Gangguan pada Sistem Ekskresi

advertisement
Sistem Ekskresi
Odelia Tria Pangestika ( 26 )
Rachel Rybka ( 29 )
Gangguan Pada Sistem Ekskresi
A. Penyakit dan Gangguan Fungsi Hati
1. Hepatitis
• Proses peradangan pada jaringan hati.
• Disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dan protozoa
namun pada umumnya disebabkan oleh hepatitis
virus.
• Penyembuhannya memerlukan waktu berbulan bulan dengan diet dan istirahat yang baik.
• Hepatitis virus dibagi menjadi 5, yaitu virus :
Hepatitis A ( VHA )
Hepatitis B ( VHB )
Hepatitis C ( VHC )
Hepatitis D ( VHD )
Hepatitis E ( VHE )
• Hepatitis virus dapat menjadi kronis dan bisa
berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati.
Hepatitis A
• golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan
jarang sekali menyebabkan kematian
• penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui
makanan dan minuman yang terkomtaminasi,
bukan melalui aktivitas sexual atau melalui
darah.
• Masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak
penularan terjadi, barulah kemudian
penderita menunjukkan beberapa tanda dan
gejala terserang penyakit Hepatitis A.
• Gejalanya :
– Pada minggu pertama, individu yang
dijangkiti akan mengalami sakit seperti
kuning, keletihan, demam, hilang selera
makan, muntah-muntah, pusing dan
kencing yang berwarna hitam pekat.
– Demam yang terjadi adalah demam yang
terus menerus, tidak seperti demam yang
lainnya
• Penanganan dan Pengobatan
–Tidak banyak beraktivitas
–mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan
pengobatan dari gejala yang timbul
seperti paracetamol sebagai penurun
demam dan pusing.
–vitaminuntuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan nafsu makan serta obatobatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
Hepatitis B
• penyakit menular yang tergolong berbahaya
didunia.
• penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya
menjadi kanker hati.
• Penularannya melalui pertukaran cairan tubuh
atau kontak dengan darah dari orang yang
terinfeksi Hepatitis B.
• penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan,
hubungan seksual, transfusi darah, jarum
suntik, maupun penggunaan alat kebersihan
diri secara bersama-sama.
• Gejalanya :
–Demam, sakit perut dan kuning
(terutama pada area mata yang
putih/sklera).
–Bagi penderita hepatitis B kronik akan
cenderung tidak tampak tanda-tanda
tersebut, sehingga penularan kepada
orang lain menjadi lebih beresiko.
• Penanganan dan Pengobatan
– Dibagi menjadi 2 :
• Pengobatan telan (oral)
• Injeksi
a. Pengobatan telan (oral)
• Pemberian obat Lamivudine dari kelompok
nukleosida analog, yang dikenal dengan nama
3TC. Obat ini digunakan untuk orang dewasa
maupun anak-anak, Pemakaian obat ini
cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT)
untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
• Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera).
Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
• Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat
ini diberikan pada penderita Hepatitis B
kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat
keoptimalan dan kestabilan pemberian obat
ini belum dikatakan stabil
b. Pegobatan injeksi
• Pemberian suntikan Microsphere yang
mengandung partikel radioaktif pemancar
sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker
hati tanpa merusak jaringan sehat di
sekitarnya.
• Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang
INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan
secara subcutan dengan skala pemberian 3
kali dalam seminggu selama 12-16 minggu
atau lebih.
• Efek samping pemberian obat ini adalah
depresi.
• Efek lainnya adalah terasa sakit pada otototot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.
Hepatitis C
• Penularannya melalui kontak darah {transfusi,
jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang
menggiti penderita lalu mengigit orang lain
disekitarnya}.
• Terkadang tidak menampakkan gejala yang
jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C
kronik menyebabkan kerusakan/kematian selsel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer)
hati.
• Gejalanya :
– Tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah
terjadi bertahun-tahun lamanya.
