PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN INFLASI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk) Linda Dwi Oktavia Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRACT This study aims to determine the various factors that affect the company's financial performance. The factors that influence was represented by the SBI Interest Rates, Exchange Rate of Rupiah, and Inflation. While the financial performance of the sampled companies were PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk before and after privatization. Method of data analysis used in this study is the analysis of Multiple Linear Regression and Tests for Two Sample Paired (Paired Sample T-Test). Dependent variable from this research is financial performance (ROA, ROE and NPM) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, and the independent variables of this research is SBI interest rate, exchange rate of rupiah, and inflation. Results of analysis showed that prior to privatization of the company, only partially Interest Rates variables that affect the company's financial performance, while the variable Rupiah Exchange Rate and Inflation does not affect the company's financial performance After privatization the company shows that the partial variable Interest Rates and Inflation effect on corporate financial performance, and only the rupiah exchange variables that do not affect the company's financial performance. Simultaneously on the test before and after the privatization of the company show that among all the independent variables (Interest Rates, Exchange Rate of Rupiah, and Inflation) significantly influence the dependent variable (the company's financial performance). Based on Paired Sample T-Test, there was no significant difference between the company's financial performance before and after privatization. Thus it can be said that privatization does not affect the company's financial performance significantly. Keywords : SBI Interest Rates, Exchange Rate of Rupiah, Inflation, Performance Corporate Finance, Privatization. moneter yang mantap. Pada awal pemerintahan orde baru, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Tetapi dengan terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, perekonomian Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun khususnya pembangunan dalam bidang ekonomi. Untuk mencapai perekonomian yang stabil, maka diperlukan suatu keadaan 1 2 Dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya dengan menaikkan tingkat bunga bank dan mengeluarkan kebijakan pengetatan uang, tetapi ternyata juga tidak mampu mengatasi kemerosotan rupiah terhadap dollar AS yang kemudian memicu laju inflasi hingga tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini berdampak buruk pada iklim investasi yang akhirnya mempengaruhi perkembangan dunia usaha, perbankan dan pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu sumber dana sektor swasta yang diharapkan pemerintah untuk mening katkan investasi dan pertumbuhan ekono mi. Sebagai suatu instrument ekonomi, pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik lingkungan eko nomi maupun lingkungan non ekonomi. Pengaruh lingkungan ekonomi mikro seperti kinerja perusahaan, perubahan strategi perusahaan, pengumuman laporan keuangan atau deviden perusahaan selalu mendapat tanggapan dari pelaku pasar di pasar modal. Selain itu, perubahan ling kungan ekonomi yang terjadi seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan di pasar modal. Meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdampak pada peningkatan bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi menurun. Investasi domestik yang menurun meng akibatkan meningkatnya ketergan tungan usaha domestik pada investor luar negeri yang berarti bahwa terjadi pening katan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Merosotnya kurs rupiah terhadap dollar AS akan memicu terjadinya inflasi, mening katnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profita bilitas suatu perusahaan sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli masyarakat juga menurun. Suku bunga dan inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi pasar modal. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Kebijakan untuk melakukan privatisasi pada TELKOM terjadi pada tahun 2002, privatisasi dipandang sebagai langkah untuk mengurangi intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi yang seharusnya dilaksanakan oleh sektor swasta. Privatisasi diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi perusahaan yang selanjutnya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada penelitian ini, penulis akan membahas bagaimana pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio profitabilitas yaitu dengan menghitung Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) pada saat sebelum dan sesudah privatisasi perusahaan. Dengan demikian, peneliti ingin merumuskan masalah penelitian dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebelum privatisasi periode 2000-2001 ? 2) Bagaimana pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sesudah privatisasi periode 2007-2008 ? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk antara sebelum dan sesudah privatisasi ? 3 2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2004:26) adalah alat bagi manajemen untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan perusahaan yang telah dipercayakan ke padanya. Laporan ini berfungsi untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang di miliki untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang saham sebagai pemilik. 2.2 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio menurut Samsul (2006:143) adalah membandingkan antara unsur-unsur neraca, unsur-unsur laporan laba rugi, unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi, serta rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya. Samsul (2006:143) sesuai dengan kepentingan dan tujuannya membagi golongan-golongan rasio keuangan men jadi dua (2), yaitu untuk mengetahui kekuatan manajemen dan mengetahui kinerja perusahaan. Untuk mengetahui kekuatan manajemen, maka rasio likui ditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas harus dianalisis. Untuk melihat kinerja perusahaan, maka yang dianalisis adalah rasio profitabilitas. Dalam skripsi ini, penulis mela kukan analisis kinerja perusahaan dengan tujuan untuk mencari pengaruh antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penulis hanya akan membahas analisis rasio yang berhubungan yaitu rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba mela lui semua kemampuan dan sumber yang ada. Rasio-rasio profitabilitas yang diper gunakan antara lain : a. Return on Asset (ROA), adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu aset rupiah yang digunakan. ROA = Laba Bersih Total Aktiva b. Return on Equity (ROE), adalah rasio yang berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. ROE = Laba Bersih Rata-rata Ekuitas c. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. NPM = Laba Bersih Penjualan Bersih 2.3 Suku Bunga (Interest Rate) Suku bunga menurut Tajul Khalwaty (2000:145) merupakan instru men konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. 2.4 Kurs (Nilai Tukar Mata Uang) Menurut Sadono Sukirno (2004: 397) kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. 4 2.4 Inflasi Inflasi menurut Ainun Na’im (1995:1) merupakan kecenderungan hargaharga barang dan jasa termasuk faktorfaktor produksi, diukur dengan satuan mata uang, yang semakin menaik secara umum dan terus menerus. 2.5 Privatisasi Privatisasi menurut Mardiasmo (2004:24) merupakan pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja finansialnya dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang. Privatisasi diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi perusahaan yang selanjutnya mendukung partumbuhan ekonomi. 2.6 Kajian Penelitian Sejenis Eliyah ( 2005 ) dengan judul penelitian “Pengaruh Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah serta Inflasi terhadap Harga Saham PT Indosat, Tbk”, menunjukkan bahwa antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas terdapat hubungan yang kuat dan searah. Berdasarkan uji-t diketahui bahwa variabel suku bunga SBI dan kurs rupiah terhadap dollar AS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham PT Indosat, Tbk. Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham PT Indosat, Tbk Berdasarkan uji-F diketahui bahwa ketiga variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham PT Indosat, Tbk Penelitian dari Eliyah tersebut berkaitan dengan penelitian yang ingin dibahas oleh penulis, karena menggunakan variabel independen yang sama, yaitu suku bunga SBI, nilai tukar rupiah serta inflasi. Sedangkan harga saham sebagai variabel dependen yang dipakai oleh Eliyah, meskipun berbeda dengan variabel dependen yang ingin dipakai penulis yaitu kinerja keuangan perusahaan, tetapi harga saham tersebut berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. 2.7 Hipotesis Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu : H1 : Diduga terdapat pengaruh antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk sebe lum privatisasi periode 2000-2001. H2 : Diduga terdapat pengaruh antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk sesu dah privatisasi periode 2007-2008. H3 : Diduga terdapat perbedaan yang signi fikan pada kinerja keuangan PT. Tele komunikasi Indonesia, Tbk antara sebelum dan sesudah privatisasi. 3. METODE PENELITIAN Objek penelitian dalam penyusu nan skripsi ini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.. Pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data mengenai laporan keuangan tahunan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebe lum privatisasi periode Januari 2000 hingga Desember 2001, dan sesudah priva tisasi periode Januari 2007 hingga Desem ber 2008 yang diperoleh dari Pusat Referen si Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, referensi tersebut didapat melalui situs www.idx.co.id. Serta data rasio keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan data mengenai suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi periode Januari 2000 hingga Desember 2001, serta periode Januari 2007 hingga Desember 2008 yang didapat melalui situs www.bi.go.id. 5 Variabel yang penulis gunakan untuk penyusunan skripsi ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) yang dipergunakan adalah suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), nilai tukar rupiah, dan inflasi. Sedangkan Variabel tidak bebas (depen dent variable) yang dipergunakan adalah kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dalam penelitian ini Teknik atau Metode Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uji Asumsi Klasik 1.