5 BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Keuangan Keuangan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang
dan pasar modal, berkaitan dengan pasar sekuritas dan lembaga keuangan; (2)
investasi, yang memfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor
individual dan institusional dalam memilih sekuritas atau saham untuk portofolio
investasi; dan (3) manajemen keuangan, bidang yang terluas dari tiga bidang
keuangan.
Perusahaan, individu, dan pemerintah seringkali membutuhkan tambahan
modal. Misalnya, anggaplah perusahaan PT. X meramalkan kenaikan permintaan
atas barang produksinya dalam jangka waktu dua sampai lima tahun ke depan,
dan perusahaan memutuskan untuk membangun pabrik baru, membeli mesin
baru dan keputusan strategis lainnya untuk mengantisipasi permintaan.
Perusahaan tidak mungkin mengandalkan modal usaha aktual bila jumlahnya
tidak dapat mencukupi jumlah yang disyaratkan untuk membeli mesin dan
membangun pabrik. Oleh karena itulah, perusahaan harus mencari tambahan
modal di pasar keuangan.
Di sisi lain, beberapa individu dan perusahaan memperoleh pendapatan yang
melebihi pengeluaran, sehingga mereka memiliki dana untuk diinvestasikan.
5
6
Pihak-pihak yang ingin meminjam uang bertemu dengan pihak-puhak yang
memiliki surplus dana di pasar keuangan (financial markets).
Terdapat banyak macam pasar keuangan yang salah satunya adalah pasar
saham. Di pasar inilah harga saham perusahaan ditentukan. Karena tujuan utama
manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan harga saham perusahaan,
maka pengetahuan akan pasar saham adalah sangat penting bagi siapa saja yang
mengelola bisnis.
B. Investasi
Pada dasarnya investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi dari
masa sekarang untuk masa yang akan datang, yang di dalamnya terkandung
risiko ketidakpastian, untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas penundaan
tersebut yang biasa dikenal dengan istilah keuntungan dari investasi atau gain.
Karena investasi memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian bagi investor itu
sendiri, maka investor harus bersedia menanggung risiko apabila melakukan
investasi dengan harapan modal yang ditanam tersebut akan menghasilkan
keuntungan.
Investasi juga didefinisikan sebagai “kegiatan menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut” (Kamaruddin 2003:3).
7
Berdasarkan definisi tersebut maka orang yang memegang kas atau uang
tunai dikatakan tidak melakukan investasi karena kas tidak memberikan hasil dan
nilainya akan berkurang apabila terjadi inflasi.
Secara umum investasi dapat dikategorikan dalam dua grup besar yaitu Real
Investment dan Financial Investment. Real Investment merupakan investasi
dalam bentuk nyata seperti investasi dalam bentuk properti, investasi komersial,
dan lain-lain, sedangkan Financial Investment adalah investasi terhadap produkproduk keuangan seperti deposito, obligasi, saham dan lainnya.
Investor adalah individu atau lembaga baik domestik maupun non domestik
yang melakukan suatu investasi baik dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang. Investor dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: Individu yang
menyukai risiko atau Risk Seeker, individu yang tidak menyukai risiko atau Risk
Averter, dan individu yang bersifat netral terhadap risiko atau risk neutrality.
(Agus 2001). Risk Seeker adalah kelompok investor yang meminta tambahan
keuntungan lebih kecil untuk setiap kenaikan risiko, Risk Averse merupakan
kelompok investor yang akan meminta tambahan keuntungan yang lebih besar
untuk setiap kenaikan risiko, sedangkan Risk Neutrality adalah kelompok
investor yang memiliki sikap netral terhadap risiko, artinya setiap kenaikan risiko
harus diimbangi dengan tingkat keuntungan.
8
C. Teori Portofolio
Portofolio dapat diartikan sebagai kombinasi dari berbagai investasi baik
berupa aset keuangan (financial asset) maupun riil aset (real asset). Karena
masalah yang sedang kita bahas adalah mengenai saham maka yang akan
disebutkan sebagai portofolio adalah sekumpulan surat berharga yang
dipertahankan untuk dipegang dalam kurun waktu tertentu dan akan dijual dalam
rangka merealisasikan keuntungan (profit taking) atau mengurangi kerugian (cut
loss). Suatu portofolio dikatakan efisien apabila dapat memberikan keuntungan
yang tertinggi dengan risiko yang sama atau memberikan keuntungan yang sama
dengan risiko terendah.
1.
Tingkat Pengembalian dan Risiko
Tingkat pengembalian dan risiko merupakan dua faktor yang tidak dapat
dipisahkan jika kita sedang membicarakan investasi. Apabila dikatakan
bahwa suatu investasi memiliki risiko maka tingkat keuntungan yang akan
diperoleh bersifat tidak pasti. Risiko bisa diartikan sebagai penyimpangan
dari imbalan yang diharapkan. Sedangkan tingkat pengembalian diartikan
sebagai imbalan atau sejumlah hasil yang akan diperoleh di masa yang akan
datang. Tingkat pengembalian investasi saham dapat diukur berdasarkan
selisih harga jual dengan harga beli dan ditambah dengan dividen yang
dibagikan kepada investor.
