Pemahaman Interkoneksi

advertisement
Pemahaman Interkoneksi
Agus Priyanto
Definisi
Interkoneksi antar jaringan adalah keterhubungan langsung antara dua jaringan
yang dikelola oleh penyelenggara yang berbeda.
Hal – hal yyang
g menyangkut
y g
dengan
g interkoneksi jjaringan
g :
• Pada awal kompetisi, peran regulator sangat kritis untuk interkoneksi;
• New entrance sangat membutuhkan interkoneksi untuk dapat
mengakses
k sebagian
b i besar
b
pelanggan,
l
yang dimiliki
di iliki oleh
l h incumbent.
i
b
Dilain pihak incumbent tidak butuh interkoneksi , dan sekaligus tidak
ingin disaingi.
• Pengalaman
l
membuktikan
b k k bahwa
b h peran Regulator
l
tetap diperlukan,
d l k
terutama terkait dengan layanan interkoneksi terminasi.
• Keberhasilan kompetisi dan liberalisasi, tergantung kepada adanya
peraturan/pengaturan dari Regulator yang memadai termasuk
penegakan hukum.
Definisi
y Interkoneksi sebelum 2006 masih menggunakan formula
bagii hasil
b
h il
y Semenjak tahun 2006 diberlakukan berdasarkan biaya
((berbayar
y berdasarkan trafik yyang
g dikirim))
y Interkoneksi pada dasarnya bukan bisnis penyelenggara
y Interkoneksi merupakan kewajiban yang harus
dipenuhi oleh penyelenggara untuk menjamin
keterhubungan antar 1 pelanggan dengan pelanggan
lainnya.
Peran Regulator
Regulator menentukan hal-hal berikut :
• Prinsip-prinsip untuk mencapai persyaratan yang adil &
wajar untuk menggunakan/meng-akses bottleneck.
• Infrastruktur apa saja yang masuk kategori bottleneck.
bottleneck
• Menjadi mediator bila diperlukan.
g
• Menentukan jjadwal negosiasi.
• Punya kewenangan untuk menentukan siapa Dominan
Operator
Dasar Hukum Interkoneksi
UU 36 / 1999
• Pasal 10 : Larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat
antara Penyelenggara
y gg Telekomunikasi mengacu
g ppada UU no 5 tahun
1999
• Pasal 25 : Setiap Penyelenggara jaringan wajib memberi interkoneksi
dan berhak mendapatkan interkoneksi dari penyelenggaralainnya,
berdasarkan :Efisiensi, Keserasian Teknis, Peningkatan Mutu
pelayanan, Persaingan sehat
PP 52 / 2000
• Pasal 20 : Wajib menjamin tersedianya interkoneksi; Dilaksanakan
pada titik Interkoneksi ( POI ).
• Pasal 21 : Dilarang melakukan diskriminasi.
• Pasal 22 : Berdasarkan kesepakatan dan dituangkan dalam perjanjian
tertulis ; Apabila tidak terjadi kesepakatan, para pihak dapat meminta
penyelesaian Menteri atau mencari upaya hukum.
PM 8 /2006
• Peraturan menteri
Tentangg Interkoneksi
Layanan Interkoneksi
Terdapat 3 Layanan dari interkoneksi
• Originasi : Pembangkitan panggilan interkoneksi
dari jaringan penyelenggara asal
• Terminating
g : Pengakhiran
g
ppanggilan
gg
interkoneksi
di penyelenggara tujuan
• Transit : Penyaluran panggilan interkoneksi dari
penyelenggara
l
asall kepada
k d penyelenggara
l
tujuan
melalui penyelenggara jaringan lainnya
Dasar Interkoneksi
Pencari Akses
Penyelenggara jaringan / jasa telekomunikasi yang meminta layanan interkoneksi dan
akses terhadap fasilitas penting untuk interkoneksi kepada penyelenggara lainnya
Penyedia Akses
Penyelenggara jaringan / jasa telekomunikasi yang memiliki layanan interkoneksi dan
akses terhadap fasilitas penting interkoneksi yang diminta oleh penyelenggara
telekomunikasi lainnya
Titik Interkoneksi (Point Of Interconnection)
Titik atau lokasi dimana terjadi interkoneksi secara fisik, dan merupakan batas bagian
yyangg menjadi
j milik ppenyelenggara
y
gg jjaringan
g yyangg satu dari bagian
g yyangg menjadi
j milik
penyelenggara jaringan dan atau penyelenggara jasa yang lain, yang merupakan titik
batas wewenang dan tanggung jawab mengenai penyediaan, pengelolaan, dan
pemeliharaan jaringan.
Dasar Interkoneksi
Titik Pembebanan (Point Of Charge)
Titik referensi yang merupakan lokasi geografis untuk menetepakan besaran biaya
interkoneksi dan tanggung jawab terhadap panggilan interkoneksi
Sentral Gerbang (Gateway) Interkoneksi
Perangkat dalam suatu jaringan yang merupakan gerbang ke jaringan lain, dan langsung
berhubungan dengan sentral gerbang jaringan melalui titik interkoneksi.
