lebih rumit, tetapi cara tersebut sangat berguna untuk percobaan
identifikasi dan penetapan kadar (Anonim, 1989).
Salah satu kromatografi yang digunakan dalam penelitian
adalah kromatografi lapis tipis, karena dalam pelaksanaannya lebih
mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.
Demikian
juga
dengan
peralatan
yang
digunakan.
Dalam
kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana
dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat
melaksanakan setiap saat secara tepat (Sudjadi, 2007).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap
berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm.
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin
sempit kisaran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam
hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah silika dan serbuk selulosa (Sudjadi, 2007).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih
sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya
sebentar. Beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi
fase gerak diantaranya yaitu fase gerak harus mempunyai
kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang
sensitif serta daya elusi fase gerak harus di atur sedemikian rupa
sehingga
harga
Rf
solut
terletak
antara
0,2-0,8
untuk
memaksimalkan pemisahan (Rohman, 2009).
Deteksi yang dilakukan dengan menggunakan lampu UV
gelombang 254 nm maupun dengan gelombang 366 nm,
penggunaan panjang gelombang tersebut dapat digunakan untuk
senyawa yang mempunyai ikatan rangkap terkonyugasi sehingga
dapat memancarkan warna apabila berinteraksi dengan sinar UV.
Jarak pemisahan senyawa pada kromatografi dinyatakan dengan
Rf.
14
Rf =
Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yang ditempuh eluen
Identifikasi analit di dalam sampel dilakukan dengan cara
membandingkan harga Rf yang didapat dari larutan standar
(Cahyadi, 2005).
B. Landasan Teori
Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kurkuminoid pada
ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd)
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) yaitu rimpang
lengkuas yang umbi (akarnya) berwarna merah, biasanya sering
digunakan
sebagai
obat.
Rimpang
umbi
lengkuas
merayap,
berdaging, kulitnya mengkilap, berserat kasar, dan mempunyai aroma
yang khas tetapi tidak toksik (Septiatin, 2008).
Penelitian ini menggunakan metode maserasi. Penggunaan
metode maserasi dipilih karena senyawa kurkuminoid yang tidak
tahan terhadap pemanasan sehingga apabila dipanaskan terus
menerus maka kadar zat aktifnya akan menurun. Keuntungan dari
metode ini yaitu dapat menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin (Anonim,
1986).
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi senyawa kurkuminoid
adalah etanol 96%. Dalam sebuah penelitian dinyatakan peningkatan
konsentrasi pelarut mempunyai polaritas yang tinggi sehingga mampu
meningkatkan perolehan rendemen ekstrak dan kadar kurkumin yang
terekstraksi (Anggoro, 2015)
Salah satu Kromatografi yang digunakan adalah Kromatografi
Lapis Tipis, karena lebih cocok untuk percobaan identifikasi dan lebih
mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah sedikit (Wisnu, 2005 dalam
Affandi, 2012).
15
Deteksi warna yang dilakukan dengan menggunakan senyawa
basa boraks dan senyawa asam berupa HCl, dalam larutan basa
kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokelatan
yang apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi
kuning kurkumin (Kiso, 1985).
C. Kerangka Konsep Penelitian
Rimpang lengkuas merah
(Alpinia galanga L. Willd)
Pembuatan
simplisia
Maserasi
(Etanol)
Identifikasi dengan
KLT
Identifikasi 1
senyawa asam
(HCl)
(+) Kurkuminoid
berwarna kuning
Identifikasi 2
Sinar UV 366 nm
(+) Bercak noda yang
dihasilkan pada lempeng
silica gel berwarna kuning
Identifikasi 3
senyawa basa
(Boraks)
(+) Kurkuminoid
berwarna merah
kecoklatan
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis
Terdapat senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang
lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd).
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah Umi, 2015, Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Bandotan
(ageratum conyzoides) Terhadap Bakteri E- Coli, Karya Tulis
Ilmiah, Ciamis : STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Affandi
Irfan, 2012, Identifikasi Senyawa Alkaloid Pada Ekstrak
Babandotan (ageratum conyzoldes L.) dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Karya Tulis Ilmiah, Ciamis :
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Al –Quranul Karim, Qur’an Surat Asy-Syu’ara ayat 7.
