7 BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain
sebagai berikut:
Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu: “Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Menurut G.R Terry (2007) mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
“Manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber daya lainnya.”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu
dan seni untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.
7
2.2
Pengertian Manajemen Operasional
Manajemen operasional adalah serangkaian aktivias yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Dalam hal ini, proses produksi yang merupakan proses penciptaan barang dan
jasa.
Sedangkan pengertian manajemen operasional menurut Richard L. Daft
(2006: 216) adalah”Bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi
barang, serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk
memecahkan masalah-masalah produksi.”
Operasional berasal dari kata operasi yang mempunyai arti menurut
Subagyo (2006:1) ialah “kegiatan untuk mengubah bentuk untuk menambah
manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa.”
Menurut Soentoro Ali Idris (2006:1) dalam bukunya cara mudah belajar
Manajemen Operasi bahwa dari Perkembangan dari konsep manajemen produksi
yang menyangkut masalah produksi produk ritel. Jadi operasi (operation)
merupakan proses transformasi dari input menjadi output yang mempunyai nilai
lebih tinggi dibandingkan inputnya.
2.2.1
Fungsi Manajemen Operasional
Di didalam suatu unit usaha dikenal adanaya berbagai macam fungsi yang
saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya terdapat tiga
fungsi pokok yang selalu di jumpai, yaitu :
8
1. Pemasaran (marketing) yang merupakan ujung tombak dari unit usaha, sebab
bagian ini langsung berkaitan dengan konsumen. Keterkaitan ini dimulai dari
identifikasi kebutuhan konsumen (jenis dan jumlah) maupun pelayanan dan
pengantaran produk ke tangan konsumen.
2. Keuangan (finance) yang bertanggung jawab atas perolehan dana guna
pembiayaan aktifitas unti usaha serta pengelolaan dana secara ekonomis
sehingga kelangsungan dan perkembangan unit usaha dapat dipertahankan.
3. Produksi (operation) yang merupakan penghasil dari produk atau jasa yang
akan dipasaran kepada konsumen.
Dalam pengertian yang paling, luas, manajemen operasi berkaitan dengan
produksi barang dan jasa. Setiap hari kita menjumpai barang atau jasa yang
melimpah, dimana semuanya itu dihasilkan dibawah pengawasan manajer operasi.
Manajer operasi tidak hanya bekerja pada industri manufaktur tetapi ada juga
yang bekerja pada industri jasa. Sebagai contoh di sektor pemerintahan, kantor
pos, hotel, restoran penerbangan, perbankan dantoko eceran. Manajer Operasi
bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi.
Manajer Operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan suatu fungsi
operasi dan sistem transformasi yang digunakan.Manajemen Operasi adalah
kajian pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.
9
2.2.2
Tujuan Manajemen Operasional
Tujuan manajemen operasional meliputi:
1. Manajemen operasional merupakan salah satu fungsi utama sebuah
organisasi, secara utuh berhubungan dengan semua fungsi bisnis
lainnya.
Semua
organisasi
memasarkan,
membiayai,
dan
memproduksi, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana
manajemen operasional berjalan.
2. Manajemen operasional bertujuan untuk mengetahui bagaimana
barang dan jasa diproduksi.Fungsi produksi adalah bagian dari
masyarakat yang menciptakan produk yang kita gunakan.
3. Manajemen operasional bertujuan untuk memahami apa yang
dikerjakan oleh manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang
dilakukan oleh manajer ini, kita dapat membangun keahlian yang
dibutuhkan untuk bisa menjadi seorang manajer seperti itu.
4. Manajemen operasional bertujuan untuk mengetahui biaya yang
dikeluarkan paling banyak dalam operasi sebuah perusahaan.
2.3
Kapasitas
Menurut Heizer dan Render (2005: 371) kapasitas (capacity) adalah hasil
produksi (throughput), atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan,
atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu.
Kapasitas mempengaruhi sebagian besar biaya tetap. Kapasitas juga menentukan
apakah permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada akan berlebih.
10
2.3.1
Kapasitas dan Strategi
Keuntungan
secara
terus-menerus
didapatkan
dari
pembentukan
keunggulan bersaing, bukan hanya dari tingkat pengembalian keuangan yang baik
pada proses tertentu. Keputusan kapasitas harus dipadukan kedalam misi dan
strategi organisasi. Investasi tidak dibuat sebagai pengeluaran tersendiri, tetapi
sebagai bagian dari rencana yang terpadu yang dapat menempatkan perusahaan
dalam posisi yang menguntungkan.
