1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era
globalisasi
yang
ditandai
dengan
berkembangnya
pemanfaatan teknologi komunikasi dan internet, telah mempengaruhi
penyelenggaraan
pemerintahan
di
Indonesia.
Pemerintah
mulai
memanfaatkan Teknologi informasi sejalan dengan perkembangan zaman,
melalui pemanfaatan tersebut pemerintah dapat menciptakan pemerintahan
yang lebih baik. Penerapan tata pemerintahan yang baik adalah pelayanan
publik yang lebih baik kepada masyarakat. Pencapaian cita-cita ideal
tersebut, pemerintah perlu memperbaiki sistem birokrasi yang ada. Selama
ini birokrasi yang ada tidak bisa menciptakan efisiensi dan efektifitasi
kerja, sehingga birokrasi sering dianggap menjadi penghambat untuk
mencapai tujuan pemerintah. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan saat
ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayanan masyarakat
perlu menemukan dan memahami cara yang profesional untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat menjadi tuntutan dan
tanggung jawab pemerintah. Pelayanan kepada masyarakat atau pelayanan
publik merupakan bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
1
Pelayanan publik dapat berupa dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan.
Aspek kualitas pelayanan dalam pelayanan publik merupakan aspek yang
terpenting dalam pemilihan jasa oleh pelanggan yang harus disediakan oleh penyedia jasa
didalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Penciptaan kualitas pelayanan yang
lebih baik merupakan kekuatan awal yang dapat ditampilkan perusahaan kepada
pelanggannya. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan penyedia
jasa dilakukan melalui berbagai pendekatan-pendekatan dan tindakan yang berbeda-beda.
Pelayanan yang diberikan akan berkualitas apabila dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan. Aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari pelayanan pada
sektor jasa transportasi, telekomunikasi, jasa finansial, hiburan, kesehatan dan lainnya.
Transportasi merupakan sarana yang penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek
kehidupan. Transportasi sangat diperlukan dengan semakin meningkatnya kebutuhan
akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang sebagai akibat meningkatnya
perkembangan penduduk dan pengembangan pemukiman yang semakin luas. Kita
menyadari bahwa alat transportasi sangat penting dalam masyarakat. Dunia transportasi
yang semakin maju, menjadikan jarak antara daerah dirasakan lebih dekat. Transportasi
telah menjadi salah satu unsur yang menentukan guna menjamin perkembangan ekonomi
di masyarakat.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota berkembang yang menyediakan
pusat belanja, pusat pendidikan, dan sebagainya. Orang-orang dari daerah dengan
2
kepentingan yang berbeda-beda mendatangi kota Yogyakarta. Mereka memerlukan jasa
transportasi yang dapat dengan cepat melayani berbagai kebutuhannya. Sarana
transportasi diperlukan untuk mengangkut orang dari suatu atau tempat ke suatu tempat
tujuan tertentu, seperti ke kantor, sekolah, bisnis dan untuk kegiatan penting lainnya.
Pemerintah dalam menyediakan fasilitas tersebut memberikan banyak pilihan sesuai
dengan tingkat daya beli masyarakat. Kita dapat memilih jenis angkutan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan. Masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah
cenderung untuk menggunakan jenis angkutan yang lebih ekonomis. Golongan ekonomi
menengah keatas akan lebih senang menggunakan jenis angkutan pribadi atau jenis
angkutan lainnya yang lebih nyaman.
Perkeretaapian merupakan salah satu bentuk transportasi yang tidak dapat
dipisahkan dalam bentuk – bentuk transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi
nasional. Kereta api merupakan transportasi dengan multi keunggulan komparatif seperti
hemat bahan bakar, energi, bersifat massal, adaptif dengan tugas pokok dan fungsi
mobilisasi arus penumpang dan barang di atas rel. Kereta api merupakan salah satu
transportasi yang memiliki peran strategi dalam ekonomi nasional. PT Kereta Api
(Persero) menyediakan transportasi untuk angkutan penumpang di daerah Jawa, Sumatera
Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
PT. Kereta Api (Persero) sebelumnya merupakan sebuah perusahaan umum
(Perum). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) mengubah
perusahaan umum kereta api menjadi perusahaan perseroan. PT Kereta Api (Persero)
memiliki suatu misi pelayanan terhadap masyarakat yang dibebankan dari pemerintah.
3
PT. Kereta Api (Persero) Daop 6 Yogyakarta sebagai salah satu tempat vital di lingkup
perlintasan perjalanan di pulau Jawa khusunya pada provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dengan jumlah pengguna yang terus meningkat. Stasiun Tugu dan
Lempuyangan sebagai stasiun berskala besar merupakan tempat bagi masyarakat yang
hendak menggunakan jasa transportasi kereta api dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
pendukungnya seperti restoran, pertokoan, bengkel lokomotif, wisma pegawai dan
kantor. Peneliti memilih PT. Kereta Api (Persero) Daop 6 Yogyakarta dikarenakan
terbatasnya kemampuan dan kelebihan yang dimiliki selama pelaksanaan penelitian.
PT. Kereta Api (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencermati pelayanan yang minim
sebagai masalah utama bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta kelas
eksekutif, bisnis maupun ekonomi yang menyebabkan turunnya jumlah pengguna kereta
api. Pemerintah ingin menunjukan kepeduliannya dalam mengedepankan pelayanan pada
penumpang dan pengguna jasa kereta api seperti yang ditunjukan dengan pengaturan tiket
dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Pelayanan
pemesanan tiket kereta api merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh
PT. Kereta Api (Persero) Daop 6 Yogyakarta kepada pelanggan, dimana pelanggan dapat
memesan tiket kereta api sebelum hari keberangkatan. PT. Kereta Api (Persero) Daop 6
Yogyakarta juga memberikan fasilitas-fasilitas guna menunjang kelancaran dalam
memberikan pelayanan pemesanan tiket kereta api.
