pengaruh kualitas citra merek dan harga terhadap tingkat kepuasan

advertisement
PENGARUH KUALITAS CITRA MEREK DAN HARGA
TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA PT.
AGUNG AUTOMALL BATU AMPAR
BATAM
TUGAS AKHIR
Oleh:
REFALDO
11002851
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
i
ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP
TINGKAT KEPUASANN KONSUMEN PADA PT. AGUNG AUTOMALL
Oleh :
Refaldo
11002851
Dosen Pembimbiing :
Jan Marhusa Pakpahan, S.E.,MM
Suatu perusahaan dalam mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat
bersaing di pasaran, sehingga menjadikan konsumen memiliki banyak alternatif
pilihan produk sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang
ditawarkan. Perusahaan menggunakan harga untuk memicu transaksi, sehingga
konsumen mau membeli suatu merek tertentu serta mendorong tenaga
penjualan untuk secara agresif menjualnya. Dengan adanya keterkaitan antara
citra merek suatu produk dan harganya terhadap kepuasan konsumen maka
perusahaan akan berusaha untuk menarik para konsumen. Untuk itu, penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh citra merek dan harga terhadap daya kepuasan
konsumen. Secara garis besar PT Agung Automall sudah memberikan yang
terbaik untuk mebuat kepuasan konsumen meningkat.
Kata Kunci : Citra Merek, Harga, Kepuasan Konsumen
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suatu perusahaan dalam mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk
dapat bersaing di pasaran, sehingga menjadikan konsumen memiliki banyak
alternatif pilihan produk sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu
produk yang ditawarkan. Hal inilah yang menjadikan peran promosi penting untuk
perusahaan.
Dengan kualitas dan citra merek perusahaan dapat mengkomunikasikan
produk kepada konsumen. Keunggulan-keunggulan dari produk dapat diketahui
oleh konsumen dan dapat menarik konsumen untuk mencoba dan kemudian
mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut. Jadi harga merupakan
salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran karena dengan
promosi, konsumen yang semula tidak tertarik terhadap produk dapat berubah
fikiran untuk membeli produk.
Perusahaan menggunakan
konsumen
mau
membeli suatu
harga untuk memicu transaksi, sehingga
merek tertentu
serta mendorong tenaga
penjualan untuk secara agresif menjualnya. Selain itu citra merek mampu
merangsang permintaan akan suatu produk. Dengan promosi tersebut diharapkan
konsumen mau membeli produk tersebut dan mendorong konsumen yang telah
membeli agar membeli produk lebih sering lagi, sehingga akan terjadi pembelian
ulang dan volume penjualan produk suatu perusahaan akan meningkat.
1
2
Pemasaran
pada
dasarnya
adalah
membangun
merek
di
benak
konsumen.Kekuatan merek terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi
perilaku pembelian.Merek diyakini mempunyai kekuatan yang besar untuk
memikat orang untuk membeliproduk atau jasa yang di wakilinya.Merek produk
berkembang menjadi sumber asset terbesar dan merupakan faktor penting dalam
kegiatan pemasaran perusahaan.Hermawan Kertajaya (On Brand, 2004;11).
Kepuasan konsumen merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan
penjualan suatu perusahaan agar konsumen bersedia menjadi langganan. Mereka
terlebih dahulu harus dapat mencoba atau meneliti barang-barang yang diproduksi
oleh perusahaan, akan tetapi mereka tidak akan melakukan hal tersebut, jika
kurang yakin terhadap barang tersebut. Disinilah perlu mengadakan promosi yang
terarah, karena diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap
meningkatnya penjualan (Sugiyono, Endar 2004:17).
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan terhadap beberapa hal yang
mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen dalam membeli produk
toyota dengan merk, diantaranya yaitu konsumen melihat apakah produk tersebut
berkualitas dan apakah baik untuk dikonsumsi karena banyaknya produk toyota
yang menggunakan bahan-bahan teknologi yang kualitas nya sangat tinggi. Dan
kenyataannya adalah produk toyota tersebut sangat terjaga kualitasnya.
Dengan harga yang baik diharapkan akan terjadi komunikasi antara
produsen dengan konsumen. Dengan adanya komunikasi tersebut diharapkan
dapat memperoleh konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini berjudul “PENGARUH
KUALITAS CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP TINGKAT
3
KEPUASAN
KONSUMEN PADA
PT.AGUNG AUTOMALL
BATU
AMPAR”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
A.
Apakah citra merek berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen pada
PT.Agung Automall Batu Ampar.