– Beberapa gejala yang samar diantaranya adalah
Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin
menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning
yang disebut “jaundice” (jarang terjadi).
• Penanganan dan Pengobatan
– Pemberian obat sepertiInterferon alfa, Pegylated
interferon alfa dan Ribavirin.
– Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah
menghilangkan virus dari tubuh anda sedini
mungkin untuk mencegah perkembangan yang
memburuk dan stadium akhir penyakit hati.
Gejala Hepatitis
2. Sirosis Hati
• Kemunduran fungsi liver yang permanen yang
ditandai dengan perubahan histopatologi.
• Perubahan histopatologi yang terjadi
menyebabkan peninggian tekanan pembuluh
darah pada sistem vena porta.
• akibat dari peninggian tekanan vena porta,
terjadi varises esophagus dan bila pecah
terjadi muntah darah warna hitam
(hematemesis).
• Penyebab
– Infeksi virus hepatitis (virus hepatitis B dan
C).
– Perlemakan hati (fatty liver).
– Peminum alkohol yang rutin dalam waktu
lama, obat – obatan yang menganggu fungsi
liver dalam waktu yang lama, jamu –
jamuan, makanan dengan bahan pengawet.
• Gejala
– Tergantung pada tingkat berat sirosis hati
yang terjadi.
– Yang biasa dialami penderita sirosis dari
yang paling ringan yakni lemah tidak nafsu
makan, hingga yang paling berat yakni
bengkak pada perut, tungkai, dan
penurunan kesadaran.
– Sirosis Dibagi dalam tiga tingkatan :
• Child A (Sirosis hati yang paling rendah)
• Child B
• Child C (Sirosis hati yang paling berat)
• Pengobatan
– Menghindari hal yang dapat memperberat
fungsi hati.
– Pemberian obat untuk melancarkan
metabolisme hati.
– Pengobatan yang paling definitif adalah
tranplantasi hati.
B. Gangguan Fungsi Ginjal
1. Albuminuria
 Terdapatnya sejumlah
konsentrasi albumin
dan protein lain di
dalam urin.
 Itu disebabkan karena
terjadinya kerusakan
pada alat filtrasi dalam
ginjal.
2. Nefritis
 Kerusakan pada
glomerulus akibat infeksi
kuman.
 Mengakibatkan urea dan
asam urat masuk kembali
ke dalam darah ( uremia ).
 Nefritis akut banyak
diderita anak-anak dan
remaja.
 Nefritis kronis diderita
oleh orang tua.
 Ditandai tekanan darah
tinggi dan pengerasan
pembuluh darah ginjal.
3. Polyuria
 Urine yang dikeluarkan oleh tubuh sangat banyak.
 Urine yang dikeluarkan encer.
 Terjadi karena kemampuan nefron untuk mengadakan rearbsorpsi
sangat rendah atau bisa dibilang gagal.
4. Oligouria
 Urine yang dihasilkan sangat sedikit.
 Bahkan yang lebih parah, sang penderita tidak
mengahasilkan urine sama sekali (anuria).
 Disebabkan oleh kerusakan ginjal secara total.
 Kurang dari 1 mL/kg/jam pada bayi, kurang dari 0,5
mL/kg/jam pada anak, dan kurang dari 400 mL/hari
pada dewasa.
Penyebab
 Keracunan obat.
 Kurang minum air putih.
C. Gangguan Hormon
1. Diabetes Melitus
 Penyakit karena adanya
gula di dalam urine.
 Terjadi karena tingginya
kadar gula darah.
 Tingginya kadar gula darah
disebabkan oleh
kekurangan hormon
insulin.
 Insulin dihasilkan oleh
kelenjar prankeas.
 Kelenjar gula yang
berlebihan mengganggu
tekanan osmotik darah.
Gejala
 Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria).
 Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
 Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
 Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
 Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
 Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki.
 Cepat lelah dan lemah setiap waktu
 Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
 Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya.
