hanya untuk pria - SMPN 1 Lamongan | Login

advertisement
HANYA UNTUK PRIA:
PERLUKAH ISTRI ANDA BEKERJA?
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 658/XIII
Banyak sekali pria yang merasa keberatan bila istrinya bekerja.
Alasannya bisa bermacam-macam. Seringkali alasan tersebut
memang 'bisa diterima', tetapi seringkali alasan tersebut bersifat
psikologis yang seringkali sulit diterima oleh akal sehat.
Tulisan ini lebih dikhususkan kepada pria (terutama pasangan
muda), walaupun tidak apa-apa bila wanita juga ikut membaca.
Pertanyaan saya untuk Anda - para suami - yaitu apakah Anda
adalah salah satu dari suami yang keberatan bila istri Anda bekerja?
Bila ya, apakah alasan Anda memang bisa diterima oleh akal sehat?
Atau apakah alasan-alasan Anda tersebut bersifat psikologis? Atau
yang lebih parah lagi, apakah alasan Anda tersebut terkesan
mengada-ada?
Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Anda - para suami. Tulisan
ini tidak saya buat untuk menyinggung alasan-alasan Anda, tetapi
lebih kepada apa untung ruginya bila istri Anda bekerja. Saya akan
berusaha untuk bersikap netral disini.
Bertambahnya Penghasilan Keuntungan pertama sudah jelas,
bahwa dengan istri Anda bekerja, penghasilan dalam keluarga Anda
jelas akan bertambah. Bagi banyak keluarga yang lain, banyak istri
yang bekerja juga ikut andil dalam membayar pengeluaranpengeluaran keluarga. Mungkin suami meng-cover 50%, si istri
juga 50%. Tetapi banyak juga istri (bekerja) yang lain, yang tidak
ikut meng-cover pengeluaran keluarga. Artinya, uang suami adalah
1
uang istri, tetapi sebaliknya uang istri bukan uang suami dan hanya
menjadi milik istrinya sendiri.
Tetapi bagi banyak keluarga, alasan bekerja dari sang istri mungkin
karena selama ini si istri merasa tidak enak terus menerus 'dijatah'
dari suami, sehingga ia merasa lebih leluasa bila 'uang sakunya'
didapat dari penghasilannya sendiri karena ia bekerja.
Apa yang Sebetulnya Terjadi?
Mari kita kembali kepada dasar-dasar dalam berkeluarga. Kodrat
dari Tuhan kepada manusia yang tetap ada dari dulu hingga
sekarang, adalah wanita yang mengandung, sedangkan pria yang
keluar mencari nafkah.
Ketika belum menikah, mungkin saja si pria dan si wanita samasama bekerja. Lalu disusullah dengan pernikahan. Ketika si istri
mengandung, maka bila sebelumnya si istri bekerja, si istri
biasanya akan minta berhenti atau cuti dari pekerjaannya. Setelah
melahirkan dan umur si anak sudah mencapai beberapa bulan atau
beberapa tahun - dimana si anak dianggap sudah bisa ditinggal sering muncul dilema dari si istri apakah ia perlu kembali bekerja
atau tidak. Alasan untuk kembali bekerja bermacam-macam.
Mungkin si istri rindu akan suasana ramai di kantor. Mungkin dia
juga ingin mencari kegiatan di luar rumah yang bisa dilakukan
setiap hari. Atau mungkin saja dia ingin mencari suasana baru yang
bisa menyegarkan hatinya setelah merawat anak beberapa bulan
atau beberapa tahun lamanya.
Tetapi, keinginan untuk kembali bekerja kadang-kadang muncul
dari alasan ekonomi. Dua penghasilan mungkin dianggap lebih baik
daripada satu penghasilan. Nah, keluarga yang hanya memiliki satu
2
penghasilan saja biasanya akan memiliki jumlah Biaya Hidup yang
lebih kecil dibanding apabila keluarga tersebut memiliki dua
penghasilan. Uang yang bisa ditabung biasanya juga lebih kecil. Ini
masuk akal: makin besar penghasilan, biasanya akan makin besar
pula Biaya Hidupnya. Tetapi keuntungannya, dengan hanya satu
orang yang bekerja, pihak yang satu lagi (biasanya si istri) bisa
tinggal di rumah untuk menyaksikan anak-anaknya tumbuh.
