7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah sekelompok aktivitas yang saling berkaitan yang dirancang untuk mengidentifikasi konsumen dan mengembangkan distribusi, promosi dan penetapan harga serta untuk memuaskan kebutuhan konsumen pada tingkat keuangan tertentu (Kismono, 2001:p293). Pemasaran adalah suatu proses sosial di mana setiap individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2001:p9). 2.1.1 Strategi pemasaran Perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk dapat hidup dan berkembang. Namun, tujuan tersebut dapat terlaksana apabila keuntungan yang optimal dapat dicapai, dipertahankan, dan ditingkatkan. Agar mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran adalah kegiatan menyeleksi dan penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar yang akan dituju (Lamb, Hair, dan Mc. Daniel, 2001, p.54). Menurut Tull dan Kohle strategi pemasaran didefenisikan sebagai alat fundamental yang di rencanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut (Tjiptono, 2001. p6). Untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan pada saat ini, perusahaan harus berorientasi pada pelanggan, memenangkan pelanggan dari pesaing dan mempertahankan mereka dengan memberikan nilai yang lebih besar. Terlalu banyak jenis konsumen yang 8 berbeda-beda dengan beragam macam kebutuhan yang berbeda, dan beberapa perusahaan berada pada posisi yang lebih baik dalam melayani segmen pasar tertentu. Proses ini terdiri atas tiga Konsep, yaitu: a. Segmentasi pasar Segmentasi pasar (Kotler dan Armstrong, 2001, p.285), merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Segmentasi pasar adalah membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memilki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda pula. Seperti yang kita ketahui bahwa pasar terdiri dari banyak pembeli yang masingmasing pembeli berbeda dalam berbagai hal, baik itu kebutuhannya, sumber daya, lokasi, sifat pembelian, dan sebagainya. Melalui segmentasi pasar ini, perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen tersebut menjadi lebih kecil, sehingga dapat dilihat jadi lebih efisien sesuai dengan produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan unik mereka. Karena setiap pembelian mempunyai kebutuhan yang berbeda maka seorang penjual juga harus mendesain program pemasaran yang berbeda pula untuk setiap pembeli. Oleh karena itu segmentasi pasar dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda. Dalam melakukan segmentasi ada lima manfaat yang dapat diperoleh, yaitu: 1. Mendesain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar. 2. Menganalisis pasar. 3. Menemukan peluang. 4. Menguasai posisi yang unggul (superior) dan kompetitif. 5. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. 9 b. Target Pasar / Penentuan Pasar Sasaran Penargetan pasar (Kotler dan Armstrong, 2001, p.285) adalah suatu pasar evaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen pasar yang akan dituju. Perusahaan dalam mengevaluasi segmen pasar harus berpatok pada tiga faktor berikut ini: 1. Ukuran dan pertumbuhan segmen 2. Daya tarik struktural pasar 3. Sumber daya dan sasaran perusahaan Sebuah perusahaan dengan sumber daya terbatas dapat memutuskan untuk melayani hanya satu atau beberapa segmen khusus. Strategi ini membatasi penjualan tetapi dapat sangat menguntungkan. Atau sebuah perusahaan mungkin hanya memilih beberapa segmen terkait, mungkin dengan jenis konsumen yang berbeda namun dengan keinginan dasar yang sama. Atau sebuah perusahaan besar dapat memutuskan untuk menawarkan sejumlah produk yang lengkap untuk melayani seluruh segmen pasar. Sebagian besar perusahaan memasuki suatu pasar baru dengan melayani sebuah segmen, dan apabila berhasil, mereka akan memperbanyak segmen. c. Menentukan Penempatan Posisi Produk Penentuan posisi (Positioning, Kotler dan Armstrong, 2001, p.285) adalah tindakan dalam merancang produk, dan citra perusahaan agar dapat tercipta kesan tertentu (di antara pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Perusahaan dalam memposisiskan produknya harus dapat merencanakan posisi yang dapat memberikan keunggulan terbesar bagi produknya di pasar tertentu yang telah dipilih, dan mereka juga harus dapat mendesain bauran pemasaran untuk menciptakan suatu posisi yang diinginkan. 10 Strategi positioning terdiri atas: 1. Memposisikan produk mereka berdasarkan sifat produk 2. Memposisiskan produk berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan atau manfaat yang ditawarkan 2.1.2 3. Memposisikan produk menurut kapan penggunaaanya 4. Memposisikan produk kelas tertentu bagi penggunanya 5. Memposisikan produk langsung berhadapan dengan pesaing 6. Memposisikan produk untuk kelas produk yang berbeda Bauran Pemasaran Menurut Angipora (2002, p.24) mendefenisikan bauran pemasaran sebagai suatu perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran. Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan dalam bersaing di pasar sasaran, bukanlah hal yang sangat mudah dalam memasarkan suatu produk. Perusahaan perlu melakukan strategi yang menggunakan produk, harga, distribusi dan promosi sebagai alat dalam bersaing dalam pasar sasaran, strategi ini disebut juga bauran pemasaran atau marketing mix. Berikut ini ada beberapa pendapat mengenai pemasaran: Menurut Kotler (2003, p.15) adalah: “Marketing mix is the of marketing tools that the firm uses to pursue it’s marketing objectives in the target market”. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P dalam pemasaran: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 11 Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan merupakan inti dari sistem pemasaran yang terdiri dari (Kismono, 2001 p.308): • Produk (Product) Alat pemasaran yang paling mendasar adalah produk. Produk dalam istilah pemasaran adalah bentuk fisik barang yang ditawarkan dengan seperangkat citra (image) dan jasa (service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Kismono, 2001:p306). Produk didefinisikan sebagai berikut, segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 2001:p95). Menurut pendapat Kotler (2003, p.17) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang di pasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, orang dan gagasan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran mengenai produk, adalah: keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan serta pengambilan keputusan. • Harga (Price) Harga adalah nilai tukar suatu produk yang dinyatakan dalam satuan moneter dalam menentukan kebijaksanaan harga sebaiknya perusahaan memperhatikan faktor lain, seperti: kodisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintah dan struktur pasar dimana produk ditawarkan (Kismono, 2001:p346). Menurut pendapat Kotler (2003, p.17) adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu. Dalam menentukan kebijakan harga sebaiknya perusahaan memperhatikan faktor lain, seperti: kondisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintah, dan struktur pasar di mana produk ditawarkan. 