2.4
Pengertian Analisis Break Even Point
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian titik impas atau Break Even
Point. Berikut ini beberapa definisi Break Even Point maupun analisanya menurut
pakar-pakar ekonomi dalam literaturnya.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) dalam buku terjemahan
“Management Accounting”: “Break Even Point adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”. Menurut
Sutrisno (2005: 173) analisa Break Even Point: “analisa Break Even Point adalah
suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan”. Menurut Sjahrial (2006:83) analisa
titik impas adalah: “Analisa titik impas merupakan suatu teknik analisa yang
mempelajari hubungan antara biaya-biaya tetap, biaya-biaya variabel dan laba
perusahaan”.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis
Break Even Point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk
11
mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi
tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.
Dengan mengetahui titik impasnya (Break Even Point), manajer suatu
perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar
terhindar dari kerugian dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini, manajer
juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan yang dipimpinnya.
2.4.1
Asumsi-Asumsi Dalam Analisis Break Even Point
Ada beberapa asumsi dalam analisis Break Even Point yang tercermin
dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Menurut Carter dan Usry
(2006) adalah sebagai berikut:
a. Biaya dikelompokkan berdasarkan perilaku biaya dalam kaitannya dari
volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
b. Harga jual persatuan produk adalah tetap pada berbagai tingkat kegiatan
dalam periode yang bersangkutan sehingga grafik total penerimaan (total
revenue) berbentuk garis lurus.
c. Biaya variabel per unit adalah tetap untuk setiap produk yang diproduksi
dan dijual pada periode yang bersangkutan.
d. Total biaya tetap adalah konstan dalam batas kapasitas tertentu dan dalam
periode yang bersangkutan.
12
e. Perhitungan analisa Break Even Point tidak mengakui adanya persediaan
awal dan akhir. Semua barang yang diproduksi terjual pada periode yang
bersangkutan.
f. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan relatif konstan. Perubahan
dalam kapasitas produksi akan berakibat parubahan pada biaya tetap yang
akhirnya akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
g. Efisiensi dan produktifitas tidak berubah.
h. Bauran penjualan (sales mix) akan tetap konstan. Bauran penjualan adalah
kombinasi relatif dari kuantitas berbagai produk perusahaan yang
menghasilkan total penjualan.
2.5
Klasifikasi Biaya
Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total
biaya dengan perubahan volume kegiatan. Terjadinya biaya merupakan suatu
akibat dari pengorbanan nilai-nilai produksi yang digunakan dalam proses
produksi. Tidak selamanya pengorbanan dapat dianggap sebagai biaya, dapat
dilihat dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2005) terdapat berbagai macam biaya dalam suatu
perusahaan, yaitu:
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya
produksi ini dibagi menjadi:
13
Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost) adalah semua biaya bahan

yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
1) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) adalah balas jasa
yang diberikan pada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat di
identifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
2) Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) adalah biaya selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk.
3. Biaya Administrasi Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya–biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan
istilah biaya (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik sering disebut pula dengan biaya konversi (conversion cost) yang
merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk
jadi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula
disebut istilah biaya komersial (commercial expenses).
Berdasarkan perilaku biaya yang dihubungkan dengan volume penjualan
dan biaya per unit, maka menurut Bustami dan Nurlela (2006:47) biaya dibedakan
menjadi:
14
2.5.1
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam rentang relevan,
tetapi per unit berubah. Dengan kata lain, biaya tetap merupakan biaya yang
dalam batas-batas kapasitas normal perusahaan secara total tidak berubah
walaupun tingkat kegiatan perusahaan berubah. Biaya tetap juga merupakan biaya
yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kemampuan beroperasi
perusahaan tingkat kapasitas tertentu.
Besarnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang,
tekhnologi dan metode serta strategi manajemen. Biaya per unit besarnya
berbanding terbalik dengan volume kegiatan perusahaan. Semakin rendah volume
kegiatan semakin tinggi biaya tetap per unit dan sebaliknya semakin tinggi biaya
tetap per unit dan sebaliknya semakin tinggi volume kegiatan, maka semakin
rendah biaya tetap per unit nya. Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang keluaran yang relevan.
b. Penurunan biaya per unit jika volume bertambah dalam rentang keluaran
yang relevan.
c. Dapat dibebankan ke departemen-departemen berdasarkan keputusan
manajer atau menurut metode alokasi biaya
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen
eksekutif daripada penyedia operasi.
15
Contoh: Biaya tetap diantaranya biaya penyusutan atau depresiasi, biaya
gaji, biaya sewa, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya pemeliharaan.