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multiko linearitas, yaitu adanya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel ter sebut mempunyai persoalan multikoli nearitas dengan variabel bebas lainnya. 1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyim pangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus ter penuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. 1.3 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyim pangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya auto korelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan Uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Angka D –W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D –W dari -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D –W di atas +2 berarti ada autokorelasi positif. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2, X3,…,Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubu ngan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai varia bel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε Dimana : Y a b1,b2,b3 X1,X2,X3 ε = Variabel tidak bebas. = Konstanta = Koefisien regresi. = Variabel bebas. = Error. 3. Uji Hipotesis 3.1 Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) Koefisien determinasi berganda pada dasarnya digunakan untuk mengu kur besarnya kontribusi atau pengaruh variabel bebas terhadap variasi naik turun nya variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berada antara 0 sampai 1 (0≤KD≤1). Karena dalam penelitian ini 6 digunakan lebih dari dua variabel bebas, maka dipergunakan Adjusted R2 (R2 yang disesuaikan). 3.2 Uji Parsial ( Uji-t ) Uji-t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) terhadap variabel dependen (kiner ja keuangan perusahaan) secara individu. 3.3 Uji Serentak ( Uji-F ) Analisis Uji Serentak (Uji-F), digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variabel indepen den (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan). 4. Pengujian Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T-Test) Uji ini digunakan untuk mengeta hui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpa sangan (berhubungan), yaitu sebuah sam pel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi 5%. 4. PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Sebelum Privatisasi 4.1.1 Analisis Uji Asumsi Klasik 4.1.1.1 Uji Multikolinearitas Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen VIF Kesimpulan Suku Bunga SBI 2.686 Ho diterima Nilai Tukar Rupiah 2.822 Ho diterima Inflasi 1.251 Ho diterima Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa seluruh variabel independen mem punyai nilai VIF < 5, yaitu pada variabel suku bunga SBI sebesar 2,686, nilai tukar rupiah sebesar 2,822, dan inflasi sebesar 1,251. Maka kesimpulannya adalah Ho di terima, yang berarti model regresi terse but terhindar dari masalah multiko linearitas, yaitu tidak ditemukannya kore lasi di antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi. 4.1.1.2 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Independen Sig. Kesimpulan Suku Bunga SBI 0.166 Ho diterima Nilai Tukar Rupiah 0.360 Ho diterima Inflasi 0.623 Ho diterima Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Dari hasil uji pada tabel 4.2 diketahui bahwa variabel suku bunga SBI memiliki nilai signifikan 0,166, variabel nilai tukar rupiah memiliki nilai signifi kan sebesar 0,360, dan variabel inflasi memiliki nilai signifikan sebesar 0,623. dari hasil ketiga variabel independen tersebut, seluruh nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat masalah heteros kedastisitas dalam model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain bersifat homogen. 4.1.1.3 Uji Autokorelasi Dari perhitungan dengan menggu nakan SPSS 13.0, nilai Durbin Watson (DW) yang didapat adalah sebesar 0,743, yang berarti bahwa nilai DW tersebut terletak antara -2 sampai dengan +2, sehingga kesimpulan yang didapat untuk 7 model ini adalah tidak ada autokorelasi yaitu tidak ada korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain dalam model regresi. Dengan demikian model regresi yang digunakan dapat diteruskan karena tidak melanggar uji asumsi klasik. 4.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda 4.1.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Pada ROA Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y1 = (0,390)+ 0,864X1+ 0,040X2+(0,187)X3+ε 4.1.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda Pada ROE Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y2 = (2,161)+4,341X1+0,203X2+(0,939)X3+ ε 4.1.