analisa pembiayaan al qordhul hasan pada bmt aman salatiga

advertisement
ANALISA PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN
PADA BMT AMAN SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Siti Rondiatin
NIM : 20107009
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
ANALISA PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN
PADA BMT AMAN SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perbankan Syariah
Disusun oleh :
Siti Rondiatin
NIM : 20107009
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
i
ii
iii
MOTTO
Mudahkanlah urusan mereka dan janganlah kamu persulit,
gembirakanlah mereka dan janganlah kamu membuat susah
mereka.
Lihatlah kepada orang yang di bawahmu dan janganlah kamu
melihat orang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak
meremehkan nikmat Allah SWT atas kamu. (Muttafaqun alaihi)
Yakinlah pada kemampuan diri kita karena Allah SWT tidak akan
merubah nasib atau keadaan suatu kaum, jika bukan kaum itu
sendiri yang merubahnya. Jadikan sholat dan sabar sebagai
penolongmu dan percayalah bahwa dalam setiap kesulitan pasti
ada kemudahan.
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada
Allah Yang Maha Esa
Ibu dan Bapakku yang terhormat,
Kakak-kakakku dan adik-adikku yang tercinta
Teman-teman seperjuangan.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam
penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, walaupun telah diusahakan
semaksimal mungkin. Untuk itu penulis siap menerima kritik serta saran demi
kebaikan tugas akhir ini.
Disadari dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini atas bantuan
beberapa pihak yang sepenuh hati telah meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi-informasi dan bantuan-bantuan yang dibutuhkan Untuk itu pada
kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Abdul Aziz Nugraha Pratama, S. Ag MM, selaku ketua program studi
diploma III perbankan syari’ah.
3. Ibu Hikmah Indraswati, SE., M. Si selaku dosen pembimbing.
4. Seluruh pengajar D III perbankan syari’ah STAIN Salatiga yang penuh
kearifan dan penuh kesabaran telah mendidik penulis selama menuntut ilmu di
kampus tercinta ini.
5. Bapak Nasiki, M. Pdi selaku ketua dan menejer BMT AMAN Salatiga yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di
tempat beliau.
6. Seluruh karyawan BMT AMAN Salatiga atas bantuan-bantuan informasinya.
vi
7. Bapak ibuku terkasih yang tak henti-hentinya memberikan semangat serta
do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tugas akhir serta
pendidikan pada jenjang diploma tiga ini.
8. Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberi motivasi dan fatwa dan adikadikku tersayang yang selalu manemani penulis selama penulisan tugas akhir
ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa jurusan D III perbankan syari’ah STAIN Salatiga
terima kasih atas dukungan dan bantuan yang sudah diberikan. Terima kasih
semua.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu mendapat
balasan dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Amin-amin yarobbal ’alamin
Salatiga, 23 Juni 2010
Penulis
vii
ABSTRAK
Pada dasarnya Lembaga Keuangan memiliki peran penting dalam kegiatan
perekonomian. Dalam arti yang spesifik lembaga keuangan berfungsi sebagai
tempat perantara peredaran uang antara masyarakat kelebihan yang kekurangan
dana. Baitul Mal Wattamwil bisa disebut BMT menurut Undang-Undang No.10
tahun 1998 dan Undang-Undang No. 3 tahun 1999 adalah koperasi syari’ah yang
melaksanakan kegiatan usaha secara syari’ah atau berdasar prinsip syari’ah.
Dalam kegiatannya BMT tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BMT
menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan dan deposito berjangka.
BMT juga berfungsi mempersempit ruang gerak para pelepas uang (monay
canger) dan rentenir yang sampai saat ini sulit diberantas karena secara umum
BMT memiliki fungsi mewujudkan pemerataan pelayanaan perbankan,
pemerataan kesempatan berusaha melalui pemberian bantuan pembiayaan pada
seluruh masyarakat.
BMT AMAN Salatiga adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak
dalam bidang penghimpunan dana dan penyaluran dana atau pembiayaan. Pangsa
pasar penyaluran pembiayaan pada BMT AMAN lebih diorientasikan pada usahusaha kecilatau menengah maupun usaha tradisional masyarakat secara umum.