Risiko dalam teori portofolio didefinisikan sebagai deviasi standar (= ),
karena
menunjukkan kemungkinan nilai yang diharapkan (expected value)
9
menyimpang. Semakin besar nilai
maka semakin besar kemungkinan nilai
riil yang menyimpang dari yang diharapkan, berarti semakin besar risikonya.
2.
Menghitung Risiko dan Tingkat Pengembalian
Tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko suatu saham bisa kita
hitung dengan cara:
n
E ( Ri ) =
Ri =
Ri
i =1
n −1
IHSI t − IHSI t −1
IHSI t −1
Varians tingkat pengembalian kita hitung dengan cara:
n
σ i2 =
i =1
[Ri − E ( Ri)]2
n −1
Deviasi standar:
σ i = σ i2
dimana :
σ i2
= Varians dari tingkat pengembalian suatu saham
n
= Jumlah periode penelitian
Ri
= Tingkat pengembalian saham
E (Ri )
= Rata-rata tingkat pengembalian saham
IHSI t
= Indeks harga suatu saham pada suatu periode
10
IHSI t −1 = Indeks harga suatu saham pada periode sebelumnya
σi
= Deviasi standar dari tingkat pengembalian suatu saham
Sedangkan tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko pasar bisa
kita hitung dengan cara:
n
E ( Rm) =
Rm =
Rm
i =1
n −1
ILQ 45 t − ILQ 45 t −1
ILQ 45 t −1
Varians tingkat pengembalian kita hitung dengan cara:
n
σ m2 =
i =1
[Rm − E ( Rm)]2
n −1
Deviasi standar:
σ m = σ m2
dimana :
σ m2
= Varians dari tingkat pengembalian pasar
n
= Jumlah periode penelitian
Rm
= Tingkat pengembalian pasar
E (Rm)
= Rata-rata tingkat pengembalian pasar
ILQ 45 t
= Indeks LQ45 pada suatu periode
ILQ 45 t −1 = Indeks LQ45 pada periode sebelumnya
11
σm
3.
= Deviasi standar dari tingkat pengembalian pasar
Kombinasi beberapa Investasi
Seperti pepatah yang mengatakan bahwa janganlah menaruh telur ke
dalam satu keranjang, maka dalam berinvestasipun juga demikian, janganlah
kita hanya menanamkan modal hanya pada satu instrumen investasi saja,
karena risikonya akan lebih besar bila dibandingkan dengan menanamkan ke
dalam beberapa instrumen. Hal tersebut disebabkan tingkat keuntungan yang
diharapkan pada suatu portofolio adalah rata-rata tertimbang dari tingkat
keuntungan masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut,
sementara risikonya bukanlah rata-rata tertimbang dari risiko saham-saham
yang membentuk portofolio tersebut, melainkan koefisien korelasi antar
tingkat keuntungan saham-saham.
Jadi, cara yang dapat dilakukan oleh investor untuk meminimalkan
risiko adalah dengan mengkombinasikan berbagai saham ke dalam satu
portofolio yang memiliki koefisien korelasi yang rendah yang nantinya akan
memberikan dampak bagi fluktuasi tingkat keuntungan portofolio tersebut.
Namun demikian risiko tidak dapat dihindari sama sekali walaupun telah
dilakukan diversifikasi yang sempurna. Risiko yang tidak dapat dihilangkan
dengan diversifikasi ini disebut sebagai systematic risk atau risiko pasar
seperti risiko politik, risiko kurs mata uang asing. Sedangkan risiko yang
12
dapat dikurangi melalui diversifikasi adalah unsystematic risk atau risiko
khusus, misalnya seperti risiko kebangkrutan, risiko manajemen atau
pengelolaan perusahaan.
C. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Sebelum mulai berinvestasi seorang investor harus dapat menghubungkan
risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan serta menjawab pertanyaan:
berapa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk mengkompensasi risiko
tertentu? Salah satu model yang sangat populer untuk menentukan tingkat
keuntungan yang disyaratkan adalah Capital Asset Pricing Model atau CAPM.
Teori ini dikembangkan oleh Harry Markowitz sebagai godfather dari modern
portofolio theory (Markowitz 1952).
Di dalam CAPM hubungan tingkat keuntungan dan risiko tersebut
didasarkan pada koefisien beta. CAPM didefinisikan sebagai model yang
menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko yang sistemastis dan tingkat
keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio (Rosenberg dan Rudd 1982).
