1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang modern ini, banyak sekali produk makanan instan atau siap saji, salah satunya adalah mie instan. Seperti yang kita ketahui bahwa mie instan sangat digemari masyarakat Indonesia. Asosiasi Mie Instan Dunia atau World Instant Noodles Association (WINA) mengeluarkan data jumlah konsumsi mie instan setiap negara dalam satu tahun. WINA mencatat masyarakat Indonesia mengkonsumsi 13,2 Miliar bungkus mie instan pada tahun 2015. Dengan jumlah masyarakat Indonesia, berdasarkan data worldometers.info, terhitung Mei 2016 mencapai lebih dari 260 juta orang. Maka dengan 13,2 miliar bungkus per tahun, setiap orang Indonesia ratarata mengkonsumsi 51 sajian mie instan pertahun. Hal tersebut didorong dengan mudahnya menyajikan mie instan dan dengan berbagai rasa yang semakin beragam membuat masyarakat semakin menggemarinya. Indonesia menduduki urutan ke dua setelah Tiongkok, berikut data urutan negara pengkonsumsi mie instan terbanyak didunia yang ditampilkan pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Global Demand for Instan Noodles Sumber : World Instan Noodles Association (WINA) 1 2 Berdasarkan data diatas China / Hongkong menduduki urutan pertama dengan konsumsi mie instan pada tahun 2015 sebanyak 40,43 miliar. Angka tersebut naik 30 milyar pertahun yaitu dari 44,4 milyar ditahun 2014 dan naik ditahun 2015 sebesar 40,43 milyar pertahun. Berbeda dengan Indonesia yang menempati urutan kedua yaitu dengan jumlah konsumsi pada tahun 2015 sebesar 13,2 milyar pertahun. Angka tersebut mengalami penurunan 23 milyar pertahun yaitu dari 13,43 milyar ditahun 2014 dan turun ditahun 2015 sebesar 13,2 milyar pertahun, namun hal tersebut tidak mengubah urutan negara Indonesia sebagai negara pengkonsumsi mie instan terbanyak kedua setelah China / Hongkong (https://news.idntimes.com, 2016) Potensi bisnis mi instan memang masih menjanjikan. Meski ekonomi dalam negeri sedang menurun, pertumbuhan bisnis makanan instan itu tetap positif / naik. Hal tersebut didorong karena mi instan sudah menjadi salah satu makanan pokok. Sehingga mendorong pemain baru ingin turut mencoba menikmati laba pada usaha mie instan. Salah satunya adalah Grup Mayora yang menerjuni bisnis mi instan. Pasar mie instan dalam negeri memang menarik, karena tren penjualan mie instan diproyeksikan tumbuh 10% di tahun 2016. Penjualan mie instan di tahun lalu pada kisaran 14 miliar bungkus, di tahun 2016 diproyeksikan bisa mencapai 16 miliar bungkus. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat bahwa tahun lalu industri makanan menempati tempat ketiga penyumbang investasi terbesar yaitu mencapai Rp. 6,42 triliun. Hal tersebut tidak terlepas dari jumlah masyarakat Indonesia yang besar dan tergolong suka produk mie selain makanan pokok yaitu nasi. Dengan adanya alasan yang kompleks tersebut, sejak awal tahun 2016 perusahaan makanan dan minuman (Grup Mayora) merilis mie instan merek Bakmi 3 Mewah dan optimis dengan penjualan Bakmi Mewah (http://industri.kontan.co.id, 2016). Menurut (Murphy 2002, dalam Mardjono dan Hariyadi, 2014) adaptasi lingkungan bisnis inovatif adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang tidak pasti seperti kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan selera konsumen, perubahan pasar, persaingan, perubahan dalam kebijakan pemerintah dan teknologi. Sementara inovasi di sini adalah memikirkan ide-ide baru seperti pengembangan inovasi kreatif, desain independen produk, jasa kreatif, modal dari independen, lokasi independen, peningkatan strategi pemasaran dan distribusi produk. Bakmi Mewah merupakan produk mie instan yang pertama di Indonesia yang mengeluarkan inovasi menarik yaitu menawarkan bakmi dengan topping ayam dan jamur basah yang asli, berbeda dengan pesaing mie instan lain yang hanya memberikan janji pada bungkus gambarnya saja, sehingga bisa disebut sebagai prioner inovasi mie instan. Bakmi Mewah mentargetkan pada segmen kelas menegah ke atas. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 240 juta jiwa, sebesar 20% dari peduduk tersebut merupakan segmen menengah ke atas, sehingga hal tersebut meningkatkan peluang bagi Bakmi Mewah. Meskipun Bakmi Mewah adalah produk pendatang baru, yang terpenting adalah bagaimana cara menyakinkan para penjual, dan produknya sesuai dengan yang dijanjikan (http://swa.co.id, 2016). Sebelum membeli sebuah produk, konsumen pasti akan melakukan suatu keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2008 :192) dalam mengambil keputusan pembelian konsumen tidak selalu memproses informasi atau mengambil 4 keputusan dengan cara yang rasional dan cermat. “Gagasan Pemasaran : Bagaimana Konsumen Benar – benar Mengambil Keputusan” menjelaskan beberapa kemajuan terbaru dari studi akademis yang sedang berkembang tentang bagaimana konsumen mengambil keputusan. Dalam pengambilan keputusan pembelian, tentu ada faktor yang mempengaruhinya, Kotler dan Keller ( 2008 : 189) dua faktor umum dapat mengintervensi antara maksud pembelian dan keputusan pembelian, yang pertama adalah sikap orang lain. Batas dimana sikap seseorang mengurangi preferensi kita untuk sebuah alternatif tergantung pada dua hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang kita sukai dan (2) motivasi kita untuk mematuhi kehendak orang lain. Semakin intens sikap negatif orang lain dan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan kita, semakin besar kemungkinan kita menyesuaikan niat pembelian kita. Hal sebaliknya juga berlaku. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diantisipasi yang mungkin muncul untuk mengubah niat pembelian. Selain dua faktor diatas, promosi dan iklan juga sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian, karena dengan adanya promosi dan iklan konsumen dapat mengetahui produk yang ditawarkan sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2008 : 219) iklan menawarkan alasan untuk membeli, sedangkan promosi penjualan menawarkan intensif untuk membeli. Seperti bakmi mewah yang gencar melakukan promosi melalui koran dan saluran televisi dengan memilih artis Raffi Ahmad dan presenter Indy Barend. Iklan Bakmi Mewah juga berubah dengan menampilkan dr Sonia Wibisono sebagai bintang iklannya. Dalam iklan terbaru Bakmi Mewah, dr Sonia memberikan edukasi bagaimana cara menyajikan Bakmi Mewah, yaitu disajikan tanpa kuah. Promosi 5 tersebut di harapkan dapat meningkatkan minat beli konsumen pada produk Bakmi Mewah yang baru di rilis (http://swa.co.id, 2016). Harga juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk pada konsumen. Hargaomerupakanosejumlah uang yang ditagihkanoatas suatuoprodukomaupun jasa, atauodalamopengertian lainoyaitu jumlahodari nilai yangoditukarkanoparaopembeli setiaodalam memperolehosuatu keuntungan dariomemiliki atau menggunakanosuatuoproduk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2008 : 345). Sebuah perubahan strategi penetapan harga biasanya terjadi apabila produk mengalami siklus hidupnya. Tantangan paling besar adalah pada tahap pengenalan produk. Ketika perusahaan mengeluarkan produk baru tantangan terbesar adalah menetapkan harga untuk yang pertama kalinya. Terdapat dua pilihan strategi luas yaitu : penetapan harga dengan penetrasi pasar dan penetapan harga memerah pasar. Dalam penetapan harga memerah pasar harga yang ditetapkan terbilang tinggi dengan konsumen yang mau membayar dengan harga yang tinggi untuk mendapat laba maksimal dari berbagai segmen, dengan demikian laba yang diperoleh akan lebih banyak namun penjulan yang di lakukan lebih sedikit. Sedangkan dalam penetapan harga menggunakan penetrasi pasar harga yang ditetapkan lebih rendah agar mampu menjangkau semua pasar berskala besar (Kotler dan Amstrong, 2008 : 4). Dalam penentuan harga Bakmi Mewah lebih mahal dibandingkan dengan pesaingnya yaitu Indofood dan Wingsfood. Bakmi Mewah dipasarkan di atas Rp 5000 per satu bungkus, dengan nilai lebih yang ditawarkan Bakmi Mewah yaitu dengan ayam dan jamur asli, sehingga walaupun harganya diatas rata- rata produk mie lainnya, namun produk Bakmi Mewah tidak hanya memberikan janji pada kemasan saja (http://swa.co.id, 2016). 