BMT AMAN selain selain bergerak dalam penghimpunan dana juga
bergerak dalam bidang pembiayaan yang merupakan pangsa kegiatan utama
sebuah koperasi syari’ah yaitu penyaluran dana. Sebelum dana tersebut disalurkan
kepada pihak ke-3 atau debitur, harus adanya proses analisa yang merupakan inti
dari keberhasilan penyaluran dana. Kegiatan tersebut diukur dari prinsip 5C
(Character, capacity, capital, capital, condition, dan collateral). Keberhasilan
dalam suatu analisa pembiayaan bukan hanya tergantung dari sistem maupun cara
dalam hal penganalisaan, tetapi juga tergantung pada kinerja analisa yang harus
optimal, agar tujuan yang diinginkan dari sebuah analisa pembiayaan tercapai.
Kata Kuci
: Pembiayaan, analisa pembiayaan 5C (Character, capacity, capital,
capital, condition, dan collateral).
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
ii
PENGESAHAN ..........................................................................................
iii
MOTTO ......................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
8
E. Telaah Pustaka ........................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ..............................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembiayaan ............................................................
11
B. Data-data Pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN ......
34
BAB III GAMBARAN PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN
DI BMT AMAN SALATIGA
A. Gambaran umum BMT AMAN ...............................................
ix
36
B. Struktur Organisasi BMT AMAN ............................................
37
C. Kegiatan Usaha BMT AMAN .................................................
40
D. Prosedur Permohonan Pembiayaan Al Qordhul Hasan .............
42
BAB IV ANALISIS
A. Prosedur Pembiayaan Al Qordhul Hasan ..................................
46
B. Perkembangan Pembiayaan Al Qordhul Hasan ........................
50
C. Keuntungan Pembiayaan Al Qordhul Hasan ............................
52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
53
B. Saran .......................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lembar Surat Keterangan Magang.
2.
Lembar Bimbingan dan Asisten Pembimbing.
3.
Lembar Konsultasi.
4. Lembar Pembukaan Simpanan.
5. Lembar Daftar Mutasi Vault.
6. Lembar Register BMT AMAN Salatiga.
7. Lembar Permohonan Pembiayaan
8. Lembar Slip Setoran, Angsuran, Pengambilan.
9. Lembar Slip Pencairan Pembiayaan.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan di
seluruh aspek yang berkesinambungan meliputi, kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Sebelum berbicara lebih jauh mangenai kondisi
perekonomian saat ini, khususnya yang terjadi di indonesia yang ternyata
belum stabil, masih terdapat masalah yang hingga kini belum terealisasikan,
yakni pemenuhan lapangan pekerjaan demi kesejahteraan umat. Padahal di era
global ini persaingan dunia usaha sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut
berfikir keras mengatur setrategi untuk mempertahankan dan memajukan
bisnis yang mereka geluti. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tanpa
berfikir panjang melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat terhadap
lawan jenisnya, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 5).
Cara untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, para pengusaha
hendaknya
sejak
dini
memasang
fondasi
yang
kuat
guna
untuk
mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga mampu bersaing secara sehat,
khususnya para pengusaha kecil ataupun pengusaha menengah yang
mempunyai banyak keterbatasan, baik dari segi permodalan, sarana dan
prasarana, sumber daya manusia bahkan dalam hal pemasarannya.
Permasalahan yang terletak di dalamya memang sangat komplek, akan tetapi
1
2
mari kita lihat salah satu hal pokok ketika kita bicara tentang dunia usaha yaitu
modal kerja. Untuk menyingkapi hal tersebut para pelaku pasar harus
menggunakan pikiran jernih serta akal sehat sebagai langkah antisipasi
haruslah memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan diri sejak dini dan
sebaik mungkin agar mampu bersaing terutama pada pengusaha kecil dan
menengah yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam sarana permodalan
maupun sumberdaya manusia serta di bidang pemasarannya.