12 • Tempat (Place) Tempat merupakan perpindahan barang dan jasa dari produsen ke pemakai industri dan konsumen (Kismono, 2001:p364). Menurut Kotler (2003, p.17) tempat adalah termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Perusahaan harus mengidentifikasikan, merekrut dan menghubungkan sebagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayananan secara efisien kepada pasar. • Promosi (Promotion) Promosi adalah usaha yang dilakukan pemasar untuk mempengaruhi pihak lain agar berpatisipasi dalam kegiatan pertukaran. Merupakan usaha mengkomunikasikan informasi yang bermanfaat tentang suatu perusahaan atau produk untuk mempengaruhi pembeli potensial (Kismono, 2001:p374). Agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat dikenal oleh konsumen maka perlu upaya untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk tersebut oleh karena itu pemasaran perlu melakukan kegiatan promosi. Menurut pendapat Kotler (2003, p17) promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Jadi perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. 2.1.2.1 Promosi Promosi merupakan sarana bagi perusahaan yang berupa suatu kegiatan dengan tujuan untuk menciptakan komunikasi yang terarah antara produsen dan konsumen. Komunikasi pemasaran perlu dilaksanakan guna memberitahukan ketersediaan produk tersebut di pasar. Untuk mencapai tingkat penjualan yang diinginkan, maka perusahaan perlu memberi petunjuk atau informasi tentang adanya produk agar tercapai target pasar yang diinginkan oleh perusahaan. 13 2.1.2.2 Bauran Promosi “Promotion includes all the activity the company undertakes to communicate and promote it’s products to target market.” (Kotler, 2003, p.114). Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Pada dasarnya promosi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka waktu tertentu dan diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal. Setiap perusahaan yang akan melakukan kegiatan promosi sebelumnya tentu akan menentukan strategi-strategi yang sebagian besar menggunakan berbagai kombinasi. Di mana bauran promosi ini meliputi: 2.1.2.2.1 Periklanan (Advertising) Kotler (2003, p.590) mendefenisikan periklanan sebagai berikut: “Advertising is any paid from of non personal presentation and promotion of ideas, good, or services by an identified sponsor.” Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menurut Kotler (2003, p.580) periklanan mempunyai empat ciri khas, yaitu: a. Penampilan publik Iklan adalah model komunikasi yang paling memasyarakat. Sifat iklan publik menghasilkan suatu pengesahan terhadap produk yang diiklankan dan juga memberikan penawaran yang standar. b. Daya serap Iklan adalah media yang dapat meresap. Karena penjual bisa mengulang-ulang pesan mereka, juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai saingan. 14 c. Ungkapan perasaan yang diperjelas Iklan mampu mendramatisasikan suatu perusahaan beserta produknya melalui lukisan indah, bunga, dan warna menarik. Kadang-kadang alat ini berhasil mengungkapkan perasaan, tetapi bisa melesat dari perasaan. d. Tidak adanya tatap muka Para audience tidak merasa harus memperhatikan atau memberi tanggapannya pada iklan. Menurut Kotler, sarana yang dapat digunakan untuk periklanan ini dapat berupa: a. Iklan cetak dan penyiaran (surat kabar, majalah, televisi, radio), b. Pos langsung, c. Pengemasan luar, d. Pengemasan dalam, e. Film, f. Simbol dan logo, g. Pita video, h. Billboard, i. Poster dan selebaran, j. Brosur dan buku petunjuk, k. Materi audio visual. 2.1.2.2.2 Penjualan Perorangan (personal selling) Personal selling adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang di tujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Penjualan perorangan merupakan salah satu cara promosi. Penjualan langsung berhubungan secara pribadi dengan calon pembeli dengan maksud untuk menawarkan barang atau jasa, sehingga terciptalah komunikasi dua arah yang memungkinkan calon pembeli mengambil keputusan pada saat itu juga, di mana hal ini tidak terlepas dari keahlian penjual dalam membujuk calon pembeli. Menurut Kotler, sarana yang dapat digunakan untuk penjualan perorangan ini dapat berupa: a. Presentasi penjualan, b. Rapat penjualan, c. Program insentif, d. Pemberian sample, e. Pekan raya dan pameran dagang. 15 2.1.2.2.3 Promosi Penjualan (Sales Promotion) Pengertian promosi penjualan menurut Swastha. DH (2002, p.279), yaitu: “Kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti: peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.” Kotler (2003, p.609), mendefenisikan promosi penjualan sebagai berikut: “Sales promotion consist of diverse collection of incentive tools, mostly short term, designed to stimulate quicker or greater purchase of particular products or services by consumer or the trade.” Berdasarkan objek yang di tuju promosi penjualan dikategorikan sebagai berikut: 1) Promosi konsumen Promosi konsumen ini ditujukan untuk konsumen akhir, misalnya dengan memberi kupon berhadiah, jaminan uang kembali bila produk yang dipakai mengecewakan sesudah dipakai, dan demonstrasi pertunjukan yang memperlihatkan keinginan dan keunggulan prodak tersebut. 2) Promosi perdagangan Promosi perdagangan ini ditujukan kepada pedagang perantara atau badan tertentu, seperti, misalnya dengan pemberian barang sebagai hadiah, potongan harga atas pembelian pada waktu tertentu dan jumlah tertentu. 3) Promosi target penjual Promosi target penjual ini ditujukan kepada para pramuniaga dari perusahaan, seperti, misalnya, pemberian bonus sebagai tambahan gaji berdasarkan prestasi yang dibuat diatas standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Kotler, sarana yang dapat digunakan untuk promosi penjualan ini dapat berupa: 1) Promosi konsumen (contoh/sample, kupon, premi, stiker dagang) 16 2) Promosi dagang (tunjangan pembeli, keringanan dagang, barang gratis, alat-alat iklan gratis) 3) Promosi wiraniaga (kontes, undian, permainan, kontes dagang) Promosi yang menggunakan sejumlah alat, seperti: diskon, kontes, kupon, sampel produk untuk menawarkan 3 manfaat pokok, yaitu: Komunikasi: memberikan informasi yang dapat menarik perhatian konsumen agar tertarik untuk membeli produk. Insentif: memberikan kontribusi, konsesi atau dorongan yang dapat bernilai tambah bagi pelanggan. Invitasi: Proses penghargaan agar konsumen segera melakukan transaksi. 