Manajemen rantai pasokan brokoli organik (Studi

advertisement
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
(Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo,Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
WINDY RIWANTI
H34096121
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
WINDY RIWANTI. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi
Kasus : PT Agro Lestari Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Dibawah bimbingan LUKMAN M BAGA).
Salah satu komoditas hortikultura yang potensial adalah sayuran, dimana
komoditas unggulannya adalah brokoli dengan pangsa pasar Indonesia 15-20
persen/tahun. Namun demikian jaminan kualitas, jumlah pasokan kurang dan
pengiriman yang belum tepat waktu merupakan penyebab belum efisiennya
kinerja rantai pasokan brokoli. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada
PT Agro Lestari, (2) menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam
hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan, dan (3) menganalisis alternatif kebijakan
pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai
pasokan.
Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak Jl. Diklat
PLN No. 1 Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di
daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian mengenai manajemen rantai
pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung,
kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Responden dalam
penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro
Lestari, pihak PT X , dan Lotte Mart. Penelitian dilakukan dengan metode analisis
deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN), analisis tataniaga,
dan analisis deskriptif dengan menggunakan kesesuaian atribut.
Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT
Agro Lestari dengan menggunakan kerangka kerja FSCN akan menganalisis
beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai,
sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan.
Sasaran rantai meliputi sasaran pasar, sasaran pengembangan, serta
pengembangan kemitraan. Pasar utama dari produk brokoli organik pada PT Agro
Lestari adalah untuk memenuhi permintaan konsumen pasar modern
(supermarket) dengan karakteristik konsumen yang yang kritis terhadap kualitas
produk yang dihasilkan, sehingga standarisasi kualitas sayuran menjadi hal yang
penting. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik yang ingin dituju
antara lain pelaksanaan kemitraan secara berkesinambungan dalam kerjasama
kemitraan. Pengembangan kemitraan dibangun dengan tujuan agar tercipta
kemitraan yang baik, sehingga akan menjamin ketersediaan brokoli organik dan
mampu memenuhi permintaan yang lebih luas. Pelaku rantai pasokan brokoli
organik yaitu petani PT Agro Lestari, PT X dan supermarket, sedangkan
stakeholders yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang
merupakan perwakilan dari pihak pemerintah daerah yang memiliki kepentingan
terhadap keberlangsungan sektor pertanian di wilayah Cisarua Bogor, karena letak
dari PT Agro Lestari dan petani mitranya berada di wilayah Cisarua Bogor.
Manajemen rantai yang diupayakan oleh pelaku rantai dituangkan dalam
kesepakatan kontraktual. Kesepakatan yang terjalin antara petani dengan PT Agro
Lestari maupun PT Agro Lestari dengan PT X terjalin berdasarkan pada
kepercayaan. Namun, kesepakatan antara PT X dengan supermarket terjalin
dengan adanya kontrak tertulis. Sistem transaksi dilakukan secara tunai antara
petani dengan PT Agro Lestari sedangkan PT Agro Lestari dengan PT X maupun
PT X dengan supermarket menggunakan faktur penjualan. Kolaborasi yang terjadi
selama ini dalam rantai pasokan brokoli organik berada pada tingkatan
cooperative collaboration, karena telah melibatkan interaksi pertukaran informasi.
Namun tingkat kedalaman hubungan kolaborasi antara PT Agro Lestari dengan
PT X masih belum intensif. Hal ini didasari kenyataan bahwa hubungan
kolaborasi meliputi pembinaan serta pembagian risiko belum dilakukan secara
intensif. Sumberdaya rantai berupa lahan yang terus dimanfaatkan potensinya,
sedangkan sumberdaya teknologi sudah memadukan teknologi konvensional dan
modern, untuk sumberdaya manusia sudah cukup mendukung kegiatan produksi.
Hubungan proses bisnis yang tercipta mengarah pada proses pull, yaitu
proses yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen. Posisi tawar dalam
rantai pasokan brokoli organik ini cukup berimbang antara petani dengan PT Agro
Lestari, karena kedua pelaku rantai pasokan saling membutuhkan, sedangkan PT
Agro Lestari memiliki posisi tawar yang lemah dengan PT X. Aliran distribusi
brokoli organik yang didistribusikan langsung kepada supermarket yang sesuai
dengan pesanan yang datang. Aliran informasi yang terjalin terus
dikomunikasikan antar pelaku yang bersumber pada informasi pasar. Informasi
pasar dari konsumen brokoli organik yang disalurkan melalui rantai pasokan ini
telah memiliki merek dagang, yaitu PT X .
PT X memiliki nilai margin tiga kali lebih besar dari petani dan PT Agro
Lestari. Farmer’s share dari petani relatif kecil sebesar 18,75 persen dari harga
jual akhir. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan belum
merata dimana PT X menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan paling besar
dibandingkan pelaku rantai pasok yang lain. Rantai pasokan juga dapat dikatakan
belum efisien karena beberapa komponen biaya tataniaga sebenarnya masih bisa
diminimalisir secara rasional. Dari 11 atribut kemitraan belum seluruhnya
memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan.
Atribut kemitraan yang masih dipersepsikan rendah kinerjanya menurut keempat
pelaku rantai pasok adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan
pemasaran, sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang
baik adalah penerapan standar budidaya dan kualitas produk.
Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan
rantai pasokan brokoli organik antara lain dukungan kredit, trust building,
dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual. Dukungan kredit dan
dukungan pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku
rantai pasokan brokoli organik terutama petani mitra. Trust building ditujukan
agar kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan
secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan supermarket untuk memberikan
dana tunai pada saat transaksai berlangsung dapat menanggulangi risiko secara
adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan.
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
(Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
WINDY RIWANTI
H34096121
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
: MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
(Studi Kasus PT Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat)
Nama
: Windy Riwanti
NIM
: H34096121
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec
NIP. 19640220 198903 1001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Rantai
Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari CibogoKabupaten Bogor,
Jawa Barat)” belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi
manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Windy Riwanti
H34096121
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Windy Riwanti yang dilahirkan di kota Bogor pada
tanggal 22 Februari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara,
sebagai anak kandung dari Bapak Iwan Hadi Siswoyo dan Ibunda Srie Susilawati.
Pada tahun 1992 penulis memulai pendidikan di TK Kemuning selama dua
tahun dan selesai pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar
di SDN Semplak 2 Bogor selama enam tahun dan lulus pada tahun 2000. Penulis
melanjutkan sekolah menengah lanjutan pertama di SLTPN 4 Bogor dan selesai
pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 5
Bogor dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis berhasil diterima di
Program Diploma III Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi ke
Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini ditulis dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Manajemen Rantai
Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten
Bogor, Jawa Barat)“. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan
rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari, menganalisis kinerja rantai
pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan rantai
pasokan, menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai
pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan kita mengenai manajemen rantai pasokan khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
Bogor, Agustus 2011
Windy Riwanti
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukkan dalam proposal penelitian.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
skripsi.
4. Rahmat Yanuar, SP, M. Si selaku dosen perwakilan dari komisi akademik
pada sidang skripsi.
5. Ir. Narni Farmayanti M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik dan
seluruh dosen Departemen Agribisnis.
6. Tri Judadmadji SE, selaku pembimbing lapang sekaligus pemilik PT Agro
Lestari yang telah banyak memberikan masukan, informasi, pengalaman
dan pengetahuan yang sangat besar kepada penulis selama menjalankan
penelitian.
7. Kedua orang tua tercinta dan adik atas segala dorongan, cinta, doa restu,
kasih sayang, dan perhatian serta dukungan moril dan materil yang sangat
berharga.
8. Seluruh karyawan PT Agro Lestari yang telah memberikan informasi dan
pengalamannya serta kerjasama yang baik selama penelitian.
9. Keluarga besar Hadi Siswoyo dan keluarga besar Besar Reksoprojo yang
telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang sangat besar selama
ini dan dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Rory Rifki Andita dan rekan-rekan Ekstensi Agribisnis yang telah
memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Rekan dalam tim bimbingan, atas semangat dan motivasi kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat penulis Sonia Pramita dan Olga Novianti atas motivasi yang telah
diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Demikian kiranya penulis berterima kasih atas bantuan dan kebaikan
Bapak/Ibu dan rekan-rekan.
Bogor, Agustus 2011
Windy Riwanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xvi
I
II
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang .......................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
1
3
7
7
7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
8
2.1
2.2
Kajian Brokoli Organik .........................................................
Manajemen Rantai Pasokan atau
Supply Chain Management ....................................................
8
KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................
17
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................
3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau
Supply Chain Management .........................................
3.1.2 Kemitraan .....................................................................
Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
17
IV METODE PENELITIAN ..............................................................
28
III
3.2
4.1
4.2
4.3
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
Jenis dan Metode Pengumpulan Data ....................................
Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................
4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT. Agro Lestari ..........................................................
4.3.1.1 Sasaran Rantai ................................................
4.3.1.2 Struktur Jaringan ............................................
4.3.1.3 Manajemen Rantai ..........................................
4.3.1.4 Sumberdaya Rantai .........................................
4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai .......................................
4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan .................................
4.3.2.1 Efisiensi Rantai Pasokan .................................
4.3.2.2 Kinerja Kemitraan ...........................................
9
17
22
25
28
28
28
29
29
30
30
31
31
31
31
33
xi
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ......................................
35
5.1
5.2
5.3
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .................................
Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan ..................
Aspek Sumberdaya Perusahaan .............................................
5.3.1 Sumberdaya Fisik ........................................................
5.3.2 Sumberdaya Manusia ..................................................
5.3.3 Sumberdaya Modal .....................................................
Deskripsi Kegiatan Perusahaan Secara Umum.......................
5.4.1 Budidaya Brokoli Organik ..........................................
5.4.2 Kegiatan Pemasaran ....................................................
5.4.3 Pola Kemitraan ............................................................
35
36
36
37
37
38
39
39
42
43
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
44
6.1
45
45
47
48
48
50
51
52
53
53
53
57
60
61
62
62
63
64
64
64
66
67
67
67
67
73
73
75
76
78
79
80
80
5.4
VI
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
Sasaran Rantai .......................................................................
6.1.1 Sasaran pasar ...............................................................
6.1.2 Sasaran Pengembangan ...............................................
Struktur Rantai Pasokan ........................................................
6.2.1 Petani Mitra .................................................................
6.2.2 PT Agro Lestari ...........................................................
6.2.3 PT. X ............................................................................
6.2.4 Supermarket ................................................................
6.2.5 Stakeholder ..................................................................
Manajemen Rantai .................................................................
6.3.1 Pemilihan Mitra ...........................................................
6.3.2 Kesepakatan Kontraktual .............................................
6.3.3 Sistem Transaksi ..........................................................
6.3.4 Dukungan Pemerintah .................................................
6.3.5 Kolaborasi Rantai Pasokan ..........................................
6.3.5.1 Lingkup Kolaborasi .........................................
6.3.5.2 Perencanaan Kolaboratif .................................
6.3.5.3 Trust Building .................................................
Sumberdaya Rantai ................................................................
6.4.1 Sumberdaya Fisik ........................................................
6.4.2 Sumberdaya teknologi .................................................
6.4.3 Sumberdaya Manusia ..................................................
6.4.4 Sumberdaya Modal ......................................................
Proses Bisnis Rantai ..............................................................
6.5.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai ...................................
6.5.2 Pola Distribusi .............................................................
6.5.2.1 Aliran Produk ..................................................
6.5.2.2 Aliran Uang .....................................................
6.5.2.3 Aliran Informasi ..............................................
6.5.3 Keragaan Manajemen Rantai Pasokan ........................
6.5.4 Jaminan Identitas Merek ..............................................
Kinerja Rantai ........................................................................
6.6.1 Kinerja Kemitraan ........................................................
xii
6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra
Brokoli Organik ...............................................
6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat
PT Agro Lestari ...............................................
6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat Parung Farm ....
6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket .....
6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan ...............................................
6.6.2.1 Margin Tataniaga ..............................................
6.6.2.2 Farmer’s Share .................................................
6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan ............
6.7.1 Trust Building ..............................................................
6.7.2 Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah ..............
6.7.3 Kesepakatan Kontraktual .............................................
84
86
87
89
90
92
93
94
94
95
VII KESIMPULAN ...............................................................................
97
7.1 Kesimpulan ...............................................................................
7.2 Saran .........................................................................................
97
98
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
100
LAMPIRAN .............................................................................................
102
81
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009 ..........
1
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis
di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2010 .....................................
2
Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari
pada Tahun 2009-2011 ..............................................................
4
4.
Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga ..
11
5.
Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
Agro Lestari ...............................................................................
32
6.
Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Pada Tahun 2011 ....
38
7.
Kriteria Pemilihan Mitra ...........................................................
57
8.
Penilaian Terhadap Petani, Pengumpul, Supplier, dan Retailer
Dalam Rantai Pasokan ..............................................................
60
9.
Penjualan Brokoli Organik Petani pada Tahun 2007-2010 ........
83
10.
Perbandingan Perolehan Biaya Margin Anggota Rantai
Pasokan Brokoli Organik ...........................................................
83
Perbandingan Perolehan Biaya Tataniaga Anggota Rantai
Pasokan Brokoli Organik ...........................................................
92
Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai
Pasokan Brokoli Organik ...........................................................
92
2.
3.
11.
12.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan ...............................................
18
2.
Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan
(Van Der Vorst, 2005) ...............................................................
20
3.
Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi ........................................
25
4.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .................
27
5.
Struktur Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT Agro Lestari Tahun 2011 .....................................................
48
Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT Agro Lestari ...................................................................................
69
Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT Agro Lestari ...................................................................................
73
8.
Alur Distribusi Produk Rantai Pasokan Brokoli Organik ...................
75
9.
Alur Distribusi Uang Rantai Pasokan Brokoli Organik ......................
76
10.
Alur Distribusi Informasi Rantai Pasokan Brokoli Organik ...............
78
6.
7.
11.
Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT Agro Lestari....................................................................................
78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Perhitungan Margin Tataniaga ....................................................
103
2. Lembar Kuisioner........................................................................
104
2. Dokumentasi Lokasi Penelitian ...................................................
126
xvi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi
yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dilihat pada 2010 dari 108,21 juta penduduk Indonesia yang bekerja, terdapat 38
persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, kontribusi
sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat berdasarkan
besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2008 hasil
sektor pertanian atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp 716.065,3 Milyar
meningkat menjadi Rp 858.252,0 Milyar, pada tahun 2009 mengalami
pertumbuhan sebesar 19,9 persen (BPS, 2009).
Salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura. Hortikultura
menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari
sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Pada tahun 2008-2009,
luas panen sayuran meningkat dari 1201,4 menjadi 1304,3 begitu juga dengan
produksinya yang meningkat dari 10,8 menjadi 11,9 sehingga dapat diketahui
peningkatan produktivitasnya dari 0,0090 menjadi 0,0092. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1 yang menunjukkan
perkembangan luas panen, produksi, dan
produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas
Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009
Luas Panen
(Ribu Ha)
2008
2009
Komoditas
Buah-buahan
Sayuran
Tanaman hias
Biofarmaka
Sumber
Keterangan
Produksi
(Juta Ton)
2008
2009
Produktivitas
(Juta Ton/Ribu Ha)
2008
2009
843,2
880,6
20,1
20,5
0,0239
0,0233
1201,4
1304,3
10,8
11,9
0,0090
0,0092
1,3
1,5
228,9*
295,4*
177,9**
190,8**
23,5
21,2
0,4
0,5
0,0189
0,0214
: Departemen Pertanian,2011 www.deptan.co.id (Diolah)
: * satuan produksi dalam juta tangkai, ** satuan produktivitas dalam juta tangkai/ribu Ha
Seiring
dengan
meningkatnya
tingkat
pendidikan,
kesejahteraan
masyarakat, pola konsumsi dan kesadaran masyarakat akan kesehatan maka
1
masyarakat mulai mengkonsumsi bahan makanan yang bersifat alami. Hal ini
menyebabkan pertanian organik mulai diterapkan dengan didukung adanya
gerakan back to nature. Saat ini, petani menerapkan budidaya sayuran organik
sebagai respon terhadap semakin perlunya kesehatan konsumen dan produsen,
serta sebagai upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan.1
Salah satu produk pertanian yang prospektif untuk dikembangkan di
Indonesia adalah brokoli. Brokoli (Brassica oleracea) adalah sayuran oriental
famili kubis-kubisan yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi.
Pada tahun 2009-2010, luas panen kubis di kota Bogor meningkat dari 25 ha
menjadi 31 ha begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 4.194 kw
menjadi 5.058 kw, namun produktivitasnya menurun dari 167,76 menjadi 163,94.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan luas panen,
produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Kabupaten Bogor.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2010
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Luas Panen
(Ha)
35
17
53
39
25
31
Produksi
(Kw)
5.865
2.846
13.620
8.948
4.194
5.058
Produktivitas
(Kw/Ha)
167,57
167,41
256,98
229,46
167,76
163,94
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)
Brokoli merupakan sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan.
Menurut United States Agency International Development (USAID) chapter Indonesia,
peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat
15-20 persen/tahun. Oleh karena itu hal tersebut menjadi peluang pasar yang strategis,
sehingga perlu diperhatikan peningkatan kualitas, tingkat produk yang ditolak,
peningkatan masa segar, kuantitas dan fleksibilitas pasokan, standar keamanan pangan,
sertifikasi, serta sistem pembayaran.
Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi permintaan yang
meningkat untuk produk sayuran yang salah satunya yaitu brokoli (Dinas
1
Dikutip dari Riza dan Tahjadi. ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/potensipemanfaatan.doc [20 April
2011]
2
Pertanian, 2010) 2. Oleh karena itu, pengembangan terhadap usaha budidaya
brokoli perlu dikembangkan. Namun pengembangan usaha brokoli masih
terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah
pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum
efisiennya kinerja rantai pasokan. Sehingga, Manajemen Rantai Pasokan
memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan
dengan baik.
Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk
mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim,
(3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba. Empat faktor ini perlu
dipertimbangkan dalam menganalisis Manajemen Rantai Pasokan Brokoli
Organik, dan sebagai konsekuensi sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan.
Manajemen Rantai Pasokan merupakan proses penciptaan nilai tambah barang
dan jasa yang berfokus pada efisiensi dari persediaan, aliran kas dan aliran
informasi.
1.2 Rumusan Masalah
PT Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bisnis sayuran organik dan salah satu komoditi unggulanya adalah brokoli
organik. Permintaan untuk brokoli organik sangat tinggi, sedangkan lahan yang
ada sangat terbatas. Permintaan untuk brokoli organik di PT Agro Lestari dapat
dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa brokoli organik
memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan baby
corn dan labu siem sebagai salah satu produk organik di PT Agro Lestari. Oleh
karena itu, perusahaan membutuhkan supply dari petani brokoli organik lain untuk
memenuhi permintaan yang ada.
2
http://www.deptan.go.id. [7 April 2011]
3
Tabel 3. Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari pada Tahun 2009-2011
Tahun
2009
2010
2011
Brokoli/Kg
14.440
17.650
12.850*
Baby Corn/Kg
13.750
10.450
7.850*
Labu Siam/Kg
9.875
12.840
7.500*
Sumber
: PT Agro Lestari
Keterangan : * data sementara
Pada awalnya, permasalahan kualitas dan pemasaran brokoli organik
dialami oleh petani brokoli organik di wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor. Usaha
pertanian di wilayah Cisarua dilakukan secara individual oleh petani baik dalam
hal budidaya hingga pemasaran produk. Kegiatan budidaya berupa pemeliharaan
yang dilakukan oleh para pemilik brokoli organik belum intensif. Hal ini
menyebabkan brokoli yang dihasilkan beragam, yang artinya hasil dari panen
brokoli tidak sama. Terkadang petani melakukan panen dengan masa panen yang
terlalu lama sehingga brokoli organik yang dihasilkan cepat menguning dan
memiliki harga jual yang rendah. Selain itu, petani juga tidak memiliki
pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang
mereka hasilkan. Petani hanya memasarkan produknya di pasar tradisional dengan
tidak melihat kualitas dari produk yang dihasilkan.
Berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap produk yang sehat
untuk dikonsumsi, meningkatkan pamor dari produk organik sendiri. Sehingga
harga dari produk organik lebih tinggi dari harga produk non organik, contohnya
untuk brokoli non organik di petani berkisar antara Rp 3000 - Rp 5000 /kg
3
sedangkan untuk harga brokoli organik di petani berkisar antara Rp 9.000 –
Rp11.000/kg 4. Berdasarkan harga diatas dapat dilihat bahwa harga untuk produk
organik lebih tinggi dari produk non organik. Namun petani yang berada di
wilayah Cisarua hanya menjual brokoli organik dengan harga yang hampir sama
dengan brokoli non organik, yaitu sebesar Rp 6000 – Rp 7000/kg 5. Perbedaan
harga yang signifikan tersebut pada akhirnya mendorong petani untuk
bekerjasama dengan suatu distributor atau perusahaan yang dapat memasarkan
produknya untuk meningkatkan posisi tawar.
3
http://gudangilmu.net/kompas/harga-brokoli-anjlok_6530658H38o_May2011.html [20 April 2011]
Petani mitra PT Agro Lestari [18 April 2011]
5
Petani mitra PT Agro Lestari [18 April 2011]
4
4
Pada tahun 2009, PT Agro Lestari bekerjasama dengan petani brokoli
yang berada di daerah Cisarua. PT Agro Lestari memberikan informasi kepada
petani brokoli organik yang bermitra, mengenai kriteria dari brokoli organik yang
diinginkan. Selain itu, PT Agro Lestari juga memberikan pengarahan mengenai
pola tanam yang sebaiknya dilakukan oleh petani mitra tersebut. Dari kerjasama
yang telah terjalin menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat, yakni bagi
petani dalam hal kepastian pasar dan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya
yaitu sebesar Rp 9.000 – Rp 11.000/kg, sedangkan pihak PT Agro Lestari
mendapatkan kepastian pasokan produk sesuai dengan kualitas yang telah
disepakati. Selain itu, PT Agro Lestari juga melakukan kejasama dengan PT X,
selaku
perusahaan
yang
mendistribusikan
brokoli
organik
tersebut
ke
supermarket. Jadi kerjasama yang dilakukan tidak hanya sebatas mitra jual beli,
namun terdapat juga pertukaran informasi yang terjalin di dalamnya, termasuk
kriteria brokoli yang menjadi keinginan konsumen seperti brokoli yang segar
dengan kemasan yang higienis serta bentuk fisik yang baik (warna brokoli hijau
yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan
bentuk fisik dari bunga brokoli rapat).
Para pelaku usaha brokoli organik yakni petani, PT Agro Lestari, PT X,
dan supermarket selaku penyalur yang langsung menyampaikan brokoli organik
ke konsumen dengan kualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu
berupa brokoli yang segar dengan kemasan yang higienis dan bentuk fisik yang
baik (warna brokoli yang hijau yang artinya tidak kuning atau coklat, batang
pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat). Hal
tersebut dapat dilakukan melalui integrasi, kolaborasi, maupun koordinasi
meliputi seluruh anggota rantai pasokan agar tercipta daya saing komoditas
brokoli organik. Kerjasama pemasaran brokoli organik maupun peningkatan
kualitas yang telah dilakukan merupakan bentuk upaya pengelolaan Manajemen
Rantai Pasokan yang terintegrasi.
Upaya manajemen rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari yang
baru berjalan kurang dari dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala
dan permasalahan. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam rantai pasokan
brokoli organik di PT Agro Lestari yaitu keterbukaan informasi antar pelaku
5
rantai, khususnya antara PT X dengan PT Agro Lestari. PT X tidak memberikan
kejelasan mengenai produk tolakan yang di kirimkan oleh PT Agro Lestari. Hal
tersebut membuat PT Agro Lestari sulit untuk menilai hal apa yang menjadi
penyebab tolakan produk brokoli organik tersebut. Selain itu masalah yang masih
sering terjadi pada rantai pasokan di PT Agro Lestari yaitu berkaitan dengan
komitmen pelaku rantai pasokan serta efesiensi rantai pasokan maupun hambatan
dari segi pemenuhan kriteria produk yang telah ditentukan.
Manajemen Rantai Pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama
(proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari produsen melalui
para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki
nilai tambah bagi konsumen. Setiap pelaku usaha melakukan koordinasi secara
langsung melalui berbagai informasi secara transparan dalam pengambilan
keputusannya yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dengan pencapaian
efisiensi dalam rantai pasokan secara menyeluruh. Konsep Manajemen Rantai
Pasokan dilakukan agar peningkatan daya saing suatu produk tidak hanya
dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga melalui
pengemasan, pemberian merek, efisiensi, transportasi, dan informasi.
Kinerja dari proses pengelolaan rantai pasokan brokoli organik tentunya
juga harus terus dievaluasi agar rantai pasokan tersebut dapat terus berkembang
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnisnya. Evaluasi dari penerapan
MRP tersebut dapat dijadikan landasan bagi perumusan alternatif kebijakan
pengembangan rantai pasokan brokoli organik pada masa yang akan datang.
Berdasarkan uraian masalah dan fenomena yang telah dijabarkan tersebut,
muncul suatu rumusan permasalahan yang menarik untuk dikaji yaitu :
1.
Bagaimana kondisi Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik pada PT
Agro Lestari?
2.
Bagaimana kinerja dari pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan brokoli
organik dari PT Agro Lestari?
3.
Alternatif kebijakan apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan
Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik ?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1.
Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik
pada PT Agro Lestari.
2.
Menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan
pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan.
3.
Menganalisis alternatif kebijakan pengembangan Manajemen Rantai Pasokan
berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yakni :
1.
Sebagai informasi bagi segenap pelaku dalam rantai pasokan brokoli organik
yang meliputi petani, PT Agro Lestari, PT X dan supermarket.
2.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu contoh
penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam pengembangan sektor
hortikultura.
3.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk peningkatan
kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam
sektor agribisnis secara sistematis.
4.
Sebagai suatu referensi bagi berbagai pihak yang berminat terhadap
penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam bidang agribisnis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik ini
terbatas menganalisis empat pelaku rantai pasokan brokoli organik yakni petani
mitra PT Agro Lestari, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Konsumen akhir
tidak dianalisis karena keterbatasan waktu dan biaya. Keberhasilan Manajemen
Rantai Pasokan dilihat dari pelaksanaan elemen dari kerangka kerja FSCN yang
meliputi sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai,
proses bisnis rantai serta kinerja (performa) rantai. Pengukuran performa rantai
pasokan juga terbatas pada performa efisiensi dan kemitraan.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Brokoli Organik
Brokoli (Brassica oleracea L. kelompok Italica) merupakan tanaman
sayuran sub tropis yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae.