B.
Apakah harga berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen pada
PT.Agung Automall Batu Ampar.
C.
Apakah citra merek dan harga berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
konsumen pada PT. Agung Automall Batu Ampar.
1.3
Batasan Masalah
Dalam melakukakn penelitian ini,berdasarkan uraian latar belakang yang
telah di ungkapkan di atas,maka dapat di identifikasikan masalah yang terjadi di
PT.Agung Automall Batu Ampar adalah:
A.
Banyak sekali usaha-usaha yang sedang marak dan berkembang saaat ini
salah satunya banyaknya faktor dealer mobil dengan memperlihatkan
persaingan yang ketat dalam merebut konsumen dan mengembangkan
pangsa pasar,pada usaha di bidang penjualam dealer mobil.
B.
Citra merek sangat penting dalam memberikan nama merek suatu produk
dan ekuitas merek juga memilih peran yang sangat penting akan memajukan
sebuah perusahaan,hal ini di lakukan mengingat ketatnya persaingan usaha
4
di indonrsia khusus nya di batam sehingga perusahaan harus dapat
mempertahankan pelanggannya,kesan kualitas dengan baik citra merek dari
PT.Agung Automall Batu Ampar.
C.
Harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat
harga,struktur diskon,syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga
diantara berbagai kelompok pelanggan.Harga menggambarkan besarnya
rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu
buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
A.
Untuk mengetahui citra merek berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
konsumen terhadap PT.Agung Automall Batu Ampar.
B.
Untuk mengetahui harga berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen
terhadap PT.Agung Automall Batu Ampar.
C.
Untuk mengetahui citra merek dan harga terhadap tingkat kepuasan
konsumen terhadap PT.Agung Automall Batu Ampar.
1.5
Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian ini adalah:
A.
Sebagai bahan informasi dan masukkan bagi PT.Agung Automall Batu
Ampar dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.Khususnya
mengenai strategi pencitraan produk citra merek dan harga yang efektif.
5
B.
Sebagai bahan refrensi dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
masalah yang di kaji dalam penelitina ini.
C.
Sebagai acuan dan bahan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian
lanjutan pada masalah yang sama.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
A.
Bagi Pengembangan Ilmu
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai tingkat
loyalitas merek dan harga yang dilaksanakan oleh perusahaan serta dapat
dijadikan pertimbangan dan perbaikan dimasa yang akan datang.
B. Bagi Penulis Penelitian
Ini menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang tingkat loyalitas
merek dan harga yang selanjutnya untuk memenuhi Tugas Akhir Akademi
Akuntansi Permata Harapan Gici Business School.
C. Peneliti Lain
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang
berguna bagi kehidupan pihak atau penulis lain dapat dijadikan sumber
informasi mengenai tingkat loyalitas merek.
D. Bagi Almameter
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan terapan
khusus nya dalam tingkat loyalitas merek bagi rekan-rekan diploma III
Universitas Gici Business School.
6
1.5.2 Manfaat Praktisi
A. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan terutama sebagai
informasi untuk mengetahui tingkat kesetiaan konsumen terhadap produk merek
toyota.
B. Bagi Pihak Lain
Sebagai Sumber informasi dan menjadi bacaan yang dapat membantu dalam
menyelasaikan masalah yang berhubungan dengan tingkat loyalitas merek dan
harga kepada konsumen.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Empiris (Penelitian Terdahulu)
Tabel 2.1 Pemetaan Penelitian Terdahulu
No
Nama, Tahun,
Penerbit
Masalah Penelitian
1
Nuraini (2010)
2
Steven Son Chang Pengaruh Kualitas Produk dan Harga
(2014)
Terhadap Kepuasan Konsumen pada
PT. Jappro Batam
3
Robby
(2013)
2.2
Analisis Pengaruh Kulitas Produk,
Kualitas Pelayanan, Desain Produk,
Harga, dan Kepercayaan, Terhadap
Loyalitas Pelanggan
Selestio Analisis Pengaruh Citra Merek,
Kualitas
Produk,
dan
Promosi
Terhadap Putusan Pembelian Air
Minum da Kemasan „OASIS”
Variabel yang Tekait

Variabel
Harga
 Variabel
kepercayaan
Konsumen
 Variabel Harga
 Variabel
Kepuasan
Konsumen
 Variabel Citra
Merek
Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Merek
Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.Merek-merek terbaik
memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai pengertian merek, berikut ini pengertian merek menurut beberapa ahli:
Pengertian merek menurut Simamora (2003 : 149) : “ Merek adalah nama, tanda,
istilah, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi
dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang
atau layanan penjual lain”
8
9
Lamb, Hair& Mc Daniel (2001 : 421) berpendapat bahwa pengertian
“Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain, atau gabungan keempatnya,
yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk
pesaing”.