2.1.2.2.4 Hubungan Masyarakat (Public Relation/Publicity) Kotler (2003, p.616) mendefenisikan hubungan masyarakat sebagai berikut: “Public relation (PR) involves a variety of programs designed to promote and create or protect a company images or it’s individual products.” Hubungan masyarakat (HUMAS) melibatkan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau tiap produknya. Hubungan masyarakat dan publisitas cenderung memiliki keunggulan berupa kredibilitas tinggi serta kemampuan untuk menjangkau audiens yang cenderung menghindari wiraniaga iklan. Menurut Kotler, sarana yang dapat digunakan untuk hubungan masyarakat ini dapat berupa: a. Menjadi sponsor, b. Pulikasi, c. Media identitas, d. Majalah perusahaan, e. Kegiatan-kegiatan, f. Siaran pers, g. Ceramah, h. Seminar, i. Laporan tahunan, j. Sumbangan awal. 17 2.1.2.2.5 Pemasaran langsung (Direct Marketing) Defenisi pemasaran langsung menurut Kotler (2003, p.620) adalah: “Direct marketing is the use of consumer direct channels to reach and deliver goods and services with out using marketing middleman.” Pemasaran langsung adalah penggunaan langsung ke konsumen untuk meraih dan mengantarkan barang dan jasa tanpa menggunakan perantara. Dapat dijelaskan pemasaran langsung adalah penggunaan jasa pos, telepon, alat-alat perhubungan bukan pribadi lain untuk berkomunikasi atau mengumpulkan respon dari pelanggan tertentu, meskipun mempunyai beberapa bentuk, seperti pos langsung (Direct mail), pemasaran melalui telepon (Telemarketing), dan sebagainya. 2.1.2.3 Menentukan bauran Promosi Menentukan variabel bauran promosi yang paling efektif merupakan tugas yang paling sulit dalam manajemen pemasaran. Di dalam praktek pihak manajemen harus mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan alat-alat tersebut. Kesulitan yang dihadapi oleh pihak manajemen adalah tidak dapat mengetahui secara pasti tentang luasnya kegiatan periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, serta penjualan personal yang di pakai untuk mencapai tujuan program penjualan. Selain itu, seberapa besar hasil yang dapat dicapai dari pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan promosi. Faktor-faktor dalam menyusun Bauran Promosi Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam mengembangkan bauran promosi yaitu; Jenis pasar produk, penggunaan strategi dorong atau tarik, tahap produk dalam siklus hidup produk, dan peringkat pangsa pasar perusahaan. 1. Jenis Pasar Baru Tingkat pemanfaatan alat berpromosi bervariasi antara pasar konsumen dan industri untuk perusahaan barang konsumsi pada umumnya mereka mengeluarkan dan promosi 18 sebagian besar adalah untuk penjualan tahap mula yang diikuti oleh promosi penjualan, periklanan, pemasaran langsung dan hubungan masyarakat. Secara umum penjualan tatap muka lebih banyak digunakan dalam penjualan produk yang rumit, mahal, beresiko dan di pasar besar sedikit. Walaupun di pasar industri iklan kurang digunakan dibandingkan dengan kunjungan penjualan tetapi iklan masih memainkan peranan penting. 2. Strategi Dorong Lawan Strategi Tarik Bauran promosi sangat dipengaruhi oleh apakah perusahaan akan memilih startegi dorong (Push Strategy) atau strategi tarik (Pull strategy) guna menciptakan penjualan. Strategi dorong mencakup produsen yang menggunakan tenaga penjual dan promosi dagang untuk membujuk perantara supaya menggambil, mempromosikan dan menjual produk pada pemakai akhir. Strategi dorong sangat tepat digunakan jika kesetian merek dalam suatu kategori rendah, pilihan merek dilakukan di toko, produk merupakan barang impuls dan manfaat produk sangat jelas. Strategi tarik mencakup produsen yang menggunakan iklan dan promosi konsumen guna mendorong pemakai akhir untuk meminta produk tersebut kepada perantara dan dengan demikian mendorong perantara memesan produk itu dari produsen. Strategi tarik sangat tepat digunakan jika terdapat kesetian merek yang tinggi dalam kategori tersebut, konsumen menggangap ada perbedaan di antara merek dan orang memilih merek sebelum mereka pergi ke toko. 3. Tahap Kesiapan pembeli Alat promosi memiliki efektifitas biaya yang berbeda-beda pada berbagai tingkat kesiapan pembeli: a. Tahap kesadaran Periklanan dan publisitas memainkan peranan penting dalam tahap membangun kesadaran lebih penting daripada peranan yang dimainkan oleh kunjungan wiraniaga atau oleh promosi penjualan. b. Tahap pengertian Pengertian pelanggan terutama dipengaruhi oleh periklanan dan penjualan personal. 19 c. Tahap keyakinan Pelanggan sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan kurang dipengaruhi oleh periklanan dan promosi penjualan. d. Tahap pemesanan Pemesanan sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan. e. Tahap pemesanan kembali Pemesanan kembali juga sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan dan agak dipengaruhi oleh iklan pengingat jelaslah bahwa periklanan dan publisitas paling efektif biaya pada tahap awal dari proses keputusan pembelian dan penjual personal serta promosi penjualan paling efektif pada tahap selanjutnya. 4. Tahap siklus kehidupan produk Pada tahap ini alat-alat promosi pun memiliki efektifitas biaya yang berbeda-beda dalam setiap tahap hidup produk. a. Tahap perkenalan (Introduction) Pada tahap ini barang mulai di pasarkan dalam jumlah besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang baru (betul-betul baru) atau baru dalam bentuk atau modelnya. Pada tahap ini, biaya yang dikeluarkan untuk promosi tinggi, karena kegiatan promosinya harus dilakukan secara agresif. b. Tahap pertumbuhan (Growth) Pada tahap ini, kurva penjualan semakin meningkat dengan cepat karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal produk yang bersangkutan. Maka promosi yang dilakukan perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. c. Tahap kedewasaan (Maturity) Pada tahap ini, tingkat laba mulai menurun dan persaingan sangat ketat. Usaha kegiatan promosi semakin penting, perlu ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. 20 d. Tahap penurunan (Decline) Pada tahap ini, sebaiknya perusahaan sudah membuat produk baru atau yang lebih baik. Ini disebabkan karena produk yang lama penjualannya sudah tidak menentu dan tingkat labanya semakin menurun, bahkan kegiatan-kegiatan promosinya sudah tidak lagi menguntungkan. Pada tahap penurunan ini, promosi penjualan tetap kuat namun periklanan dan publisitas dikurangi dan wiraniaga hanya perlu memberikan sedikit perhatian pada produk. 