Setiap kegiatan usaha pasti memerlukan modal kerja yang mungkin saja
untuk saat ini sulit dipenuhi menyadari adanya kesulitan yang dialami
pengusaha kecil dan menengah, pihak pemerintah ikut andil pembiayaan lunak
bahkan kredit tanpa bunga, bahkan menganjurkan para pengusaha besar untuk
menjadi bapak asuh bagi pengusaha kecil dan meminta agar bank-bank swasta
maupun pemerintah bisa mengucurkan kredit dengan prosedur yang mudah
dan bunga yang ringan. Namun dengan demikian apakah semua bisa
memenuhi anjuran pemerintah tersebut? Bahkan hanya sedikit bank-bank
yang mau membantu pengusaha kecil untuk bisa mengangkat dan
memperbesarkan usaha mereka. Telah banyak upaya yang dilakukan
pemerintah, akan tetapi hasilnya belum maksimal untuk dibutuhkan solusi lain
agar masalah-masalah tersebut dapat teratasi dan kini pemerintah mulai
mendorong usaha-usaha koperasi untuk membantu penyediaan modal kerja.
Koperasi dianggap sangat berperan karena dengan bentuk koperasi, khususnya
koperasi simpan pinjam yang dikelola dengan baik nantinya dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat bawah. Karena kebanyakan masyarakat bawah
3
merasa malu dan canggung datang langsung ke bank-bank besar untuk
melakukan
pinjaman,
padahal
demi
peningkatan
laju
perekonomian
diperlukan produktifitas yang tinggi, termasuk dari kalangan menengah ke
bawah. Untuk meningkatkan produktifitas, salah satu faktor penunjang yang
penting adalah ketersediaan modal yang cukup. Kendala permodalan pada
umumnya pengusaha kecil tidak mampu dipenuhi oleh perbankan modern.
Oleh karena itu kebutuhan permodalan usaha menjadi problem yang
mendesak, tidak sedikit pengusaha kecil dan sektor informal mengambil jalan
pragmatis, yakni mencari permodalan.
Pemerintah pernah mengeluarkan pinjaman lunak yang diberi nama
program jaringan pengaman sosial itu pun banyak yang diselewengkan dan
ada yang tidak sampai ke tangan masyarakat. Banyak kendala yang
menyebabkan banyak bantuan tidak disalurkan semana mestinya. Hal tersebut
disebabkan pengelolaan pinjaman kurang profesional dan ingin mendapatkan
keuntungan, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 18).
Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut maka pemberian pinjaman
harus diartikan sebagai suntikan modal yang sifatnya sementara dan
rangsangan karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi
yang akhirnya akan meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Meningkatnya
produksi,
berarti
dapat
meningkatnya
pendapatan
masyarakat
dan
meningkatnya pendapatan dapat berdampak pada peningkatan produktifitas
tersebut, maka tabungan juga akan mengalami peningkatan. Inilah awal
kapitalisasi permodalan usaha kecil. Pemberian pinjaman juga harus
4
dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan.
Penerimaan pinjaman harus didasarkan tentang pentingnya penataan struktur
keuangannya, sehingga secara berlahan dapat mandiri. Pengelolaan keuangan.
Secara sadar diharapkan sadar diharapkan dapat membantu meningkatkan
produktifitas usaha kecil. Meningktnya plafon pinjaman harus dievaluasi
ulang, apakah seiring dengan perluasan usaha atau tidak. Berdasarkan
berbagai pengalaman tersebut maka sistem pemberian pinjaman yang ideal
adalah bilamana terjadi hubungan timbal balik antara pemberi pinjaman secara
mutual. Pihak pemberi pentingnya menjalin hubungan baik dengan para
anggota atau nasabahnya, sementara pihak penerima merasakan kemanfaatan
yang besar karena pelayanannya, sehingga tumbuh rasa saling tanggung jawab
sesama umat, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 25).
Sekarang pemerintahpun mulai mendorong kembali usaha koperasi
untuk membantu penyediaan modal usaha. Koperasi yang disebut sebagai
tonggak ekonomi bangsa ikut berperan dengan meluncurkan koperasi simpan
pinjam serta koperasi serba usaha harapannya usaha yang dikelola bisa
menjangkau masyarakat bawah.
Pada koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha juga melayani
penyimpanan uang dan pinjaman dengan bunga lunak yang bisa dijangkau
masyarakat bawah untuk modal usaha. Selain koperasi ada juga lembaga
keuangan yang lain yang menggunakan sistem syari’ah yang mengelola bisnis
dan harta maal, lembaga tersebut bernama baitul maal wattamwil (BMT).