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda Pada NPM Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y3 = 0,167+0,155X1+0,007X2+ (0,034)X3 + ε 4.1.3 Uji Hipotesis Tabel 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel t Sig. Kesimpulan Sk. Bunga SBI 4.003 0.001 Ho ditolak Nilai Tukar Rp 0.963 0.347 Inflasi t-tabel Ho diterima -0.337 0.740 Ho diterima 1.714 F-tabel 3.47 F-hitung 20.041 Adjusted R2 0.713 Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Berdasarkan hasil uji-t yang telah dilakukan pada tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa variabel independen yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum privatisasi adalah suku bunga SBI yang menghasilkan p-value sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (atau t-hitung sebesar 4,003 lebih besar dari t-tabel 1,714). Dari hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI ter hadap kinerja keuangan perusahaan sebelum privatisasi. Hal tersebut disebabkan karena suku bunga merupakan salah satu instru men konvensional untuk mengendalikan laju pertumbuhan tingkat inflasi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan menu runnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga variabel suku bunga SBI ber pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eliyah (2005) dan Danu Brata (2007) yang menyimpulkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh terhadap harga saham, harga saham tersebut berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Pada variabel independen lainnya yaitu nilai tukar rupiah dan inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum privatisasi, karena menghasilkan p-value lebih besar dari 0,05. Hal tersebut di sebabkan karena dalam operasional perusahaan, kebutuhan akan pemakaian mata uang asing tidak begitu diperlukan, biasanya setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan menggunakan mata uang rupiah, sehingga variabel nilai tukar rupiah tersebut tidak berpengaruh ter hadap kinerja keuangan perusahaan, dan karena pada tahun 2000 hingga 2001 (periode dalam penelitian sebelum 8 privatisasi) inflasi yang terjadi di Indonesia relatif kecil, sehingga tingkat inflasi yang kecil itu tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil uji-F yang telah dilakukan pada tabel 4.3, diketahui bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (atau F-hitung sebesar 20,041 lebih besar dari F-tabel = 3,47) maka Ho ditolak, yang berarti secara bersamasama terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel independen (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) terhadap variabel dependen (kinerja keu angan perusahaan) sebelum privatisasi. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel independen merupakan faktor penjelas yang nyata bagi variasi dalam variabel independen. Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi (Adj R2). Dari koefisien determinasi (Adj R2) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda yang menunjukkan variasi sumbangan seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Berdasarkan tabel 4.3 dike tahui bahwa koefisien determinasi Adjusted R2 adalah sebesar 0,713. Artinya seluruh variabel bebas (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) mampu menjelaskan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dari variabel tidak bebas (kinerja keuangan perusa haan) sebesar 71,3%. Sedangkan sisanya (100% - 71,3% = 28,7%) mampu dijelas kan oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam model. 4.2 Hasil Analisis Sesudah Privatisasi 4.2.1 Analisis Uji Asumsi Klasik 4.2.1.1 Uji Multikolinearitas Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen VIF Kesimpulan Suku Bunga SBI 3.008 Ho diterima Nilai Tukar Rupiah 2.726 Ho diterima Inflasi 1.576 Ho diterima Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa seluruh variabel independen mempunyai nilai VIF < 5, yaitu pada variabel suku bunga SBI sebesar 3,008, nilai tukar rupiah sebesar 2,726, dan inflasi sebesar 1,576. Maka kesimpu lannya adalah Ho diterima, yang berarti model regresi tersebut terhindar dari masalah multikolinearitas, yaitu tidak ditemukannya korelasi di antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi. 4.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Independen Sig. Kesimpulan Suku Bunga SBI 0.001 Ho ditolak Nilai Tukar Rupiah 0.031 Ho ditolak Inflasi 0.951 Ho diterima Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Dari hasil uji di atas pada tabel 4.5 diketahui bahwa variabel suku bunga SBI memiliki nilai signifikan 0,001, variabel nilai tukar rupiah memiliki nilai signifikan sebesar 0,031, dan variabel inflasi memiliki nilai signifikan sebesar 0,951. Dari hasil ketiga variabel indepen den tersebut, hanya variabel inflasi yang memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan tidak terdapat 9 masalah heteroskedastisitas, yang berarti varians dari error bersifat homogen. Sedangkan variabel suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah memiliki nilai signifi kan lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak, yang berarti terdapat masalah heteroskedastisitas, hal ini menunjukkan bahwa varians dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik. 4.2.1.3 Uji Autokorelasi Dari hasil pengolahan data, nilai Durbin Watson (DW) yang didapat adalah sebesar 0,783, yang berarti bahwa nilai DW tersebut terletak antara -2 sampai dengan +2, sehingga kesimpulan yang didapat untuk model ini adalah tidak ada autokorelasi yaitu tidak ada korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain dalam model regresi. Dengan demikian model regresi yang digunakan dapat diteruskan karena tidak melanggar uji asumsi klasik. 