2.5.2
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan aktivitas atau volume kegiatan atau produksi. Biaya variabel
per unit konstan. Semakin besar volume kegiatan semakin besar pula biaya
totalnya. Sebaliknya semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil pula biaya
totalnya. Perubahan biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penurunan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan.
b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang
relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan mudah dan tetap.
d. Dapat dikendalikan oleh seorang penyelia operasi.
Contoh : biaya variabel diantaranya adalah biaya pemakaian bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pemasaran langsung.
2.5.3
Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang pada aktifitas tertentu
memperlihatkan karakteristik biaya tetap dan biaya variabel didalamnya. Unsur
biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa, sedangkan
unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel ini mencakup suatu jumlah yang
sebagian lainnya bervariasi sebanding dengan jumlah keluaran.
16
Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Totalnya berubah mengikuti perubahan volume, tetapi perubahannya tidak
proporsional.
b. Per unitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan perubahan volume dan
tidak sebanding.
Contoh biaya semi variable: selling expenses, administrasi dan umum,
biaya perawatan dan perbaikan.
2.6
Metode pemisahan Biaya tetap, Biaya variabel, dan Biaya semi
variabel
Pemisahan biaya dari biaya campuran atau semi variabel diperlukan dalam
rangka penggunaannya sebagai perencanaan, pengendalian dan sebagai informasi
pengambilan keputusan. Menurut Bustani dan Nurlela (2006:53), metode yang
dapat digunakan dalam pemisahan tersebut antara lain:
a. Metode Titik Tertinggi–Terendah (High and Low Point Method)
Dalam Metode membandingkan biaya semi variabel dimasa lalu pada suatu
tingkat kegiatan yang paling tinggi dengan tingkat kegiatan yang paling
rendah. Metode ini adalah metode yang sering digunakan karena
perhitungannya yang sederhana dan mudah penggunaannya.
Rumus yang digunakan dalam perhitungannya adalah:
Biaya Variabel =
17
Bt − Br
x Kt
Kt − Kr
Dimana:
Bt
=
Jumlah biaya pada kapasitas tertinggi
Br
=
Jumlah biaya pada kapasitas terendah
Kt
=
Tingkat kapasitas produksi teringgi
Kr
=
Tingkat kapasitas produksi terendah
b. Metode Kuadrat terkecil (Least Squares)
Metode inimemperhitungkan seluruh faktor yang meniadakan unsur-unsur
subyektifitas, maka unsur-unsur yang diperhitungkan adalah:
Y = a + bx
∑XY = a (∑X) + b . X²
∑Y = n . a + b. ∑X
Dimana:
Y
=
Biaya semi Variabel
a
=
Jumlah biaya tetap
b
=
Biaya variabel per unit
x
=
Volume produksi
n
=
Jumlah sample
c. Metode Titik Sebar
Metode ini merupakan suatu plot dari biaya terhadap tingkatan kegiatan
dimasa lalu. Metode ini juga menunjukkan setiap perubahan yang berarti
18
dalam hubungan antara biaya dan kegiatan pada tingkatan kegiatan yang
berbeda.
2.7
Cara Menghitung tingkat Break Even Point
Analisis Break Even Point adalah analisa yang digunakan untuk mengukur
tingkat keseimbangan antara biaya, volume penjualan, dan keuntungan
perusahaan agar perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Alat analisis
yang dapat digunakan dalam mencari tingkat Break Even Point menurut Sutrisno
(2005: 193) adalah:
2.7.1
Mathematical approach
a. Perhitungan Break Even Point atas dasar unit dapat dilakukan dengan
menghitung rumus:
BEP (Q) =
FC
P−V
Dimana:
BEP (Q)
=
Break even point atas dasar unit
FC
=
Biaya Tetap
P
=
Harga jual per unit
V
=
Biaya variabel per unit
19
Contoh :
Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya tetap Rp 600.000,00
biaya Variabel per unit Rp 80,00 harga jual per unit Rp 160,00
kapasitas produksi maksimal 16.000 unit.
Pemecahan :
BEP (Dalam Unit) =
Rp 600,000
Rp160 – Rp 80
= 7,500 Unit
b. Perhitungan Break Even Point atas dasar sales dalam rupiah dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BEP (Rp) =
FC
VC
1P
Dimana:
BEP (Rp)
=
Break Even Point atas dasar rupiah
FC
=
Biaya Tetap
VC
=
Biaya variable per unit
P
=
Harga Jual Per unit
Contoh:
Perhitungan sales dari soal tersebut adalah :
BEP (Dalam Rupiah) =
Rp 600,000
Rp 80 x 10,000
1 − Rp 160 x 16,000
20
=
Rp 600,000
= Rp 1,200,000
1-0,5
2.7.2 Graphical approach
Secara grafik titik Break Even Point ditentukan oleh persilangan antara
garis total revenue dan garis total cost.