Link Interkoneksi
Sistem transmisi yang dipergunakan untuk keperluan interkoneksi
Route
Jalur dalam jaringan yang diikuti atau harus diikuti untuk menyalurkan pesan atau untuk
membangun hubungan antara titk asal dan titik tujuan.
Konfigurasi Dasar Interkoneksi
( l l )
(seluler)
ORIGINASI
TERMINASI
BTS
POI
BTS
ON NET
A#
Si A (A#) menelpon Si B
(B#)
POC 1
TERMINATION CHARGE/
INTERCONNECTION CHARGE
B#
POC 2
BTS
POI
OFF
FF NET
E
POC 3
B#
K fig
Konfigurasi
i Dasar
D
I t k
Interkoneksi
k i (fixed)
(fi d)
Skema Interkoneksi (originasi dan
t
terminasi)
i
i)
Skema Interkoneksi (Transit)
Bisnis Interkoneksi
y Trafik interkoneksi masih menjadi bisnis yang memberikan porsi pendapatan yang besar
terutama bagi penyelenggara net
net-receiver
receiver (mendapatkan terminasi lebih besar daripada
originasi).
Perkembangan Trafik Voice di Indonesia
180 00
180.00
160.00
Trafik Total
Trafik Interkoneksi
Traffik (Milyar Menit))
140.00
Trafik Total
120.00
100.00
80.00
60.00
Trafik Interkoneksi
40.00
20.00
2005
2006
2007
2008
Pengaturan POI dan POC eksisting
Ketentuan tentang penetapan titik pembebanan atau zona
pembebanan serta jumlah titik interkoneksi sesuai yang terdapat
dalam FTP (Fundamental Technical Plan) nasional yang berlaku
adalah sebagai berikut :
y Zona Pembebanan
b b
(POC) dari
d Jaringan tetap lokal
l k l ditetapkan
d
k
sesuai dengan penetapan area lokal danal penomoran jaringan tetap
lokal, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan geografis
y Zona Pembebanan (POC) dari Jaringan bergerak seluler
didefinisikan dan ditetapkan sendiri oleh penyelenggara jaringan
bergerak
g
selular
y Lokasi titik interkoneksi ditetapkan sepanjang teknis
memungkinkan untuk melakukan fungsi dari titik interkoneksi.
Arah Regulasi Interkoneksi
Arah Regulasi Kedepan
Regulasi
egu as Eksisting
ss g
• Perlu pengaturan POI dan POC yg regulated
• Adanya Keseimbangan Jumlah POI dan POC
• POI dan POC Fixed diatur sesuai
FTP Nasional sedangkan mobile
tidak
• Arah perkembangan Teknologi Ke depan
(NGN) yang tidak memerlukan banyak POI
• Jumlah POI ≠ jjumlah POC
• Penetapan zone pembebanan
diatur oleh masing-masing operator
sesuai strategi bisnisnya masingmasing
• Sering Terjadi dispute di lapangan
• Adanya Fair bisnis interkoneksi dan tidak
merugikan salah satu pihak
• Efisiensi penyelenggaraan industri
• Memberikan benefit pada semua pihak
• Cross Subsidi dapat dihilangkan
Regulasi Masa Transisi
• Penyesuaian jumlah POI dan POC terutama pada area
layanan yang sering menimbulkan dispute
• Penetapan POI dan POC yang akan diatur secara bertahap
• Penetapan model untuk pengaturan POI dan POC dengan
melibatkan masukan dari Stakeholder
• Revisi regulasi yang ada yang sudah tidak sesuai lagi
Trend interkoneksi di masa depan
Dengan adanya perubahan jaringan dari yang semula berbasisTDM menjadi jaringan berbasis IP
yang lebih convergence, maka secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya perubahan
struktur telekomunikasi dari penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi dari yang dulunya
bersifat vertikal menuju ke horizontal integrasi
Interkoneksi pada NGN
Gambaran Umum NGN
ƒ Jaringan paket data (packet-based network)
yang
ang memungkinkan
mem ngkinkan menyediakan
men ediakan layanan
la anan
termasuk layanan telekomunikasi dan dapat
menggunakan broadband, teknologi transport
yang didukung Quality of Sevice (QoS enabled)
yang mana layanannya (service) independen
dari teknologi
da
e o og layer
aye transport-nya.
a spo
ya
ƒ NGN ini memungkinkan pengguna (user) dapat
mengakses penyedia layanan yang berbedabeda, serta mendukung mobilitas standar yang
konsisten dari layanan
y
ke p
pengguna.
gg
Gambaran Umum NGN
NGN melibatkan perubahan pada arsitektur utama, yakni: pada core network, NGN
menyiratkan konsolidasi dari beberapa jaringan transport yang dibangun untuk berbagai
layanan ke dalam satu jaringan transport berbasis IP. Pada jaringan akses, terjadi migrasi
dari circuit switch (voice) menjadi infrastruktur berbasis packet switch (VoIP). Dengan
bersatunya beberapa platform ke dalam platform berbasis IP,
IP membuat struktur NGN
menjadi flat.
