MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK (Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo,Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI WINDY RIWANTI H34096121 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 RINGKASAN WINDY RIWANTI. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus : PT Agro Lestari Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan LUKMAN M BAGA). Salah satu komoditas hortikultura yang potensial adalah sayuran, dimana komoditas unggulannya adalah brokoli dengan pangsa pasar Indonesia 15-20 persen/tahun. Namun demikian jaminan kualitas, jumlah pasokan kurang dan pengiriman yang belum tepat waktu merupakan penyebab belum efisiennya kinerja rantai pasokan brokoli. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari, (2) menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan, dan (3) menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak Jl. Diklat PLN No. 1 Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung, kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Responden dalam penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro Lestari, pihak PT X , dan Lotte Mart. Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN), analisis tataniaga, dan analisis deskriptif dengan menggunakan kesesuaian atribut. Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari dengan menggunakan kerangka kerja FSCN akan menganalisis beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Sasaran rantai meliputi sasaran pasar, sasaran pengembangan, serta pengembangan kemitraan. Pasar utama dari produk brokoli organik pada PT Agro Lestari adalah untuk memenuhi permintaan konsumen pasar modern (supermarket) dengan karakteristik konsumen yang yang kritis terhadap kualitas produk yang dihasilkan, sehingga standarisasi kualitas sayuran menjadi hal yang penting. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik yang ingin dituju antara lain pelaksanaan kemitraan secara berkesinambungan dalam kerjasama kemitraan. Pengembangan kemitraan dibangun dengan tujuan agar tercipta kemitraan yang baik, sehingga akan menjamin ketersediaan brokoli organik dan mampu memenuhi permintaan yang lebih luas. Pelaku rantai pasokan brokoli organik yaitu petani PT Agro Lestari, PT X dan supermarket, sedangkan stakeholders yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang merupakan perwakilan dari pihak pemerintah daerah yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor pertanian di wilayah Cisarua Bogor, karena letak dari PT Agro Lestari dan petani mitranya berada di wilayah Cisarua Bogor. Manajemen rantai yang diupayakan oleh pelaku rantai dituangkan dalam kesepakatan kontraktual. Kesepakatan yang terjalin antara petani dengan PT Agro Lestari maupun PT Agro Lestari dengan PT X terjalin berdasarkan pada kepercayaan. Namun, kesepakatan antara PT X dengan supermarket terjalin dengan adanya kontrak tertulis. Sistem transaksi dilakukan secara tunai antara petani dengan PT Agro Lestari sedangkan PT Agro Lestari dengan PT X maupun PT X dengan supermarket menggunakan faktur penjualan. Kolaborasi yang terjadi selama ini dalam rantai pasokan brokoli organik berada pada tingkatan cooperative collaboration, karena telah melibatkan interaksi pertukaran informasi. Namun tingkat kedalaman hubungan kolaborasi antara PT Agro Lestari dengan PT X masih belum intensif. Hal ini didasari kenyataan bahwa hubungan kolaborasi meliputi pembinaan serta pembagian risiko belum dilakukan secara intensif. Sumberdaya rantai berupa lahan yang terus dimanfaatkan potensinya, sedangkan sumberdaya teknologi sudah memadukan teknologi konvensional dan modern, untuk sumberdaya manusia sudah cukup mendukung kegiatan produksi. Hubungan proses bisnis yang tercipta mengarah pada proses pull, yaitu proses yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen. Posisi tawar dalam rantai pasokan brokoli organik ini cukup berimbang antara petani dengan PT Agro Lestari, karena kedua pelaku rantai pasokan saling membutuhkan, sedangkan PT Agro Lestari memiliki posisi tawar yang lemah dengan PT X. Aliran distribusi brokoli organik yang didistribusikan langsung kepada supermarket yang sesuai dengan pesanan yang datang. Aliran informasi yang terjalin terus dikomunikasikan antar pelaku yang bersumber pada informasi pasar. Informasi pasar dari konsumen brokoli organik yang disalurkan melalui rantai pasokan ini telah memiliki merek dagang, yaitu PT X . PT X memiliki nilai margin tiga kali lebih besar dari petani dan PT Agro Lestari. Farmer’s share dari petani relatif kecil sebesar 18,75 persen dari harga jual akhir. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan belum merata dimana PT X menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan paling besar dibandingkan pelaku rantai pasok yang lain. Rantai pasokan juga dapat dikatakan belum efisien karena beberapa komponen biaya tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Dari 11 atribut kemitraan belum seluruhnya memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Atribut kemitraan yang masih dipersepsikan rendah kinerjanya menurut keempat pelaku rantai pasok adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang baik adalah penerapan standar budidaya dan kualitas produk. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan rantai pasokan brokoli organik antara lain dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual. Dukungan kredit dan dukungan pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku rantai pasokan brokoli organik terutama petani mitra. Trust building ditujukan agar kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan supermarket untuk memberikan dana tunai pada saat transaksai berlangsung dapat menanggulangi risiko secara adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK (Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) WINDY RIWANTI H34096121 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul Skripsi : MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK (Studi Kasus PT Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Nama : Windy Riwanti NIM : H34096121 Disetujui, Pembimbing Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec NIP. 19640220 198903 1001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002 Tanggal Lulus : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari CibogoKabupaten Bogor, Jawa Barat)” belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Windy Riwanti H34096121 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Windy Riwanti yang dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 22 Februari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, sebagai anak kandung dari Bapak Iwan Hadi Siswoyo dan Ibunda Srie Susilawati. Pada tahun 1992 penulis memulai pendidikan di TK Kemuning selama dua tahun dan selesai pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Semplak 2 Bogor selama enam tahun dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan sekolah menengah lanjutan pertama di SLTPN 4 Bogor dan selesai pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 5 Bogor dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis berhasil diterima di Program Diploma III Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat)“. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari, menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan rantai pasokan, menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita mengenai manajemen rantai pasokan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Bogor, Agustus 2011 Windy Riwanti UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada : 1. Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan dalam proposal penelitian. 3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi. 4. Rahmat Yanuar, SP, M. Si selaku dosen perwakilan dari komisi akademik pada sidang skripsi. 5. Ir. Narni Farmayanti M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Agribisnis. 6. Tri Judadmadji SE, selaku pembimbing lapang sekaligus pemilik PT Agro Lestari yang telah banyak memberikan masukan, informasi, pengalaman dan pengetahuan yang sangat besar kepada penulis selama menjalankan penelitian. 7. Kedua orang tua tercinta dan adik atas segala dorongan, cinta, doa restu, kasih sayang, dan perhatian serta dukungan moril dan materil yang sangat berharga. 8. Seluruh karyawan PT Agro Lestari yang telah memberikan informasi dan pengalamannya serta kerjasama yang baik selama penelitian. 9. Keluarga besar Hadi Siswoyo dan keluarga besar Besar Reksoprojo yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang sangat besar selama ini dan dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Rory Rifki Andita dan rekan-rekan Ekstensi Agribisnis yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Rekan dalam tim bimbingan, atas semangat dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat penulis Sonia Pramita dan Olga Novianti atas motivasi yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Demikian kiranya penulis berterima kasih atas bantuan dan kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan. Bogor, Agustus 2011 Windy Riwanti DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi I II PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang ....................................................................... Rumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 1 3 7 7 7 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8 2.1 2.2 Kajian Brokoli Organik ......................................................... Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management .................................................... 8 KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 17 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management ......................................... 3.1.2 Kemitraan ..................................................................... Kerangka Pemikiran Operasional .......................................... 17 IV METODE PENELITIAN .............................................................. 28 III 3.2 4.1 4.2 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT. Agro Lestari .......................................................... 4.3.1.1 Sasaran Rantai ................................................ 4.3.1.2 Struktur Jaringan ............................................ 4.3.1.3 Manajemen Rantai .......................................... 4.3.1.4 Sumberdaya Rantai ......................................... 4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai ....................................... 4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan ................................. 4.3.2.1 Efisiensi Rantai Pasokan ................................. 4.3.2.2 Kinerja Kemitraan ........................................... 9 17 22 25 28 28 28 29 29 30 30 31 31 31 31 33 xi V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... 35 5.1 5.2 5.3 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................................. Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan .................. Aspek Sumberdaya Perusahaan ............................................. 5.3.1 Sumberdaya Fisik ........................................................ 5.3.2 Sumberdaya Manusia .................................................. 5.3.3 Sumberdaya Modal ..................................................... Deskripsi Kegiatan Perusahaan Secara Umum....................... 5.4.1 Budidaya Brokoli Organik .......................................... 5.4.2 Kegiatan Pemasaran .................................................... 5.4.3 Pola Kemitraan ............................................................ 35 36 36 37 37 38 39 39 42 43 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 44 6.1 45 45 47 48 48 50 51 52 53 53 53 57 60 61 62 62 63 64 64 64 66 67 67 67 67 73 73 75 76 78 79 80 80 5.4 VI 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 Sasaran Rantai ....................................................................... 6.1.1 Sasaran pasar ............................................................... 6.1.2 Sasaran Pengembangan ............................................... Struktur Rantai Pasokan ........................................................ 6.2.1 Petani Mitra ................................................................. 6.2.2 PT Agro Lestari ........................................................... 6.2.3 PT. X ............................................................................ 6.2.4 Supermarket ................................................................ 6.2.5 Stakeholder .................................................................. Manajemen Rantai ................................................................. 6.3.1 Pemilihan Mitra ........................................................... 6.3.2 Kesepakatan Kontraktual ............................................. 6.3.3 Sistem Transaksi .......................................................... 6.3.4 Dukungan Pemerintah ................................................. 6.3.5 Kolaborasi Rantai Pasokan .......................................... 6.3.5.1 Lingkup Kolaborasi ......................................... 6.3.5.2 Perencanaan Kolaboratif ................................. 6.3.5.3 Trust Building ................................................. Sumberdaya Rantai ................................................................ 6.4.1 Sumberdaya Fisik ........................................................ 6.4.2 Sumberdaya teknologi ................................................. 6.4.3 Sumberdaya Manusia .................................................. 6.4.4 Sumberdaya Modal ...................................................... Proses Bisnis Rantai .............................................................. 6.5.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai ................................... 6.5.2 Pola Distribusi ............................................................. 6.5.2.1 Aliran Produk .................................................. 6.5.2.2 Aliran Uang ..................................................... 6.5.2.3 Aliran Informasi .............................................. 6.5.3 Keragaan Manajemen Rantai Pasokan ........................ 6.5.4 Jaminan Identitas Merek .............................................. Kinerja Rantai ........................................................................ 6.6.1 Kinerja Kemitraan ........................................................ xii 6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra Brokoli Organik ............................................... 6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT Agro Lestari ............................................... 6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat Parung Farm .... 6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket ..... 6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan ............................................... 6.6.2.1 Margin Tataniaga .............................................. 6.6.2.2 Farmer’s Share ................................................. 6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan ............ 6.7.1 Trust Building .............................................................. 6.7.2 Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah .............. 6.7.3 Kesepakatan Kontraktual ............................................. 84 86 87 89 90 92 93 94 94 95 VII KESIMPULAN ............................................................................... 97 7.1 Kesimpulan ............................................................................... 7.2 Saran ......................................................................................... 97 98 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 100 LAMPIRAN ............................................................................................. 102 81 xiii DAFTAR TABEL Nomor 1. Halaman Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009 .......... 1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2010 ..................................... 2 Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari pada Tahun 2009-2011 .............................................................. 4 4. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga .. 11 5. Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Agro Lestari ............................................................................... 32 6. Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Pada Tahun 2011 .... 38 7. Kriteria Pemilihan Mitra ........................................................... 57 8. Penilaian Terhadap Petani, Pengumpul, Supplier, dan Retailer Dalam Rantai Pasokan .............................................................. 60 9. Penjualan Brokoli Organik Petani pada Tahun 2007-2010 ........ 83 10. Perbandingan Perolehan Biaya Margin Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik ........................................................... 83 Perbandingan Perolehan Biaya Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik ........................................................... 92 Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik ........................................................... 92 2. 3. 11. 12. xiv DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan ............................................... 18 2. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van Der Vorst, 2005) ............................................................... 20 3. Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi ........................................ 25 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ................. 27 5. Struktur Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari Tahun 2011 ..................................................... 48 Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari ................................................................................... 69 Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari ................................................................................... 73 8. Alur Distribusi Produk Rantai Pasokan Brokoli Organik ................... 75 9. Alur Distribusi Uang Rantai Pasokan Brokoli Organik ...................... 76 10. Alur Distribusi Informasi Rantai Pasokan Brokoli Organik ............... 78 6. 7. 11. Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari.................................................................................... 78 xv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perhitungan Margin Tataniaga .................................................... 103 2. Lembar Kuisioner........................................................................ 104 2. Dokumentasi Lokasi Penelitian ................................................... 126 xvi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada 2010 dari 108,21 juta penduduk Indonesia yang bekerja, terdapat 38 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat berdasarkan besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2008 hasil sektor pertanian atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp 716.065,3 Milyar meningkat menjadi Rp 858.252,0 Milyar, pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 19,9 persen (BPS, 2009). Salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura. Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Pada tahun 2008-2009, luas panen sayuran meningkat dari 1201,4 menjadi 1304,3 begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 10,8 menjadi 11,9 sehingga dapat diketahui peningkatan produktivitasnya dari 0,0090 menjadi 0,0092. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009 Luas Panen (Ribu Ha) 2008 2009 Komoditas Buah-buahan Sayuran Tanaman hias Biofarmaka Sumber Keterangan Produksi (Juta Ton) 2008 2009 Produktivitas (Juta Ton/Ribu Ha) 2008 2009 843,2 880,6 20,1 20,5 0,0239 0,0233 1201,4 1304,3 10,8 11,9 0,0090 0,0092 1,3 1,5 228,9* 295,4* 177,9** 190,8** 23,5 21,2 0,4 0,5 0,0189 0,0214 : Departemen Pertanian,2011 www.deptan.co.id (Diolah) : * satuan produksi dalam juta tangkai, ** satuan produktivitas dalam juta tangkai/ribu Ha Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, pola konsumsi dan kesadaran masyarakat akan kesehatan maka 1 masyarakat mulai mengkonsumsi bahan makanan yang bersifat alami. Hal ini menyebabkan pertanian organik mulai diterapkan dengan didukung adanya gerakan back to nature. Saat ini, petani menerapkan budidaya sayuran organik sebagai respon terhadap semakin perlunya kesehatan konsumen dan produsen, serta sebagai upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan.1 Salah satu produk pertanian yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Brokoli (Brassica oleracea) adalah sayuran oriental famili kubis-kubisan yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi. Pada tahun 2009-2010, luas panen kubis di kota Bogor meningkat dari 25 ha menjadi 31 ha begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 4.194 kw menjadi 5.058 kw, namun produktivitasnya menurun dari 167,76 menjadi 163,94. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Kabupaten Bogor. Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Luas Panen (Ha) 35 17 53 39 25 31 Produksi (Kw) 5.865 2.846 13.620 8.948 4.194 5.058 Produktivitas (Kw/Ha) 167,57 167,41 256,98 229,46 167,76 163,94 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011) Brokoli merupakan sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan. Menurut United States Agency International Development (USAID) chapter Indonesia, peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20 persen/tahun. Oleh karena itu hal tersebut menjadi peluang pasar yang strategis, sehingga perlu diperhatikan peningkatan kualitas, tingkat produk yang ditolak, peningkatan masa segar, kuantitas dan fleksibilitas pasokan, standar keamanan pangan, sertifikasi, serta sistem pembayaran. Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi permintaan yang meningkat untuk produk sayuran yang salah satunya yaitu brokoli (Dinas 1 Dikutip dari Riza dan Tahjadi. ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/potensipemanfaatan.doc [20 April 2011] 2 Pertanian, 2010) 2. Oleh karena itu, pengembangan terhadap usaha budidaya brokoli perlu dikembangkan. Namun pengembangan usaha brokoli masih terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efisiennya kinerja rantai pasokan. Sehingga, Manajemen Rantai Pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan dengan baik. Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam menganalisis Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik, dan sebagai konsekuensi sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan. Manajemen Rantai Pasokan merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. 1.2 Rumusan Masalah PT Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis sayuran organik dan salah satu komoditi unggulanya adalah brokoli organik. Permintaan untuk brokoli organik sangat tinggi, sedangkan lahan yang ada sangat terbatas. Permintaan untuk brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa brokoli organik memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan baby corn dan labu siem sebagai salah satu produk organik di PT Agro Lestari. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan supply dari petani brokoli organik lain untuk memenuhi permintaan yang ada. 2 http://www.deptan.go.id. [7 April 2011] 3 Tabel 3. Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari pada Tahun 2009-2011 Tahun 2009 2010 2011 Brokoli/Kg 14.440 17.650 12.850* Baby Corn/Kg 13.750 10.450 7.850* Labu Siam/Kg 9.875 12.840 7.500* Sumber : PT Agro Lestari Keterangan : * data sementara Pada awalnya, permasalahan kualitas dan pemasaran brokoli organik dialami oleh petani brokoli organik di wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor. Usaha pertanian di wilayah Cisarua dilakukan secara individual oleh petani baik dalam hal budidaya hingga pemasaran produk. Kegiatan budidaya berupa pemeliharaan yang dilakukan oleh para pemilik brokoli organik belum intensif. Hal ini menyebabkan brokoli yang dihasilkan beragam, yang artinya hasil dari panen brokoli tidak sama. Terkadang petani melakukan panen dengan masa panen yang terlalu lama sehingga brokoli organik yang dihasilkan cepat menguning dan memiliki harga jual yang rendah. Selain itu, petani juga tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang mereka hasilkan. Petani hanya memasarkan produknya di pasar tradisional dengan tidak melihat kualitas dari produk yang dihasilkan. Berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap produk yang sehat untuk dikonsumsi, meningkatkan pamor dari produk organik sendiri. Sehingga harga dari produk organik lebih tinggi dari harga produk non organik, contohnya untuk brokoli non organik di petani berkisar antara Rp 3000 - Rp 5000 /kg 3 sedangkan untuk harga brokoli organik di petani berkisar antara Rp 9.000 – Rp11.000/kg 4. Berdasarkan harga diatas dapat dilihat bahwa harga untuk produk organik lebih tinggi dari produk non organik. Namun petani yang berada di wilayah Cisarua hanya menjual brokoli organik dengan harga yang hampir sama dengan brokoli non organik, yaitu sebesar Rp 6000 – Rp 7000/kg 5. Perbedaan harga yang signifikan tersebut pada akhirnya mendorong petani untuk bekerjasama dengan suatu distributor atau perusahaan yang dapat memasarkan produknya untuk meningkatkan posisi tawar. 