PT. Kereta Api Indonesia terus melakukan berbagai inovasi dengan memberikan
kemudahan, kenyamanan dan pengalaman terbaik bagi para pengguna jasa kereta api hal
ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik. Di Tahun 2014, merupakan fase
penting sebagai landasan awal bagi pelaksanaannya. Rencana Jangka Panjang Perusahaan
4
(RJPP) 2014 – 2018 PT. Kereta Api Indonesia telah mencanangkan pencapaian
pendapatan sebesar Rp22,5 triliun, mengangkut 478,08 juta penumpang dan 81,3 juta ton
barang.
Untuk
meningkatkan
pelayanan,
pihak
perseroan
terus
berinovasi
mendayagunakan teknologi informasi dengan memberi kemudahan bagi pelanggan dalam
mendapatkan tiket serta meningkatkan pelayanan bagi penumpang, baik pada saat
sebelum perjalanan, selama perjalanan dan pasca perjalanannya. Penyempurnaan
peningkatan pelayanan mencakup pengembangan sistem ticketing baru (RTS) dengan
menggunakan platform teknologi informasi berbasis web, menyediakan Contact Center
121 (CC 121) yang dapat memberikan pelayanan terpadu mencakup penanganan keluhan,
penyediaan informasi dan pemesanan tiket. Inovasi terbaru adalah penyediaan vending
machine (e-kiosk) untuk pembelian tiket secara mandiri dengan pembayaran tunai
maupun menggunakan kartu debit atau kredit.
Ditahun 2015, kebijakan pusat PT. Kereta Api Indonesia berharap dalam proses
pembelian tiket kereta api masyarakat beralih pada layanan online dan mulai
meninggalkan cara konvensional. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman
kepada calon penumpang dan tidak perlu berdesakan antri tiket di loket stasiun atau
terpaksa harus bertransaksi dengan calo. Selain itu tidak ada lagi penumpang dengan
tanpa tempat duduk pada kereta api jarak jauh dan menengah karena telah menerapkan
sistem single ticket, satu nama untuk satu tempat duduk.
TABEL 1.1
VOLUME PEMBELIAN TIKET KERETA API TAHUN 2014-2015
ANGKUTAN
PENUMPANG
Volume (Orang)
KA Utama Kelas
Eksekutif
2014
Via
Station
6.704.885
2015
PERSENTASE (%)
Via Online
Via Station
Via Online
St
On
5.690.878
7.437.045
5.768.980
10,9%
8,7%
5
KA Utama Kelas
Bisnis
KA Utama Kelas
Ekonomi
KA Lokal Binis
KA Lokal
Ekonomi
PT Railink
4.517.303
2.980.564
4.728.694
2.457.876
4,7%
2,8%
12.811.843
10.458.657
16.514.758
14.745.690
28,9%
25,7%
6.690.929
5.679.534
7.805.350
5.659.550
16,7%
14,7%
32.659.844
15.906.590
34.543.485
29.780.547
5,8%
3,2%
272.346
80.789
822.819
679.560
202,1%
180,1%
Sumber: Rekap Pembelian Tiket (Unit Komersil Daop VI Yk)
Namun kenyataannya ditahun 2015, volume pembelian tiket online jauh lebih
sedikit peningkatannya dibanding dengan pembelian di stasiun-stasiun kereta api.
Terlihat jumlah pembelian tiket online hanya mencapai 235,2% dari jumlah keseluruhan
tiket kelas kereta api. Sedangkan untuk pembelian tiket manual melalui stasiun cukup
meningkat mencapai 269,1%.
Dalam pengimplentasiannya PT. Kereta Api Indonesia Daop 6 Yogyakarta harus
melakukan strategi pemasaran untuk memperkenalkan layanan produk yang berbasis
internet dengan cara melakukan promosi–promosi. Strategi Pemasaran yang dilakukan
PT. Kereta Api Indonesia Daop 6 Yogyakarta dengan inovasi layanan berbasis internet
harus melakukan berbagai promosi untuk menarik pelanggan karena hal tersebut dapat
memberikan informasi kepada masyarakat, tanpa masyarakat semua perusahaan tidak
akan berjalan. Dalam hal ini masyarakat tersebut dikategorikan sebagai pelanggan atau
pengguna produksi perusahaan.
Unsur bauran pemasaran secara umum dapat diimplementasikan ke dalam kinerja
operasional di Sebuah Organisasi atau Perusahaan melalui adaptasi bidang pekerjaan
pelayanan
kepada
konsumen
sehingga
dapat
menambah
kinerja
Sebuah
Organisasi/Perusahaan. Contoh dalam memberikan pelayanan online (berbasis internet)
dimana secara umum pengguna melakukan kegiatan secara mandiri, tidak saja
6
menawarkan akses yang cepat, tetapi sarana prasarana seperti design ruang, hardware,
dan kemudahan mempergunakan software online juga menyatakan bauran Komunikasi
pemasaran terdiri atas lima cara komunikasi utama :
1) Iklan: Setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan promosi
gagasan,barang, jasa oleh sponsor yang telah ditentukan.
2) Promosi penjualan: Berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong
orangmencoba atau membeli produk atau jasa.
3) Personal Selling: komunikasi langsung (tatap muka) antar penjual dan calon
pembeli untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian
akan mencoba dan membelinya.
4) Hubungan masyarakat dan pemberitaan: Berbagai program yang dirancang
untukmempromosikan atau melindungi citra Organisasi atau Perusahaan atau
masing-masingproduknya.Penjualan pribadi: interaksi tatap muka dengan satu
atau beberapa calon pembelidengan maksud untuk melakukan presentasi,
menjawab pertanyaan, danmemperoleh pemesanan.