Sedangkan pengertian Merek menurut Kotler& Amstrong (2003 : 349)
“Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari
semuanya yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual produk dan jasa
tertentu”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka
adalah suatu nama, istilah, tanda, desain atau kombinasi dari semuanya yang
digunakan
untuk
mengidentifikasikan
produk
dan
membedakan
produk
perusahaan dengan produk pesaing.
2.2.2
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Munculnya konsep ekuitas merek dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa
merek yang kuat adalah suatu asset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya
merek tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana asset lainnya dalam
perusahaan.
Pengertian Ekuitas Merek menurut Kotler & Amstrong (2003 : 350)
“Ekuitas Merek adalah nilai suatu merek berdasarkan seberapakuat merek tersebut
mempunyai Loyalitas Merek, Kesadaran Konsumen akan nama merek, Kualitas
yang dipersepsikan, Asosiasi Merek, dan berbagai asset lainnya seperti paten,
merek dagang, dan hubungan jaringan distribusi.” Ekuitas merek yang tinggi
10
memberikan sejumlah keuntungan kompetitif seperti yang dikemukakan oleh
(Kotler, 2000 : 246), yaitu :
1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil
2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi
dengan distributor dan pengecer
3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada
pesaingnya
4. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek
5. Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas
Suatu nama perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak
mengalami penyusutan. Hal ini membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan
kesadaran merek, mutu, dan fungsi yang diyakini dari merek itu. Ekuitas merek
dapat menambah atau mengurangi nilai produk bagi konsumen, ekuitas merek
juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian.
2.2.2.1 Asosiasi Merek ( Brand Association )
Asosiasi merek adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk
dapat digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup, kelas sosial, dan peran
profesional, atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang memerlukan
aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko yang
menjual produk atau wiraniaganya(Susanto 2004 : 10). Lebih lanjut Aaker
(2006:78) menjelaskan bahwa asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek
dapat dihubungkan dengan berbagai hal berikut: Asosiasi merek (brand
11
association)adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan (memory)mengenai
sebuah merek (Aaker, 2006:78). Sebuah merek adalah serangkaian asosiasi,
biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Suatu merek yang
lebih mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena
didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat.
Asosiasi merek dapat memberikan nilai bagi suatu merek dari sisi
perusahaan maupun dari sisi konsumen, berikut adalah berbagai fungsi dari
asosiasi tersebut:
a. Membantu proses penyusunan informasi.
b. Membedakan merek dengan merek lain.
c. Alasan pembelian.
d. Menciptakan sikap atau perasaan positif karena pengalaman ketika
menggunakan produk.
e. Landasan perusahaan untuk melakukan perluasan merek.
Menurut Aaker (2006:79) asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu
merek umumnya akan dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Atribut produk, seperti karakteristik dari suatu produk.
b. Atribut tak berwujud, seperti persepsi kualitas, kesan nilai, dan lain-lain.
c. Manfaat bagi pelanggan, yang terdiri dari manfaat rasional dan manfaat
psikologis.
d. Harga relatif.
e. Asosiasi merek dengan penggunaan tertentu.
f. Asosiasi merek dengan tipe pelanggan tertentu.
12
g. Mengkaitkan orang terkenal dengan merek tertentu.
h. Gaya hidup pengguna produk.
i. Kelas produk.
j. Mengetahui para pesaing.
k. Keterkaitan dengan suatu negara atau suatu wilayah geografis.
2.2.2.2 Kesetiaan Merek ( Brand Loyalty )
Loyalitas merek adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli
merek tertentu dibandingkan merek yang lain dalam satu kategori produk Aaker
(2008 : 55). Loyalitas merek sebagai preferensi konsumen secara konsisten untuk
melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau
kategori pelayanan tertentu(Dharmmesta, 2004). Walaupun demikian, loyalitas
konsumen berbeda dengan perilaku pembelian berulang (repeat purchasing
behavior). Perilaku pembelian berulang adalah tindakan pembelian berulang pada
suatu produk atau merek yang lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan.