3 http://gudangilmu.net/kompas/harga-brokoli-anjlok_6530658H38o_May2011.html [20 April 2011] Petani mitra PT Agro Lestari [18 April 2011] 5 Petani mitra PT Agro Lestari [18 April 2011] 4 4 Pada tahun 2009, PT Agro Lestari bekerjasama dengan petani brokoli yang berada di daerah Cisarua. PT Agro Lestari memberikan informasi kepada petani brokoli organik yang bermitra, mengenai kriteria dari brokoli organik yang diinginkan. Selain itu, PT Agro Lestari juga memberikan pengarahan mengenai pola tanam yang sebaiknya dilakukan oleh petani mitra tersebut. Dari kerjasama yang telah terjalin menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat, yakni bagi petani dalam hal kepastian pasar dan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya yaitu sebesar Rp 9.000 – Rp 11.000/kg, sedangkan pihak PT Agro Lestari mendapatkan kepastian pasokan produk sesuai dengan kualitas yang telah disepakati. Selain itu, PT Agro Lestari juga melakukan kejasama dengan PT X, selaku perusahaan yang mendistribusikan brokoli organik tersebut ke supermarket. Jadi kerjasama yang dilakukan tidak hanya sebatas mitra jual beli, namun terdapat juga pertukaran informasi yang terjalin di dalamnya, termasuk kriteria brokoli yang menjadi keinginan konsumen seperti brokoli yang segar dengan kemasan yang higienis serta bentuk fisik yang baik (warna brokoli hijau yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat). Para pelaku usaha brokoli organik yakni petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket selaku penyalur yang langsung menyampaikan brokoli organik ke konsumen dengan kualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu berupa brokoli yang segar dengan kemasan yang higienis dan bentuk fisik yang baik (warna brokoli yang hijau yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat). Hal tersebut dapat dilakukan melalui integrasi, kolaborasi, maupun koordinasi meliputi seluruh anggota rantai pasokan agar tercipta daya saing komoditas brokoli organik. Kerjasama pemasaran brokoli organik maupun peningkatan kualitas yang telah dilakukan merupakan bentuk upaya pengelolaan Manajemen Rantai Pasokan yang terintegrasi. Upaya manajemen rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari yang baru berjalan kurang dari dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari yaitu keterbukaan informasi antar pelaku 5 rantai, khususnya antara PT X dengan PT Agro Lestari. PT X tidak memberikan kejelasan mengenai produk tolakan yang di kirimkan oleh PT Agro Lestari. Hal tersebut membuat PT Agro Lestari sulit untuk menilai hal apa yang menjadi penyebab tolakan produk brokoli organik tersebut. Selain itu masalah yang masih sering terjadi pada rantai pasokan di PT Agro Lestari yaitu berkaitan dengan komitmen pelaku rantai pasokan serta efesiensi rantai pasokan maupun hambatan dari segi pemenuhan kriteria produk yang telah ditentukan. Manajemen Rantai Pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama (proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari produsen melalui para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi konsumen. Setiap pelaku usaha melakukan koordinasi secara langsung melalui berbagai informasi secara transparan dalam pengambilan keputusannya yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dengan pencapaian efisiensi dalam rantai pasokan secara menyeluruh. Konsep Manajemen Rantai Pasokan dilakukan agar peningkatan daya saing suatu produk tidak hanya dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga melalui pengemasan, pemberian merek, efisiensi, transportasi, dan informasi. Kinerja dari proses pengelolaan rantai pasokan brokoli organik tentunya juga harus terus dievaluasi agar rantai pasokan tersebut dapat terus berkembang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnisnya. Evaluasi dari penerapan MRP tersebut dapat dijadikan landasan bagi perumusan alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan brokoli organik pada masa yang akan datang. Berdasarkan uraian masalah dan fenomena yang telah dijabarkan tersebut, muncul suatu rumusan permasalahan yang menarik untuk dikaji yaitu : 1. Bagaimana kondisi Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari? 2. Bagaimana kinerja dari pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik dari PT Agro Lestari? 3. Alternatif kebijakan apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik ? 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. 2. Menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan. 3. Menganalisis alternatif kebijakan pengembangan Manajemen Rantai Pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yakni : 1. Sebagai informasi bagi segenap pelaku dalam rantai pasokan brokoli organik yang meliputi petani, PT Agro Lestari, PT X dan supermarket. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu contoh penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam pengembangan sektor hortikultura. 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara sistematis. 4. Sebagai suatu referensi bagi berbagai pihak yang berminat terhadap penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam bidang agribisnis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik ini terbatas menganalisis empat pelaku rantai pasokan brokoli organik yakni petani mitra PT Agro Lestari, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Konsumen akhir tidak dianalisis karena keterbatasan waktu dan biaya. Keberhasilan Manajemen Rantai Pasokan dilihat dari pelaksanaan elemen dari kerangka kerja FSCN yang meliputi sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai serta kinerja (performa) rantai. Pengukuran performa rantai pasokan juga terbatas pada performa efisiensi dan kemitraan. 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Brokoli Organik Brokoli (Brassica oleracea L. kelompok Italica) merupakan tanaman sayuran sub tropis yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Brokoli sebagai grup Italica dan memiliki nama umum lainnya yaitu calibrese, memiliki morfologi mirip dengan kubis bunga putih (cauliflower). Brokoli membentuk sejenis kepala bunga yang terdiri dari kuntum-kuntum berwarna hijau dengan tangkai bunga yang berdaging dan lonjong berdaun lebar. Cabang banyak dan tangkai bunga muncul dari dasar daun. Brokoli adalah salah satu tanaman dataran tinggi yang hidup pada ketinggian 650-2000 dpl dengan suhu 18-23ºC. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga 6. Brokoli cocok ditanam dengan jenis tanah lempung berpasir tetapi mampu beradaptasi terhadap tanah ringan seperti endosol. Namun syarat yang paling penting adalah keadaan tanahnya subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH tanah adalah 5,5-6,5 dan pengairannya cukup memadai, sedangkan untuk umur panen brokoli sangat bervariasi, tergantung varietas atau kultivar yang ditanam (Rukamana, 1994) 7. Brokoli dapat dibudidayakan dengan sistem pertanian konvensional maupun sistem pertanian organik. Menurut Pracaya (2009)8, dalam pertanian konvensional sering digunakan bahan kimia buatan pabrik berupa pupuk, pestisida sintesis, perangsang tumbuh, antibiotik, dan lain-lain untuk meningkatkan produksi pangan. Produksi meningkat tetapi di sisi lain terjadi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan akibat pemakaian produk tersebut. Selain itu, petani menjadi ketergantungan pada bahan kimia yang berharga mahal dan kadang langka. Keadaan ini menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi tinggi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Adapun pestisida yang digunakan 6 http://www.minggupagi.com [20 April 2011] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20747/4/Chapter%20II.pdf [20 April 2011] 8 Pracaya. 2009. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Salatiga [20 April 2011] 7 8 untuk memberantas hama dan penyakit dapat diganti dengan pestisida organik yang mudah dalam pembuatannya, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak meracuni konsumen karena cepat terurai, dan tanamannya mudah diperoleh (Pracaya, 2009). Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai brokoli, diantaranya yaitu (Suryani, Emilda. 2010) yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli pada PT XYZ dan (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. (Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok brokoli, sedangkan (Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan Brokoli. Kedua penelitian sebelumnya, membahas mengenai rantai pasok brokoli organik sehingga informasi dari skripsi sebelumnya akan sangat berguna bagi penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan manajemen rantai pasokan brokoli organik pada studi kasus PT Agro Lestari Cibogo, Bogor. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada komoditas yang menjadi objek penelitian, dimana penelitian ini hanya meneliti brokoli organik, sedangkan kedua penelitian sebelumnya meneliti komoditi brokoli dengan sistem penanaman konvensional. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga terkait pada metode penelitian yang digunakan. 2.2 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management Kotler (2003)9 mengatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses budidaya), mentransformasikan bahan mentah tersebut (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Heizer dan Render (2001), manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, 9 http://gakmesti.wordpress.com/tag/rantai-pasokan/ [7 April 2011] 9 perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Mencakup semua interaksi diantara pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Anatan L (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Melalui rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien. Salah satu hal terpenting dalam manejemen rantai pasokan adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran material, arus kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan. Menurut Jebarus (2001) Manajemen Rantai Pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep tataniaga untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufacture, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir berada dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Pembahasan mengenai perbedaan konsep Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga dilihat berdasarkan definisi, tujuan serta interaksi kedua konsep tersebut. Berdasarkan definisi dari beberapa pakar, Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. Sedangkan tataniaga merupakan segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barangbarang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tujuan Manajemen Rantai Pasokan berdasarkan pendapat para pakar adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Jadi keterbukaan antar rantai sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan Manajemen Rantai Pasokan. Syarat efisiensi Manajemen Rantai 10 Pasokan yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat pada waktunya dan sesuai dengan kualitas serta kuantitas yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasokan. Sedangkan tujuan dari tataniaga menurut beberapa pakar yaitu untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. Syarat efisiensinya tataniaga yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. Interaksi yang terjadi dalam Manajemen Rantai Pasokan memiliki arus bolak-balik antara anggota rantai pasokan, mulai dari petani hingga konsumen akhir. Sedangkan interaksi yang terjadi pada konsep tataniaga memiliki arus searah antar anggota rantai pasokan. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga No. Item 1. Definisi 2. Tujuan 3. Interaksi Manajemen Rantai Pasokan MRP merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. (1)(2) Untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. (4) Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores memiliki arus bolak-balik. (1)(2) Tataniaga Tataniaga adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. (3) Untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. (5) Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores memiliki arus searah. (1)(2)(4) Keterangan : (1) Kotler (2003) (2) Kalakota (2002) (3) Kamaluddin (2009) http://kamaluddin86.blogspot.com/2009/06/biaya-dan-margin- pemasaran.html (4) http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scm-definisi.html (5) http://www.scribd.com/doc/52915266/ekonomipertanian 11 Beberapa penelitian yang menganalisis mengenai Manajemen Rantai Pasokan, diantaranya (Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ, (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan (Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura CipanasCianjur, Jawa Barat. Objek ketiga penelitian tersebut merupakan komoditas hortikultura, dimana ketiga peneliti tersebut menggunakan komoditi yang potensial. Ketiga peneliti tersebut sepakat bahwa kualitas produk, kuantitas produk, serta distribusi produk merupakan hal yang penting untuk kerberlangsungan suatu usaha. Oleh karena itu (Suryani, Emilda. 2010) (Adinugroho, Brahmantyo. 2009), dan (Asril, Zikra. 2009 ) menggunakan analisis rantai pasok dalam penelitiannya. Suryani, Emilda (2010) menganalisis mengenai pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan sub kriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Sedangkan (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat menggunakan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN) dan analisis kesesuaian atribut. (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan analisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura CipanasCianjur, Jawa Barat juga menggunakan alat analisis yang berbeda dari (Suryani, Emilda. 2010) dan (Adinugroho, Brahmantyo. 2010). Dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009) menggunakan analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Proses Hirarki Analitik (PHA). Menurut (Asril, Zikra. 2009), aliran rantai pasokan dalam penelitian ini dimulai dari petani ke bandar, lalu ke Usaha Dagang (UD) dan Sub Terminal Agribisnis (STA), selanjutnya dikirim ke retail atau pedagang pengumpul. Berdasarkan perhitungan alat analisis yang digunakan oleh (Asril, Zikra. 2009), maka petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat 12 keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapat oleh bandar 20,49 persen dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Retail memperoleh rasio nilai tambah yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa retail mendapat keuntungan paling tinggi dalam rantai pasokan brokoli. Tidak jauh berbeda dengan penelitian (Asril, Zikra. 2009), dalam penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dimulai dari pemasok, kebun perusahaan, distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Namun untuk penelitian (Suryani, Emilda. 2010), memfokuskan pada pemilihan pemasok. Menurut (Suryani, Emilda. 2010) terdapat enam kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih pemasok yaitu harga, kualitas, ketetapan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran, reputasi pemasok, dan pelayanan. Untuk sub kriterianya yaitu kesesuaian harga, memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu, lead time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal, dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas, kecepatan respon pesanan dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapatkan tiga pemasok brokoli yaitu pemasok HSL, pemasok AGP, dan pemasok DD. Sedangkan analisis PHA menunjukkan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok AGP dengan bobot 0,552. Aliran rantai pasok dalam penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010), memiliki persamaan dengan penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dan (Asril, Zikra. 2009), dimulai dari petani sayuran, PT Frida Agro dan supermarket. Namun dalam penelitian ini, masih terdapat masalah yang mengindikasi bahwa kinerja rantai pasokan masih belum efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai dari hasil kesesuaian 12 atribut kinerja yang digunakan. Sedangkan untuk desain indikator kinerja dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009), dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis, 13 tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, dan pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan risiko. Atribut kinerja terdiri dari realibility, responsiveness, flexibility/quality, biaya, dan asset. Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, flexibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle, dan iventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu, kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead time pemenuhan pesanan. Pada penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menilai kinerja berdasarkan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Hasil dari analisis tersebut, menunjukkan bahwa hanya dua atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Sedangkan untuk penelitian dari (Suryani, Emilda. 2010), tidak mengukur kinerja rantai pasokan. Dari ketiga skripsi tersebut, peneliti mendapatkan informasi dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010), penulis mendapatkan informasi mengenai penerapan FSCN di sebuah perusahaan distributor sayuran, namun pada skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) tidak menggunakan pengukuran efisiensi kinerja dengan menggunakan analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Berdasarkan skripsi (Asril, Zikra. 2009), peneliti memperoleh informasi mengenai pola distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dikaitkan dengan 12 atribut kemitraan sehingga peneliti mendapatkan referensi mengenai penggunaan atribut untuk menilai kinerja rantai pasok. Namun, dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009), lebih membahas tentang pola distribusi dan performa distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dijalankan. Sedangkan dalam penelitian ini, membahas performa dalam efisiensi kinerja dan kinerja kemitraan. Berdasakan skripsi (Suryani, Emilda. 2010), 14 mendapatkan informasi mengenai pemilihan pemasok, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam memahami kriteria-kriteria pemasok yang baik dalam Manajemen Rantai Pasokan, namun dalam penelitian (Suryani, Emilda. 2010) tidak menghitung kinerja. 15 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management Perubahan yang sangat cepat yang terjadi di dunia bisnis menyebabkan kompetisi di antara pemain-pemain bisnis menjadi semakin nyata. Peningkatan tingkat kompetisi tersebut ditandai dengan permintaan yang berfluktuasi, penurunan tingkat loyalitas konsumen, dan semakin singkatnya siklus hidup produk. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam menghadapi permasalahan ketidakpastian tersebut adalah melalui strategi yang dikenal dengan Manajemen Rantai Pasokan. Di dalam strategi Manajemen Rantai Pasokan, setiap perusahaan merupakan pemasok sekaligus konsumen dari suatu sistem rantai pasokan tertentu. Aplikasi Manajemen Rantai Pasokan tersebut dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun pada sistem yang dibangun itu sendiri. Kotler (2003)10 mengatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan adalah pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses budidaya), mentransformasikan bahan mentah tersebut (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Konsep Manajemen Rantai Pasokan ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas dimana pengelolaan rantai pasokan ini meliputi bagaimana mengelola proses mendapatkan bahan mentah, pengalokasian faktor produksi dari supplier, pengelolaan proses produksi itu sendiri, penggunaan teknologi di dalam proses produksi, mekanisme pengangkutan barang dan bahan baku, pemasaran melalui agen-agen distributor, pengelolaan modal, hutang dan piutang perusahaan, pengelolaan persediaan dalam gudang pemasaran melalui periklanan melalui media hingga barang tersebut dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen akhir. Secara umum konsep Manajemen Rantai Pasokan merupakan suatu konsep yang 10 http://gakmesti.wordpress.com/tag/rantai-pasokan/ [7 April 2011] 16 dikembangkan untuk mengelola bagaimana entitas suatu bisnis atau organisasi bekerja secara bersamaan dan bagaimana pengelolan hubungan suatu bisnis dengan konsumen dan pemasoknya. Kalakota (2000)11 mendefinisikan Manajemen Rantai Pasokan adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. 1) Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. 2) Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. 3) Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. Rantai pasokan merupakan hal yang dinamis dan melibatkan aliran informasi yang konstan, produk, dan keuangan antar tingkat-tingkat yang berbeda. Pada kenyataannya, tujuan utama dari berbagai rantai pasokan adalah memenuhi kebutuhan pelanggan dan dalam proses akan menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk atau pasokan dari supplier kepada pembuat produk, distributor, pengecer, pelanggan sepanjang rantai. Gambar 1. dari tingkat-tingkat rantai pasokan: 11 http://www.scribd.com/doc/31340246/Pengertian-Supply-Chain-Management [6 April 2011] 17 Supplier Manufacture Distributor Retailer r Customer Supplier Manufacture Distributor Retialer Customer Supplier Manufacture Distributor Retialer Customer Sumber : Ramalhinho ,2009 Gambar 1. Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan Tiap-tiap tingkat dari rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi, dan keuangan. Aliran ini biasanya terjadi secara langsung dan mungkin diatur oleh satu tingkat atau perantara. Tiap-tiap tingkat tidak ingin ditunjukkan dalam rantai pasokan. Rancangan rantai pasokan yang tepat tergantung pada kebutuhan pelanggan dan peran yang dijalankan oleh tiap-tiap tingkat yang terlibat. Melihat definisi diatas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. terdapat pemain utama dalam Manajemen Rantai Pasokan 12 . Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam rantai pasok : 12 Dikutip dari Ramalhinho http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scmdefinisi.html [6 April 2009] 18 1) Supplier (Chain 1) Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. 2) Supplier-Manufacturer (Chain 1-2) Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacture yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. 3) Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2-3) Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar. 4) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail (Chain 1-2-3-4) Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas. 5) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail-Customer (Chain 1-2-3-4-5). Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini sebagai end-user. Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya, dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut yang terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti peranannya secara 19 jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumber daya rantai. Kerangka analisis Manajemen Rantai Pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Siapa saja anggota rantai dan apa peranannya? Konfigurasi peraturannya? Sasaran Rantai Struktur Rantai Pasokan Manajemen Rantai Manajemen struktur apa yang digunakan? Bagaimana kontraknya? Struktur Pengelolaannya? Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP ? Bagaimana tingkat integrasi dari setiap proses? Proses Bisnis Rantai Sumber Daya Rantai Kinerja Rantai Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses dalam rantai Sumber : Van Der Vorst, 2005 Gambar 2. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan MRP optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Manajemen Rantai Pasokan merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan 20 sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi Manajemen Rantai Pasokan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi Manajemen Rantai Pasokan yang semakin menguatkan argumen bahwa implementasi Manajemen Rantai Pasokan memang membutuhkan dukungan berbagai pihak seperti pada penjelasan Chopra & Meindl, 2007: 1. Incerasing Variety of Products Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada konsumen (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen. 2. Decreasing Product Life Cycles Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran. 3. Increasingly Demand Customer Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standar (customize). 21 4. Fragmentation of Supply Chain Ownership Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini membuat Supply Chain Mangement semakin rumit dan kompleks. 5. Globalization Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia. 3.1.2 Kemitraan Integrasi di dalam sebuah struktur rantai pasokan dilakukan dengan menjalin kerjasama dan koordinasi antar pelaku rantai pasokan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membuat rantai pasokan lebih efektif serta efisien melalui penciptaan respon yang lebih cepat terhadap permintaan konsumen, meminimalisir biaya transaksi maupun inventori, serta keterbukaan informasi diantara pelaku rantai pasokan. Kerjasama dan koordinasi tersebut dapat dibangun melalui sebuah kemitraan diantara beberapa pihak dalam rantai pasokan. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat didefinisikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebihdalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 1999). Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara kedua belah pihak, dimana hal ini ditunjukan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan 22 berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangakan dikatakan koordinasi vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran dengan pihak di luar perusahaan. Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan akan sangat menentukan terciptanya kolaborasi antara anggota rantai. Intensitas kolaborasi secara umum terbagi atas empat tingkatan yakni: 1) Transactional Collaboration, 2) Cooperative Collaboration, 3) Coordinated Collaboration, 4) Synchronized Collaboration (Said et al, 2006). Hubungan yang terjadi dalam transactional collaboration adalah hubungan dagang biasa yang terbatas pada kegiatan jual beli suatu produk. Kolaborasi ini bersifat terbatas (limited collaboration) tapi meliputi banyak hubungan kerjasama. Kolaborasi tersebut juga mendasarkan pemilihan mitranya pada aspek harga dan tidak menganggap tukar menukar informasi menjadi hal yang penting. Pada tingkatan cooperative collaboration, telah terdapat kegiatan saling memberi informasi walaupun sifatnya tidak mengikat dan sukarela. Informasi yang diberikan pada tingkatan kolaborasi tersebut misalnya mengenai perkiraan produksi dan kapasitas pengangkutan dari distributor. Tingkatan coordinated collaboration merupakan tingkatan yang lebih tinggi karena memiliki aturan khusus yang mengharuskan mitra dalam rantai pasokan untuk saling bertukar 23 informasi. Kesalahan atau keterlambatan informasi dari salah satu mitra dapat berdampak pada pemberian denda. Tingkatan tertinggi dari intensitas kolaborasi adalah synchronized collaboration atau sering juga disebut aliansi strategis. Pada tingkatan kolaborasi tersebut kedua belah pihak bahkan sudah berbagi risiko melalui investasi awal. Rentang kedalaman hubungan dalam kolaborasi meliputi kolaborasi yang terbatas (limited collaboration) hingga kolaborasi yang intensif (extensive collaboration). Kedalaman hubungan kolaborasi tersebut dipengaruhi cakupan aspek kerjasama yang disepakati oleh pihak yang terkait kolaborasi. Frekuensi hubungan kolaborasi terdiri dari hubungan kerjasama yang banyak (many relationship) hingga hubungan kerjasama yang sedikit (few relationship). Frekuensi hubungan kerjasama dalam kolaborasi ditentukan oleh jumlah dan ragam transaksi yang dihasilkan terkait hubungan kolaborasi, dimana semakin banyak serta beragamnya transaksi antara pihak yang berkolaborasi maka hubungan kerjasama dalam kolaborasi tersebut dikategorikan many relationship. Spektrum kolaborasi yang berada pada situasi few relationship dengan limited collaboration tidak disarankan untuk membangun hubungan kolaborasi karena pada dasarnya hubungan ini tidak akan melibatkan transaksi dalam jumlah besar sehingga dampak dari hasil kolaborasi pun kecil. Pada situasi dimana kolaborasi yang sangat intensif (extensive collaboration) dengan hubungan kerjasama yang banyak (many relationship) juga tidak disarankan untuk melakukan kolaborasi karena akan sangat rumit dalam pengelolaannya. Gambar 3 menggambarkan spektrum kolaborasi dimana masing-masing tingkatan kolaborasi dipetakan dalam dua dimensi yakni tingkat kedalaman hubungan dan frekuensi berhubungan. 