IDENTIFIKASI KURKUMINOID PADA EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga L. Willd) DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi D III Farmasi Oleh : Ai Aay Rismayani NIM. 13DF277002 PROGRAM STUDI D III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 INTISARI IDENTIFIKASI KURKUMINOID PADA EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga L. Willd) DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)1 Ai Aay Rismayani2 Davit Nugraha, S.Far.,3 Panji Wahlanto, S.Farm.,Apt4 Kurkuminoid adalah senyawa yang terdiri dari kurkumin serta dua derivatnya berupa desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin, senyawa tersebut terkandung dalam rimpang tanaman famili Zingiberaceae salah-satunya adalah lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode kromatografi lapis tipis. Tahap penelitian berupa pembuatan simplisia, ekstraksi dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Untuk memiasahkan senyawa polar dan nonpolar dilakukan fraksinasi bertingkat menggunakan air dan kloroform. Ekstrak pekat rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) diidentifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) fase geraknya berupa kloroform : metanol dengan konsentrasi eluen terbaik yaitu (35:1). Fase diam yang digunakan adalah silika GF254. Simpulan dari penelitian adalah identifikasi senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode kromatografi lapis tipis dalam fase gerak kloroform : metanol (35:1) memberikan hasil positif kurkuminoid dengan nilai Rf yang berbeda yaitu 0, 48, 0,5, dan 0,51. Kata kunci Keterangan : Lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd), kurkuminoid, KLT : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing 1, 4 nama pembimbing 2 vii ABSTRACT KURKUMINOID IDENTIFICATION OF ETHANOL EXTRACT RED GALANGAL RHIZOME (Alpinia galanga L. Willd) BY USING THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC) METHOD 1 Ai Aay Rismayani2 Davit Nugraha, S.Far.,3 Panji Wahlanto, S.Farm.,Apt4 Kurkuminoid is a compound consisting of curcumin and its two derivatives which are desmetoksi two-curcumin and bis-desmetoksi-curcumin, the compound contained in the rhizome of the Zingiberaceae family one of the is red galangal (Alpinia galanga L. Willd). This research aims to identify the kurkuminoid compounds of the ethanol extract of red rhizome galangal (Alpinia galanga L. Willd) using thin layer chromatography method. The research phase is to make simplicia , extraction by maceration using ethanol 96 % . To separate the polar and nonpolar compounds performed graded fractionation using water and chloroform .The concentrated extract of red galangal rhizome ( Alpinia galanga L. Willd ) were identified using Thin Layer Chromatography ( TLC ) the motion phase used was the chloroform methanol with best eluent concentration ( 35 : 1 ) . The stationary phase used was silica GF254. The conclusion of the research is the identification of kurkuminoid compounds of the ethanol extract of red rhizome galangal (Alpinia galanga L. Willd) using thin-layer chromatography method in the mobile phase chloroform: methanol (35: 1) gives a result positive kurkuminoid with different Rf values are 0, 48, 0,5 and 0,51. Keywords : Statement : Red galangal (Alpinia galanga L. Willd), kurkuminoid, TLC 1 title, 2 student’s name, 3 first instructor’s name, 4 second instructor’s name. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu keanekaragaman flora (biodiversity) dapat menunjukan adanya keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang terkandung di dalamnya. Hal ini memungkinkan dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia tentang metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, salah-satunya dengan melakukan analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel (Sudjadi, 2007). Hampir semua bagian dari tumbuhan dapat kita manfaatkan. Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun, batang, akar, rimpang, bunga, buah dan bijinya. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Surah Asy-Syu’ara ayat 7 Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” Tumbuhan yang baik dalam hal ini adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Salah satu senyawa yang sering digunakan dalam pengobatan yaitu kurkuminoid. Kurkuminoid adalah suatu zat yang terdiri dari senyawa yang bernama kurkumin yang tercampur dengan senyawa analognya yaitu desmetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi-kurkumin., 1 2 mempunyai warna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak bersifat toksik (Kohls dan Uhl, 1985). Tanaman yang diduga mengandung senyawa kurkuminoid adalah rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) karena mempunyai sifat pengobatan yang sama dengan rimpang