5. Peringkat pangsa pasar perusahaan Merek-merek dengan peringkat puncak akan memperoleh manfaat yang telah besar melalui periklanan daripada penjualan. Untuk tiga merek teratas, tingkat pembelian investasi meningkat seiring dengan peningkatan rasio antara pengeluaran untuk promosi penjualan untuk merek berperingkat empat atau lebih rendah, tingkat profitabilitas menurun seiring dengan saat bergerak dari periklanan rendah ke periklanan tinggi. 2.2 Personal Selling (Penjualan Perorangan) Di dalam kegiatan personal selling, tujuan dari peranan personal selling itu pada umumnya adalah memengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, agar dapat meningkatkan volume penjualan yang tinggi sehingga dengan demikian dapat mencapai target yang diharapkan. Kegiatan personal selling merupakan salah satu alat promosi yang digunakan oleh produk Tupperware dari PT.Imawi Benjaya, diharapkan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk Tupperware. Berikut ini beberapa pengertian dari personal selling. Menurut Kotler (2002:p626) Penjualan pribadi (personal selling) adalah interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih guna melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesanan. 21 Menurut Shimp (2003, p281) Personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orangper-orang dimana seorang wiraniaga berhubungan dengan calon pembeli dan berusaha mempengaruhi agar mereka membeli produk atau jasanya. Menurut Masterson dan Pickton (2004, p256) Personal selling adalah presentasi secara lisan, dan percakapan dengan satu pembeli yang potensial, dengan tujuan mendapatkan penjualan. Dan Personal selling dapat memberikan gambaran serta pengetahuan yang cukup kepada calon pembeli mengenai produk Tupperware yang dimiliki PT. Imawi Benjaya. Karena dalam personal selling, calon pembeli dapat bertanya lebih banyak ketimbang dengan kegiatan promosi yang lain, sehingga product knowledge yang mereka dapat pun lebih detail dan mendalam. Penjualan personal adalah alat yang paling efektif pada sejumlah tahap tertentu dalam proses pembelian, khususnya dalam membentuk preferensi, keyakinan dan tindakan pembeli. Dibandingkan dengan periklanan, penjualan personal memiliki beberapa keunikan. Alat ini melibatkan interaksi pribadi antara dua orang atau lebih, sehingga setiap orang dapat mengamati kebutuhan dan karakteristik pihak lain dan melakukan penyesuaian diri dengan cepat. Penjualan personal juga memungkinkan terjadinya segala bentuk hubungan, mulai dari hubungan penjualan semata sampai hubungan persahabatan antara pribadi. Wiraniaga yang efektif selalu berusaha menjaga kepentingan pelanggan sebaik-baiknya agar dapat membangun hubungan jangka panjang. Akhirnya, melalui penjualan personal pembeli biasanya semakin merasa perlu mendengar dan memberi tanggapan, sekalipun tanggapan itu adalah penolakan yang sopan. Namun demikian, sifat-sifat unik ini ada kerugiannya. Seorang wiraniaga memerlukan komitmen jangka panjang yang lebih lama daripada yang diperlukan oleh periklanan. Iklan dapat dipasang dan dicabut, tetapi tidak demikian halnya dengan wiraniaga. Penjualan personal juga merupakan alat promosi penjualan yang paling mahal. 22 2.2.1 Kinerja Wiraniaga/ Salesforce Menurut Shimp (2004,p294-300) ada enam karateristik yang telah di perkirakan untuk menentukan kinerja wiraniaga: ketrampilan, tingkat keahlian, tingkat motivasi, persepsi peran, karateristik pribadi, dan adapatabilitas. • Keterampilan Kemampuan seseorang untuk melakukan tugas-tugas tertentu sangat bergantung pada ketrampilannya, yang mencakup minat, kecerdasan dan karateristik kepribadian. Karena wiraniaga yang berbeda memiliki jenis tugas dan kegiatan yang berbeda pula, maka beberapa orang lebih cocok dengan satu jenis penjualan daripada yang lainnya. Dalam melakukan technical selling, wiraniaga harus memiliki ketrampilan analitis dan pengetahuan tekhnis yang mendalam agar dapat menjelaskan fitur produk dengan jelas pada pelanggan. Penjualan perdagangan menurut orang-orang mempunyai keahlian antar individu yang baik dan sangat adaptif, karena mereka bertemu dengan berbagai jenis karateristik pelanggan. • Tingkat Keahlian Tingkat keahlian merupakan suatu kegiatan yang dipelajari dalam melaksanakan tugas penjualan. Hal ini mencakup keahlian menjual (seperti mengetahui bagaimana membuat prsentasi penjualan), keahlian interpersonal (seperti mengetahui bagaimana menangulangi dan memecahkan konflik) dan keahlian teknis (seperti pengetahuan tentang fitur produk, kinerja dan manfaat). Keahlian ini tidak hanya diterapkan pada posisi penjualan sebagai fungsi persiapan pendidikan individu, tetapi juga terus dipelajari dan dipertahankan di tempat kerja. • Tingkat motivasi Tingkat motivasi mengacu pada jumlah waktu dan energi yang dilakukan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Yang menarik mengenai motivasi adalah bahwa secara timbal balik berkaitan dengan kinerja. Motivasi merupakan determinan kinerja tetep juga turut ditentukan oleh kinerja, jadi seringkali kita menjadi lebih 23 termotivasi setelah kita menikmati beberapa keberhasilan. Riset menunjukan bahwa usaha wiraniaga yang meningkat bertujuan untuk mencapai kinerja dan kepuasan kerja yang lebih besar, namun adakalanya pula para wiraniaga menjadi terdemotivasi dalam pelaksanaan tugasnya. Yang bisa diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. • Persepsi peran Dalam rangka melaksanakan tugasnya dengan baik, wiraniaga harus mengetahui apa yang diharapkan darinya dan memiliki persepsi yang akurat atas perannya. • Karateristik pribadi Determinan lain yang dapat dinilai dari efektifitas wiraniaga adalah karateristik pribadi individu, dimana karateristik ini meliputi; usia, bentuk tubuh, penampilan, ras dan gender, yang diperkirakan mampu mempengaruhi kinerja penjualan. • Adapatabilitas Determinan terakhir dari efektifitas wiraniaga adalah kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam setiap jenis keadaan yang harus di hadapinya. Menurut Sulaksana (2003:p144-145) ada tiga hal yang dapat di lakukan perusahaan jika ingin menciptakan jajaran penjual yang efektif, yaitu: Pola rekrutmen yang dijalankan perusahaan. Khusus pasukan pejualan, harus dipilih orang-orang yang memang bakat menjual. Adanya sistem pelatihan sistematis dan berjenjang. Pada umumnya para tenaga penjual dibekali psikologi praktis, product knowledge, pembentukan attitude dan teknik-teknik persuasi serta time management sehingga mereka bisa efektif dalam melakukan langkah-langkah berikut: a) Prospecting, Mencoba mencari prospek atau lead. b) Targeting, Menentukan alokasi waktu antara prospek dan pelanggan. c) Communicating, Mengkomunikasikan informasi produk atau layanan perusahaan pada prospek dan pelanggan. 