24 Extensive Collaboration Not Viable Synchronized Collaboration Coordinated Collaboration Cooperative Collaboration Limited Collaboration Low Return Transactional Collaboration Many Relationship Few Relationship Sumber: Said et al (2006) Gambar 3. Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Perubahan gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru masyarakat meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan permintaan untuk produk khususnya sayuran organik. Salah satu produk sayuran organik yang memiliki permintaan yang terus meningkat yaitu komoditas brokoli organik. Di sisi lain, semakin kritisnya tuntutan konsumen yang diiringi dengan semakin kuatnya peranan konsumen dalam hal pemilihan kualitas produk. Mulai dari kesegaran brokoli organik saat sampai ke tangan konsumen, kebersihan, hingga kemasan produk. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa adanya perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumen driven). Anggota rantai pasokan brokoli organik yang terdiri dari petani organik, PT Agro Lestari, dan PT X berupaya untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut dengan memproduksi, mendistribusi, dan menjual brokoli organik sebagai salah satu kegiatan bisnisnya. Namun dalam kegiatan usahanya, rantai pasokan brokoli organik memiliki permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan pengelolaan rantai pasokan yang belum terorganisir dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang diusulkan untuk dilakukan adalah melalui penetapan strategi-strategi guna menyelesaikan permasalahan- permasalahan tersebut. 25 Konsep Manajemen Rantai Pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan brokoli organik. Penerapan MRP brokoli organik tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan melalui pembangunan komitmen yang transparan dan berkeadilan dalam jangka panjang. Namun, upaya penerapan MRP yang telah berjalan masih menghadapi berbagai kendala permasalahan terkait efisiensi rantai pasokan, komitmen anggota rantai pasokan, maupun perolehan nilai tambah produk yang berbeda pada beberapa pelaku rantai pasokan. Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen rantai pasokan yang komprehensif untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan MRP brokoli organik di PT Agro Lestari. Setelah itu, diperlukan juga suatu analisis untuk merumuskan kebijakan bagi pengembangan maupun perbaikan dari manajemen rantai pasokan brokoli organik. Pengkajian rantai pasokan pada produk brokoli organik membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. Pembahasan secara spesifik mengenai performa rantai pasokan yang akan dibahas meliputi performa efisiensi dan performa kemitraan. Performa efisiensi dari rantai pasokan dianalisis berdasarkan konsep efisiensi tataniaga dengan menghitung margin tataniaga serta farmer’s share yang terbentuk. Performa kemitraan akan dievaluasi secara deskriptif dengan beberapa atribut mengenai kinerja kemitraan. Informasi mengenai kondisi efisiensi rantai pasokan, kinerja kemitraan dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan brokoli organik. Hasil 26 dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangkan manajemen rantai pasokan brokoli organik. Secara singkat kerangka pemikiran operasional penelitian dapat disajikan pada Gambar 4. Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven Permintaan terhadap sayuran brokoli meningkat Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari Kondisi dan Permasalahan Rantai Pasokan (MRP) brokoli organik pada PT Agro Lestari Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan Brokoli Organik secara komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya Rantai 4. Manajemen Rantai 5. Proses Bisnis Rantai 1. Analisis Kinerja Rantai : 1. Kinerja Kemitraan Kesesuaian Atribut 2. Kinerja Efisiensi Kondisi Kinerja Penerapan MRP pada PT Agro Lestari Rekomendasi Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada PT Agro Lestari Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 27 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak, Jl. Diklat PLN No. 1, Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) didasarkan pada kondisi wilayah tersebut yang baik untuk produksi brokoli organik dan adanya kerjasama dengan PT X sebagai pemasar produk organik yang telah memiliki sertifikat organik dan telah memiliki kerjasama kemitraan dengan pihak supermarket yang berada di daerah Jakarta. Penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Juni 2011. 4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung, kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi langsung, kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen pihak yang terkait dan studi pustaka. Responden dalam penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro Lestari, pihak PT X, dan Lotte Mart sebagai perwakilan dari pihak supermarket. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternatif kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan brokoli organik yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal 28 kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. 4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Agro Lestari Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000) yang kemudian dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Untuk melihat efisiensi kinerja, maka digunakan metode margin tataniaga serta farmer’s share dan melihat kinerja kemitraan yang telah ada dengan sebelas atribut kemitraan dan dijelaskan secara deskriptif. 4.3.1.1 Sasaran Rantai 1) Sasaran Pasar Sasaran pasar memaparkan tentang bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Dalam hal ini, sasaran pasar dapat menjelaskan mengenai bagaimana berlangsungnya model suatu rantai pasokan terhadap brokoli organik yang dipasarkan. Tujuan pasar dideskripsikan dengan jelas, seperti siapa pelanggan produk brokoli organik, apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklarifikasikan ke dalam upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut. 2) Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan menjelaskan target atau objek dalam rantai pasokan brokoli organik yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik dirancang bersama-sama oleh pelaku rantai yakni petani mitra, PT Agro Lestari dan PT X. Bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. 29 4.3.1.2 Struktur Jaringan Struktur jaringan menjabarkan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan beserta peranannya masing-masing. Aliran komoditas mulai dari hulu hingga hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijabarkan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. 4.3.1.3 Manajemen Rantai Manajemen rantai menjelaskan konfigurasi hubungan yang terjadi dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama di dalam rantai pasokan. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasokan dan memiliki kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Terdapat beberapa aspek khusus yang harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain : 1) Pemilihan Mitra Dijelaskan mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk, kriteriakriteria apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana praktek di lapangan. 2) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem Transaksi Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. 30 3) Kolaborasi Rantai Dijelaskan mengenai koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan yang dipaparkan secara lengkap meliputi tindakan kolaboratif, perencanaan kolaboratif serta proses trust building. 4.3.1.4 Sumberdaya Rantai Hal yang penting untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat mendukung upaya pengembangan rantai pasokan yaitu meninjau sumberdaya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan. Beberapa komponen yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya rantai antara lain mencakup aspek sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, teknologi, sistem informasi dan permodalan. 4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antara anggota rantai pasokan, pola distribusi (produk, modal, dan informasi), serta jaminan identitas merek. 4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya telah dijelaskan, kemudian menilai rantai pasokan berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan brokoli organik menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja efisiensi rantai pasokan serta kinerja kemitraan. 4.3.2.1 Kinerja Kemitraan Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan 31 secara terintegrasi. Oleh karena itu, kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan brokoli organik diukur dengan melihat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan terhadap pelaksanaan kemitraan. Dalam hal ini yaitu petani, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut. Dari nilai atribut yang diperoleh, maka hasilnya dapat dijelaskan secara deskriptif. Hasil dari penelitian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut kemitraan tersebut dibandingkan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasokan. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum menetapkan atribut kemitraan, penulis mendiskusikan terlebih dahulu dengan pihak PT Agro Lestari untuk menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 11 atribut. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 5. Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Atribut Kemitraan Komitmen dalam kerjasama Keterbukaan informasi Tingkat keuntungan Akses permodalan Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Kualitas produk Penerapan standar budidaya Tingkat penjualan Harga jual produk Penanggungan risiko secara adil Upaya peningkatan keterampilan 32 4.3.2.2 Efisiensi Rantai Pasokan Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari suatu pengelolaan rantai pasokan secara terintegrasi antara lain agar mampu menjamin produk diterima konsumen dengan harga yang bersaing, cepat, berkualitas, dan mudah diakses. Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator bagi keberhasilan rantai pasokan brokoli organik adalah efisiensi biaya disepanjang rantai pasokan, sehingga harga produk di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Oleh karena itu, proses penyaluran produk brokoli organik dari petani hingga konsumen akhir harus mampu dilakukan dengan biaya yang efisien. Efisiensi biaya transaksi atau pemasaran di dalam rantai pasokan brokoli organik tersebut akan meningkatkan profitabilitas rantai pasokan. Efisiensi tersebut juga berarti bahwa walaupun harga di tingkat konsumen akhir kompetitif, tetapi setiap pelaku rantai pasokan memperoleh keuntungan secara wajar sesuai dengan peranannya masing-masing. Konsep tataniaga pertanian yang digunakan untuk menilai kondisi efisiensi dalam rantai pasokan brokoli organik meliputi perhitungan margin pemasaran brokoli organik serta farmer’s share. Marjin tataniaga brokoli organik digunakan untuk melihat perbedaan harga di berbagai tingkat anggota rantai pasokan yang terlibat. Perhitungan marjin meliputi beberapa pelaku rantai yakni dari tingkat petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket. Perhitungan margin diperoleh dari pengurangan biaya penjualan dengan pembelian pada setiap tingkat anggota rantai pasokan brokoli organik. Secara matematis hubungan antara marjin tataniaga yang diperoleh pelaku rantai pasokan dapat dituliskan sebagai berikut : Mi = Hji – Hbi Keterangan : Mi = Marjin tataniaga pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Hji = Harga penjualan brokoli organik pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Hbi = Harga pembelian brokoli organik pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) i = 1,2,3,.....n 33 Bagian yang diterima petani dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir farmer’s share juga menjadi hal yang dianalisis guna mengetahui kinerja efisiensi rantai pasokan brokoli organik. Konsumen akhir brokoli organik yang dibahas adalah pembeli yang membeli brokoli organik di supermarket, sedangkan harga di tingkat konsumen akhir diasumsikan merupakan harga yang ditetapkan oleh supermarket. Analisis farmer’s share merupakan analisis yang menggunakan penyebaran marjin tataniaga yang dapat dilihat berdasarkan bagian yang diperoleh masing-masing pelaku rantai pasok dengan keterlibatan dalam proses transpormasi output. Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga, dimana semakin tinggi nilai marjin tataniaga brokoli organik maka nilai farmer’s share akan semakin rendah. Secara matematis farmer’s share dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : FS = FP x 100% CP Keterangan : FS = Farmer’s share (%) FP = Harga di tingkat petani (Rp/kg) CP = Harga di tingkat konsumen akhir (Rp/kg) 34 V Gambaran Umum Perusahaan 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang sayuran organik. Kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan meliputi budidaya sayuran organik sebanyak dua puluh jenis tanaman dan distributor sayuran organik untuk perusahaan PT X. PT Agro Lestari didirikan pada tahun 1983 oleh Tri Judadmadji, SE selaku pemilik perusahaan. Perusahaan tersebut memulai usahanya di bidang budidaya, daerah Sukabumi dan sekitarnya. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah kapolaga lokal, tanaman obat serta rempah-rempah seperti berbagai jenis jahe, cabai, dan sayuran daun. Selain itu, perusahaan juga mendirikan unit bisnis lainnya seperti industri pembuatan arang batok kelapa, industri pembuatan minuman dari bahan baku temulawak dan pengolah asinan jahe. Tahun 1984 sampai dengan 1996, PT Agro Lestari mengadakan kerjasama dengan salah satu perusahaan di daerah Tegal yang membuka usaha agrowisata dan budidaya sayuran istimewa di daerah Guci Lereng Gunung Selamet. Setelah kembali dari Tegal, PT Agro Lestari memperluas usahanya dengan membuka agroindustri dan agronomi sayuran istimewa di daerah Sukabumi. Kegiatan usahanya antara lain pengalengan jamur dan buah-buahan, pembuatan nata de coco, sayuran sistem semi hidroponik dan usaha beberapa jenis jamur. Tahun 1999 sampai dengan awal tahun 2007, PT Agro Lestari mengadakan kerjasama dengan pengusaha dari Korea untuk membudidayakan sayuran khusus organik. Jenis sayuran yang ditanam meliputi lebih dari dua puluh jenis tanaman, dan mendatangkan bibit dari Korea. Pada saat itu, PT Agro Lestari mempunyai lahan tanam kurang lebih lima hektar dengan status lahan milik pribadi dan lahan sewa, yang tersebar di beberapa daerah antara lain ; Bogor, Sukabumi dan Leuwiliang. Pada tahun yang sama, PT Agro Lestari memiliki toko saprotan yang terletak di daerah Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah lepas dari kerjasama dengan pengusaha Korea, PT Agro Lestari membudidayakan sayuran organik sendiri di Desa Cipari, Kelurahan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dengan lahan sewa seluas dua hektar. 35 Selain budidaya, kegiatan bisnis PT Agro Lestari adalah melakukan kerjasama dalam bidang pemasaran sayuran organik dengan perusahaan PT X. Perkenalan PT Agro Lestari dengan PT X, berawal dari informasi para petani yang menjadi langganan toko saprotan milik PT Agro Lestari. Akhirnya pada tahun 2010, PT Agro Lestari menutup toko saprotan yang berada di Ciawi untuk lebih berkonsentrasi menangani bisnis sayuran organik. 5.2 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Selain itu, struktur organisasi memperlihatkan hierarki dan susunan kewenangan serta hubungan pelaporan. Bentuk PT Agro Lestari adalah milik perseorangan dengan Akta Notaris No. 62/15 Februari tahun 1984, dimana Tri Judadmadji, SE selaku pemilik perusahaan juga merangkap sebagai pimpinan perusahaan yang membawahi tiga divisi yaitu : 1) Divisi Budidaya, yaitu bertanggung jawab terhadap proses pembibitan, penanaman, perawatan hingga saat panen. 2) Divisi Pemasaran, yaitu bertugas melakukan penimbangan dan pengemasan produk yang telah dipanen serta melaporkan hasil pengemasan kepada distributor dan manajer keuangan. 3) Divisi Keuangan, yaitu menangani kegiatan keuangan sehari-hari serta administrasi perusahaan, termasuk mencatat semua jumlah pembelian dan penjualan. Tugas lainnya adalah membuat laporan laba rugi dan pemasukan serta pengeluaran uang. 5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan Umumnya kegiatan produksi membutuhkan berbagai macam sarana produksi atau barang input atau biasa disebut dengan sumberdaya. Sumberdaya pada PT Agro Lestari digolongkan menjadi ; sumberdaya alam atau fisik (natural resources), sumberdaya manusia (labour resources) dan sumberdaya modal 36 (capital resources). Pada usaha yang dijalankannya, perusahaan menggunakan ketiga sumberdaya tersebut dalam kombinasi jumlah dan kualitas tertentu. 5.3.1 Sumberdaya Fisik Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi sumberdaya lahan, serta sarana dan prasarana pendukung. Sumberdaya lahan yang dimiliki perusahaan terbagi ke dalam dua unit lokasi, yaitu 2,5 hektar di Cisarua dan 1 hektar di Cibogo. Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prasarana produksi di kebun produksi dan sarana penunjang di kantor. Kantor pusat dan kantor pemasaran berada di satu tempat yaitu di Diklat PLN Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sarana yang digunakan untuk kegiatan kantor adalah sebagai berikut komputer, printer, faxsimilie, telepon dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang ada untuk pemasaran yakni mobil pick up, timbangan duduk, keranjang panen, gunting, hand wrapper, tempat sortasi, timbangan kecil dan besar, stepler, dan sarana penunjang lainnya. 5.3.2 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang digunakan oleh PT Agro Lestari terdiri dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja inti terdiri dari tenaga kerja terdidik (skilled labour) dan tenaga kerja terlatih (trained labour). Untuk upah tenaga kerja inti, dibayarkan setiap sebulan sekali, sedangkan untuk tenaga kerja harian sebesar Rp 20.000,00 per hari. Perekrutan tenaga kerja yang dilakukan PT Agro Lestari tidak berdasarkan pendidikan melainkan berdasarkan keahlian, keterampilan, kemauan, kedisiplinan, kejujuran, dan keuletan yang dimiliki. Tenaga kerja tersebut berasal dari lingkungan sekitar perusahaan sehingga dengan adanya PT Agro Lestari, dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan mengurangi angka pengangguran di wilayah tersebut. Daftar sumberdaya manusia di PT Agro Lestari disajikan pada Tabel 6. 37 Tabel 6. Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Pada Tahun 2011 No A 1. 2. B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. C 1. 2. 3. 4. 5. Nama Kantor pusat Tri Judadmadji Dandy Divisi Budidaya Dede Bejo Dede Mamat Obay Ugan Iin Mumun Emi Yeni Divisi Pemasaran Dede Hendar Obar Abi Solah Bagian Pendidikan Direktur utama Manajer keuangan Sarjana Diploma Penanggung jawab Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja SMA SMA SMA SMA SMA Sumber : Agro Lestari 2011 Berdasarkan Tabel 6, diketahui jumlah sumberdaya manusia di PT Agro Lestari Tahun 2011 berjumlah 17 orang, pendidikan yang dimiliki oleh setiap orang sudah cukup proporsional dan menunjang untuk menjalankan setiap tugasnya. 5.3.3 Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang diperlukan adalah modal tetap yaitu kantor dan lahan produksi, sarana dan prasarana pendukung. Sedangkan modal lancar berupa benih, pupuk, bahan bakar dan bahan penunjang lainnya. Modal perusahaan berasal dari modal pribadi pemilik dan investor dari pihak keluarga. Hingga saat ini, PT Agro Lestari belum pernah melakukan pinjaman modal melalui pihak lembaga keuangan karena modal yang dimiliki sudah cukup baik dari investor maupun pemilik usaha. Dalam pencatatan dan pembukuan laporan keuangan di PT Agro Lestari, semuanya dikerjakan melalui komputer untuk mempermudah proses pengerjaan dan perhitungan secara rinci. 38 5.4 Deskripsi Kegiatan Perusahaan Aktivitas bisnis pada PT Agro Lestari terdiri atas dua subsistem usaha yaitu budidaya sayuran organik dan kegiatan pemasok atau distributor sayuran. Aktivitas bisnis yang dilakukan oleh PT Agro Lestari adalah sebagai berikut ini. 5.4.1 Budidaya Brokoli Organik Kegiatan yang dilakukan oleh PT Agro Lestari adalah budidaya sayuran organik. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. 1) Persiapan Lahan Kegiatan yang termasuk dalam persiapan lahan adalah kegiatan sanitasi lahan, pencangkulan, pembentukan bedengan kasar, pemupukan, pengapuran, pembentukan bedengan halus, dan penyiraman. Kegiatan persemaian dimulai dengan menyiapkan benih, menyiapkan media semai, perkecambahan, memindahakan kecambah ke dalam polibag semai, perawatan yang terdiri dari pengendalian hama, sirkulasi udara, sanitasi dan pemupukan tambahan. 2) Penyemaian benih Sebelumnya benih brokoli disemai terlebih dahulu. Benih yang digunakan adalah varietas Green King. Persemaian dilakukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan bibit dan untuk keseragaman sewaktu penanaman di lahan. Lahan yang digunakan untuk persemaian brokoli sebelumnya dilakukan pembersihan terlebih dahulu dari rumput-rumput liar yang tumbuh. Selanjutnya tanah diolah dengan mencangkul sedalam 30 cm sampai gembur. Dilanjutkan dengan membuat bedengan-bedengan selebar 100-120 cm. Jarak antar bedengan 20-30 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Media semai menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang diaduk sampai rata sehingga tercipta media semai campuran. 3) Penanaman Kegiatan penanaman dimulai dengan menentukan pola tanam, membuat lubang tanam, menanam, dan menyiram tanaman. Tanaman brokoli tumbuh baik 39 pada suhu udara 13-24 °C. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman ini 8090 persen. Tanaman brokoli memerlukan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 1.000-1.500 cm/tahun. Tanah yang dibutuhkan adalah subur, gembur, kaya bahan organik dan tidak mudah menggenang seperti pada tanah lempung berpasir tetapi dapat hidup dengan baik pada tanah jenis andosol, latosol, regosol, mediteran, dan aluvial. Kisaran keasaman (pH) yang cocok adalah 5,5-6,5. Masa pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan pelindung untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Masa pertumbuhan memerlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan. Jarak tanam yang dipakai adalah 50 × 50 cm untuk bibit bertajuk lebar dan 45 × 65 cm untuk bibit bertajuk tegak. Waktu tanam terbaik adalah di pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB atau sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Penanaman dilakukan pada bibit yang sudah berumur sekitar satu bulan, atau sudah mempunyai 3-4 helai daun. Satu lubang ditanami satu bibit. Pemindahan harus dilakukan secara hati-hati supaya akar atau daunnya tidak rusak. 4) Penyiraman Pemeliharaan bibit di persemaian, dilakukan dengan penyiraman 1-2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan saat umur bibit 14 hari atau saat gulma sudah terlihat. Pemupukan dilakukan ketika umur semaian 14-25 hari dengan menggunakan pupuk kandang. Pemupukan pada saat penanaman dilakukan tiga kali atau lebih jika kondisi pertumbuhan tanaman kurang memuaskan. Pemupukan pertama adalah pemupukan dasar pada saat penanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada saat umur tanaman 10-15 hari setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah kandang sebanyak 1 kg/bedeng. Pemupukan ketiga dilakukan setelah berumur 25-30 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 kg/bedeng. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual, yaitu dengan mencari hama di setiap tanaman dan mengambilnya dengan menggunakan tangan. Hama yang biasa menyerang tanaman brokoli diantaranya adalah ulat tanah, ulat gerayak dan ulat plutella. Sedangkan penyakit yang umum menyerang brokoli antara lain akar bengkak dan busuk batang. 40 Pengendalian hama dan penyakit tanaman brokoli dilakukan jika sudah terdapat serangan pada tanaman tersebut. 5) Pemanenan Brokoli yang siap dipanen memiliki massa bunga (curd) yang telah kompak, berwarna hijau tua dan dalam keadaan rapat. Brokoli dipanen pada umur 60-80 hari, pemanenan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan pisau untuk memotong pangkal tanaman dan trimming ketika di kebun. Panen brokoli dilakukan pada pagi hari agar dapat menghindari bobot setelah panen. Panen dimulai dengan memilih brokoli yang telah siap panen lalu dipotong pada bagian pangkal dengan menggunakan pisau kemudian dikumpulkan di luar lahan untuk penanganan lebih lanjut. Panen biasanya dilakukan 2-3 kali dalam satu musim tanam karena terkait dengan pola panen sortir, yang dilakukan oleh petani. Selang waktu yang digunakan antar panen adalah dua hari. 6) Pasca Panen Pasca panen dimulai setelah pemanenan oleh petani dan dilanjutkan dengan proses pengemasan oleh PT Agro Lestari. Selain itu, keberhasilan penanganan pasca panen juga tergantung pada pengalaman dan pengetahuan dari para pelaku pasca panen dan teknologi yang digunakan. Kegiatan pasca panen terdiri dari: a. Pembersihan Pembersihan dilakukan di lahan petani mitra. Petani membersihkan brokoli dengan menghilangkan kotoran-kotoran tanah di bagian bunga dan batang, dan setelah itu, dibawa ke PT Agro Lestari. Kegiatan pembersihan brokoli organik dilakukan dengan memotong bagian-bagian dari brokoli organik yang tidak dikehendaki untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan penanganan berikutnya. Aktivitas ini dinamakan trimming. Trimming dilakukan sebelum pencucian untuk mencegah penyakit akibat pemotongan. Selanjutnya memotong daun-daun di sekitar bunga (curd) dan memotong batang brokoli sehingga batang brokoli hanya tersisa sepanjang genggaman tangan. Selama trimming, brokoli kehilangan 50-60 persen bagiannya yang dibuang karena merupakan bagian yang tidak dikonsumsi. 41 b. Pengemasan Langkah awal mempersiapkan produksi adalah merencanakan produksi yang berisi mengenai apa dan berapa brokoli yang harus diproduksi dan menentukan bagaimana teknik budidayanya. Prinsipnya, setiap produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan dirancang agar sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di pasar. Hanya dengan cara ini produksi yang dihasilkan dapat bersaing di pasar dan hal ini mengisyaratkan bahwa rancangan suatu produk secara berkala harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Proses produksi dalam agribisnis menjadi suatu kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan usaha, kegiatan produksi harus dilakukan secara efisien dan efektif untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Efektivitas kegiatan produksi dapat dimulai dari alokasi sumberdaya yang benar, perencanaan proses produksi yang baik serta implementasinya yang dilakukan dengan baik dan benar. Efisiensi produksi dapat dicapai dengan melaksanakan rencana dan proses produksi dengan tepat dan meminimumkan pemborosan selama proses produksi berlangsung. Pemborosan terdiri dari, pemborosan sarana produksi, waktu dan tenaga maupun pemborosan karena kehilangan dan kerusakan produk. 