temulawak yang secara ilmiah telah terbukti mengandung senyawa kurkuminoid, hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Oktariana (2008) menyatakan bahwa uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50% (IC50) sebesar 712,0928 ppm, dengan perbandingan hasil penelitian Setyowati dan Chatarina (2013) menyatakan bahwa pada rimpang temulawak dan kunyit diketahui memiliki sifat antioksidatif karena mengandung senyawa kurkuminoid. Ekstraksi senyawa kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan metode maserasi, metode ini dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diperoleh maseratnya, serta proses perendaman yang cukup lama diharapkan dapat menarik lebih banyak zat aktif yang terkandung di dalam simplisia (Wullur, 2012). Untuk memisahkan senyawa kurkuminoid dari senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam rimpang lengkuas merah, maka digunakan salah satu metode pemisahan senyawa yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik seperti 3 lipida-lipida dan senyawa hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan menggunakan Kromatografi Kertas (Fessenden, 2003). B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, lebih diprioritaskan pada hal-hal berikut ini : 1. Bagian tanaman lengkuas merah yang digunakan adalah rimpang yang masih segar yang diperoleh dari Kampung Kidul Desa Buniseuri Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis yang kemudian dibuat simplisia. 2. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 %. 3. Uji kualitatif dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). C. Rumusan Masalah Apakah pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) terdapat senyawa kurkuminoid? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai masukan signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam identifikasi senyawa yang berbeda serta tumbuhan yang berbeda. 4 2. Manfaat Praktis Dapat menjadi sebuah informasi bagi pembaca, khususnya para tenaga teknis kefarmasian untuk menambah informasi dalam meningkatkan penggunaan obat tradisional. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian Nama Eka Wahyu Oktariana Barokati Azizah, Nina Salamah Tahun 2008 2013 Tempat Universitas Diponegoro Semarang Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Judul Uji aktivitas antioksidan dan ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2pikrirhid razil) Standarisasi parameter non spesifik dan perbandingan kadar kurkumin ekstrak etanol dan terpurifikasi rimpang kunyit Persamaan Menggunakan sampel tumbuhan yang sama Menggunakan metode yang sama yaitu KLT pada identifikasi kurkuminoid Feriatul Qiptiyah 2015 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember Potensi ekstrak rimpang lengkuas merah dalam pengendalian jamur hemileia vastartix b. ei br. pada kopi arabika (coffea arabica) Menggunakan sampel tumbuhan yang sama Perbedaan Hasil Terbukti sebagai Uji aktivitas antioksidan antioksidan baik secara dengan kualitatif menggunakan metode maupun kuntitatif DPPH Terdapat perbedaan Sampel yang yang bermakna digunakan pada kadar peneliti rimpang kurkumin kunyit dan dan dengan beberapa standar nilai parameter parameter non spesifik non spesifik ekstrak rimpang Analisis lengkuas potensi merah efektifitas memiliki ekstrak tingkat dengan penghitunga tertinggi n indeks efektif intensitas dalam penyakit mengham(IIP) ke bat pertumbuha pertumbuh n hemileia an vastartix hemileia vastartix BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tanaman Lengkuas Merah Gambar 2.1 Rimpang Lengkuas Merah (Anonim, 2011) Tanaman yang digunakan yaitu rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd). Tinjauan botani dari rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) meliputi klasifikasi tanaman, nama daerah, morfologi tanaman, ekologi dan penyebaran, kandungan kimia serta khasiat tanaman. a. Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Monocots Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Alpinia Spesies : (Alpinia galanga L. Willd) (Meda, 2013 dalam Irmananda, 2014) 5 6 b. Nama Lain (Daerah) Nama daerah dari lengkuas merah adalah Leungkueus (Gayo), Langkueueh (Aceh), Halanas (Simalugun), Halas (Batak Toba), Lakuwe (Nias), Lengkuas (Melayu), Lengkueh (Minang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Madura) (Sinaga, 2009). c. Morfologi Tanaman Merupakan terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun disebelah atas dan bawah biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk daun memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15 cm. Pelepah daun kurang lebih 15-30 cm, beralur, warnanya hijau. Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, yang terletak tegak diujung batang (Sinaga, 2009). Buahnya berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda berwarna hijau-kekuningan, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdimeter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam (Sinaga, 2009). Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar agak coklat berwarna kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih dan kemerahan, 7 keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila udah dikeringkan rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapat rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya (Sinaga, 2009). d. Ekologi dan Penyebaran Lengkuas tumbuh di tempat terbuka, yang mendapat sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas menyukai tanah yang lembab dan gembur, tetapi tidak suka tanah yang becek. Tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam semak belukar (Sinaga, 2009). Lengkuas ditemukan menyebar diseluruh dunia. Penyebarannya termasuk diseluruh indonesia, Asia tenggara, dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut Cina dan India barat daya. Penyebaran di Indonesia mulamula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah, tetapi sekarang sudah di budidayakan di berbagai daerah. (Anonim, 1978). e. Kandungan Kimia Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, saponin, flaronoida, polifenol (flavonol, isoflavon, flavanon, antosianidin, katekin, biflavan, kurkumin, katekin, quercetin dan tannin), serta kristal kuning (Septiatin, 2008). 8 Lengkuas merah adalah salah satu sumber alamiah terbaik dari senyawa kuersetin, yaitu suatu bioflavanoid yang secara khusus baik untuk melawan radikal bebas. Di samping kemampuan antioksidannya juga memiliki sifat mencegah kanker, anti jamur, antibakteri, dan anti peradangan (Klohs dan Uhl, 2012). f. Khasiat Tanaman Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi gangguan lambung, misalnya kolik serta digunakan untuk mengeluarkan angin dari perut (stomachikum), penambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan, menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang air kecil (diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan mengobati penyakit herpes. Disamping itu rimpang lengkuas juga dianggap memiliki khasiat antioksidan sebagai antitumor atau sebagai antikanker terutama dibagian mulut dan lambung (Sinaga, 2009). 2. Kurkuminoid Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning (kurkumin) dan turunannya yaitu desmetoksi-kurkumin dan bis-demetoksikurkumin. Kurkuminoid adalah kristal kuning gelap, larut dalam alkohol dan asam asetat. Dalam larutan basa kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokelatan yang apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi kuning kurkumin (Sudarsono,et al., 1996). Kurkuminoid adalah senyawa yang larut dalam aseton, etanol 96%, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak bersifat toksik (Kiso, 1985). 9 Kurkuminoid terkandung adalah dalam Kurkuminoid kelompok rimpang bermanfaat senyawa tanaman untuk famili mencegah fenolik yang Zingiberaceae. timbulnya infeksi berbagai penyakit. Kandungan utama dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning gelap (Kristina dkk, 2007). Selama dua dekade belakangan ini penelitian tentang kurkumin sebagai bahan aktif untuk beberapa penyakit telah banyak dilakukan. Di antara penelitian-penelitian tersebut diantaranya melaporkan tentang efek kurkumin sebagai antioksidan (Oktariana, 2008), dan anti mutagenik (Irmananda, 2014). Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Dalam susana asam, kurkuminoid berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Keunikan lain terjadi pada sifat kurkumin dalam suasana basa, karena selain terjadi proses disosiasi, pada suasana basa kurkumin dapat mengalami degradasi. Degradasi ini terjadi bila kurkumin berada dalam lingkungan pH 8,5 - 10,0 dalam waktu yang relatif lama, walaupun hal ini tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak terjadi degradasi kurkumin, karena proses degradasi sangat dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan. Salah satu hasil degradasi, yaitu feruloihmetan mempunyai warna kuning coklat yang akan mempengaruhi warna merah yang seharusnya terjadi. Sifat kukuminoid lain yang penting adalah aktivitasnya terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya, akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkumin atau terjadi degradasi struktur. Kurkumin memiliki efek sebagai anti inflamasi, meningkatkan sistem imun, antikanker, sebagai kemoproventif kanker kolon (Sudarsono, et al., 1996). 