Obat pada sistem pernafasan Setiadi A. Pendahuluan Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Namun Adakalanya Paru-paru ini mengalami gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor, dan gangguan kesehatan tersebut sering dikenal dengan Penyakit Paru Paru ataupun Gangguan pada sistem pernafasan. Penyakit Paru paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya peradangan pada organ paru paru yang dimana peradangan ini disebabkan oleh adanya ruang organ paru paru terisi air ataupun terinfeksi oleh bakteri, virus atau parasit. Namun masih banyak gangguan yang bisa menyerang sistem pernafasan seperti bronkitis kronis, asma, radang paru-paru. B. Masalah-Masalah Sistem Pernapasan Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif menahun, kanker paru, tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas terdapat beberapa masalah, yaitu: 1. Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. 2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia. Dimana jika kadar CO2 berlebih dapat meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih). 3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah. Dimana jika terjadi penurunan kadar CO2¬ dapat menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh. 4. Asfisia (sufokasi) adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang diakibatkan ketidakcukupan ventilasi pulmonar. 5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) adalah kelompok penyakit yang meliputi asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga kelompok penyakit industrial seperti asbestosis, silikosis, dan black lung. 6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok tetapi dapat juga terjadi pada orang yang tidak merokok. 7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat mempengaruhi semua jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di paru-paru. 8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat kimia C. Penyakit Saluran Pernapasan Selain masalah-masalah diatas, terdapat juga beberapa penyakit pada saluran pernapasan yang dikenal dengan istilah CARA (Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang mencakup semua penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Gejala terpenting dari penyakit saluran pernapasan antara lain sesak napas (dyspnoe) saat mengeluarkan tenaga atau selama istirahat dan/atau sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak yang kental. Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan sebab utama asma dan COPD, diperkirakan dapat terjadi menurut mekanisme berikut, yaitu berdasarkan hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau infeksi saluran pernapasan. 1. Hiperreaksitivitas bronchi (HRB) Pada semua penderita asma dan COPD terdapat hiperreakstivitas bronchi. HRB adalah meningkatnya kepekaan bronchi dibandingkan saluran napas normal, terhadapkan zat-zat merangsang tak spesifik yang dihirup dari udara. Pada sebagian penderita asma juga terdapat kepekaan berlebihan bagi stimuli spesifik yang pada orang sehat tidak memberikan reaksi pada saluran pernapasannya. HRB aspesifik selalu timbul bersamaan reaksi peradangan di saluran pernapasan. 2. Alergi Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga terdapat alergi untuk membentuk antibody terhadap allergen tertentu yang memasuki tubuh (antigen). Antibodies ini dari tipe IgE (immunoglobulin type E), juga disebut regain, mengikat dari pada mastcells antara lain disaluran 3. 4. 5. 6. pernapasan, mata dan hidung. Jika jumllah IgE sudah cukup besar maka pada waktu allergen yang sama masuk lagi ke dalam tubuh terjadilah penggabungan antigen-antibodi. Mattcells pecah (degranulasi) den segera melepaskan mediatornya. Akibatnya sering kali bronchokontriksi dengan pengembangan mukosa dan hipersekresi dahak, yang merupakan gejala khas asma. o Alergen inhalasi; yang masuk ke tubuh lewat pernapasan. o Alergen oral dan lokali; yang memasuki tubuh melalui mulut atau kulit Infeksi saluran pernapasan Dapat menyebabkan gejala radang dengan perubahan di selaput lender, yang pada pasien asma dan COPD memperkuat HRB dan bronchokontriksi serta mempermudah penetrasi allergen sehingga terjadi infeksi yang sering kambuh akibat obtruksi bronchi. ASMA Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril kronis yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-sengal, disertai batuk dan hipersekresi dahak. Berlainan dengan COPD, obstruksi saluran napas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. Penyebabnya, adanya peradangan steril kronis dari saluran pernapasan dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Selain itu juga terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap berbagai stimuli aspesifik yang dapat memicu serangan (Tjay, 2002). Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang dapat menyebabkan masalah pada sistem pernapasan, yaitu (Tjay,2002): o Rangsangan fisis, seperti perubahan suhu, dingin, dan kabut. o Rangsangan kimiawi, seperti polusi udara (gas-gas pembuangan, sulfurdioksida, ozon, asap rokok). o Rangsangan fisik, seperti exertion, hiperventilasi. o Rangsangan psikis, seperti emosi dan stress. o Rangsangan farmakologi, seperti histamin, serotonin, asetilkolin, asetosal, dan lainnya Bronchitis Kronis Penyakit ini bercirikan batuk ‘produktif’ menahun dengan pengeluaran banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan. Dalam kebanyakan kasus (80%) disebabkan infeksi akut saluran pernapasan oleh virus, yang mudah disuprainfeksikan (Str pneumonia dan branhamella catarrhalis) dengan suatu bakteri Haemophilus influenza (Tjay, 2002). emfisema paru Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru, yang mengakibatkan sesak napas terus-menerus dan menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru (alveoli) terus mengembang dan rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh darah menjadi amat tipis dan sebagian akhirnya rusak sehingga permukaan paru untuk penyerapan oksigen dapat berkurang di bawah 30% hingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen. Tonus di cabang-cabang batang nadi (aorta) bertambah dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Sehingga menimbulkan kegagalan ventrikel jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar) Penyebab emfisema adalah : o Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga asma. o Merokok o Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim elastase yang merombak seratserat elastin dalam dinding gelembung paru, sehingga kekenyalannya menurun, terjadi kelainan irreversible dalam bentuk fibrosis dan destruksi dari dinding gelembung bersama pembuluh darahnya. D. Obat pada sistem pernafasan Beberapa obat yang bekerja pada sistem pernafasan dengan bentuk sediaan antara lain tablet/kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer. Jenisjenis obat-obat respiratorik dibedakan berdasar efek terhadap organ saluran pernafasan antara lain adalah (1) Bronkodilator; (2) Anti inflamasi; (3) Penekan sekresi dan edema 1. Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran nafas), terbagi dalam 2 golongan yaitu: a. Simpatomimetik / adrenergik o Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat antara lain orsiprenalin, Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol o Obat-obat golongan ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Contoh produk: Berupa semprotan: MDI (metered dose inhaler). Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler) Berupa cairan broncodilator (alupent, berotec, brivasma serta ventolin). Obat ini dengan alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup. b. Antikolinergika o Anti kolinergik mengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi o Contoh obat : Ipratropium : Atrovent c. Xantin (teofilin) o Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda, sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. o Nama obat antara lain aminofilin supp, Aminofilin retard, Teofilin o Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dengan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Bentuk tablet dan sirup dengan efek merangsang lambung, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ni. Teofilin terdapat juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering) 2. Anti inflmasi Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas. Penggunaan anti inflamsi disesuaikan dengan jneis bakteri dan tingkat keparahan penyakit. 3. Penekan sekresi dan edema a. Ekspektoran Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung. b. Dekongestan Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas. Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran. c. Antihistamin Golongan ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton). Di kemasan obat, dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Histamin merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin. Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Efek samping, obat golongan ini bisa menyebabkan mengantuk sehingga bahaya pada saat mau bepergian saat mengendari kendaraan sendiri. d. Kortikosteroid Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis. Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid. e. Antitusif Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan. Tabel 1: panduan memilih obat batuk: Kondisi batuk Komposisi obat Contoh obat Kering (tanpa disertai Antitusif Dekstrometorfan, atau noskapin dahak) Disertai dahak Ekspektoran Bromheksin, gliseril guajakolat (GG, atau guaifenesin), ambroksol, karbosistein, atau ammonium klorida Akibat alergi dan Antihistamin Difenhidramin, klorfeniramin (CTM), disertai dengan doksilamin, feniramin, atau tripolidin hidung meler Disertai dengan napas Dekongestan Fenil propanol amin, efedrin, pseudoefedrin, yang tidak lega etilefedrin, atau fenilefrin Merek obat Actifed DM Benadryl DMP Bisolvon Komix Tabel 2: komposisi beberapa obat batuk Komposisi (golongan) Tripolidin (antihistamin) Pseudoefedrin (dekongestan) Dekstrometorfan (antitusif) Difenhidramin (antihistamin, antitusif) Dektrometorfan (antitusif) Fenilefrin (dekongestan) Ammonium klorida (ekspektoran) Natrium sitrat (ekspektoran) Bromheksin (ekspektoran) Dekstrometorfan (antitusif) CTM (antihistamin) Kalibex Vicks formula 44 Woods Antitussive Woods Expectorant PPA (dekongestan) Ammonium klorida (ekpektoran) Dekstrometorfan (antitusif) Difenhidramin (antihistamin, antitusif) PPA (dekongestan) Dekstrometorfan (antitusif) Doksilamin (antihistamin, antitusif) Dekstrometorfan (antitusif) Difenhidramin (antihistamin, antitusif) Bromhexin (ekspektoran) Guaifenesin (ekspektoran) E. Obat pada penyakit sistem pernafasan 1. Obat Batuk Patofisiologi batuk Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya karena adanya rangsangan pada selaput lendir pernapasan yan terletak di beberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-cabangnya. Reflek tadi berfungsi mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari zat- zat perangsang itu, sehingga merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh. Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran pernapasan, alergi), sebabsebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimia (gas, bau-bauan). Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi virus, misal virus influenza dan bakteri.Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada penyakit tifus, radang paru- paru, tumor saluran pernapasan, dekompensasi jantung, asam atau dapat pula merupakan kebiasaan. Pengobatan Pengobatan batuk pertama- tama hendaknya ditunjukan pada mencari dan mengobati penyebabnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus dibedakan dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk yang non produktif. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari tenggorokan. Maka pada azasnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan. Terhadap batuk demikian, digunakan obat golongan ekspektoransia yang berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan mempermudah pengeluarannya dari saluran nafas. Sebaliknya batuk yang tidak produktif, adalah batuk yang tidak berguna sehinggga harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini digunakan obat golongan pereda batuk, yang berkhasiat menekan rangsangan batuk yang bekerja sentral ataupun perifer. Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi dengan ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, mengandung antihistaminika Promethazine dan Diphenhidramin. Kadang-kadang diperlukan ekspektoransia dan pereda batuk dalam suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi batuk, dan tiap kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak yang kotor. Penggolongan obat batuk Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar : a. Zat-zat yang bekerja sentral Zat-zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek menenangkan. Zat ini terbagi atas : o zat-zat adiktif, yaitu pulvis opii, pulvis doveri dan codein, karena dapat menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati – hati. o zat-zat non adiktif, yaitu noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin, prometazin dan diphenhidramin. b. Zat – zat yang bekerja perifer Obat ini bekerja di luar SSP, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu : o Emolliensia, zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi. Contohnya Syrup Thymi, zat-zat lendir (seperti infus carrageen), akar manis. o Ekspetoransia, zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan mengurangi kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Beberpa jneis zat ini adalah Kalium Iodida, Amonium klorida, Kreosot, Guaiakol, Ipeka dan minyak – minyak atsiri. o Mukolitika, zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak (mengencerkan dahak) dan mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental. Contohnya Asetilkarbosistein, Bromheksin, Mesna, Ambroksol. o Zat-zat pereda, zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensibel di saluran napas. Contohnya oksolamin dan Tipepidin. c. Obat-obat tersendiri o Kreosot Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon di Eropa, mengandung kirakira 70 % Guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat ini mengurangi pengeluaran lendir pada bronchi dan membantu menyembuhkan radang yang kronis, disamping khasiatnya sebagai bakterisida. Berhubung baunya tidak enak dan merangsang mukosa lambung, maka lebih banyak digunakan guaiakol dalam bentuk esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol sulfonat dan gliseril guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol bebas. Kreosot dapat pula digunakan sebagai obat sedotan (inhaler) dengan uap air o Ipecacuanhae Radix Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini mengandung antara lain alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu bersifat emetic, spasmolitik terhadap kejangkejang saluran pernafasan dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronchial. Penggunaan utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk lainnya. o Ammonium klorida Berkhasiat sebagai secretolytic. Biasanya diberikan dalam bentuk sirup, misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaan mual dan muntah karena merangsang lambung. o Kalium Iodida Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak, sehingga banyak digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa gangguan tiroid, jerawat (acne), gatal-gatal (urticaria) dan struma o Minyak terbang Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan terpenten. Berkhasiat mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang (spasmolitika), anti radang, dan bakteriostatistik lemah.Minyak terpenten digunakan sebagai ekspektoransia dengan cara inhalasi, yang dihirup bersama uap air, ternyata amat bermanfaat pada radang cabang tenggorokan. o (f) Liquiritie Radix Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung saponin yaitu sejenis glukosida yang bersifat aktif di permukaan. Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lender dan mempertinggi sekresi zat lendir Tabel 3: macam-macam obat batuk NO. 1. NAMA GENERIK & LATIN Difenhidramin + Amm. Klorida + Na.Sitrat NAMA DAGANG SEDIAAN PABRIK Benadryl Cough Medicine Corsadryl Ikadryl Benadryl DMP Dantusil Syrup Syrup Syrup Parke Davis Corsa Ikapharmindo Parke Davis Dankos Syrup UAP 2. Dextrometorphan HBr + Difenhidramin + Amm. Klorida + Na.Sitrat 3. Dextrometorphan HBr + CTM + Gliseril guaiakolat + Fenilpropanolamin Cosyr 4. Feniramin maleat + Amm. Klorida + Menthol Avil Expectorant Promethazin + Guaiakol ester + Ekstrak Ipeca Promethazin + K-sulfoguaiakolat + Na Sitrat + Tinc. Ipeca + Menthol Phernergan Expectorant Syrup Rhone P Prome Expectorant Syrup New Interbat 7. Dextrometorphan HBr + Difenhidramin + Amm. Klorida + K-sulfoguaiakolat + Na Sitrat Sanadryl Plus Expectorant Syrup Sanber Farma 8. Difenhidramin + Amm. Klorida + Ksulfoguaiakolat + Na Sitrat Sanadryl Expectorant Syrup Sanbe Farma 9. Difenhidramin + Amm. Klorida + Na Sitrat + Menthol Koffex Syrup Dumex 10. Difenhidramin + Amm. Klorida + Menthol Nichodryl Syrup Nicholas 11. Difenhidramin + Gliseril Guaiakolat + Na Sitrat Allerin Syrup UAP 12. CTM + + Gliseril Guaiakolat Cohistan Expectorant Syrup Biomedis 5. 6. Hoechst 2. Obat – Obat Asma, Bronchitis dan Emfisema Paru Pendahuluan Beberapa contoh penyakit saluran pernafasan o Asma bronkhial, adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. o Bronkhitis kronis, yaitu peradangan saluran napas kronis ditandai dengan batuk berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut dan bukan disebabkan oleh penyakit lain. o Emfisema, yaitu pelebaran gelembung-gelembung paru disertai kerusakan dindingnya sehingga beberapa gelembung paru menjadi satu Pencegahan Untuk mencegah timbulnya reaksi antigen-antibody dan serangan penyakit ini antara lain : o asma, adalah menjaga kebersihan (sanitasi) seperti menyingkirkan semua rangsangan luar terutama binatang-binatang peliharaan, rumah harus dibersihkan setiap hari khususnya kasur, sprei dan selimut. Begitu juga faktor aspesifik seperti perubahan suhu, dingin, asap dan kabut harus dihindari. o Berhenti merokok, karena asap rokok dapat menimbulkan bronkokonstriksi dan memperburuk asma. o Fisioterapi, menepuk – nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran sputum, latihan pernapasan dan relaksasi. o Mencegah infeksi primer, dengan vaksinasi influenza. o Pemberian antibiotika pada pasien asma dan bronchitis dengan infeksi bakteri. Pengobatan Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi serangan akut, status asmathicus dan terapi pencegahan. a. Terapi serangan akut Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Sebagai obat pilihan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk suppositoria. Obat pilihan lain ialah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, hanya saja efeknya baru kelihatan setelah kurang lebih 1 jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua ini juga belum memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan Adrenalin i.v. dengan diulangi 2 kali dalam 1 jam. b. Status asmathicus Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari). c. Terapi pencegahan Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol, Ipratropium atau teofillin, bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen. Penggolongan Obat – Obat Asma Berdasarkan mekanismenya, kerja obat-obat asma dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu : a. Antialergika zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. β-2 adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek ini. b. Bronchodilator Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah : c. Adrenergika Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1 (stimulasi jantung). Kelompok β-2mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sefangkan yang bekerja terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dll. d. Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.) Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi. Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi. e. Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat) Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan. f. Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin) Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. g. Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason) Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi. h. Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein) Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan. Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang. Tabel macam-macam obat saluran asma, bronkitis, dan emfisema NO. 1. 2. NAMA GENERIK & LATIN Teofilin Teofilin + Bromheksin HCl NAMA DAGANG Brondilex Bronsolvan 3. Teofilin + Gliseril Guaiakolat Quibron 4. Teofilin + Efedrin HCl 5. Aminofilin 6. 7. Efedrin HCl Salbutamol Sulfat Asmasolon Asmadex Asthma Soho Neo-Napacin Aminophyllinum Phyllocontin Ephedrin HCl Salbuven Salbron Fartolin Ventolin 8. Salbutamol Sulfat + Guaifenesin Fartolin Expectorant 9. Terbutalin Sulfat Bricasma 10. Ketotifen Nortifen Scanditen SEDIAAN Tablet 150 mg, Elixir 50mg/5ml Tiap tablet atau 5 ml syrup : Teofilin 125 mg dan Bromheksin HCl 8 mg Tiap kapsul atau 15 ml elixir : Teofilin 150 mg Gliseril Guaiakolat 90 mg Tiap tablet : Teofilin 130 mg Ephedrin HCl 12,5 mg Ampul 10 ml : 24 mg/ml Tablet : 225 mg Tablet : 25 mg Tablet 4 mg, Syr. 2mg/5ml Tablet 2 mg Tablet 2mg, syr. 2mg/5 ml, inhaler 100 mcg/semprot, nebula, rotacap, rotahaler, rotadisk, diskhaler Tiap tablet : Salbutamol Sulfat 1,2 mg ; Guaifenesin 50 mg Tablet 2,5 mg, Syr. 0,3 mg/ml, turbuhaler, inhaler, aerosol, inhaler dengan nebuhaler, respules Tablet 1 mg PABRIK Biomedis Dankos Bristol Westmon Dexa Medica Soho Konimex Ethica Mahakam Soho Pharos Dankos Fahrenheit Glaxo Smith Fahrenheit Astra Zenecca Otto Tempo S.P.