5.4.2 Kegiatan Pemasaran PT Agro Lestari memiliki konsumen setia untuk produk brokoli organik, yakni supermaeket, hotel dan restoran. Berbagai konsumen tersebut tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan pemasaran perusahaan dijalankan oleh bagian pemasaran yang juga menangani pemasaran sayuran lainnya. Salah satu tugas dari bagian ini yaitu mencari tahu sayuran apa saja yang harus diproduksi untuk mengetahui keinginan pasar. Kegiatan pemasaran antara lain : 1. Mengetahui permintaan pasar 2. Menyediakan produk 3. Kegiatan pasca panen yang meliputi trimming, sortir dan gradding. 4. Menimbang dan mengemas produk 5. Melakukan pencatatan dan penjualan pembelian produk 6. Transportasi 42 5.4.3 Pola Kemitraan PT Agro Lestari membangun kemitraan dengan petani plasma untuk menambah volume produksinya. Kemitraan ini terjalin dari adanya permohonan pihak petani untuk bekerja sama dengan PT Agro Lestari. Kerjasama ini menyangkut kesepakatan kedua belah pihak mengenai kewajiban perusahaan dan petani plasma. Manfaat kemitraan bagi petani mitra bekerja sama dengan PT Agro Lestari antara lain : 1. Memperoleh bimbingan teknis 2. Memperoleh pinjaman baik dalam bentuk sarana dan prasarana produksi 3. Meningkatkan hasil panen 4. Memiliki pasar yang pasti 5. Meningkatkan pendapatan petani yang bekerjasama 43 VI Hasil dan Pembahasan Salah satu langkah awal yang terpenting dalam melakukan analisis Manajemen Rantai Pasokan adalah dengan melakukan analisis terhadap model atau kondisi rantai pasokan yang terjadi. Dari hasil analisis dan evaluasi kondisi manajemen rantai pasokan tersebut, maka akan dihasilkan berbagai informasi menyangkut potensi, peluang serta hambatan maupun permasalahan yang terjadi dalam aliran rantai pasokan suatu produk. Informasi mengenai kondisi Manajemen Rantai Pasokan kemudian menjadi suatu input bagi perbaikan kinerja dan pengembangan rantai pasokan. Saat ini telah berkembang upaya untuk menganalisis rantai pasokan suatu produk dengan menggunakan berbagai metode yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik produk maupun karakteristik pelaku rantai pasok serta industri. Pembahasan mengenai model rantai pasokan brokoli organik pada penelitian ini, akan menggunakan suatu kerangka kerja (framework) berupa analisis rantai pasokan yang dikembangkan oleh Lambert dan Cooper (2000) yang kemudian di modifikasi oleh Vorst (2005). Kerangka analisis yang dikembangkan tersebut adalah Food Supply Chain Networking (FSCN). Kerangka FSCN merupakan suatu framework yang memungkinkan peneliti maupun manajer suatu perusahaan untuk dapat mengidentifikasi suatu rantai pasokan secara komprehensif meliputi berbagai hal seperti deskripsi pelaku rantai dan peranannya, hubungan diantara pelaku rantai, mekanisme transaksi, dan alokasi sumberdaya. Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari menggunakan kerangka kerja FSCN, yang akan menganalisis beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Hasil pembahasan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi agenda pembenahan pada perusahaan agar memiliki kinerja rantai pasokan yang baik, memahami karakteristik konsumen, menjamin ketersediaan produk dan mutu serta kontinuitasnya, logistik dan distribusi yang baik, komunikasi dan informasi yang baik, serta hubungan yang efektif antar pelaku rantai. 44 6.1 Sasaran Rantai Aspek ini menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam rantai pasokan brokoli organik yang dilihat dari dua sisi, yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Sasaran atau tujuan yang ditetapkan tersebut nantinya akan menjadi acuan apakah rantai pasokan tersebut telah berjalan dengan baik atau masih perlu diperbaiki. 6.1.1 Sasaran pasar Pemasaran produk hortikultura khususnya untuk produk brokoli yang termasuk jenis sayuran, secara umum ditujukan untuk pemenuhan pasar domestik. Hal tersebut, berkaitan dengan karakteristik produk agribisnis yang umumnya perishable menjadi suatu hal yang seringkali dipertimbangkan dalam pemasaran produk agribisnis. Produk agribisnis khususnya sayuran yang lebih mudah rusak biasanya akan diarahkan bagi pemenuhan pasar lokal, karena pemasaran produk hortikultura dengan jarak yang relatif jauh akan memerlukan suatu perlakuan khusus baik itu dalam hal pengemasan maupun transportasinya. Pergeseran paradigma perdagangan produk pertanian dari konsep product driven menjadi market driven telah menempatkan konsumen sebagai objek yang sangat penting. Hal tersebut kemudian membuat para produsen baik itu skala perusahaan, kelompok tani atau koperasi maupun petani secara individual harus sangat memperhatikan karakteristik konsumen dan pola permintaan secara lebih cermat. Posisi pasar atau konsumen di dalam suatu rantai pasokan merupakan tujuan akhir dari suatu pengelolaan rantai pasokan yang terintegrasi meliputi berbagai pihak. Permintaan dan harapan konsumen harus mampu direspon dengan baik oleh segenap pelaku rantai pasokan agar keinginan konsumen terhadap produk yang disalurkan tersebut terpenuhi, baik dari segi kuantitas atau ketersediaan, kualitas produk, waktu penyampaian yang cepat, maupun harga yang terjangkau. Terpenuhinya permintaan dan keinginan konsumen tersebut pada akhirnya akan membuat konsumen lebih loyal kepada produk yang dihasilkan oleh suatu rantai pasokan. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan keunggulan bersaing dari suatu 45 rantai pasokan dibandingkan dengan rantai pasokan lain yang menghasilkan produk sejenis. PT Agro Lestari pada dasarnya memiliki keinginan untuk memasarkan brokoli organik ke seluruh konsumen baik itu konsumen dalam pasar modern, pasar tradisional, hotel, maupun restoran. Namun tujuan pasar yang ada saat ini yaitu pasar modern (supermarket) di daerah Jakarta dan sekitarnya melalui pemasaran dari PT X. PT Agro Lestari memiliki karakteristik konsumen yang kritis terhadap kualitas produk yang dihasilkan, penilaian konsumen biasanya pada penampilan fisik dan kesegaran dari brokoli organik itu sendiri. Hal tersebut yang menyebabkan pentingnya penerapan standarisasi kualitas brokoli organik, agar brokoli yang diproduksi dapat diterima oleh konsumen. Brokoli organik di distribusikan ke PT X, setelah itu dilanjutkan ke supermarket yang menjadi tujuan pasar. Brokoli organik yang masuk ke supermarket haruslah sudah melewati proses sortir yang ketat oleh pihak perusahaan dan mitra taninya, hal ini dilakukan agar brokoli organik tersebut sesuai dengan pesanan yang diminta oleh pihak supermarket. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan yaitu terkait dengan identitas merek dan sistem penjejakan rantai pasokan. Selain itu, keamanan sebagai produk pangan juga menjadi salah satu perhatian konsumen saat ini. Karena produk yang dihasilkan oleh PT Agro Lestari merupakan produk brokoli dengan sistem penanaman organik, maka diperlukan perhatian khusus mengenai budidaya organik secara benar dan penggunaan bahan-bahan input seperti pupuk kandang dan lahan yang harus dinyatakan benar organik. Produk brokoli organik yang dikonsumsi oleh konsumen supermarket biasanya disajikan secara segar dengan kemasan yang dikemas oleh PT Agro Lestari. Brokoli yang dibutuhkan konsumen diutamakan brokoli dalam kemasan higienis, jumlahnya sesuai kebutuhan, tidak layu serta bungannya tidak kuning dan tampilannya bersih. Oleh karena itu, PT Agro Lestari bersama mitra taninya memproduksi brokoli organik yang sesuai dengan permintaan konsumen dari supermarket tersebut. 46 6.1.2 Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan rantai pasokan dapat diartikan sebagai suatu upaya bersama dari beberapa pihak yang terlibat dalam rantai pasokan untuk secara spesifik mengembangkan suatu aspek bagi peningkatan kinerja rantai. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan rantai pasokan tersebut harus yang dianggap penting bagi peningkatan kinerja rantai serta haruslah dilakukan secara sinergis melalui koordinasi antar pihak dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan bahwa tujuan yang ingin dicapai bukan hanya bagi kepentingan beberapa pelaku sebagai individual melainkan tujuan kolektif dari rantai yang terintegrasi. Pengembangan rantai pasokan tidak mudah dilakukan karena melibatkan berbagai pihak dengan kepentingannya masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan suatu sasaran pengembangan yang disepakati secara bersama sehingga upaya pelaksanaan pencapaian sasaran tersebut akan didukung semua pihak yang terkait. Pada bidang agrinisnis, sistem pengembangan dengan sasaran bersama tersebut dapat dilakukan apabila setiap pelaku usaha terkait melihat rantai pasokan sebagai suatu sistem yang saling tergantung dan mempengaruhi. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari yang ingin dituju antara lain menyangkut penguatan rantai pasokan melalui pelaksanaan kemitraan yang berkesinambungan. Kerjasama kemitraan ataupun bentuk koordinasi lainnya yang melibatkan pihak petani mitra, PT Agro Lestari, PT X, supermarket serta beberapa institusi pendukung yang diarahkan kepada peningkatan kapasitas produksi, insentif melalui bantuan modal dan pengembangan infrastruktur. Pengelolaan rantai pasokan melalui pelaksanaan kemitraan petani dengan beberapa institusi pendukung, terutama ditujukan bagi pengembangan insentif bantuan modal usaha dan pengembangan infrastruktur berupa pembangunan akses jalan yang mudah untuk dijangkau oleh kendaraan di daerah sekitar lokasi usaha petani. Pembangunan akses jalan ini bertujuan untuk memudahkan petani dalam kegiatan produksinya terutama pada kegiatan panen. Sasaran pengembangan ini sangat membutuhkan peran pemerintah dan lembaga keuangan dalam mewujudkannya. Infrastruktur seperti akses jalan merupakan mutlak dikelola oleh pemerintah, oleh karena itu PT Agro Lestari berharap pemerintah membantu memperbaiki akses jalan di sekitar lokasi usaha petani 47 mitranya, karena akses jalan yang ada saat ini cukup menghambat kegiatan distribusi yang dilakukan petani kepada PT Agro Lestari dan cukup memakan waktu. Sedangkan lembaga keuangan seperti bank atau koperasi simpan pinjam dibutuhkan untuk membantu petani mitra yang membutuhkan bantuan modal. 6.2 Struktur Rantai Pasokan Struktur rantai pasokan suatu komoditi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jumlah pelaku rantai pasokan, karakteristik produk yang dihasilkan, jarak antara on farm dan pasar (konsumen), serta peranan yang dimiliki oleh setiap pelaku rantai pasokan. Pembahasan struktur pasokan brokoli organik akan menjabarkan beberapa anggota rantai pasokan beserta peranannya dalam rantai pasokan brokoli organik. Anggota rantai pasokan yang dimaksud adalah pelaku usaha serta beberapa stakeholder terkait. Struktur rantai pasokan brokoli organik yang terjadi pada PT Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 5. Petani Mitra PT Agro Lestari Keterangan : PT X Supermarket Konsumen Aliran Produk Aliran uang Aliran informasi Gambar 5. Struktur Rantai Pasokan Brokoli Organik Pada PT Agro Lestari Tahun 2011 6.2.1 Petani Mitra Petani mitra untuk produk brokoli organik merupakan pelaku rantai yang melakukan kegiatan budidaya brokoli organik, mulai dari pembibitan, pemeliharaan, serta proses panen. Petani mitra merupakan awal dari rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. Dalam rantai pasokan, petani memegang peranan krusial dalam menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik. 48 Pada kegiatan budidaya brokoli organik, petani memanfaatkan semua potensi lahan pribadi maupun lahan sewa untuk melakukan kegiatan budidaya brokoli organik. Kegiatan budidaya yang dilakukan menggunakan teknologi tradisional. Mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanam seperti menyiram dan lain-lain, pemberantasan hama serta pemanenan yang semuanya dilakukan secara tradisional dengan mengandalkan sumber daya manusia yang ada. Dalam teknik budidaya yang dilakukan, tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya sayuran pada umumnya. Namun karena teknik budidaya yang dilakukan dalam pertanian ini adalah teknik budidaya dengan sistem organik, maka segala hal yang menjadi input dari kegiatan budidaya ini menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Seperti pemilihan bibit yang berkualitas, pupuk kandang, air untuk penyiraman hingga lahan tempat untuk melakukan kegiatan budidaya brokoli organik. Terutama lahan tempat untuk melakukan kegiatan budidaya, lahan yang digunakan haruslah lahan yang benar-benar belum tercemar dengan pestisida. Sebelum menggunakan lahan untuk budidaya, lahan tersebut sebaiknya di berakan selama satu tahun. Aliran air pun menjadi salah satu perhatian khusus dalam kegiatan budidaya brokoli dengan sistem pertanian organik. Air yang digunakan haruslah air yang belum tercemar. Keahlian budidaya dari petani mitra didapatkan dari pengalaman mereka sebelumnya. Beberapa dari petani mitra PT Agro Lestari merupakan mantan karyawan Bina Sarana Bhakti (BSB). Berdasarkan pengalaman mereka berkerja di BSB tersebut, akhirnya mereka mencoba mandiri mengelola lahan untuk pertanian organik. Selain dari pengalaman bekerja tersebut, petani mitra pun mendapatkan pengetahuan mengenai budidaya pertanian dengan sistem organik dari seminarseminar pertanian yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun BSB. Karena alasan inilah, pihak PT Agro Lestari mudah untuk mempercayai petani-petani sekitar untuk dijadikan mitranya. PT Agro Lestari pun tidak perlu repot untuk mengadakan penyuluhan budidaya dengan sistem organik, karena petani mitranya sudah dapat langsung mengerti cara memproduksi brokoli organik yang diminta pihak PT Agro Lestari. Brokoli organik yang dihasilkan petani-petani mitra sebagian dikirim kepada PT Agro Lestari dan sebagian lagi dikirim kepada BSB ataupun hotel dan 49 restoran. Harga brokoli organik tersebut berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Brokoli organik dikirimkan oleh pihak petani kepada PT Agro Lestari berdasarkan pesanan supermarket, setelah brokoli organik berada di kantor PT Agro Lestari, brokoli organik tersebut disortir lalu ditimbang. Hasil dari timbangan brokoli organik yang telah disortir oleh pihak PT Agro Lestari yang disaksikan oleh petani mitra tersebut merupakan jumlah brokoli organik yang dibayar oleh PT Agro Lestari sedangkan hasil dari sortiran brokoli organik, dibawa kembali oleh petani mitra. Namun selama kerjasama ini berlangsung, brokoli organik yang dibawa oleh petani mitra tidak pernah menyisakan banyak sortiran. Hal tersebut dikarenakan, petani telah mengetahui kriteria brokoli organik yang menjadi permintaan PT Agro Lestari. Sehingga brokoli organik yang dihasilkan petani mitra merupakan brokoli organik yang berkualitas, sesuai dengan pesanan PT Agro Lestari. Batang dari pohon brokoli organik yang tidak terlalu panjang (empat genggaman jari) dan bunga yang tidak kuning ataupun kecoklatan merupakan kriteria brokoli organik yang menjadi pesanan supermarket. Kemitraan yang terjalin antara petani dengan PT Agro Lestari lebih dari sekedar mitra beli. Petani yang menjadi mitra PT Agro Lestari diberikan berbagai fasilitas berupa informasi jenis bibit yang digunakan untuk menghasilkan brokoli yang sesuai dengan permintaan, tambahan modal usaha selama PT Agro Lestari sanggup, serta menjadi rekan dalam berkonsultasi seputar masalah yang ada dalam kegiatan produksi. Tujuan dari diberikannya berbagai fasilitas ini adalah untuk dapat meningkatkan kualitas hubungan kemitraan sehingga mempunyai misi dan visi yang sama dalam kegiatan produksi. 6.2.2 PT Agro Lestari PT Agro Lestari adalah pelaku rantai pasokan setelah petani mitra. PT Agro Lestari merupakan pelaku rantai yang mempunyai peran penting dalam memasarkan produk dari petani mitranya. Para petani mitra berkewajiban memasarkan hasil panennya kepada PT Agro Lestari dengan harga dan jumlah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. PT Agro Lestari memiliki kewajiban untuk memasarkan produk brokoli organik dari petani mitranya kepada 50 pihak PT X dan pihak PT X berkewajiban memasarkan produk brokoli organik dari PT Agro Lestari kepada supermarket. Sebelum memasarkan brokoli organik dari petani mitranya, terlebih dahulu PT Agro Lestari melakukan kegiatan sortir brokoli organik dari panen petani. Kegiatan ini berupa memilah-milah brokoli organik yang sesuai dengan pesanan dari pihak PT X yang memasarkan brokoli organik ke supermarket. Brokoli organik yang sesuai dengan kualifikasi akan di pasarkan ke supermarket, sedangkan untuk brokoli organik yang tidak masuk kualifikasi akan dikembalikan. Brokoli organik yang sesuai dengan kualifikasi kemudian dikemas dengan menggunakan plastik wrapping dan diberikan stiker logo PT X maupun logo sesuai dengan nama supermarket tersebut, namun tetap mencantumkan nama PT X sebagai perusahaan yang memproduksi brokoli organik tersebut. Brokoli yang telah dikemas kemudian didistribusikan ke tempat tujuan, untuk brokoli organik yang sesuai dengan pesanan diambil oleh PT X setiap sore hari kecuali hari minggu. Kegiatan yang dilakukan oleh PT Agro Lestari dalam kerangka rantai pasokan brokoli organik ini secara ringkasnya antara lain pembelian brokoli organik dari petani mitranya, sortasi, distribusi, penjualan kepada PT X, dan melakukan pelayanan kepada petani mitranya. PT Agro Lestari merupakan pihak yang menanggung risiko untuk penjualan yang dikembalikan oleh pihak PT X. Pengembalian brokoli organik dilakukan bila brokoli organik yang dihasilkan dinilai oleh PT X tidak sesuai dengan pesanan dari supermarket atau dinilai tidak layak, yang rata-rata rusak pada saat perjalanan menuju lokasi. 6.2.3 PT X Pelaku rantai setelah PT Agro Lestari adalah PT X. PT X merupakan distributor untuk memasarkan produk brokoli organik dari PT Agro Lestari ke supermarket. PT X juga melakukan kegiatan sortir produk dari PT Agro Lestari. PT X menyimpan barang di gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan ciller (pendingin) yang mengelilingi gudang penyimpanan milik PT X. Pihak PT X merupakan pihak yang menerima kritik dari supermarket, selain itu PT X juga pihak yang menerima pesanan langsung dari supermarket. PT 51 X telah melakukan kesepakatan dengan supermarket mengenai kualifikasikualifikasi brokoli organik yang diminta oleh supermarket dan kesepakatan harga yang berbeda-berbeda untuk setiap supermarket. Penetapan harga antara PT X dengan supermarket tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. 6.2.4 Supermarket Pelaku rantai setelah PT X adalah supermarket. Supermarket yang menjadi tujuan pasar brokoli organik dari PT Agro Lestari, yaitu supermarket yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan karakteristik produk agribisnis yang bersifat perishable, sehingga tidak dapat menempuh jarak yang jauh. Supermarket yang menjadi langganan dari PT X yaitu Carrefour, Giant, Foodmart, Superindo, Lotte Mart, dan Sogo. Namun dari keenam supermarket tersebut, Lotte Mart merupakan salah satu supermarket yang memiliki jumlah pesanan lebih banyak dari pesanan supermarket lainnya. Supermarket menjalankan kegiatan sortir produk yang datang dari PT X dan penjualan ke konsumen akhir. Kegiatan sortir dilakukan untuk menjamin brokoli organik yang akan dijual kepada konsumen akhir masih dalam mutu yang baik. Kegiatan sortir ini dilakukan pada saat proses bongkar muat barang pada supermarket, proses ini dilakukan pada saat PT X tiba di lokasi gudang penyimpanan supermarket. Setelah sortir dilakukan, brokoli organik kemudian ditimbang agar sesuai dengan pesanan dan kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin yang ada di dalam tempat penyimpanan brokoli organik. Keesokan harinya, sebelum brokoli organik dimasukkan ke dalam pendingin yang ada di ruang penjualan brokoli organik, brokoli organik yang telah dikemas diberi label harga terlebih dahulu. Pihak supermarket merupakan pihak pertama yang menerima keluhan dan saran dari konsumen akhir tentang brokoli organik yang dijual oleh mereka, berbagai keluhan dan saran ini kemudian diteruskan kepada PT X dan dilanjutkan lagi kepada PT Agro Lestari sebagai penyedia brokoli organik. Setelah informasi tersebut sampai ke PT Agro Lestari, pihak PT Agro Lestari kemudian melakukan evaluasi dengan para petani mitranya dan mencari solusi bersama-sama agar permintaan konsumen dapat terpenuhi. 52 6.2.5 Stakeholder Stakeholders (supporting actors) merupakan beberapa pihak atau organisasi selain pelaku anggota rantai pasok yang memiliki kepentingan dan berfungsi sebagai pihak yang mendukung keberlangsungan rantai pasokan. Pada sistem agribisnis, stakeholders rantai pasokan dapat dikategorikan sebagai subsistem layanan pendukung dari suatu sistem yang terintegrasi. Layanan pendukung dalam sistem agribisnis tersebut dapat berupa lembaga keuangan, lembaga riset maupun lembaga pendidikan yang memberikan pembinaan terhadap anggota sistem agribisnis. Institusi yang menjadi layanan pendukung dalam rantai pasokan brokoli organik yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian dn Kehutanan Kabupaten Bogor merupakan perwakilan dari pihak pemerintah daerah yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor pertanian di wilayah Cisarua Bogor, karena letak dari PT Agro Lestari dan petani mitranya berada di wilayah Cisarua Bogor. Dinas pertanian memiliki peranan dalam rantai pasokan brokoli organik, yakni sebagai layanan pendukung berupa pembinaan atau penyuluhan kegiatan budidaya brokoli organik. Salah satu kegiatannya yaitu penyelenggaraan seminar mengenai budidaya organik yang diikuti oleh beberapa petani mitra dari PT Agro Lestari. 6.3 Manajemen Rantai Manajemen Rantai merupakan sebuah „proses payung‟ dimana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Dalam manajemen rantai, terdapat hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. Manajemen rantai terdiri dari struktur manajemen, pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual, sistem transaksi, dukungan kebijakan dan permodalan. 6.3.1 Pemilihan Mitra Pemilihan mitra merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan kegiatan rantai pasokan. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan brokoli organik bertujuan untuk menjamin terciptanya jalinan kerjasama yang saling 53 menguntungkan. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan berkaitan erat dengan kriteria pemilihan dan proses pengambilan keputusan berdasarkan informasi. Pihak yang dijadikan mitra dalam rantai pasokan setidaknya harus memenuhi prasyarat yang ditentukan oleh pihak lainnya. Tabel 7 menjelaskan ktriteriakriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan mitra. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan brokoli organik antara lain meliputi pemilihan mitra petani brokoli organik, pemilihan mitra pengumpul (PT Agro Lestari), pemilihan mitra distributor (PT X), pemilihan retailer (supermarket). Aspek yang sangat berpengaruh dalam pemilihan petani brokoli organik sebagai mitra adalah kemampuan dan pengetahuan petani dalam menghasilkan brokoli organik dengan kualitas yang baik, kemampuan petani dalam menepati waktu pengiriman brokoli organik yang sesuai dengan pesanan dan kemampuan petani dalam berkompromi, serta dapat dipercaya. Selain kemampuan tersebut, PT Agro Lestari juga menilai kelayakan petani yang dijadikan mitranya. Kelayakan yang dinilai oleh PT Agro Lestari terutama terkait dengan kepemilihan lahan yang harus benar organik, kemampuan produksi serta metode budidaya yang menggunakan sistem pertanian organik. Kemampuan dan penilaian kelayakan petani dinilai oleh PT Agro Lestari pada saat mereka hanya sebatas mitra jualbeli, karena seringnya berinteraksi antara petani dengan pihak PT Agro Lestari, maka pihak PT Agro Lestari mulai mengenal petani-petani yang menjadi mitra jual-belinya. Selain itu, beberapa mitra petani yang ada saat ini merupakan petani didikan dari PT Agro Lestari langsung, serta petani yang telah lama bekerja di Bina Sarana Bhakti (BSB), sehingga PT Agro Lestari telah mengetahui kemampuan yang dimiliki petani tersebut. Seiring dengan berkembangnya usaha dari PT Agro Lestari, maka mulailah dibutuhkan petani-petani yang sanggup dan mau bekerjasama menjadi mitra dalam memenuhi permintaan brokoli organik, maka petani dengan penilaian kemampuan dan kelayakan seperti itulah yang dijadikan ukuran oleh PT Agro Lestari dalam menentukan mitranya. Bagi petani brokoli organik, tidak terdapat kriteria khusus dalam memilih mitra untuk memasarkan hasil panennya. Sebagian besar dari petani mitra tersebut, merasa memiliki keuntungan dengan bermitra. Dengan bermitra, maka posisi tawar dari petani tersebut dapat meningkat dibandingkan dengan 54 memasarkan sendiri produknya di pasaran. Secara umum, petani menginginkan penyalur yaitu persediaan bersedia membeli hasil panen brokoli organik dengan harga tertinggi, bersedia memberikan bantuan pinjaman, bersedia berbagi informasi pasar yang akan dituju dan kesanggupan dalam menyediakan dana tunai pada saat transaksi. Dalam prakteknya, PT Agro Lestari sudah dan terus berusaha menyanggupi semua keinginan petani mitranya, bahkan PT Agro Lestari juga bersedia untuk berkonsultasi seputar permasalahan yang ada di lahan dengan petani mitranya. Namun untuk masalah pembayaran, terkadang masih terjadi keterlambatan pembayaran. Hal tersebut dikarenakan pembayaran oleh PT X dilakukan sebulan sekali sehingga PT Agro Lestari tidak dapat membayar langsung kepada petani. Pihak PT Agro Lestari juga memiliki kriteria dalam memilih mitra distributor untuk memasarkan brokoli organik dari petani mitranya. Pemilihan PT X sebagai distributor untuk brokoli organik dikarenakan atas beberapa pertimbangan. Pertimbangan dalam memilih PT X yaitu kredibilitas dari perusahaan tersebut dalam bidang distribusi produk agribisnis yang telah terpercaya, transparasi informasi mengenai pasar, serta komitmen dalam keberlanjutan kerjasama dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, pembiayaan untuk sertifikat organik dan harga yang sesuai dengan harapan perusahaan juga menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan mitra usaha. Penentuan harga brokoli organik ditujukan untuk menjaga posisi tawar serta mendistribusikan keuntungan dan manfaat kemitraan secara adil kepada petani mitranya. Pihak PT X selaku distributor brokoli organik dari PT Agro Lestari juga memiliki kriteria khusus dalam menentukan pengumpul brokoli organik. Kriteria mitra yang dari PT X yaitu pengumpul yang dapat mengumpulkan brokoli organik dari para petani organik yang dapat memenuhi standar kriteria produk yang telah ditetapkan oleh PT X dan mampu memenuhi pesanan. Hal tersebut dilakukan, untuk menjaga kualitas brokoli organik yang diinginkan konsumen dan menjaga nama baik perusahaan sebagai distributor produk agribisnis. Selain penentuan kriteria bagi perusahaan pengumpul, PT X juga memiliki beberapa kriteria dalam memilih mitra perusahaan retailer (supermarket). Setidaknya terdapat empat buah prasyarat penting yang menjadi kriteria dalam pemilihan mitra retailer, yakni 55 penentuan harga brokoli organik yang menguntungkan, transparasi informasi, komitmen dalam berkelanjutan kerjasama, dan birokrasi yang tidak berbelit-belit. Penentuan harga brokoli dan transparasi informasi ditujukan untuk menjaga posisi tawar serta mendistribusikan keuntungan kepada rantai pasoknya. Komitmen dalam keberlanjutan kerjasama ditujukan kepada pembentukan kemitraan yang berkesinambungan sehingga menjaga kerjasama yang menguntungkan. Sedangkan birokrasi yang tidak berbelit-belit ditujukan agar dalam kegiatan transaksi tidak akan memakan waktu yang cukup lama, sehingga menghemat waktu dalam prosesnya. Karena dalam satu hari, PT X mensuplai brokoli organik ke beberapa supermarket yang berbeda lokasinya, maka waktu sangat dibutuhkan dalam proses distribusi brokoli organik. Pihak supermarket sebagai pelaku rantai pasokan brokoli organik sebelum sampai ke tangan konsumen juga memiliki kriteria tertentu dalam memilih mitra pemasoknya. Kriteria utama dari pemilihan pemasok brokoli organik ke supermarket antara lain terkait dengan kemampuan pemasok dalam menghasilkan brokoli berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir, sanggup mensuplai tepat waktu dan tepat jumlah, berkomitmen dalam bekerjasama dan mempunyai reputasi yang baik sebagai penghasil brokoli organik. Aspek kualitas brokoli organik yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir menjadi hal yang sangat diperhatikan, mengingat konsumen yang datang berbelanja ke supermarket sangat memperhatikan penampilan brokoli organik. Hal tersebut diperhatikan konsumen karena terkait dengan kebutuhan. 