Brokoli sebagai grup Italica dan memiliki nama umum lainnya yaitu calibrese,
memiliki morfologi mirip dengan kubis bunga putih (cauliflower). Brokoli
membentuk sejenis kepala bunga yang terdiri dari kuntum-kuntum berwarna hijau
dengan tangkai bunga yang berdaging dan lonjong berdaun lebar. Cabang banyak
dan tangkai bunga muncul dari dasar daun. Brokoli adalah salah satu tanaman
dataran tinggi yang hidup pada ketinggian 650-2000 dpl dengan suhu 18-23ºC.
Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada
periode pembentukan bunga 6. Brokoli cocok ditanam dengan jenis tanah lempung
berpasir tetapi mampu beradaptasi terhadap tanah ringan seperti endosol. Namun
syarat yang paling penting adalah keadaan tanahnya subur, gembur, kaya bahan
organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH tanah adalah 5,5-6,5 dan
pengairannya cukup memadai, sedangkan untuk umur panen brokoli sangat
bervariasi, tergantung varietas atau kultivar yang ditanam (Rukamana, 1994) 7.
Brokoli dapat dibudidayakan dengan sistem pertanian konvensional
maupun sistem pertanian organik. Menurut Pracaya (2009)8, dalam pertanian
konvensional sering digunakan bahan kimia buatan pabrik berupa pupuk, pestisida
sintesis, perangsang tumbuh, antibiotik, dan lain-lain untuk meningkatkan
produksi pangan. Produksi meningkat tetapi di sisi lain terjadi pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan akibat pemakaian produk tersebut. Selain itu,
petani menjadi ketergantungan pada bahan kimia yang berharga mahal dan
kadang langka. Keadaan ini menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi
tinggi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan pertanian organik.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan
kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Adapun pestisida yang digunakan
6
http://www.minggupagi.com [20 April 2011]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20747/4/Chapter%20II.pdf [20 April 2011]
8
Pracaya. 2009. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Salatiga [20 April 2011]
7
8
untuk memberantas hama dan penyakit dapat diganti dengan pestisida organik
yang mudah dalam pembuatannya, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak
meracuni konsumen karena cepat terurai, dan tanamannya mudah diperoleh
(Pracaya, 2009).
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai brokoli,
diantaranya yaitu (Suryani, Emilda. 2010) yang melakukan penelitian tentang
sayuran brokoli pada PT XYZ dan (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan penelitian
tentang sayuran brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.
(Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok brokoli, sedangkan
(Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai
pasokan Brokoli. Kedua penelitian sebelumnya, membahas mengenai rantai pasok
brokoli organik sehingga informasi dari skripsi sebelumnya akan sangat berguna
bagi penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan manajemen rantai
pasokan brokoli organik pada studi kasus PT Agro Lestari Cibogo, Bogor.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
komoditas yang menjadi objek penelitian, dimana penelitian ini hanya meneliti
brokoli organik, sedangkan kedua penelitian sebelumnya meneliti komoditi
brokoli dengan sistem penanaman konvensional. Selain itu perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya juga terkait pada metode penelitian yang
digunakan.
2.2 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management
Kotler (2003)9 mengatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah
pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah
(proses
budidaya),
mentransformasikan
bahan
mentah
tersebut
(penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke
konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Hal
ini tidak jauh berbeda dengan Heizer dan Render (2001), manajemen rantai
pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan,
9
http://gakmesti.wordpress.com/tag/rantai-pasokan/ [7 April 2011]
9
perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Mencakup semua interaksi diantara pemasok, produsen, distributor,
dan pelanggan.
Anatan L (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai
integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan
produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan
karyawan. Melalui rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama
melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan
barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien. Salah satu hal terpenting dalam
manejemen rantai pasokan adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam
aliran material, arus kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen
dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan.
Menurut Jebarus (2001) Manajemen Rantai Pasokan merupakan
pengembangan lebih lanjut dari konsep tataniaga untuk memenuhi permintaan
konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses
aliran produk dari supplier, manufacture, retailer hingga kepada konsumen. Dari
sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir berada dalam satu kesatuan
tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai
elemen tersebut berlangsung secara transparan. Pembahasan mengenai perbedaan
konsep Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga dilihat berdasarkan definisi,
tujuan serta interaksi kedua konsep tersebut. Berdasarkan definisi dari beberapa
pakar, Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan
dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan
mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai.
Sedangkan tataniaga merupakan segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barangbarang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tujuan Manajemen Rantai
Pasokan berdasarkan pendapat para pakar adalah untuk melakukan efektifitas dan
efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya
koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan
kerugian yang cukup besar. Jadi keterbukaan antar rantai sangat dibutuhkan dalam
mencapai tujuan Manajemen Rantai Pasokan. Syarat efisiensi Manajemen Rantai
10
Pasokan yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat pada waktunya
dan sesuai dengan kualitas serta kuantitas yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain
itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara
adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasokan.
Sedangkan tujuan dari tataniaga menurut beberapa pakar yaitu untuk
meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. Syarat
efisiensinya tataniaga yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani
produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. Interaksi yang
terjadi dalam Manajemen Rantai Pasokan memiliki arus bolak-balik antara
anggota rantai pasokan, mulai dari petani hingga konsumen akhir. Sedangkan
interaksi yang terjadi pada konsep tataniaga memiliki arus searah antar anggota
rantai pasokan. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga, dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga
No.
Item
1.
Definisi
2.
Tujuan
3.
Interaksi
Manajemen Rantai
Pasokan
MRP merupakan jaringan
kerja dalam pengadaan dan
penyaluran bahan baku dari
pemasok
hingga
ke
konsumen akhir dengan
mengkordinasikan
arus
barang, arus informasi dan
arus modal antar rantai.
(1)(2)
Untuk melakukan efektifitas
dan efisiensi mulai dari
suppliers, manufacturers,
warehouse dan stores. (4)
Interaksi dari suppliers,
manufacturers, warehouse
dan stores memiliki arus
bolak-balik. (1)(2)
Tataniaga
Tataniaga
adalah
segala
kegiatan yang bersangkut
paut dengan semua aspek
proses yang terletak diantara
fase kegiatan sektor produksi
barang-barang dan jasa-jasa
sampai
kegiatan
sektor
konsumen. (3)
Untuk
meningkatkan
kepuasan konsumen dengan
mengefisiensikan biaya. (5)
Interaksi
dari
suppliers,
manufacturers,
warehouse
dan stores memiliki arus
searah. (1)(2)(4)
Keterangan : (1) Kotler (2003)
(2) Kalakota (2002)
(3) Kamaluddin (2009)
http://kamaluddin86.blogspot.com/2009/06/biaya-dan-margin- pemasaran.html
(4) http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scm-definisi.html
(5) http://www.scribd.com/doc/52915266/ekonomipertanian
11
Beberapa penelitian yang menganalisis mengenai Manajemen Rantai
Pasokan, diantaranya (Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok
brokoli pada PT XYZ, (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menganalisis
Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat dan (Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan
desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura CipanasCianjur, Jawa Barat.
Objek ketiga penelitian tersebut merupakan komoditas hortikultura,
dimana ketiga peneliti tersebut menggunakan komoditi yang potensial. Ketiga
peneliti tersebut sepakat bahwa kualitas produk, kuantitas produk, serta distribusi
produk merupakan hal yang penting untuk kerberlangsungan suatu usaha. Oleh
karena itu (Suryani, Emilda. 2010) (Adinugroho, Brahmantyo. 2009), dan (Asril,
Zikra. 2009 ) menggunakan analisis rantai pasok dalam penelitiannya.
Suryani, Emilda (2010) menganalisis mengenai pemilihan pemasok
brokoli pada PT XYZ. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ dan metode Proses
Hirarki Analitik (PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan sub kriteria yang
dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Sedangkan (Adinugroho,
Brahmantyo. 2010) menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus
Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat menggunakan
metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN) dan
analisis kesesuaian atribut. (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan analisis kondisi
dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura CipanasCianjur, Jawa Barat juga menggunakan alat analisis yang berbeda dari (Suryani,
Emilda. 2010) dan (Adinugroho, Brahmantyo. 2010). Dalam penelitian (Asril,
Zikra. 2009) menggunakan analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain
Operations Reference (SCOR) dan Proses Hirarki Analitik (PHA).
Menurut (Asril, Zikra. 2009), aliran rantai pasokan dalam penelitian ini
dimulai dari petani ke bandar, lalu ke Usaha Dagang (UD) dan Sub Terminal
Agribisnis (STA), selanjutnya dikirim ke retail atau pedagang pengumpul.
Berdasarkan perhitungan alat analisis yang digunakan oleh (Asril, Zikra. 2009),
maka petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat
12
keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapat oleh bandar 20,49 persen
dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Retail memperoleh rasio nilai tambah
yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini
menunjukkan bahwa retail mendapat keuntungan paling tinggi dalam rantai
pasokan brokoli. Tidak jauh berbeda dengan penelitian (Asril, Zikra. 2009), dalam
penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dimulai dari pemasok, kebun perusahaan,
distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Namun untuk penelitian (Suryani,
Emilda. 2010), memfokuskan pada pemilihan pemasok. Menurut (Suryani,
Emilda. 2010) terdapat enam kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih
pemasok yaitu harga, kualitas, ketetapan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran,
reputasi pemasok, dan pelayanan. Untuk sub kriterianya yaitu kesesuaian harga,
memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan
spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu, lead
time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi
pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal,
dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas,
kecepatan respon pesanan dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan
pelanggan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapatkan tiga pemasok brokoli
yaitu pemasok HSL, pemasok AGP, dan pemasok DD. Sedangkan analisis PHA
menunjukkan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran
dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian
sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan
alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok
AGP dengan bobot 0,552.
Aliran rantai pasok dalam penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010),
memiliki persamaan dengan penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dan (Asril, Zikra.
2009), dimulai dari petani sayuran, PT Frida Agro dan supermarket. Namun
dalam penelitian ini, masih terdapat masalah yang mengindikasi bahwa kinerja
rantai pasokan masih belum efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai dari hasil
kesesuaian 12 atribut kinerja yang digunakan.
Sedangkan untuk desain indikator kinerja dalam penelitian (Asril, Zikra.
2009), dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis,
13
tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut
kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari
perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, dan pengiriman. Faktor
peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan risiko. Atribut kinerja
terdiri dari realibility, responsiveness, flexibility/quality, biaya, dan asset.
Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna,
siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, flexibilitas pemenuhan
pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle,
dan iventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang
menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu,
kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead
time pemenuhan pesanan. Pada penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010)
menilai kinerja berdasarkan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Hasil dari
analisis tersebut, menunjukkan bahwa hanya dua atribut dari total 12 atribut
kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan
seluruh pelaku rantai pasokan. Sedangkan untuk penelitian dari (Suryani, Emilda.
2010), tidak mengukur kinerja rantai pasokan.
Dari ketiga skripsi tersebut, peneliti mendapatkan informasi dan referensi
untuk penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan Manajemen
Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010),
penulis mendapatkan informasi mengenai penerapan FSCN di sebuah perusahaan
distributor sayuran, namun pada skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) tidak
menggunakan pengukuran efisiensi kinerja dengan menggunakan analisis marjin
pemasaran dan farmer’s share. Berdasarkan skripsi (Asril, Zikra. 2009), peneliti
memperoleh informasi mengenai pola distribusi dalam Manajemen Rantai
Pasokan yang dikaitkan dengan 12 atribut kemitraan sehingga peneliti
mendapatkan referensi mengenai penggunaan atribut untuk menilai kinerja rantai
pasok. Namun, dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009), lebih membahas tentang
pola distribusi dan performa distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang
dijalankan. Sedangkan dalam penelitian ini, membahas performa dalam efisiensi
kinerja dan kinerja kemitraan. Berdasakan skripsi (Suryani, Emilda. 2010),
14
mendapatkan informasi mengenai pemilihan pemasok, sehingga dapat dijadikan
referensi bagi peneliti dalam memahami kriteria-kriteria pemasok yang baik
dalam Manajemen Rantai Pasokan, namun dalam penelitian (Suryani, Emilda.
2010) tidak menghitung kinerja.
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management
Perubahan yang sangat cepat yang terjadi di dunia bisnis menyebabkan
kompetisi di antara pemain-pemain bisnis menjadi semakin nyata. Peningkatan
tingkat kompetisi tersebut ditandai dengan permintaan yang berfluktuasi,
penurunan tingkat loyalitas konsumen, dan semakin singkatnya siklus hidup
produk. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam menghadapi permasalahan
ketidakpastian tersebut adalah melalui strategi yang dikenal dengan Manajemen
Rantai Pasokan. Di dalam strategi Manajemen Rantai Pasokan, setiap perusahaan
merupakan pemasok sekaligus konsumen dari suatu sistem rantai pasokan
tertentu. Aplikasi Manajemen Rantai Pasokan tersebut dapat memberikan dampak
yang cukup berarti dalam peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk
maupun pada sistem yang dibangun itu sendiri.
Kotler (2003)10 mengatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan adalah
pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah
(proses
budidaya),
mentransformasikan
bahan
mentah
tersebut
(penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke
konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi.
Konsep Manajemen Rantai Pasokan ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas
dimana pengelolaan rantai pasokan ini meliputi bagaimana mengelola proses
mendapatkan bahan mentah, pengalokasian faktor produksi dari supplier,
pengelolaan proses produksi itu sendiri, penggunaan teknologi di dalam proses
produksi, mekanisme pengangkutan barang dan bahan baku, pemasaran melalui
agen-agen distributor, pengelolaan modal, hutang dan piutang perusahaan,
pengelolaan persediaan dalam gudang pemasaran melalui periklanan melalui
media hingga barang tersebut dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen akhir.
Secara umum konsep Manajemen Rantai Pasokan merupakan suatu konsep yang
10
http://gakmesti.wordpress.com/tag/rantai-pasokan/ [7 April 2011]
16
dikembangkan untuk mengelola bagaimana entitas suatu bisnis atau organisasi
bekerja secara bersamaan dan bagaimana pengelolan hubungan suatu bisnis
dengan konsumen dan pemasoknya.
Kalakota (2000)11 mendefinisikan Manajemen Rantai Pasokan adalah
koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang
berpartisipasi.
1) Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang dan pembuangan.
2) Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia
material mentah.
3) Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.
Rantai pasokan merupakan hal yang dinamis dan melibatkan aliran
informasi yang konstan, produk, dan keuangan antar tingkat-tingkat yang berbeda.
Pada kenyataannya, tujuan utama dari berbagai rantai pasokan adalah memenuhi
kebutuhan pelanggan dan dalam proses akan menghasilkan keuntungan bagi
dirinya sendiri. Rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk
atau pasokan dari supplier kepada pembuat produk, distributor, pengecer,
pelanggan sepanjang rantai. Gambar 1. dari tingkat-tingkat rantai pasokan:
11
http://www.scribd.com/doc/31340246/Pengertian-Supply-Chain-Management [6 April 2011]
17
Supplier
Manufacture
Distributor
Retailer
r
Customer
Supplier
Manufacture
Distributor
Retialer
Customer
Supplier
Manufacture
Distributor
Retialer
Customer
Sumber : Ramalhinho ,2009
Gambar 1. Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan
Tiap-tiap tingkat dari rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk,
informasi, dan keuangan. Aliran ini biasanya terjadi secara langsung dan mungkin
diatur oleh satu tingkat atau perantara. Tiap-tiap tingkat tidak ingin ditunjukkan
dalam rantai pasokan. Rancangan rantai pasokan yang tepat tergantung pada
kebutuhan pelanggan dan peran yang dijalankan oleh tiap-tiap tingkat yang
terlibat.
Melihat definisi diatas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan
merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari
pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain
utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan
yang sama. terdapat pemain utama dalam Manajemen Rantai Pasokan
12
. Berikut
ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam rantai pasok :
12
Dikutip dari Ramalhinho http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scmdefinisi.html [6 April 2009]
18
1) Supplier (Chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.
2) Supplier-Manufacturer (Chain 1-2)
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacture
yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan.
3) Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2-3)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,
dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan
pedagang besar dalam jumlah besar.
4) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail (Chain 1-2-3-4)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail
outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil
produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan
kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail-Customer (Chain 1-2-3-4-5).
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain
dalam konteks ini sebagai end-user.
Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai
pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain
Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi
secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan
otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti atau manajer
mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial,
dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai
pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya, dan manajemen,
hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut yang terkait, dalam upaya
untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti peranannya secara
19
jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan,
menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam
FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan
sumber daya rantai. Kerangka analisis Manajemen Rantai Pasokan yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Siapa saja anggota rantai
dan apa peranannya?
Konfigurasi peraturannya?
Sasaran
Rantai
Struktur Rantai
Pasokan
Manajemen
Rantai
Manajemen struktur apa
yang digunakan?
Bagaimana kontraknya?
Struktur Pengelolaannya?
Siapa pelaku bisnis dan
proses apa dalam MRP ?
Bagaimana tingkat integrasi
dari setiap proses?
Proses Bisnis
Rantai
Sumber Daya
Rantai
Kinerja
Rantai
Sumberdaya apa saja
yang digunakan di
setiap proses dalam
rantai
Sumber : Van Der Vorst, 2005
Gambar 2. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan
Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis atau
mengembangkan secara spesifik rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai
kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin
penerapan MRP optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara
jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien
yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan
Djokopranoto, 2002).
Manajemen Rantai Pasokan merupakan sesuatu yang sangat kompleks
sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga
dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan
20
sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi
Manajemen Rantai Pasokan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai
dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini
seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan
dialami dalam implementasi Manajemen Rantai Pasokan yang semakin
menguatkan argumen bahwa implementasi Manajemen Rantai Pasokan memang
membutuhkan dukungan berbagai pihak seperti pada penjelasan Chopra &
Meindl, 2007:
1.
Incerasing Variety of Products
Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini kita lihat
semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat
strategi perusahan yang selalu berfokus pada konsumen (customer oriented). Jika
dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada
customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan
produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment
tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari
masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan
keinginan dari konsumen.
2.
Decreasing Product Life Cycles
Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin
kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur
pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang tertentu
juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran.
3.
Increasingly Demand Customer
Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan
permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut pemenuhan
permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan
bukan produk yang standar (customize).
21
4.
Fragmentation of Supply Chain Ownership
Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang
mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini membuat Supply Chain
Mangement semakin rumit dan kompleks.
5.
Globalization
Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena
pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di
berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.
3.1.2 Kemitraan
Integrasi di dalam sebuah struktur rantai pasokan dilakukan dengan
menjalin kerjasama dan koordinasi antar pelaku rantai pasokan. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk membuat rantai pasokan lebih efektif serta efisien
melalui penciptaan respon yang lebih cepat terhadap permintaan konsumen,
meminimalisir biaya transaksi maupun inventori, serta keterbukaan informasi
diantara pelaku rantai pasokan. Kerjasama dan koordinasi tersebut dapat dibangun
melalui sebuah kemitraan diantara beberapa pihak dalam rantai pasokan.
Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam
upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat
didefinisikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebihdalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi
bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 1999).
Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di
dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara
lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara
kedua belah pihak, dimana hal ini ditunjukan untuk meningkatkan kuantitas
maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat
sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan
22
berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang
terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di
bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangakan dikatakan koordinasi
vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak
pemasaran dengan pihak di luar perusahaan.
Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas
produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta
penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan
yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling
membutuhkan, dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti
partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan
yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara
berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk
mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai
pasokan.
Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan akan sangat menentukan
terciptanya kolaborasi antara anggota rantai. Intensitas kolaborasi secara umum
terbagi atas empat tingkatan yakni: 1) Transactional Collaboration, 2)
Cooperative Collaboration, 3) Coordinated Collaboration, 4) Synchronized
Collaboration (Said et al, 2006). Hubungan yang terjadi dalam transactional
collaboration adalah hubungan dagang biasa yang terbatas pada kegiatan jual beli
suatu produk. Kolaborasi ini bersifat terbatas (limited collaboration) tapi meliputi
banyak hubungan kerjasama. Kolaborasi tersebut juga mendasarkan pemilihan
mitranya pada aspek harga dan tidak menganggap tukar menukar informasi
menjadi hal yang penting.
Pada tingkatan cooperative collaboration, telah terdapat kegiatan saling
memberi informasi walaupun sifatnya tidak mengikat dan sukarela. Informasi
yang diberikan pada tingkatan kolaborasi tersebut misalnya mengenai perkiraan
produksi dan kapasitas pengangkutan dari distributor. Tingkatan coordinated
collaboration merupakan tingkatan yang lebih tinggi karena memiliki aturan
khusus yang mengharuskan mitra dalam rantai pasokan untuk saling bertukar
23
informasi. Kesalahan atau keterlambatan informasi dari salah satu mitra dapat
berdampak pada pemberian denda. Tingkatan tertinggi dari intensitas kolaborasi
adalah synchronized collaboration atau sering juga disebut aliansi strategis. Pada
tingkatan kolaborasi tersebut kedua belah pihak bahkan sudah berbagi risiko
melalui investasi awal.
Rentang kedalaman hubungan dalam kolaborasi meliputi kolaborasi yang
terbatas (limited collaboration) hingga kolaborasi yang intensif (extensive
collaboration). Kedalaman hubungan kolaborasi tersebut dipengaruhi cakupan
aspek kerjasama yang disepakati oleh pihak yang terkait kolaborasi. Frekuensi
hubungan kolaborasi terdiri dari hubungan kerjasama yang banyak (many
relationship) hingga hubungan kerjasama yang sedikit (few relationship).
Frekuensi hubungan kerjasama dalam kolaborasi ditentukan oleh jumlah dan
ragam transaksi yang dihasilkan terkait hubungan kolaborasi, dimana semakin
banyak serta beragamnya transaksi antara pihak yang berkolaborasi maka
hubungan kerjasama dalam kolaborasi tersebut dikategorikan many relationship.
Spektrum kolaborasi yang berada pada situasi few relationship dengan
limited collaboration tidak disarankan untuk membangun hubungan kolaborasi
karena pada dasarnya hubungan ini tidak akan melibatkan transaksi dalam jumlah
besar sehingga dampak dari hasil kolaborasi pun kecil. Pada situasi dimana
kolaborasi yang sangat intensif (extensive collaboration) dengan hubungan
kerjasama yang banyak (many relationship) juga tidak disarankan untuk
melakukan kolaborasi karena akan sangat rumit dalam pengelolaannya. Gambar 3
menggambarkan spektrum kolaborasi dimana masing-masing tingkatan kolaborasi
dipetakan dalam dua dimensi yakni tingkat kedalaman hubungan dan frekuensi
berhubungan.
24
Extensive
Collaboration
Not Viable
Synchronized Collaboration
Coordinated Collaboration
Cooperative Collaboration
Limited
Collaboration
Low Return
Transactional Collaboration
Many Relationship
Few Relationship
Sumber: Said et al (2006)
Gambar 3. Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Perubahan gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi
trend baru masyarakat meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan
kimia non alami. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan permintaan untuk
produk khususnya sayuran organik. Salah satu produk sayuran organik yang
memiliki permintaan yang terus meningkat yaitu komoditas brokoli organik. Di
sisi lain, semakin kritisnya tuntutan konsumen yang diiringi dengan semakin
kuatnya peranan konsumen dalam hal pemilihan kualitas produk. Mulai dari
kesegaran brokoli organik saat sampai ke tangan konsumen, kebersihan, hingga
kemasan produk. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa adanya perubahan
paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan
dan permintaan pasar (consumen driven).
Anggota rantai pasokan brokoli organik yang terdiri dari petani organik,
PT Agro Lestari, dan PT X berupaya untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut
dengan memproduksi, mendistribusi, dan menjual brokoli organik sebagai salah
satu kegiatan bisnisnya. Namun dalam kegiatan usahanya, rantai pasokan brokoli
organik memiliki permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan
pengelolaan rantai pasokan yang belum terorganisir dengan baik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang diusulkan untuk dilakukan adalah
melalui
penetapan
strategi-strategi
guna
menyelesaikan
permasalahan-
permasalahan tersebut.
25
Konsep Manajemen Rantai Pasokan (MRP) yang telah digunakan
bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai
pasokan brokoli organik. Penerapan MRP brokoli organik tersebut bertujuan
untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan melalui pembangunan
komitmen yang transparan dan berkeadilan dalam jangka panjang. Namun, upaya
penerapan MRP yang telah berjalan masih menghadapi berbagai kendala
permasalahan terkait efisiensi rantai pasokan, komitmen anggota rantai pasokan,
maupun perolehan nilai tambah produk yang berbeda pada beberapa pelaku rantai
pasokan. Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen rantai pasokan yang
komprehensif untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan MRP brokoli
organik di PT Agro Lestari. Setelah itu, diperlukan juga suatu analisis untuk
merumuskan kebijakan bagi pengembangan maupun perbaikan dari manajemen
rantai pasokan brokoli organik.
Pengkajian rantai pasokan pada produk brokoli organik membutuhkan
penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis
deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang
dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan
tersebut mengkaji enam aspek yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan,
struktur rantai pasokan, sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis
rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut
diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen
rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. Pembahasan secara spesifik
mengenai performa rantai pasokan yang akan dibahas meliputi performa efisiensi
dan performa kemitraan. Performa efisiensi dari rantai pasokan dianalisis
berdasarkan konsep efisiensi tataniaga dengan menghitung margin tataniaga serta
farmer’s share yang terbentuk. Performa kemitraan akan dievaluasi secara
deskriptif dengan beberapa atribut mengenai kinerja kemitraan.
Informasi mengenai kondisi efisiensi rantai pasokan, kinerja kemitraan
dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang
dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan
alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan brokoli organik. Hasil
26
dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif
pengembangkan manajemen rantai pasokan brokoli organik. Secara singkat
kerangka pemikiran operasional penelitian dapat disajikan pada Gambar 4.
Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan
perubahan paradigma persaingan yang
berorientasi kepada consumer driven
Permintaan terhadap sayuran brokoli
meningkat
Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada
PT Agro Lestari
Kondisi dan Permasalahan Rantai Pasokan (MRP) brokoli
organik pada PT Agro Lestari
Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan Brokoli Organik secara
komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja
Analisis Deskriptif MRP :
1. Sasaran Rantai
2. Struktur Rantai
3. Sumberdaya Rantai
4. Manajemen Rantai
5. Proses Bisnis Rantai
1.
Analisis Kinerja Rantai :
1. Kinerja Kemitraan
Kesesuaian Atribut
2. Kinerja Efisiensi
Kondisi Kinerja Penerapan MRP pada PT Agro Lestari
Rekomendasi Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada PT Agro Lestari
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
27
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak, Jl. Diklat
PLN No. 1, Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di
daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) didasarkan pada kondisi wilayah tersebut yang baik untuk produksi
brokoli organik dan adanya kerjasama dengan PT X sebagai pemasar produk
organik yang telah memiliki sertifikat organik dan telah memiliki kerjasama
kemitraan dengan pihak supermarket yang berada di daerah Jakarta. Penelitian
mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan mulai
bulan Mei hingga Juni 2011.