4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda 4.2.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Pada ROA Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y1 = 0,740+1,025X1 +(0,068)X2+(0,862)X3+ ε 4.2.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda Pada ROE Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y2 = 1,415+1,818X1+(0,121)X2 +(1,530)X3+ ε 4.2.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda Pada NPM Didapat bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y3 = 0,871+1,144X1+(0,076)X2+(0,963)X3+ ε 4.2.3 Uji Hipotesis Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Sk. Bunga SBI t Sig. Kesimpulan 2.709 0.014 Ho ditolak Nilai Tukar Rp -1.451 0.162 Inflasi t-tabel F-hitung Ho diterima -7.669 0.000 Ho ditolak 1.714 24.525 F-tabel 3.47 Adjusted R2 0.754 Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Berdasarkan hasil uji-t yang telah dilakukan pada tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa variabel independen yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan sesudah privatisasi adalah suku bunga SBI dan inflasi, dimana suku bunga SBI meng hasilkan p-value sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05 (atau t-hitung sebesar 2,709 lebih besar dari t-tabel 1,714), dan inflasi menghasilkan p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (atau t-hitung sebesar -7,669 lebih kecil dari t-tabel 1,714). Dari hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI dan inflasi terhadap kinerja keuangan peru sahaan sesudah privatisasi. Hal tersebut disebabkan karena suku bunga merupakan salah satu instrumen konvensional untuk mengen dalikan laju pertumbuhan tingkat inflasi, 10 dimana inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusa haan, sehingga variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eliyah (2005) dan Danu Brata (2007) yang menyimpulkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh terhadap harga saham, harga saham tersebut berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Pada tahun 2007 hingga 2008 (periode dalam penelitian sesudah privatisasi) inflasi yang terjadi di Indonesia relatif tinggi (data inflasi bisa dilihat pada lampiran), sehingga tingkat inflasi yang tinggi itu mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pada variabel independen lainnya yaitu nilai tukar rupiah tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan sesudah privatisasi, karena menghasilkan p-value lebih besar dari 0,05. Hal tersebut disebabkan karena dalam operasional perusahaan, kebutuhan akan pemakaian mata uang asing tidak begitu diperlukan, biasanya setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan menggunakan mata uang rupiah, sehing ga variabel nilai tukar rupiah tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil uji-F yang telah dilakukan pada tabel 4.6, diketahui bah wa bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (atau F-hitung sebesar 24,525 lebih besar dari F-tabel = 3,47) maka Ho ditolak, yang berarti secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel inde penden (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) terhadap variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan) sesudah privatisasi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel independen merupakan faktor penjelas yang nyata bagi variasi dalam variabel independen. Koefisien determinasi Adjusted R2 berdasarkan tabel 4.6 adalah sebesar 0,754, artinya seluruh variabel indepen den (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) mampu menjelaskan infor masi yang dibutuhkan untuk mempre diksi variasi dari variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan) sebesar 75,4%. Sedangkan sisanya (100% 75,4% = 24,6%) mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model. 