Dalam loyalitas konsumen, tindakan berulang terhadap merek tersebut
dipengaruhi oleh kesetiaan terhadap merek. Loyalitas merek adalah kelekatan
konsumen pada nilai yang tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang
dibangun ini maka konsumen akan menolak segala strategi yang dilakukan oleh
kompetitor merek. Konsumen akan memberikan loyalitas dan kepercayaannya
pada merek selama merek tersebut sesuai dengan harapan yang dimiliki oleh
konsumen, bertindak dalam cara-cara tertentu dan menawarkan nilai-nilai tertentu.
Loyalitas pada merek ini timbul karena konsumen mempersepsikan merek
tersebut menghasilkan produk yang memiliki sejumlah manfaat dan kualitas
13
dengan harga yang sesuai. Loyalitas merek juga menjadi indikasi adanya kekuatan
merek, karena tanpa loyalitas merek tidak akan tercipta kekuatan merek. Hal ini
dapat dilihat pada merek - merek yang menjadi pemimpin di pasaran, dapat
dipastikan bahwa merek tersebut memiliki pelanggan yang loyal pada merek
tersebut.
2.2.3
Citra Merek
2.2.3.1 Pengertian Citra Merek
Citra konsumen yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan
konsumen untuk melakukan pembelian. Merek yang baik juga menjadi dasar
untuk membangun citra perusahaan yang positif.Manfaat dari citra merek yang
positif, perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra
positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan citra merek yang sudah positif. Pengertian Citra Merek menurut
Kotler& Amstrong (2001 : 225)“ Citra Merek adalah seperangkat keyakinan
konsumen mengenai merek tertentu” Citra merek mempresentasikan keseluruhan
persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu
terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa
keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang
positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian,
(Setiadi, 2003:180).
Citra merek merupakan serangkaian asosiasi, biasanya terorganisasi
menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika
14
didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi
merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif
ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari
keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen,Aaker
(2008 : 99).
2.2.3.2 Pengukuran Citra Merek
Dalam mengukur sebuah merek, tidak hanya tampilan fisik namun juga
pada manfaat yang dijanjikan dan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
pemakai jasa sebuah layanan. Menurut Kotler & Keller (2009:98) pengukuran
citra merek dapat didasarkan pada 3 variabel, antara lain :
a. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan disini berkaitan dengan seberapa kuat hubungan yang mampu
diciptakan oleh merek dengan konsumen. Biasanya pengukuran kekuatan
ini dapat dibentuk melalui pengalaman masa lalu, harga, kualitas,
rekomendasi, perorangan, iklan dan lain-lain
b. Keunikan (Uniqueness)
Uniqueness adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara
merek-merek yang lainnya. Kesan unik ini muncul dari atribut produk,
yang berarti terdapat diferensiasi antara produk satu dengan produk yang
lainnya. Termasuk dalam kelompok unik antara lain : variasi layanan yang
bisa diberikan sebuah produk, variasi harga dari produk yangbersangkutan,
maupun diferensiasi dari penampilan fisik sebuah produk.
c. Favorable
15
Favorable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah
diingat oleh konsumen.Termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain
kemudahan merek produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk
tetap diingat konsumen, maupun kesesuaian antara kesan merek di benak
konsumen dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang
bersangkutan.
2.2.4
Pengertian Pemasaran
Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi :“suatu proses
sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran
segala sesuatu yang bernilai dengan orang atau kelompok lain”.
Definisi yang paling luas yang dikemukakan oleh Swastha dan Handoko
(2000:3), bahwa : “pemasaran memiliki pengertian sebagai suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditunjukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.”
2.2.4.1
Bauran Pemasaran
Kotler (2000) mendefinisikan bahwa :“bauran pemasaran adalah kelompok kiat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya
dalam pasar sasaran“. Sedangkan Jerome Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono
(2004) merumuskan: “bauran pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion
dan Place)”
16
a. Produk (Product)
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk
mencapai tujuan melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Produk disini bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun
tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk.memenuhi
kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua yang
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau
dikonsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berupa
fisik, jasa, orang, organisasi dan ide.
b. Harga (Price)
Bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti
tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi
harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Harga menggambarkan
besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk
memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau
oleh konsumen.
c. Tempat (Place)
Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap
jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana produk tersedia dalam sejumlah
saluran distribusi dan outlet yang memungkinkan konsumen dapat dengan
mudah memperoleh suatu produk.
d. Promosi (Promotion)
Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu Iklan, Promosi Penjualan,
Penjualan Tatap Muka dan Hubungan Masyarakat. Menggambarkan
17
berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan dalam rangka menjual
produk ke konsumen.
