DAFTAR ISI

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian pada tahun 2014 semakin sulit, ditandai dengan
melemahnya nilai tukar rupiah yang hampir mendekati Rp 14.700 per dollar Amerika
Serikat (AS). Dengan situasi ini Indonesia akan dipredikasikan cepat atau lambat
akan mengalami badai krisis keuangan seperti tahun-tahun sebelumnya, termasuk
halnya terjadinya pelarian modal asing (capital outflow) besar-besaran saat ini.
Sementara kinerja ekspor sebagai sumber devisa negara terus merosot. Jika harga
saham turun maka secara otomatis obligasi suatu perusahaan akan menurun tingkat
pembeliannya. Langkah perusahaan mengobral harga sahamnya juga tidak
menyelesaikan masalah merosotnya harga saham saat itu. Tetapi dari pemerintah
belum ada upaya meningkatkan perekonomian dalam jangka pendek.
Akhir tahun 2014 sangat tidak menggembirakan karena nilai tukar rupiah
yang melorot tajam. Nilai tukar rupiah akan berubah setiap waktu berdasarkan
keadaan suatu wilayah. Nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila
permintaan lebih besar daripada pasokan yang tersedia, sedangkan nilai mata uang
akan turun jika permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Permintaan dan
penawaran atas hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor kegiatan dalam bisnis
suatu negara, baik secara eksternal maupun internal. Faktor yang menyebabkan nilai
tukar mata uang berfluktuasi adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca
1
2
perdagangan, hutang publik, tingkat rasio ekspor impor, hasil produksi domestik,
tingkat pengangguran, tingkat pendapatan, dan kestabilan politik.
Melemahnya harga rupiah pada 2015 yang sempat hampir menembus
nominal Rp 15.000,00 per satu dollar Amerika Serikat sangat perlu diwaspadai
karena ekonomi makro Indonesia memerlukan kestabilan bukan labil. Nilai rupiah
yang berubah-ubah tidak stabil akan mempengaruhi ekonomi makro Indonesia.
Secara garis besar atau secara umum ada 3 hal yang mempengaruhi ekonomi makro
Indonesia. Pertama, berhubungan dengan nilai tukar rupiah yang harus seimbang
antara nilai permintaan dan penawaran terhadap mata uang negara atau mata uang
asing.
Merosotnya nilai mata uang di Indonesia merefleksikan menurunnya
permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing untuk
pembayaran
internasional.
Dampak
selanjutnya
yang
akan terjadi adalah
meningkatnya biaya impor bahan baku dan juga dapat berdampak pada harga saham
yang menurun.
Kedua, adalah tingkat suku bunga yang ada di Indonesia mengalami
peningkatan dan berdampak pada investasi di Indonesia yang semakin mahal
tentunya. Ketiga yaitu terjadinya Inflasi, meningkatnya harga-harga secara ukmum
dan kontinu, akibat konsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicunya konsumsi dan spekulasi.
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah ekonomi dunia yang memburuk
yang membuat saham bursa dijual. Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi
3
rupiah, Bank Indonesia mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas
untuk pembayaran impor di Indonesia.
Tingginya inflansi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban
operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan
badan usaha. Namun, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang
cukup menjanjikan bagi investor deposito. Semua ini pada akhirnya akan berdampak
pada harga saham di pasar modal. Kenaikan bunga yang agresif bisa memperkuat
rupiah, tetapi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan anjlok karna investor lebih
suka menabung di bank. Apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik
maka akan diikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan begitu pula
sebaliknya.
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai
8,36 persen atau sedikit lebih rendah dari laju inflasi pada 2013 sebesar 8,38 persen.
Inflasi meski rendah dari tahun 2013 meskipun sama-sama tinggi, akibat terjadi
kenaikan BBM. Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas
yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin yang
menyumbang andil 1,04 persen.
