Reaksi Atropin dan Adrenalin

advertisement
Reaksi Atropin dan Adrenalin
Reaksi Atropin dan Adrenalin
BAB : I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem syaraf simpatis meruopakan suatu pengaturan penting terhadap aktivitas organ-organ
seperti jantung dan pembuluh darah perifer, terutam dalam responnya terhadap keadaan
stres. Efek pokok dari perangsangan simpatis diperantarai o0leh pelepasan noreprinefrin dari
ujung syaraf yang akan memacu adrenoseptor pada bagian pascasinaptik. Juga, dalam bereaksi
terhadap stress, kelenjar adrenal akan melepas epinefrin dari ujung syaraf yang diedarkan
dalam sirkulasi menuju jaringan sasaran.
Obat-obat yang meniru kerja epineprin dan nonepineprin ini disebut obat simpatomimetik yang
diperkirakan akan memberi efek yang luas pada tubuh. Memahami farmakologi obat golongan
ini merupakan pengembangan logis dari apa yang diketahui dalam aturan fisiologis
ketekolamin.
2. Tujuan





Memperlihatkan efek interaksi obat (efek kerja kombinasi obat-obatan0.
Mengetahui dan memahami mekanisme kerja atropine maupun adrenalin.
Mengetahui interaksi obat
Dapat memahami agonis dan antagonis serta membedakan keduanya
Mengetahui efek samping dari pada obat.
BAB : II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma
yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh
olahraga.Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Efek interaksi obat dikenal 2 macam yaitu :
1. Sinmergisme
2. Antagonisme
Sinergisme dapat dibagi menjadi :
1. Sinergisme Positif, yaitu obat bekerja sama dalam arti menguntungkan
2. Sinergisme Negatif, yaitu Antagonisme kerja obat saling merugikan.
1. Sinergisme positif, sering disebut sinergis saja; dalam pengertian ini termasuk :
1. Addisi atau summasi
2. Supra_Addisi
3. Potensial
2. Sinergisme negative atau antagonis
1. Antagonis Kompetitif
2. Antagonis Non Kompetitif
Obat dapat mengganggu penyerapan obat lain dalam usus, peredarannya dalam darah atau penyerapannya
oleh sel. Antagonisme (pertentangan) berarti bahwa satu obat menghambat atau mengurangi dampak obat yang lain.
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan yang lebih besar daripada
dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam ini disebut sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat
memperkuat dampak obat lain dengan cara meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini disebut
potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja ritonavir bila dicampur dengan saquinavir
atau indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka diproses, atau dimetabolisme.
2.2. Atropin
2.2.1. Sumber dan Kimiawi
Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh,
dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel
berduri.
Atropine alam adalah l(-) hiosiamin, tetapi senyawanya sudah campuran (rasemik), sehingga
material komersilnya adalah rasemik d, l-hiosiamin.
Anggota tersier kelas atropine sering dimanfaatkan efeknya untuk mata dan system syaraf pusat.
2.2.2. Absorbsi
Alkaloid alam dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diserap dengan baik dari usus dan
dapat menembus membrane konjuktiva.
Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa.
Reabsorbsinya melalui kulit utuh dan mata tidak mudah.
2.2.3. Distribusi
Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah
penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam,
dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek perifernya.
Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.
2.2.4. Metabolisme dan Ekskresi
Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam kira-kira
60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine kebanyakan
sebahagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada semua organ
cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam
atau lebih.
Spesies tertentu, terutama kelinci memiliki enzim khusus satropin esterase yang membuat proteksi
lengkap terhadap efek toksik atropine dengan mempercepat metabolisme obat.
Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t 1/2 nya 2-4 jam.
2.2.5. Mekanisme Kerja
Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung
jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau
agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk
memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti
pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis
muskarinik lainnya.
2.2.6. Mekanisme Kombinasi Atropin + Adrenalin
Penambahan adrenalin pada atropine akan memperpanjang masa kerja obat serta meningkatkan
penyebaran molekul yang masuk ke SSP.
2.2.7. Khasiat dan Penggunaan
Khasiatnya
Adapun khasiat daripada atropine antara lain :






Mengurangi sekresi kelenjar (liur, keringat, dahak)
Memperlebar pupil dan berkurangnya akomodasi
Meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat penerusan impuls di berkas His (bundle
of his), yang disebabkan penekanan SSP.
Menurunkan tonus dan motilitas saluran lambung-usus dan produksi HCl.
Merelaksasi otot dari organ urogenital dengan efek dilatasi dari rahim dan kandung kemih
Merangsang SSP dan pada dosis tinggi menekan SSP (kecuali pada zat-zat ammonium
kwatener).
Penggunaan
Adapun penggunaan daripada atropine yaitu :





Sebagai spasmolitikum (pereda kejang otot) dari saluran lambung-usus, saluran empedu,
dan organ urogenital.
Tukak lambung/ usus, guna mengurangi motilitas dan sekresi HCL dilambung, khususnya
pirenzepin.
Sebagai medriatikum, untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan akomodasi. Jika efek
terakhir tidak diingginkan, maka harus digunakan suatu adrenergikum, misalnya fenilefrin.
Sebagai sadativum, berdasarkan efek menekan SSP, terutama atropine dan skolamin,
digunakan sebelum pembedahan. Bersamaan dengan anastetika umum. Antihistaminika dan
fenotiazin juga digunakan untuk maksud ini.
Sebagai zat anti mabuk jalan guna mencegah mual dan muntah.