24 d) Selling, Melakukan pendekatan, mempresentasikan, menjawab keberatan prospek dan menutup penjualan. e) Servicing, Menyediakan berbagai pelayanan pada pelanggan, memberi konsultasi, memberi bantuan teknis, mengatur pembiayaan dan lain-lain. f) Allocating, Mengatur pelanggan mana yang akan diprioritaskan mendapat produk yang sedang langka bila terjadi kehabisan stok. Adanya iklim dan sistem yang merancang prestasi puncak dari seorang penjual. 2.3 Public Relation (Hubungan Masyarakat) Kegiatan Public Relation memiliki fungsi untuk menjaga kelancaran komunikasi di dalam sebuah lingkungan kerja, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tujuan Public Relation menjadi jembatan penghubung antara perusahaan dengan masyarakat ataupun target marketnya, di mana dengan menjaga alur komunikasi ini perusahaan dapat memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian dan tentunya citra yang baik dari publik atau masyarakat, yang pada akhirnya mampu memengaruhi konsumen dalam proses pembelian produk. Kegiatan Public Relation juga merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan oleh Tupperware dari PT. Imawi Benjaya untuk mengomunikasikan produk dengan baik sehingga pesan yang diinginkan sampai kepada pihak konsumen, diharapkan mampu memengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen produk. Berikut beberapa pengertian dari Public Relation. Menurut Public Relation News (2003:p25) Public Relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan dan prosdeur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan program kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publiknya. Menurut Bonham (2003:p27) Public Relation is the art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization. 25 Public Relation adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/ badan. Definisi Public Relation menurut Palapah & Syamsudin (2003:p29) adalah suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan, saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Public Relation menurut Jefkins (2003:p33), “Public Relation consist of all form of planned comunication, outwards or inwards, between an organization and its public for the purpose of achieving spesific objective concerning mutual understanding”. Public Relation merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun ke dalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian. Hubungan masyarakat memiliki beberapa sifat unik. Perangkat ini biasanya sangat di percaya. Cerita, fitur, dan berbagai peristiwa tampak lebih nyata dan lebih terpercaya di mata pembaca daripada apa yang mereka lihat lewat iklan. Hubungan masyarakat juga dapat menjangkau calon-calon yang biasanya menjauhi wiraniaga. Iklan pesan sampai pada pembeli sebagai “berita” dan bukan sebagai komunikasi yang bertujuan menjual. Sebagaimana iklan, hubungan masyarakat pun dapat mendramatisasi suatu perusahaan atau produk. Pemasar cenderung kurang memanfaatkan hubungan masyarakat atau baru memikirkannya belakangan. Namun begitu, suatu hubungan masyarakat yang matang di padu dengan alat promosi lainnya dapat menjadi alat yang sangat efektif dan ekonomis. Menurut Sulaksana fungsi utama Humas (Public relation) (2003,p.124-125), yaitu: a) Hubungan dengan pers: menyajikan berita dan informasi tentang perusahaan sepositif mungkin. 26 b) Publisitas produk: mensponsori berbagai program yang dapat mempublikasi produk tertentu. c) Komunikasi korporat: Meningkatkan kesepahaman organisasi melalui komunikasi internal dan eksternal. d) Lobi: Menjalin hubungan erat dengan penentu kebijakan dan kalangan legislatif untuk mendukung atau justru menggagalkan peraturan tertentu. e) Konseling: Memberi saran manajemen tentang isu-isu publik dan bagaimana perusahaan mesti menyikapinya serta citra perubahaan. 2.4 Pengambilan keputusan 2.4.1 Pengertian Keputusan Menurut Schermerhorn (2002, p.72) keputusan adalah: “A decision is a choice among possible alternative courses of action”. Keputusan adalah penyeleksian dari pilihan-pilihan dua atau lebih alternatif. Menurut Schiffman and Kanuk (2000, p.347) keputusan adalah: “A decision is the selection of an option from two or more alternative must be available”. Keputusan adalah pilihan diantara alternatif tindakan yang ada. Jadi, keputusan adalah memilih satu atau dua alternatif untuk menyeleksi tindakan yang ada. 2.4.2 Peran keputusan Peran keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan penjual (perusahaan) itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus juga diperhatikan perusahaan yaitu pemegang peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli yang dijelaskan oleh Simamora (2004, p.15) yakni: 27 Pemrakarsa (initiator) orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk a. atau jasa tertentu. Pemberi pengaruh (influencer) orang yang pandangan/nasehatnya memberi bobot b. dalam pengambilan keputusan terakhir. Pengambil keputusan (decider) orang yang sangat menentukan sebagian atau c. keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli, dan di mana akan membeli. d. Pembeli (buyer) orang yang melakukan pembelian nyata. e. Pemakai (user) orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. 2.4.3 Tahap-tahap Proses Keputusan Menurut Gordon (2002, p.144) pembuatan keputusan mencakup: “Do the decision makers know they are making the decision, and are they aware if they are optimizing or satisficing” Perusahaan yang cerdik, melakukan riset atas proses keputusan pembelian kategori produk. Menurut Kotler (Simammora, 2004:p15) Proses keputusan pembelian dapat digambarkan sebagai berikut: Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perlaku Purna Pembelian Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Sumber : Kotler (2000) • Pengenalan Masalah Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang dirasakan dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal dan eksternal. Dari 28 pengalaman sebelumnya orang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. • Pencarian Informasi Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin atau mungkin juga tidak mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk itu berada di dekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen ini hanya dijadikan ingatan saja. Penjarian informasi menurut tingkatannya dibagi menjadi dua. Pertama. perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. • Evaluasi Alternatif Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan terakhir. Pertama, kita melihat bahwa konsumen mempunyai kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat pada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Kemudian konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek. Komponen juga di anggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri. Dan akhirnya konsumen akan tiba pada sikap kearah alternatif merek melalui prosedur tertentu. Sulit untuk mengetahui proses terjadinya evaluasi dalam diri pembeli hingga menjadi keputusan, namun menurut asumsi-asumsi pemasaran adalah sebagai berikut: ¾ Diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. ¾ Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. ¾ Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada 29 setiap atribut. ¾ Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. ¾ Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang bebeda melalui prosedur evaluasi. • Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan setelah membentuk niat pembelian. Biasanya konsumen akan memilih merek yang disukai. Tetapi ada pula faktor yang akan memengaruhi seperti sikap orang lain dan faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. • Perilaku sesudah pembelian Sesudah pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. ¾ Kepuasan sesudah pembelian, konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan mereka tidak puas. Bila produk memenuhi harapan maka mereka puas. ¾ Tindakan sesudah pembelian, penjualan perusahaan berasal dari kepuasan pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus terus memperhatikan kepuasan pelanggan. Secara umum, konsumen yang merasa tidak puas dapat mengambil tindakan. Misalnya dengan mengembalikan produk yang sudah di beli. Pemasar dapat melakukan berbagai cara untuk mengurangi ketidakpuasan konsumen. Komunikasi purna pembelian merupakan salah satu cara yang tepat untuk mempertahankan pelanggan. Memahami kebutuhan konsumen dan proses pembelian adalah dasar bagi suksesnya pemasaran karena dengan demikian perusahaan dapat menyusun startegi yang efektif utntuk mendukung penawaran yang menarik bagi pasar sasaran. 30 Dan Proses Keputusan Pembelian dapat juga digambarkan sebagai berikut: Penilaian terhadap berbagai alternatif Maksud untuk membeli Sikap orang lain Keputusan membeli Faktor-faktor situasi yang tidak terduga Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian Sumber : Saladin dan Oesman (2002, p.20) 2.5 Kerangka Penelitian dan Model Penelitian Uraian kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dirangkum dalam bentuk skema kerangka pemikiran seperti gambar 2.3 di bawah ini: X1 (Independent) Y (Dependent) Personal Selling Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Public Relation X2 (Independent) Gambar. 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber : Diolah, April 2006 31 Dari kerangka di atas dapat terlihat bahwa variabel tidak bebas adalah proses pengambilan keputusan pembelian konsumen yang dijelaskan dengan variabel bebas adalah personal selling dan public relation. 2.6 Hipotesis Menurut Supranto (2001, p.124) hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebgai dasar pembuatan atau keputusan/ pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan atau asumsi dari sutu hipotesis juga merupakan data, akan tetapi karena kemungkinan bisa salah, maka apabila akan digunakan sebagai dasa pembuatan keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data primer dan sekunder. Hipotesis selalu dimasukan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan anatar dua variabel atau lebih, yaitu: variabel terpengaruh dan variabel berpengaruh. Untuk menguji hasil hasil hipotesis digunakan data yang dikumpulkan dari sampel sehingga merupakan data perkiraan. Oleh karena itu, keputusan yng dibuat dalam menolak atau menerima hipotesismengandung ketidakpastian. Ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian hipotesis, kesalahan itu bisa tejadi karena menolak hipotesis nol padahal hipotesis itu benar (disebut kesalahan jenis I) atau menerima hipotesis nol padahal hipotesis itu salah (disebut kesalahan jenis II). Misalnya apabila hipotesis itu benar diberi simbol H0 dan kalai hipotesis alternatif benar H1. 32 Tabel 2.1 Jenis kesalahan dalam pengujian hipotesis Situasi Keputusan Terima H0 Tolak H0 H0 H0 Benar Salah Keputusan tepat Kesalahan jenis II (1-α) (β) Kesalahan jenis I Keputusan tepat (α) (1-β) Dalam menyusun kaidah suatu keputusan, pertama-tama yang dilakukan adalah menyusun suatu anggapan sementara yang disebut hipotesis nol dan dilambangkan dengan H0. Dalam menguji kebenaran H0 ini juga perlu disusun suatu hipotesis tandingan bagi H0 yang dilambangkan dengan H1. Sehubungan dengan keputusan yang akan diambil terhadap H0 dan H1, ada 4 kemungkinan yang dapat terjadi di dalam mengambil keputusan tersebut: 1. Menerima H0 jika sesungguhnya H0 itu benar merupakan suatu keputusan yang benar. 2. Menerima H0 jika sesungguhnya H1. itu benar merupakan suatu keputusan yang salah. 3. Menolak H0 jika sesungguhnya H1. itu benar merupakan suatu keputusan yang salah. 4. Menolak H0 jika sesungguhnya H1. itu benar merupakan suatu keputusan yang benar. Berdasarkan uraian dalam kerangka teori, kerangka pemikian dan model penelitian dalam keterikatan variabel penelitian, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut ini. Hipotesis : Personal selling dan public relation, baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan pembelian poduk Tuppeware. 33 2.7 Metodologi Penelitian 2.7.1 Jenis dan Metode Penelitian 2.7.1.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap konsumen, khususnya pelanggan produk Tupperware. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka digunakan dua jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif (mempelajari apa, siapa, bilamana dan bagaimana) dan penelitian verifikatif (untuk mengetahui adanya hubungan sebab akibat). Mengingat jenis penelitian terdiri dari penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif, dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah Descriptive Survey, yaitu penelitian terhadap fenomena, dan Explanatory survey, yaitu penelitian terhadap perilaku. Populasi yang diperoleh peneliti berupa individu. Tipe investigasi menggunakan tipe korelasi (adanya hubungan) dan kausaliti (adanya sebab akibat). • Studi satu tahap (one Shot Study) Tipe studi ini lebih menekankan pada frekuensi tahap pengumpulan data, yaitu satu tahap atau sekaligus. Data yang dikumpulkan dapat berupa data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode tertentu (hari, minggu, bulan, atau tahun). Dalam tabel di bawah ini ditunjukkan desain penelitian yang akan dilakukan. 