10 3. Deteksi Warna Kurkumin Dalam larutan basa kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokelatan yang apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi kuning kurkumin (Kiso, 1985). Kurkumin dalam bahasa Inggris disebut diferuloylmethane yang merupakan senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Dengan adanya reaksi borat dengan kurkumin membentuk kompleks khelat rosasianin yaitu suatu zat berwarna merah (Roth dan Blaschke,1988). Rekasi kurkumin dengan boraks ditunjukkan pada reaksi berikut : Gambar 2.2 Reaksi Boraks dengan Kurkumin (Roth dan Blaschke,1988) Selain dipengaruhi oleh suasana basa, kurkumin juga dipengaruhi oleh suasana asam, hal ini dapat terjadi apabila kurkumin direaksikan dengan senyawa asam kuat akan menimbulkan bercak berwarna kuning. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mishra, S. et al., 2008) yang mensintesis pirazol dari kurkumin dan hidrazin hidrat (H2NNH2•H2O) dalam metode refluks dengan adanya asam. Hidrazin hidrat dalam reaksi berperan sebagai nukleofil yang menyerang karbonil dari kurkumin yang telah terprotonasi karena adanya asam 11 sehingga menyebabkan pemutusan ikatan rangkap dan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih tinggi dan cahaya warna yang dihasilkan lebih tampak berwarna kuning. Analisis retrosintesis dari pirazol ditunjukkan oleh gambar berikut: Gambar 2.3 Reaksi Asam dengan Kurkumin (Mishra, S. et al., 2008) 4. Ekstraksi Maserasi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida, diketahuinya senyawa aktif dan lain-lain. Dengan yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut (Sarker, et al., 2006). 12 Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia di cairan penyari yang cocok untuk mendapatkan zat aktif yang optimal. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Anonim, 1986). Kelebihan dari metode maserasi ini adalah alat yang digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk zat yang tahan serta tidak tahan terhadap pemanasan. Kelemahannya adalah banyaknya pelarut yang terpakai dan waktu yang dibutuhkan cukup lama (Yesti, 2011 dalam adawiyah, 2015). 5. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi adalah pemisahan zat yang berkhasiat dari zat lain yang ada dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan, atau penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau penetapan kadar. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat penyerap berpori, misalnya aluminium oksida yang diaktifkan, asam silikat atau silika gel. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih berguna untuk percobaan identifikasi karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah sedikit. Kromatografi gas memerlukan alat yang 13 lebih rumit, tetapi cara tersebut sangat berguna untuk percobaan identifikasi dan penetapan kadar (Anonim, 1989). Salah satu kromatografi yang digunakan dalam penelitian adalah kromatografi lapis tipis, karena dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara tepat (Sudjadi, 2007). Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa (Sudjadi, 2007). Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak diantaranya yaitu fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif serta daya elusi fase gerak harus di atur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan (Rohman, 2009). Deteksi yang dilakukan dengan menggunakan lampu UV gelombang 254 nm maupun dengan gelombang 366 nm, penggunaan panjang gelombang tersebut dapat digunakan untuk senyawa yang mempunyai ikatan rangkap terkonyugasi sehingga dapat memancarkan warna apabila berinteraksi dengan sinar UV. Jarak pemisahan senyawa pada kromatografi dinyatakan dengan Rf. 14 Rf = Jarak yang ditempuh komponen Jarak yang ditempuh eluen Identifikasi analit di dalam sampel dilakukan dengan cara membandingkan harga Rf yang didapat dari larutan standar (Cahyadi, 2005). B. Landasan Teori Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) yaitu rimpang lengkuas yang umbi (akarnya) berwarna merah, biasanya sering digunakan sebagai obat. Rimpang umbi lengkuas merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, berserat kasar, dan mempunyai aroma yang khas tetapi tidak toksik (Septiatin, 2008). Penelitian ini menggunakan metode maserasi. Penggunaan metode maserasi dipilih karena senyawa kurkuminoid yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga apabila dipanaskan terus menerus maka kadar zat aktifnya akan menurun. Keuntungan dari metode ini yaitu dapat menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin (Anonim, 1986). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi senyawa kurkuminoid adalah etanol 96%. Dalam sebuah penelitian dinyatakan peningkatan konsentrasi pelarut mempunyai polaritas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan perolehan rendemen ekstrak dan kadar kurkumin yang terekstraksi (Anggoro, 2015) Salah satu Kromatografi yang digunakan adalah Kromatografi Lapis Tipis, karena lebih cocok untuk percobaan identifikasi dan lebih mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah sedikit (Wisnu, 2005 dalam Affandi, 2012). 