56 Tabel 7. Kriteria Pemilihan Mitra Petani 1. Memproduksi produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan. 2. Mampu mengirim produk tepat waktu. 3. Sanggup mensuplai secara continue 4. Sanggup bertanggung jawab dan mematuhi kesepakatan sebelumnya Agen 1. Memiliki reputasi yang baik. 2. Memiliki data keuangan yang baik. 3. Memiliki performa penjualan yang baik. 4. Memiliki fasilitas yang memadai. 5. Memiliki metode pemasaran yang baik. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. Perusahaan Memproduksi produk yang berkualitas. Mampu mengirim produk tepat waktu. Sanggup mensupplai secara continue. Sanggup menerima penolakan produk akibat adanya kerusakan. Memiliki sistem pemesanan yang efektif. Ritel Memiliki reputasi yang baik. Memiliki performa penjualan yang baik. Memiliki fasilitas penjualan yang baik Terletak di lokasi yang strategis. 6.3.2 Kesepakatan Kontraktual Pengelolaan rantai secara terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak membutuhkan suatu kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama tersebut merupakan komitmen yang kemudian dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama diantara pelaku rantai pasokan brokoli organik. Proses penyusunan kerjasama antara pelaku rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari diawali dari keinginan pihak PT Agro Lestari untuk memenuhi kebutuhan konsumen agar mampu bersaing dengan produsen brokoli organik yang lainnya dan mampu memenuhi keuntungan bersama antara PT Agro Lestari dengan mitra taninya. Dalam pembuatan kesepakatan kontraktual dengan pihak lain, pada dasarnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adanya kesepakatan kontraktual dibuat agar anggota rantai pasokan menandakan bahwa terdapat keterbatasan pada masing-masing anggota rantai pasokan tersebut. Tujuan dibuat kesepakan anggota rantai tersebut adalah untuk mengembangkan kerjasama dengan mitra agar kedua belah pihak, mendapatkan keuntungan dan saling menutupi keterbatasan masing-masing. Beberapa aspek yang dapat dicapai melalui kerjasama tersebut antara lain : 57 a) Meningkatkan rantai nilai produk. Adanya kerjasama memudahkan pihak yang memiliki keterbatasan untuk diproses oleh pihak lain agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. b) Meningkatkan jejaring pasar atau akses pasar. c) Menciptakan jaminan produksi dan pasokan dari mitra. d) Mengakselerasi pertumbuhan bisnis (penjualan). Kesepakatan kontraktual umumnya dibuat untuk tujuan kerjasama jangka panjang. Dengan terbangunnya kerjasama atau kemitraan, diharapkan semua anggota rantai pasokan yang terlibat dalam mengoptimalisasi penggunaan sumberdaya dapat mencapai keuntungan yang maksimal dan meminimumkan risiko sehingga rantai pasokan yang terlibat tersebut dapat berkembang dengan cepat. Dalam rantai pasokan yang dijalani oleh PT Agro Lestari, tidak ada kesepakatan kontraktual yang tertulis, baik dengan pihak petani mitranya maupun pihak PT X. Kesepakatan yang terjalin karena telah adanya kepercayaan yang telah terjalin dalam jangka waktu yang lama, dengan kata lain kesepakatan terjadi hanya dari mulut ke mulut. Sedangkan bentuk kerjasama antara PT X dengan supermarket berdasarkan kontrak tertulis. Bentuk kesepakan tertulis menerangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi. Beberapa isi dari kesepakatan tersebut adalah jadwal pengiriman produk, detail produk yang dipesan, penentuan harga jual produk, dan sistem pembayaran yang dilakukan. Sedangkan isi dari kesepakatan yang terjadi antara PT Agro Lestari dengan mitra tani maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X, tidak jauh berbeda dengan isi kesepakatan antara PT X dengan supermarket. Perbedaannya hanya tidak adanya kesepakatan tertulis saja. Kesepakatan yang disepakati oleh PT Agro Lestari dan petani yaitu mengenai pengiriman brokoli organik dan perhitungan brokoli organik yang dibayarkan oleh PT Agro Lestari. Pengiriman oleh petani dilakukan antara pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Sedangkan untuk perhitungan brokoli organik yang akan dibayarkan PT Agro Lestari kepada petani adalah brokoli organik yang telah disortir kemudian ditimbang bobot keseluruhan, maka bobot ini yang akan menjadi perhitungan untuk pembayaran brokoli organik kepada petani. 58 Kesepakatan yang terjalin antara petani, PT Agro Lestari dan PT X memang masih berdasarkan pada sistem kepercayaan, namun terdapat beberapa ketentuan yang menjadi pegangan bagi kedua belah pihak. Dalam penentuan harga, ditentukan dengan melihat harga pasaran untuk produk brokoli organik yang telah di packing. Pengiriman brokoli organik dari PT Agro Lestari ke PT X, dilakukan sore hari antara pukul 17.00 hingga 18.00 WIB. Brokoli organik dijemput oleh pihak PT X, perhitungan dilakukan berdasarkan pesanan dan jumlah bobot yang di pesan sebelumnya. Sedangkan kesepakatan yang terjalin antara PT X dengan pihak supermarket dilakukan dengan kontrak tertulis. Ketentuan dalam kontrak yang terjadi antara PT X dan supermarket diantaranya mengenai detail produk yang dipesan, penetapan harga dan jadwal pengiriman brokoli organik. Detail produk yang dipesan supermarket yakni brokoli organik yang dikemas menggunakan plastik wrapping dengan berat yang telah ditentukan. Bobot brokoli organik per batang yang dikemas dengan menggunakan plastik wrapping tidak boleh lebih dari 300 gr. Brokoli yang dipanen tidak boleh terlalu tua dan bentuk bunganya tidak kuning maupun kecoklatan. Dalam penetapan harga brokoli organik, sebelumnya PT X melakukan tawar menawar dengan pihak supermarket. Jadi harga brokoli organik disetiap supermarket berbeda-beda, tergantung pada kekuatan tawar menawar antara pihak PT X dengan pihak supermarket. Sedangkan untuk ketentuan pengiriman brokoli organik, PT X mengirimkan brokoli organik setiap hari, waktu pengiriman brokoli organik maksimal tiba di lokasi pada pukul 06.30 WIB. Dari pengamatan penelitian yang dilakukan, kondisi dari pihak-pihak yang bermitra dalam rantai pasokan brokoli organik ini menggambarkan karakteristik dari masing-masing mitra tersebut. Tabel 8. menjelaskan penilaian yang dilakukan pada beberapa mitra di dalam rantai pasokan. 59 Tabel 8. Penilaian terhadap Petani, Pengumpul, Supplier dan Retiler dalam Rantai Pasokan Petani - Memprodu ksi produk yang berkualitas - Harga dari produk - Menerima dan tanggung jawab terhadap kesepakata n - Mengirim produk tepat waktu - Mau menerima produk yang direject (ditolak) Nilai Pengumpul - Memiliki S sistem pemesanan yang efektif - Ketersediaan AS produk yang continue - Mau AS menerima produk yang di-reject (ditolak) - Mengirim AS produk tepat waktu - Memproduks S i produk yang berkualitas Nilai Supplier - Memiliki S reputasi yang baik - Memiliki sistem AS pemesanan yang efektif - Memiliki AS record pemasaran yang baik - Memiliki fasilitas AS distribusi yang memadai S - Memiliki metode pemasaran yang baik Nilai Retiler - Memiliki AS reputasi yang baik - Memiliki record S penjualan yang baik - Memiliki S performa penjualan yang baik - Memiliki fasilitas TS yang memadai - Memiliki S metode pemasara n yang baik Nilai S S S AS S Keterangan : S = Setuju AS = Agak Setuju TS = Tidak Setuju 6.3.3 Sistem Transaksi Sistem transaksi yang diterapkan di dalam rantai pasokan ini cukup sederhana. Transaksi yang dilakukan PT Agro Lestari dengan petani mitranya berlangsung hanya dengan cara membayar langsung sejumlah brokoli organik sesuai dengan pesanan. Pembayaran yang dilakukan adalah pembayaran atas produk bersih dari petani, yang dimaksud dengan produk bersih yaitu produk yang telah disortir bersama oleh petani dan PT Agro Lestari. Penyortiran bersama ini dilakukan dengan tujuan supaya tidak ada kecurangan dalam perhitungan berat produk yang telah disortir. Mekanisme pembayaran dilakukan sebulan sekali, jadi pada saat petani mengirimkan barang ke PT Agro Lestari dan bersama-sama menyortir serta menimbangnya, setelah itu petani mendapatkan bon penerimaan 60 produk. Bon tersebut diterima petani setiap pengiriman barang ke PT Agro Lestari. Transaksi yang dilakukan PT Agro Lestari dengan PT X menggunakan faktur penjualan. Barang yang telah di-packing, diambil PT X di PT Agro Lestari dan dihitung berdasarkan pesanan. Dan selanjutya brokoli organik dibawa ke gudang penyimpanan milik PT X. Pembayaran dilakukan sebulan sekali. Lain halnya transaksi yang dilakukan oleh PT X dengan supermarket. Transaksi yang dilakukan tidak sesederhana seperti dengan petani maupun dengan PT Agro Lestari. Transaksi dengan pihak supermarket menggunakan faktur penjualan. Setelah proses bongkar muat barang dan kegiatan sortir pada gudang penyimpanan supermarket, selanjutnya pihak supermarket melakukan pencatatan brokoli organik yang mereka ambil. Setelah itu, pihak PT X mendapatkan selembar kertas yang berisikan nominal harga yang harus dibayarkan oleh supermarket, selembar kertas ini disebut faktur penjualan oleh kedua belah pihak. Faktur penjualan ini baru dapat ditunaikan dua minggu setelah faktur penjualan tersebut diberikan kepada PT X. 6.3.4 Dukungan Pemerintah Instansi pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan telah memutuskan beberapa pengaturan yang mengatur pertanian. Peraturan-peraturan tersebut meliputi kebijakan pembenihan dan budidaya pertanian, kebijakan peredaran dan pertumbuhan perdagangan serta kebijakan investasi. Namun kebijakan-kebijakan ini hanya dapat dirasakan secara tidak langsung oleh PT Agro Lestari dan petani-petani mitranya. Hingga saat ini, belum terdapat campur tangan langsung pemerintah kepada pihak perusahaan dan petani. Saat ini PT Agro Lestari mulai mengembangkan usahanya dengan membudidayakan pertanian organik, pengembangan usaha ini sejalan dengan program pemerintah dengan slogan go organic 2010. Tetapi hingga saat ini, pemerintah belum memberikan perhatian langsung pada PT Agro Lestari ataupun petani mitranya. Pada akhirnya pihak PT Agro Lestari mulai menjalankan pengembangan usahanya secara otodidak berdasarkan pengalaman dan buku 61 acuan yang ada. Peran pemerintah baru dapat dirasakan dengan adanya seminarseminar mengenai usaha pertanian. 6.3.5 Kolaborasi Rantai Pasokan Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan sebuah rantai pasokan adalah terciptanya suatu kolaborasi yang baik diantara pelaku rantai pasokan. Kolaborasi dapat memberikan manfaat strategik maupun finansial. Dengan kolaborasi, perusahaan dapat lebih cepat memasuki pasar yang baru, lebih fleksibel dan dapat memanfaatkan teknologi maupun tenaga ahli yang tidak dimiliki. Terdapat dua faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan kolaborasi di antara pelaku rantai pasokan yakni kerelaan dalam berbagi informasi dan kerelaan dalam berbagi manfaat (Said et al 2006). Kolaborasi yang efektif hanya dapat terbangun bila masing-masing pihak mau memberikan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu pada mitranya. Sementara itu, mitra juga harus dapat menjaga informasi tersebut secara bertanggung jawab sehingga lambat laun terbangun rasa saling percaya. Dengan terbangunnya rasa saling percaya, maka satu sama lain tidak akan merasa keberatan untuk saling berbagi manfaat secara adil sesuai dengan peran dan kontribusinya dalam rantai pasokan. 6.3.5.1 Lingkup Kolaborasi Intensitas kolaborasi secara umum terbagi atas empat tingkatan, yakni Transactional Collaboration, Cooperative Collaboration, Coordinated Collaboration, Synchronized Collaboration (Said et al,2006). Kolaborasi yang terjadi pada rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari selama ini berada dalam tingkatan coorperative collaboration. Kolaborasi yang tercipta lebih dari hubungan dagang transactional karena telah melibatkan interaksi pertukaran informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pihak supermarket yang memberikan informasi mengenai brokoli organik yang dibutuhkan oleh konsumen, baik itu dalam segi kemasan hingga bentuk fisik brokoli organik yang digemari. Hal ini, memudahkan PT Agro Lestari dalam memproduksi brokoli organik bersama petani mitranya. 62 Kolaborasi dari PT Agro Lestari dengan petani mitranya juga dapat dilihat dari adanya aktivitas saling memberi informasi diantara mereka. PT Agro Lestari meneruskan informasi dari PT X kepada petani mitranya mengenai brokoli organik yang dibutuhkan oleh supermarket, informasi ini berupa ukuran brokoli organik yang harus dihasilkan dan kualitas brokoli organik yang harus diperhatikan. Dengan demikian, petani dapat mempersiapkan kegiatan produksi sebaik mungkin. Selain itu, apabila petani mengalami kesulitan dalam kegiatan produksinya, pihak PT Agro Lestari tidak segan untuk saling berbagi informasi teknis budidaya untuk menyelesaikan masalah yang ada di lahan milik petani. Namun dalam kenyataannya PT X kurang memberikan informasi secara transparan mengenai brokoli organik yang menjadi tolakan dari supermarket, sehingga PT Agro Lestari bersama petani mendiskusikan berdasarkan perkiraan PT Agro Lestari mengenai brokoli organik yang menjadi tolakan dari pihak supermarket. Karena tidak ada transparasi tersebut, maka dalam setiap pengiriman selalu ada brokoli tolakan meskipun jumlahnya hanya 250 gr. Seluruh brokoli tolakan dari supermarket, menjadi risiko dari PT Agro Lestari. 6.3.5.2 Perencanaan Kolaboratif Perencanaan dan penelitian kolaboratif adalah bagian dari kegiatan kerjasama kolaborasi antar pelaku dalam sebuah rantai pasokan. Perencanaan kolaboratif berarti terdapat kerjasama, kesatuan dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai pasokan. Perencanaan kolaboratif banyak dilakukan dalam rantai pasokan sebuah usaha manufaktur, salah satunya adalah dengan berbagi informasi perencanaan produksi dari sebuah produsen kepada para perusahaan pemasok bahan baku yang menjadi mitranya. Ketepatan informasi mengenai perencanaan produksi tersebut akan direspon oleh perusahaan pemasok untuk mempersiapkan (memproduksi) bahan baku yang dibutuhkan mitranya. PT Agro Lestari dalam hal ini melakukan perencanaan kolaboratif dengan para mitra taninya. PT Agro Lestari memberikan informasi mengenai berapa jumlah brokoli organik yang dimintanya berdasarkan permintaan yang datang. Namun selain mengandalkan informasi pesanan yang masuk, PT Agro Lestari 63 juga melakukan perkiraan penjualan untuk mengantisipasi fluktuasi pesanan insidental. Rata-rata PT Agro Lestari meningkatkan rencana produksi dengan mitranya sebesar 10-15 persen melebihi pesanan yang datang dari pihak PT X yang mewakili informasi yang datang dari pihak supermarket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pesanan tambahan yang datang pada waktu yang tidak terduga. 6.3.5.3 Trust Building Proses membangun kepercayaan atau trust building merupakan proses menumbuhkan saling kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Upaya menciptakan kepercayaan merupakan hal yang sangat krusial dalam kerangka kerjasama kolaborasi anggota rantai pasokan. Dengan adanya trust inilah sehingga terjalin kerjasama yang baik, serta mewujudkan hubungan rantai pasokan yang lancar dan harmonis. Salah satu wujud kekuatan suatu rantai pasokan ditandai dengan kuatnya trust diantara anggota rantai. Hubungan kepercayaan yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama serta terhambatnya transfer informasi. Adanya aspek ketidakpercayaan menyebabkan salah satu pihak dalam rantai pasokan berusaha untuk mendapatkan keuntungannya sendiri. Kepercayaan antara PT Agro Lestari dengan petani mitranya terbentuk karena telah saling mengenal dengan baik dan telah mengetahui kompetensi masing-masing. PT Agro Lestari mempercayai kompetensi petani mitranya dalam hal kemampuan menghasilkan brokoli organik yang sesuai dengan standar yang diinginkan oleh PT Agro Lestari, kompetensi petani dalam komitmen bekerjasama dan kompetensi petani dalam menjaga kepercayaan PT Agro Lestari. Sedangkan petani mempercayai kompetensi PT Agro Lestari dalam kemampuan memasarkan brokoli organik yang dihasilkannya, kompetensi menjaga kepercayaan petani dan kompetensi dalam komitmen bekerjasama. Sedangkan, kepercayaan PT Agro Lestari dengan PT X terjalin karena kemampuan dan kompetensi masing-masing dan itikad bersama untuk bekerjasama dalam menciptakan suatu rantai pasok yang memiliki daya saing. Kepercayaan ini sudah terjalin sejak awal PT Agro Lestari memutuskan untuk bekerjasama dengan PT X. Mengingat Parung merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kredibilitas yang baik di bidang agribisnis. 64 Kepercayaan yang terjalin akan lebih baik apabila ditunjang dengan kesepakatan kontraktual, karena dengan kontrak akan lebih mengikat dan menghindari terjadinya kecurangan diantara pelaku rantai. Kepercayaan yang terjalin antara PT X dengan supermarket merujuk pada ikatan yang tertuang dalam kontrak tertulis. Kontrak ini yang mengikat keduanya dalam kerjasama rantai pasokan brokoli organik, proses membangun kepercayaan ditunjukkan dengan saling mematuhi kesepakatan yang tertulis di dalam kontrak tersebut. Selain itu, proses membangun kepercayaan juga dibangun dengan upaya saling bertukar informasi secara transparan dan sukarela. Kontrak inilah yang membuat kedua belah pihak saling percaya satu sama lain. 6.4 Sumberdaya Rantai 6.4.1 Sumberdaya Fisik Sumberdaya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi sumberdaya lahan, sarana dan prasarana pendukung. Sumberdaya lahan yang dimiliki perusahaan terbagi ke dalam dua unit lokasi, yaitu 2,5 Ha di Cisarua dan 1 Ha di Cibogo. Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prasarana produksi di kebun produksi dan sarana penunjang di kantor. Kantor pusat dan kantor pemasaran berada di satu tempat yaitu di Diklat PLN Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sarana yang digunakan untuk kegiatan kantor adalah sebagai berikut komputer, printer, faxsimilie, telepon dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang ada untuk pemasaran yakni mobil, timbangan duduk, keranjang panen, gunting, hand wrapper, tempat sortasi, timbangan kecil dan besar, stepler, dan sarana penunjang lainnya. Lahan yang berada di desa Cisarua, dilengkapi dengan satu gudang, satu tempat peristirahatan (saung), dan satu greenhouse untuk tempat penyemaian. Sedangkan untuk kantor yang berada di Diklat PLN, bersatu dengan tempat pengemasan. Tempat pengemasan berada di teras kantor yang berada di lantai dua, sedangkan untuk tempat penyortiran berada di teras lantai satu yang tepat berada di depan rumah pemilik PT Agro Lestari. Untuk distribusi, PT Agro Lestari memiliki satu buah mobil untuk kepentingan transportasi perusahaan. 65 Lahan yang dimiliki petani mitra luasnya beragam, antara 1 Ha sampai 2 Ha. Namun tidak semua ditanami brokoli organik. Selain itu, pada umumnya para petani tersebut juga memiliki peralatan dan gudang kecil untuk menyimpan peralatan sendiri. Untuk sarana transportasi, seluruh petani mitra memiliki motor untuk mendistribusikan pesanan. Namun untuk proses pengemasan, seluruhnya diserahkan pada PT Agro Lestari. Sumberdaya fisik yang lain seperti kondisi jalan dapat dikatakan tidak terlalu baik, terutama jalan untuk menuju lahan yang dimiliki Pak Widodo selaku mitra usaha PT Agro Lestari. Jalan menuju lahan Pak Widodo, sulit untuk dilewati dengan menggunakan mobil karena jalannya yang sempit dan banyak jalan yang rusak atau berlubang, terutama pada musim hujan. Selain itu, terdapat juga beberapa petani mitra dari PT Agro Lestari yang letaknya jauh dan sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor. Hal ini menyulitkan dalam kegiatan mengangkut hasil produksi ke kendaraan yang menjemput brokoli organik di PT Agro Lestari. Kondisi jalan yang rusak, hanya berada di daerah tempat budidaya brokoli organik milik lahan petani mitra saja, sedangkan untuk jalan di sekitar perusahaan atau jalan menuju supermarket tergolong baik. 6.4.2 Sumberdaya Teknologi Penerapan teknologi sangat penting untuk menciptakan produk brokoli organik yang berkualitas. Saat ini, penerapan teknologi yang diterapkan oleh PT Agro Lestari maupun petani mitranya tergolong tepat guna. Salah satu teknologi tepat guna yang dilakukan adalah dalam hal kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dari kotoran hewan, terutama kotoran kambing. Selain kotoran, pembuatan pupuk kandang juga dicampur dengan menggunakan buangan sayur sisa hasil rompesan. Tujuan menggunakan pupuk tersebut, untuk menjaga keorganikan dari tanaman brokoli organik dan hal tersebut juga bermanfaat untuk menyuburkan tanah. PT Agro Lestari juga menggunakan teknologi modern untuk proses pengemasan. Alat wrapping yang digunakan untuk mengemas brokoli organik tergolong alat yang modern. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses pengemasan. Teknologi tepat guna dan teknologi modern yang dikombinasikan 66 dalam kegiatan produksi ini dapat menunjang kegiatan produksi sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas. 6.4.3 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dilibatkan dalam kegiatan produksi pada PT Agro Lestari berjumlah 17 orang, yang terdiri atas 1 orang pemilik perusahaan, 1 orang manajer keuangan, 1 orang penangung jawab kebun, 10 pekerja di lahan budidaya dan 4 orang bekerja divisi pemasaran. Semua pegawai yang dipekerjakan oleh PT Agro Lestari maupun para petani mitranya berasal dari daerah sekitar. Dengan demikian, keberadaan PT Agro Lestari beserta petani mitranya secara tidak langsung ikut membantu perekonomian warga sekitar dengan menyerap tenaga kerja dari petani sekitar. 6.4.4 Sumberdaya Modal Aspek permodalan dalam rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari ini dapat dikatankan cukup, meskipun masih sering terjadi keterlambatan dalam hal pembayaran. Hasil dari pembayaran tersebut biasanya digunakan oleh para petani untuk membiayai budidaya brokoli organik sesuai dengan pesanan. Selain itu, masih terdapat beberapa petani mitra yang meminjam dana usaha pada koperasi tani. Namun untuk PT Agro Lestari sendiri, menggunakan modal pribadi dan pinjaman dari keluarga untuk menjalankan usaha ini. 6.5 Proses Bisnis Rantai 6.5.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai Hubungan bisnis antara anggota rantai pasok menjelaskan hubungan keterkaitan yang terjadi di antar pelaku dalam rantai pasokan, serta pengaruhnya terhadap proses bisnis. Penjelasan meliputi bagaimana pelaku rantai pasokan merespon permintaan dari konsumen atau pasar sasaran. Pembahasan mengenai hubungan bisnis yang terjadi didalam rantai pasokan brokoli organik ditinjau dari siklus rantai pasok, proses pull/push, dan kekuatan tawar dari masing-masing anggota rantai. 67 Menurut Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa hubungan proses dalam rantai dapat ditinjau dari sudut pandang siklus serta tinjauan pull/push. Tinjauan siklus membagi proses dalam rantai ke dalam beberapa rangkaian antara lain customer order, procurement, manufacturing, serta replenishment. Sedangkan pada tinjauan pull/push, proses di dalam rantai pasok dilihat apakah sebagai upaya untuk merespon permintaan konsumen atau untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Pada proses tarik (pull), proses dilakukan untuk merespon permintaan konsumen, sedangkan pada proses dorong (push), proses dilakukan untuk mengantisipasi pesanan konsumen yang akan datang. Siklus procurement merupakan siklus pemesanan bahan baku atau produk dari anggota yang berada pada posisi sebelumnya dalam rantai pasok. Umumnya di setiap anggota rantai pasok, menjabarkan siklus ini ke dalam tahapan siklus lainnya sesuai dengan kebutuhan. Intinya, terdapat input kebutuhan barang yang harus dibeli, kemudian terdapat output berupa pesanan pembelian disertai penerimaan barangnya. Siklus replenishment merupakan siklus penambahan barang dari penjual/pemasok ke pembeli. Siklus ini terjadi akibat pembeli menginginkan tambahan suplai barang dari penjual atau pemasok karena barang yang dikirimkan oleh penjual penjual atau pemasok ada yang rusak atau jumlahnya di bawah pesanan pengirim. Siklus manufacturing atau siklus produksi hanya terdapat pada petani. Sedangkan siklus customer order pada perusahaan tentu dilakukan dengan baik disertai dengan penataan administrasi yang lebih rapih, berbeda dengan petani yang melakukan administrasi pesanan dari pembeli yang tidak tertata rapih. Siklus proses rantai pasokan dalam rantai pasokan brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 6. 68 Petani Pull PT Agro Lestari Pull Push PT X Pull Supermarket Push Konsumen Gambar. 