Tipe Diabetes Melitus
 Diabetes Melitus tipe 1
 diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan
hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM).
 disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas.
 Banyak ditemukan pada balita dan anak-anak.
 Hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan.
 Diabetes Melitus tipe 2
 dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM).
 dikarenakan kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh
terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di
dalam darah.
 sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor
kegemukan (obesitas).
 pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet
diabetik
2. Diabetes insipidus
PENGERTIAN
 Adanya kelainan pada produk hormon antidiuretika (ADH).
 Gejalanya mirip dengan diabetes melitus.
 Perbedaannya hanya di urine, dimana urine penderita diabetes
insipidus tidak mengandung banyak gula/glukosa.
Macam Diabetes Insipidus
 Diabetes Insipidus Sentral
 Terjadi kekurangan arginina (jenis asam amino) pada hormon anti-
diuretik yang bernama AVP atau vasopressin.
 Diabetes Insipidus nefrogenis
 Terjadi karena ginjal tidak peka atau tidak memberikan respon pada
hormon anti-diuretik.
D. Gangguan pada Kulit
1. Jerawat
 Gangguan kronis pada
kelenjar minyak.
 Umumnya dialami pada
anak remaja.
Penyebab
 Bakteri
 Bakteri dari udara yang menumpuk dan menimbulkan jerawat.
 Hormon
 Hormon yang ada di dalam tubuh kita juga mengontrol keluarnya
jerawat.
 Kosmetik
 Pemakaian kosmetik yang mengandung pondation akan menutup
pori-pori dan akhirnya tersumbat, jadi kotoran akan menumpuk dan
membentuk jerawat.
Pencegahan
 Membersihkan muka sebelum istirahat.
 Mengurangi pemakaian kosmetik yang berlebihan.
 Membersihkan wajah dari make up sebelum tidur.
 Jangan memencet jika sudah terlanjur ada jerawat, karena akan
mengakibatkan infeksi dan dapat menyebar ke daerah kulit yang
lain.
 Cuci muka +/- 2 kali sehari.
 Kurangi konsumsi lemak jenuh.
2. Eksem
 Penyakit kulit dimana kulit
menjadi kering kemerahan
dan gatal bersisik.
 Penyakit ini tidak menular.
 Eksem merupakan
peradangan kulit
(epidermis dan dermis).
 Bisa menjadi kronis.
Penyebab
 merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia,
protein, bakteri, dan fungus.
 Karena alergi.
Gejala
 Gejala utamanya adalah gatal.
 Kemerahan pada kulit seperti: wajah, lutut, tangan dan kaki (pada
umumnya).
 Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau
keropeng.
3. Pruvitus kutanea
 Penyakit kulit dimana kulit
memerah.
 Gejalanya rasa gatal yang
dipacu oleh iritasi saraf
sensori primer.
 Disebabkan oleh kencing
manis, penyakit hati dan
gangguan kelenjar tiroid.
4. Kudis atau Skabies
 Penyakit kulit karena
infeksi caplak atau tungau.
 Menyebabkan kegatalan
pada kulit.
Gejala
 Ruam yang diakibatkan kudis menyebabkan gatal-gatal terutama
pada malam hari.
 Muncul benjolan-benjolan kecil yang berwarna kemerahan.
E. Gagal Ginjal
 Terjadi karena infeksi
bakteri, luka bagian luar
dan tekanan darah tinggi.
 Pada keadaan ini tubulus
tidak mampu lagi
mengekskresikan ion
sodium atau urea.
 Jika glomerolus rusak,
protein plasma akan lolos
ke filtrat dan dan ada dalam
urine.
 Hal ini dapat diatasi dengan
hemodialisis dan
transplantasi ginjal.
Penyebab
 Disebabkan oleh beberapa penyakit serius, seperti:
 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/striktur)
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
 Menderita penyakit kanker (cancer)
 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada
organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh
infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi (glomerulonephritis).