Gambar 2. 1 Grafik Break Event Point
Graphical approach ini didasarkan pada pendekatan linier.
Dimana:
TC = FC + VC
TR = P.Q
BEP = 0 = TR – TC
21
Keterangan :
TC
=
Total Cost
FC
=
Fixed Cost
VC
=
Variable Cost
TR
=
Total Revenue
P
=
Harga
Q
=
Kuantitas
BEP
=
Break Even Point
2.8
Laba
Secara historis laba merupakan ciri khas sistem kapitalis. Pada sistem
tersebut keempat faktor yang harus ada pada sebuah produksi, tanah, tenaga kerja,
modal dan organisasi atau manajemen. Masing-masing berhak menerima balas
jasa yang khusus, seperti: sewa, upah, bunga dan gaji.
2.8.1
Pengertian Laba
Pengertian laba menurut Prathama dan Mandala (2006), laba adalah:
“Kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar resiko,
makin besar laba yang diperoleh. Keuntungan atau laba adalah nilai penerimaan
total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan”.
Pengertian laba menurut Harahap (2008) “Kelebihan penghasilan diatas
biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh
22
struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukur kenaikan sangat
bergantung pendapatan dan biaya.
Untuk memperoleh laba atas rata-rata, manajemen harus mampu
meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas
pendapatan. Itu berarti manajemen harus memperluas pangsa pasar dengan tingkat
harga yang menguntungkan dan menghapus aktifitas yang tidak bernilai.
2.8.2
Perencanaan Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal
mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang
direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan
dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui agar
perusahaan bisa mengambil keputusan tentang perencanaan laba.
Menurut Marihot dan Dearlina dalam (2005), untuk mencapai laba yang
besar (dalam rencana maupun realisasinya), manajemen dapat menempuh
berbagai cara, misalnya:
1. Menekankan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin
dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang
ada.
2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
diinginkan.
3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
23
Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka rumus yang
dapat digunakan adalah:
Contoh:
Dengan menggunakan data pada contoh soal sebelumnya, untuk menaikkan laba
yang direncanakan sebesar 20% dari profit margin, maka :
24
2.9
Manfaat Analisa Break Even Point
Analisa Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost
(biaya), dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan
tertentu. Analisa Break Even Point dapat membantu pimpinan dalam mengambil
keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
e. Untuk mengetahui dan menganalisa rencana produksi dan penjualan yang
disertai dengan target laba yang diinginkan.
f. Analisa Break Even Point juga sering digunakan untuk menentukan
alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.
g. Perusahaan dapat menganalisa kondisi perusahaan apakah dalam keadaan
dibawah titik Break Even Point dan membantu perusahaan dalam
mengambil
keputusan
untuk
menutup
mempertahankannya.
25
perusahaan
tersebut
atau
2.10
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel 2. 1
No
Penulis
1
Rudyanto
Penelitian terdahulu
Judul
Hasil Penelitian
“Analisis Break Even
Dari hasil penelitian dengan menggunakan
Point Sebagai Dasar
analisis BEP secara kuantitas mengalami
Kebijaksanaan
penurunan dikarenakan harga jual produk per
Penetapan Harga Yang
tonnya mengalami kenaikan.
Tepat Dalam
Tetapi mengalami kenaikan angka maupun
Mengoptimalkan Laba
presentase Margin Of Safety menunjukkan
Pada PT TJIWI
perusahaan tersebut semakin baik.
KIMIA, Tbk, Tahun
Penulis menyarankan agar pada saat
2011
merencanakan laba, perusahaan harus lebih
berpatokan kepada Margin Of Safety daripada
mematok kepada profit nya saja.
2
Anisa
Solihah
“Pengaruh
Break
Penetapan Dari hasil penelitian analisis Break Even
Even
Point Point, tingkat penjualan perusahaan telah
Terhadap Laba Pada PT mencapai titik Break Even Point sehingga
SEMEN
GRESIK perusahaan dapat memperoleh laba yang
(PERSERO)
Tbk, diinginkan dan tidak mengalami kerugian.
Tahun 2011)
Penetapan Break Even Point berpengaruh
secara signifikan dengan perhitungan
kuantitatif.
Tingkat Break Even Point dapat mendorong
manajemen untuk meningkatkan penjualan
sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan.
26
Download