5) Marketing langsung dan interaktif: penggunaan surat, telepon, faksimili, email,atau internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan
atauberdialog dengan pelanggan / kustomer tertentu dan calon pelanggan /
kustomer.
PT. Kereta Api Indonesia Daop 6 Yogyakarta memiliki visi menjadi penyedia jasa
perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan
stakeholders. Visi tersebut akan sesuai apabila peningkatan kualitas pelayanannya dapat
7
memuaskan pelanggan. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti
mengambil judul ”IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOMUNIKASI PEMASARAN PT.
KERETA API INDONESIA DAOP VI YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN
PELAYANAN PUBLIK”.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini adalah Bagaimana
Implementasi Kebijakan Komunikasi Pemasaran di PT. Kereta Api Indonesia Daop 6
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan Komunikasi Pemasaran di Kantor PT.
Kereta Api Indonesia Daop 6 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pelayanan publik di Kantor PT. Kereta Api Indonesia Daop 6
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat yang bersifat teoritis dan praktis,
sebagai berikut:
1. Bagi kepentingan peneliti, hasil penelitian ini dapat berguna untukmenambah
pengalaman, wawasan, pengetahuan dan memahami bagaimana PT. KAI Daop 6
Yogyakarta mengimplementasikan kebijakan melalui komunikasi pemasaran.
8
Sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta dilapangan dengan
teori yang ada.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yangpeneliti
gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya
pengembangan pelayanan berbasis internet.
3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
pelayanan publik di Kantor PT. KAI Daop 6 Yogyakarta.
E. Tinjauan Pustaka
1. Implementasi Kebijakan Publik
Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti pelaksaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kamus Webster,
merumuskan bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the
means for carryingout (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give
practicia effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu). Pengertian
tersebut mempunyai arti bahwa untuk mengimplementasikan sesuatu harus disertakan
sarana yang mendukung yang nantinya akan menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu itu.
Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah
bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk
positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau
9
diimplementasikan,
tetapi
sebuah
kebijakan
harus
dilaksanakan
atau
diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan adalah hal yang paling- berat, karena disini masalahmasalah yang kadang tidak dijumpai didalam konep, muncul dilapangan. Selain itu,
ancaman utama, adalah konsistensi implementasi. Di bawah ini akan dijelaskan
secara singkat beberapa teori implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan dapat
dikatakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang
sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu
implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan
hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
Berikut akan dijelaskan mengenai konsep Implementasi yang di paparkan oleh
beberapa ahli diantaranya Budi Winarno berpendapat bahwa:
“implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta
(kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya”.
(AG. Subarsono 2002)
Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier menyatakan bahwa, yaitu,
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak
nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. (Budi Winarno, 2008)
10
Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses
implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku
badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu
program yang telah ditetapkan serta menimbulkan ketaatan pada diri kelompok
sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi,
dan social yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
segala pihak yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan
ataupun yang tidak diharapakan. Van Meter dan Van Horn berpendapat bahwa,
“membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya”. (Budi Winarno,
2008)
Menurut, Micahel Howlet dan M. Ramesh mengatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah proses untuk melakukan kebijakan supaya
mencapai hasil. (Budi Winarno, 2008: 55)
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri
dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari
hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu
proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi
kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir
(output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
11
Meter dan Horn pada tahun 1955 mengemukakan bahwa terdapat enam
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan
sasaran kebijakan kabur,
Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,
baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program, implementor
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain,
sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, normanorma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi
lingkungan
yang
dapat
mendukung
keberhasilan
implementasikebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para
partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public
yang ada di lingkungan, serta apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap
kebijakan, intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang
dimiliki oleh implementor. (Subarsono, 2006: 99)
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri
dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari
hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu
proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi
kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir
(output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Proses
12
Kebijakan Publik Hogwood dan peters menganggap ada sebuah proses linear pada
sebuah kebijakan yaitu policy innovation – policy succession – policy
maintenance – policy termination. Policy innovation adalah saat dimana
pemerintah berusaha memasukkan sebuah problem baru yang diambil dari hirukpiruk kepentingan yang ada di masyarakat untuk kemudian dikonstruksi menjadi
sebuah kebijakan yang relevan dengan konteks tersebut. Policy succession akan
terbentuk setelah aspirasi itu didengar oleh pemerintah dan pemerintah akan
mengganti kebijakan yang ada dengan kebijakan baru yang lebih baik. Polici
maintence adalah sebuah pengadaptasian atau penyesuaian kebijakan baru yang
dibuat tersebut untuk keep the polcy on track. Policy termination adalah saat
dimana kebijakan yang ada tersebut dan dianggap sudah tidak sesuai lagi maka
kebijakan tersebut dihentikan.
Kebijakan pemerintah berkaitan dengan system kehidupan nasional yang
berada dalam kondisi yang berubah dari waktu ke waktu, ada kesatuan bentuk
dalam segala aspek kehidupan social, dan ada saat-saat di mana konflik dapat
diredam dengan upaya penciptaan kesatuan bentuk dalam segala aspek kehidupan
social, dan ada saat semua konflik harus dikembangkan dalam alam demokrastis
guna pemberdayaan yang diharapkan. Hal ini akan berbeda-beda pula dalam
setiap konteks kehidupan, seperti konteks politik, administrasi Negara dan
pemerintahan daerah.