6 Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari Petani dalam rantai pasokan ini adalah satu-satunya pelaku yang melakukan siklus manufacturing, yakni melakukan kegiatan produksi atau menghasilkan brokoli organik. Siklus produksi yang dilakukan oleh petani dilakukan berdasarkan jumlah atau ukuran pesanan brokoli organik yang datang dari PT Agro Lestari, karena rata-rata pesanan yang datang dari PT Agro Lestari mengikuti pesanan yang datang dari PT X dan PT X menerima pesanan berdasarkan pesanan yang datang dari supermarket. Brokoli organik yang akan dikirimkan oleh petani ke PT Agro Lestari, jumlah dan ukurannya sesuai dengan pesanan yang diminta. Jadi hubungan proses antara petani dan PT Agro Lestari mengarah pada proses pull. Petani merespon pesanan brokoli baik dalam jumlah dan ukuran brokoli organik berdasarkan yang dipesan oleh PT Agro Lestari. Begitupun hubungan proses antara PT Agro Lestari dan PT X yang mengarah pada proses pull. PT Agro Lestari merespon pesanan brokoli organik baik dalam 69 jumlah dan ukuran brokoli organik yang dipesan oleh PT X. PT Agro Lestari dalam rantai pasokan ini melakukan proses pengadaan brokoli organik dari petani, jadi siklus procurement yang dilakukan PT Agro Lestari adalah dengan cara memesan brokoli organik kepada petani-petani yang menjadi mitranya, pesanan ini meliputi jumlah brokoli organik dan ukuran brokoli yang dipesan. Proses pengadaan brokoli organik yang dilakukan oleh PT Agro Lestari ini berdasarkan pesanan dari PT X, namun dalam setiap kali melakukan pemesanan kepada petani, PT Agro Lestari selalu menambah 10 sampai 15 persen pesanannya dari pesanan yang sebenarnya, tujuannya adalah untuk mengantisipasi adanya pesanan brokoli organik tambahan atau untuk mengganti brokoli organik yang rusak sewaktu dalam perjalanan, oleh karena itu siklus replenishment dilakukan PT Agro Lestari saat melakukan pesanan awal kepada petani. Maka selain adanya hubungan pull, hubungan yang terdapat antara PT Agro Lestari dengan PT X yaitu push. Proses push dilakukan untuk mengantisipasi jumlah pesanan tambahan yang akan datang. Hubungan proses antara PT X dan supermarket adalah pull. Proses pull dilakukan oleh PT X adalah merespon pesanan yang datang dari supermarket, proses pull tidak hanya jumlah pesanan yang diterima, namun juga informasi bagaimana brokoli organik yang digemari oleh konsumen akhir dan keluhan tentang brokoli organik yang telah dipasarkan. PT X dalam rantai pasokan ini melakukan proses pengadaan brokoli organik dari PT Agro lestari untuk supermarket, jadi siklus procurement yang dilakukan PT Xadalah dengan cara memesan brokoli organik kepada PT Agro Lestari. Proses pengadaan brokoli organik ini yang dilakukan oleh PT X berdasarkan pada pesanan dari supermarket. Supermarket dalam rantai pasokan ini melakukan kegiatan pengadaan brokoli organik atau siklus siklus procurement yang dilakukan supermarket adalah dengan cara memesan brokoli organik kepada PT X. Proses pengadaan brokoli organik ini yang dilakukan oleh supermarket berdasarkan pada pesanan dari konsumen. Brokoli organik yang dipesan jumlah dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. Brokoli organik yang dijual kepada konsumen disediakan dalam lemari pendingin khusus dan supermarket menyediakan semua brokoli organik yang ada, sehingga konsumen bebas memilih 70 brokoli sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam proses bisnis supermarket dengan konsumen ini mengarah pada proses push, dimana pihak supermarket menyediakan brokoli organik yang dimiliki untuk dijual kepada konsumen. Aspek hubungan bisnis rantai juga dapat menjelaskan sistem penjajakan dalam rantai pasokan brokoli organik. Sistem brokoli organik dalam rantai pasok memungkinkan anggota rantai untuk menelusuri penyebab terjadinya risiko kerugian pada rantai pasokan brokoli organik. Hal tersebut sangat terkait dengan karakteristik sayuran yang mudah rusak, sehingga perlu perhatian khusus dalam hal penanganan pasca panen brokoli organik dalam kegiatan rantai pasok ini. Jika terjadi salah penanganan yang berdampak penurunan kualitas, maka penelusuran penyebab penurunan kualitas brokoli organik tersebut dapat dilakukan melalui sistem bersama, terkait hubungan proses bisnis rantai dengan memperhatikan aspek treceability atau penjejakan tersebut, dengan demikian hal tersebut dapat meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi di dalam rantai. Dalam rantai pasokan ini, sistem penjejakan yang dilakukan dimulai dari supermarket hingga petani. Brokoli organik yang kualitasnya tidak sesuai pesanan pada saat sampai ke tangan supermarket, akan ditelusuri penyebabnya oleh petani, PT Agro Lestari, PT X dan supermarket. Penyebabnya cukup beragam, diantaranya kerusakan pada saat perjalanan, kesalahan penanganan pada saat pengemasan, atau kesalahan petani pada saat produksi brokoli organik. Hubungan proses bisnis dalam rantai pasokan brokoli organik ditentukan pula oleh kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara pelaku rantai pasokan. Said et al (2006) menyatakan bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah permainan posisi daya tawar dan kekuatan. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat menjaga keseimbangan daya tawar dan kekuatan yang ada dalam kemitraan seluruh rantai pasok. Posisi tawar sangat menentukan dalam hal mekanisme penentuan harga produk brokoli organik maupun harga input yang digunakan dalam rantai pasokan. Posisi kekuatan tawar tersebut ditentukan dari pihak mana yang lebih kuat dan lebih mampu menetapkan harga jual produknya. Hal penting terkait posisi tawar pada salah satu pihak dalam rantai pasokan brokoli organik adalah menyangkut perolehan keuntungan. Pihak dengan posisi tawar yang lebih kuat memungkinkan mendapatkan keuntungan yang relatif lebih 71 tinggi. Kondisi tersebut menciptakan dominasi pihak dengan posisi tawar yang lebih kuat sehingga pada akhirnya menimbulkan kecenderungan bahwa pihak tersebut dapat menciptakan role play dalam proses bisnis rantai pasokan brokoli organik. Penentuan harga produk brokoli organik di tingkat petani dilakukan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan PT Agro Lestari. Kedua belah pihak telah terlibat kerjasama kemitraan untuk pemasaran brokoli organik. Harga jual brokoli organik ditentukan oleh harga jual brokoli organik di pasaran. Pada dasarnya petani mitra membutuhkan kerjasama dengan PT Agro Lestari untuk memasarkan brokoli yang mereka panen, karena mereka tidak perlu mencari pasar untuk produk organik mereka. Brokoli yang di panen langsung dibeli oleh PT Agro Lestari, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penyimpanan. Untuk PT Agro Lestari, kerjasama ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi pesanan yang datang dari PT X. PT Agro Lestari membutuhkan pasokan brokoli organik yang berkesinambungan, karena tidak semua petani memiliki kemampuan menghasilkan brokoli organik yang sama kualitasnya. PT X juga membutuhkan kerjasama ini, karena PT Agro Lestari dapat memasok brokoli organik sesuai dengan kualitas dan pesanan dari pihak supermarket. Hubungan saling ketergantungan tersebut membuat posisi tawar kedua belah pihak dapat dikatakan seimbang. Posisi tawar dengan PT X dengan supermarket menjadi hal yang sangat penting dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan PT X merupakan pihak yang menjadi perwakilan dari petani brokoli organik dan PT Agro Lestari yang sangat berkepentingan terhadap keberlangsungan rantai pasokan brokoli organik. PT X memiliki standar harga brokoli organik yang mereka jual, harga jual ini berdasarkan pada biaya produksi yang sudah ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan. Harga jual ini yang akan ditawarkan kepada supermarket dalam menentukan harga yang akan disepakati. Harga jual brokoli organik yang ditawarkan oleh PT X kepada supermarket juga melihat harga pasar yang berlaku. Supermarket memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan PT X. Apabila PT X tidak mampu memenuhi permintaan brokoli organik dalam jumlah dan ukuran yang telah ditentukan, maka pihak supermarket dapat menolak 72 pasokan brokoli organik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa posisi tawar supermarket lebih kuat. Posisi tawar anggota rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 7. Petani Mitra Keterangan : = PT Agro Lestari < PT X < Supermarket < berarti pembeli memiliki kekuatan melebihi pemasok > berarti pemasok memiliki kekuatan melebihi pembeli = berarti terdapat saling ketergantungan Gambar 7. Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari 6.5.2 Pola Distribusi Pola distribusi dalam rantai pasokan brokoli organik menjabarkan tiga komponen utama, yakni aliran produk (brokoli organik), aliran uang, dan aliran informasi. Proses penyampaian tiga komponen tersebut penting diketahui agar dapat dianalisis apakah aliran distribusi dalam rantai pasokan sudah berjalan lancar atau masih terkendala. 6.5.2.1 Aliran Produk Produk yang didistribusikan dalam rantai pasokan adalah brokoli organik dengan kualitas baik. Proses distribusi brokoli organik diawali dari kegiatan pemanenan brokoli organik di kebun petani mitra PT Agro Lestari. Pengangkutan brokoli organik dari petani ke lokasi pengemasan milik PT Agro Lestari dilakukan oleh masing-masing petani pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 - 10.00 WIB. Petani mengirim langsung brokoli organik dengan menggunakan keranjang plastik dan diantarkan langsung dengan sepeda motor. Apabila brokoli organik yang diantarkan lebih dari kapasitas kemampuan petani dalam mengantarkan barang dengan menggunakan motor, maka hasil panen brokoli organik diambil oleh pihak PT Agro Lestari dengan menggunakan mobil. Setelah brokoli organik tiba di 73 lokasi pengemasan PT Agro Lestari, brokoli organik kemudian dibersihkan lalu dilakukan sortasi. Brokoli organik yang telah dibersihkan dan disortasi kemudian ditimbang dan dilakukan pencatatan, setelah itu brokoli organik dimasukkan ke dalam keranjang plastik milik PT Agro Lestari. Brokoli organik yang telah disimpan di dalam keranjang plastik milik PT Agro Lestari kemudian dikemas sesuai dengan permintaan, yaitu menggunakan plastik wrapping. Untuk ujung batangnya, ditutup dengan tisu terlebih dahulu sebelum proses wrapping. Setelah dikemas dan diberikan merek dan barcode dari PT X, Brokoli organik tersebut dimasukkan ke dalam keranjang plastik dan ditimbang kembali berdasarkan pesanan. Brokoli yang telah siap untuk dikirim, dijemput oleh PT X. Pengiriman brokoli organik dilakukan pada pukul 17.0018.00 WIB dan langsung dibawa ke gudang milik PT X yang berlokasi di daerah Parung. Namun terkadang PT X terlambat menjemput karena beberapa kendala yang terjadi selama perjalanan menuju PT Agro Lestari. Pengangkutan brokoli organik dari PT Agro Lestari dilakukan oleh PT X. Setelah mobil cold box milik PT X datang untuk menjemput, brokoli organik mulai ditimbang dan di masukkan ke keranjang plastik milik PT X. Kapasitas satu unit kendaraan dalam setiap kali pengiriman brokoli organik mencapai 100 kg, namun brokoli organik yang dibawa dalam pengiriman jumlahnya tergantung pada pesanan. Setelah Brokoli organik tiba di gudang penyimpanan PT X, brokoli organik kembali mengalami proses sortasi oleh pihak PT X. Kegiatan sortasi oleh pihak PT X dilakukan untuk menentukan jumlah brokoli organik yang masuk standar kualitas supermarket, brokoli yang dianggap tidak memenuhi kriteria akan dibawa kembali ke PT Agro Lestari sebagai brokoli tolakan. Lalu brokoli organik dikirim ke supermarket mulai dari 03.00 WIB. Penyortiran brokoli organik oleh pihak PT X dirasa tidak efisien karena dari setiap pengiriman masih selalu terdapat penolakan yang ternyata pada saat di sortir oleh pihak supermarket, brokoli yang dianggap tidak sesuai oleh pihak PT X, malah masuk dalam kriteria brokoli yang sesuai oleh pihak supermarket. Brokoli organik tiba di gudang penyimpanan supermarket pada pagi hari, brokoli organik kembali mengalami proses sortasi oleh pihak supermarket. Kegiatan sortasi oleh pihak supermarket dilakukan untuk menentukan jumlah 74 brokoli organik yang masuk standar kualitas supermarket. Brokoli organik yang telah melalui tahap sortasi kemudian disimpan ke dalam keranjang milik supermarket dan ditimbang, jumlah yang telah memenuhi standar merupakan jumlah yang dihitung oleh pihak supermarket, brokoli organik tersebut kemudian disimpan ke gudang pendingin untuk menjaga kesegaran brokoli organik sebelum dijual kepada konsumen. Pengiriman brokoli organik dilakukan setiap seminggu tiga kali sesuai dengan kesepakatan. Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa aliran produk berjalan lancar, mulai dari petani mitra hingga ke konsumen akhir. Berikut merupakan alur distribusi produk rantai pasokan brokoli organik. Petani Mitra PT Agro Lestari Keterangan : PT X Supermarket Konsumen Aliran produk lancar Gambar 8. Alur Distribusi Produk Rantai Pasokan Brokoli Organik 6.5.2.2 Aliran Uang Modal merupakan salah satu komponen penting dalam rantai pasokan brokoli organik yang digunakan untuk kegiatan budidaya serta pembelian brokoli organik dari petani mitra. Modal usaha untuk kegiatan pemeliharaan seperti pembelian bibit, pupuk organik dan upah tenaga kerja selama ini menggunakan modal sendiri serta pinjaman dari pihak PT Agro Lestari. Sebagian besar, petani mitra menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama mereka. Brokoli organik dijual kepada PT Agro Lestari dan dibayarkan setiap bulan. Petani mitra mendapatkan uang untuk kegiatan budidaya berikutnya dari transaksi yang dilakukan. PT Agro Lestari dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan modal pribadi, hingga saat ini usahanya berkembang tetap dengan modal sendiri. PT Agro Lestari melakukan transaksi dengan PT X dan pembayaran juga dilakukan sebulan sekali. Sedangkan pihak supermarket membayar sejumlah pesanan brokoli organik setiap dua minggu sekali. Supermarket memberikan faktur kepada pihak PT X dan pihak PT X menukarkan faktur tersebut dengan 75 sejumlah uang yang telah disepakati. Aliran uang yang terjadi dalam rantai pasokan ini dimulai dari konsumen sampai kepada petani mitra PT Agro Lestari. Aliran distribusi uang dalam rantai pasokan brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 9. Petani Mitra PT Agro Lestari Keterangan : PT X Supermarket Konsumen Alur distribusi uang lancar Alur distribusi uang kurang lancar Alur distribusi uang tidak lancar Gambar 9. Alur Distribusi Uang dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik Pada Gambar 9. dapat dilihat bahwa alur distribusi uang dari mulai konsumen berjalan lancar, karena konsumen membayar brokoli organik secara tunai kepada supermarket, sedangkan supermarket membayar dua minggu sekali kepada PT X. Namun, PT X membayar sebulan sekali kepada pihak PT Agro Lestari sehingga alur distribusi uang antara PT Agro Lestari dengan petani mitra mengalami hambatan. PT Agro Lestari tidak dapat membayar petani secara langsung karena adanya keterbatasan modal. Hal ini menyebabkan hambatan dalam hal pembiayaan produksi brokoli organik, karena petani mengandalkan dana dari transaksi tersebut untuk proses produksi. Jadi agar proses produksi tetap terus bejalan, sebagian dari petani mencari pinjaman modal untuk menutupi biaya produksi. 6.5.2.3 Aliran Informasi Aliran distribusi informasi merupakan komponen yang sangat penting untuk diperhatikan guna pencapaian tujuan dari rantai pasokan. Distribusi informasi yang baik diantara pelaku rantai pasokan dapat menciptakan suatu hubungan yang baik dan transparan sehingga mampu meningkatkan kepercayaan serta komitmen dalam menjalankan hubungan kerjasama. Aliran informasi antara pelaku harus dikelola dengan baik secara bersama untuk menghindari asymetric 76 information yang akan menghambat efektivitas serta berpotensi menimbulkan kecurangan dalam suatu kemitraan. Aliran informasi dalam rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari terdiri dari informasi pasar, informasi teknis budidaya, serta informasi penanganan pasca panen. Informasi pasar meliputi siapa pasar sasaran akhir (konsumen), bagaimana perilaku dan preferensi konsumen, serta kualitas produk apa yang diinginkan konsumen. Informasi pasar diperoleh dari pihak supermarket yang kemudian disampaikan kepada perwakilan pihak PT X, komunikasi mengenai informasi pasar ini biasanya berlangsung pada saat pengiriman brokoli organik. Salah satu hal penting mengenai informasi pasar dari konsumen akhir adalah menyangkut standar kualitas, tampilan brokoli organik yang digemari dan keamanan produk brokoli organik. Informasi pasar dari konsumen dapat pula berupa keluhan mengenai produk baik secara kuantitas maupun kualitas. Pihak supermarket mengkomunikasikan informasi pasar dengan jelas kepada para pemasoknya termasuk PT X. Informasi yang didapatkan PT X dari supermarket, langsung disampaikan lagi kepada pihak PT Agro Lestari. Namun dalam kenyataannya, pihak PT X tidak menjelaskan secara detail mengenai produk brokoli yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria supermarket. Dalam setiap pengiriman, selalu terdapat tolakan yang menurut PT Agro Lestari tidak sesuai dengan brokoli yang telah dikirim, seperti terdapat minyak pada plastik wrapping. PT X tidak menjelaskan secara rinci mengenai produk yang menjadi tolakan sehingga PT Agro Lestari hanya melakukan evaluasi dengan para petani. Oleh karena itu, informasi yang terjalin antara PT Agro Lestari dengan PT X dapat dikatakan kurang lancar. PT Agro Lestari menyampaikan informasi terkait pasar sasaran kepada para petani. Pihak PT Agro Lestari biasanya mendiskusikan dengan petani mitranya untuk pemecahan permasalahan terkait informasi pasar seperti upayaupaya peningkatan kualitas brokoli organik, sertifikasi lahan, maupun perbaikan sistem budidaya. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen akhir brokoli organik. Pihak PT Agro Lestari memberikan informasi mengenai kegiatan budidaya brokoli organik sesuai standar yang mereka tetapkan dan pelatihan teknik penanganan pasca panen yang baik kepada petani mitra brokoli 77 organik PT Agro Lestari. Aliran distribusi informasi dalam rantai pasokan brokoli organik dapat dilihat pada Gambar 10. Petani Mitra PT Agro Lestari Keterangan : PT X Supermarket Konsumen Alur distribusi informasi lancar Alur distribusi informasi kurang lancar Gambar 10. Alur Distribusi Uang dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik 6.5.3 Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Keragaan rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 11. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa aliran produk yang terjadi di PT Agro Lestari berjalan lancar, mulai dari petani yang mengirimkan langsung produk brokoli organik ke PT Agro Lestari sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah disepakati, begitupun pengiriman yang dilakukan PT Agro Lestari kepada PT X, pengiriman yang dilakukan PT X ke supermarket, sehingga produk sampai konsumen tepat pada waktunya. Aliran distribusi uang dari mulai konsumen berjalan lancar, karena konsumen membayar brokoli organik secara tunai kepada supermarket, sedangkan supermarket membayar dua minggu sekali kepada PT X. Namun, PT X membayar sebulan sekali kepada pihak PT Agro Lestari sehingga alur distribusi uang antara PT Agro Lestari dengan petani mitra dinilai kurang lancar. PT Agro Lestari tidak dapat membayar petani secara langsung karena adanya keterbatasan modal. Aliran informasi yang terjadi antara PT X dengan supermarket telah berjalan lancar. Informasi yang didapatkan PT X dari supermarket, langsung disampaikan lagi kepada pihak PT Agro Lestari. Namun dalam kenyataannya, pihak PT X tidak menjelaskan secara detail mengenai produk brokoli yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria supermarket, sehingga arus informasi dari PT X ke PT Agro Lestari berjalan kurang lancar, yang mengakibatkan selalu terdapat tolakan pada setiap pengiriman. Arus informasi yang terjalin antara PT Agro Lestari dengan petani mitranya berjalan 78 dengan lancar, PT Agro Lestari menyampaikan informasi terkait pasar sasaran kepada para petani. Petani Mitra PT Agro Lestari Keterangan : PT X Supermarket Aliran Produk Alur kurang lancar Aliran uang Alur tidak lancar Aliran informasi Konsumen Alur lancar Gambar 11. Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari 6.5.4 Jaminan Identitas Merek Identitas merek dari suatu produk menjadi salah satu hal yang penting bagi konsumen ataupun produsen. Merek dari suatu produk menjadi pembeda dari produk lainnya sehingga dapat dipersepsikan atau diasosiasikan karakteristik maupun kinerjanya oleh konsumen. Bahkan merek bisa dijadikan pencitraan dari sebuah produk yang penting bagi konsumen ataupun produsen. Merek dari suatu produk menjadi pembeda dari produk lainnya sehingga dapat dipersepsikan atau diasosiasikan karakteristik maupun kinerjanya oleh konsumen. Bahkan merek bisa dijadikan pencitraan dari sebuah produk. Pada sektor pertanian, produk yang diperdagangkan dapat berupa produk segar atau produk olahan. Pemberian merek pada produk hortikultura segar, biasanya dilakukan oleh perusahaan berskala besar. Hasil panen brokoli organik dari petani tidak diberikan merek. Petani menjual hasil panennya kepada PT Agro Lestari dengan curah dan tanpa merek. Merek baru diberikan setelah brokoli organik di sortir, ditimbang dan dikemas dengan menggunakan plastik wrapping. Merek ditempelkan bersama barcode untuk produk brokoli organik. Merek yang digunakan oleh PT Agro Lestari yaitu merek PT X karena merek tersebut telah memiliki pencitraan yang baik terhadap produk hortikultura khususnya produk organik, selain itu PT X telah memiliki sertifikat yang telah dicantumkan dalam merek tersebut. Sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan produk yang benar organik. 79 Pemberian merek penting bagi konsumen, karena konsumen akan mengetahui asal dari perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi sesuatu maka konsumen akan dengan mudah memberikan keluhan kepada pihak supermarket. Apabila brokoli organik yang dikonsumsi memuaskan konsumen, maka konsumen akan mencari sayuran dengan merek yang mereka percaya, dimanapun sayuran itu berada. Selain itu, pemberian merek juga dapat memudahkan pihak supermarket untuk membedakan produk dan menyampaikan keluhan konsumen terhadap produk tersebut. Untuk membedakan produk PT Agro Lestari dengan produk dari perusahaan pengumpul yang lainnya terletak pada peletakan barcode. Untuk produk dari PT Agro Lestari, meletakkan barcode tepat di bawah merek, hal tersebut untuk mempermudah PT X dalam mengukur kinerja PT Agro Lestari. 6.6 Kinerja Rantai 6.6.1 Kinerja Kemitraan Evaluasi rantai pasokan yang terjalin di antara pelaku rantai pasokan dilakukan dengan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan tingkat kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Penilaian tingkat kesesuaian tersebut membandingkan antara nilai kepentingan suatu atribut kemitraan dengan nilai kinerja suatu atribut yang selama ini dirasakan oleh anggota rantai pasokan. Hasil dari penilaian kesesuaian atribut kemitraan dijadikan suatu indikator apakah kerjasama suatu kemitraan yang selama ini dilakukan telah memuaskan setiap anggota rantai pasokan. Hasil penilaian kesesuaian atribut juga dapat menunjukkan secara spesifik atribut kemitraan yang memerlukan perhatian untuk dievaluasi dalam mendukung kegiatan manajemen rantai pasokan. Penilaian kinerja kemitraan tersebut dilakukan pada pelaku rantai pasokan yang memiliki ikatan kerjasama kemitraan yakni di tingkat petani brokoli organik, PT Agro Lestari, pihak PT X dan pihak supermarket. 80 6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra Brokoli Organik Analisis tingkat kesesuaian atribut mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan rantai pasokan telah memuaskan petani. Hal tersebut dapat dijadikan suatu indikator untuk menilai kinerja kemitraan di tingkat petani yakni jika petani merasa puas terhadap kemitraan yang dilakukan maka kinerja kemitraan rantai pasokan di tingkat petani brokoli organik dinilai baik pula. Perbandingan dalam analisis kesesuaian atribut mencakup tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan adalah harapan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan brokoli yang diwakili dalam 11 atribut kemitraan. Tingkat kinerja merupakan persepsi petani terhadap hasil dalam pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang diwakili dalam 11 atribut kemitraan. Berdasarkan nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, dapat dilihat bahwa seluruh petani mitra menganggap penerapan standar budidaya sangat penting. Hal ini dikarenakan pentingnya menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan, selain itu pola budidaya organik juga memiliki standar budidaya yang perlu diterapkan seperti penggunaan pupuk organik (pupuk kandang), pemilihan tempat budidaya yang disekelilingnya tidak tercemar, serta menggunakan air yang belum tercemar. Penerapan standar budidaya untuk mejaga kualitas produk dirasa penting untuk continuitas usaha dan kredibilitas perusahaan di mata konsumen. Karena pentingnya penerapan standar budidaya tersebut, maka para petani mitra menerapkan standar budidaya dalam usahataninya. Pada nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, 75 persen dari petani menganggap bahwa upaya peningkatan keterampilan merupakan hal yang penting. Sesuai dalam penilaian kinerjanya, petani tersebut melakukan upaya peningkatan keterampilan dengan baik seperti mengikuti seminar mengenai budidaya pertanian dengan sistem organik. Atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi, akses permodalan, kualitas produk, tingkat penjualan, harga jual produk serta komitmen dan kerjasama merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani brokoli organik. Nilai dari tingkat kepentingan atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi dan kualitas produk telah sesuai dengan kinerja yang dilakukan oleh petani. Petani 81 menilai bahwa kinerja dalam dari keterbukaan informasi dan kualitas produk dalam rantai sudah cukup baik. Keterbukaan informasi merupakan salah satu indikator yang penting dalam pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan. Informasi yang didapatkan oleh petani mitra berasal dari PT Agro Lestari. Informasi yang diberikan oleh PT Agro Lestari berupa informasi mengenai kualitas dan kuantitas brokoli organik yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dari informasi yang diberikan, maka petani dapat menerapkan standar budidaya untuk mendapatkan kualitas yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kualitas brokoli organik yang diingikan konsumen meliputi bentuk fisik (warna brokoli yang hijau, yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat) dan kesegaran brokoli organik. Penerapan kualitas penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan kredibilitas perusahaan. Akses permodalan merupakan atribut kemitraan yang memiliki nilai kesesuaian yang berbeda dengan kinerja yang telah dilakukan selama ini. Meskipun rata-rata dari petani mitra menganggap bahwa akses permodalan merupakan atribut yang penting namun dalam pelaksanaannya, 50 persen dari petani mitra merasa bahwa kinerja yang selama ini dilakukan belum baik. Hal tersebut dikarenakan terkadang terjadi keterlambatan pembayaran antara PT Agro Lestari dengan petani mitranya, sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan petani yang digunakan untuk usaha budidaya. Bila PT Agro Lestari membayar tepat pada waktunya, maka petani dapat membeli bibit dan menanamnya lebih awal. Penilaian kinerja terhadap atribut tingkat penjualan dapat dirasa cukup baik, meskipun beberapa petani mengharapkan tingkat penjualan yang lebih dari kinerja yang ada. Rata-rata dari petani brokoli organik yang menjadi mitra, merasa bahwa tingkat penjualan brokoli organik lebih tinggi dari jumlah dari tingkat penjualan sebelum bermitra. Tabel 9 merupakan tabel penjualan brokoli organik petani pada saat petani belum bermitra dengan PT Agro Lestari dan Tabel 10 merupakan tabel penjualan brokoli organik petani setelah bermitra dengan PT Agro Lestari. 