Pasar modal sangat memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, karena Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator
economic pada suatu negara. Jika pergerakan pasar mengalami peningkatan atau
penurunan maka nilai-nilai dari saham yang tercatat dan tercermin melalui
pergerakan indeks atau sering dikenal sebagai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Peregerakan indeks itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
4
faktor dari luar negeri (eksternal) dan faktor dalam negeri (internal). Contoh dari
faktor itu sendiri bisa muncul dari indeks bursa asing negara lain (Dow Jones, Strait
Times, NYSE), pergerakan dari harga minyak tanah, harga emas dunia, dan adanya
kejadian yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia seperti
kerusuhan suatu negara maupun serangan teroris. Kemudian, yang termasuk faktor
internal bisa disebabkan oleh tingkat inflasi, kurs mata uang, suku bunga, tingkat
pendapatan nasional, dan jumlah uang beredar yang ada di negara tersebut.
Uraian itu menggambarkan bahwa saham tidak memberikan kepastian hasil
(return). Karena tidak ada kepastian return tersebut, saham tergolong investasi yang
berisiko (risky asset). Sebaliknya, obligasi memberikan kepastian return sehingga
disebut investasi bebas berisiko (riskfree asset). Oleh karena itu, investasi dalam
saham memerlukan pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan investasi dalam
obligasi.
Investasi tidak akan terlepas dari risiko (risk), semakin besar risiko yang
didapatkan para investor semakin besar pula return yang didapatnya. Jadi,
berinvestasi juga harus tahan terhadap risiko yang terjadi pada suatu perusahaan yang
ditanamkan investasi pada investor.
Menurut Fahmi (2012:151) pasar modal adalah tempat berbagai pihak,
khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari
hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau
untuk memperkuat modal di suatu perusahaan. Tetapi jika suatu perusahaan
menanamkan investasinya ke bursa efek dan mengalami kerugian, maka tidak akan
menambah dana bisa jadi mengalami kebangkrutan total. Krisis yang menyebabkan
5
penurunan harga saham gabungan salah satunya adalah melemahnya nilai tukar uang
atau kurs, selain itu dipengaruhi juga oleh beberapa hal misalnya tingkat inflasi, suku
bunga yang ada di suatu negara yang bisa menyebabkan turunnya harga saham
gabungan.
Penelitian mengenai faktor-faktor tentang IHSG telah dilakukan oleh
peneliti Divianto (2013:194) yang mengemukakan bahwa IHSG dapat dijelaskan
oleh variabel inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar. Namun, dari ketiga
variabel tersebut hanya inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG, suku
bunga dan tingkat kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini berbeda dengan
penelitian dari Ni Made (2011:3303) yang menyatakan bahwa variabel suku bunga
SBI, nilai tukar dan inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini didukung
dengan penelitian oleh Suramaya (2012:63) yang menyimpulkan bahwa tingkat
inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG
tetapi kurs rupiah berpengaruh dan signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin
kuat kurs rupiah terhadap US dollar (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan
harga saham dan sebaliknya.
Dari perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mereplikasi jurnal dari Divianto (2013:165) yang bisa berbeda antar
varibelnya. Peneliti tertarik mereplika jurnal dari Divianto dikarenakan jurnal
tersebut sangat selektif dalam pembahasan variabel yang terkait dengan judul pada
skripsi ini. Tujuan peneliti mengangkat judul ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan antara fundamental macroeconomic yang terdiri dari (tingkat inflasi, suku
bunga SBI, nilai tukar) terhadap pergerakan IHSG yang terdaftar di BEI dari tahun
6
2010-2014. Sehingga judul penelitian ini adalah “Pengaruh Fundamental
Macroeconomic Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1.
Apakah tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan ?
2.
Apakah Tingkat Inflansi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan ?
3.
Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh Tingkat
Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan perusahaan manufaktur.
7
1.4.1
1.
Manfaat penelitian ini bagi :
Penulis
Penulis dapat mengerti dengan jelas tentang Indeks Harga Saham Gabungan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh apa saja jika
terdapat Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah pada Indeks Harga
Saham Gabungan.
2.
Perusahaan
Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan yang berguna dalam hal
kenaikan Inflansi, Suku Bunga, Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3.
Akademik
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi kepada mahasiswa akhir yang
sedang menulis tugas akhir dengan topik yang sama.
1.5
Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dan dirancang dalam lima bab yang terdiri dari :
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka konseptual atau kerangka fikir, dan hipotesis penelitian.
8
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berisi tentang varibel penelitian dan definisi
operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian, analis
data dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran peneliti yang
didasarkan atas hasil penelitian
9
Download