Pada hiperhidrosus, untuk menekan pengeluaran keringat berlebihan.
pada inkontinesi urin, atas dasar kerja spasmolitisnya pada kandung kemih, sehingga
kapasitasnya diperbesar dan kontraksi spontan serta hasrat berkemih dikurangi.
2.2.8. Efek Pada Sistem Organ
1. Susunan Saraf Pusat
Pada dosis lazim, atropine merupakan stimulant ringan terhadap SSP, terutama pada pusat
parasimpatis medulla, dan efek sedative yang lama dan lambat pada otak.efek pemacu
Vagal pusat seringkali cukup untuk menimbulkan bradikardia, yang kemudian nodus SA yang
menjadi nyata. Atropine juga menimbulkan kegelisahan, agitasi, halusinasi, dan koma.
2. Mata
Otot konstriktor pupil tergantung pada aktivitas kolinoseptor muskarinik. Aktivitas ini
secara efektif dihambat oleh atropine topical dan obat antimuskarinik tersier serta hasilnya
aktivitas dilator simpatis yang tidak berlawanan dan midriasis (pupil yang melebar)
nampaknya disenangi oleh kosmetik selama Renaissance dan oleh karena ini obatnya
disebut belladonna (bahasa italic, “wanita cantik”) yang digunakan sebagai obat tetes mata
selama waktu itu.
Efek penting kedua pada mata dari obat antimuskarinik adalah kelumpuhan otot siliaris,
atau sikloplegia. Akibat sigloplegia ini terjadi penurunan kemampuan untung
mengakomodasi ; mata yang teratropinisasi penuh tidak dapat memfokus untuk melihat
dekat.
Kedua efek midriasis dan sigloplegia berguna dalam pftalmologi. Namun efek ini juga cukup
berbahaya karena pada pasien dengan sudut kamar depan yang sempit akan menimbulkan
gejala glaucoma akut.
Efek ketiga dari obat antimuskarinik pada mata adalah mengurangi sekresi air mata.
Kadang-kadang pasien akan merasa matanya kering atau mata “berpasir” bila diberikan
obat anti muskarinik dalam dosis besar.
3. Sistem Kardiovaskuler
Atrium sangat kaya dipersyarafi oleh serabut syaraf parasimpatis (n.vagus), dan oleh karena
itu nodus SA peka terhadap hambatan reseptor muskarinik. Efek denyut jantung yang
terisolasi, dipersarafi, dan secara spontan memukul jantung berupa hambatan perlambatan
vagus yang jelas dan takikardia relative. Bila diberikan dosis terapi sedang sampai tinggi,
maka efek takikardi nampaknya dapat menetap pada pasien tertentu. Namun, dalam dosis
kecil justru memacu pusat parasimpatis dan sering menimbulkan gejala brakikardia awal
sebelum efek hambatan terhadap vagus perifer menjadi jelas.
Dengan mekanisme yang sama juga mengatur fungsi nodus AV; pada keadaan tonus vagus
yang meninggi, maka pemberian atropine dapat menurunkan interval PR dalam EKG dengan
memblok reseptor muskarinik jantung.
4. Sistem Pernafasan
Baik otot polos atau sel kelenjar sekresi pada saluran pernafasan dipersarafi oleh vagus dan
mengandung reseptor muskarini. Bahkan pada individu normal, maka efek bronkodilatasi
dan pengurangan sekresi setelah menelan atropine dapat diukur. Efek demikian lebih
dramatic pada pasien saluran pernafasan terganggu, walaupun obat antimuskarinik ini tidak
sebaik pemacu beta-adrenoseptor pada pengobatan asma.
5. Saluran Cerna
Hambatan reseptor muskarinik menimbulkan efek dramatic terhadap motilitas dan
beberapa fungsi sekresi pada saluran cerna. Seperti pada organ lainnya, pacuan muskarinik
eksogen lebih efektif dihambat disbanding efek dari aktivitas saraf simpatis (vagal).
6. Kelenjar Keringat
Termoregulasi keringat di tekan pula oleh atropine. Reseptor muskarinik pada
kelenjarkeringat ekkrin dipersarafi oleh serabut kolinergik simpatetik dan dapat
dipengaruhi oleh obat antimuskarinik. Hanya pada dosis tinggi efek antimuskarinik pada
orang dewasa akan menimbulkan peninggian suhu tubuh. Sedangkan pada bayi dan anakanak maka dalam dosis biasapun sudah menimbulkan demam atropine (atropine fever).
2.3. Adrenalin
2.3.1. Pengertian
Adrenalin (epinefrin) yang merupakan zat adrenergikini dengan efek alfa + beta adalah
Bronkchodilata terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat yang digunakan untuk serangan asma yang
hebat. Seringkali senyawa ini dikombinasikan dengan tranguillizer peroral guna melawan r4asa
takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh
kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara
derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak
jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.
2..3.2. Mekanisme Adrenalin
Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteriel dan memicu
denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir
dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat frekuensi dan konduksi jantung
pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan mengurangi rasa sakit dan menghambat pernapasan
dalam dosis lebih besar. Semua reaksi ini merupakan dose-dependent reactions yang nyata. Dengan
demikian banyak obat lain bisa kita golongkan kedalamnya seperti kontaseptif oral, insulin, dsb.
Obat sejenis ini termasuk daftar Obat Esensial.
2.3.3. Mekanisme Kombinasi Adrenalin + adrenalin
Penambahan adrenalin akan memperpanjang bwaktu paruh obat sehingga midriasis pada mata
berlangsung lama.
2.3.4. Efek samping
Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan terhadap jantung
(palpasi,aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul hiperglikemia, karena efek anti
diabetika oral diperlemah.
1. Pembuluh darah
Tonus otot polos vascular diatur oleh adrenoreseptor; oleh karena itu, katelokamin menjadi
penting dalam mengatur tahanan vaskuler perifer dan kapasitas vena.. pembuluh darah
kulit dan daerah splanknikus didominasi oleh reseptor alfa dan akan berkontraksi bila ada
adrenalin.
2. Jantung
Efek langsung pada jantung ditentukan terutama oleh reseptor beta. Reseptor beta
meningkatkan kalsium kedalam sel otot jantung, dengan segala akibat perubahan listrik dan
mekaniknya.
3. Tekanan darah
Efek obat simpatomimetik terhadap tekanan darah dapat diuraikan berdasarkan efeknya
terhadap jantung, tahanan vaskuler perifer, dan aliran balik vena.
4. Mata
Otot dilator pupil radialis iris mengandung reseptor alfa; oleh karena itu aktivitas dengan
obat seperti adrenalin akan menyebabkan meridiasis. Pacu alfa dan beta berefek penting
pada tekanan dalam bola mata.
2.4. Percobaan
2.4.1. Alat dan Bahan