34 Tabel 2.2 Desain Penelitian Tujuan Desain Penelitian Penelitian T-1 Jenis Metode yang Unit Time Penelitian digunakan Analisis Horizon Descriptive Descriptive survey Individu - pelanggan One Shot Study Descriptive Descriptive survey Individu – pelanggan One Shot dan Verivikatif dan explanatory Organisasi-perusahaan Study T-2 survey T-3 Descriptiv dan Descriptive survey Individu – Pelanggan One Shot Verivikatif dan explanatory Organisasi-perusahaan Study survey Keterangan: T1 : Untuk mengetahui kegiatan Personal Selling dan Public Relation yang dilakukan oleh PT. Imawi Benjaya. T2 : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan Personal Selling dan Public Relation mempunyai hubungan terhadap proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Tupperware T3 : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan Personal Selling dan Public Relation mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen 35 2.7.2 Jenis Data dan sumber Data Tabel 2.3 Jenis Data dan Sumber Data Digunakan Untuk Tujuan Jenis Data Penelitian Sumber Data T-1 Penjualan Perorangan Data primer didapat melalui (Personal Selling) kuesioner kepada konsumen Hubungan Masyarakat Data primer didapat melalui (Public Relation) kuesioner kepada konsumen Keputusan pembelian Data primer didapat melalui T-2 T-3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ kuesioner kepada konsumen Keterangan: : Untuk mengetahui kegiatan personal selling dan public relation yang dilakukan T1 oleh PT. Imawi Benjaya. : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan personal selling dan public relation T2 mempunyai hubungan terhadap keputusan pembelian konsumen Tupperware. : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan personal selling dan public relation T3 mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. 2.7.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, digunakan kombinasi teknik pengumpulan data yang terdiri dari: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mengumpulkan data, mencatat, mempelajari text book dan buku-buku pelengkap atau referensi seperti: jurnal, majalah, dan media cetak lainnya di perpustakaan dan tempat lainnya. 36 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada obyek penelitian, yaitu konsumen Tupperware. Penelitian ini menghasilkan data pimer atau data utama. Adapun cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data primer tersebut adalah sebagi berikut: a. Kuesioner Kuesioner adalah instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara menyusun format pertanyaan–pertanyaan yang telah diatur sedemikian rupa untuk menganalisis pengaruh dari kegiatan personal seling dan public relation dalam mendorong keputusan pembelian. Dalam penyusunan kuesioner ini, ada beberapa cara yang ditempuh, antara lain; penentuan pengukuran variabel penelitian, menyusun kuesioner serta distribusi kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dibuat sesederhana mungkin dan dihubungkan langsung dengan tujuan penelitian untuk mempermudah pengisian kuisioner oleh para pelanggan. b. Wawancara Wawancara dengan pihak PT. Imawi Benjaya, dalam hal ini dengan manajer PR& Communication yang menjelaskan mengenai proses personal selling dan public relation bauran promosi tersebut. 2.7.4 Teknik Pengambilan sampel Unit analisis untuk penelitian ini adalah konsumen produk Tupperware, maka dalam menentukan sampel penelitian dilakukan dengan teknik dibawah ini. Untuk unit analisis konsumen produk Tupperware, ukuran sampel ditentukan berdasarkan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap 37 anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel (Sugiarto, 2003, p.46). Secara umum, besarnya konsumen dari suatu merek produk jarang diketahui dengan pasti. Di samping itu produk Tupperware umumnya memiliki populasi konsumen yang besar. Oleh karenanya maka dalam penelitian ini digunakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2003, p.4). Karena ukuran populasinya tidak terbatas maka dalam menentukan ukuran sampel peneliti menentukan beberapa asumsi sebagai berikut: (Sugiarto, 2003, p.70) 2 Di mana: n = Z a p.q e2 n = sampel e = Besarnya toleransi / Rentang Interval (0,1) p.q = Ukuran penyebaran populasi (0,5 yang terbesar) Z a ( 0, 05) = 1,96 38 2.7.5 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Variabel penelitian utama terdiri atas personal selling, public relation dan proses pengambilan keputusan pembelian. Tabel 2.4 Variabel Operasional No. Variabel Dimensi Indikator Instrumen Pengukuran 1. Bauran Personal Selling • Penjelasan yang baik mengenai fungsi produk promosi • Kelengkapan informasi Kuesioner (Skala Ordinal) mengenai produk • Penyediaan layanan • Kemudahan mendapatkan produk • Pemberian sample produk • Keramahan wiraniaga dalam memberikan informasi Public Relation 2. • Mengadakan seminar secara berkala • menjadi sponsor untuk Kuesioner (Skala Ordinal) kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial • Menjaga citra • Talkshow radio 3. Proses Keputusan • Masalah Keputusan Pembelian • Informasi Pembelian • Alternatif • Pembelian • Pasca pembelian Kuesioner (Skala Ordinal) 39 2.7.6 Teknik Analisis Data Metode analisis yang dipakai dikaitkan dengan masing-masing tujuan seperti terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.4 Metode Analisis Tujuan Metode Analisis Penelitian Metode yang digunakan Alat Analisis T1 Descriptive Survey Descriptive T2 Descriptive Survey dan explanatory survey Regresi Korelasi T3 Descriptive Survey dan explanatory survey Regresi Korelasi Keterangan: T1 : Untuk mengetahui kegiatan personal selling dan public relation yang dilakukan oleh PT. Imawi Benjaya. T2 : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan personal selling dan public relation mempunyai hubungan terhadap keputusan pembelian konsumen Tupperware. T3 : Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan personal selling dan public relation mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. 2.7.