Gejala
 Badan terasa lemah/cepat lelah
 Kulit pucat oleh karena anemia (kurang darah), penumpukan racun






Ureum dan Kreatinin.
Tidak atau sulit mengeluarkan keringat sehingga mengakibatkan kulit
menjadi kering.
Pusing-pusing (tekanan darah naik/turun), tengkuk pegal-pegal seperti
masuk angin.
Telinga kadang-kadangberdengung.
Mual-mual dan muntah-muntah (yang keluar biasanya hanya cairan)
Perut berbunyi seperti lapar atau masuk angin
Kencing berbau keras sekali
 Kencing kadang-kadang berdarah (hematuria), mungkin karena




goresan batu ginjal atau ada sel-sel ginjal yang mati karena keracunan
obat.
Kolik ginjal yaitu rasa nyeri pinggang belakang timbul dan hilang atau
terus menerus secara kontinu (mungkin ada batu ginjal).
Kelopak mata dan kaki bengkak. Ketidak mampuan ginjal
mengeluarkan cairan atau ada kebocoran ginjal sehingga air merembes
ke dalam jaringan lunak (protein darah).
Tidak keluar kencing secara tiba-tiba atau berkurang sama sekali
(sedikit). Bisa juga disebabkan oleh pembesaran prostat.
Kadang-kadang kecegukan (hickup) yang berkepanjangan
Proses Hemodialisis
 Darah diambil melalui vena penderita.
 Dialirkan melalui alat-alat dialisis untuk dibersihkan dari zat-zat
racun yg sebelumnya ada di darah dan pada akhirnya
dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita.
Sistem Ekskresi pada Hewan
 Proses ekskresi melalui
vakuola kontraktil atau
vakuola berdenyut.
 Vakuola kontraktil juga
merupakan pengedar dan
pengatur keseimbangan
cairan plasma dengan
lingkungannya sehingga
disebut osmoregulator.
Cacing Pipih
 Contohnya adalah planaria.
 Alat ekskresinya disebut
sel-sel api atu flame cell.
 Sel api menyebar pada
seluruh bagian tubuh.
Flame Cell
A flame cell is a specialized excretory cell found in the simplest
freshwater invertebrates, including flatworms (except the
turbellarian order Acoela), rotifers and nemerteans; these are the
simplest animals to have a dedicated excretory system.
Cacing Tanah
 Alat ekskresinya nefridium
yang terdapat pada setiap
somit.
 Nefridium dilengkapi corong
terbuka atau nefrostoma di
setiap sekat somit.
 Nefrostoma dilengkapi bulu
getar yang fungsinya untuk
menarik dan mengambil
cairan tubuh masuk ke
dalamnya.
Alat Ekskresi Serangga
 Contohnya adalah belalang.
 Alat ekskresinya berupa
malphigi yang melekat pada
satu atau kedua ujung usus.
 Zat sisa metabolisme yang
berupa senyawa nitrogen
dari cairan tubuh, diubah
menjadi asam urat.
Alat Ekskresi pada Vertebrata
 Alat ekskresinya berupa ginjal
berwarna kemerah –
merahan.
 Terletak di antara gelembung
udara depan dan belakang.
 Ginjal ini dilengkapi saluran
urine, yang muaranya
menyatu dengan muara
saluran kelamin (urogenitalia)
yang terdapat di sebelah
belakang anus.
Alat Ekskresi pada Amphibi
 Alat ekskresinya berupa
sepasang ginjal kiri dan
kanan.
 Fungsi ginjal untuk
menyaring darah.
 Zat sisa dapat diserapnya
lalu dikeluarkan.
Sistem Ekskresi pada Burung
 Alat ekskresinya berupa paru-
paru, ginjal dan kulit.
 Saluran ekskresi, saluran
kelamin dan saluran
pencernaan menyatu dan
bermuara pada kloaka.
 Kulit burung mempunyai
kelenjar minyak yang ada di
tungging.
Download