4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung,
kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Jenis data terbagi
menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari
observasi langsung, kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari
dokumen-dokumen pihak yang terkait dan studi pustaka. Responden dalam
penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro
Lestari, pihak PT X, dan Lotte Mart sebagai perwakilan dari pihak supermarket.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode
analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran
permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai rantai
pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta
alternatif kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam
penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan
brokoli organik yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal
28
kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat
dilakukan.
4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Agro Lestari
Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif
menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food
Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000) yang
kemudian dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Untuk melihat efisiensi
kinerja, maka digunakan metode margin tataniaga serta farmer’s share dan
melihat kinerja kemitraan yang telah ada dengan sebelas atribut kemitraan dan
dijelaskan secara deskriptif.
4.3.1.1 Sasaran Rantai
1) Sasaran Pasar
Sasaran pasar memaparkan tentang bagaimana model suatu rantai pasokan
berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Dalam hal ini, sasaran pasar dapat
menjelaskan mengenai bagaimana berlangsungnya model suatu rantai pasokan
terhadap brokoli organik yang dipasarkan. Tujuan pasar dideskripsikan dengan
jelas, seperti siapa pelanggan produk brokoli organik, apa yang dibutuhkan dan
diinginkan pelanggan. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklarifikasikan ke dalam
upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, optimalisasi rantai, atau
kombinasi diantara tiga hal tersebut.
2) Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan menjelaskan target atau objek dalam rantai
pasokan brokoli organik yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang
terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik
dirancang bersama-sama oleh pelaku rantai yakni petani mitra, PT Agro Lestari
dan PT X. Bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi,
kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana
lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan.
29
4.3.1.2 Struktur Jaringan
Struktur jaringan menjabarkan mengenai anggota atau pihak-pihak yang
terlibat dalam rantai pasokan beserta peranannya masing-masing. Aliran
komoditas mulai dari hulu hingga hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi
dijabarkan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk
kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak.
4.3.1.3 Manajemen Rantai
Manajemen rantai menjelaskan konfigurasi hubungan yang terjadi dalam
jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat
oleh pelaku rantai pasokan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki
dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui pihak mana bertindak sebagai pengatur dan pelaku
utama di dalam rantai pasokan. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak
yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasokan dan memiliki
kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Terdapat beberapa aspek
khusus yang harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP
secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara
lain :
1) Pemilihan Mitra
Dijelaskan mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk, kriteriakriteria apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana
praktek di lapangan.
2) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem Transaksi
Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati
dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang
dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama.
30
3) Kolaborasi Rantai
Dijelaskan mengenai koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan
yang dipaparkan secara lengkap meliputi tindakan kolaboratif, perencanaan
kolaboratif serta proses trust building.
4.3.1.4 Sumberdaya Rantai
Hal yang penting untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat
mendukung upaya pengembangan rantai pasokan yaitu meninjau sumberdaya
yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan. Beberapa komponen yang dapat
dikategorikan sebagai sumberdaya rantai antara lain mencakup aspek sumberdaya
fisik, sumberdaya manusia, teknologi, sistem informasi dan permodalan.
4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai
Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai
pasokan untuk mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasokan yang mapan
dan terintegrasi. Proses bisnis ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis
antara anggota rantai pasokan, pola distribusi (produk, modal, dan informasi),
serta jaminan identitas merek.
4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan
Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya telah
dijelaskan, kemudian menilai rantai pasokan berdasarkan kinerjanya dalam
memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang
terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan brokoli organik menggunakan
beberapa pendekatan yakni terkait kinerja efisiensi rantai pasokan serta kinerja
kemitraan.
4.3.2.1 Kinerja Kemitraan
Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka
pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin
akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan
31
secara terintegrasi. Oleh karena itu, kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan
sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai
pasokan.
Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan brokoli organik
diukur dengan melihat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan terhadap
pelaksanaan kemitraan. Dalam hal ini yaitu petani, PT Agro Lestari, PT X,
supermarket. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian
atribut. Dari nilai atribut yang diperoleh, maka hasilnya dapat dijelaskan secara
deskriptif.
Hasil dari penelitian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut
kemitraan
tersebut
dibandingkan
untuk
kemudian
dilakukan
penarikan
kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah
memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasokan. Sebagai pedoman
pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan.
Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi
nyata terjadi di lapangan. Sebelum menetapkan atribut kemitraan, penulis
mendiskusikan terlebih dahulu dengan pihak PT Agro Lestari
untuk
menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai
meliputi 11 atribut. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat
dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT
Agro Lestari
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Atribut Kemitraan
Komitmen dalam kerjasama
Keterbukaan informasi
Tingkat keuntungan
Akses permodalan
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
Kualitas produk
Penerapan standar budidaya
Tingkat penjualan
Harga jual produk
Penanggungan risiko secara adil
Upaya peningkatan keterampilan
32
4.3.2.2 Efisiensi Rantai Pasokan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari suatu pengelolaan rantai pasokan
secara terintegrasi antara lain agar mampu menjamin produk diterima konsumen
dengan harga yang bersaing, cepat, berkualitas, dan mudah diakses. Salah satu hal
yang dapat dijadikan indikator bagi keberhasilan rantai pasokan brokoli organik
adalah efisiensi biaya disepanjang rantai pasokan, sehingga harga produk di
tingkat konsumen menjadi kompetitif. Oleh karena itu, proses penyaluran produk
brokoli organik dari petani hingga konsumen akhir harus mampu dilakukan
dengan biaya yang efisien. Efisiensi biaya transaksi atau pemasaran di dalam
rantai pasokan brokoli organik tersebut akan meningkatkan profitabilitas rantai
pasokan. Efisiensi tersebut juga berarti bahwa walaupun harga di tingkat
konsumen akhir kompetitif, tetapi setiap pelaku rantai pasokan memperoleh
keuntungan secara wajar sesuai dengan peranannya masing-masing.
Konsep tataniaga pertanian yang digunakan untuk menilai kondisi efisiensi
dalam rantai pasokan brokoli organik meliputi perhitungan margin pemasaran
brokoli organik serta farmer’s share. Marjin tataniaga brokoli organik digunakan
untuk melihat perbedaan harga di berbagai tingkat anggota rantai pasokan yang
terlibat. Perhitungan marjin meliputi beberapa pelaku rantai yakni dari tingkat
petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket. Perhitungan margin diperoleh
dari pengurangan biaya penjualan dengan pembelian pada setiap tingkat anggota
rantai pasokan brokoli organik. Secara matematis hubungan antara marjin
tataniaga yang diperoleh pelaku rantai pasokan dapat dituliskan sebagai berikut :
Mi = Hji – Hbi
Keterangan :
Mi = Marjin tataniaga pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg)
Hji = Harga penjualan brokoli organik pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg)
Hbi = Harga pembelian brokoli organik pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg)
i
= 1,2,3,.....n
33
Bagian yang diterima petani dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir
farmer’s share juga menjadi hal yang dianalisis guna mengetahui kinerja efisiensi
rantai pasokan brokoli organik. Konsumen akhir brokoli organik yang dibahas
adalah pembeli yang membeli brokoli organik di supermarket, sedangkan harga di
tingkat konsumen akhir diasumsikan merupakan harga yang ditetapkan oleh
supermarket. Analisis farmer’s share merupakan analisis yang menggunakan
penyebaran marjin tataniaga yang dapat dilihat berdasarkan bagian yang diperoleh
masing-masing pelaku
rantai
pasok
dengan
keterlibatan
dalam
proses
transpormasi output. Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin
tataniaga, dimana semakin tinggi nilai marjin tataniaga brokoli organik maka nilai
farmer’s share akan semakin rendah. Secara matematis farmer’s share dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
FS
=
FP
x
100%
CP
Keterangan :
FS = Farmer’s share (%)
FP = Harga di tingkat petani (Rp/kg)
CP = Harga di tingkat konsumen akhir (Rp/kg)
34
V Gambaran Umum Perusahaan
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang
bergerak di bidang sayuran organik. Kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan
meliputi budidaya sayuran organik sebanyak dua puluh jenis tanaman dan
distributor sayuran organik untuk perusahaan PT X.
PT Agro Lestari didirikan pada tahun 1983 oleh Tri Judadmadji, SE selaku
pemilik perusahaan. Perusahaan tersebut memulai usahanya di bidang budidaya,
daerah Sukabumi dan sekitarnya. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah
kapolaga lokal, tanaman obat serta rempah-rempah seperti berbagai jenis jahe,
cabai, dan sayuran daun. Selain itu, perusahaan juga mendirikan unit bisnis
lainnya seperti industri pembuatan arang batok kelapa, industri pembuatan
minuman dari bahan baku temulawak dan pengolah asinan jahe.
Tahun 1984 sampai dengan 1996, PT Agro Lestari mengadakan kerjasama
dengan salah satu perusahaan di daerah Tegal yang membuka usaha agrowisata
dan budidaya sayuran istimewa di daerah Guci Lereng Gunung Selamet. Setelah
kembali dari Tegal, PT Agro Lestari memperluas usahanya dengan membuka
agroindustri dan agronomi sayuran istimewa di daerah Sukabumi. Kegiatan
usahanya antara lain pengalengan jamur dan buah-buahan, pembuatan nata de
coco, sayuran sistem semi hidroponik dan usaha beberapa jenis jamur.
Tahun 1999 sampai dengan awal tahun 2007, PT Agro Lestari
mengadakan kerjasama dengan pengusaha dari Korea untuk membudidayakan
sayuran khusus organik. Jenis sayuran yang ditanam meliputi lebih dari dua puluh
jenis tanaman, dan mendatangkan bibit dari Korea. Pada saat itu, PT Agro Lestari
mempunyai lahan tanam kurang lebih lima hektar dengan status lahan milik
pribadi dan lahan sewa, yang tersebar di beberapa daerah antara lain ; Bogor,
Sukabumi dan Leuwiliang. Pada tahun yang sama, PT Agro Lestari memiliki toko
saprotan yang terletak di daerah Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Setelah lepas dari kerjasama dengan pengusaha Korea, PT Agro Lestari
membudidayakan sayuran organik sendiri di Desa Cipari, Kelurahan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dengan lahan sewa seluas dua hektar.
35
Selain budidaya, kegiatan bisnis PT Agro Lestari adalah melakukan kerjasama
dalam bidang pemasaran sayuran organik dengan perusahaan PT X.
Perkenalan PT Agro Lestari dengan PT X, berawal dari informasi para
petani yang menjadi langganan toko saprotan milik PT Agro Lestari. Akhirnya
pada tahun 2010, PT Agro Lestari menutup toko saprotan yang berada di Ciawi
untuk lebih berkonsentrasi menangani bisnis sayuran organik.
5.2 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara
bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian
aktivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut
sampai batas-batas tertentu. Selain itu, struktur organisasi memperlihatkan
hierarki dan susunan kewenangan serta hubungan pelaporan.
Bentuk PT Agro Lestari adalah milik perseorangan dengan Akta Notaris
No. 62/15 Februari tahun 1984, dimana Tri Judadmadji, SE selaku pemilik
perusahaan juga merangkap sebagai pimpinan perusahaan yang membawahi tiga
divisi yaitu :
1) Divisi Budidaya, yaitu bertanggung jawab terhadap proses pembibitan,
penanaman, perawatan hingga saat panen.
2) Divisi Pemasaran, yaitu bertugas melakukan penimbangan dan pengemasan
produk yang telah dipanen serta melaporkan hasil pengemasan kepada
distributor dan manajer keuangan.
3) Divisi Keuangan, yaitu menangani kegiatan keuangan sehari-hari serta
administrasi perusahaan, termasuk mencatat semua jumlah pembelian dan
penjualan. Tugas lainnya adalah membuat laporan laba rugi dan pemasukan
serta pengeluaran uang.
5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan
Umumnya kegiatan produksi membutuhkan berbagai macam sarana
produksi atau barang input atau biasa disebut dengan sumberdaya. Sumberdaya
pada PT Agro Lestari digolongkan menjadi ; sumberdaya alam atau fisik (natural
resources), sumberdaya manusia (labour resources) dan sumberdaya modal
36
(capital resources). Pada usaha yang dijalankannya, perusahaan menggunakan
ketiga sumberdaya tersebut dalam kombinasi jumlah dan kualitas tertentu.
5.3.1 Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi sumberdaya lahan,
serta sarana dan prasarana pendukung. Sumberdaya lahan yang dimiliki
perusahaan terbagi ke dalam dua unit lokasi, yaitu 2,5 hektar di Cisarua dan 1
hektar di Cibogo. Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prasarana produksi
di kebun produksi dan sarana penunjang di kantor. Kantor pusat dan kantor
pemasaran berada di satu tempat yaitu di Diklat PLN Cibogo Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Sarana yang digunakan untuk kegiatan kantor adalah sebagai berikut
komputer, printer, faxsimilie, telepon dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang ada
untuk pemasaran yakni mobil pick up, timbangan duduk, keranjang panen,
gunting, hand wrapper, tempat sortasi, timbangan kecil dan besar, stepler, dan
sarana penunjang lainnya.
5.3.2 Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang digunakan oleh PT Agro Lestari terdiri dari
tenaga kerja inti dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja inti terdiri dari tenaga kerja
terdidik (skilled labour) dan tenaga kerja terlatih (trained labour). Untuk upah
tenaga kerja inti, dibayarkan setiap sebulan sekali, sedangkan untuk tenaga kerja
harian sebesar Rp 20.000,00 per hari.
Perekrutan tenaga kerja yang dilakukan PT Agro Lestari tidak berdasarkan
pendidikan melainkan berdasarkan keahlian, keterampilan, kemauan, kedisiplinan,
kejujuran, dan keuletan yang dimiliki. Tenaga kerja tersebut berasal dari
lingkungan sekitar perusahaan sehingga dengan adanya PT Agro Lestari, dapat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan mengurangi
angka pengangguran di wilayah tersebut. Daftar sumberdaya manusia di PT Agro
Lestari disajikan pada Tabel 6.
37
Tabel 6. Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Pada Tahun 2011
No
A
1.
2.
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Kantor pusat
Tri Judadmadji
Dandy
Divisi Budidaya
Dede
Bejo
Dede
Mamat
Obay
Ugan
Iin
Mumun
Emi
Yeni
Divisi Pemasaran
Dede
Hendar
Obar
Abi
Solah
Bagian
Pendidikan
Direktur utama
Manajer keuangan
Sarjana
Diploma
Penanggung jawab
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
Sumber : Agro Lestari 2011
Berdasarkan Tabel 6, diketahui jumlah sumberdaya manusia di PT Agro
Lestari Tahun 2011 berjumlah 17 orang, pendidikan yang dimiliki oleh setiap
orang sudah cukup proporsional dan menunjang untuk menjalankan setiap
tugasnya.
5.3.3 Sumberdaya Modal
Sumberdaya modal yang diperlukan adalah modal tetap yaitu kantor dan
lahan produksi, sarana dan prasarana pendukung. Sedangkan modal lancar berupa
benih, pupuk, bahan bakar dan bahan penunjang lainnya. Modal perusahaan
berasal dari modal pribadi pemilik dan investor dari pihak keluarga.
Hingga saat ini, PT Agro Lestari belum pernah melakukan pinjaman
modal melalui pihak lembaga keuangan karena modal yang dimiliki sudah cukup
baik dari investor maupun pemilik usaha. Dalam pencatatan dan pembukuan
laporan keuangan di PT Agro Lestari, semuanya dikerjakan melalui komputer
untuk mempermudah proses pengerjaan dan perhitungan secara rinci.
38
5.4 Deskripsi Kegiatan Perusahaan
Aktivitas bisnis pada PT Agro Lestari terdiri atas dua subsistem usaha
yaitu budidaya sayuran organik dan kegiatan pemasok atau distributor sayuran.
Aktivitas bisnis yang dilakukan oleh PT Agro Lestari adalah sebagai berikut ini.
5.4.1 Budidaya Brokoli Organik
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Agro Lestari adalah budidaya sayuran
organik. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan
lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
1) Persiapan Lahan
Kegiatan yang termasuk dalam persiapan lahan adalah kegiatan sanitasi
lahan, pencangkulan, pembentukan bedengan kasar, pemupukan, pengapuran,
pembentukan bedengan halus, dan penyiraman. Kegiatan persemaian dimulai
dengan
menyiapkan
benih,
menyiapkan
media
semai,
perkecambahan,
memindahakan kecambah ke dalam polibag semai, perawatan yang terdiri dari
pengendalian hama, sirkulasi udara, sanitasi dan pemupukan tambahan.
2) Penyemaian benih
Sebelumnya benih brokoli disemai terlebih dahulu. Benih yang digunakan
adalah varietas Green King. Persemaian dilakukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan bibit dan untuk keseragaman sewaktu penanaman di lahan. Lahan
yang digunakan untuk persemaian brokoli sebelumnya dilakukan pembersihan
terlebih dahulu dari rumput-rumput liar yang tumbuh. Selanjutnya tanah diolah
dengan mencangkul sedalam 30 cm sampai gembur. Dilanjutkan dengan membuat
bedengan-bedengan selebar 100-120 cm. Jarak antar bedengan 20-30 cm dan
panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Media semai menggunakan campuran
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang diaduk sampai rata
sehingga tercipta media semai campuran.
3) Penanaman
Kegiatan penanaman dimulai dengan menentukan pola tanam, membuat
lubang tanam, menanam, dan menyiram tanaman. Tanaman brokoli tumbuh baik
39
pada suhu udara 13-24 °C. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman ini 8090 persen. Tanaman brokoli memerlukan curah hujan yang cukup tinggi yaitu
antara 1.000-1.500 cm/tahun. Tanah yang dibutuhkan adalah subur, gembur, kaya
bahan organik dan tidak mudah menggenang seperti pada tanah lempung berpasir
tetapi dapat hidup dengan baik pada tanah jenis andosol, latosol, regosol,
mediteran, dan aluvial. Kisaran keasaman (pH) yang cocok adalah 5,5-6,5. Masa
pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan pelindung
untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan
bibit. Masa pertumbuhan memerlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak
membutuhkan naungan.
Jarak tanam yang dipakai adalah 50 × 50 cm untuk bibit bertajuk lebar dan
45 × 65 cm untuk bibit bertajuk tegak. Waktu tanam terbaik adalah di pagi hari
antara pukul 06.00-09.00 WIB atau sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Penanaman
dilakukan pada bibit yang sudah berumur sekitar satu bulan, atau sudah
mempunyai 3-4 helai daun. Satu lubang ditanami satu bibit. Pemindahan harus
dilakukan secara hati-hati supaya akar atau daunnya tidak rusak.
4) Penyiraman
Pemeliharaan bibit di persemaian, dilakukan dengan penyiraman 1-2 kali
sehari pada pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan saat umur bibit 14 hari atau
saat gulma sudah terlihat. Pemupukan dilakukan ketika umur semaian 14-25 hari
dengan menggunakan pupuk kandang. Pemupukan pada saat penanaman
dilakukan tiga kali atau lebih jika kondisi pertumbuhan tanaman kurang
memuaskan. Pemupukan pertama adalah pemupukan dasar pada saat penanaman.
Pemupukan kedua dilakukan pada saat umur tanaman 10-15 hari setelah tanam.
Pupuk yang digunakan adalah kandang sebanyak 1 kg/bedeng. Pemupukan ketiga
dilakukan setelah berumur 25-30 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk
kandang sebanyak 2 kg/bedeng. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
secara manual, yaitu dengan mencari hama di setiap tanaman dan mengambilnya
dengan menggunakan tangan. Hama yang biasa menyerang tanaman brokoli
diantaranya adalah ulat tanah, ulat gerayak dan ulat plutella. Sedangkan penyakit
yang umum menyerang brokoli antara lain akar bengkak dan busuk batang.
40
Pengendalian hama dan penyakit tanaman brokoli dilakukan jika sudah terdapat
serangan pada tanaman tersebut.
5) Pemanenan
Brokoli yang siap dipanen memiliki massa bunga (curd) yang telah
kompak, berwarna hijau tua dan dalam keadaan rapat. Brokoli dipanen pada umur
60-80 hari, pemanenan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan pisau
untuk memotong pangkal tanaman dan trimming ketika di kebun. Panen brokoli
dilakukan pada pagi hari agar dapat menghindari bobot setelah panen. Panen
dimulai dengan memilih brokoli yang telah siap panen lalu dipotong pada bagian
pangkal dengan menggunakan pisau kemudian dikumpulkan di luar lahan untuk
penanganan lebih lanjut. Panen biasanya dilakukan 2-3 kali dalam satu musim
tanam karena terkait dengan pola panen sortir, yang dilakukan oleh petani. Selang
waktu yang digunakan antar panen adalah dua hari.
6) Pasca Panen
Pasca panen dimulai setelah pemanenan oleh petani dan dilanjutkan
dengan proses pengemasan oleh PT Agro Lestari. Selain itu, keberhasilan
penanganan pasca panen juga tergantung pada pengalaman dan pengetahuan dari
para pelaku pasca panen dan teknologi yang digunakan. Kegiatan pasca panen
terdiri dari:
a. Pembersihan
Pembersihan dilakukan di lahan petani mitra. Petani membersihkan
brokoli dengan menghilangkan kotoran-kotoran tanah di bagian bunga dan batang,
dan setelah itu, dibawa ke PT Agro Lestari. Kegiatan pembersihan brokoli organik
dilakukan dengan memotong bagian-bagian dari brokoli organik yang tidak
dikehendaki untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan penanganan berikutnya.
Aktivitas ini dinamakan trimming. Trimming dilakukan sebelum pencucian untuk
mencegah penyakit akibat pemotongan. Selanjutnya memotong daun-daun di
sekitar bunga (curd) dan memotong batang brokoli sehingga batang brokoli hanya
tersisa sepanjang genggaman tangan. Selama trimming, brokoli kehilangan 50-60
persen bagiannya yang dibuang karena merupakan bagian yang tidak dikonsumsi.
41
b. Pengemasan
Langkah awal mempersiapkan produksi adalah merencanakan produksi
yang berisi mengenai apa dan berapa brokoli yang harus diproduksi dan
menentukan bagaimana teknik budidayanya. Prinsipnya, setiap produk yang akan
dihasilkan oleh perusahaan dirancang agar sesuai dengan selera dan kebutuhan
konsumen di pasar. Hanya dengan cara ini produksi yang dihasilkan dapat
bersaing di pasar dan hal ini mengisyaratkan bahwa rancangan suatu produk
secara berkala harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Proses produksi dalam agribisnis menjadi suatu kegiatan yang sangat
menentukan keberhasilan usaha, kegiatan produksi harus dilakukan secara efisien
dan efektif untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Efektivitas kegiatan
produksi dapat dimulai dari alokasi sumberdaya yang benar, perencanaan proses
produksi yang baik serta implementasinya yang dilakukan dengan baik dan benar.
Efisiensi produksi dapat dicapai dengan melaksanakan rencana dan proses
produksi dengan tepat dan meminimumkan pemborosan selama proses produksi
berlangsung. Pemborosan terdiri dari, pemborosan sarana produksi, waktu dan
tenaga maupun pemborosan karena kehilangan dan kerusakan produk.
5.4.2 Kegiatan Pemasaran
PT Agro Lestari memiliki konsumen setia untuk produk brokoli organik,
yakni supermaeket, hotel dan restoran. Berbagai konsumen tersebut tersebar di
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan pemasaran perusahaan dijalankan oleh
bagian pemasaran yang juga menangani pemasaran sayuran lainnya. Salah satu
tugas dari bagian ini yaitu mencari tahu sayuran apa saja yang harus diproduksi
untuk mengetahui keinginan pasar. Kegiatan pemasaran antara lain :
1. Mengetahui permintaan pasar
2. Menyediakan produk
3. Kegiatan pasca panen yang meliputi trimming, sortir dan gradding.
4. Menimbang dan mengemas produk
5. Melakukan pencatatan dan penjualan pembelian produk
6. Transportasi
42
5.4.3 Pola Kemitraan
PT Agro Lestari membangun kemitraan dengan petani plasma untuk
menambah volume produksinya. Kemitraan ini terjalin dari adanya permohonan
pihak petani untuk bekerja sama dengan PT Agro Lestari. Kerjasama ini
menyangkut kesepakatan kedua belah pihak mengenai kewajiban perusahaan dan
petani plasma.
Manfaat kemitraan bagi petani mitra bekerja sama dengan PT Agro Lestari
antara lain :
1. Memperoleh bimbingan teknis
2. Memperoleh pinjaman baik dalam bentuk sarana dan prasarana produksi
3. Meningkatkan hasil panen
4. Memiliki pasar yang pasti
5. Meningkatkan pendapatan petani yang bekerjasama
43
VI Hasil dan Pembahasan
Salah satu langkah awal yang terpenting dalam melakukan analisis
Manajemen Rantai Pasokan adalah dengan melakukan analisis terhadap model
atau kondisi rantai pasokan yang terjadi. Dari hasil analisis dan evaluasi kondisi
manajemen rantai pasokan tersebut, maka akan dihasilkan berbagai informasi
menyangkut potensi, peluang serta hambatan maupun permasalahan yang terjadi
dalam aliran rantai pasokan suatu produk. Informasi mengenai kondisi
Manajemen Rantai Pasokan kemudian menjadi suatu input bagi perbaikan kinerja
dan pengembangan rantai pasokan.
Saat ini telah berkembang upaya untuk menganalisis rantai pasokan suatu
produk dengan menggunakan berbagai metode yang tentunya disesuaikan dengan
karakteristik produk maupun karakteristik pelaku rantai pasok serta industri.
Pembahasan mengenai model rantai pasokan brokoli organik pada penelitian ini,
akan menggunakan suatu kerangka kerja (framework) berupa analisis rantai
pasokan yang dikembangkan oleh Lambert dan Cooper (2000) yang kemudian di
modifikasi oleh Vorst (2005). Kerangka analisis yang dikembangkan tersebut
adalah Food Supply Chain Networking (FSCN). Kerangka FSCN merupakan
suatu framework yang memungkinkan peneliti maupun manajer suatu perusahaan
untuk dapat mengidentifikasi suatu rantai pasokan secara komprehensif meliputi
berbagai hal seperti deskripsi pelaku rantai dan peranannya, hubungan diantara
pelaku rantai, mekanisme transaksi, dan alokasi sumberdaya.
Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT
Agro Lestari menggunakan kerangka kerja FSCN, yang akan menganalisis
beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai,
sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Hasil
pembahasan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi agenda pembenahan pada
perusahaan agar memiliki kinerja rantai pasokan yang baik, memahami
karakteristik konsumen, menjamin ketersediaan produk dan mutu serta
kontinuitasnya, logistik dan distribusi yang baik, komunikasi dan informasi yang
baik, serta hubungan yang efektif antar pelaku rantai.
44
6.1 Sasaran Rantai
Aspek ini menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam rantai pasokan
brokoli organik yang dilihat dari dua sisi, yaitu sasaran pasar dan sasaran
pengembangan. Sasaran atau tujuan yang ditetapkan tersebut nantinya akan
menjadi acuan apakah rantai pasokan tersebut telah berjalan dengan baik atau
masih perlu diperbaiki.
6.1.1 Sasaran pasar
Pemasaran produk hortikultura khususnya untuk produk brokoli yang
termasuk jenis sayuran, secara umum ditujukan untuk pemenuhan pasar domestik.
Hal tersebut, berkaitan dengan karakteristik produk agribisnis yang umumnya
perishable menjadi suatu hal yang seringkali dipertimbangkan dalam pemasaran
produk agribisnis. Produk agribisnis khususnya sayuran yang lebih mudah rusak
biasanya akan diarahkan bagi pemenuhan pasar lokal, karena pemasaran produk
hortikultura dengan jarak yang relatif jauh akan memerlukan suatu perlakuan
khusus baik itu dalam hal pengemasan maupun transportasinya.
Pergeseran paradigma perdagangan produk pertanian dari konsep product
driven menjadi market driven telah menempatkan konsumen sebagai objek yang
sangat penting. Hal tersebut kemudian membuat para produsen baik itu skala
perusahaan, kelompok tani atau koperasi maupun petani secara individual harus
sangat memperhatikan karakteristik konsumen dan pola permintaan secara lebih
cermat. Posisi pasar atau konsumen di dalam suatu rantai pasokan merupakan
tujuan akhir dari suatu pengelolaan rantai pasokan yang terintegrasi meliputi
berbagai pihak.
Permintaan dan harapan konsumen harus mampu direspon dengan baik
oleh segenap pelaku rantai pasokan agar keinginan konsumen terhadap produk
yang disalurkan tersebut terpenuhi, baik dari segi kuantitas atau ketersediaan,
kualitas produk, waktu penyampaian yang cepat, maupun harga yang terjangkau.
Terpenuhinya permintaan dan keinginan konsumen tersebut pada akhirnya akan
membuat konsumen lebih loyal kepada produk yang dihasilkan oleh suatu rantai
pasokan. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan keunggulan bersaing dari suatu
45
rantai pasokan dibandingkan dengan rantai pasokan lain yang menghasilkan
produk sejenis.
PT Agro Lestari pada dasarnya memiliki keinginan untuk memasarkan
brokoli organik ke seluruh konsumen baik itu konsumen dalam pasar modern,
pasar tradisional, hotel, maupun restoran. Namun tujuan pasar yang ada saat ini
yaitu pasar modern (supermarket) di daerah Jakarta dan sekitarnya melalui
pemasaran dari PT X. PT Agro Lestari memiliki karakteristik konsumen yang
kritis terhadap kualitas produk yang dihasilkan, penilaian konsumen biasanya
pada penampilan fisik dan kesegaran dari brokoli organik itu sendiri. Hal tersebut
yang menyebabkan pentingnya penerapan standarisasi kualitas brokoli organik,
agar brokoli yang diproduksi dapat diterima oleh konsumen. Brokoli organik di
distribusikan ke PT X, setelah itu dilanjutkan ke supermarket yang menjadi tujuan
pasar. Brokoli organik yang masuk ke supermarket haruslah sudah melewati
proses sortir yang ketat oleh pihak perusahaan dan mitra taninya, hal ini dilakukan
agar brokoli organik tersebut sesuai dengan pesanan yang diminta oleh pihak
supermarket.
Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan yaitu terkait dengan
identitas merek dan sistem penjejakan rantai pasokan. Selain itu, keamanan
sebagai produk pangan juga menjadi salah satu perhatian konsumen saat ini.
Karena produk yang dihasilkan oleh PT Agro Lestari merupakan produk brokoli
dengan sistem penanaman organik, maka diperlukan perhatian khusus mengenai
budidaya organik secara benar dan penggunaan bahan-bahan input seperti pupuk
kandang dan lahan yang harus dinyatakan benar organik.
Produk brokoli organik yang dikonsumsi oleh konsumen supermarket
biasanya disajikan secara segar dengan kemasan yang dikemas oleh PT Agro
Lestari. Brokoli yang dibutuhkan konsumen diutamakan brokoli dalam kemasan
higienis, jumlahnya sesuai kebutuhan, tidak layu serta bungannya tidak kuning
dan tampilannya bersih. Oleh karena itu, PT Agro Lestari bersama mitra taninya
memproduksi brokoli organik yang sesuai dengan permintaan konsumen dari
supermarket tersebut.
46
6.1.2 Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan rantai pasokan dapat diartikan sebagai suatu upaya
bersama dari beberapa pihak yang terlibat dalam rantai pasokan untuk secara
spesifik mengembangkan suatu aspek bagi peningkatan kinerja rantai. Upaya yang
dilakukan untuk mengembangkan rantai pasokan tersebut harus yang dianggap
penting bagi peningkatan kinerja rantai serta haruslah dilakukan secara sinergis
melalui koordinasi antar pihak dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan
bahwa tujuan yang ingin dicapai bukan hanya bagi kepentingan beberapa pelaku
sebagai individual melainkan tujuan kolektif dari rantai yang terintegrasi.
Pengembangan rantai pasokan tidak mudah dilakukan karena melibatkan
berbagai pihak dengan kepentingannya masing-masing. Oleh karena itu,
diperlukan suatu sasaran pengembangan yang disepakati secara bersama sehingga
upaya pelaksanaan pencapaian sasaran tersebut akan didukung semua pihak yang
terkait. Pada bidang agrinisnis, sistem pengembangan dengan sasaran bersama
tersebut dapat dilakukan apabila setiap pelaku usaha terkait melihat rantai pasokan
sebagai suatu sistem yang saling tergantung dan mempengaruhi.
Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari yang ingin dituju antara lain menyangkut penguatan rantai pasokan
melalui pelaksanaan kemitraan yang berkesinambungan. Kerjasama kemitraan
ataupun bentuk koordinasi lainnya yang melibatkan pihak petani mitra, PT Agro
Lestari, PT X, supermarket serta beberapa institusi pendukung yang diarahkan
kepada peningkatan kapasitas produksi, insentif melalui bantuan modal dan
pengembangan infrastruktur. Pengelolaan rantai pasokan melalui pelaksanaan
kemitraan petani dengan beberapa institusi pendukung, terutama ditujukan bagi
pengembangan insentif bantuan modal usaha dan pengembangan infrastruktur
berupa pembangunan akses jalan yang mudah untuk dijangkau oleh kendaraan di
daerah sekitar lokasi usaha petani. Pembangunan akses jalan ini bertujuan untuk
memudahkan petani dalam kegiatan produksinya terutama pada kegiatan panen.
Sasaran pengembangan ini sangat membutuhkan peran pemerintah dan lembaga
keuangan dalam mewujudkannya. Infrastruktur seperti akses jalan merupakan
mutlak dikelola oleh pemerintah, oleh karena itu PT Agro Lestari berharap
pemerintah membantu memperbaiki akses jalan di sekitar lokasi usaha petani
47
mitranya, karena akses jalan yang ada saat ini cukup menghambat kegiatan
distribusi yang dilakukan petani kepada PT Agro Lestari dan cukup memakan
waktu. Sedangkan lembaga keuangan seperti bank atau koperasi simpan pinjam
dibutuhkan untuk membantu petani mitra yang membutuhkan bantuan modal.
6.2 Struktur Rantai Pasokan
Struktur rantai pasokan suatu komoditi ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain jumlah pelaku rantai pasokan, karakteristik produk yang dihasilkan,
jarak antara on farm dan pasar (konsumen), serta peranan yang dimiliki oleh
setiap pelaku rantai pasokan. Pembahasan struktur pasokan brokoli organik akan
menjabarkan beberapa anggota rantai pasokan beserta peranannya dalam rantai
pasokan brokoli organik. Anggota rantai pasokan yang dimaksud adalah pelaku
usaha serta beberapa stakeholder terkait. Struktur rantai pasokan brokoli organik
yang terjadi pada PT Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 5.
Petani
Mitra
PT Agro
Lestari
Keterangan :
PT X
Supermarket
Konsumen
Aliran Produk
Aliran uang
Aliran informasi
Gambar 5. Struktur Rantai Pasokan Brokoli Organik Pada PT Agro Lestari Tahun 2011
6.2.1 Petani Mitra
Petani mitra untuk produk brokoli organik merupakan pelaku rantai yang
melakukan kegiatan budidaya brokoli organik, mulai dari pembibitan,
pemeliharaan, serta proses panen. Petani mitra merupakan awal dari rantai
pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. Dalam rantai pasokan, petani
memegang peranan krusial dalam menghasilkan produk dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
48
Pada kegiatan budidaya brokoli organik, petani memanfaatkan semua
potensi lahan pribadi maupun lahan sewa untuk melakukan kegiatan budidaya
brokoli organik. Kegiatan budidaya yang dilakukan menggunakan teknologi
tradisional. Mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanam seperti menyiram dan
lain-lain, pemberantasan hama serta pemanenan yang semuanya dilakukan secara
tradisional dengan mengandalkan sumber daya manusia yang ada.
Dalam teknik budidaya yang dilakukan, tidak jauh berbeda dengan teknik
budidaya sayuran pada umumnya. Namun karena teknik budidaya yang dilakukan
dalam pertanian ini adalah teknik budidaya dengan sistem organik, maka segala
hal yang menjadi input dari kegiatan budidaya ini menjadi suatu hal yang harus
diperhatikan. Seperti pemilihan bibit yang berkualitas, pupuk kandang, air untuk
penyiraman hingga lahan tempat untuk melakukan kegiatan budidaya brokoli
organik. Terutama lahan tempat untuk melakukan kegiatan budidaya, lahan yang
digunakan haruslah lahan yang benar-benar belum tercemar dengan pestisida.
Sebelum menggunakan lahan untuk budidaya, lahan tersebut sebaiknya di berakan
selama satu tahun. Aliran air pun menjadi salah satu perhatian khusus dalam
kegiatan budidaya brokoli dengan sistem pertanian organik. Air yang digunakan
haruslah air yang belum tercemar.
Keahlian budidaya dari petani mitra didapatkan dari pengalaman mereka
sebelumnya. Beberapa dari petani mitra PT Agro Lestari merupakan mantan
karyawan Bina Sarana Bhakti (BSB). Berdasarkan pengalaman mereka berkerja di
BSB tersebut, akhirnya mereka mencoba mandiri mengelola lahan untuk pertanian
organik. Selain dari pengalaman bekerja tersebut, petani mitra pun mendapatkan
pengetahuan mengenai budidaya pertanian dengan sistem organik dari seminarseminar pertanian yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun BSB. Karena
alasan inilah, pihak PT Agro Lestari mudah untuk mempercayai petani-petani
sekitar untuk dijadikan mitranya. PT Agro Lestari pun tidak perlu repot untuk
mengadakan penyuluhan budidaya dengan sistem organik, karena petani mitranya
sudah dapat langsung mengerti cara memproduksi brokoli organik yang diminta
pihak PT Agro Lestari.
Brokoli organik yang dihasilkan petani-petani mitra sebagian dikirim
kepada PT Agro Lestari dan sebagian lagi dikirim kepada BSB ataupun hotel dan
49
restoran. Harga brokoli organik tersebut berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya. Brokoli organik dikirimkan oleh pihak petani kepada PT Agro
Lestari berdasarkan pesanan supermarket, setelah brokoli organik berada di kantor
PT Agro Lestari, brokoli organik tersebut disortir lalu ditimbang. Hasil dari
timbangan brokoli organik yang telah disortir oleh pihak PT Agro Lestari yang
disaksikan oleh petani mitra tersebut merupakan jumlah brokoli organik yang
dibayar oleh PT Agro Lestari sedangkan hasil dari sortiran brokoli organik,
dibawa kembali oleh petani mitra. Namun selama kerjasama ini berlangsung,
brokoli organik yang dibawa oleh petani mitra tidak pernah menyisakan banyak
sortiran. Hal tersebut dikarenakan, petani telah mengetahui kriteria brokoli
organik yang menjadi permintaan PT Agro Lestari. Sehingga brokoli organik
yang dihasilkan petani mitra merupakan brokoli organik yang berkualitas, sesuai
dengan pesanan PT Agro Lestari. Batang dari pohon brokoli organik yang tidak
terlalu panjang (empat genggaman jari) dan bunga yang tidak kuning ataupun
kecoklatan
merupakan
kriteria
brokoli
organik
yang menjadi
pesanan
supermarket.
Kemitraan yang terjalin antara petani dengan PT Agro Lestari lebih dari
sekedar mitra beli. Petani yang menjadi mitra PT Agro Lestari diberikan berbagai
fasilitas berupa informasi jenis bibit yang digunakan untuk menghasilkan brokoli
yang sesuai dengan permintaan, tambahan modal usaha selama PT Agro Lestari
sanggup, serta menjadi rekan dalam berkonsultasi seputar masalah yang ada
dalam kegiatan produksi. Tujuan dari diberikannya berbagai fasilitas ini adalah
untuk dapat meningkatkan kualitas hubungan kemitraan sehingga mempunyai
misi dan visi yang sama dalam kegiatan produksi.
6.2.2 PT Agro Lestari
PT Agro Lestari adalah pelaku rantai pasokan setelah petani mitra. PT
Agro Lestari merupakan pelaku rantai yang mempunyai peran penting dalam
memasarkan produk dari petani mitranya. Para petani mitra berkewajiban
memasarkan hasil panennya kepada PT Agro Lestari dengan harga dan jumlah
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. PT Agro Lestari memiliki
kewajiban untuk memasarkan produk brokoli organik dari petani mitranya kepada
50
pihak PT X dan pihak PT X berkewajiban memasarkan produk brokoli organik
dari PT Agro Lestari kepada supermarket.
Sebelum memasarkan brokoli organik dari petani mitranya, terlebih
dahulu PT Agro Lestari melakukan kegiatan sortir brokoli organik dari panen
petani. Kegiatan ini berupa memilah-milah brokoli organik yang sesuai dengan
pesanan dari pihak PT X yang memasarkan brokoli organik ke supermarket.
Brokoli organik yang sesuai dengan kualifikasi akan di pasarkan ke supermarket,
sedangkan untuk brokoli organik yang tidak masuk kualifikasi akan dikembalikan.
Brokoli organik yang sesuai dengan kualifikasi kemudian dikemas dengan
menggunakan plastik wrapping dan diberikan stiker logo PT X maupun logo
sesuai dengan nama supermarket tersebut, namun tetap mencantumkan nama PT
X sebagai perusahaan yang memproduksi brokoli organik tersebut. Brokoli yang
telah dikemas kemudian didistribusikan ke tempat tujuan, untuk brokoli organik
yang sesuai dengan pesanan diambil oleh PT X setiap sore hari kecuali hari
minggu.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Agro Lestari dalam kerangka rantai
pasokan brokoli organik ini secara ringkasnya antara lain pembelian brokoli
organik dari petani mitranya, sortasi, distribusi, penjualan kepada PT X, dan
melakukan pelayanan kepada petani mitranya. PT Agro Lestari merupakan pihak
yang menanggung risiko untuk penjualan yang dikembalikan oleh pihak PT X.
Pengembalian brokoli organik dilakukan bila brokoli organik yang dihasilkan
dinilai oleh PT X tidak sesuai dengan pesanan dari supermarket atau dinilai tidak
layak, yang rata-rata rusak pada saat perjalanan menuju lokasi.
6.2.3 PT X
Pelaku rantai setelah PT Agro Lestari adalah PT X. PT X merupakan
distributor untuk memasarkan produk brokoli organik dari PT Agro Lestari ke
supermarket. PT X juga melakukan kegiatan sortir produk dari PT Agro Lestari.
PT X menyimpan barang di gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan ciller
(pendingin) yang mengelilingi gudang penyimpanan milik PT X.
Pihak PT X merupakan pihak yang menerima kritik dari supermarket,
selain itu PT X juga pihak yang menerima pesanan langsung dari supermarket. PT
51
X telah melakukan kesepakatan dengan supermarket mengenai kualifikasikualifikasi brokoli organik yang diminta oleh supermarket dan kesepakatan harga
yang berbeda-berbeda untuk setiap supermarket. Penetapan harga antara PT X
dengan supermarket tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak.
6.2.4 Supermarket
Pelaku rantai setelah PT X adalah supermarket. Supermarket yang menjadi
tujuan pasar brokoli organik dari PT Agro Lestari, yaitu supermarket yang berada
di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan karakteristik produk
agribisnis yang bersifat perishable, sehingga tidak dapat menempuh jarak yang
jauh. Supermarket yang menjadi langganan dari PT X yaitu Carrefour, Giant,
Foodmart, Superindo, Lotte Mart, dan Sogo. Namun dari keenam supermarket
tersebut, Lotte Mart merupakan salah satu supermarket yang memiliki jumlah
pesanan lebih banyak dari pesanan supermarket lainnya.
Supermarket menjalankan kegiatan sortir produk yang datang dari PT X
dan penjualan ke konsumen akhir. Kegiatan sortir dilakukan untuk menjamin
brokoli organik yang akan dijual kepada konsumen akhir masih dalam mutu yang
baik. Kegiatan sortir ini dilakukan pada saat proses bongkar muat barang pada
supermarket, proses ini dilakukan pada saat PT X tiba di lokasi gudang
penyimpanan supermarket. Setelah sortir dilakukan, brokoli organik kemudian
ditimbang agar sesuai dengan pesanan dan kemudian dimasukkan ke dalam lemari
pendingin yang ada di dalam tempat penyimpanan brokoli organik. Keesokan
harinya, sebelum brokoli organik dimasukkan ke dalam pendingin yang ada di
ruang penjualan brokoli organik, brokoli organik yang telah dikemas diberi label
harga terlebih dahulu.
Pihak supermarket merupakan pihak pertama yang menerima keluhan dan
saran dari konsumen akhir tentang brokoli organik yang dijual oleh mereka,
berbagai keluhan dan saran ini kemudian diteruskan kepada PT X dan dilanjutkan
lagi kepada PT Agro Lestari sebagai penyedia brokoli organik. Setelah informasi
tersebut sampai ke PT Agro Lestari, pihak PT Agro Lestari kemudian melakukan
evaluasi dengan para petani mitranya dan mencari solusi bersama-sama agar
permintaan konsumen dapat terpenuhi.
52
6.2.5 Stakeholder
Stakeholders (supporting actors) merupakan beberapa pihak atau
organisasi selain pelaku anggota rantai pasok yang memiliki kepentingan dan
berfungsi sebagai pihak yang mendukung keberlangsungan rantai pasokan. Pada
sistem agribisnis, stakeholders rantai pasokan dapat dikategorikan sebagai
subsistem layanan pendukung dari suatu sistem yang terintegrasi. Layanan
pendukung dalam sistem agribisnis tersebut dapat berupa lembaga keuangan,
lembaga riset maupun lembaga pendidikan yang memberikan pembinaan terhadap
anggota sistem agribisnis. Institusi yang menjadi layanan pendukung dalam rantai
pasokan brokoli organik yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Dinas Pertanian dn Kehutanan Kabupaten Bogor merupakan perwakilan
dari
pihak
pemerintah
daerah
yang
memiliki
kepentingan
terhadap
keberlangsungan sektor pertanian di wilayah Cisarua Bogor, karena letak dari PT
Agro Lestari dan petani mitranya berada di wilayah Cisarua Bogor. Dinas
pertanian memiliki peranan dalam rantai pasokan brokoli organik, yakni sebagai
layanan pendukung berupa pembinaan atau penyuluhan kegiatan budidaya brokoli
organik. Salah satu kegiatannya yaitu penyelenggaraan seminar mengenai
budidaya organik yang diikuti oleh beberapa petani mitra dari PT Agro Lestari.
6.3 Manajemen Rantai
Manajemen Rantai merupakan sebuah „proses payung‟ dimana produk
diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Dalam
manajemen rantai, terdapat hubungan yang mempertahankan organisasi dengan
rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan
kepada konsumen. Manajemen rantai terdiri dari struktur manajemen, pemilihan
mitra, kesepakatan kontraktual, sistem transaksi, dukungan kebijakan dan
permodalan.
6.3.1 Pemilihan Mitra
Pemilihan mitra merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan
kegiatan rantai pasokan. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan brokoli organik
bertujuan
untuk
menjamin
terciptanya
jalinan
kerjasama
yang
saling
53
menguntungkan. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan berkaitan erat dengan
kriteria pemilihan dan proses pengambilan keputusan berdasarkan informasi.
Pihak yang dijadikan mitra dalam rantai pasokan setidaknya harus memenuhi
prasyarat yang ditentukan oleh pihak lainnya. Tabel 7 menjelaskan ktriteriakriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan mitra. Pemilihan mitra dalam
rantai pasokan brokoli organik antara lain meliputi pemilihan mitra petani brokoli
organik, pemilihan mitra pengumpul (PT Agro Lestari), pemilihan mitra
distributor (PT X), pemilihan retailer (supermarket).
Aspek yang sangat berpengaruh dalam pemilihan petani brokoli organik
sebagai mitra adalah kemampuan dan pengetahuan petani dalam menghasilkan
brokoli organik dengan kualitas yang baik, kemampuan petani dalam menepati
waktu pengiriman brokoli organik yang sesuai dengan pesanan dan kemampuan
petani dalam berkompromi, serta dapat dipercaya. Selain kemampuan tersebut, PT
Agro Lestari juga menilai kelayakan petani yang dijadikan mitranya. Kelayakan
yang dinilai oleh PT Agro Lestari terutama terkait dengan kepemilihan lahan yang
harus benar organik, kemampuan produksi serta metode budidaya yang
menggunakan sistem pertanian organik. Kemampuan dan penilaian kelayakan
petani dinilai oleh PT Agro Lestari pada saat mereka hanya sebatas mitra jualbeli, karena seringnya berinteraksi antara petani dengan pihak PT Agro Lestari,
maka pihak PT Agro Lestari mulai mengenal petani-petani yang menjadi mitra
jual-belinya. Selain itu, beberapa mitra petani yang ada saat ini merupakan petani
didikan dari PT Agro Lestari langsung, serta petani yang telah lama bekerja di
Bina Sarana Bhakti (BSB), sehingga PT Agro Lestari telah mengetahui
kemampuan yang dimiliki petani tersebut. Seiring dengan berkembangnya usaha
dari PT Agro Lestari, maka mulailah dibutuhkan petani-petani yang sanggup dan
mau bekerjasama menjadi mitra dalam memenuhi permintaan brokoli organik,
maka petani dengan penilaian kemampuan dan kelayakan seperti itulah yang
dijadikan ukuran oleh PT Agro Lestari dalam menentukan mitranya.
Bagi petani brokoli organik, tidak terdapat kriteria khusus dalam memilih
mitra untuk memasarkan hasil panennya. Sebagian besar dari petani mitra
tersebut, merasa memiliki keuntungan dengan bermitra. Dengan bermitra, maka
posisi tawar dari petani tersebut dapat meningkat dibandingkan dengan
54
memasarkan sendiri produknya di pasaran. Secara umum, petani menginginkan
penyalur yaitu persediaan bersedia membeli hasil panen brokoli organik dengan
harga tertinggi, bersedia memberikan bantuan pinjaman, bersedia berbagi
informasi pasar yang akan dituju dan kesanggupan dalam menyediakan dana tunai
pada saat transaksi. Dalam prakteknya, PT Agro Lestari sudah dan terus berusaha
menyanggupi semua keinginan petani mitranya, bahkan PT Agro Lestari juga
bersedia untuk berkonsultasi seputar permasalahan yang ada di lahan dengan
petani mitranya. Namun untuk masalah pembayaran, terkadang masih terjadi
keterlambatan pembayaran. Hal tersebut dikarenakan pembayaran oleh PT X
dilakukan sebulan sekali sehingga PT Agro Lestari tidak dapat membayar
langsung kepada petani.
Pihak PT Agro Lestari juga memiliki kriteria dalam memilih mitra
distributor untuk memasarkan brokoli organik dari petani mitranya. Pemilihan PT
X sebagai distributor untuk brokoli organik dikarenakan atas beberapa
pertimbangan. Pertimbangan dalam memilih PT X yaitu kredibilitas dari
perusahaan tersebut dalam bidang distribusi produk agribisnis yang telah
terpercaya, transparasi informasi mengenai pasar, serta komitmen dalam
keberlanjutan kerjasama dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, pembiayaan
untuk sertifikat organik dan harga yang sesuai dengan harapan perusahaan juga
menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan mitra usaha. Penentuan harga
brokoli organik ditujukan untuk menjaga posisi tawar serta mendistribusikan
keuntungan dan manfaat kemitraan secara adil kepada petani mitranya.
Pihak PT X selaku distributor brokoli organik dari PT Agro Lestari juga
memiliki kriteria khusus dalam menentukan pengumpul brokoli organik. Kriteria
mitra yang dari PT X yaitu pengumpul yang dapat mengumpulkan brokoli organik
dari para petani organik yang dapat memenuhi standar kriteria produk yang telah
ditetapkan oleh PT X dan mampu memenuhi pesanan. Hal tersebut dilakukan,
untuk menjaga kualitas brokoli organik yang diinginkan konsumen dan menjaga
nama baik perusahaan sebagai distributor produk agribisnis. Selain penentuan
kriteria bagi perusahaan pengumpul, PT X juga memiliki beberapa kriteria dalam
memilih mitra perusahaan retailer (supermarket). Setidaknya terdapat empat buah
prasyarat penting yang menjadi kriteria dalam pemilihan mitra retailer, yakni
55
penentuan harga brokoli organik yang menguntungkan, transparasi informasi,
komitmen dalam berkelanjutan kerjasama, dan birokrasi yang tidak berbelit-belit.
Penentuan harga brokoli dan transparasi informasi ditujukan untuk menjaga posisi
tawar serta mendistribusikan keuntungan kepada rantai pasoknya. Komitmen
dalam keberlanjutan kerjasama ditujukan kepada pembentukan kemitraan yang
berkesinambungan
sehingga
menjaga
kerjasama
yang
menguntungkan.
Sedangkan birokrasi yang tidak berbelit-belit ditujukan agar dalam kegiatan
transaksi tidak akan memakan waktu yang cukup lama, sehingga menghemat
waktu dalam prosesnya. Karena dalam satu hari, PT X mensuplai brokoli organik
ke beberapa supermarket yang berbeda lokasinya, maka waktu sangat dibutuhkan
dalam proses distribusi brokoli organik.