Gambaran Interkoneksi NGN
Masa
Transisi
• TDM & NGN
• TDM & TDM
• NGN & NGN
• Tergantung kesiapan
I f t kt POI
Infrastruktur
• Masih dibedakan
interkoneksi pada
POI berbasis IP
dengan TDM
Interkoneksi
NGN
Fully
NGN
• NGN & NGN
• POI sudah didesain
full network NGN
• Interkoneksi sudah
berbasis IP
I t k
Interkoneksi
k i NGN pada
d masa transisi
t
i i
IP Based
I t
Interconnect
t
Exchange
TDM
Link
Media
Gateway
IP Link
Border
Gateway
y
TDM
Link
Media
Gateway
IP Li
Link
k
Border
Gateway
Pola Interkoneksi
Operator-1
Operator-2
Titik Interkoneksi
Interkoneksi dengan penyelenggara jaringan
berbasis TDM (sirkit switch based)
Media Gateway (MGW)
Interkoneksi dengan penyelenggara jaringan
berbasis NGN (IP based)
Border gateway atau
Session Border Controller
I t k
Interkoneksi
k i NGN pada
d masa transisi
t
i i
J i Interkoneksi
Jenis
I t k
k i pada
d layanan
l
NGN
Contoh implementasi IP network
architecture
A typical IP network architecture
Nodes
deployed in
redundant
pairs
Core ring
Core
Router
Core
Router
Edge rings
Edge
Router
Three-tier
ring
topology
Edge
Router
Aggregation rings
Aggregation
Router
Aggregation
Router
MSAN rings
MSAN
MSAN
MSAN
19 MSANs
Network Architecture
Hi
Hierarchical
hi l Network
N
k
Access
MetroE
Network
PSTN (Voice)
IPTV
3 tier infrastructure of Networks
9 Access Network (all customers
connect here)
9 Metro E Network (IP & regional
based transport)
9 IP MPLS Network (service creation &
the backbone)
IP/MPLS
Network
Mobile ((Voice))
Internet
Data
- Redundancy (links, PE-Service, IP Backbone)
- Coverage purpose (ring topology at Metro-E)
Benefit:
9
9
9
9
9
Facilitate the behavior differences
Easier to deploy, easier to manage
Isolate the problem
Manageable operational resources
Cost effective (centralized vs
distributed service creation)
26
Hierarchical IP Network Implementation
Main PoP National Topology
Topologi
p g IP PoP Nasional dibangun
g oleh 3 kota aggregasi
gg g utama dengan
g
mengedepankan Non-Stop Services Availability & Reliability di IP Backbone
6 Main
M i PoP,
P P 31 Primary
Pi
P P dan
PoP,
d 6 Secondary
S
d PoP
P P
Connectivity antar PoP:
•
Dibangun
g dengan
g topologi
g ringg (fisik dan logic)
g
•
Setiap path memiliki proteksi DWDM untuk
efisiensi routing logik di sisi IP
27
Metro Ethernet Regional Architecture
Regional
g
MetroE dibangun
g dengan
g 3 layer
y Hirarki dan memanfaatkan
OTN/WDM untuk reliability, efisiensi biaya, dan kemudahan operasi
1.
Implementasi model hirarki dan aggregasi pada Network
Metro-E
Metro
E
2.
Terdapat tiga layer hirarki / 3 Tier:
•
Tier 1 merupakan aggregasi Tier 2.
•
Tier 2 merupakan aggregasi Tier 3.
•
SekumpulanTier 3 yang membentuk ring menuju Tier 2
yang sama disebut Cluster.
•
Komunikasi antar Cluster dilakukan dengan aggregasi
melalui Tier 1, tidak terdapat direct communication antar
C uste .
Cluster.
3.
4.
Tier 1:
•
Perangkat Metro Tier 1 terletak pada titik IP PoP
•
Sebagai S-PE layanan Metro-E antar region
•
Tidak ada direct terminasi akses (OLT/MSAN/DSLAM)
Transport dan proteksi antar Tier menggunakan
WDM/OTN
5.
Untuk lokasi Akses remote/terpencil dibawa menggunakan transport ke Node Metro-E terdekat
6.
Tidak terdapat direct terminasi node pelanggan / Node-B ke perangkat Metro tetapi melalui terminasi node akses
(OLT/MSAN/DSLAM)
28
Hirarki Integrasi Network Element
CONTOH SESSION CALL FLOW CALL SESSION TELKOM
S
Scenario
i Call
C ll :
IMS
AS
DNS
MSAN IMS PG to OLO PG
HSS
KOTA A
CORE
MSAN SS PG to MSAN IMS PG
KOTA B
CORE
MSAN IMS MD to OLO PG
Protocol :
DIAMETER
MGCF
AGCF
H.248
AGCF
MGCF
MSAN
SIP
DIAMETER ALTERNATIF
SIP ALTERNATIF
MSAN
H 248 STANDBY
H.248 STANDBY
SIGNALLING CCS #7
MSAN
MSAN
TGW
TGW
TD/Combine
LE
RSU
OLO
SIP MSAN
SS
SS
LE
RSU
RSU
RSU
LE
RSU
RSU
TDM
OLO
LE
RSU
RSU
Thank you
y
Download