Kebijakan adalah isi yang menjadi komitmen dari kebijakan, sedangkan
pelaku kebijakan yang disebut pula sebagai stakeholder. Adapun yang
dimkasudkan dengan lingkungan adalah keadaan social politik, social budaya,
13
social ekonomi, pertahanan dan keamanan, kehidupan social, basional, regional,
dan internasional, yang secara khusus akan menjadi topic pada pembicaraan
selanjutnya.
Dalam konsep lainya seorang pakar bernama William N. Dunn
mengatakan bahwa:
“proses analisis kebijakan public merupakan serangkatan aktivitas
intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis.
Aktivitas politis itu Nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sementara aktivitas perumusan
masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi
kebijakan sebagai aktivitas yang lebih bersifat intelektual”. (AG.
Subarsono, 2005: 27)
Tabel 1.2
Proses Kebijakan Publik
TAHAP
KARAKTERISTIK
Perumusan Masalah
Memberikan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan
masalah
Forecasting
Memberikan informasi mengenai
konsekuensi dimasa mendatang
dari diterapkanya alternatif
kebijakan, termasuk apabila tidak
membuat kebijakan
14
Rekomendasi Kebijakan
Memeberikan informasi mengenai
manfaat bersih dari setiap
alternatif, dan merekomendasikan
alternatif kebijakan yang
memberikan manfaat paling tinggi
Monitoring Kebijakan
Memberikan informasi mengenai
konsekuensi sekarang dan masa
lalu dari diterapkannya alternatif
kebijakan termasuk kendalakendalanya.
Evaluasi Kebijakan
Memberikan informasi mengenai
kinerja atau hasil dari suatu
kebijakan
Sumber : AG. Subarsono (2005:9)
Jika isu kebijakan adalah usaha sistematis untuk merumuskan masalah,
evaluasi program kebijakan adalah usaha sistematis untuk menentukan tingkat
seberapa jauh masalah telah secara nyata dapat diatasi. Salah satu perbedaan
pokok antara keduanya terletak pada waktu.Isu kebijaksaan disiapkan sebelum
tindakan
dilakukan
(bersifat
prospektif),
sedangkan
program
evaluasi
15
kebijaksanaan
dibuat
setelah
diambilnya
suatu
kebijakan
(retrospektif).
Pandangan yang dikemukakan oleh William N. Dunn pada tahun 2000
ini
menjadi dasar pemikiran untuk menilai hakekat pentingnya suatu evaluasi
kebijakan. (AG. Subarsono, 2005: 70). Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa
evaluasi program kebijakan dimulai dengan menjelaskan usaha-usaha yang telah
dilakukan dalam perumusan masalah, peramalan mengenai akibat-akibat dari
alternatife, dan pembuatan usulan. Evaluasi program kebijakan yang dirancang
dengan berhasil membutuhkan cara penyusunan masalah yang kreatif, sikap
alternatif kebijakan yang baru, dan kerangka arah tindakan yang baru atau
diperbarui, meskipun evaluasi program kebijakan normalnya berhenti pada
pembuatan usulan yang eksplisit.
Berbagai argumentasi Dunn diatas merupakan bahan pertimbangan yang
menyebabkan peneliti lebih memilih untuk menggunakan metode-metode
”evaluasi kebijakan” dari pada “ analisis kebijakan”. Karena dengan melakukan
evaluasi kebijakan yang telah dikeluarkan outputnya akan menghasilkan
rekomendasi tindakan selanjutnya yang dapast dilakukan oleh pemerintah, maka
tentunya sumbangsih terhadap pemerintah daerah akan jauh lebih lebih konkrit.
Sementara analisis kebijakan bersifat peramal (forecasting) yang belum dapat
dipastikan hasilnya.
2. Komunikasi Pemasaran
1. Pengertian Komunikasi Pemasaran
16
Komunikasi pemasaran adalah semua elemen dalam pemasaran yang
memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen dan stakeholder
sebuah perusahaan. Perusahaan modern mengelola sistem komunikasi pemasaran
yang kompleks. Perusahaaan berkomunikasi dengan perantaranya, konsumen, dan
masyarakat dari berbagai tingkatan sosial.
Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan
kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk atau jasa
di pasaran. Komunikasi pemasaran memegang peranan penting yang sangat
penting bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun masyarakat yang
bersangkutan secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di
pasaran.
Menurut
A.R.
Bulaeng
dalam
bukunya
Komunikasi
Pemasaran
mengatakan bahwa:
“Pemasaran adalah suatu proses managerial dengan mana individuindividu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran
produk-produk yang bernilai.” (A.R Bulaeng,2002:10).
Definisi pemasaran ini berpijak pada konsep-konsep inti sebagai berikut:
kebutuhan, keinginan, dan permintaan, produk nilai, biaya dan kepuasan,
pertukaran transaksi ini hubungan pasar serta pemasaran. Konsep pemasaran lebih
lanjut secara runut meliputi lima jenjang yaitu, kebutuhan manusia, kebutuhan
adalah suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri seseorang sementara
keinginan manusia adalah menyangkut hubungan antara permintaan atau memilih
produk yang menghasilkan kepuasan tertinggi guna mendapatkan uang. Langkah
yang paling penting didalam menyusun kebijakan pemasaran adalah bagaimana
17
kita mengetahui pasar sasaran. Proses identifikasi pasaran sasaran (target market).