Pihak supermarket sebagai pelaku rantai pasokan brokoli organik sebelum
sampai ke tangan konsumen juga memiliki kriteria tertentu dalam memilih mitra
pemasoknya. Kriteria utama dari pemilihan pemasok brokoli organik ke
supermarket antara lain terkait dengan kemampuan pemasok dalam menghasilkan
brokoli berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir, sanggup
mensuplai tepat waktu dan tepat jumlah, berkomitmen dalam bekerjasama dan
mempunyai reputasi yang baik sebagai penghasil brokoli organik. Aspek kualitas
brokoli organik yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir menjadi hal yang
sangat diperhatikan, mengingat konsumen yang datang berbelanja ke supermarket
sangat memperhatikan penampilan brokoli organik. Hal tersebut diperhatikan
konsumen karena terkait dengan kebutuhan.
56
Tabel 7. Kriteria Pemilihan Mitra
Petani
1. Memproduksi produk yang sesuai
dengan kualitas yang diinginkan.
2. Mampu mengirim produk tepat
waktu.
3. Sanggup mensuplai secara continue
4. Sanggup bertanggung jawab dan
mematuhi kesepakatan sebelumnya
Agen
1. Memiliki reputasi yang baik.
2. Memiliki data keuangan yang baik.
3. Memiliki performa penjualan yang
baik.
4. Memiliki fasilitas yang memadai.
5. Memiliki metode pemasaran yang
baik.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Perusahaan
Memproduksi produk yang berkualitas.
Mampu mengirim produk tepat waktu.
Sanggup mensupplai secara continue.
Sanggup menerima penolakan produk
akibat adanya kerusakan.
Memiliki sistem pemesanan yang
efektif.
Ritel
Memiliki reputasi yang baik.
Memiliki performa penjualan yang
baik.
Memiliki fasilitas penjualan yang baik
Terletak di lokasi yang strategis.
6.3.2 Kesepakatan Kontraktual
Pengelolaan rantai secara terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak
membutuhkan suatu kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama tersebut
merupakan komitmen yang kemudian dituangkan dalam bentuk kontrak
kerjasama diantara pelaku rantai pasokan brokoli organik. Proses penyusunan
kerjasama antara pelaku rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari
diawali dari keinginan pihak PT Agro Lestari untuk memenuhi kebutuhan
konsumen agar mampu bersaing dengan produsen brokoli organik yang lainnya
dan mampu memenuhi keuntungan bersama antara PT Agro Lestari dengan mitra
taninya.
Dalam pembuatan kesepakatan kontraktual dengan pihak lain, pada
dasarnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adanya kesepakatan
kontraktual dibuat agar anggota rantai pasokan menandakan bahwa terdapat
keterbatasan pada masing-masing anggota rantai pasokan tersebut. Tujuan dibuat
kesepakan anggota rantai tersebut adalah untuk mengembangkan kerjasama
dengan mitra agar kedua belah pihak, mendapatkan keuntungan dan saling
menutupi keterbatasan masing-masing. Beberapa aspek yang dapat dicapai
melalui kerjasama tersebut antara lain :
57
a) Meningkatkan rantai nilai produk. Adanya kerjasama memudahkan pihak
yang memiliki keterbatasan untuk diproses oleh pihak lain agar memiliki nilai
jual yang lebih tinggi.
b) Meningkatkan jejaring pasar atau akses pasar.
c) Menciptakan jaminan produksi dan pasokan dari mitra.
d) Mengakselerasi pertumbuhan bisnis (penjualan).
Kesepakatan kontraktual umumnya dibuat untuk tujuan kerjasama jangka
panjang. Dengan terbangunnya kerjasama atau kemitraan, diharapkan semua
anggota rantai pasokan yang terlibat dalam mengoptimalisasi penggunaan
sumberdaya dapat mencapai keuntungan yang maksimal dan meminimumkan
risiko sehingga rantai pasokan yang terlibat tersebut dapat berkembang dengan
cepat.
Dalam rantai pasokan yang dijalani oleh PT Agro Lestari, tidak ada
kesepakatan kontraktual yang tertulis, baik dengan pihak petani mitranya maupun
pihak PT X. Kesepakatan yang terjalin karena telah adanya kepercayaan yang
telah terjalin dalam jangka waktu yang lama, dengan kata lain kesepakatan terjadi
hanya dari mulut ke mulut. Sedangkan bentuk kerjasama antara PT X dengan
supermarket berdasarkan kontrak tertulis. Bentuk kesepakan tertulis menerangkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi. Beberapa isi dari
kesepakatan tersebut adalah jadwal pengiriman produk, detail produk yang
dipesan, penentuan harga jual produk, dan sistem pembayaran yang dilakukan.
Sedangkan isi dari kesepakatan yang terjadi antara PT Agro Lestari dengan mitra
tani maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X, tidak jauh berbeda dengan isi
kesepakatan antara PT X dengan supermarket. Perbedaannya hanya tidak adanya
kesepakatan tertulis saja.
Kesepakatan yang disepakati oleh PT Agro Lestari dan petani yaitu
mengenai pengiriman brokoli organik dan perhitungan brokoli organik yang
dibayarkan oleh PT Agro Lestari. Pengiriman oleh petani dilakukan antara pukul
09.00 atau 10.00 WIB. Sedangkan untuk perhitungan brokoli organik yang akan
dibayarkan PT Agro Lestari kepada petani adalah brokoli organik yang telah
disortir kemudian ditimbang bobot keseluruhan, maka bobot ini yang akan
menjadi perhitungan untuk pembayaran brokoli organik kepada petani.
58
Kesepakatan yang terjalin antara petani, PT Agro Lestari dan PT X
memang masih berdasarkan pada sistem kepercayaan, namun terdapat beberapa
ketentuan yang menjadi pegangan bagi kedua belah pihak. Dalam penentuan
harga, ditentukan dengan melihat harga pasaran untuk produk brokoli organik
yang telah di packing. Pengiriman brokoli organik dari PT Agro Lestari ke PT X,
dilakukan sore hari antara pukul 17.00 hingga 18.00 WIB. Brokoli organik
dijemput oleh pihak PT X, perhitungan dilakukan berdasarkan pesanan dan
jumlah bobot yang di pesan sebelumnya. Sedangkan kesepakatan yang terjalin
antara PT X dengan pihak supermarket dilakukan dengan kontrak tertulis.
Ketentuan dalam kontrak yang terjadi antara PT X dan supermarket diantaranya
mengenai detail produk yang dipesan, penetapan harga dan jadwal pengiriman
brokoli organik. Detail produk yang dipesan supermarket yakni brokoli organik
yang dikemas menggunakan plastik wrapping dengan berat yang telah ditentukan.
Bobot brokoli organik per batang yang dikemas dengan menggunakan plastik
wrapping tidak boleh lebih dari 300 gr. Brokoli yang dipanen tidak boleh terlalu
tua dan bentuk bunganya tidak kuning maupun kecoklatan. Dalam penetapan
harga brokoli organik, sebelumnya PT X melakukan tawar menawar dengan pihak
supermarket. Jadi harga brokoli organik disetiap supermarket berbeda-beda,
tergantung pada kekuatan tawar menawar antara pihak PT X dengan pihak
supermarket. Sedangkan untuk ketentuan pengiriman brokoli organik, PT X
mengirimkan brokoli organik setiap hari, waktu pengiriman brokoli organik
maksimal tiba di lokasi pada pukul 06.30 WIB.
Dari pengamatan penelitian yang dilakukan, kondisi dari pihak-pihak yang
bermitra dalam rantai pasokan brokoli organik ini menggambarkan karakteristik
dari masing-masing mitra tersebut. Tabel 8. menjelaskan penilaian yang dilakukan
pada beberapa mitra di dalam rantai pasokan.
59
Tabel 8.
Penilaian terhadap Petani, Pengumpul, Supplier dan Retiler dalam
Rantai Pasokan
Petani
- Memprodu
ksi produk
yang
berkualitas
- Harga dari
produk
- Menerima
dan
tanggung
jawab
terhadap
kesepakata
n
- Mengirim
produk
tepat waktu
- Mau
menerima
produk
yang
direject
(ditolak)
Nilai
Pengumpul
- Memiliki
S
sistem
pemesanan
yang efektif
- Ketersediaan
AS produk yang
continue
- Mau
AS menerima
produk yang
di-reject
(ditolak)
- Mengirim
AS produk tepat
waktu
- Memproduks
S
i
produk
yang
berkualitas
Nilai
Supplier
- Memiliki
S
reputasi
yang baik
- Memiliki
sistem
AS pemesanan
yang efektif
- Memiliki
AS record
pemasaran
yang baik
- Memiliki
fasilitas
AS distribusi
yang
memadai
S - Memiliki
metode
pemasaran
yang baik
Nilai
Retiler
- Memiliki
AS
reputasi
yang baik
- Memiliki
record
S
penjualan
yang baik
- Memiliki
S
performa
penjualan
yang baik
- Memiliki
fasilitas
TS
yang
memadai
- Memiliki
S
metode
pemasara
n
yang
baik
Nilai
S
S
S
AS
S
Keterangan :
S = Setuju
AS = Agak Setuju
TS = Tidak Setuju
6.3.3 Sistem Transaksi
Sistem transaksi yang diterapkan di dalam rantai pasokan ini cukup
sederhana. Transaksi yang dilakukan PT Agro Lestari dengan petani mitranya
berlangsung hanya dengan cara membayar langsung sejumlah brokoli organik
sesuai dengan pesanan. Pembayaran yang dilakukan adalah pembayaran atas
produk bersih dari petani, yang dimaksud dengan produk bersih yaitu produk yang
telah disortir bersama oleh petani dan PT Agro Lestari. Penyortiran bersama ini
dilakukan dengan tujuan supaya tidak ada kecurangan dalam perhitungan berat
produk yang telah disortir. Mekanisme pembayaran dilakukan sebulan sekali, jadi
pada saat petani mengirimkan barang ke PT Agro Lestari dan bersama-sama
menyortir serta menimbangnya, setelah itu petani mendapatkan bon penerimaan
60
produk. Bon tersebut diterima petani setiap pengiriman barang ke PT Agro
Lestari.
Transaksi yang dilakukan PT Agro Lestari dengan PT X menggunakan
faktur penjualan. Barang yang telah di-packing, diambil PT X di PT Agro Lestari
dan dihitung berdasarkan pesanan. Dan selanjutya brokoli organik dibawa ke
gudang penyimpanan milik PT X. Pembayaran dilakukan sebulan sekali. Lain
halnya transaksi yang dilakukan oleh PT X dengan supermarket. Transaksi yang
dilakukan tidak sesederhana seperti dengan petani maupun dengan PT Agro
Lestari. Transaksi dengan pihak supermarket menggunakan faktur penjualan.
Setelah proses bongkar muat barang dan kegiatan sortir pada gudang
penyimpanan supermarket, selanjutnya pihak supermarket melakukan pencatatan
brokoli organik yang mereka ambil. Setelah itu, pihak PT X mendapatkan
selembar kertas yang berisikan nominal harga yang harus dibayarkan oleh
supermarket, selembar kertas ini disebut faktur penjualan oleh kedua belah pihak.
Faktur penjualan ini baru dapat ditunaikan dua minggu setelah faktur penjualan
tersebut diberikan kepada PT X.
6.3.4 Dukungan Pemerintah
Instansi pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan telah
memutuskan beberapa pengaturan yang mengatur pertanian. Peraturan-peraturan
tersebut meliputi kebijakan pembenihan dan budidaya pertanian, kebijakan
peredaran dan pertumbuhan perdagangan serta kebijakan investasi. Namun
kebijakan-kebijakan ini hanya dapat dirasakan secara tidak langsung oleh PT
Agro Lestari dan petani-petani mitranya. Hingga saat ini, belum terdapat campur
tangan langsung pemerintah kepada pihak perusahaan dan petani.
Saat ini PT Agro Lestari mulai mengembangkan usahanya dengan
membudidayakan pertanian organik, pengembangan usaha ini sejalan dengan
program pemerintah dengan slogan go organic 2010. Tetapi hingga saat ini,
pemerintah belum memberikan perhatian langsung pada PT Agro Lestari ataupun
petani mitranya. Pada akhirnya pihak PT Agro Lestari mulai menjalankan
pengembangan usahanya secara otodidak berdasarkan pengalaman dan buku
61
acuan yang ada. Peran pemerintah baru dapat dirasakan dengan adanya seminarseminar mengenai usaha pertanian.
6.3.5 Kolaborasi Rantai Pasokan
Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan sebuah rantai pasokan adalah
terciptanya suatu kolaborasi yang baik diantara pelaku rantai pasokan. Kolaborasi
dapat memberikan manfaat strategik maupun finansial. Dengan kolaborasi,
perusahaan dapat lebih cepat memasuki pasar yang baru, lebih fleksibel dan dapat
memanfaatkan teknologi maupun tenaga ahli yang tidak dimiliki. Terdapat dua
faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan kolaborasi di
antara pelaku rantai pasokan yakni kerelaan dalam berbagi informasi dan kerelaan
dalam berbagi manfaat (Said et al 2006). Kolaborasi yang efektif hanya dapat
terbangun bila masing-masing pihak mau memberikan informasi yang akurat,
lengkap dan tepat waktu pada mitranya. Sementara itu, mitra juga harus dapat
menjaga informasi tersebut secara bertanggung jawab sehingga lambat laun
terbangun rasa saling percaya. Dengan terbangunnya rasa saling percaya, maka
satu sama lain tidak akan merasa keberatan untuk saling berbagi manfaat secara
adil sesuai dengan peran dan kontribusinya dalam rantai pasokan.
6.3.5.1 Lingkup Kolaborasi
Intensitas kolaborasi secara umum terbagi atas empat tingkatan, yakni
Transactional
Collaboration,
Cooperative
Collaboration,
Coordinated
Collaboration, Synchronized Collaboration (Said et al,2006). Kolaborasi yang
terjadi pada rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari selama ini berada
dalam tingkatan coorperative collaboration. Kolaborasi yang tercipta lebih dari
hubungan dagang transactional karena telah melibatkan interaksi pertukaran
informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pihak supermarket yang memberikan
informasi mengenai brokoli organik yang dibutuhkan oleh konsumen, baik itu
dalam segi kemasan hingga bentuk fisik brokoli organik yang digemari. Hal ini,
memudahkan PT Agro Lestari dalam memproduksi brokoli organik bersama
petani mitranya.
62
Kolaborasi dari PT Agro Lestari dengan petani mitranya juga dapat dilihat
dari adanya aktivitas saling memberi informasi diantara mereka. PT Agro Lestari
meneruskan informasi dari PT X kepada petani mitranya mengenai brokoli
organik yang dibutuhkan oleh supermarket, informasi ini berupa ukuran brokoli
organik yang harus dihasilkan dan kualitas brokoli organik yang harus
diperhatikan. Dengan demikian, petani dapat mempersiapkan kegiatan produksi
sebaik mungkin. Selain itu, apabila petani mengalami kesulitan dalam kegiatan
produksinya, pihak PT Agro Lestari tidak segan untuk saling berbagi informasi
teknis budidaya untuk menyelesaikan masalah yang ada di lahan milik petani.
Namun dalam kenyataannya PT X kurang memberikan informasi secara
transparan mengenai brokoli organik yang menjadi tolakan dari supermarket,
sehingga PT Agro Lestari bersama petani mendiskusikan berdasarkan perkiraan
PT Agro Lestari mengenai brokoli organik yang menjadi tolakan dari pihak
supermarket. Karena tidak ada transparasi tersebut, maka dalam setiap pengiriman
selalu ada brokoli tolakan meskipun jumlahnya hanya 250 gr. Seluruh brokoli
tolakan dari supermarket, menjadi risiko dari PT Agro Lestari.
6.3.5.2 Perencanaan Kolaboratif
Perencanaan dan penelitian kolaboratif adalah bagian dari kegiatan
kerjasama kolaborasi antar pelaku dalam sebuah rantai pasokan. Perencanaan
kolaboratif berarti terdapat kerjasama, kesatuan dan penyelarasan informasi antara
satu anggota rantai dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai
pasokan. Perencanaan kolaboratif banyak dilakukan dalam rantai pasokan sebuah
usaha manufaktur, salah satunya adalah dengan berbagi informasi perencanaan
produksi dari sebuah produsen kepada para perusahaan pemasok bahan baku yang
menjadi mitranya. Ketepatan informasi mengenai perencanaan produksi tersebut
akan direspon oleh perusahaan pemasok untuk mempersiapkan (memproduksi)
bahan baku yang dibutuhkan mitranya.
PT Agro Lestari dalam hal ini melakukan perencanaan kolaboratif dengan
para mitra taninya. PT Agro Lestari memberikan informasi mengenai berapa
jumlah brokoli organik yang dimintanya berdasarkan permintaan yang datang.
Namun selain mengandalkan informasi pesanan yang masuk, PT Agro Lestari
63
juga melakukan perkiraan penjualan untuk mengantisipasi fluktuasi pesanan
insidental. Rata-rata PT Agro Lestari meningkatkan rencana produksi dengan
mitranya sebesar 10-15 persen melebihi pesanan yang datang dari pihak PT X
yang mewakili informasi yang datang dari pihak supermarket. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi pesanan tambahan yang datang pada waktu yang tidak
terduga.
6.3.5.3 Trust Building
Proses membangun kepercayaan atau trust building merupakan proses
menumbuhkan saling kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Upaya
menciptakan kepercayaan merupakan hal yang sangat krusial dalam kerangka
kerjasama kolaborasi anggota rantai pasokan. Dengan adanya trust inilah sehingga
terjalin kerjasama yang baik, serta mewujudkan hubungan rantai pasokan yang
lancar dan harmonis. Salah satu wujud kekuatan suatu rantai pasokan ditandai
dengan kuatnya trust diantara anggota rantai. Hubungan kepercayaan yang lemah
dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama serta terhambatnya
transfer informasi. Adanya aspek ketidakpercayaan menyebabkan salah satu pihak
dalam rantai pasokan berusaha untuk mendapatkan keuntungannya sendiri.
Kepercayaan antara PT Agro Lestari dengan petani mitranya terbentuk
karena telah saling mengenal dengan baik dan telah mengetahui kompetensi
masing-masing. PT Agro Lestari mempercayai kompetensi petani mitranya dalam
hal kemampuan menghasilkan brokoli organik yang sesuai dengan standar yang
diinginkan oleh PT Agro Lestari, kompetensi petani dalam komitmen bekerjasama
dan kompetensi petani dalam menjaga kepercayaan PT Agro Lestari. Sedangkan
petani mempercayai kompetensi PT Agro Lestari dalam kemampuan memasarkan
brokoli organik yang dihasilkannya, kompetensi menjaga kepercayaan petani dan
kompetensi dalam komitmen bekerjasama. Sedangkan, kepercayaan PT Agro
Lestari dengan PT X terjalin karena kemampuan dan kompetensi masing-masing
dan itikad bersama untuk bekerjasama dalam menciptakan suatu rantai pasok yang
memiliki daya saing. Kepercayaan ini sudah terjalin sejak awal PT Agro Lestari
memutuskan untuk bekerjasama dengan PT X. Mengingat Parung merupakan
salah satu perusahaan yang memiliki kredibilitas yang baik di bidang agribisnis.
64
Kepercayaan yang terjalin akan lebih baik apabila ditunjang dengan kesepakatan
kontraktual, karena dengan kontrak akan lebih mengikat dan menghindari
terjadinya kecurangan diantara pelaku rantai.
Kepercayaan yang terjalin antara PT X dengan supermarket merujuk pada
ikatan yang tertuang dalam kontrak tertulis. Kontrak ini yang mengikat keduanya
dalam kerjasama rantai pasokan brokoli organik, proses membangun kepercayaan
ditunjukkan dengan saling mematuhi kesepakatan yang tertulis di dalam kontrak
tersebut. Selain itu, proses membangun kepercayaan juga dibangun dengan upaya
saling bertukar informasi secara transparan dan sukarela. Kontrak inilah yang
membuat kedua belah pihak saling percaya satu sama lain.
6.4 Sumberdaya Rantai
6.4.1 Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi sumberdaya lahan,
sarana dan prasarana pendukung. Sumberdaya lahan yang dimiliki perusahaan
terbagi ke dalam dua unit lokasi, yaitu 2,5 Ha di Cisarua dan 1 Ha di Cibogo.
Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prasarana produksi di kebun produksi
dan sarana penunjang di kantor. Kantor pusat dan kantor pemasaran berada di satu
tempat yaitu di Diklat PLN Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sarana yang
digunakan untuk kegiatan kantor adalah sebagai berikut komputer, printer,
faxsimilie, telepon dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang ada untuk pemasaran
yakni mobil, timbangan duduk, keranjang panen, gunting, hand wrapper, tempat
sortasi, timbangan kecil dan besar, stepler, dan sarana penunjang lainnya.
Lahan yang berada di desa Cisarua, dilengkapi dengan satu gudang, satu
tempat peristirahatan (saung), dan satu greenhouse untuk tempat penyemaian.
Sedangkan untuk kantor yang berada di Diklat PLN, bersatu dengan tempat
pengemasan. Tempat pengemasan berada di teras kantor yang berada di lantai
dua, sedangkan untuk tempat penyortiran berada di teras lantai satu yang tepat
berada di depan rumah pemilik PT Agro Lestari. Untuk distribusi, PT Agro
Lestari memiliki satu buah mobil untuk kepentingan transportasi perusahaan.
65
Lahan yang dimiliki petani mitra luasnya beragam, antara 1 Ha sampai 2
Ha. Namun tidak semua ditanami brokoli organik. Selain itu, pada umumnya para
petani tersebut juga memiliki peralatan dan gudang kecil untuk menyimpan
peralatan sendiri. Untuk sarana transportasi, seluruh petani mitra memiliki motor
untuk mendistribusikan pesanan. Namun untuk proses pengemasan, seluruhnya
diserahkan pada PT Agro Lestari. Sumberdaya fisik yang lain seperti kondisi jalan
dapat dikatakan tidak terlalu baik, terutama jalan untuk menuju lahan yang
dimiliki Pak Widodo selaku mitra usaha PT Agro Lestari. Jalan menuju lahan Pak
Widodo, sulit untuk dilewati dengan menggunakan mobil karena jalannya yang
sempit dan banyak jalan yang rusak atau berlubang, terutama pada musim hujan.
Selain itu, terdapat juga beberapa petani mitra dari PT Agro Lestari yang letaknya
jauh dan sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor. Hal ini menyulitkan dalam
kegiatan mengangkut hasil produksi ke kendaraan yang menjemput brokoli
organik di PT Agro Lestari. Kondisi jalan yang rusak, hanya berada di daerah
tempat budidaya brokoli organik milik lahan petani mitra saja, sedangkan untuk
jalan di sekitar perusahaan atau jalan menuju supermarket tergolong baik.
6.4.2 Sumberdaya Teknologi
Penerapan teknologi sangat penting untuk menciptakan produk brokoli
organik yang berkualitas. Saat ini, penerapan teknologi yang diterapkan oleh PT
Agro Lestari maupun petani mitranya tergolong tepat guna. Salah satu teknologi
tepat guna yang dilakukan adalah dalam hal kegiatan pemupukan. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang dari kotoran hewan, terutama kotoran kambing.
Selain kotoran, pembuatan pupuk kandang juga dicampur dengan menggunakan
buangan sayur sisa hasil rompesan. Tujuan menggunakan pupuk tersebut, untuk
menjaga keorganikan dari tanaman brokoli organik dan hal tersebut juga
bermanfaat untuk menyuburkan tanah.
PT Agro Lestari juga menggunakan teknologi modern untuk proses
pengemasan. Alat wrapping yang digunakan untuk mengemas brokoli organik
tergolong alat yang modern. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses
pengemasan. Teknologi tepat guna dan teknologi modern yang dikombinasikan
66
dalam kegiatan produksi ini dapat menunjang kegiatan produksi sehingga mampu
menghasilkan produk yang berkualitas.
6.4.3 Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang dilibatkan dalam kegiatan produksi pada PT
Agro Lestari berjumlah 17 orang, yang terdiri atas 1 orang pemilik perusahaan, 1
orang manajer keuangan, 1 orang penangung jawab kebun, 10 pekerja di lahan
budidaya dan 4 orang bekerja divisi pemasaran.
Semua pegawai yang dipekerjakan oleh PT Agro Lestari maupun para
petani mitranya berasal dari daerah sekitar. Dengan demikian, keberadaan PT
Agro Lestari beserta petani mitranya secara tidak langsung ikut membantu
perekonomian warga sekitar dengan menyerap tenaga kerja dari petani sekitar.
6.4.4 Sumberdaya Modal
Aspek permodalan dalam rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari ini dapat dikatankan cukup, meskipun masih sering terjadi keterlambatan
dalam hal pembayaran. Hasil dari pembayaran tersebut biasanya digunakan oleh
para petani untuk membiayai budidaya brokoli organik sesuai dengan pesanan.
Selain itu, masih terdapat beberapa petani mitra yang meminjam dana usaha pada
koperasi tani. Namun untuk PT Agro Lestari sendiri, menggunakan modal pribadi
dan pinjaman dari keluarga untuk menjalankan usaha ini.
6.5 Proses Bisnis Rantai
6.5.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai
Hubungan bisnis antara anggota rantai pasok menjelaskan hubungan
keterkaitan yang terjadi di antar pelaku dalam rantai pasokan, serta pengaruhnya
terhadap proses bisnis. Penjelasan meliputi bagaimana pelaku rantai pasokan
merespon permintaan dari konsumen atau pasar sasaran. Pembahasan mengenai
hubungan bisnis yang terjadi didalam rantai pasokan brokoli organik ditinjau dari
siklus rantai pasok, proses pull/push, dan kekuatan tawar dari masing-masing
anggota rantai.
67
Menurut Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa hubungan proses
dalam rantai dapat ditinjau dari sudut pandang siklus serta tinjauan pull/push.
Tinjauan siklus membagi proses dalam rantai ke dalam beberapa rangkaian antara
lain
customer
order,
procurement,
manufacturing,
serta
replenishment.
Sedangkan pada tinjauan pull/push, proses di dalam rantai pasok dilihat apakah
sebagai upaya untuk merespon permintaan konsumen atau untuk mengantisipasi
permintaan konsumen. Pada proses tarik (pull), proses dilakukan untuk merespon
permintaan konsumen, sedangkan pada proses dorong (push), proses dilakukan
untuk mengantisipasi pesanan konsumen yang akan datang.