15 Deteksi warna yang dilakukan dengan menggunakan senyawa basa boraks dan senyawa asam berupa HCl, dalam larutan basa kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokelatan yang apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi kuning kurkumin (Kiso, 1985). C. Kerangka Konsep Penelitian Rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd) Pembuatan simplisia Maserasi (Etanol) Identifikasi dengan KLT Identifikasi 1 senyawa asam (HCl) (+) Kurkuminoid berwarna kuning Identifikasi 2 Sinar UV 366 nm (+) Bercak noda yang dihasilkan pada lempeng silica gel berwarna kuning Identifikasi 3 senyawa basa (Boraks) (+) Kurkuminoid berwarna merah kecoklatan Gambar 2.4 Bagan Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis Terdapat senyawa kurkuminoid pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga L. Willd). DAFTAR PUSTAKA Adawiyah Umi, 2015, Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Bandotan (ageratum conyzoides) Terhadap Bakteri E- Coli, Karya Tulis Ilmiah, Ciamis : STIKes Muhammadiyah Ciamis. Affandi Irfan, 2012, Identifikasi Senyawa Alkaloid Pada Ekstrak Babandotan (ageratum conyzoldes L.) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Karya Tulis Ilmiah, Ciamis : STIKes Muhammadiyah Ciamis. Al –Quranul Karim, Qur’an Surat Asy-Syu’ara ayat 7. Anggoro Dwimas, 2015, Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan Pelarut Etanol, Skripsi, Medan : Universitas Sumatra Utara. Anonim, 2011, Acuan Sediaan Herbal, Volume 6 Edisi Pertama, Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Azizah B. dan Nina S., 2013, Standarisasi Parameter Non Spesifik dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Terpurifikasi Rimpang Kunyit, Journal.uad.ac.id 3, (1), 21-30. Cahyadi W., 2005, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta: Cetakan I Bumi Aksara. Ewing GW., 1985, Instrumental of Chemical Analysis, Fifth edition, Singapore: McGraw-Hill. Fessenden R.J. dan J.S. Fessenden, 2003, Dasar-dasar Kimia Organik, Jakarta : Erlangga. Harborne J. B., 1996, Metode Fitokimia, Diterjemahkan oleh : Kosasih Padmawinata, Bandung : ITB. Irmananda V., 2014, Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi dengan Monosodium Glutamat (MSG), Skripsi, Medan : Universitas Sumatera Utara. Kelly AL., 2009, Properties and constituents of cow’s milk, Di dalam: Tamime AY, editor Milk Processing and Quality Management, West : Blackwell Publishing Ltd. Kiso, 1985, Antihepatotonic Principles of Curcuma Longa Rhizome, Simposium Nasional Temulawak, Bandung : UNPAD. Kohls R.L. dan Uhl, 1985, Marketing of Agriculture Products Sixth Edition, New York : Mc Millan Publishing Company. Kristina, dkk., 2007, Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera), Pinang (Areca catechu) dan Aren (Arenga pinnata) Sebagai Tanaman Obat, Warta Puslitbangbun 13, (2). Mishra S., et al., 2008, Synthesis and Exploration of Novel Curcumin Analogues as Anti-Malarial Agent, Bioorganic & Medicinal Chemistry 16, 2894-2902. Oktariana E.W., 2008, Uji Aktivitas Antioksidan dan Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga L. willd) dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrirhid razil), Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro. Qiptiyah F., 2015, Potensi Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) dalam Pengendalian Jamur Hemileia Vastartix B. EI BR. Pada Kopi Arabika, Portalgaruda.org 4, (2), 103-114. Rohman Abdul, 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Yogyakarta : Graha Ilmu. Roth H.J. dan G. Blaschke, 1988, Analisis Farmasi, Diterjemahkan oleh: Sarjono Kisman dan Slamet Ibrahim, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sarker, et al., 2006, Natural Products Isolation, Totowa : Humana Press. Septiatin A, 2008, Apotek Hidup dari Rempah- Rempah Tanaman Hias dan Tanaman Liar, Bandung : CV. Yrama Widya. Setyowati A. dan Chatarina LS., 2013, Peningkatan Kadar Kurkuminoid dan Aktivitas Antioksidan Minuman Instan Temulawak dan Kunyit, Jurnal.ugm.ac.id 33, (4), 363-369. Sinaga E., 2009, Alpinia galanga (L.) Willd, Tersedia dalam : http://free.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas. pdf, [diakses 12 Januari 2016]. Stahl E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, Diterjemahkan oleh : Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro, Bandung : ITB Press. Sudarsono, et al., 1996, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Yogyakarta : UGM. Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Wijesekera R.O.B., 1991, The Medicinal Plant Industry, London : CRC Press. Wullur A.C., 2012, Identifikasi Alkaloid Pada Daun Sirsak (Annona muricata L.), Tersedia dalam : http://ejurnal. Poltekkesmanado .ac. id/ index.php/jif/ article/ view/ 29, [diakses 14 Januari 2016].