Diawali dengan mlakukan identifikasi segmen pasar yang mungkin bisa dimasuki
dengan memahami perilaku konsumen. Dari proses identifikasi segmen pasar,
langkah selanjutnya adalah menentukan pasar sasaran (target market) yang akan
dimasuki strategi pemasaran yang dikembangnakan berupa bauran pasar
(marketing mix) yang meliputi empat hal pokok yaitu produk (product), harga
(price), promosi (promotion) dan distribusi (place). Didalam buku A.R Bulaeng
(2003; 22) mengenai komunikasi pemasaran, mengatakan bahwa komunikasi
pemasaran adalah :
a) Proses penyajian seperangkat rangsangan yang diintegrasikan pada
sasaran pasar dengan maksud untuk menimbulkan seperangkat respon
yang diinginkan.
b) Mengadakan saluran-saluran untuk menerima (receive), menafsirkan
(intepert), bertindak (act), atas dasar pesan dari pasar untuk tujuan
mengubah pesan perusahaan sekarang dan mengindentifisikan
kesempatan-kesempatan komunikasi yang baru. ( A.R. Bulaeng, 2002:2.2)
Gambar 1.1
Hubungan Antara Pemasaran Dan Komunikasi Pemasaran
(Sumber : A.R Bulaeng, 2002:36)
Gambar diatas menunjukan bahwa pemasaran termasuk aktivitas
pengambilan alihan keputusan dimana komunikasi pemasaran merupakan
implementasi dari keputusan pemasaran yang menghasilkan out put arus
informasi dua arah (two way information flows) antara perusahaan dan konsumen.
Dengan demikian komunikasi pemasaran merupakan suatu dialog antara
pembeli dan penjual, bukan monolog dari penjual ke pembeli, kesimpulannya
18
besar adalah dimana pembeli dan penjual membagi (bertukar) pengertian tentang
keseluruhan produk yang disajikan.
Proses Komunikasi Pemasaran, Komunikasi merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Begitu juga dalam dunia pemasaran,
komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Menurut Hovland,
komunikasi diartikan sebagai suatu proses mengubah perilaku orang lain
(communication is the process to modify thebehaviour of other individuals).
(Philip Kotler, 1992: 4). Dengan demikian kegiatan komunikasi tidak hanya
sekedar informatif, yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif,
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan menurut Asosiasi
Pemasaran Amerika (American Marketing Association-AMA) menyatakan bahwa:
“pemasaran didefinisikan sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan
konsep, pemberian harga, promosi, dan pedistribusian ide-ide, barang, dan
jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan
organisasi. (Vivid W Cravens, 1996: 21)
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
perusahaan. Sebab, tujuan pemasaran itu sendiri menuntut perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan produknya. Dalam
pertukaran, telah terjadi proses komunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian komunikasi memegang peran penting dalam proses
pertukaran. Pemasaran modern memerlukan lebih dari sekedar pengembangan
produk yang baik, penetapan harga yang menarik, dan ketersediaan bagi
konsumen sasaran. Perusahaan juga harus berkomunikasi degan konsumen, dan
subyek yang dikomunikasikan harus membuka peluang. Untuk mengembangkan
19
komunikasi yang efektif, pemasar harus mengetahui bagaimana cara kerja
komunikasi itu sendiri. Komunikasi melibatkan beberapa elemen, dua di antara
elemen tersebut merupakan kelompok pada komunikasi secara umum, pengirim
dan penerima. Dua elemen yang lain merupakan saran dalam komunikasi pada
umumnya, pesan dan media. Empat elemen yang terdapat dalam gambar
merupakanfungsi komunikasi secara umum, yakni pengiriman pesan, penguraian
pesan, respons dan umpan balik. Elemen terakhir adalah gangguan dalam sistem.
Tujuan utama dari komunikasi dalam dunia pemasaran adalah menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan audiens tentang keberadaan
produk yang ditawarkan. Menginformasikan dapat berupa memperkenalkan cara
pemakaian baru dari produk tertentu, menyampaikan perubahan harga kepada
pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang
disediakan perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau
kekhawatiran calon pembeli, dan membangun citra perusahaan. Sedangkan tujuan
kedua adalah mempengaruhi dan membujuk untuk membentuk pilihan merek,
mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap
atribut produk, mendorong pembeli untuk membeli saat itu juga, dan mendorong
pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga. Komunikasi pemasaran menunjuk
pada kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan hubungan interaktif antara
perusahaan dengan pasar sasarannya, dan untuk menciptakan pengaruh yang
positif atas pesan yang disampaikan pada pasar sasarannya. Hal ini senada dengan
pendapat Vouko:
“Marketing communication refers to actions that are intended tocreate
interaction between company (marketer) and its interestgroup, and to
20
influence positively toward those matters thatorganization (marketer)
want to promote for its interest group”. (Vivid W Cravens, 1996: 21)
Komunikasi juga bertujuan untuk mengingatkan audiens tentang
perusahaan, dengan cara mengingatkan pembeli akan tempat-tempat outlet
penjualan yang dimiliki perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walau tak ada
kampanye iklan dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk
perusahaan. Komunikasi dalam pemasaran merupakan aspek penting bagi
pertumbuhan dan suksesnya suatu perusahaan. Menurut Sutisna, komunikasi
pemasaran merupakan usaha untuk menyampaian pesan kepada publik terutama
konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar.
Burnett dan Moriarty mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai
berikut:
“Komunikasi pemasaran adalah elemen dari marketing mix yang
digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai elemen penting lainnya
dalam pemasaran untuk meningkatkan kemungkinan pembelian
konsumen.” (Estaswara, 2008: 39)
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah
proses penyebaran informasi tentang perusahaan dan apa yang hendak
ditawarkannya pada pasar sasaran. Model komunikasi pemasaran yang biasa
dikembangkan pada umumnya tidak jauh berbeda dengan model komunikasi yang
telah ada. Pada proses komunikasi pemasaran, pesan pertama kali datang dari
sumber. Dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran
kepada konsumen, yaitu pemasar. Sebelum melakukan komunikasi tersebut
terlebih dahulu pemasar menentukan tujuan dari kampanye iklan yang akan
dibuat, siapa target market dan segmen apa, serta positioning yang diharapkan.