4.3 Analisis Pengujian Dua Sampel Berpasangan ( Paired Sample TTest ) Tabel 4.7 Hasil Paired Sample T-Test Keterangan Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi Rata-rata Kinerja 0.224567 0.226433 Standar Deviasi 0.1333287 0.1004468 Beda rata2 kinerja -0.002 t-hitung -0.036 t-tabel (0.025;5) 2.571 Sig. 0.972 Sumber : data diolah dengan SPSS 13.0 Dari hasil pengujian dua sampel berpasangan pada tabel 4.7 di atas, diperoleh hasil bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan sebelum perusa haan diprivatisasi lebih kecil daripada se sudah perusahaan diprivatisasi, dengan menghasilkan p-value sebesar 0,972 lebih besar dari 0,05 (atau t-hitung sebesar -0,036 lebih besar dari t-tabel sebesar -2,571). Dari hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho 11 diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah private sasi perusahaan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa privatisasi yang dilakukan perusahaan tidak mem pengaruhi kinerja keuangan perusahaan secara signifikan. Hasil tersebut terjadi karena dalam hal ini peneliti memiliki keterba tasan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, rasio profitabilitas yang di pakai oleh peneliti hanya Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) saja, dan keter batasan yang lainnya adalah jangka waktu pengamatan, karena peneliti meng gunakan jangka waktu yang pendek, jangka waktu yang pendek tersebut kurang dapat menggambarkan perubahan kinerja keuangan perusahan secara sig nifikan, karena biasanya perubahan terse but membutuhkan proses atau waktu yang cukup lama. Apabila peneliti meng gunakan rasio profitabilitas yang lainnya seperti Gross Profit Margin (GPM), Earning Per Share (EPS), Payout Ratio (PR), Retention Ratio (RR), Productivity Ratio (PR), serta memperpanjang periode pengamatan, mungkin akan didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang signi fikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengujian statistik sebelum privatisasi perusahaan menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga SBI yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan varia bel nilai tukar rupiah dan variabel in flasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengujian secara serentak menunjukkan bahwa antara se luruh variabel independen (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) ber pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan). 2. Pengujian statistik sesudah privatisasi perusahaan menunjukkan bahwa secara parsial variabel suku bunga SBI dan va riabel inflasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan ha nya variabel nilai tukar rupiah yang ti dak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengujian secara serentak menunjukkan bahwa antara se luruh variabel independen (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan). 3. Pengujian statistik berdasarkan Paired Sample T-Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signi fikan antara kinerja keuangan peru sahaan sebelum privatisasi dan kinerja keuangan perusahaan sesudah priva tisasi. Hasil tersebut terjadi karena dalam hal ini peneliti memiliki keter batasan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dan dalam jangka waktu pengamatan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dihasilkan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Penelitian ini diharapkan dapat diguna kan sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang yang sama yang akan datang untuk dikem bangkan dan diperbaiki, misalnya de ngan memperpanjang periode pengama tan sehingga dapat lebih mencerminkan hasil penelitian. 12 2. Memperluas jangkauan sampel peru sahaan agar tidak hanya terbatas pada satu perusahaan saja, tetapi juga menca kup perusahan-perusahaan lain yang su dah diprivatisasi. 3. Peneliti selanjutnya dapat memper banyak jumlah variabel yang diper gunakan, karena masih banyak variabel lain yang berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan. Inflasi, http://www.bi.go.id/. Khalwaty, Tajul, 2000, Inflasi dan Solusinya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kurs Rupiah, http://www.bi.go.id/. Laporan Keuangan, http://202.155.2.90/ corporate_actions/new_info_jsx/ jenis_ informasi/01_laporan_keuangan/04_Ann ual%20Report. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Yoopi, 2004, Memahami Kurs Valuta Asing, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Brata, Danu, 2007, Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Skripsi Fakultas Ekonomi Universi tas Gunadarma, Jakarta. Chandra Ganda M., Lawrence, 2007, Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Per Sektor Periode Januari 2002 Sampai Dengan Desember 2006, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta. Eliyah, 2005, Pengaruh Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah Serta Inflasi Terhadap Harga Saham (Suatu Studi Kasus Pada PT. Indosat, Tbk), Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta. Darsono dan Ashari, 2004, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ANDI, Yogyakarta. Ika, Syahrir dan Agunan P. Samosir, 2002, Analisis Privatisasi BUMN Dalam Rangka Pembiayaan APBN, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.6, No.4, Jakarta. Mardiasmo, 2004, Akuntansi Publik, ANDI, Yogyakarta. Sektor Na’im, Ainun, 1995, Akuntansi Inflasi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi ke-1, BPFE, Yogyakarta. Nugroho, Bhuono Agung, 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, ANDI, Yogyakarta. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2004, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Samsul, Muhammad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suku Bunga SBI, http://www.bi.go.id/. Usman, Husaini, dan R. Purnomo Setiady Akbar, 2000, Pengantar Statistika, Edisi Satu, Bumi Aksara, Jakarta.