2.2.5
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen.
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Peter & Olson (2005:162) mengemukakan bahwa inti dari pengambilan
keputusan konsumen adalah proses pengintregasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih
salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintregasian ini adalah suatu pilihan,
yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Kotler (2002:202)
mengungkapkan bahwa seseorang mungkin dapat memiliki peranan yang
berbeda-beda dalam setiap keputusan pembelian. Berbagai peranan yang mungkin
terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Pengambil
inisiatif
(initiator),
yaitu
orang
yang
pertama-tama
menyarankan
atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
b. Orang yang mempengaruhi (influence), yaitu orang yang pandangan atau
nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
c. Pembuat keputusan (decider), yaitu seseorang yang akan menentukan
keputusan mengenai produk yang akan dibeli, cara pembayaran, tempat
melakukan pembelian.
18
d. Pembeli (buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian.
e. Pemakai (user), yaitu seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau
memakai produk atau jasa.
Assael (2002:368) merumuskan bahwa perilaku pembelian yang dilakukan
oleh konsumen dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu sebagai berikut:
a. Perilaku membeli yang kompleks
Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan dan pembelian produk
sangat tinggi. Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan dan
pembelian akan menjadi semakin tinggi apabila produk yang akan dibeli
merupakan produk berharga tinggi, jarang dibeli, berisiko, sangat
berkesan, dan informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk
tersebut sedikit. Pemasar perlu membedakan ciri-ciri yang mencolok dari
mereknya. Perincian tersebut dapat dilakukan melalui media cetak yang
dapat menggambarkan produk mereka dengan lengkap melalui katalog
belanja.
b. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan serta pembelian produk
tinggi, namun konsumen akan melakukan proses pembelian dengan waktu
yang lebih cepat karena perbedaan dalam hal merek tidak terlalu
diperhatikan. Pemasar harus dapat memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi pilihan konsumen terhadap merek, seperti harga, lokasi,
dan tenaga penjual. Selain itu, komunikasi pemasaran yang baik juga
diperlukan sebagai faktor yang dapat menimbulkan kepercayaan dari
19
konsumen terhadap produk dan agar konsumen merasa telah menentukan
pilihan yang tepat.
c. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan
Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian ini relatif kecil. Selain itu
tidak terdapat perbedaan yang mencolok antar berbagai merek dalam
kategori produk sejenis, sehingga pemasar dapat memanfaatkan promosi
harga dan penjualan agar konsumen tertarik untuk membeli produk
tersebut.
d. Perilaku membeli yang mencari keragaman
Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian relatif kecil, namun
terdapat perbedaan yang mencolok antar berbagai merek. Dalam kondisi
ini loyalitas konsumen kecil karena konsumen sering kali berganti-ganti
merek dalam kategori produk sejenis. Perpindahan merek tersebut terjadi
karena konsumen ingin memperoleh keragaman, bukan karena konsumen
merasa tidak puas akan produk tersebut.
Konsumen mungkin akan merasa puas atau tidak puas atas produk yang
telah mereka konsumsi. Sutisna (2002:83), mengungkapkan bahwa keputusan
pembelian yang dilakukan konsumen sesungguhnya merupakan kumpulan dari
sejumlah keputusan. Setiap keputusan yang diambil konsumen terdiri dari tujuh
komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan tentang jenis produk
Para konsumen akan menggunakan uang yang mereka miliki untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya. Oleh karena itu, produsen harus bisa
20
menarik konsumen agar mau membelanjakan uang yang mereka miliki
untuk membeli produk tersebut.
b. Keputusan tentang bentuk produk
Ukuran, mutu, corak dan berbagai hal lainnya mungkin akan menjadi
bahan pertimbangan konsumen sebelum mereka melakukan keputusan
pembelian. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memaksimalkan halhal yang biasanya dijadikan bahan pertimbangan oleh konsumen.
c. Keputusan tentang merek
Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen juga akan menentukan
merek mana yang akan mereka pilih diantara sekian banyak pilihan merek
yang ada di pasar. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui alasan
yang mendasari konsumen memilih merek tersebut.
d. Keputusan tentang penjualnya
Seorang konsumen mungkin akan memilih toko pengecer kecil, pasar, atau
supermarket sebagai tempat untuk membeli produk tersebut. Oleh karena
itu, perusahaan harus mengetahui alasan yang mendasari konsumen dalam
memilih tempat mereka melakukan keputusan pembelian.
e. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen akan menentukan berapa banyak produk yang akan mereka beli
dan konsumsi. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memperkirakan
berapa banyak produk yang akan dibeli oleh konsumen.
f. Keputusan tentang waktu
Waktu yang dipilih konsumen untuk melakukan keputusan pembelian
akan dipengaruhi oleh ketersediaan dana. Oleh karena itu, perusahaan
21
harus dapat memperkirakan kapan konsumen akan melakukan keputusan
pembelian agar perusahaan dapat merencanakan waktu produksi dan
kegiatan pemasarannya.
g. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen mungkin akan memilih cara tunai ataupun cicilan untuk
membeli produk yang mereka butuhkan. Cara yang akan dipilih konsumen
terkait dengan besarnya dana yang mereka miliki. Oleh karena itu,
perusahaan harus mengetahui cara yang dipilih konsumen dalam
melakukan pembayaran.
2.2.6
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan
(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Kotler
(2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan
harapannya. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon terhadap
evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian (Tse dan
Wilson dalam Nasution, 2004).
Oliver (dalam Peter dan Olson, 1996)menyatakan bahwa kepuasan
pelanggan adalah rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan ketika emosi
yang mengelilingi harapan tidak cocok dan dilipatgandakan oleh perasaanperasaan yang terbentuk mengenai pengalaman pengkonsumsian. Westbrook &
Reilly (dalam Tjiptono, 2005) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen
22
merupakan respon emosional terhadap pengalaman yang berkaitan dengan produk
atau jasa yang dibeli.
Gaspers (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan konsumen
sangat bergantung kepada persepsidan harapan konsumen. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain :
a. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan
konsumen ketika sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen
produk.
b. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan
maupun pesaing-pesaingnya.
c. Pengalaman dari teman-teman.
Engel, Roger & Miniard (1994) mengatakan bahwa kepuasan adalah
evaluasi paska konsumsi untuk memilih beberapa alternatif dalam rangka
memenuhi harapan. Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan
tercapai ketika kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan
kebutuhan konsumen. Sebaliknya, bila kualitas tidak memenuhi dan melebihi
harapan, keinginan dan kebutuhan konsumen maka kepuasan tidak tercapai.
Konsumen yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan
mencari perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen yaitu tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dia rasakan
dengan harapannya.
23
2.2.7
Kerangka Berpikir
Pengaruh Citra Merek dengan keputusan pembelian yaitu apabila Citra
Merek dikelola secara baik akan menghasilkan konsekuensi positif meliputi,
peningkatan pemahaman terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian. Penciptaan kesan yang baik yaitu lewat pemberian
perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut
menjadikan merek suatu produk menciptakan citra dari produk itu sendiri dibenak
pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih
suatu produk, Rangkuti (2004 : 5).
Bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti
tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga
diantara berbagai kelompok pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah
yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk
dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen.
key
CITRA MEREK
KEPUASAN
KONSUMEN
HARGA
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
24
H1=
Citra merek berpengaruh terhadap kepuasan konsumen pada
PT.AGUNG AUTOMALL BATU AMPAR
H2=
Harga
berpengaruh
terhadap
kepuasan
konsumen
pada
PT.AGUNG AUTOMALL BATU AMPAR
H3=
Citra merek dan harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen
pada PT.AGUNG AUTOMALL BATU AMPAR
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri subyek atau objek
yang memiliki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh seorang peneliti
untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2012:115).
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan PT. Agung Automall.
3.1.2 Sampel
Menurut Sugiyono, Sampel merupakan sebagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu:
memudahkan peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam
pengumpulan data, serta penelitian lebih efektif. Pelanggan tetap semuanya
diambil sebagai sampel. Sehingga bentuk penelitiannya adalah sensus. Nama lain
dari sensus adalah teknik sampling jenuh. Metode teknik sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
25
26
3.2
Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis dan sumber data berupa
data primer dan sekunder yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
3.2.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya. Pengumpulan data ini biasanya dilakukan dengan membagikan
kuesioner kepada objek penelitian dan diisi secara langsung oleh pihak
responden.
Menurut Umar (2010), “Data primer merupakan data yang diperoleh
dari sumber pertama, data primer ini dapat diperoleh secara langsung dari
pengisian kuesioner”. Jadi data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya melalui
wawancara atau hasil pengisian kuesioner.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang
dibagikan kepada pelanggan berisi tentang Kualitas, Citra Merk, dan Harga
pada pelanggan PT. Agung Automall.