21
Selanjutnya pemasar menerjemahkan tujuan dan target konsumen ke dalam
bentuk format pesan. Intinya bagaimana pesan itu disusun agar bisa dipahami dan
direspon secara positif oleh penerima dalam hal ini konsumen. Dalam proses ini
ditentukan pula jenis komunikasi apa yang akan digunakan. Jadi encoding adalah
keseluruhan proses dari perancangan pesan sampai penentuan jenis promosi yang
akan dipakai.
Selanjutnya proses transmisi, yaitu proses menyampaikan pesan pada
target konsumen melalui media yang tepat sesuai dengan karakteristik target
market ( misalnya radio, TV, majalah, surat kabar, pameran, brosur dan
sebagainya). Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh
penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respons terhadap
pesan yang disampaikan. Respons yang diberikan bisa positif, negatif atau netral.
Respons positif tentu saja adalah respons yang diharapkan oleh pengirim pesan.
Respons positif identik dengan terjadinya keserasian antara harapan pengirim
dengan
tanggapan
penerima
pesan.
Proses
memberikan
respons
dan
menginterpretasikan pesan yang diterima disebut sebagai proses decoding. Proses
decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen sebagai penerima
pesan. Jika pesan yang sampai diterima secara positif, maka hal ini akan
memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif
akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Namun tidak
semua sikap positif diakhiri dengan pembelian, hal ini karena adanya batasan,
misalnya daya beli. Proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang dikirimkan.
Pemasar mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan,
22
artinya mendapat respons dan tindakan yang positif dari konsumen, atau justru
pesan tidak sampai secara efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat
indikator tingkat penjualan produk atau jasa yang ditawarkan. Indikator penjualan
ini dapat menjadi sinyal awal bagi pemasar untuk melakukan penelitian atas pesan
yang disampaikan ke konsumen.
2. Promosi dan Bauran Promosi
Tahap selanjutnya dari proses komunikasi pemasaran adalah memilih jenis
komunikasi
apa
yang
akan
digunakan.
Dalam
pemasaran
kegiatan
mengkomunikasikan pesan-pesan perusahaan kepada khalayaknya disebut
promosi. Philip Kotler mendefinisikan promosi sebagai:
“Suatu
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan
konsumen agar membeli.” (Philip Kotler, 1992: 71)
Sedangkan Zimmerer mengatakan bahwa:
“Promosi adalah segala macam bentuk komunikasi persuasi yang
dirancang untuk menginformasikuan pelanggan tentang produk atau jasa
dan untuk memengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa tersebut
mencakup publisitas, penjualan perorangan, dan periklanan.” (Vivid W
Cravens, 1996: 40)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi bukan
saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dan konsumen
melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan
pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Pada
23
umumnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan harus mendasarkan
pada tujuan sebagai berikut:
a) Modifikasi tingkah laku
Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah lakudan
pendapat individu tersebut, dari tidak menerima suatu produk menjadi setia
terhadap produk.
b) Memberitahu
Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada
pasar yang dituju tentang pemasaran, mengenai produk tersebutberkaitan dengan
harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan,keistimewaan, dan lain sebagainya.
c) Membujuk
Promosi seperti itu terutama untuk mendorong pembeli. Perusahaan tidak
ingin memperoleh tanggapan secepatnya, tetapi lebihmengutamakan untuk
menciptakan kesan positif.
d) Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk
mempertahankan merek produk di hati masyarakat dan dilakukan selama tahap
kedewasaan dalam siklus kehidupan produk.
Pemasar mengembangkan promosi untuk mengkomunikasikan informasi
mengenai produk mereka dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya.
Untuk memciptakan dan memelihara keunggulan pembeda (differential
advantage) dari apa yang ditawarkan pesaing maka sebagianbesar produk dan
merek yang berhasil membutuhkan promosi.
24
Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan
adalah apa yang disebut sebagai bauran promosi (promosional mix). Disebut
bauran promosi karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis
promosi secara simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk.
Terdapat lima jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu
iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public
relation), serta pemasaran langsung (direct marketing). Menurut Tjiptono dalam
bukunya yang berjudul “Strategi Pemasaran”, bauran promosi terdiri dari :
a. Personal Selling
Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antar penjual
dan calon pembeli untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan
dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka
kemudian akan mencoba dan membelinya. Fungsi dari aktivitas personal selling
adalah sebagai berikut :
1) Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan
mereka.
2) Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli.
3) Communicating, yaitu member informasi mengenai produk perusahaan
kepada pelanggan.
4) Selling, yaitu mendekati, mempresentasikan dan mendemonstrasikan,
mengatasi penolakan, serta menjual produk pada pelanggan.
25
5) Servicing, yakni memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada
pelanggan.
6) Informating gathering, yakni melakukan riset dan intelegen pasar.
7) Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang dituju.
b. Mass Selling
Merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Ada dua
macam selling yaitu :
1) Periklanan
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan itu sendiri adalah
bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang
keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran
seorang untuk melakukan pembelian.
2) Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa
secara non personal, barang dan jasa secara non personal, yang mana
orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu,
publisitas merupakan pemamfaatan nilai-nilai berita yang terkandung
dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan.
3) Promosi Penjualan
26
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk
dengan segera dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru,
mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong
pelanggan membeli lebih banyak menyerang aktivitas promosi pesaing
meningkatkan impulse buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya),
atau mengipayakan kerja sama yang lebih erat dengan pengecer. Sifat-sifat
yang
terkandung
komunikasi,
dalam
itensif,
dan
promosi
penjualan,
undangan
diantaranya
(invitation)
sifat
adalah
komunikasi
mengandung arti bahwa promosi penjualan mampu menarik perhatian dan
member informasi yang meperkenalkan pelanggan pada produk.