Siklus procurement merupakan siklus pemesanan bahan baku atau produk
dari anggota yang berada pada posisi sebelumnya dalam rantai pasok. Umumnya
di setiap anggota rantai pasok, menjabarkan siklus ini ke dalam tahapan siklus
lainnya sesuai dengan kebutuhan. Intinya, terdapat input kebutuhan barang yang
harus dibeli, kemudian terdapat output berupa pesanan pembelian disertai
penerimaan barangnya. Siklus replenishment merupakan siklus penambahan
barang dari penjual/pemasok ke pembeli. Siklus ini terjadi akibat pembeli
menginginkan tambahan suplai barang dari penjual atau pemasok karena barang
yang dikirimkan oleh penjual penjual atau pemasok ada yang rusak atau
jumlahnya di bawah pesanan pengirim. Siklus manufacturing atau siklus produksi
hanya terdapat pada petani. Sedangkan siklus customer order pada perusahaan
tentu dilakukan dengan baik disertai dengan penataan administrasi yang lebih
rapih, berbeda dengan petani yang melakukan administrasi pesanan dari pembeli
yang tidak tertata rapih. Siklus proses rantai pasokan dalam rantai pasokan brokoli
organik dapat dilihat pada Gambar 6.
68
Petani
Pull
PT Agro Lestari
Pull
Push
PT X
Pull
Supermarket
Push
Konsumen
Gambar. 6 Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro
Lestari
Petani dalam rantai pasokan ini adalah satu-satunya pelaku yang
melakukan siklus manufacturing, yakni melakukan kegiatan produksi atau
menghasilkan brokoli organik. Siklus produksi yang dilakukan oleh petani
dilakukan berdasarkan jumlah atau ukuran pesanan brokoli organik yang datang
dari PT Agro Lestari, karena rata-rata pesanan yang datang dari PT Agro Lestari
mengikuti pesanan yang datang dari PT X dan PT X menerima pesanan
berdasarkan pesanan yang datang dari supermarket. Brokoli organik yang akan
dikirimkan oleh petani ke PT Agro Lestari, jumlah dan ukurannya sesuai dengan
pesanan yang diminta. Jadi hubungan proses antara petani dan PT Agro Lestari
mengarah pada proses pull. Petani merespon pesanan brokoli baik dalam jumlah
dan ukuran brokoli organik berdasarkan yang dipesan oleh PT Agro Lestari.
Begitupun hubungan proses antara PT Agro Lestari dan PT X yang mengarah
pada proses pull. PT Agro Lestari merespon pesanan brokoli organik baik dalam
69
jumlah dan ukuran brokoli organik yang dipesan oleh PT X. PT Agro Lestari
dalam rantai pasokan ini melakukan proses pengadaan brokoli organik dari petani,
jadi siklus procurement yang dilakukan PT Agro Lestari adalah dengan cara
memesan brokoli organik kepada petani-petani yang menjadi mitranya, pesanan
ini meliputi jumlah brokoli organik dan ukuran brokoli yang dipesan. Proses
pengadaan brokoli organik yang dilakukan oleh PT Agro Lestari ini berdasarkan
pesanan dari PT X, namun dalam setiap kali melakukan pemesanan kepada petani,
PT Agro Lestari selalu menambah 10 sampai 15 persen pesanannya dari pesanan
yang sebenarnya, tujuannya adalah untuk mengantisipasi adanya pesanan brokoli
organik tambahan atau untuk mengganti brokoli organik yang rusak sewaktu
dalam perjalanan, oleh karena itu siklus replenishment dilakukan PT Agro Lestari
saat melakukan pesanan awal kepada petani. Maka selain adanya hubungan pull,
hubungan yang terdapat antara PT Agro Lestari dengan PT X yaitu push. Proses
push dilakukan untuk mengantisipasi jumlah pesanan tambahan yang akan datang.
Hubungan proses antara PT X dan supermarket adalah pull. Proses pull
dilakukan oleh PT X adalah merespon pesanan yang datang dari supermarket,
proses pull tidak hanya jumlah pesanan yang diterima, namun juga informasi
bagaimana brokoli organik yang digemari oleh konsumen akhir dan keluhan
tentang brokoli organik yang telah dipasarkan. PT X dalam rantai pasokan ini
melakukan proses pengadaan brokoli organik dari PT Agro lestari untuk
supermarket, jadi siklus procurement yang dilakukan PT Xadalah dengan cara
memesan brokoli organik kepada PT Agro Lestari. Proses pengadaan brokoli
organik ini yang dilakukan oleh PT X berdasarkan pada pesanan dari
supermarket.
Supermarket dalam rantai pasokan ini melakukan kegiatan pengadaan
brokoli organik atau siklus siklus procurement yang dilakukan supermarket
adalah dengan cara memesan brokoli organik kepada PT X. Proses pengadaan
brokoli organik ini yang dilakukan oleh supermarket berdasarkan pada pesanan
dari konsumen. Brokoli organik yang dipesan jumlah dan ukurannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. Brokoli organik yang dijual
kepada konsumen disediakan dalam lemari pendingin khusus dan supermarket
menyediakan semua brokoli organik yang ada, sehingga konsumen bebas memilih
70
brokoli sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam proses bisnis supermarket
dengan konsumen ini mengarah pada proses push, dimana pihak supermarket
menyediakan brokoli organik yang dimiliki untuk dijual kepada konsumen.
Aspek hubungan bisnis rantai juga dapat menjelaskan sistem penjajakan
dalam rantai pasokan brokoli organik. Sistem brokoli organik dalam rantai pasok
memungkinkan anggota rantai untuk menelusuri penyebab terjadinya risiko
kerugian pada rantai pasokan brokoli organik. Hal tersebut sangat terkait dengan
karakteristik sayuran yang mudah rusak, sehingga perlu perhatian khusus dalam
hal penanganan pasca panen brokoli organik dalam kegiatan rantai pasok ini. Jika
terjadi salah penanganan yang berdampak penurunan kualitas, maka penelusuran
penyebab penurunan kualitas brokoli organik tersebut dapat dilakukan melalui
sistem bersama, terkait hubungan proses bisnis rantai dengan memperhatikan
aspek treceability atau penjejakan tersebut, dengan demikian hal tersebut dapat
meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi di dalam rantai. Dalam rantai
pasokan ini, sistem penjejakan yang dilakukan dimulai dari supermarket hingga
petani. Brokoli organik yang kualitasnya tidak sesuai pesanan pada saat sampai ke
tangan supermarket, akan ditelusuri penyebabnya oleh petani, PT Agro Lestari,
PT X dan supermarket. Penyebabnya cukup beragam, diantaranya kerusakan pada
saat perjalanan, kesalahan penanganan pada saat pengemasan, atau kesalahan
petani pada saat produksi brokoli organik.
Hubungan proses bisnis dalam rantai pasokan brokoli organik ditentukan
pula oleh kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara pelaku rantai
pasokan. Said et al (2006) menyatakan bahwa Supply Chain Management (SCM)
adalah permainan posisi daya tawar dan kekuatan. Perusahaan yang sukses adalah
perusahaan yang dapat menjaga keseimbangan daya tawar dan kekuatan yang ada
dalam kemitraan seluruh rantai pasok. Posisi tawar sangat menentukan dalam hal
mekanisme penentuan harga produk brokoli organik maupun harga input yang
digunakan dalam rantai pasokan. Posisi kekuatan tawar tersebut ditentukan dari
pihak mana yang lebih kuat dan lebih mampu menetapkan harga jual produknya.
Hal penting terkait posisi tawar pada salah satu pihak dalam rantai pasokan
brokoli organik adalah menyangkut perolehan keuntungan. Pihak dengan posisi
tawar yang lebih kuat memungkinkan mendapatkan keuntungan yang relatif lebih
71
tinggi. Kondisi tersebut menciptakan dominasi pihak dengan posisi tawar yang
lebih kuat sehingga pada akhirnya menimbulkan kecenderungan bahwa pihak
tersebut dapat menciptakan role play dalam proses bisnis rantai pasokan brokoli
organik.
Penentuan harga produk brokoli organik di tingkat petani dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara petani dengan PT Agro Lestari. Kedua belah
pihak telah terlibat kerjasama kemitraan untuk pemasaran brokoli organik. Harga
jual brokoli organik ditentukan oleh harga jual brokoli organik di pasaran. Pada
dasarnya petani mitra membutuhkan kerjasama dengan PT Agro Lestari untuk
memasarkan brokoli yang mereka panen, karena mereka tidak perlu mencari pasar
untuk produk organik mereka. Brokoli yang di panen langsung dibeli oleh PT
Agro Lestari, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
penyimpanan. Untuk PT Agro Lestari, kerjasama ini sangat dibutuhkan untuk
memenuhi pesanan yang datang dari PT X. PT Agro Lestari membutuhkan
pasokan brokoli organik yang berkesinambungan, karena tidak semua petani
memiliki kemampuan menghasilkan brokoli organik yang sama kualitasnya. PT X
juga membutuhkan kerjasama ini, karena PT Agro Lestari dapat memasok brokoli
organik sesuai dengan kualitas dan pesanan dari pihak supermarket. Hubungan
saling ketergantungan tersebut membuat posisi tawar kedua belah pihak dapat
dikatakan seimbang.
Posisi tawar dengan PT X dengan supermarket menjadi hal yang sangat
penting dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan PT X merupakan pihak
yang menjadi perwakilan dari petani brokoli organik dan PT Agro Lestari yang
sangat berkepentingan terhadap keberlangsungan rantai pasokan brokoli organik.
PT X memiliki standar harga brokoli organik yang mereka jual, harga jual ini
berdasarkan pada biaya produksi yang sudah ditambahkan dengan keuntungan
yang diinginkan. Harga jual ini yang akan ditawarkan kepada supermarket dalam
menentukan harga yang akan disepakati. Harga jual brokoli organik yang
ditawarkan oleh PT X kepada supermarket juga melihat harga pasar yang berlaku.
Supermarket memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan
PT X. Apabila PT X tidak mampu memenuhi permintaan brokoli organik dalam
jumlah dan ukuran yang telah ditentukan, maka pihak supermarket dapat menolak
72
pasokan brokoli organik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa posisi tawar
supermarket lebih kuat. Posisi tawar anggota rantai pasokan brokoli organik pada
PT Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 7.
Petani
Mitra
Keterangan :
=
PT Agro
Lestari
<
PT X
<
Supermarket
< berarti pembeli memiliki kekuatan melebihi pemasok
> berarti pemasok memiliki kekuatan melebihi pembeli
= berarti terdapat saling ketergantungan
Gambar 7. Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro
Lestari
6.5.2 Pola Distribusi
Pola distribusi dalam rantai pasokan brokoli organik menjabarkan tiga
komponen utama, yakni aliran produk (brokoli organik), aliran uang, dan aliran
informasi. Proses penyampaian tiga komponen tersebut penting diketahui agar
dapat dianalisis apakah aliran distribusi dalam rantai pasokan sudah berjalan
lancar atau masih terkendala.
6.5.2.1 Aliran Produk
Produk yang didistribusikan dalam rantai pasokan adalah brokoli organik
dengan kualitas baik. Proses distribusi brokoli organik diawali dari kegiatan
pemanenan brokoli organik di kebun petani mitra PT Agro Lestari. Pengangkutan
brokoli organik dari petani ke lokasi pengemasan milik PT Agro Lestari dilakukan
oleh masing-masing petani pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 - 10.00 WIB.
Petani mengirim langsung brokoli organik dengan menggunakan keranjang plastik
dan diantarkan langsung dengan sepeda motor. Apabila brokoli organik yang
diantarkan lebih dari kapasitas kemampuan petani dalam mengantarkan barang
dengan menggunakan motor, maka hasil panen brokoli organik diambil oleh pihak
PT Agro Lestari dengan menggunakan mobil. Setelah brokoli organik tiba di
73
lokasi pengemasan PT Agro Lestari, brokoli organik kemudian dibersihkan lalu
dilakukan sortasi. Brokoli organik yang telah dibersihkan dan disortasi kemudian
ditimbang dan dilakukan pencatatan, setelah itu brokoli organik dimasukkan ke
dalam keranjang plastik milik PT Agro Lestari.
Brokoli organik yang telah disimpan di dalam keranjang plastik milik PT
Agro Lestari kemudian dikemas sesuai dengan permintaan, yaitu menggunakan
plastik wrapping. Untuk ujung batangnya, ditutup dengan tisu terlebih dahulu
sebelum proses wrapping. Setelah dikemas dan diberikan merek dan barcode dari
PT X, Brokoli organik tersebut dimasukkan ke dalam keranjang plastik dan
ditimbang kembali berdasarkan pesanan. Brokoli yang telah siap untuk dikirim,
dijemput oleh PT X. Pengiriman brokoli organik dilakukan pada pukul 17.0018.00 WIB dan langsung dibawa ke gudang milik PT X yang berlokasi di daerah
Parung. Namun terkadang PT X terlambat menjemput karena beberapa kendala
yang terjadi selama perjalanan menuju PT Agro Lestari.
Pengangkutan brokoli organik dari PT Agro Lestari dilakukan oleh PT X.
Setelah mobil cold box milik PT X datang untuk menjemput, brokoli organik
mulai ditimbang dan di masukkan ke keranjang plastik milik PT X. Kapasitas satu
unit kendaraan dalam setiap kali pengiriman brokoli organik mencapai 100 kg,
namun brokoli organik yang dibawa dalam pengiriman jumlahnya tergantung
pada pesanan. Setelah Brokoli organik tiba di gudang penyimpanan PT X, brokoli
organik kembali mengalami proses sortasi oleh pihak PT X. Kegiatan sortasi oleh
pihak PT X dilakukan untuk menentukan jumlah brokoli organik yang masuk
standar kualitas supermarket, brokoli yang dianggap tidak memenuhi kriteria akan
dibawa kembali ke PT Agro Lestari sebagai brokoli tolakan. Lalu brokoli organik
dikirim ke supermarket mulai dari 03.00 WIB. Penyortiran brokoli organik oleh
pihak PT X dirasa tidak efisien karena dari setiap pengiriman masih selalu
terdapat penolakan yang ternyata pada saat di sortir oleh pihak supermarket,
brokoli yang dianggap tidak sesuai oleh pihak PT X, malah masuk dalam kriteria
brokoli yang sesuai oleh pihak supermarket.
Brokoli organik tiba di gudang penyimpanan supermarket pada pagi hari,
brokoli organik kembali mengalami proses sortasi oleh pihak supermarket.
Kegiatan sortasi oleh pihak supermarket dilakukan untuk menentukan jumlah
74
brokoli organik yang masuk standar kualitas supermarket. Brokoli organik yang
telah melalui tahap sortasi kemudian disimpan ke dalam keranjang milik
supermarket dan ditimbang, jumlah yang telah memenuhi standar merupakan
jumlah yang dihitung oleh pihak supermarket, brokoli organik tersebut kemudian
disimpan ke gudang pendingin untuk menjaga kesegaran brokoli organik sebelum
dijual kepada konsumen. Pengiriman brokoli organik dilakukan setiap seminggu
tiga kali sesuai dengan kesepakatan. Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa
aliran produk berjalan lancar, mulai dari petani mitra hingga ke konsumen akhir. Berikut
merupakan alur distribusi produk rantai pasokan brokoli organik.
Petani
Mitra
PT Agro
Lestari
Keterangan :
PT X
Supermarket
Konsumen
Aliran produk lancar
Gambar 8. Alur Distribusi Produk Rantai Pasokan Brokoli Organik
6.5.2.2 Aliran Uang
Modal merupakan salah satu komponen penting dalam rantai pasokan
brokoli organik yang digunakan untuk kegiatan budidaya serta pembelian brokoli
organik dari petani mitra. Modal usaha untuk kegiatan pemeliharaan seperti
pembelian bibit, pupuk organik dan upah tenaga kerja selama ini menggunakan
modal sendiri serta pinjaman dari pihak PT Agro Lestari. Sebagian besar, petani
mitra menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama mereka. Brokoli
organik dijual kepada PT Agro Lestari dan dibayarkan setiap bulan. Petani mitra
mendapatkan uang untuk kegiatan budidaya berikutnya dari transaksi yang
dilakukan.
PT Agro Lestari dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan
modal pribadi, hingga saat ini usahanya berkembang tetap dengan modal sendiri.
PT Agro Lestari melakukan transaksi dengan PT X dan pembayaran juga
dilakukan sebulan sekali. Sedangkan pihak supermarket membayar sejumlah
pesanan brokoli organik setiap dua minggu sekali. Supermarket memberikan
faktur kepada pihak PT X dan pihak PT X menukarkan faktur tersebut dengan
75
sejumlah uang yang telah disepakati. Aliran uang yang terjadi dalam rantai
pasokan ini dimulai dari konsumen sampai kepada petani mitra PT Agro Lestari.
Aliran distribusi uang dalam rantai pasokan brokoli organik dapat dilihat pada
Gambar 9.
Petani
Mitra
PT Agro
Lestari
Keterangan :
PT X
Supermarket
Konsumen
Alur distribusi uang lancar
Alur distribusi uang kurang lancar
Alur distribusi uang tidak lancar
Gambar 9. Alur Distribusi Uang dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik
Pada Gambar 9. dapat dilihat bahwa alur distribusi uang dari mulai
konsumen berjalan lancar, karena konsumen membayar brokoli organik secara
tunai kepada supermarket, sedangkan supermarket membayar dua minggu sekali
kepada PT X. Namun, PT X membayar sebulan sekali kepada pihak PT Agro
Lestari sehingga alur distribusi uang antara PT Agro Lestari dengan petani mitra
mengalami hambatan. PT Agro Lestari tidak dapat membayar petani secara
langsung karena adanya keterbatasan modal. Hal ini menyebabkan hambatan
dalam hal pembiayaan produksi brokoli organik, karena petani mengandalkan
dana dari transaksi tersebut untuk proses produksi. Jadi agar proses produksi tetap
terus bejalan, sebagian dari petani mencari pinjaman modal untuk menutupi biaya
produksi.
6.5.2.3 Aliran Informasi
Aliran distribusi informasi merupakan komponen yang sangat penting
untuk diperhatikan guna pencapaian tujuan dari rantai pasokan. Distribusi
informasi yang baik diantara pelaku rantai pasokan dapat menciptakan suatu
hubungan yang baik dan transparan sehingga mampu meningkatkan kepercayaan
serta komitmen dalam menjalankan hubungan kerjasama. Aliran informasi antara
pelaku harus dikelola dengan baik secara bersama untuk menghindari asymetric
76
information yang akan menghambat efektivitas serta berpotensi menimbulkan
kecurangan dalam suatu kemitraan.
Aliran informasi dalam rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari terdiri dari informasi pasar, informasi teknis budidaya, serta informasi
penanganan pasca panen. Informasi pasar meliputi siapa pasar sasaran akhir
(konsumen), bagaimana perilaku dan preferensi konsumen, serta kualitas produk
apa yang diinginkan konsumen. Informasi pasar diperoleh dari pihak supermarket
yang kemudian disampaikan kepada perwakilan pihak PT X, komunikasi
mengenai informasi pasar ini biasanya berlangsung pada saat pengiriman brokoli
organik. Salah satu hal penting mengenai informasi pasar dari konsumen akhir
adalah menyangkut standar kualitas, tampilan brokoli organik yang digemari dan
keamanan produk brokoli organik. Informasi pasar dari konsumen dapat pula
berupa keluhan mengenai produk baik secara kuantitas maupun kualitas. Pihak
supermarket mengkomunikasikan informasi pasar dengan jelas kepada para
pemasoknya termasuk PT X. Informasi yang didapatkan PT X dari supermarket,
langsung disampaikan lagi kepada pihak PT Agro Lestari. Namun dalam
kenyataannya, pihak PT X tidak menjelaskan secara detail mengenai produk
brokoli yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria supermarket. Dalam setiap
pengiriman, selalu terdapat tolakan yang menurut PT Agro Lestari tidak sesuai
dengan brokoli yang telah dikirim, seperti terdapat minyak pada plastik wrapping.
PT X tidak menjelaskan secara rinci mengenai produk yang menjadi tolakan
sehingga PT Agro Lestari hanya melakukan evaluasi dengan para petani. Oleh
karena itu, informasi yang terjalin antara PT Agro Lestari dengan PT X dapat
dikatakan kurang lancar.
PT Agro Lestari menyampaikan informasi terkait pasar sasaran kepada
para petani. Pihak PT Agro Lestari biasanya mendiskusikan dengan petani
mitranya untuk pemecahan permasalahan terkait informasi pasar seperti upayaupaya peningkatan kualitas brokoli organik, sertifikasi lahan, maupun perbaikan
sistem budidaya. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen
akhir brokoli organik. Pihak PT Agro Lestari memberikan informasi mengenai
kegiatan budidaya brokoli organik sesuai standar yang mereka tetapkan dan
pelatihan teknik penanganan pasca panen yang baik kepada petani mitra brokoli
77
organik PT Agro Lestari. Aliran distribusi informasi dalam rantai pasokan brokoli
organik dapat dilihat pada Gambar 10.
Petani
Mitra
PT Agro
Lestari
Keterangan :
PT X
Supermarket
Konsumen
Alur distribusi informasi lancar
Alur distribusi informasi kurang lancar
Gambar 10. Alur Distribusi Uang dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik
6.5.3 Keragaan Manajemen Rantai Pasokan
Keragaan rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat
secara lengkap pada Gambar 11. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa aliran
produk yang terjadi di PT Agro Lestari berjalan lancar, mulai dari petani yang
mengirimkan langsung produk brokoli organik ke PT Agro Lestari sesuai dengan
jadwal pengiriman yang telah disepakati, begitupun pengiriman yang dilakukan
PT Agro Lestari kepada PT X, pengiriman yang dilakukan PT X ke supermarket,
sehingga produk sampai konsumen tepat pada waktunya. Aliran distribusi uang
dari mulai konsumen berjalan lancar, karena konsumen membayar brokoli organik
secara tunai kepada supermarket, sedangkan supermarket membayar dua minggu
sekali kepada PT X. Namun, PT X membayar sebulan sekali kepada pihak PT
Agro Lestari sehingga alur distribusi uang antara PT Agro Lestari dengan petani
mitra dinilai kurang lancar. PT Agro Lestari tidak dapat membayar petani secara
langsung karena adanya keterbatasan modal. Aliran informasi yang terjadi antara
PT X dengan supermarket telah berjalan lancar. Informasi yang didapatkan PT X
dari supermarket, langsung disampaikan lagi kepada pihak PT Agro Lestari.
Namun dalam kenyataannya, pihak PT X tidak menjelaskan secara detail
mengenai produk brokoli yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria supermarket,
sehingga arus informasi dari PT X ke PT Agro Lestari berjalan kurang lancar,
yang mengakibatkan selalu terdapat tolakan pada setiap pengiriman. Arus
informasi yang terjalin antara PT Agro Lestari dengan petani mitranya berjalan
78
dengan lancar, PT Agro Lestari menyampaikan informasi terkait pasar sasaran
kepada para petani.
Petani
Mitra
PT Agro
Lestari
Keterangan :
PT X
Supermarket
Aliran Produk
Alur kurang lancar
Aliran uang
Alur tidak lancar
Aliran informasi
Konsumen
Alur lancar
Gambar 11. Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro
Lestari
6.5.4 Jaminan Identitas Merek
Identitas merek dari suatu produk menjadi salah satu hal yang penting bagi
konsumen ataupun produsen. Merek dari suatu produk menjadi pembeda dari
produk lainnya sehingga dapat dipersepsikan atau diasosiasikan karakteristik
maupun kinerjanya oleh konsumen. Bahkan merek bisa dijadikan pencitraan dari
sebuah produk yang penting bagi konsumen ataupun produsen. Merek dari suatu
produk menjadi pembeda dari produk lainnya sehingga dapat dipersepsikan atau
diasosiasikan karakteristik maupun kinerjanya oleh konsumen. Bahkan merek bisa
dijadikan pencitraan dari sebuah produk. Pada sektor pertanian, produk yang
diperdagangkan dapat berupa produk segar atau produk olahan. Pemberian merek
pada produk hortikultura segar, biasanya dilakukan oleh perusahaan berskala
besar.
Hasil panen brokoli organik dari petani tidak diberikan merek. Petani
menjual hasil panennya kepada PT Agro Lestari dengan curah dan tanpa merek.
Merek baru diberikan setelah brokoli organik di sortir, ditimbang dan dikemas
dengan menggunakan plastik wrapping. Merek ditempelkan bersama barcode
untuk produk brokoli organik. Merek yang digunakan oleh PT Agro Lestari yaitu
merek PT X karena merek tersebut telah memiliki pencitraan yang baik terhadap
produk hortikultura khususnya produk organik, selain itu PT X telah memiliki
sertifikat yang telah dicantumkan dalam merek tersebut. Sehingga konsumen
yakin bahwa produk tersebut merupakan produk yang benar organik.
79
Pemberian merek penting bagi konsumen, karena konsumen akan
mengetahui asal dari perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Dengan
demikian, apabila terjadi sesuatu maka konsumen akan dengan mudah
memberikan keluhan kepada pihak supermarket. Apabila brokoli organik yang
dikonsumsi memuaskan konsumen, maka konsumen akan mencari sayuran
dengan merek yang mereka percaya, dimanapun sayuran itu berada. Selain itu,
pemberian merek juga dapat memudahkan pihak supermarket untuk membedakan
produk dan menyampaikan keluhan konsumen terhadap produk tersebut. Untuk
membedakan produk PT Agro Lestari dengan produk dari perusahaan pengumpul
yang lainnya terletak pada peletakan barcode. Untuk produk dari PT Agro Lestari,
meletakkan barcode tepat di bawah merek, hal tersebut untuk mempermudah PT
X dalam mengukur kinerja PT Agro Lestari.
6.6 Kinerja Rantai
6.6.1 Kinerja Kemitraan
Evaluasi rantai pasokan yang terjalin di antara pelaku rantai pasokan
dilakukan dengan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk
menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan tingkat kinerja kemitraan
(Rangkuti, 2003). Penilaian tingkat kesesuaian tersebut membandingkan antara
nilai kepentingan suatu atribut kemitraan dengan nilai kinerja suatu atribut yang
selama ini dirasakan oleh anggota rantai pasokan. Hasil dari penilaian kesesuaian
atribut kemitraan dijadikan suatu indikator apakah kerjasama suatu kemitraan
yang selama ini dilakukan telah memuaskan setiap anggota rantai pasokan. Hasil
penilaian kesesuaian atribut juga dapat menunjukkan secara spesifik atribut
kemitraan yang memerlukan perhatian untuk dievaluasi dalam mendukung
kegiatan manajemen rantai pasokan. Penilaian kinerja kemitraan tersebut
dilakukan pada pelaku rantai pasokan yang memiliki ikatan kerjasama kemitraan
yakni di tingkat petani brokoli organik, PT Agro Lestari, pihak PT X dan pihak
supermarket.
80
6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra Brokoli Organik
Analisis tingkat kesesuaian atribut mengukur sejauh mana atribut dalam
pelaksanaan kemitraan rantai pasokan telah memuaskan petani. Hal tersebut dapat
dijadikan suatu indikator untuk menilai kinerja kemitraan di tingkat petani yakni
jika petani merasa puas terhadap kemitraan yang dilakukan maka kinerja
kemitraan rantai pasokan di tingkat petani brokoli organik dinilai baik pula.