82 Tabel. 9 Penjualan Brokoli Organik Petani Sebelum Bermitra Tahun 2007 2008 Petani Petani A 1.609 kg 2.014 kg Petani B 1.422 kg 1.835 kg Petani C 890 kg 1.455 kg Petani D 1.710 kg 1.854 kg Sumber : Petani mitra Tabel. 10 Penjualan Brokoli Organik Petani Sesudah Bermitra Tahun 2009 2010 Petani Petani A 3.115 kg 3.765 kg Petani B 2.970 kg 4.835 kg Petani C 2.895 kg 3.655 kg Petani D 3.655 kg 4.475 kg Berdasarkan Tabel 9, meskipun pada tahun 2007 ke 2008, petani juga mengalami peningkatan penjualan, namun peningkatan tersebut kurang dari 500 kg untuk setiap petani. Hal tersebut dikarenakan, petani tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang mereka hasilkan. Sedangkan pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa tingkat penjualan petani meningkat lebih dari 1000 kg dari tahun 2008 ke 2009. Harga jual produk merupakan atribut indikator dirasa penting bagi petani mitra. Namun dalam kinerja pelaksanaannya, masih terdapat satu orang petani yang merasa belum puas terhadap harga jual brokoli organik yang telah disepakati. 75 persen dari petani merasa bahwa kinerja terhadap harga produk sudah cukup sesuai dengan harapan mereka. Rata-rata dari petani merasa puas dengan kesepakatan harga karena harga yang mereka peroleh merupakan harga tertinggi dari harga rata-rata brokoli organik di pasar. Sebelum mereka bermitra, mereka hanya menjual brokoli dengan harga Rp 6000 – Rp 7000 /kg , namun 83 setelah bermitra para petani dapat menjual brokoli organik kepada PT Agro Lestari sebesar Rp 11.000/kg. Dari kenaikan harga jual petani sebelum dan sesudah bermitra, menimbulkan kepuasan dari petani mitra terhadap harga yang disepakati. Kinerja untuk atribut komitmen dan kerjasama dirasa sudah berjalan dengan baik, mengingat petani sudah mengenal PT Agro Lestari jauh sebelum bermitra. Sebelum bermitra, petani mengenal PT Agro Lestari sebagai toko yang menjual alat-alat dan bahan untuk pertanian sehingga kerjasama sudah terjalin sebelum mereka bermitra. Sedangkan untuk atribut tingkat keuntungan, petani merasa kinerja yang saat ini berjalan sudah memenuhi harapan, terlihat 50 persen dari petani merasa bahwa kinerja yang ada sudah sangat baik, meskipun masih terdapat petani mitra yang merasa belum sesuai dengan harapan. Rata-rata dari petani mitra merasa harga jual brokoli organik saat bermitra lebih tinggi dari pada harga jual sebelum, sehingga mereka merasa bahwa kinerja dari atribut tingkat keuntungan sudah baik. Kinerja pada atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran telah sesuai dengan harapan para petani. Dalam proses transaksi dan pemasaran, petani tidak mengeluarkan biaya untuk itu. Bila pesanan brokoli dalam jumlah banyak, PT Agro Lestari mengambil langsung di lahan milik petani, selain itu petani tidak mengeluarkan biaya sortasi maupun pengemasan. Untuk kinerja pada atribut penanggungan risiko secara adil, 75 persen dari petani sudah merasa cukup baik namun masih terdapat petani mitra yang menganggap kurang baik dan sangat tidak sesuai dengan harapannya. Petani mitra tersebut merasa risiko yang petani tanggung cukup berat karena harus memenuhi kriteria brokoli organik yang ditentukan, sedangkan sistem pertanian organik sangat rentan terhadap risiko sehingga hasil dari panen tidak dapat diprediksikan baik atau tidaknya. 6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT Agro Lestari Penilaian kinerja kemitraan dilakukan di tingkat PT Agro Lestari untuk mengetahui bagaimana selama ini pihak PT Agro Lestari mempresepsikan kemitraan yang terjalin diantara pelaku rantai pasokan brokoli organik. PT Agro 84 Lestari melakukan kerjasama dengan pihak petani brokoli organik dan pihak PT X. Atribut kemitraan kualitas produk brokoli organik memiliki kinerja yang baik dan bahkan pemilik perusahaan menilai bahwa kualitas dari brokoli organik yang ada sudah sangat baik. Meskipun masih terdapat kurangnya transparasi informasi mengenai produk tolakan dari PT X. PT X hanya memberikan produk tolakan tanpa memberikan penjelasan secara spesifik mengenai kriteria apa yang belum sesuai dari brokoli organik yang ditolak tersebut. Sehingga PT Agro Lestari hanya dapat mengira-ngira kekurangan dari produk yang mereka kirim. Terlihat kinerja dari atribut keterbukaan informasi belum sesuai dengan harapan dari pihak PT Agro Lestari. Upaya untuk meningkatkan keterampilan dan standar budidaya terus dilakukan oleh PT Agro Lestari. PT Agro Lestari menilai bahwa kinerja yang ada mengenai upaya peningkatan keterampilan dan standar budidaya sudah cukup baik dilakukan oleh petani mitra, bahkan pemilik menilai bahwa penerapan standar budidaya merupakan atribut yang penting dalam kemitraan dan kinerja yang ada dinilai oleh pemilik sudah sangat baik. PT Agro Lestari selalu mengadakan diskusi dengan para petani mitra untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proses budidaya. Upaya peningkatan keterampilan yang dilakukan oleh PT Agro Lestari yaitu berupa keterampilan tenaga kerja dalam mengemas brokoli organik yang telah di sortasi dengan menggunakan plastik wrapping dan tisu untuk menutupi bagian bawah dari batang pohon. Pemilik dan manajer dari PT Agro Lestari menilai efesiensi biaya transaksi dan pemasaran merupakan atribut yang penting, namun kinerja efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dirasakan belum memuaskan karena jauhnya jarak pemasaran yang harus ditempuh dari PT X ke PT Agro Lestari maupun PT X ke supermaket, sehingga terkadang brokoli organik mengalami kerusakan pada saat perjalanan. Hal ini menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diterima oleh PT Agro Lestari. Salah satu penyebab kerusakan produk dalam perjalanan juga karena alat transportasi yang kurang memadai. Truk yang digunakan oleh PT X tidak semuanya memiliki alat pendingin sehingga bila terjadi kemacetan ataupun 85 kendala lain dalam perjalanan, besar kemungkinan produk yang dibawa dalam truk tersebut mengalami penurunan kualitas. Atribut tingkat keuntungan merupakan salah satu atribut yang cukup penting dalam menjalankan suatu usaha, begitupun dengan penilaian PT Agro Lestari terhadap atribut tersebut. Atribut Harga jual produk organik pun dinilai telah sesuai dengan harapan pihak PT Agro Lestari. Bila dilihat dari perhitungan marjin PT Agro Lestari, dapat dilihat keuntungan yang diperoleh perusahaan, namun keuntungan yang ada saat ini belum terlalu memuaskan manajer keuangan. Manajer perusahaan menilai bahwa perusahaan masih dapat meningkatkan keuntungan dengan meminimalisir biaya transaksi dan pemasaran. Dalam perjalanan menuju PT X, sering terjadi kerusakan produk brokoli organik dikarenakan fasilitas distribusi yang dimiliki oleh PT X kurang memadai. Hal tersebut berkaitan dengan risiko yang ditanggung oleh PT Agro Lestari. Kerusakan atau penurunan kualitas brokoli organik yang terjadi, menjadi tanggungan PT Agro Lestari. Sehingga untuk atribut penanggungan risiko secara adil, PT Agro Lestari menilai tidak sesuai dengan harapannya. 6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT X Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik dilakukan kepada pihak PT X. Pandangan dari pihak PT X mengenai kinerja kemitraan yang terjalin dengan para petani dan PT Agro Lestari. Komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat keuntungan, kualitas produk, penerapan standar budidaya, tingkat penjualan serta harga jual produk merupakan beberapa atribut yang dinilai memiliki kinerja yang telah sesuai dengan harapan. Komitmen dan kerjasama yang dilakukan PT X dengan Agro Lestari dilakukan atas dasar kepercayaan. PT X telah mengenal PT Agro Lestari sebagai distributor dari produk-produk pertanian dengan kualitas baik, selain itu PT X dengan PT Agro Lestari juga selalu melakukan pengawasan terhadap lahan petani mitra dan melihat standar budidaya yang dilakukan oleh petani mitra sehingga PT X dapat menilai bahwa standar budidaya yang dilakukan telah sesuai dengan harapan yang dinilai cukup baik. Untuk kerjasama yang 86 dilakukan dengan pihak supermarket, dilakukan dengan pembuatan surat kontrak usaha untuk menjamin keberlangsungan usaha. Atribut keterbukaan informasi antara PT X dengan supermarket dapat berjalan dengan sangat baik. Informasi mengenai produk yang didapat PT X dari pihak supermarket, langsung disampaikan kepada pihak PT Agro Lestari, informasi tersebut berupa jumlah pesanan yang diminta oleh supermarket dan informasi berupa keluhan-keluhan dari konsumen terhadap produk brokoli organik. Meskipun dalam kinerjanya transparasi informasi mengenai kualitas produk masih kurang namun produk yang telah dihasilkan telah cukup sesuai dengan harapan pihak PT X. Atribut kemitraan efesiensi biaya transaksi dan pemasaran penerapan standar budidaya dinilai belum sesuai dengan harapan karena pada dasarnya biaya dari rantai tataniaga dapat lebih di tekan untuk menurunkan harga di konsumen akhir. Untuk atribut harga jual produk, PT X menilai cukup dan sudah sesuai dengan harapan. Saat ini PT X menetapkan harga sebesar Rp 38.000/kg, harga ini telah mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak PT X dan keuntungan yang diinginkan. PT X menilai keuntungan yang ada saat ini telah sesuai dengan harapan perusahaan. Dari keuntungan yang diperoleh, PT X dapat menggunakan sebagian dari keuntungan tersebut untuk akses permodalan seperti biaya membeli produk brokoli organik dari petani dan biaya-biaya lain untuk pemasaran. Atribut kemitraan penanggungan risiko dinilai PT X telah sesuai dengan harapan. Dalam hal ini, PT X tidak menerima risiko berupa penolakan produk. Brokoli organik yang ditolak oleh supermarket menjadi risiko PT Agro Lestari, meskipun penolakan tersebut berupa penurunan kualitas brokoli organik karena lamanya perjalanan ataupun kerusakan brokoli organik karena kendala dalam perjalanan. 6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik juga dilakukan kepada pihak supermarket. Pandangan dari pihak supermarket mengenai kinerja kemitraan akan memberikan perspektif yang lebih menyeluruh mengenai kinerja pelaksanaan kerjasama atau kesepakatan kemitraan 87 dalam rantai pasokan. Perwakilan dari pihak supermarket yang menjadi responden untuk menilai kinerja kemitraan yaitu perwakilan dari supermarket Lotte Mart Pemilihan Lotte Mart sebagai responden yang berasal dari pihak supermarket karena dari beberapa supermarket yang menjadi anggota rantai pasokan, Lotte Mart termasuk supermarket yang memesan secara continue dan jumlah pesanan khususnya untuk produk brokoli organik lebih banyak dari supermarket yang lain. Rata-rata pihak supermarket menilai bahwa kinerja dari artibut-atribut yang ada, telah sesuai dengan harapan dari pihak supermarket. Seperti atribut komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat penjualan, akses permodalan, efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, kualitas produk, penerapan standar budidaya, harga jual produk, serta penanggungan risiko secara adil. Kinerja atribut komitmen dalam kerjasama sudah berjalan dengan baik, karena sebelum supermarket memulai bermitra dengan pihak PT X, supermarket memiliki kualifikasi dalam memilih mitra. PT X dipilih karena dinilai telah memiliki kredibilitas yang baik dalam memproduksi produk-produk agribisnis, selain itu PT X juga memberikan sampel produk terlebih dahulu kepada pihak supermarket agar supermarket mengetahui kualitas produk yang diproduksi. Selain kepercayaan, kerjasama yang dilakukan oleh pihak supermarket dan PT X telah menggunakan surat kontrak untuk menjamin keberlangsungan usaha dan kualitas produk. Kinerja dari akses permodalan berjalan baik seiring dari kinerja tingkat penjualan dan tingkat harga jual produk yang telah sesuai dengan harapan. Namun menurut pihak supermarket, keuntungan yang didapat saat ini belum sesuai dengan harapan. Pihak supermarket masih berharap bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh saat ini. Kinerja dari atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dinilai cukup memenuhi harapan, meskipun dalam kenyataannya efisiensi dari biaya transaksi dan pemasaran masih dapat ditekan untuk menurunkan harga jual di tingkat konsumen. Penanggungan risiko dinilai supermarket telah sesuai dengan harapan yang cukup baik. Namun bagi beberapa pelaku rantai, penanggungan risiko belum dirasa cukup adil. Supermarket akan tetap mengembalikan dan tidak membayar produk yang mengalami penurunan kualitas akibat perjalanan. 88 Pihak supermarket menilai bahwa kinerja tingkat penjualan sudah sesuai dengan tingkat penjualan yang diharapkan. Hal tersebut didasari dari jumlah konsumsi brokoli organik oleh konsumen akhir meningkat seiring dengan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli. Hal ini, tidak lepas dari peran supermarket dalam memberikan informasi pasar kepada pihak PT X yang selanjutnya disampaikan kepada PT Agro Lestari dan didiskusikan oleh para petani mitra. Oleh karena itu, atribut keterbukaan informasi juga dinilai sangat penting dan kinerja mengenai atribut tersebut telah sesuai dengan harapannya. Dengan keterbukaan informasi, petani dapat menentukan standar budidaya untuk memenuhi pesanan produk brokoli organik yang diingikan dan dibutuhkan konsumen. Pihak supermarket pun menilai kinerja atribut standar budidaya sudah sesuai dengan harapan. Supermarket menilai standar budidaya berdasarkan informasi yang diberikan oleh PT X mengenai standar budidaya yang telah dilakukan petani dan dilihat dari hasil produk brokoli organik hasil panen yang telah sesuai dengan pesanan. Oleh karena itu, supermarket juga menilai bahwa kinerja dari kualitas produk sudah sangat sesuai dengan harapan dari pihak supermarket. Kinerja dari beberapa atribut kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik masih harus dievaluasi agar mampu memberikan manfaat dan kepuasan bagi seluruh anggota rantai pasokan. Upaya untuk meningkatkan kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan adanya suatu koordinasi diantara seluruh pelaku rantai. Beberapa atribut kemitraan seperti kolaborasi serta penanggungan risiko secara adil membetuhkan kerjasama dari seluruh anggota rantai untuk berkomunikasi secara intensif serta bersedia melakukan upaya perbaikan bagi pencapaian tujuan bersama yakni terciptanya kepuasan konsumen serta manfaat bagi pelaku rantai pasokan brokoli organik yang terkait. 6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan Efisiensi rantai pasokan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh pelaku rantai pasokan untuk menilai kinerja dari kegiatan Manajemen Rantai Pasokan. Efisiensi dalam saluran pemasaran (rantai pasokan) brokoli organik 89 berfungsi untuk melihat apakah manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan telah tersebar secara merata dirasakan oleh seluruh anggota rantai. Selain itu, penilaian efisiensi juga dapat digunakan untuk melihat apakah sumberdaya rantai telah dialokasikan dengan baik ataukah masih memerlukan perbaikan dalam kerangka pelaksanaan fungsi masing-masing anggota rantai pasok. Rantai pasokan yang dibahas dalam penelitian ini hanya memiliki satu saluran pemasaran yakni melibatkan petani, PT Agro Lestari, PT X dan supermarket. Hal tersebut menjadi ciri yang membedakan antara manajemen rantai pasokan dengan konsep tataniaga yang melakukan pemasaran secara terbuka dan belum memiliki kesepakatan kontraktual. 6.6.2.2 Marjin Tataniaga Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja efisiensi suatu saluran (rantai) pemasaran adalah dengan menilai total marjin yang tercipta dalam upaya menyampaikan produk dari produsen hingga konsumen akhir. Jumlah marjin tataniaga terbentuk dari besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap pelaku rantai serta profit yang diinginkan oleh setiap pelaku rantai tersebut. Tujuan dari manajemen rantai pasokan diantaranya adalah menyalurkan produk hingga konsumen akhir dengan harga yang kompetitif. Hal tersebut berarti bahwa suatu rantai pasokan dapat dikatakan efisien jika segenap anggota rantai dapat melakukan biaya dan marjin tataniaga secara rasional sehingga harga produk di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Penilaian marjin tataniaga dalam rantai pasokan brokoli organik meliputi biaya yang dikeluarkan oleh petani, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Harga yang menjadi acuan di tingkat konsumen akhir adalah harga yang ditetapkan oleh supermarket. Harga jual brokoli organik di tingkat petani sebesar Rp 11000/kg. Harga yang ditetapkan sudah termasuk dengan biaya antar ke PT Agro Lestari. Namun, pada kondisi tertentu seperti pesanan brokoli organik dalam jumlah yang tidak dapat diangkut dengan motor, maka hasil panen diambil oleh PT Agro Lestari dengan menggunakan mobil. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari, dihitung dari pengurangan antara harga jual dengan harga beli. Hasil dari pengurangan tersebut 90 dibagi dengan harga jual lalu dipersentasekan. Harga beli untuk brokoli organik PT Agro Lestari kepada petani mitra sebesar Rp 11.000 dan harga jual brokoli organik PT Agro Lestari kepada pihak PT X sebesar Rp 15.000. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari dapat dilihat pada lampiran 1. Marjin tataniaga sebesar 26,67 persen dirasa sesuai karena PT Agro Lestari mengeluarkan biaya pemasaran untuk produk brokoli organik yang di panen oleh petani mitranya. Biaya yang di keluarkan oleh PT Agro Lestari sebesar 17 % dari harga jual brokoli, yaitu terdiri dari biaya pembelian brokoli di petani, biaya pengangkutan brokoli organik dari lahan petani (bila pesanan brokoli tidak dapat dibawa dengan motor), biaya tenaga kerja untuk sortasi dan pengemasan, serta biaya pembelian plastik wrapping. Marjin tataniaga untuk PT X sebesar 60,52 persen, didapat dari pengurangan harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari dengan harga jual dari PT X kepada supermarket. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi dengan harga jual brokoli yang ditetapkan PT X untuk supermarket, lalu dipersentasekan. Harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari adalah Rp 15.000/kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 38.000/kg. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1. Marjin tataniaga sebesar 60,52 persen tersebut dirasa tinggi bila dilihat dari marjin yang diperoleh petani dan Agro Lestari, sehingga pembagian marjin untuk pelaku rantai dinilai tidak efektif. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh PT X sebesar 18,5 persen dari harga jual brokoli organik, yaitu berupa biaya pembelian brokoli organik, biaya pembuatan sticker merek, biaya pengangkutan brokoli organik ke supermarket, biaya akomodasi tenaga kerja, biaya penyimpanan serta biaya sertifikasi. Namun marjin tersebut tidak seimbang dengan perolehan marjin petani, PT Agro Lestari serta supermarket. Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator bagi keberhasilan rantai pasokan brokoli organik adalah efisiensi biaya di sepanjang rantai pasokan, sehingga harga produk di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Maka untuk menunjang keberhasilan dari rantai pasokan, sebaiknya PT X mengefisiensikan biaya transaksi dan pemasaran. 91 Margin tataniaga untuk supermarket Lotte Mart sebesar 35,20 persen, didapat dari pengurangan harga beli brokoli organik di PT X dengan harga jual dari supermarket untuk konsumen. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi dengan harga jual brokoli yang ditetapkan supermarket, lalu dipersentasekan. Harga beli brokoli organik di supermarket (Lotte Mart) adalah Rp 38.000/kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 58.650/kg. Biaya yang dikeluarkan supermarket sebesar 16 % dari harga jual brokoli organik. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1. Margin yang diterima supermarket lebih kecil dibandingkan dengan marjin dari PT X. Supermarket mengeluarkan biaya-biaya untuk pemasaran brokoli organik seperti ruang penyimpanan, akomodasi karyawan, biaya penyimpanan dan lain-lain. Perbandingan biaya tataniaga anggota rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 11 dan Perbandingan Margin Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11. Perbandingan Biaya Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik Pelaku Rantai Biaya Tataniaga (%/harga jual) Petani PT Agro Lestari PT X Supermarket 16 % 17 % 18,5 % 16 % Tabel 12. Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik Pelaku Rantai Petani PT Agro Lestari PT X Supermarket Margin Tataniaga 18,75 % 26,67 % 60,52 % 35,20 % 6.6.1.2 Farmer’s Share Farmer’s share merupakan bagian yang diterima oleh petani brokoli organik dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dalam penelitian ini adalah harga jual supermarket yang 92 ditetapkan oleh pihak supermarket. Farmer’s share merupakan balas jasa yang diterima petani dari hasil kegiatan usahatani atau budidaya brokoli organik. Nilai farmer’s share akan berbanding terbalik dengan marjin tataniaga yang terbentuk, artinya semakin besar nilai marjin tataniaga maka akan menyebabkan nilai farmer’s share semakin mengecil. Nilai farmer’s share yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik sudah wajar bila dibandingkan dengan marjin yang diterima PT Agro Lestari selaku anggota rantai pasok. Berikut merupakan perhitungan farmer’s share yang diperoleh petani mitra. Rp. 11.000 FS = x 100% = 18,75`% Rp. 58.650 Hasil analisis efisiensi tataniaga menunjukkan bahwa marjin tataniaga yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik dari studi kasus PT Agro Lestari memiliki nilai yang relatif besar. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan pun belum merata, dimana PT X menjadi pihak yang memiliki keuntungan yang besar dibandingkan pelaku rantai pasokan lainnya. Rantai pasokan dikatakan belum efisien karena beberapa komponen dari biaya tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Biaya tataniaga yang masih dapat diminimalisir antara lain adalah biaya sortasi produk yang selama ini dilakukan dua kali oleh PT Agro Lestari dan PT X. Hal tersebut akan berdampak pada biaya tataniaga keseluruhan dalam rantai pasokan yang pada akhirnya membuat harga jual di tingkat konsumen akhir lebih tinggi. Kegiatan sortasi secara terpadu oleh satu pihak saja diharapkan dapat membuat biaya tataniaga lebih efisien. 6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan Beberapa kondisi dalam rantai pasokan brokoli organik dapat terlihat dari hasil evaluasi pelaksanaan kinerja pengelolaan rantai pasokan secara terintegrasi. Atribut yang dipersepsikan kurang memuaskan oleh ketiga pelaku rantai yang perlu mendapat perhatian adalah akses permodalan, penanggungan risiko secara 93 adil serta kolaborasi pelaku rantai pasokan. Pengembangan dan evaluasi kinerja rantai pasokan tersebut harus melibatkan kontribusi ataupun partisipasi dari seluruh anggota rantai pasokan brokoli organik agar mendukung terciptanya suatu koordinasi yang lebih baik. Beberapa alternatif kebijakan pengembangan rantai yang dapat direkomendasikan antara lain : 6.7.1 Trust Building Kepercayaan antara mitra dalam rantai pasokan brokoli organik menjadi hal yang mutlak diperlukan. Hasil dari evaluasi rantai pasokan menunjukkan bahwa koordinasi dan kolaborasi kerjasama belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal yang menyangkut penanggungan risiko secara adil dan kesepakatan kontraktual antara petani dan PT Agro Lestari, antara PT Agro Lestari dengan PT X. Risiko kerugian dari kegiatan rantai pasok dirasakan oleh petani, PT Agro Lestari dan PT X. Ketersediaan pihak supermarket untuk menyediakan dana tunai pada saat transaksi berlangsung menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi kerugian yang dirasakan oleh beberapa anggota rantai pasok lainnya. Sehingga PT X dapat membayar tepat waktu dan PT Agro Lestari pun dapat membayar tunai kepada para petani. Perjalanan yang panjang dari PT X ke supermarket tujuan membuat brokoli organik yang dikirimkan mendapat penolakan karena terjadi kerusakan selama perjalanan, dan semua brokoli yang dikembalikan menjadi risiko PT Agro Lestari. PT X selaku distributor yang menyalurkan brokoli organik ke supermarket sebaiknya memperhatikan teknis dari proses dibawanya brokoli organik teresebut. Mengatur suhu untuk brokoli organik selama perjalanan dan pengaturan posisi brokoli agar tidak tergoncang selama perjalanan merupakan alternatif untuk mengurangi risiko. Adanya kontribusi serta ketersediaan berbagai pihak tersebut untuk berbagi manfaat dan risiko, diharapkan dapat menimbulkan keterbukaan, loyalitas terhadap komitmen kerjasama, serta kepercayaan antara pelaku rantai pasokan. 6.7.2 Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah Petani mitra PT Agro Lestari selama ini mendapatkan bantuan modal pinjaman dari PT Agro Lestari, namun tidak semua dapat merasakan pinjaman 94 untuk modal usaha ini karena PT Agro Lestari pun mengalami keterbatasan dalam kondisi ini. Dukungan akses permodalan ini sangat penting bagi petani yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha. Oleh karena itu, dukungan kredit dari pihak luar seperti lembaga keuangan mutlak diperlukan agar petani mampu mengembangkan usahanya. PT Agro Lestari dalam hal ini dapat menjadi perantara antara lembaga keuangan dan petani yang membutuhkan modal usaha. Dengan adanya dukungan seperti ini diharapkan pengembangan usaha brokoli organik yang dijalankan petani dapat berkembang dengan baik. Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat penting dalam mewujudkan struktur rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari berjalan dengan baik. Selama ini, dukungan langsung dari pemerintah dengan melakukan penyuluhan dan tinjauan langsung ke lokasi usaha petani dan pihak PT Agro Lestari belum dapat dirasakan. Petani dalam hal ini sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bantuan kredit untuk usahanya, karena selama ini petanin mitra belum merasakan secara langsung bantuan pinjaman dari pemerintah tersebut. Dukungan pemerintah juga dapat dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur seperti akses jalan di lokasi usaha petani. Selama ini petani mengalami kesulitan dalam kegiatan penganguktan hasil panen dikarenakan kondisi jalan yang rusak dan tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan besar. Diharapkan pemerintah dapat memperbaiki kondisi tersebut, sehingga ikut membantu petani dalam kegiatan ekonominya. 