Kelinci/ rabbit : jantan/ betina yang berwarna putih
Larutan 1,5% Atropin
Larutan 0,5% adrenalin HCl
Pipet tetes
Pupilometer
Lampu senter
Kapas
Jam
2.4.2. Pelaksanaan
Sebelum percobaan dilakukan, maka diobservasi terlebih dahulu oculi dextra/ sinistra kelinci dan
interval waktu tertentu tentang hal-hal :








Diameter pupil (dalam mm) jarak horizontal kedua pinggir paling lateral pupil
Besar bola mata : normal, exopthalmus, enaphalimus
Reflek ancaman (reflek kornea)
Reflek cahaya
Sekresi kelenjar air mata
Konsistensi bola mata
Kelainan gerakan bola mata
Kelainan palpebra
2.4.3. Pengamatan
Tetesi mata kanan kelinci dengan 3 tetes larutan atropine dan mata kiri dengan larutan
adrenalin (dilakukan pada waktu yang bersamaan) perhatikan efeknya.
Sepuluh menit kemudian teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan adrenalin dan mata kiri 3
tetes larutan adrenalin, perhatikan efeknya. Catatlah hasil pengamatan pada kertas lampiran dari
hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang efek kombinasi atropine dan adrenalin.
BAB : III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Efek interaksi obat dikenal 2 macam yaitu :
1. Sinmergisme
2. Antagonisme
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan yang lebih besar daripada
dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam ini disebut sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat
memperkuat dampak obat lain dengan cara meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini disebut
potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja ritonavir bila dicampur dengan saquinavir
atau indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka diproses, atau dimetabolisme.
Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam
Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau
apel berduri.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan
gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan
seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi
detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.
3.2. Saran



Seorang perawat sebaiknya mengetahui interaksi obat serta mekanisme kerja dari pada
obat tersebut.
Sebelum memberikan obat ada baiknya perawat menbgetahui dahulu interaksi obat
Perawat memahami interaksi obat apakah dapat berefek negative atau tidak
DAFTAR PUSTAKA



Betram G. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik. 2004. EGC. Jakarta .
Jay, Than Hoon dan Kirana, Raharja. Obat-Obat Penting. 2002. Gramedia. Jakarta.
Buku Penuntun Praktikum Farmakolologi. Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Download