3.2.1.2 Data Sekunder
Selain data primer dalam penelitian dibutuhkan data sekunder untuk
melengkapi, menurut Sugiyono (2008:129), data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen-dokumen yang ada. Jadi
27
penulis mengambil kesimpulan bahwa data sekunder adalah data tambahan
yang didapatkan untuk membantu penelitian.
a. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:240), dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
b. Internet
Internet digunakan sebagai bahan kelengkapan data untuk mencari data
yang akan dipakai dalam penelitian.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dan observasi dan. Kuesioner,
observasi merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden.
28
a.
Observasi
Menurut Sugiyono observasi dalam arti sederhana ialah sebuah proses
penelitian dalam melihat situasi dan kondisi penelitian. Teknik observasi ini
sangat relevan jika digunakan untuk penelitian tindakan yang terdiri dari
pengamatan terhadap proses pembelajaran, sikap dan tingkah laku seseorang juga
interaksi antara seorang dengan orang lainnya.
b.
Kuesioner
Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuah set
pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap
pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji
hipotesis. Daftar pertanyaan tersebut dibuat cukup terperinci dan lengkap atau
dengan kata lain kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan beberapa macam pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
Tabel 3.1 Pengukuran Skala
No
1.
2.
3.
4.
5.
3.4
Keterangan
Sangat Setuju
Setuju
Cukup
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Skor
5
4
3
2
1
Variabel Penelitian
Definisi operasionalisasi merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu
variabel di ukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran
tersebut.
29
a.
Variabel bebas (Independent variable)
Variabel
Independen
atau
variabel
bebas
adalah
variabel
yang
mempengaruhi variabel lainnya. Menurut Sugiyono (2010) pengertian
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab atau timbulnya dependen.
b. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
variabel lainnya.Menurut Sugiyono (2010) pengertian variabel dependen
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.
Operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
pengukuran variabel-variabel penelitian dan secara operasional variabel
variabel tersebut dapat dijabarkan dalam suatu indikator. Indikatorindikator tersebut dikembangkan lagi menjadi item-item pertanyaan atau
pernyataan yang akan digunakan dalam pembuatan kuesioner. Adapun
definisi operasionalisasi dalam penelitian ini adalah :
30
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Dimensi
Kualitas (X1)
1. Kebutuhan
akan
penghargaan
2. Kebutuhan
Sosial
Citra Merk (X2)
Cara sistematis untuk
mengevaluasi prestasi,
kontribusi,
potensi,
dan nilai dari seorang
karyawan oleh orangorang yang diberi
wewenang perusahaan
sebagai
landasan
pengembangan
dan
sebagainya. (Hartatik,
2014)
Kepuasan Pelanggan
(Y)
Perasaan positif pada
suatu pekerjaan, yang
merupakan
dampak
atau hasil evaluasi dari
berbagai
aspek
pekerjaan
tersebut.
(Robbins & Judge,
2011)
1. Prinsip
Keadilan
2. Prinsip
Transparasi
Indikator
1. Prestasi yang diraih sudah Ordinal
sangat memuaskan.
2. Penghasilan yang diterima
sudah sangat memuaskan.
3. Insentif yang diterima sudah
sangat memuaskan.
4. Menyelesaikan
pekerjaan
bersama team work.
4
5
6
1. Pekerjaan itu
sendiri
2. Rekan Kerja
3. Gaji
Skala
Melaksanakan penilaian dengan Ordinal
adil.
Penilaian prestasi kerja dapat
diketahui bersama.
Penilaian
prestasi
dapat
dipercaya.
1. Kemampuan, pendidikan dan Ordinal
keahlian
sesuai
dengan
pekerjaan.
2. Pekerjaan
menyenangkan
dan tidak membosankan.
3. Hubungan dengan rekan
kerja terjalin dengan baik.
4. Gaji yang diterima sesuai
dengan tingkat pekerjaan.
31
3.5
Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah tingkat kemampuan penelitian untuk mengungkapkan
data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkannya. Validitas pengukuran
berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dan alat yang
digunakan. Dengan menggunakan penelitian yang memiliki validitas tinggi, maka
hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Tinggi rendahnya validitas suatu angket dihitung
dengan teknik korelasi Product Moment, Suharsimi Arikunto (2002:146) dengan
rumus :
Rxy =
∑
√{ ∑
∑
∑
}{ ∑
∑
∑
}
Dimana :
R = Koefisien korelasi antara variabel
N = Jumlah sampel
X = Nilai total atribut
Y = Nilai dari variabel
Adapun kriteria yang harus dipenuhi untuk menilai validitas instrument
tersebut adalah sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel maka butir-butir
pertanyaan tersebut valid.