Sedangkan sifat undangan adalah mengundang khalayak untuk membeli
pada saat itu juga. Tujuan promosi penjualan diantaranya ialah :
a) Perusahaan dapat menarik pelanggan baru
b) Mempengaruhi pelanggan untuk mencoba produk baru
c) Mendorong pelanggan untuk membeli lebih banyak
d) Menyerang aktivitas promosi pesaing
e) Meningkatkan
impulse
buying
(pembelian
tanpa
rencana
sebelumnya)
f) Mengupayakan kerjasama yang lebih erat dengan pengecer.
(Kotler,1995:173).
27
4) Public Relations
Public relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap
berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan
kelompok-kelompok itu adalah mereka yang terlibat, mempunyai
kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
5) Direct Marketing
Direct marketing adalah system pemasaran yang bersifat interaktif yang
memamfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon
yang terukur dan transaksi disembarang tempat.
Dalam hal Ini komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen
individual dengan tujuan agar pesan- pesan tersebut di tanggapi konsumen yang
bersangkutan baik melalui telepon, pos, atau dengan datang langsung ke tempat
pemasar. (Tjiptono, 1997: 222)
3. Pelayanan Publik
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan pelanggan. Melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
81
Tahun
1993
Tentang
Pedoman
Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik disebutkan pelayanan adalah.
28
“Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah pusat atau daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku” (KEPMENPAN Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan
Umum, 1993: 6).
Berdasarkan pendapat di atas, pelayanan merupakan suatu usaha yang
diberikan oleh pemerintah baik di pusat maupun daerah dengan cara yang terbaik
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan dalam rangka mensejahterakan
masyarakat. Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang telah ditetapkan.
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah
mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat
waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik. Oleh
sebab itu, kualitas dalam pelayanan harus diperhatikan agar dapat memberi
kepuasan pada publik.
Persepsi pelanggan sangat penting dalam menilai kualitas pelayanan.
Morgan dan Murgatroyd pada tahun 2004 menyebutkan sepuluh kriteria yang
biasa dipergunakan oleh pelanggan dalam persepsi mereka terhadap kualitas
pelayanan, yaitu:
a) reliability yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan yang telah
dijanjikan dengan tepatwaktu;
29
b) responsiveness
yaitu
kesediaan
untuk
membantu
pelanggan
dengan
menyediakan pelayanan yang cocoks eperti yang mereka harapkan;
c) competence, yaitu menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan pelayanan;
d) access, yaitu kemudahan untuk kontak dengan lembaga penyedia jasa;
e) courtesy yaitu sikap sopan, menghargai orang lain, penuh pertimbangan dan
penuh persahabatan;
f) communication, yaitu selalu memberikan informasi yang tepat kepada
pelanggan dalam bahasa yang mereka pahami, mau mendengarkan mereka
yang berarti menjelaskan tentang pelayanan, kemungkinan pilihan, biaya,
jaminan pada pelanggan bahwa masalah mereka akan ditangani.
g) credibility, artinya dapat dipercaya, jujur, dan mengutamakan kepentingan
pelanggan;
h) security, artinya bebas dari risiko, bahaya, dan keragu-raguan;
i) understanding the customer, artinya berusaha untuk mengenal dan memahami
kebutuhan pelanggan dan menaruh perhatian pada mereka secara individual;
dan
j) appearance/presentation, yaitu penampilan dari fasilitas fisik, penampilan
personel dan peralatan yang dipergunakan. . (Tjiptono, 2001: 27)
F. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
30
Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan
dengan menggunakan beragam sarana, meliputi pengamatan dan wawancara, bahkan
mencakup dokumen. Menurut A. Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif ini
dapat menunjukkan pada penelitian tentang hubungan masyarakat, sejarah, tingkah
laku, juga tentang fungsionalisasi organisasi, pergerakan-pergerakan sosial atau
hubungan kekerabatan.
Metode kualitatif dipilih karena metode ini dapat digunakan untuk
mendapatkan wawasan atau rincian yang kompelks tentang fenomena yang baru
sedikit diketahui atau sulit diungkapkan dengan metode lain. Tipe penelitian ini
adalah deskripsi kualitatif, yaitu tipe penelitan yang memberikan gambaran atau
memaparkan suatu peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana implementasi kebijakan PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta, yang terdiri dari
beberapa tahap mulai dari identifikasi tujuan pemasaran, bagaimana menciptakan
pesan, bagaimana pesan disampaikan pada konsumen sasaran dan bagaimana respons
atau tanggapan pelanggan serta hambatan apa saja yang terjadi dalam proses
komunikasi pemasaran.
2. Lokasi Penelitan
31
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di kantor PT. Kereta Api
Indonesia Daop 6 Yogyakarta di Jl. Lempuyangan No. 1 Yogyakarta bagian unit
Pemasaran dan Humas.
3. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang berada pada bidang Unit
Komersil (pemasaran) dan karyawan Humas di kantor Daerah Operasi 6 Yogyakara.
Diantaranya:
1. Assisten Manager Unit Komersil, Bapak Dody Purwantoro yang bertugas
melakukan perencanaan dan kegiatan promosi pada PT. KAI Daop VI Yogyakarta
selanjutnya
2. Manager Humas, Bapak Gatut Sutiyatmoko bertugas di bidang perencanaan
khususnya pada sosialisasi pemasaran PT. KAI Daop VI Yogyakarta.
3. Assisten Manager Humas, Bapak Ayep Hanafi yang membantu manager humas
dalam merancang kegiatan sosialisasi pemasaran dan promosi-promosi di PT.