6.7.3 Kesepakatan Kontraktual Kesepakatan kontraktual antara petani dan PT Agro Lestari maupun antara PT Agro Lestari dengn PT X dibutuhkan untuk menunjang kesepakatan yang sudah terjalin. Saat ini, kesepakatan yang sudah terjalin masih berdasarkan kepercayaan antar pelaku. Dengan adanya kesepakatan kontraktual ini, diharapkan petani dan PT Agro Lestari serta PT Agro Lestari dengan PT X mengerti dengan jelas dan tertulis antara hak dan kewajiban mereka demi terciptanya suatu hubungan yang saling menguntungkan, terikat serta menghindari suatu kecurangan. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang lebih intensif antara 95 petani dan PT Agro Lestari maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X, salah satu pihak harus ada yang mengusulkan kesepakatan ini menjadi kesepakatan yang tertulis. 96 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian manajemen rantai pasokan brokoli organik yang dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik yang melibatkan petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket belum sepenuhnya dijalankan secara terpadu. Rantai pasokan tersebut sebenarnya telah memiliki sasaran rantai yang jelas, anggota rantai yang terstruktur sesuai perannya, kesepakatan kontraktual yang mengatur pelaksanaan kemitraan, bahkan terdapat pula jaminan identitas merek. Namun dalam rantai pasokan ini, peran dari anggota pendukung masih belum dapat dirasakan secara langsung oleh pelaku rantai, terutama dalam hal aliran modal untuk para petani. Dalam hal pinjaman modal usaha yang petani dapatkan, hanya berasal dari PT Agro Lestari. Namun pinjaman modal dari PT Agro Lestari tidak dapat dirasakan oleh semua anggota mitra tani, karena PT Agro Lestari pun memiliki keterbatasan dalam hal ini. Dalam hal ini, peran pemerintah dalam memberikan bantuan modal belum dapat dirasakan secara langsung oleh petani dan PT Agro Lestari. Aliran informasi dalam pasokan ini, belum berjalan dengan baik. PT X sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pihak supermarket, kurang memberikan informasi mengenai produk tolakan dari supermarket. Sehingga evaluasi yang dilakukan oleh PT Agro Lestari hanya berdasarkan pada pendapat pribadi perusahaan. Meskipun hingga saat ini, brokoli organik yang di produksi tetap berkualitas dan mengikuti basic kriteria dari supermarket, namun tolakan untuk produk tersebut selalu ada dalam setiap pengiriman. Dalam hal ini PT X sebagai penyalur untuk supermarket, sebaiknya memberikan keterangan yang jelas atau alasan yang jelas mengenai produk tolakan dari brokoli organik. 2. Pelaksanaan manajemen pasokan brokoli organik masih belum memiliki kinerja yang baik dalam hal efisiensi maupun kemitraan. Berdasarkan nilai margin tataniaga, PT X memiliki nilai margin tiga kali lebih besar dari petani dan PT Agro Lestari. Farmer’s share dari petani relatif kecil sebesar 18,75 persen dari harga jual akhir. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai 97 pasokan belum merata dimana PT X menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan paling besar dibandingkan pelaku rantai pasok yang lain. Rantai pasokan juga dapat dikatakan belum efisien karena beberapa komponen biaya tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Penentuan harga pembelian brokoli organik dengan harga rata-rata di tingkat petani dan PT Agro Lestari juga menimbulkan ketidakadilan dalam hal balas jasa terhadap usahatani petani brokoli organik. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang dipersepsikan pelaku rantai juga belum sepenuhnya memiliki nilai kinerja yang baik. Dari 11 atribut kemitraan belum seluruhnya memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Atribut kemitraan yang masih dipersepsikan rendah kinerjanya menurut keempat pelaku rantai pasok adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang baik adalah penerapan strandar budidaya dan kualitas produk. 3. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan rantai pasokan brokoli organik antara lain dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual petani dengan PT Agro Lestari maupun antara PT Agro Lestari dengan PT X. Dukungan kredit dan dukungan pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku rantai pasokan brokoli organik terutama petani mitra. Trust building ditujukan agar kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan supermarket untuk memberikan dana tunai pada saat transaksai berlangsung dapat menanggulangi risiko secara adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. 7.2 Saran Peran pemerintah nyata dibutuhkan dalam kegiatan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari ini. Potensi petani di daerah Cisarua sudah diakui oleh banyak pihak, termasuk Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Sangat disayangkan apabila potensi yang dimiliki petani ini tidak didukung oleh pemerintah, khususnya petani yang menjadi mitra dari PT Agro Lestari yang kerap merasakan kekurangan modal usaha dan belum sama sekali disentuh oleh 98 bantuan modal dari luar kecuali PT Agro Lestari. Peran aktif petani dalam mengusulkan kesepakatan kontraktual diperlukan agar kesepakatan ini dapat cepat terwujud. Selain itu, PT X sebaiknya memperbaiki fasilitas pendistribusian produk agar produk yang didistribusikan tidak mengalami penurunan kualitas atau PT Agro Lestari mengusulkan kesepakatan dengan pihak PT X untuk mendistribusikan produk Brokoli organik langsung ke gudang PT X dengan membebankan biaya transportasi kepada harga produk. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat maelakukan analisis pembiayaan secara lebih merinci mengenai biaya pengeluaran antar anggota rantai. 99 DAFTAR PUSTAKA Adinugroho, (Adinugroho, Brahmantyo. 2009). 2009. Manajemen Rantai Pasokan Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Anatan, Lina dan Lena Ellitan. 2008. Supply Chain Management. Bandung : Alfabeta. Asril, Zikra. 2009. Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai pasokan Brokoli (Brassica Olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Chopra S dan P. Meindl. 2007. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Opertiation. Pearson Prentice Hall, New York. Fauzi, M. Ilham. 2009. Manajemen Rantai Pasokan Manggis (Studi Kasus: Kampung Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Indrajit, R. E dan Djokopranotao, R. E. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta : Grassindo. Irmawati. 2007. Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Lau, H.C.W. W.K. Pang. C.W.Y. Wong. 2002. Methodology for Monitoring Supply Chain Performace: a Fuzzy Logic Approach. Logistic Informatoin Management. Vol 15 (4): 271 – 280, Singapore. Nur, Faqih Syafi. 2009. Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rachmania, D dan Burhanudin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor : Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 100 Rangkuti, F. 2003. Measuring Consumer Satisfaction : Gaining Customer Relationship Strategy. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis dan Bunga Brokoli. Kanisius, Yogyakarta. Said Al, Bayu AS, Clara LB, Hoetomo L, Riri Satria, Soerjo W, dan Zaldi IM. 2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management. Jakarta : Sekolah Tinggi PPM. Specman, R; Kamauff, J & Myhr, N. (1998) “An empirical investigation into Supply Chain Management: a perspective on partnerships”, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 28, No. 8, pp. 630 - 650 Suryani, Emilda. 2010. Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Wicaksono, Dwita Adi. 2009. Manajemen Rantai Pasokan Udang Vaname (Studi Kasus: Petani Plasma Tambak Pandu Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Van Der Vorst. 2006. Performance Measurement in Agri-Food Supply-Chain Networks. Hollandseweg Netherlands : Logistics and Operations Research Group, Wageningen University, Hollandseweg Wageningen, Netherlands . 101 Lampiran 1. Perhitungan Marjin Tataniaga Harga beli untuk brokoli organik PT Agro Lestari kepada petani mitra sebesar Rp. 11.000 dan harga jual brokoli organik PT Agro Lestari kepada pihak Parung Farm sebesar Rp. 15.000. Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari dapat dilihat sebagai berikut: Rp. 15.000 – Rp. 11.000 Rp. 4000 Rp. 15.000 x 100% = Rp. 4000 = 26,67 % Harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari adalah Rp. 15.000/kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak Parung Farm sebesar Rp. 38.000/kg. Perhitungan marjin tataniaga untuk Parung Farm dapat dilihat sebagai berikut : Rp. 38.000 – Rp. 15.000 Rp. 23.000 Rp. 38.000 x 100% = Rp. 23.000 = 60,52 % Harga beli brokoli organik di supermarket (Lotte Mart) adalah Rp. 38.000/kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak Parung Farm sebesar Rp.58.650/kg. Perhitungan marjin tataniaga untuk Parung Farm dapat dilihat sebagai berikut : Rp. 58.650 - Rp. 38.000 Rp. 20.650 x 100% = Rp. 20.650 = 35,20% Rp. 58.650 103 Lampiran 2. Lembar kuisioner Kuisioner Untuk Petani KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Tanggal : No. Kuesioner : Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. Data Petani Mitra PT Agro Lestari 1. Profil dan Karakteristik Petani Usia : ...................................................... Pendidikan : ............................................ Pekerjaan Utama : 1) ......................... 2) ......................... Apakah Anda bermitra dengan PT Agro Lestari dalam usaha penyediaan Brokoli Organik ? YA/TIDAK (coret yang tidak perlu) 104 1.1 Asset lahan petani Luas lahan keseluruhan : ......... hektar Status kepemilikan lahan : 1) Pemilik 2) Sewa 3) Penggarap 4) ............... 1.2 Produksi Jumlah Brokoli Organik yang dihasilkan : ............. kg/musim tanam Brokoli Organik yang dikonsumsi sendiri : ..............kg/musim tanam Jumlah Brokoli Organik yang dijual ke PT Agro Lestari : ..............kg/musim tanam Apakah hasil panen Anda cenderung berubah-ubah ? YA/TIDAK (coret yang tidak perlu) Faktor utama yang mempengaruhi hasil panen Brokoli Organik Anda (boleh pilih lebih dari satu jawaban) : 1) Cuaca 2) Kondisi lahan 3) Pemeliharaan Dari mana anda mendapatkan modal untuk usaha Brokoli Organik ? 1) Bank 2) PT Agro Lestari 4) Rentenir 5) ................. 3) Modal sendiri 1.3 Pemasaran Target penjualan Brokoli Organik : .................kg/musim Kepada siapa dan di daerah mana Anda menjual hasil panen Brokoli Organik selain ke PT Agro Lestari ? (jawaban boleh lebih dari satu) 1) Pedagang di .......... 2) Pengumpul di ........ 3) Tidak ada Berapa kuantitas Brokoli Organik yang Anda jual pada masing-masing pembeli tersebut ? 1) ....... kg 2) ....... kg 3) ....... kg 4) ....... kg Bagaimana sistem pembayaran dari PT Agro Lestari dan pembeli lainnya ? 105 1) Kontan (sebutkan pembeli yang membayar kontan, yaitu..............................) 2) Ditunda, sebutkan pembeli yang membayar dengan penundaan, yaitu : ......................... ditunda ..................... hari ......................... ditunda ..................... hari ................................................................... Harga Brokoli Organik/kg (jika lebih dari 1 harga, mohon diberi penjelasan) : Rp ............................................ Rp ........................................ Rp ............................................ Rp ........................................ Apakah Brokoli Organik hanya dijual secara tetap pada pembeli tertentu ? (YA/TIDAK) Jika YA, siapa pembeli tetap panen Brokoli Organik Anda ? 1) .............. 3) ................. 2) .............. 4) ................. Sudah berapa lama pembeli tersebut menjadi pembeli tetap Anda ? 1).........................................tahun 3).......................................tahun 2).........................................tahun 4).......................................tahun Apakah kerjasama anda dengan pembeli tetap dituangkan dalam kontrak ? (YA/TIDAK) Apakah kontrak tersebut tertulis ? (YA/TIDAK) Apakah kontrak tersebut pernah diperbaharui ? (YA/TIDAK) Jika YA, berapa kali kontrak tersebut perbah diperbaharui ? ..............kali 1.4 Sarana dan Prasarana Darimana Anda mendapatkan sarana pertanian (pupuk, bibit dan alat pertanian) untuk usaha Brokoli Organik Anda ? (Boleh lebih dari satu jawaban) : 1) PT Agro Lestari 2) Beli di......... 3) Lainnya,............. Bagaimana sistem pembayaran pembelian sarana pertanian tersebut ? 1) Kontan (sebutkan tempat pembeliannya, yaitu ..................................... ) 2) Ditunda, sebutkan tempat pembeliannya, yaitu : ......................... ditunda ..................... hari ......................... ditunda ..................... hari .................................................................... 106 Apakah Anda sebagai pembeli tetap pada tempat penjualan sarana pertanian tersebut ? (YA/TIDAK) Apakah Anda terikat kontrak dengan tempat pembelian tetap sarana pertanian tersebut ? (YA/TIDAK) 107 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 108 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 109 Kuisioner Untuk PT Agro Lestari KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Tanggal : No. Kuesioner : Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. 1. Nama Usaha : 2. Lokasi Usaha : 3. Profesi secara umum (pilih salah satu dan beri x) : Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer) Penjual brokoli organik Lainnya, sebutkan ............................................... 4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari Petani : ..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu) 5. Bagaimana anda memesan brokoli dari petani ? ............................................................................................................................... 6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan Petani maupun Parung Farm ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut ? 110 ............................................................................................................................... 7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ? ............................................................................................................................... 8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ? Langsung ke konsumen akhir Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ? Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. 9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ? ............................................................................................................................... 10. Apakah selama ini Petani dapat memenuhi pesanan Anda dari segi kualitas maupun kuantitas ? ............................................................................................................................... 11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ? ............................................................................................................................... 12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ? ............................................................................................................................... 13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ? ............................................................................................................................... 14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari Petani ? ............................................................................................................................... 15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari Petani ? ........................ Hari. 16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari Parung Farm terhadap produk yang Anda jual ? ............................................................................................................................... 111 17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari Parung Farm kepada petani? ............................................................................................................................... 112 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 113 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 114 Kuisioner Untuk Parung Farm KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Tanggal : No. Kuesioner : Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. 1. Nama Usaha : 2. Lokasi Usaha : 3. Profesi pembeli secara umum (pilih salah satu dan beri x) : Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer) Penjual brokoli organik Lainnya, sebutkan ............................................... 4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari PT Agro Lestari : ..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu) 5. Bagaimana anda memesan brokoli organik dari PT Agro Lestari ? ............................................................................................................................... 6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan PT Agro Lestari ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut ? ............................................................................................................................... 115 7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ? ............................................................................................................................... 8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ? Langsung ke konsumen akhir Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ? Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. 9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ? ............................................................................................................................... 10. Apakah selama ini PT Agro Lestari dapat memenuhi pesanan Anda dari segi kualitas maupun kuantitas ? ............................................................................................................................... 11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ? ............................................................................................................................... 12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ? ............................................................................................................................... 13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ? ............................................................................................................................... 14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari PT Agro Lestari ? ............................................................................................................................... 15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari PT Agro Lestari ? ........................ Hari. 16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari konsumen produk yang Anda jual ? ............................................................................................................................... 17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari konsumen kepada PT Agro Lestari ? 116 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 117 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 118 Kuisioner Untuk Supermarket KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK PADA PT PT AGRO LESTARI DI CIBOGO KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Tanggal : No. Kuesioner : Saya Windy Riwanti (H34096121) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawankan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. Data Supermarket 1. Nama Usaha : 2. Lokasi Usaha : 3. Profesi pembeli secara umum (pilih salah satu dan beri x) : Penyalur atau pemasok brokoli organik (retailer) Penjual brokoli organik Lainnya, sebutkan ............................................... 4. Brokoli organik dan jumlah yang anda beli dari Parung Farm : ..................... Jumlah : .........................(kg) per ........................ (hari/minggu) 5. Bagaimana anda memesan brokoli dari Parung Farm ? 119 ............................................................................................................................... 6. Apakah Anda melakukan kontrak jual beli atau perjanjian tertulis dengan Parung Farm ? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut ? ............................................................................................................................... 7. Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai brokoli organik yang anda pesan dan dicantumkan dalam perjanjian jual beli ini ? ............................................................................................................................... 8. Kemana Anda menjual atau menyalurkan produk brokoli organik Anda ? Langsung ke konsumen akhir Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi Kemana tujuan pasokan atau penjualan anda ? Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. Lokasi : ............................................................. 9. Dalam memesan sejumlah brokoli organik, apakah permintaan konsumen menjadi pertimbangan Anda ? Jelaskan alasannya ? ............................................................................................................................... 10. Apakah selama ini Parung Farm dapat memenuhi pesanan Anda dari segi kualitas maupun kuantitas ? ............................................................................................................................... 11. Apakah Anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dalam rantai pasokan Anda mengenai permintaan konsumen ? ............................................................................................................................... 12. Bagaimana komunikasi yang Anda jalin ? ............................................................................................................................... 13. Apakah pesanan Anda datang tepat pada waktunya ? ............................................................................................................................... 14. Bagaimana kondisi Brokoli Organik yang Anda terima dari Parung Fram ? ............................................................................................................................... 15. Berapa lama rata-rata daya tahan brokoli organik yang Anda beli dari Parung Farm ? ........................ Hari. 120 16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari konsumen terhadap produk yang Anda jual ? ............................................................................................................................... 17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari konsumen kepada Parung Farm ? ............................................................................................................................... 121 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 122 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik. No Atribut Kemitraan 1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan 5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk 7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan 9. Harga jual produk 1 2 3 4 10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting 123 Indikator Kinerja Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik . A. Kontrak dalam kerjasama SB : Pelaku rantai pasok sangat mematuhi aturan kerjasama yang disepakati B : Pelaku rantai pasok mematuhi aturan kerjasama yang disepakati TB: Pelaku rantai pasok terkadang melanggar mematuhi aturan kerjasama yang disepakati STB : Pelaku rantai pasok banyak melanggar mematuhi aturan kerjasama yang disepakati B. Keterbukaan Informasi SB : Informasi pasar sangat terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai B : Informasi pasar terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai TB : Informasi pasar kurang terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai STB : Informasi pasar tidak terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai C. Tingkat Keuntungan SB : Pelaku rantai pasok memperoleh banyak keuntungan karena kemitraan B : Pelaku rantai pasok memperoleh keuntungan karena kemitraan TB : Pelaku rantai pasok tidak memperoleh keuntungan karena kemitraan STB : Pelaku rantai pasok memperoleh kerugian karena kemitraan D. Akses Permodalan SB : Terdapat banyak bantuan modal dari pelaku rantai B : Terdapat bantuan modal dari pelaku rantai TB : Terdapat sedikit bantuan modal dari pelaku rantai STB : Tidak terdapat bantuan modal dari pelaku rantai E. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran SB : Terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir B : Terdapat beberapa komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir TB : Tidak terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir STB : Biaya transaksi dan pemasaran semakin mahal F. Kualitas produk 124 SB : Persentase produk bermutu banyak mengalami peningkatan B : Persentase produk bermutu mengalami peningkatan TB : Persentase produk bermutu tidak mengalami peningkatan STB : Persentase produk bermutu banyak mengalami penurunan G. Penerapan standar budidaya SB : Standarnya sangat baik dan sangat mudah dicapai B : Standarnya baik dan mudah dicapai TB : Standarnya cukup sulit dicapai STB : Standarnya terlalu sulit dicapai H. Tingkat penjualan SB : Penjualan sayuran sangat meningkat dibandingkan sebelum bermitra B : Penjualan sayuran meningkat dibandingkan sebelum bermitra TB : Penjualan sayuran tidak mengalami peningkatan dibandingkan sebelum bermitra STB : Penjualan sayuran mengalami penurunan dibandingkan sebelum bermitra I. Harga jual produk SB : Harga jual sayuran jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra B : Harga jual sayuran lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra TB : Harga jual sayuran lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra STB : Harga jual sayuran jauh lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra J. Penanggungan risiko secara adil SB : Risiko pemasaran produk selalu ditanggung bersama B : Risiko pemasaran produk terkadang ditanggung bersama TB : Risiko pemasaran produk jarang ditanggung bersama STB : Risiko pemasaran produk tidak pernah ditanggung bersama K. Upaya peningkatan keterampilan SB : Petani sangat sering mendapat bimbingan teknis (2 bulan sekali) B : Petani sering mendapat bimbingan teknis (4 bulan sekali) TB : Petani jarang mendapat bimbingan teknis (6 bulan sekali) STB : Petani sangat jarang mendapat bimbingan teknis (1 tahun sekali) 125 Lampiran 3. Dokumentasi Lokasi Penelitian Salah satu lahan produksi brokoli organik Pohon brokoli organik Pemotongan brokoli dari pohon Pengangkutan brokoli organik Brokoli yang telah dikemas Merek dagang Lotte Mart Gudang penyimpanan Parung Farm Salah satu supermarket pelaku rantai 126