32
3.5.2
Uji Reliabilitas
Uji realibilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data
dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran pada
subjek yang sama atau dengan kata lain untuk menunjukan adanya kesesuaian
antara sesuatu yang diukur dengan jenis alat pengukur yang dipakai. Untuk
menguji realibilitas menggunakan rumus Alpha Croncbach, Suharsimi Arikunto
(2002:171)
(
)(
∑
)
Dimana :
R11
= Realibilitas
K
= Banyaknya butir pertanyaan
∑
= Jumlah varian butir
= Varian total
3.6
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian Deskriptif dan penelitian Inferensial, yaitu sebagai berikut :
3.6.1
Statistik Deskriptif
Menurut Hidayat syah (2010) penelitian deskriptif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya
33
terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji
Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa,
objek, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa
dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya.
3.6.2
Statistik Inferensial
Penelitian ini lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah,
keadaan, atau kejadian dengan membuat penilaian secara menyeluruh, meluas,
dan mendalam dipandang dari segi ilmu tertentu. Fakta yang ada tidak sekadar
dilaporkan apa adanya, tetapi juga dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan
dan gagasan atau saran. Jenis-jenis analisis yang digunakan :
A. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terbagi menjadi empat jenis :
1.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan modelmodel penelitian. Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
Normalitas data dapat dilihat dengan cara :
34
2.
Nilai Skewness
Nilai skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal
data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva (Nugroho
2005:18)
B. Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya koreksi antara variabel bebas atau independen (Ghozali,
2002:57). Multikolinieritas dalam penelitian diukur berdasarkan tingkat
variasi inflaction factor (VIF) dan nilai toleransi kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel lainnya. Toleransi mengukur variabilitas yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. Variabel bebas
dalam model regresi tidak ada multikolinieritas jika
a. Nilai Toleransi > 0,1 (1%).
b. Nilai VIF(Variance Inflaction Factor) <10.
C. Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat penyebaran data dimana
dalam uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variasi
dari residual satu pengamat ke pengamat lainnya tetap, maka disebut
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel berikut
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut
tidak terdapat pola tertentu yang tidak teratur maka identifikasi tidak dapat
heterokedastisitas (Ghozali, 2002:69).
35
D. Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan penggunaan pada periode sekarang dengan periode kesalahan
sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson yang
pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi autokorelasi kriteria sebagai
berikut :
1.
Bila nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bount (du)
dan (4- du), maka koefisien korelasi sama dengan 0 berarti tidak ada
autokorelatif.
2.
Bila nilai Durbin Watson lebih rendah dari batasan bawah atau lower
bount maka koefisien korelasi lebih besar daripada 0 berarti adalah
autokorelatif positif.
3.
Bila Durbin Watson lebih besar daripada (4-1) maka koefisien
autokorelatif lebih kecil daripada 0, berarti autokorelasi negatif.
4.
Bila Durbin Watson terletak bebas antara batas atas dan batas bawah atau
Dw antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan
(Ghozali, 2001:62)
3.6.3
Analis Regresi Berganda
a. Analisis Regresi Berganda
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
dan variabel terikat. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Y=a+b1x1+b2x2+e
36
Dimana :
3.7
Y
= Kepuasan kerja karyawan
X1
= Motivasi
X2
= Penilaian Prestasi
A
= Konstanta
B
= Koefisien
E
= Variabel error
Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen.
bi
=
Koefisien regresi masing-masing variable
Sbi
=
Standar error koefisien regresi masing-masing
variabel
Tahap Pengujian
a) Hipotesis
Ho = b = 0
Ho = b ≠ 0
b) Tingkat Signifikansi α = 0,05
T tabel = t α/2, n-k-1
37
c) Kriteria Pengujian
Ho diterima jika = -t tabel <t hitung <t tabel
d) Kesimpulan
Apabila Ho diterima berarti variabel-variabel independen yang
diuji dalam uji t secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.
Adapun pengujian ini menggunakan rumus sebagai berikut :
Fhitung
Dimana
:
: koefisien korelasi ganda
3.8
k
: jumlah variabel independen
n
: jumlah anggota sampel
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Agung Automall Yang beralamat di Jl. Yos
Sudarso, Bengkong Bengkel, Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau
Download