Perbandingan dalam analisis kesesuaian atribut mencakup tingkat kepentingan
dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan adalah harapan petani mitra terhadap
pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan brokoli yang diwakili dalam 11
atribut kemitraan. Tingkat kinerja merupakan persepsi petani terhadap hasil dalam
pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang diwakili dalam 11 atribut
kemitraan.
Berdasarkan nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, dapat
dilihat bahwa seluruh petani mitra menganggap penerapan standar budidaya
sangat penting. Hal ini dikarenakan pentingnya menjaga kualitas dari produk yang
dihasilkan, selain itu pola budidaya organik juga memiliki standar budidaya yang
perlu diterapkan seperti penggunaan pupuk organik (pupuk kandang), pemilihan
tempat budidaya yang disekelilingnya tidak tercemar, serta menggunakan air yang
belum tercemar. Penerapan standar budidaya untuk mejaga kualitas produk dirasa
penting untuk continuitas usaha dan kredibilitas perusahaan di mata konsumen.
Karena pentingnya penerapan standar budidaya tersebut, maka para petani mitra
menerapkan standar budidaya dalam usahataninya.
Pada nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, 75 persen dari
petani menganggap bahwa upaya peningkatan keterampilan merupakan hal yang
penting. Sesuai dalam penilaian kinerjanya, petani tersebut melakukan upaya
peningkatan keterampilan dengan baik seperti mengikuti seminar mengenai
budidaya pertanian dengan sistem organik.
Atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi, akses permodalan,
kualitas produk, tingkat penjualan, harga jual produk serta komitmen dan
kerjasama merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani brokoli organik.
Nilai dari tingkat kepentingan atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi dan
kualitas produk telah sesuai dengan kinerja yang dilakukan oleh petani. Petani
81
menilai bahwa kinerja dalam dari keterbukaan informasi dan kualitas produk
dalam rantai sudah cukup baik. Keterbukaan informasi merupakan salah satu
indikator yang penting dalam pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan. Informasi
yang didapatkan oleh petani mitra berasal dari PT Agro Lestari. Informasi yang
diberikan oleh PT Agro Lestari berupa informasi mengenai kualitas dan kuantitas
brokoli organik yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dari informasi
yang diberikan, maka petani dapat menerapkan standar budidaya untuk
mendapatkan kualitas yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kualitas
brokoli organik yang diingikan konsumen meliputi bentuk fisik (warna brokoli
yang hijau, yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari
tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat) dan kesegaran brokoli organik.
Penerapan kualitas penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan
kredibilitas perusahaan.
Akses permodalan merupakan atribut kemitraan yang memiliki nilai
kesesuaian yang berbeda dengan kinerja yang telah dilakukan selama ini.
Meskipun rata-rata dari petani mitra menganggap bahwa akses permodalan
merupakan atribut yang penting namun dalam pelaksanaannya, 50 persen dari
petani mitra merasa bahwa kinerja yang selama ini dilakukan belum baik. Hal
tersebut dikarenakan terkadang terjadi keterlambatan pembayaran antara PT Agro
Lestari dengan petani mitranya, sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan
petani yang digunakan untuk usaha budidaya. Bila PT Agro Lestari membayar
tepat pada waktunya, maka petani dapat membeli bibit dan menanamnya lebih
awal.
Penilaian kinerja terhadap atribut tingkat penjualan dapat dirasa cukup
baik, meskipun beberapa petani mengharapkan tingkat penjualan yang lebih dari
kinerja yang ada. Rata-rata dari petani brokoli organik yang menjadi mitra, merasa
bahwa tingkat penjualan brokoli organik lebih tinggi dari jumlah dari tingkat
penjualan sebelum bermitra. Tabel 9 merupakan tabel penjualan brokoli organik
petani pada saat petani belum bermitra dengan PT Agro Lestari dan Tabel 10
merupakan tabel penjualan brokoli organik petani setelah bermitra dengan PT
Agro Lestari.
82
Tabel. 9 Penjualan Brokoli Organik Petani Sebelum Bermitra
Tahun
2007
2008
Petani
Petani A
1.609 kg
2.014 kg
Petani B
1.422 kg
1.835 kg
Petani C
890 kg
1.455 kg
Petani D
1.710 kg
1.854 kg
Sumber : Petani mitra
Tabel. 10 Penjualan Brokoli Organik Petani Sesudah Bermitra
Tahun
2009
2010
Petani
Petani A
3.115 kg
3.765 kg
Petani B
2.970 kg
4.835 kg
Petani C
2.895 kg
3.655 kg
Petani D
3.655 kg
4.475 kg
Berdasarkan Tabel 9, meskipun pada tahun 2007 ke 2008, petani juga
mengalami peningkatan penjualan, namun peningkatan tersebut kurang dari 500
kg untuk setiap petani. Hal tersebut dikarenakan, petani tidak memiliki
pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang
mereka hasilkan. Sedangkan pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa tingkat penjualan
petani meningkat lebih dari 1000 kg dari tahun 2008 ke 2009.
Harga jual produk merupakan atribut indikator dirasa penting bagi petani
mitra. Namun dalam kinerja pelaksanaannya, masih terdapat satu orang petani
yang merasa belum puas terhadap harga jual brokoli organik yang telah
disepakati. 75 persen dari petani merasa bahwa kinerja terhadap harga produk
sudah cukup sesuai dengan harapan mereka. Rata-rata dari petani merasa puas
dengan kesepakatan harga karena harga yang mereka peroleh merupakan harga
tertinggi dari harga rata-rata brokoli organik di pasar. Sebelum mereka bermitra,
mereka hanya menjual brokoli dengan harga Rp 6000 – Rp 7000 /kg , namun
83
setelah bermitra para petani dapat menjual brokoli organik kepada PT Agro
Lestari sebesar Rp 11.000/kg. Dari kenaikan harga jual petani sebelum dan
sesudah bermitra, menimbulkan kepuasan dari petani mitra terhadap harga yang
disepakati.
Kinerja untuk atribut komitmen dan kerjasama dirasa sudah berjalan
dengan baik, mengingat petani sudah mengenal PT Agro Lestari jauh sebelum
bermitra. Sebelum bermitra, petani mengenal PT Agro Lestari sebagai toko yang
menjual alat-alat dan bahan untuk pertanian sehingga kerjasama sudah terjalin
sebelum mereka bermitra. Sedangkan untuk atribut tingkat keuntungan, petani
merasa kinerja yang saat ini berjalan sudah memenuhi harapan, terlihat 50 persen
dari petani merasa bahwa kinerja yang ada sudah sangat baik, meskipun masih
terdapat petani mitra yang merasa belum sesuai dengan harapan. Rata-rata dari
petani mitra merasa harga jual brokoli organik saat bermitra lebih tinggi dari pada
harga jual sebelum, sehingga mereka merasa bahwa kinerja dari atribut tingkat
keuntungan sudah baik.
Kinerja pada atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran telah sesuai
dengan harapan para petani. Dalam proses transaksi dan pemasaran, petani tidak
mengeluarkan biaya untuk itu. Bila pesanan brokoli dalam jumlah banyak, PT
Agro Lestari mengambil langsung di lahan milik petani, selain itu petani tidak
mengeluarkan biaya sortasi maupun pengemasan. Untuk kinerja pada atribut
penanggungan risiko secara adil, 75 persen dari petani sudah merasa cukup baik
namun masih terdapat petani mitra yang menganggap kurang baik dan sangat
tidak sesuai dengan harapannya. Petani mitra tersebut merasa risiko yang petani
tanggung cukup berat karena harus memenuhi kriteria brokoli organik yang
ditentukan, sedangkan sistem pertanian organik sangat rentan terhadap risiko
sehingga hasil dari panen tidak dapat diprediksikan baik atau tidaknya.
6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT Agro Lestari
Penilaian kinerja kemitraan dilakukan di tingkat PT Agro Lestari untuk
mengetahui bagaimana selama ini pihak PT Agro Lestari mempresepsikan
kemitraan yang terjalin diantara pelaku rantai pasokan brokoli organik. PT Agro
84
Lestari melakukan kerjasama dengan pihak petani brokoli organik dan pihak PT
X.
Atribut kemitraan kualitas produk brokoli organik memiliki kinerja yang
baik dan bahkan pemilik perusahaan menilai bahwa kualitas dari brokoli organik
yang ada sudah sangat baik. Meskipun masih terdapat kurangnya transparasi
informasi mengenai produk tolakan dari PT X. PT X hanya memberikan produk
tolakan tanpa memberikan penjelasan secara spesifik mengenai kriteria apa yang
belum sesuai dari brokoli organik yang ditolak tersebut. Sehingga PT Agro Lestari
hanya dapat mengira-ngira kekurangan dari produk yang mereka kirim. Terlihat
kinerja dari atribut keterbukaan informasi belum sesuai dengan harapan dari pihak
PT Agro Lestari.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan dan standar budidaya terus
dilakukan oleh PT Agro Lestari. PT Agro Lestari menilai bahwa kinerja yang ada
mengenai upaya peningkatan keterampilan dan standar budidaya sudah cukup
baik dilakukan oleh petani mitra, bahkan pemilik menilai bahwa penerapan
standar budidaya merupakan atribut yang penting dalam kemitraan dan kinerja
yang ada dinilai oleh pemilik sudah sangat baik. PT Agro Lestari selalu
mengadakan diskusi dengan para petani mitra untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada dalam proses budidaya. Upaya peningkatan keterampilan yang
dilakukan oleh PT Agro Lestari yaitu berupa keterampilan tenaga kerja dalam
mengemas brokoli organik yang telah di sortasi dengan menggunakan plastik
wrapping dan tisu untuk menutupi bagian bawah dari batang pohon.
Pemilik dan manajer dari PT Agro Lestari menilai efesiensi biaya transaksi
dan pemasaran merupakan atribut yang penting, namun kinerja efisiensi biaya
transaksi dan pemasaran dirasakan belum memuaskan karena jauhnya jarak
pemasaran yang harus ditempuh dari PT X ke PT Agro Lestari maupun PT X ke
supermaket, sehingga terkadang brokoli organik mengalami kerusakan pada saat
perjalanan. Hal ini menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diterima oleh PT
Agro Lestari. Salah satu penyebab kerusakan produk dalam perjalanan juga
karena alat transportasi yang kurang memadai. Truk yang digunakan oleh PT X
tidak semuanya memiliki alat pendingin sehingga bila terjadi kemacetan ataupun
85
kendala lain dalam perjalanan, besar kemungkinan produk yang dibawa dalam
truk tersebut mengalami penurunan kualitas.
Atribut tingkat keuntungan merupakan salah satu atribut yang cukup
penting dalam menjalankan suatu usaha, begitupun dengan penilaian PT Agro
Lestari terhadap atribut tersebut. Atribut Harga jual produk organik pun dinilai
telah sesuai dengan harapan pihak PT Agro Lestari. Bila dilihat dari perhitungan
marjin PT Agro Lestari, dapat dilihat keuntungan yang diperoleh perusahaan,
namun keuntungan yang ada saat ini belum terlalu memuaskan manajer keuangan.
Manajer perusahaan menilai bahwa perusahaan masih dapat meningkatkan
keuntungan dengan meminimalisir biaya transaksi dan pemasaran. Dalam
perjalanan menuju PT X, sering terjadi kerusakan produk brokoli organik
dikarenakan fasilitas distribusi yang dimiliki oleh PT X kurang memadai. Hal
tersebut berkaitan dengan risiko yang ditanggung oleh PT Agro Lestari.
Kerusakan atau penurunan kualitas brokoli organik yang terjadi, menjadi
tanggungan PT Agro Lestari. Sehingga untuk atribut penanggungan risiko secara
adil, PT Agro Lestari menilai tidak sesuai dengan harapannya.
6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT X
Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli
organik dilakukan kepada pihak PT X. Pandangan dari pihak PT X mengenai
kinerja kemitraan yang terjalin dengan para petani dan PT Agro Lestari.
Komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat keuntungan,
kualitas produk, penerapan standar budidaya, tingkat penjualan serta harga jual
produk merupakan beberapa atribut yang dinilai memiliki kinerja yang telah
sesuai dengan harapan. Komitmen dan kerjasama yang dilakukan PT X dengan
Agro Lestari dilakukan atas dasar kepercayaan. PT X telah mengenal PT Agro
Lestari sebagai distributor dari produk-produk pertanian dengan kualitas baik,
selain itu PT X dengan PT Agro Lestari juga selalu melakukan pengawasan
terhadap lahan petani mitra dan melihat standar budidaya yang dilakukan oleh
petani mitra sehingga PT X dapat menilai bahwa standar budidaya yang dilakukan
telah sesuai dengan harapan yang dinilai cukup baik. Untuk kerjasama yang
86
dilakukan dengan pihak supermarket, dilakukan dengan pembuatan surat kontrak
usaha untuk menjamin keberlangsungan usaha.
Atribut keterbukaan informasi antara PT X dengan supermarket dapat
berjalan dengan sangat baik. Informasi mengenai produk yang didapat PT X dari
pihak supermarket, langsung disampaikan kepada pihak PT Agro Lestari,
informasi tersebut berupa jumlah pesanan yang diminta oleh supermarket dan
informasi berupa keluhan-keluhan dari konsumen terhadap produk brokoli
organik. Meskipun dalam kinerjanya transparasi informasi mengenai kualitas
produk masih kurang namun produk yang telah dihasilkan telah cukup sesuai
dengan harapan pihak PT X.
Atribut kemitraan efesiensi biaya transaksi dan pemasaran penerapan
standar budidaya dinilai belum sesuai dengan harapan karena pada dasarnya biaya
dari rantai tataniaga dapat lebih di tekan untuk menurunkan harga di konsumen
akhir. Untuk atribut harga jual produk, PT X menilai cukup dan sudah sesuai
dengan harapan. Saat ini PT X menetapkan harga sebesar Rp 38.000/kg, harga ini
telah mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak PT X dan keuntungan
yang diinginkan. PT X menilai keuntungan yang ada saat ini telah sesuai dengan
harapan perusahaan. Dari keuntungan yang diperoleh, PT X dapat menggunakan
sebagian dari keuntungan tersebut untuk akses permodalan seperti biaya membeli
produk brokoli organik dari petani dan biaya-biaya lain untuk pemasaran.
Atribut kemitraan penanggungan risiko dinilai PT X telah sesuai dengan
harapan. Dalam hal ini, PT X tidak menerima risiko berupa penolakan produk.
Brokoli organik yang ditolak oleh supermarket menjadi risiko PT Agro Lestari,
meskipun penolakan tersebut berupa penurunan kualitas brokoli organik karena
lamanya perjalanan ataupun kerusakan brokoli organik karena kendala dalam
perjalanan.
6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket
Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli
organik juga dilakukan kepada pihak supermarket. Pandangan dari pihak
supermarket mengenai kinerja kemitraan akan memberikan perspektif yang lebih
menyeluruh mengenai kinerja pelaksanaan kerjasama atau kesepakatan kemitraan
87
dalam rantai pasokan. Perwakilan dari pihak supermarket yang menjadi responden
untuk menilai kinerja kemitraan yaitu perwakilan dari supermarket Lotte Mart
Pemilihan Lotte Mart sebagai responden yang berasal dari pihak supermarket
karena dari beberapa supermarket yang menjadi anggota rantai pasokan, Lotte
Mart termasuk supermarket yang memesan secara continue dan jumlah pesanan
khususnya untuk produk brokoli organik lebih banyak dari supermarket yang lain.
Rata-rata pihak supermarket menilai bahwa kinerja dari artibut-atribut
yang ada, telah sesuai dengan harapan dari pihak supermarket. Seperti atribut
komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat penjualan, akses
permodalan, efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, kualitas produk, penerapan
standar budidaya, harga jual produk, serta penanggungan risiko secara adil.
Kinerja atribut komitmen dalam kerjasama sudah berjalan dengan baik, karena
sebelum supermarket memulai bermitra dengan pihak PT X, supermarket
memiliki kualifikasi dalam memilih mitra. PT X dipilih karena dinilai telah
memiliki kredibilitas yang baik dalam memproduksi produk-produk agribisnis,
selain itu PT X juga memberikan sampel produk terlebih dahulu kepada pihak
supermarket agar supermarket mengetahui kualitas produk yang diproduksi.
Selain kepercayaan, kerjasama yang dilakukan oleh pihak supermarket dan PT X
telah menggunakan surat kontrak untuk menjamin keberlangsungan usaha dan
kualitas produk. Kinerja dari akses permodalan berjalan baik seiring dari kinerja
tingkat penjualan dan tingkat harga jual produk yang telah sesuai dengan harapan.
Namun menurut pihak supermarket, keuntungan yang didapat saat ini belum
sesuai dengan harapan. Pihak supermarket masih berharap bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh saat ini.
Kinerja dari atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dinilai cukup
memenuhi harapan, meskipun dalam kenyataannya efisiensi dari biaya transaksi
dan pemasaran masih dapat ditekan untuk menurunkan harga jual di tingkat
konsumen. Penanggungan risiko dinilai supermarket telah sesuai dengan harapan
yang cukup baik. Namun bagi beberapa pelaku rantai, penanggungan risiko belum
dirasa cukup adil. Supermarket akan tetap mengembalikan dan tidak membayar
produk yang mengalami penurunan kualitas akibat perjalanan.
88
Pihak supermarket menilai bahwa kinerja tingkat penjualan sudah sesuai
dengan tingkat penjualan yang diharapkan. Hal tersebut didasari dari jumlah
konsumsi brokoli organik oleh konsumen akhir meningkat seiring dengan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli. Hal ini, tidak lepas
dari peran supermarket dalam memberikan informasi pasar kepada pihak PT X
yang selanjutnya disampaikan kepada PT Agro Lestari dan didiskusikan oleh para
petani mitra. Oleh karena itu, atribut keterbukaan informasi juga dinilai sangat
penting dan kinerja mengenai atribut tersebut telah sesuai dengan harapannya.
Dengan keterbukaan informasi, petani dapat menentukan standar budidaya untuk
memenuhi pesanan produk brokoli organik yang diingikan dan dibutuhkan
konsumen. Pihak supermarket pun menilai kinerja atribut standar budidaya sudah
sesuai dengan harapan. Supermarket menilai standar budidaya berdasarkan
informasi yang diberikan oleh PT X mengenai standar budidaya yang telah
dilakukan petani dan dilihat dari hasil produk brokoli organik hasil panen yang
telah sesuai dengan pesanan. Oleh karena itu, supermarket juga menilai bahwa
kinerja dari kualitas produk sudah sangat sesuai dengan harapan dari pihak
supermarket.
Kinerja dari beberapa atribut kemitraan dalam rantai pasokan brokoli
organik masih harus dievaluasi agar mampu memberikan manfaat dan kepuasan
bagi seluruh anggota rantai pasokan. Upaya untuk meningkatkan kinerja
kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik tidak dapat dilakukan oleh satu
pihak saja, melainkan membutuhkan adanya suatu koordinasi diantara seluruh
pelaku rantai. Beberapa atribut kemitraan seperti kolaborasi serta penanggungan
risiko secara adil membetuhkan kerjasama dari seluruh anggota rantai untuk
berkomunikasi secara intensif serta bersedia melakukan upaya perbaikan bagi
pencapaian tujuan bersama yakni terciptanya kepuasan konsumen serta manfaat
bagi pelaku rantai pasokan brokoli organik yang terkait.
6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan
Efisiensi rantai pasokan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan
oleh pelaku rantai pasokan untuk menilai kinerja dari kegiatan Manajemen Rantai
Pasokan. Efisiensi dalam saluran pemasaran (rantai pasokan) brokoli organik
89
berfungsi untuk melihat apakah manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan
telah tersebar secara merata dirasakan oleh seluruh anggota rantai. Selain itu,
penilaian efisiensi juga dapat digunakan untuk melihat apakah sumberdaya rantai
telah dialokasikan dengan baik ataukah masih memerlukan perbaikan dalam
kerangka pelaksanaan fungsi masing-masing anggota rantai pasok.
Rantai pasokan yang dibahas dalam penelitian ini hanya memiliki satu
saluran pemasaran yakni melibatkan petani, PT Agro Lestari, PT X dan
supermarket. Hal tersebut menjadi ciri yang membedakan antara manajemen
rantai pasokan dengan konsep tataniaga yang melakukan pemasaran secara
terbuka dan belum memiliki kesepakatan kontraktual.
6.6.2.2 Marjin Tataniaga
Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja efisiensi suatu
saluran (rantai) pemasaran adalah dengan menilai total marjin yang tercipta dalam
upaya menyampaikan produk dari produsen hingga konsumen akhir. Jumlah
marjin tataniaga terbentuk dari besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap
pelaku rantai serta profit yang diinginkan oleh setiap pelaku rantai tersebut.
Tujuan dari manajemen rantai pasokan diantaranya adalah menyalurkan produk
hingga konsumen akhir dengan harga yang kompetitif. Hal tersebut berarti bahwa
suatu rantai pasokan dapat dikatakan efisien jika segenap anggota rantai dapat
melakukan biaya dan marjin tataniaga secara rasional sehingga harga produk di
tingkat konsumen menjadi kompetitif. Penilaian marjin tataniaga dalam rantai
pasokan brokoli organik meliputi biaya yang dikeluarkan oleh petani, PT Agro
Lestari, PT X, supermarket. Harga yang menjadi acuan di tingkat konsumen akhir
adalah harga yang ditetapkan oleh supermarket.
Harga jual brokoli organik di tingkat petani sebesar Rp 11000/kg. Harga
yang ditetapkan sudah termasuk dengan biaya antar ke PT Agro Lestari. Namun,
pada kondisi tertentu seperti pesanan brokoli organik dalam jumlah yang tidak
dapat diangkut dengan motor, maka hasil panen diambil oleh PT Agro Lestari
dengan menggunakan mobil.
Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari, dihitung dari
pengurangan antara harga jual dengan harga beli. Hasil dari pengurangan tersebut
90
dibagi dengan harga jual lalu dipersentasekan. Harga beli untuk brokoli organik
PT Agro Lestari kepada petani mitra sebesar Rp 11.000 dan harga jual brokoli
organik PT Agro Lestari kepada pihak PT X sebesar Rp 15.000. Perhitungan
marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari dapat dilihat pada lampiran 1.
Marjin tataniaga sebesar 26,67 persen dirasa sesuai karena PT Agro
Lestari mengeluarkan biaya pemasaran untuk produk brokoli organik yang di
panen oleh petani mitranya. Biaya yang di keluarkan oleh PT Agro Lestari sebesar
17 % dari harga jual brokoli, yaitu terdiri dari biaya pembelian brokoli di petani,
biaya pengangkutan brokoli organik dari lahan petani (bila pesanan brokoli tidak
dapat dibawa dengan motor), biaya tenaga kerja untuk sortasi dan pengemasan,
serta biaya pembelian plastik wrapping.
Marjin tataniaga untuk PT X sebesar 60,52 persen, didapat dari
pengurangan harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari dengan harga jual dari
PT X kepada supermarket. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi dengan
harga jual brokoli yang ditetapkan PT X untuk supermarket, lalu dipersentasekan.
Harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari adalah Rp 15.000/kg sedangkan
harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 38.000/kg. Perhitungan
marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1.
Marjin tataniaga sebesar 60,52 persen tersebut dirasa tinggi bila dilihat
dari marjin yang diperoleh petani dan Agro Lestari, sehingga pembagian marjin
untuk pelaku rantai dinilai tidak efektif. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh PT
X sebesar 18,5 persen dari harga jual brokoli organik, yaitu berupa biaya
pembelian brokoli organik, biaya pembuatan sticker merek, biaya pengangkutan
brokoli organik ke supermarket, biaya akomodasi tenaga kerja, biaya
penyimpanan serta biaya sertifikasi. Namun marjin tersebut tidak seimbang
dengan perolehan marjin petani, PT Agro Lestari serta supermarket. Salah satu
hal yang dapat dijadikan indikator bagi keberhasilan rantai pasokan brokoli
organik adalah efisiensi biaya di sepanjang rantai pasokan, sehingga harga produk
di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Maka untuk menunjang keberhasilan
dari rantai pasokan, sebaiknya PT X mengefisiensikan biaya transaksi dan
pemasaran.
91
Margin tataniaga untuk supermarket Lotte Mart sebesar 35,20 persen,
didapat dari pengurangan harga beli brokoli organik di PT X dengan harga jual
dari supermarket untuk konsumen. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi
dengan harga jual brokoli yang ditetapkan supermarket, lalu dipersentasekan.
Harga beli brokoli organik di supermarket (Lotte Mart) adalah Rp 38.000/kg
sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 58.650/kg.
Biaya yang dikeluarkan supermarket sebesar 16 % dari harga jual brokoli organik.
Perhitungan marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1.
Margin yang diterima supermarket
lebih kecil dibandingkan dengan
marjin dari PT X. Supermarket mengeluarkan biaya-biaya untuk pemasaran
brokoli organik seperti ruang penyimpanan, akomodasi karyawan, biaya
penyimpanan dan lain-lain. Perbandingan biaya tataniaga anggota rantai pasokan
brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 11 dan Perbandingan
Margin Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik di PT Agro Lestari
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 11. Perbandingan Biaya Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli
Organik
Pelaku Rantai
Biaya Tataniaga
(%/harga jual)
Petani
PT Agro Lestari
PT X
Supermarket
16 %
17 %
18,5 %
16 %
Tabel 12. Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai Pasokan Brokoli
Organik
Pelaku Rantai
Petani
PT Agro Lestari
PT X
Supermarket
Margin Tataniaga
18,75 %
26,67 %
60,52 %
35,20 %
6.6.1.2 Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan bagian yang diterima oleh petani brokoli
organik dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang dibayarkan
oleh konsumen akhir dalam penelitian ini adalah harga jual supermarket yang
92
ditetapkan oleh pihak supermarket. Farmer’s share merupakan balas jasa yang
diterima petani dari hasil kegiatan usahatani atau budidaya brokoli organik. Nilai
farmer’s share akan berbanding terbalik dengan marjin tataniaga yang terbentuk,
artinya semakin besar nilai marjin tataniaga maka akan menyebabkan nilai
farmer’s share semakin mengecil.
Nilai farmer’s share yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik
sudah wajar bila dibandingkan dengan marjin yang diterima PT Agro Lestari
selaku anggota rantai pasok. Berikut merupakan perhitungan farmer’s share yang
diperoleh petani mitra.
Rp. 11.000
FS =
x
100%
=
18,75`%
Rp. 58.650
Hasil analisis efisiensi tataniaga menunjukkan bahwa marjin tataniaga
yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik dari studi kasus PT Agro
Lestari memiliki nilai yang relatif besar. Pembagian manfaat dan keuntungan
dalam rantai pasokan pun belum merata, dimana PT X menjadi pihak yang
memiliki keuntungan yang besar dibandingkan pelaku rantai pasokan lainnya.