Keluarga yang memiliki dua penghasilan - tentu saja - akan
memiliki jumlah pendapatan yang lebih besar. Tetapi
konsekuensinya akan lebih banyak hal baru yang harus dipikirkan
oleh orang tua tersebut, seperti masalah baby sitter atau masalahmasalah lain yang akan sering muncul karena meninggalkan anak di
rumah, sehingga disini, Biaya Hidup biasanya akan menjadi lebih
besar.
Suami istri tentu punya sejumlah alasan untuk lebih memilih
memiliki dua penghasilan daripada satu penghasilan. Tetapi satu hal
yang harus disadari adalah: apakah dengan sama-sama bekerja
akan menjawab permasalahan keuangan yang muncul?
Ketika Anda sedang berpikir untuk menjawab apakah Anda berdua
perlu memiliki dua penghasilan atau tidak, pusatkan perhatian Anda
untuk menjawab pertanyaan tentang berapa yang akan Anda
hasilkan berdua secara bersih setelah dikurangi Biaya Hidup
keluarga Anda dan Tabungan rutin. Setelah itu, lihat apakah jumlah
tersebut memuaskan atau tidak. Lalu lihat lagi apakah jumlah
tersebut sebanding dengan hal-hal non material yang dikorbankan,
seperti waktu yang hilang bersama anak, kemudahan dalam
merawat anak (Anda berdua tidak perlu lagi punya pengasuh), dan
seterusnya dan seterusnya.
3
Untuk bisa menentukan apakah kedua dari Anda perlu sama-sama
bekerja atau tidak, mari kita melihatnya dari dua faktor: Faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi.
FAKTOR EKONOMI
Ditinjau dari faktor ekonomi, bila kedua dari Anda bekerja, maka
ada komponen-komponen Biaya Hidup yang akan meningkat secara
drastis, dan ada juga komponen-komponen Biaya Hidup baru yang
akan muncul, dibanding apabila Anda berdua hanya memiliki satu
penghasilan.
1. Perawatan anak. Sudah jelas, bila kedua dari Anda bekerja
di luar, Anda tentu tak ingin meninggalkan anak Anda
sendirian di rumah. Anda memerlukan seorang pengasuh
anak, dan Anda harus membayar gajinya setiap bulan. Besar
kecil gaji tersebut tergantung pada dimana Anda tinggal. Bila
Anda tinggal di Jakarta, maka gaji yang harus Anda bayar
tentu saja akan lebih besar dibanding apabila Anda tinggal di
luar Jakarta yang memiliki Biaya Hidup yang lebih rendah.
2. Hiburan dan mainan anak. Dengan anak yang berada
sendirian tanpa Anda di rumah (kecuali dengan pengasuh),
membuat Anda harus lebih banyak memberikannya hiburan
dan membelikannya mainan agar ia tak bosan dengan
kesendiriannya. Makan di luar. Dengan lebih sedikitnya waktu
untuk memasak, Anda berdua juga akan lebih sering makan
di luar, entah itu siang atau malam, dengan atau tanpa anak.
Keberadaan pembantu rumah tangga tidak bisa selalu
dijadikan patokan bahwa Anda akan lebih sering makan di
rumah bersama anak Anda bila malam. Sedikit banyak,
dengan kedua dari Anda bekerja, Anda pasti akan lebih sering
makan di luar daripada kalau salah satu dari Anda tinggal di
4
rumah. Terutama pada jam makan siang. Dan makan di luar,
tentu saja, lebih mahal daripada bila Anda berbelanja sendiri,
memasak dan makan di rumah.
3. Transportasi pulang pergi dari rumah ke tempat kerja.
Kalau tadinya hanya si suami yang mengeluarkan biaya untuk
transportasi, sekarang dengan si istri yang juga ikut bekerja,
si istri juga harus mengeluarkan biaya transportasi.
4. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan. Si istri
juga harus mengeluarkan uang untuk membeli busana kerja
yang baru, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
Jangan sekali-sekali Anda meremehkan biaya-biaya tersebut di
atas. Sebelum si istri mengambil keputusan untuk bekerja atau
tidak, cobalah menghitung biaya-biaya tersebut dengan hati-hati di
atas kertas, dan bandingkan dengan apabila si istri tetap berada di
rumah.
Kunci untuk Menentukan Apakah Kedua Dari Anda Perlu
Bekerja atau Tidak
Dari segi ekonomi, ada satu kunci untuk menentukan apakah istri
Anda perlu sama-sama bekerja atau tidak. Tulis semua penghasilan
keluarga pada saat ini, lalu kurangkan dengan jumlah pengeluaran
keluarga. Kemudian bandingkan penghasilan dan pengeluaran
tersebut sekarang apabila istri Anda juga bekerja. Lalu, bandingkan
sisanya.
1. Kalau misalnya setelah di-hitung, sisa uang Anda berdua yang
bekerja lebih besar daripada bila hanya satu orang yang
bekerja, maka - dilihat dari sudut ekonomi - akan lebih baik
bila kedua dari Anda bekerja.
5
2. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, dimana sisa uang Anda
berdua yang bekerja lebih kecil daripada bila hanya satu
orang yang bekerja, maka - dilihat dari sudut ekonomi - akan
lebih baik bila hanya satu orang saja dari Anda berdua yang
bekerja.
FAKTOR NON EKONOMI
Kadang-kadang, keputusan untuk memiliki dua penghasilan tidak
selalu didasarkan pada alasan ekonomi. Di Indonesia dan di banyak
negara lain, Biaya Hidup keluarga biasanya ditanggung oleh pria dalam hal ini suami. Ini membuat pasangannya - si istri - muncul
keinginannya untuk bekerja dengan tidak mendasarkannya pada
kebutuhan untuk mendapatkan materi, tetapi - mungkin - untuk
mengisi waktu, untuk kesenangan, atau hal-hal lain di luar faktor
ekonomi.
Bila memang demikian, boleh-boleh saja. Mungkin saja pekerjaan si
istri memberikan kepuasan batin baginya. Mungkin saja pekerjaan
tersebut membuat intelektualitas istri Anda tergali. Mungkin saja
istri Anda bekerja hanya karena ingin bersosialisasi, mengisi waktu,
atau karena pekerjaan itu sangat menyenangkan. Bila memang
alasan-alasan ini yang muncul, maka bisa saja faktor ekonomi
dinomorduakan.
BEKERJA TANPA MENINGGALKAN ANAK
Bila si suami bekerja dan si istri tidak bekerja padahal ia ingin juga
bekerja tanpa meninggalkan anak, cobalah untuk bekerja di rumah.
Sekarang, banyak sekali usaha yang bisa dijalankan dari rumah.
6
Jangan khawatir bahwa orang yang bekerja di rumah tidak bisa
mendapatkan penghasilan sebesar orang yang bekerja di luar
rumah. Jenis usaha apapun bisa memberikan penghasilan yang
besar, walaupun usaha itu dijalankan dari rumah sekalipun.
Penutup
Bagi Anda para suami yang selama ini keberatan bila istri Anda
bekerja, coba pikirkan lagi apa alasan keberatan Anda tersebut.
Pertimbangkan alasan tersebut dari segi ekonomi dan non ekonomi.
Kalau memang alasan Anda tersebut adalah non ekonomi, pikirkan
lagi apakah alasan tersebut memang bisa diterima akal sehat atau
tidak. Kalau memang alasan non ekonomi tersebut memang bisa
diterima akal sehat, mungkin memang sudah seharusnya istri Anda
tidak bekerja. Tetapi kalau alasan non ekonomi tersebut 'sulit'
diterima akal sehat atau malah terkesan mengada-ada, maka
pikirkan lagi alasan Anda tersebut. Saran saya untuk Anda para
suami : pertimbangkan alasan Anda secara obyektif, dan berikan
keputusan yang terbaik untuk istri Anda.
7
Download