Jadi dengan CAPM seorang investor dalam pengambilan keputusan investasi
dapat memperkirakan tingkat keuntungan. Adapun tingkat kuntungan yang
disyaratkan merupakan tingkat pengembalian aset bebas risiko ditambah dengan
suatu faktor yaitu premi risiko, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rj = Rf + ( Rm − Rf ) βj
13
dimana:
Rj
= Tingkat pengembalian yang disyaratkan untuk sekuritas j
Rf
= Tingkat pengembalian aset bebas risiko
βj
= Koefisien Beta sekuritas j (systematic risk)
Rm
= Tingkat pengembalian pasar
Jadi bisa disimpulkan bahwa CAPM merupakan suatu teori yang
menjelaskan penetapan tingkat keuntungan yang disyaratkan atas tingkat risiko
yang sistematis dalam keadaan keseimbangan pasar.
Adapun cara menentukan bagaimana suatu saham itu layak dipilih atau tidak
dengan model CAPM adalah dengan cara membandingkan tingkat pengembalian
yang diharapkan suatu saham dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan
(dihitung dengan rumus CAPM). Apabila tingkat pengembalian yang diharapkan
lebih besar dari tingkat pengembalian yang disyaratkan maka saham tersebut
layak untuk dipilih dan dimasukkan ke dalam portofolio investasi, demikian juga
sebaliknya.
1.
Covarians dan Beta
Saham dengan covarians positif artinya fluktuasi tingkat pengembalian
saham memiliki hubungan searah dengan tingkat pengembalian pasar.
Sehingga
apabila
tingkat
pengembalian
pasar
naik
maka
tingkat
pengembalian saham juga naik, demikian juga sebaliknya, apabila tingkat
pengembalian pasar turun maka tingkat pengembalian saham juga turun.
14
Sedangkan saham dengan covarians negatif artinya fluktuasi tingkat
pengembalian saham memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan
tingkat pengembalian pasar, sehingga apabila tingkat pengembalian pasar
naik maka tingkat pengembalian saham akan turun, demikian juga
sebaliknya, apabila tingkat pengembalian saham turun maka tingkat
pengembalian saham akan naik.
Jadi Covarians dapat didefinisikan sebagai pengukur yang menunjukkan
arah pergerakan dua buah variabel yaitu antara pergerakan pasar dengan
pergerakan suatu sekuritas.
n
Cov (Ri, Rm ) =
n =1
(Ri − E ( Ri) )(Rm − E ( Rm) )
n −1
dimana:
Rm
= Tingkat pengembalian pasar
E (Rm)
= Rata-rata tingkat pengembalian pasar
Ri
= Tingkat pengembalian saham
E (Ri )
= Rata-rata tingkat pengembalian saham
n
= Jumlah periode penelitian
Cov (Ri, Rm ) = Covarians return saham dan return pasar
Sedangkan
beta
merupakan
perbandingan
covarians
tingkat
pengembalian pada suatu investasi dan pasar dengan varians tingkat
pengembalian pasar. Jadi bisa dikatakan beta investasi adalah kepekaan
15
tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar dan rata-rata beta
untuk seluruh saham adalah sama dengan 1 (Husnan 1998).
βi =
Cov (Ri, Rm )
σ m2
dimana:
βi
= Beta saham
Cov (Ri, Rm ) = Covarians return saham dan return pasar
σ m2
2.
= Varians pasar
Garis Pasar Modal / Capital Market Line
Garis Pasar Modal (GPM) atau Capital Market Line (CML) adalah garis
yang menunjukkan semua kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang
terdiri dari aktiva-aktiva berisiko dan aktiva bebas risiko. Jika portofolio
pasar hanya berisi aktiva yang tidak berisiko maka risikonya adalah nol dan
tingkat pengembalian yang diharapkan adalah Rf. Jika portofolio ini terdiri
dari semua aktiva yang ada, maka risikonya adalah sebesar
m dengan
tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar E(Rm).
E(Rp)
Rm
M
Rf
0
Gambar 1
σm
Capital Market Line
σ
16
CML memberikan suatu kerangka kerja untuk menentukan hubungan
antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko portofolio yang
efisien. CML tidak dapat digunakan untuk menghitung hasil pengembalian
dari surat-surat berharga yang tidak efisien yang terletak pada rangkaian
peluang portofolio.
3.
Garis Pasar Sekuritas / Security Market Line
Garis Pasar Sekuritas atau Security Market Line (SML) adalah suatu
garis yang menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian yang
disyaratkan dengan risiko sistematis dari surat berharga yang diukur dengan
beta.
E(Rj)
Security Market Line
M
Rm
Rf
0
βm = 1
Gambar 2
17
Beta digunakan sebagai pengukur risiko pasar, karena dalam
pembentukan portofolio, risiko suatu sekuritas tidak ditentukan oleh deviasi
standarnya tetapi ditentukan oleh covariansnya.
CML dan SML merupakan gambaran yang berlainan dari keseimbangan
pasar yang sama. CML bisa digunakan untuk penetapan hasil yang
diperlukan hanya bagi portofolio yang efisien saja. SML bisa dimanfaatkan
untuk menjelaskan tingkat pengembalian yang diperlukan dari semua surat
berharga, baik efisien maupun tidak. Jadi bila beta dihitung dengan tepat,
maka dapatlah diperkirakan tingkat pengembalian yang sesuai dengan risiko
pada keadaan ekuilibrium.
Download