Rantai pasokan dikatakan belum efisien karena beberapa komponen dari biaya
tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Biaya tataniaga
yang masih dapat diminimalisir antara lain adalah biaya sortasi produk yang
selama ini dilakukan dua kali oleh PT Agro Lestari dan PT X. Hal tersebut akan
berdampak pada biaya tataniaga keseluruhan dalam rantai pasokan yang pada
akhirnya membuat harga jual di tingkat konsumen akhir lebih tinggi. Kegiatan
sortasi secara terpadu oleh satu pihak saja diharapkan dapat membuat biaya
tataniaga lebih efisien.
6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan
Beberapa kondisi dalam rantai pasokan brokoli organik dapat terlihat dari
hasil evaluasi pelaksanaan kinerja pengelolaan rantai pasokan secara terintegrasi.
Atribut yang dipersepsikan kurang memuaskan oleh ketiga pelaku rantai yang
perlu mendapat perhatian adalah akses permodalan, penanggungan risiko secara
93
adil serta kolaborasi pelaku rantai pasokan. Pengembangan dan evaluasi kinerja
rantai pasokan tersebut harus melibatkan kontribusi ataupun partisipasi dari
seluruh anggota rantai pasokan brokoli organik agar mendukung terciptanya suatu
koordinasi yang lebih baik. Beberapa alternatif kebijakan pengembangan rantai
yang dapat direkomendasikan antara lain :
6.7.1 Trust Building
Kepercayaan antara mitra dalam rantai pasokan brokoli organik menjadi
hal yang mutlak diperlukan. Hasil dari evaluasi rantai pasokan menunjukkan
bahwa koordinasi dan kolaborasi kerjasama belum sepenuhnya dilakukan dengan
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal yang menyangkut penanggungan
risiko secara adil dan kesepakatan kontraktual antara petani dan PT Agro Lestari,
antara PT Agro Lestari dengan PT X. Risiko kerugian dari kegiatan rantai pasok
dirasakan oleh petani, PT Agro Lestari dan PT X. Ketersediaan pihak supermarket
untuk menyediakan dana tunai pada saat transaksi berlangsung menjadi salah satu
alternatif untuk mengurangi kerugian yang dirasakan
oleh beberapa anggota
rantai pasok lainnya. Sehingga PT X dapat membayar tepat waktu dan PT Agro
Lestari pun dapat membayar tunai kepada para petani. Perjalanan yang panjang
dari PT X ke supermarket tujuan membuat brokoli organik yang dikirimkan
mendapat penolakan karena terjadi kerusakan selama perjalanan, dan semua
brokoli yang dikembalikan menjadi risiko PT Agro Lestari. PT X selaku
distributor yang menyalurkan brokoli organik ke supermarket sebaiknya
memperhatikan teknis dari proses dibawanya brokoli organik teresebut. Mengatur
suhu untuk brokoli organik selama perjalanan dan pengaturan posisi brokoli agar
tidak tergoncang selama perjalanan merupakan alternatif untuk mengurangi risiko.
Adanya kontribusi serta ketersediaan berbagai pihak tersebut untuk berbagi
manfaat dan risiko, diharapkan dapat menimbulkan keterbukaan, loyalitas
terhadap komitmen kerjasama, serta kepercayaan antara pelaku rantai pasokan.
6.7.2 Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah
Petani mitra PT Agro Lestari selama ini mendapatkan bantuan modal
pinjaman dari PT Agro Lestari, namun tidak semua dapat merasakan pinjaman
94
untuk modal usaha ini karena PT Agro Lestari pun mengalami keterbatasan dalam
kondisi ini. Dukungan akses permodalan ini sangat penting bagi petani yang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha. Oleh karena itu, dukungan
kredit dari pihak luar seperti lembaga keuangan mutlak diperlukan agar petani
mampu mengembangkan usahanya. PT Agro Lestari dalam hal ini dapat menjadi
perantara antara lembaga keuangan dan petani yang membutuhkan modal usaha.
Dengan adanya dukungan seperti ini diharapkan pengembangan usaha brokoli
organik yang dijalankan petani dapat berkembang dengan baik.
Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat
penting dalam mewujudkan struktur rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro
Lestari berjalan dengan baik. Selama ini, dukungan langsung dari pemerintah
dengan melakukan penyuluhan dan tinjauan langsung ke lokasi usaha petani dan
pihak PT Agro Lestari belum dapat dirasakan. Petani dalam hal ini sangat
membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bantuan kredit untuk usahanya,
karena selama ini petanin mitra belum merasakan secara langsung bantuan
pinjaman dari pemerintah tersebut.
Dukungan pemerintah juga dapat dilakukan dengan memperbaiki
infrastruktur seperti akses jalan di lokasi usaha petani. Selama ini petani
mengalami kesulitan dalam kegiatan penganguktan hasil panen dikarenakan
kondisi jalan yang rusak dan tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan
besar. Diharapkan pemerintah dapat memperbaiki kondisi tersebut, sehingga ikut
membantu petani dalam kegiatan ekonominya.
6.7.3 Kesepakatan Kontraktual
Kesepakatan kontraktual antara petani dan PT Agro Lestari maupun antara
PT Agro Lestari dengn PT X dibutuhkan untuk menunjang kesepakatan yang
sudah terjalin. Saat ini, kesepakatan yang sudah terjalin masih berdasarkan
kepercayaan antar pelaku. Dengan adanya kesepakatan kontraktual ini, diharapkan
petani dan PT Agro Lestari serta PT Agro Lestari dengan PT X mengerti dengan
jelas dan tertulis antara hak dan kewajiban mereka demi terciptanya suatu
hubungan yang saling menguntungkan, terikat serta menghindari suatu
kecurangan. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang lebih intensif antara
95
petani dan PT Agro Lestari maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X, salah
satu pihak harus ada yang mengusulkan kesepakatan ini menjadi kesepakatan
yang tertulis.
96
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian manajemen rantai pasokan brokoli organik
yang dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengelolaan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik yang melibatkan
petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket belum sepenuhnya dijalankan
secara terpadu. Rantai pasokan tersebut sebenarnya telah memiliki sasaran
rantai yang jelas, anggota rantai yang terstruktur sesuai perannya, kesepakatan
kontraktual yang mengatur pelaksanaan kemitraan, bahkan terdapat pula
jaminan identitas merek. Namun dalam rantai pasokan ini, peran dari anggota
pendukung masih belum dapat dirasakan secara langsung oleh pelaku rantai,
terutama dalam hal aliran modal untuk para petani. Dalam hal pinjaman modal
usaha yang petani dapatkan, hanya berasal dari PT Agro Lestari. Namun
pinjaman modal dari PT Agro Lestari tidak dapat dirasakan oleh semua
anggota mitra tani, karena PT Agro Lestari pun memiliki keterbatasan dalam
hal ini. Dalam hal ini, peran pemerintah dalam memberikan bantuan modal
belum dapat dirasakan secara langsung oleh petani dan PT Agro Lestari. Aliran
informasi dalam pasokan ini, belum berjalan dengan baik. PT X sebagai pihak
yang berhubungan langsung dengan pihak supermarket, kurang memberikan
informasi mengenai produk tolakan dari supermarket. Sehingga evaluasi yang
dilakukan oleh PT Agro Lestari hanya berdasarkan pada pendapat pribadi
perusahaan. Meskipun hingga saat ini, brokoli organik yang di produksi tetap
berkualitas dan mengikuti basic kriteria dari supermarket, namun tolakan untuk
produk tersebut selalu ada dalam setiap pengiriman. Dalam hal ini PT X
sebagai penyalur untuk supermarket, sebaiknya memberikan keterangan yang
jelas atau alasan yang jelas mengenai produk tolakan dari brokoli organik.
2. Pelaksanaan manajemen pasokan brokoli organik masih belum memiliki
kinerja yang baik dalam hal efisiensi maupun kemitraan. Berdasarkan nilai
margin tataniaga, PT X memiliki nilai margin tiga kali lebih besar dari petani
dan PT Agro Lestari. Farmer’s share dari petani relatif kecil sebesar 18,75
persen dari harga jual akhir. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai
97
pasokan belum merata dimana PT X menjadi pihak yang mendapatkan
keuntungan paling besar dibandingkan pelaku rantai pasok yang lain. Rantai
pasokan juga dapat dikatakan belum efisien karena beberapa komponen biaya
tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Penentuan harga
pembelian brokoli organik dengan harga rata-rata di tingkat petani dan PT
Agro Lestari juga menimbulkan ketidakadilan dalam hal balas jasa terhadap
usahatani petani brokoli organik. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan
yang dipersepsikan pelaku rantai juga belum sepenuhnya memiliki nilai kinerja
yang baik. Dari 11 atribut kemitraan belum seluruhnya memiliki kinerja yang
sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Atribut kemitraan yang
masih dipersepsikan rendah kinerjanya menurut keempat pelaku rantai pasok
adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran,
sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang baik adalah
penerapan strandar budidaya dan kualitas produk.
3. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan rantai
pasokan brokoli organik antara lain dukungan kredit, trust building, dukungan
pemerintah dan kesepakatan kontraktual petani dengan PT Agro Lestari
maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X. Dukungan kredit dan dukungan
pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku rantai
pasokan brokoli organik terutama petani mitra. Trust building ditujukan agar
kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan
secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan supermarket untuk memberikan
dana tunai pada saat transaksai berlangsung dapat menanggulangi risiko secara
adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan.
7.2 Saran
Peran pemerintah nyata dibutuhkan dalam kegiatan rantai pasokan brokoli
organik pada PT Agro Lestari ini. Potensi petani di daerah Cisarua sudah diakui
oleh banyak pihak, termasuk Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Sangat disayangkan apabila potensi yang dimiliki petani ini tidak didukung oleh
pemerintah, khususnya petani yang menjadi mitra dari PT Agro Lestari yang
kerap merasakan kekurangan modal usaha dan belum sama sekali disentuh oleh
98
bantuan modal dari luar kecuali PT Agro Lestari. Peran aktif petani dalam
mengusulkan kesepakatan kontraktual diperlukan agar kesepakatan ini dapat cepat
terwujud.
Selain itu, PT X sebaiknya memperbaiki fasilitas pendistribusian produk
agar produk yang didistribusikan tidak mengalami penurunan kualitas atau PT
Agro
Lestari
mengusulkan
kesepakatan
dengan
pihak
PT
X
untuk
mendistribusikan produk Brokoli organik langsung ke gudang PT X dengan
membebankan biaya transportasi kepada harga produk. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat maelakukan analisis pembiayaan secara lebih merinci mengenai
biaya pengeluaran antar anggota rantai.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, (Adinugroho, Brahmantyo. 2009). 2009. Manajemen Rantai Pasokan
Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Anatan, Lina dan Lena Ellitan. 2008. Supply Chain Management. Bandung :
Alfabeta.
Asril, Zikra. 2009. Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai pasokan
Brokoli (Brassica Olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa
Barat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Chopra S dan P. Meindl. 2007. Supply Chain Management: Strategy, Planning
and Opertiation. Pearson Prentice Hall, New York.
Fauzi, M. Ilham. 2009. Manajemen Rantai Pasokan Manggis (Studi Kasus:
Kampung Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat).
[Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
Indrajit, R. E dan Djokopranotao, R. E. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain,
Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta :
Grassindo.
Irmawati. 2007. Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja di PTPN
VIII Gunung Mas Bogor. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Lau, H.C.W. W.K. Pang. C.W.Y. Wong. 2002. Methodology for Monitoring
Supply Chain Performace: a Fuzzy Logic Approach. Logistic Informatoin
Management. Vol 15 (4): 271 – 280, Singapore.
Nur, Faqih Syafi. 2009. Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga
Krisan. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Rachmania, D dan Burhanudin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.
Bogor : Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
100
Rangkuti, F. 2003. Measuring Consumer Satisfaction : Gaining Customer
Relationship Strategy. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis dan Bunga Brokoli. Kanisius, Yogyakarta.
Said Al, Bayu AS, Clara LB, Hoetomo L, Riri Satria, Soerjo W, dan Zaldi IM.
2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management.
Jakarta : Sekolah Tinggi PPM.
Specman, R; Kamauff, J & Myhr, N. (1998) “An empirical investigation into
Supply Chain Management: a perspective on partnerships”, International
Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 28, No. 8,
pp. 630 - 650
Suryani, Emilda. 2010. Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ.
[Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
Wicaksono, Dwita Adi. 2009. Manajemen Rantai Pasokan Udang Vaname (Studi
Kasus: Petani Plasma Tambak Pandu Karawang, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Van Der Vorst. 2006. Performance Measurement in Agri-Food Supply-Chain
Networks. Hollandseweg Netherlands : Logistics and Operations Research
Group, Wageningen University, Hollandseweg Wageningen, Netherlands .
101
Lampiran 1. Perhitungan Marjin Tataniaga
Harga beli untuk brokoli organik PT Agro Lestari kepada petani mitra
sebesar Rp. 11.000 dan harga jual brokoli organik PT Agro Lestari kepada pihak
Parung Farm sebesar Rp. 15.000. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro
Lestari dapat dilihat sebagai berikut:
Rp. 15.000 – Rp. 11.000
Rp. 4000
Rp. 15.000
x
100%
= Rp. 4000
= 26,67 %
Harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari adalah Rp. 15.000/kg
sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak Parung Farm sebesar Rp.
38.000/kg. Perhitungan marjin tataniaga untuk Parung Farm dapat dilihat sebagai
berikut :
Rp. 38.000 – Rp. 15.000
Rp. 23.000
Rp. 38.000
x
100%
= Rp. 23.000
= 60,52 %
Harga beli brokoli organik di supermarket (Lotte Mart) adalah Rp.
38.000/kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak Parung Farm sebesar
Rp.58.650/kg. Perhitungan marjin tataniaga untuk Parung Farm dapat dilihat
sebagai berikut :
Rp. 58.650 - Rp. 38.000
Rp. 20.650
x
100%
= Rp. 20.650
= 35,20%
Rp. 58.650
103
Lampiran 2. Lembar kuisioner
Kuisioner Untuk Petani
KUESIONER PENELITIAN
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Tanggal :
No. Kuesioner :
Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan
digunakan
dalam
penyusunan
skripsi
sebagai
tugas
akhir.
Kesediaan
bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini
sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner
ini.
Data Petani Mitra PT Agro Lestari
1. Profil dan Karakteristik Petani
Usia : ......................................................
Pendidikan : ............................................
Pekerjaan Utama :
1) .........................
2) .........................
Apakah Anda bermitra dengan PT Agro Lestari dalam usaha penyediaan Brokoli
Organik ? YA/TIDAK (coret yang tidak perlu)
104
1.1 Asset lahan petani
Luas lahan keseluruhan : ......... hektar
Status kepemilikan lahan :
1) Pemilik
2) Sewa
3) Penggarap
4) ...............
1.2 Produksi
Jumlah Brokoli Organik yang dihasilkan
: ............. kg/musim tanam
Brokoli Organik yang dikonsumsi sendiri
: ..............kg/musim tanam
Jumlah Brokoli Organik yang dijual ke PT Agro Lestari
:
..............kg/musim
tanam
Apakah hasil panen Anda cenderung berubah-ubah ? YA/TIDAK (coret yang
tidak perlu)
Faktor utama yang mempengaruhi hasil panen Brokoli Organik Anda (boleh pilih
lebih dari satu jawaban) :
1) Cuaca
2) Kondisi lahan
3) Pemeliharaan
Dari mana anda mendapatkan modal untuk usaha Brokoli Organik ?
1) Bank
2) PT Agro Lestari
4) Rentenir
5) .................
3) Modal sendiri
1.3 Pemasaran
Target penjualan Brokoli Organik : .................kg/musim
Kepada siapa dan di daerah mana Anda menjual hasil panen Brokoli Organik
selain ke PT Agro Lestari ? (jawaban boleh lebih dari satu)
1) Pedagang di ..........
2) Pengumpul di ........
3) Tidak ada
Berapa kuantitas Brokoli Organik yang Anda jual pada masing-masing pembeli
tersebut ?
1) ....... kg
2) ....... kg
3) ....... kg
4) ....... kg
Bagaimana sistem pembayaran dari PT Agro Lestari dan pembeli lainnya ?
105
1) Kontan (sebutkan pembeli yang membayar kontan, yaitu..............................)
2) Ditunda, sebutkan pembeli yang membayar dengan penundaan, yaitu :
......................... ditunda ..................... hari
......................... ditunda ..................... hari
...................................................................
Harga Brokoli Organik/kg (jika lebih dari 1 harga, mohon diberi penjelasan) :
Rp ............................................ Rp ........................................
Rp ............................................ Rp ........................................
Apakah Brokoli Organik hanya dijual secara tetap pada pembeli tertentu ?
(YA/TIDAK)
Jika YA, siapa pembeli tetap panen Brokoli Organik Anda ?
1) ..............
3) .................
2) ..............
4) .................
Sudah berapa lama pembeli tersebut menjadi pembeli tetap Anda ?
1).........................................tahun
3).......................................tahun
2).........................................tahun
4).......................................tahun
Apakah kerjasama anda dengan pembeli tetap dituangkan dalam kontrak ?
(YA/TIDAK)
Apakah kontrak tersebut tertulis ? (YA/TIDAK)
Apakah kontrak tersebut pernah diperbaharui ? (YA/TIDAK)
Jika YA, berapa kali kontrak tersebut perbah diperbaharui ? ..............kali
1.4 Sarana dan Prasarana
Darimana Anda mendapatkan sarana pertanian (pupuk, bibit dan alat pertanian)
untuk usaha Brokoli Organik Anda ? (Boleh lebih dari satu jawaban) :
1) PT Agro Lestari
2) Beli di.........
3) Lainnya,.............
Bagaimana sistem pembayaran pembelian sarana pertanian tersebut ?
1) Kontan (sebutkan tempat pembeliannya, yaitu ..................................... )
2) Ditunda, sebutkan tempat pembeliannya, yaitu :
......................... ditunda ..................... hari
......................... ditunda ..................... hari
....................................................................
106
Apakah Anda sebagai pembeli tetap pada tempat penjualan sarana pertanian
tersebut ? (YA/TIDAK)
Apakah Anda terikat kontrak dengan tempat pembelian tetap sarana pertanian
tersebut ? (YA/TIDAK)
107
Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat
kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
108
Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja
atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
109
Kuisioner Untuk PT Agro Lestari
KUESIONER PENELITIAN
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Tanggal :
No. Kuesioner :
Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan
digunakan
dalam
penyusunan
skripsi
sebagai
tugas
akhir.
Kesediaan
bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini
sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner
ini.
1. Nama Usaha
:
2. Lokasi Usaha
:
3. Profesi secara umum (pilih salah satu dan beri x) :
Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer)
Penjual brokoli organik
Lainnya, sebutkan ...............................................
4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari Petani :
..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu)
5. Bagaimana anda memesan brokoli dari petani ?
...............................................................................................................................
6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan
Petani maupun Parung Farm ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi
perjanjian tersebut ?
110
...............................................................................................................................
7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik
yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ?
...............................................................................................................................
8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ?
Langsung ke konsumen akhir
Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi
Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ?
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen
menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ?
...............................................................................................................................
10. Apakah selama ini Petani dapat memenuhi pesanan Anda dari segi kualitas
maupun kuantitas ?
...............................................................................................................................
11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai
pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ?
...............................................................................................................................
12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ?
...............................................................................................................................
13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ?
...............................................................................................................................
14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari Petani ?
...............................................................................................................................
15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari Petani ?
........................ Hari.
16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari Parung Farm terhadap produk yang
Anda jual ?
...............................................................................................................................
111
17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari Parung Farm kepada
petani?
...............................................................................................................................
112
Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat
kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
113
Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja
atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
114
Kuisioner Untuk Parung Farm
KUESIONER PENELITIAN
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Tanggal :
No. Kuesioner :
Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan
digunakan
dalam
penyusunan
skripsi
sebagai
tugas
akhir.
Kesediaan
bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini
sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner
ini.
1. Nama Usaha
:
2. Lokasi Usaha
:
3. Profesi pembeli secara umum (pilih salah satu dan beri x) :
Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer)
Penjual brokoli organik
Lainnya, sebutkan ...............................................
4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari PT Agro Lestari :
..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu)
5. Bagaimana anda memesan brokoli organik dari PT Agro Lestari ?
...............................................................................................................................
6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan PT
Agro Lestari ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut ?
...............................................................................................................................
115
7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik
yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ?
...............................................................................................................................
8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ?
Langsung ke konsumen akhir
Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi
Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ?
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen
menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ?
...............................................................................................................................
10. Apakah selama ini PT Agro Lestari dapat memenuhi pesanan Anda dari segi
kualitas maupun kuantitas ?
...............................................................................................................................
11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai
pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ?
...............................................................................................................................
12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ?
...............................................................................................................................
13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ?
...............................................................................................................................
14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari PT Agro Lestari ?
...............................................................................................................................
15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari PT Agro
Lestari ? ........................ Hari.
16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari konsumen produk yang Anda jual ?
...............................................................................................................................
17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari konsumen kepada PT
Agro Lestari ?
116
Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat
kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
117
Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja
atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
118
Kuisioner Untuk Supermarket
KUESIONER PENELITIAN
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK
PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Tanggal :
No. Kuesioner :
Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan
digunakan
dalam
penyusunan
skripsi
sebagai
tugas
akhir.
Kesediaan
bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini
sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner
ini.
Data Supermarket
1. Nama Usaha
:
2. Lokasi Usaha
:
3. Profesi pembeli secara umum (pilih salah satu dan beri x) :
Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer)
Penjual brokoli organik
Lainnya, sebutkan ...............................................
4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari Parung Farm :
..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu)
5. Bagaimana anda memesan brokoli dari Parung Farm ?
119
...............................................................................................................................
6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan
Parung Farm ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut ?
...............................................................................................................................
7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik
yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ?
...............................................................................................................................
8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ?
Langsung ke konsumen akhir
Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi
Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ?
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
Lokasi : .............................................................
9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen
menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ?
...............................................................................................................................
10. Apakah selama ini Parung Farm dapat memenuhi pesanan Anda dari segi
kualitas maupun kuantitas ?
...............................................................................................................................
11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai
pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ?
...............................................................................................................................
12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ?
...............................................................................................................................
13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ?
...............................................................................................................................
14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari Parung Fram ?
...............................................................................................................................
15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari Parung
Farm ? ........................ Hari.
120
16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari konsumen terhadap produk yang
Anda jual ?
...............................................................................................................................
17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari konsumen kepada Parung
Farm ?
...............................................................................................................................
121
Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat
kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
122
Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan
Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja
atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.
No
Atribut Kemitraan
1.
Kontrak dalam kerjasama
2.
Keterbukaan informasi
3.
Tingkat keuntungan
4.
Akses permodalan
5.
Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
6.
Kualitas produk
7.
Penerapan standar budidaya
8.
Tingkat penjualan
9.
Harga jual produk
1
2
3
4
10. Penanggungan risiko secara adil
11. Upaya peningkatan keterampilan
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting
2 = Tidak Penting
3 = Penting
4 = Sangat Penting
123
Indikator Kinerja Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli
Organik .
A. Kontrak dalam kerjasama
SB : Pelaku rantai pasok sangat mematuhi aturan kerjasama yang disepakati
B : Pelaku rantai pasok mematuhi aturan kerjasama yang disepakati
TB: Pelaku rantai pasok terkadang melanggar mematuhi aturan kerjasama
yang disepakati
STB : Pelaku rantai pasok banyak melanggar mematuhi aturan kerjasama
yang disepakati
B. Keterbukaan Informasi
SB : Informasi pasar sangat terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai
B : Informasi pasar terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai
TB : Informasi pasar kurang terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai
STB : Informasi pasar tidak terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai
C. Tingkat Keuntungan
SB : Pelaku rantai pasok memperoleh banyak keuntungan karena kemitraan
B : Pelaku rantai pasok memperoleh keuntungan karena kemitraan
TB : Pelaku rantai pasok tidak memperoleh keuntungan karena kemitraan
STB : Pelaku rantai pasok memperoleh kerugian karena kemitraan
D. Akses Permodalan
SB : Terdapat banyak bantuan modal dari pelaku rantai
B : Terdapat bantuan modal dari pelaku rantai
TB : Terdapat sedikit bantuan modal dari pelaku rantai
STB : Tidak terdapat bantuan modal dari pelaku rantai
E. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran
SB : Terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat
diminimalisir
B : Terdapat beberapa komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat
diminimalisir
TB : Tidak terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang
dapat diminimalisir
STB : Biaya transaksi dan pemasaran semakin mahal
F. Kualitas produk
124
SB : Persentase produk bermutu banyak mengalami peningkatan
B : Persentase produk bermutu mengalami peningkatan
TB : Persentase produk bermutu tidak mengalami peningkatan
STB : Persentase produk bermutu banyak mengalami penurunan
G. Penerapan standar budidaya
SB : Standarnya sangat baik dan sangat mudah dicapai
B : Standarnya baik dan mudah dicapai
TB : Standarnya cukup sulit dicapai
STB : Standarnya terlalu sulit dicapai
H. Tingkat penjualan
SB : Penjualan sayuran sangat meningkat dibandingkan sebelum bermitra
B : Penjualan sayuran meningkat dibandingkan sebelum bermitra
TB : Penjualan sayuran tidak mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
bermitra
STB : Penjualan sayuran mengalami penurunan dibandingkan sebelum
bermitra
I.
Harga jual produk
SB : Harga jual sayuran jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra
B : Harga jual sayuran lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra
TB : Harga jual sayuran lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra
STB : Harga jual sayuran jauh lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra
J.
Penanggungan risiko secara adil
SB : Risiko pemasaran produk selalu ditanggung bersama
B : Risiko pemasaran produk terkadang ditanggung bersama
TB : Risiko pemasaran produk jarang ditanggung bersama
STB : Risiko pemasaran produk tidak pernah ditanggung bersama
K. Upaya peningkatan keterampilan
SB : Petani sangat sering mendapat bimbingan teknis (2 bulan sekali)
B : Petani sering mendapat bimbingan teknis (4 bulan sekali)
TB : Petani jarang mendapat bimbingan teknis (6 bulan sekali)
STB : Petani sangat jarang mendapat bimbingan teknis (1 tahun sekali)
125
Lampiran 3. Dokumentasi Lokasi Penelitian
Salah satu lahan produksi brokoli organik
Pohon brokoli
organik
Pemotongan brokoli dari pohon
Pengangkutan brokoli organik
Brokoli yang telah dikemas
Merek dagang Lotte Mart
Gudang penyimpanan Parung Farm
Salah satu supermarket pelaku rantai
126
Download