KAI Daop VI Yogyakarta.
4. Staff Humas, Bapak Anwar dan Bapak Firman berperan penting dalam
melaksanakan kegiatan pemasaran, baik sebelum pelakasanaan sampai akhir
pelaksanaan.
4. Sample
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik purposive
sampling, dimana teknik ini dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan
32
kedalaman data dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal ( Sutopo, 2002: 36).
Pengambilan
sampel
dengan
metode
purposive
sampling
memiliki
dasar
pertimbangan bahwa orang tersebut kaya informasi. Sebagaimana diungkapkan
pawito, teknik pengambilan sampel dalam penelitian komunikasi kualitatif berbeda
dengan kuantitatif, lebih berdasarkan diri pada alasan atau pertimbanganpertimbangan tertentu (purposeful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh
karena itu, sifat metode sampling dan penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah
purposive sampling (Pawito, 2007: 88).
Peneliti memulai menggunakan teknik ini mulanya dengan melakukan
observasi secara langsung ke dalam unit pemasaran. Dari hasil beberapa kali
observasi peneliti menemukan sejumlah responden yang tetap dan dirasa mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti, seperti hakikat purposive secara
awal yang tidak mengambil informan secara acak (random). Peneliti sengaja memilih
informan yang ada ditingkat kepala bagian dan staff pemasaran maupun humas,
peneliti berasumsi bahwa keberadaan kepala bagian beserta staff lebih mengetahui
bagaimana penerapan serta sosialisasi pemasaran yang dilakukan Daerah Operasi 6
Yogyakarta dalam memasarkan produk secara lebih mendalam.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknikteknik sebagai berikut:
a. Observasi
33
Menurut Moleong (2002 : 125), observasi merupakan teknik pengumpulan
data dengan cara mendatangi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung
situasi, kondisi, serta berbagai kegiatannya. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan observasi langsung yaitu suatu cara pengumpulan data yang
dilakukan melalui pemngamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada
obyek penelitian, pelaksanaannya langsung dimana suatu peristiwa terjadi.
Kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat, bukan anggota penuh dari obyek
yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti hanya bertindak sebagai
peneliti pasif dimana peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak
berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.
b. Wawancara
Interview (wawancara) merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai
subjrk (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejaa yang dipilih untuk
diteliti.
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan jenis wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dimaksudkan agara data
yang diperoleh lebih mendalam dengan memfokuskan pada persoalan-persoalan
yang akan diteliti.
Metode wawancara (interview) dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang memadai dan akurat mengenai implementasi kebijakan komunikasi
pemasaran yang dilakukan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6
Yogyakarta.
34
c. Dokumentasi
Pencarian data yang berkaitan dengan objek penelitian, yang diperoleh
dengan cara mempelajari berbagai literatur, seperti buku, artikel, majalah, brosur,
berita koran, buletin, situs-situs di internet, dan sebagainya yang kemudia
dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi), serta foto-foto dokumentasi
kegiatan.
6. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian komunikasi kualitatif berbeda
dengan kuantitatif, karena lebih mendasarkan diri pada alasan atau pertimbanganpertimbangan tertentu (purposeful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh
karena itu, sifat metode sampling dari penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah
purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana ada
kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui infomasi
dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data
yang mantap.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil informan atau narasumber sebagai
berikut:
a. Manager Corporate Communication Daop 6 Yogyakarta
b. Assisten Manager Eksternal dan Internal Daop 6 Yogyakarta
c. Staff Humas Daop 6 Yogyakarta
35
d. Manager Pemasaran Angkutan Daop 6 Yogyakarta
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan
setelah data terkumpul seluruhnya tapi dilakukan waktu bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup
dalam permasalahan yang akan diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif (interactive models of analysis) yang bergerak di antara tiga
komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi, dimana aktivitas ketiga komponen tersebut bukanlah linear namun lebih
merupakan siklus dalam struktur kerja interaktif.
Gambar I. 2
Skema Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman, keterangan gambar:
36
a. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data
(kasar) yang ada dalam fieldnote secara terus menerus, dimulai dari bahan reduction
yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan.
b. Penyajian data (data display)
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan
bagan yang dirancang untuk menggambarkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang mudah diraih.
c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)
Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dan konfigurasi yang
utuh. Hasil wawancara yang telah dilakukan akan memudahkan peneliti dalam
pencatatan data, maupun dalam pengecekan data untuk menarik suatu kesimpulan
sementara selama proses pengumpulan data berlangsung.
8. Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
trianggulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data
dari suatu sumber kemudian dikoreksi dengan sumber lain untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini validitas data yang
berbeda untuk permasalahan yang sama seperti tampak pada gambar berikut ini:
Gambar I. 3
Diagram Teknik Trianggulasi
data
wawancara
informan
content
analysis
analysis
observasi
dokumen/ arsip
aktivitas
37
Sumber: (H. B. Sutopo, 2002: 56)
Teknik trianggulasi data menurut istilah Patton ini juga sering disebut sebagai
tringulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data,
ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis, akan lebih mantap kebenerannya bila digali dari beberapa sumber data
yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih
teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber lain yang
berbeda jenisnya.
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi data atau sumber dilakukan dengan
melakukan pengecekan terhadap hasi wawancara yang dilakukan kepada Unit
Komersial dan Humas dengan Pelanggan Kereta Api yang kemudian dibandingkan
dengan hasil observasi mengenai Implementasi Komunikasi Pemasaran yang
dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta dan
dokumen-dokumen yang berupa dokumentasi kegiatan, arsip, laporan kegiatan dan
bentuk-bentuk publikasi yang dimuat di media massa.
38
Download