Anggoro Dwimas, 2015, Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari Temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan Pelarut Etanol,
Skripsi, Medan : Universitas Sumatra Utara.
Anonim, 2011, Acuan Sediaan Herbal, Volume 6 Edisi Pertama, Jakarta :
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Cetakan Pertama, Jakarta : Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Azizah B. dan Nina S., 2013, Standarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Terpurifikasi
Rimpang Kunyit, Journal.uad.ac.id 3, (1), 21-30.
Cahyadi W., 2005, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan, Jakarta: Cetakan I Bumi Aksara.
Ewing GW., 1985, Instrumental of Chemical Analysis, Fifth edition,
Singapore: McGraw-Hill.
Fessenden R.J. dan J.S. Fessenden, 2003, Dasar-dasar Kimia Organik,
Jakarta : Erlangga.
Harborne J. B., 1996, Metode Fitokimia, Diterjemahkan oleh : Kosasih
Padmawinata, Bandung : ITB.
Irmananda V., 2014, Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas
Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan yang
Diinduksi dengan Monosodium Glutamat (MSG), Skripsi, Medan
: Universitas Sumatera Utara.
Kelly AL., 2009, Properties and constituents of cow’s milk, Di dalam:
Tamime AY, editor Milk Processing and Quality Management,
West : Blackwell Publishing Ltd.
Kiso, 1985, Antihepatotonic Principles of Curcuma Longa Rhizome,
Simposium Nasional Temulawak, Bandung : UNPAD.
Kohls R.L. dan Uhl, 1985, Marketing of Agriculture Products Sixth Edition,
New York : Mc Millan Publishing Company.
Kristina, dkk., 2007, Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera),
Pinang (Areca catechu) dan Aren (Arenga pinnata) Sebagai
Tanaman Obat, Warta Puslitbangbun 13, (2).
Mishra S., et al., 2008, Synthesis and Exploration of Novel Curcumin
Analogues as Anti-Malarial Agent, Bioorganic & Medicinal
Chemistry 16, 2894-2902.
Oktariana E.W., 2008, Uji Aktivitas Antioksidan dan Ekstrak Etanol
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga L. willd) dengan
Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrirhid razil), Skripsi, Semarang :
Universitas Diponegoro.
Qiptiyah F., 2015, Potensi Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
purpurata K. Schum) dalam Pengendalian Jamur Hemileia
Vastartix B. EI BR. Pada Kopi Arabika, Portalgaruda.org 4, (2),
103-114.
Rohman Abdul, 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Roth H.J. dan G. Blaschke, 1988, Analisis Farmasi, Diterjemahkan oleh:
Sarjono Kisman dan Slamet Ibrahim, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sarker, et al., 2006, Natural Products Isolation, Totowa : Humana Press.
Septiatin A, 2008, Apotek Hidup dari Rempah- Rempah Tanaman Hias
dan Tanaman Liar, Bandung : CV. Yrama Widya.
Setyowati A. dan Chatarina LS., 2013, Peningkatan Kadar Kurkuminoid
dan Aktivitas Antioksidan Minuman Instan Temulawak dan
Kunyit, Jurnal.ugm.ac.id 33, (4), 363-369.
Sinaga E., 2009, Alpinia galanga (L.) Willd,
Tersedia dalam :
http://free.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas.
pdf, [diakses 12 Januari 2016].
Stahl E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi,
Diterjemahkan oleh : Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro,
Bandung : ITB Press.
Sudarsono, et al., 1996, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Yogyakarta :
UGM.
Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wijesekera R.O.B., 1991, The Medicinal Plant Industry, London : CRC
Press.
Wullur A.C., 2012, Identifikasi Alkaloid Pada Daun Sirsak (Annona
muricata L.), Tersedia dalam : http://ejurnal. Poltekkesmanado
.ac. id/ index.php/jif/ article/ view/ 29, [diakses 14 Januari 2016].
Download