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Dalam menganalisis data, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang telah terkumpul kemudian diedit yaitu dengan mencermati kuesioner dan memasukan masing-masing jawaban kuesioner ke dalam tabel. Benar tidaknya data tergantung kepada baik tidaknya instrumen pengumpulan data yang antara lain harus memenuhi dua syarat yaitu, validitas dan reliabilitas. Menurut Sugiyono (2004,p109) Uji validitas dilakukan untuk mengetahui suatu alat ukur cocok mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semain tinggi validitas, 40 maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Menurut Husein Umar (2003, p.179), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Pada bagian ini disajikan hasil analisis validitas dan relibilitas dari butir-butir pernyataan pada seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Validitas dan realibilitas diuji dengan menggunakan SPSS release 13.0 untuk menentukan apakah butirbutir pernyataan dalam suatu variabel valid atau tidak, dengan menganalisis butir-butir pernyataan tiap variabel. Langkah-langkah operasional pengujian validitas, adalah sebagai berikut : 1. Mencari defenisi dan rumusan tentang konsep penelitian yang akan diukur dari literatur yang ditulis para ahli. 2. Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. 3. Menentukan Hipotesis Ho = Skor per pertanyaan berkolerasi postif dengan skor faktor (r hitung) H1 = Skor butir tidak berkolerasi positif dengan skor faktor 4. Menentukan nilai r tabel 5. Mencari r hasil Di sini r hasil untuk tiap item (variabel) dapat dilihat pada kolom CORRECTED ITEM – TOTAL CORRELATION Menurut Santoso (2000, p.277) dasar pengambilan keputusan adalah: y Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. y Jika r hitung tidak positif, dan r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. y Jika r hitung > r tabel, tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. 41 Apabila ada butir-butir pernyataan yang tidak valid, maka butir-butir pernyataan tersebut harus dikeluarkan dari variabel. Kemudian butir-butir pernyataan yang valid harus dianalisis kembali sampai tidak ada butir pernyataan yang tidak valid. Nilai r (Corrected Item– Total Correlation) dapat dilihat pada tabel Alpha Cronbach di lampiran. Menurut J. Supranto (2001, p.60), perkiraan Cronbach Alpha juga menunjukkan kepada kita bagaimana tingginya butir-butir dalam kuesioner berkolerasi/berinterelasi. Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan kepada hasil suatu pengukuan. Pengukuran yang memakai reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya, namun ide pokok konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error). Menurut Husein Umar (2003, p.194), Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setelah semua butir-butir pernyataan dalam suatu variabel dinyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji realibilitas. Menurut Santoso (2000, p.280) dasar pengambilan keputusan adalah: y Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. y Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. y Jadi, jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Nilai Alpha (koefisien reliabilitas) dapat dilihat pada bagian akhir tabel Alpha Cronbach yang dihasilkan oleh pengolahan SPSS. 42 2.7.6.2 Statistik Deskriptif (descriptive statistics) Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p.170) statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan dan penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Deskriptif atau penggambaran sekumpulan data secara visual, dapat dilakukan dengan dua bagian, antara lain: ♦ Deskripsi dalam bentuk tulisan atau teks. Terdiri atas bagian-bagian penting yang menggambarkan isi data secara keseluruhan, seperti rata-rata, standar deviasi, varians dan sebagainya. ♦ Deskripsi dalam bentuk gambar atau grafik. Grafik sebuah data biasanya disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak lebih impresif dan komunikatif dengan para penggunanya. 2.7.6.3 Regresi Berganda Bila terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linear dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: y ' = b0 + b1 x1 + b2 x 2 + ............Bk x k y i ' = b0 + b1 x1i + b2 x 2i + ............Bk x k Dengan I = 1,2, ………N dimana y = nilai observasi y’ = nilai regresi Di sini ada satu variabel tidak bebas yaitu y’ dan k variabel bebas yaitu x1 ,........x k . Untuk menghitung b0 , b1 , b2 ,.........bk menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method) yang menghasilkan persamaan normal sebagai berikut: 43 b 0 n + b1 Σ x 1 + b 2 Σ x 2 + .......... .. b k Σ x k = Σ y 2 b 0 Σ x 1 + b1 Σ x 1 + b 2 Σ x 1 x 2 + .......... .. b k Σ x 1 k 1 = Σ x 1 y 2 b 0 Σ x 2 + b1 Σ x 2 x 1 + b 2 Σ x 2 + .......... .. b k Σ x 2 x k = Σ x 2 y b 0 Σ x k + b1 Σ x k x 1 + b 2 Σ x k x 2 + .......... .. b k Σ x k 2 = Σxk y Jika persamaan ini dipecahkan, maka akan dperoleh ba , b1 , b2 ,.........bk kemudian dapat dibentuk regresi linear berganda. Apabila persamaan regresi itu telah diperoleh, barulah dapat meramalkan nilai y dengan syarat jika nilai x 1 , x 2 ,......x k sebagai variabel bebas sudah diketahui. Variabel X dan Y dapat dikatakan mempunyai hubungan fungsional apabila perubahan pada variabel yang satu menentukan perubahan pada variabel lainnya. Variabel yang menentukan dan menerangkan variabel lainnya disebut variabel bebas (independent) sedangkan variabel yang ditentukan atau diterangkan disebut variabel tidak bebas (dependet). Dengan persamaan: Y = a +b1.X1 + b2.X2 Keterangan: Y = Variabel tidak bebas (dependet variabel) Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Produk X1 = Variabel bebas (independet variabel) Personal Selling X2 = Variabel bebas (independet variabel) Public Relation 44 2.7.7 Kelemahan Teknik Analisis Data a. Metode Statistik Deskriptif Menurut Tjiptono dan Santoso (2004, p.119), Descriptive statistics Frequencies ini dapat digunakan untuk menampilkan dan mendeskriptifkan (menggambarkan) data yang terdiri atas satu variabel saja. Menu frequencies menampilkan setiap data yang ada dan bukan dalam range atau (interval data). b. Metode Regresi Berganda Menurut Tjiptono dan Santoso (2004, p.196), regresi berganda terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Dalam praktek bisnis, regresi berganda justru lebih banyak digunakan, selain karena banyaknya variabel dalam bisnis yang perlu dianalisis bersama, juga pada banyak kasus regresi berganda lebih relevan digunakan. Dalam banyak kasus bisnis yang menggunakan regresi berganda, pada umumnya jumlah variabel dependen berkisar dua sampai empat variabel. Walaupun secara teoritis dapat digunakan banyak variabel bebas, namun penggunaan lebih dari tujuh variabel independen dianggap akan tidak efektif.