6 Dengan menetapkan nama “Bakmi Mewah” perusahaan tentu sudah mempunyai pemikiran yang matang untuk nama merk tersebut, karena merk didefinisikan sebagai “nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksud untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendeferensiasikan mereka dari para pesaing” (Kotler dan Keller, 2008 : 258). Pemilihan nama merek yang tepat merupakan sebuah keputusan penting, karena pilihan nama dapat mempengaruhi percobaan merk baru lebih awal dan mempengaruhi volume penjualan di waktu berikutnya (Shimp, 2014 : 75). Dalam sebuah pemasaran yang sudah modern ini terdapat pemasaran viral atau yang disebut dengan viral marketing. Viral marketing atau pemasaran viral (menular seperti virus) adalah bentuk lain dari mulut ke mulut, atau “berita dari satu klik mouse ke klik berikutnya (word of mouse)”, yang mendorong konsumen menceritakan produk dan jasa yang dikembangkan perusahaan atau informasi audio, video, dan tertulis kepada orang lain secara online (Kotler & Keller , 2008 : 256). Seperti Bakmi Mewah yang melakukan test pasar dengan cara memberikan testimoni ke pelanggannya dan pelanggan mencoba memberi komentar atau pengalaman mereka mencicipi Bakmi Mewah dengan cara men- share ke media sosial. Hal tersebut tentu dapat menimbulkan viral marketing di media sosial dan bisa mempengaruhi penjualan (http://swa.co.id, 2016). Menilik penelitian terdahulu, terdapat research gap pada indikator harga. Dimana dalam penelitian Mandey (2013) tentang promosi, distribusi, dan harga pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dengan hasil promosi dan distribusi 7 berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Namun, disisi lain variabel harga tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Dalam penelitian Onsu, et al. (2015) tentang atribut produk, citra merek, dan strategi promosi pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dengan hasil strategi promosi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Namun, variabel atribut produk, citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Atas dasar latar belakang dan hasil penelitian terdahulu maka dapat ditarik judul “Pengaruh Harga, Promosi, Citra Merek dan Viral Marketing terhadap Keputusan Pembelian (Studi Produk Bakmi Mewah di Kota Semarang)”. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana harga dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang? 2) Bagaimana promosi dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang? 3) Bagaimana citra merek dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang? 4) Bagaimana viral marketing dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang? 8 1.3 Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki beberapa tujuan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang. 2) Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang. 3) Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang. 4) Untuk mengetahui pengaruh viral marketing terhadap keputusan pembelian Bakmi Mewah di Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang bermanfaat sebagai bahan perbaiakan terhadap efektifitas dan efisiensi dalam menerapkan strategi pemasaran yang lebih efektif. 2) Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihakpihak yang berkepentingan terutama dibidang pemasaran tentang harga, promosi, citra merek dan viral marketing terhadap keputusan pembelian.