BMT terdiri dari dua istilah, baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih
5
mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit
seperti zakat, infaq dan sodaqoh. Sedang baitul tamwil sebagai usaha
pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi
bagian yang tidak terpisah dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari’ah.
BMT ini berdiri dibawah binaan koperasi lembaga keuangan syari’ah
yang semakin kuat keberadaanya setelah dikeluarkannya UU No. 10 th 1998
dan UU No. 3 th 1999 yang kemudian menjadi landasan hukum berdirinya
dual banking yang dimaksud adalah adanya dua sistem perbankan yaitu
dengan sistem konvensional dan syari’ah. Secara berdampingan memberikan
pelayanan jasa perbankan dan pelaksanaanya diatur dalam berbagai peraturan.
Secara kelembagaan BMT didampingi pusat inkubasi bisnis usaha kecil
(PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena pengemban misi yang
lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam praktiknya, PINBUK
menetaskan BMT dan pada giliranya BMT menetaskan usaha kecil.
Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana
BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan
ekonomi masyarakat, (Heri Sudarsono, 2003: 80).
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pembinaan yang berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti
penting prinsip-prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan
kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun
6
materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba
kecukupan muncul kehawatiran akan munculnya pengikisan aqidah.
Pengikisan aqidah ini bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam tetapi
juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Sebagaimana
diriwayatkan dari Rosulullah SAW,”kefakiran itu mendekati kekufuran”.
Maka keberadaan BMT diharapkan mampu mengatasi masalah ini lewat
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat, (Heri Sudarsono,
2003: 83)
Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT mempunyai tujuan untuk
menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syari’ah, aktif melakukan
sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting ekonomi Islam, hal ini
bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi
yang islami, misal supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam
menimbang barang, jujur terhadap konsumen, melepaskan ketergantungan
terhadap rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan
rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dana dengan segera. Maka
BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misal selalu tesedia dana
setiap saat, serta menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi
yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang
komplek dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah
untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
7
diperhatikan, misal dalam hal pembiayaan, BMT harus memperhatikan
kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan. (Heri
sudarsono, 2003: 85-86).
Pengelolaan BMT hampir sama dengan koperasi simpan pinjam maupun
dengan bank. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan pembiayaan. Dari
dana simpanan yang akan disalurkan lagi kemasyarakat sebagai pembiayaan.
Semakin banyak dana yang tersimpan di BMT, maka semakin banyak pula
dana yang bisa dicairkan untuk pembiayaan. Oleh karena itu perlu strategi
tertentu agar masyarakat tertarik untuk meminjam dana ke BMT. Semakin
banyak dana yang dipinjamkan ke nasabah maka akan semakin besar
pendapatan yang akan diperoleh BMT. Prosentasi bagi hasil yang diterapkan
utuk nasabah ditentukan oleh BMT pada akad diawal. Pembiayaan yang
digunakan pada BMT AMAN ada dua cara yaitu mingguan dan bulanan.
Selain itu ada juga pembiayaan yang sifatnya tathawwui atau saling membantu
yang dinamakan dengan pembiayaan al qordhul hasan, dengan kata lain
pembiayaan yang berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara pemilik
dana tanpa adanya tambahan atau biaya saat mengembalikan pinjaman
tersebut dengan tujuan untuk menolong nasabah debitur yang berada dalam
keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun bersifat
produktif. Dari uraian di atas penulis mengambil judul ”ANALISA
PEMBIAYAAN
SALATIGA”.
AL
QORDHUL
HASAN
PADA
BMT
AMAN
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana realisasi pembiayaan al qordhul hasan yang dikelola oleh
BMT AMAN Salatiga?
2. Bagaimana perkembangan pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana cara realisasi pembiayaan al qordhul hasan
yang dikelola di BMT AMAN Salatiga
2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan al qordhul hasan di BMT
AMAN Salatiga
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak STAIN Salatiga
a. Menjadikan tambahan referensi untuk mahasiswa setelah penulis
melakukan penelitian dan pengamatan
b. Menciptakan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
lembaga keuangan, sehingga membantu terbentuknya sebuah lapangan
pekerjaan
2. Bagi BMT AMAN Salatiga
a. Sebagai persiapan untuk menghadapi persaingan yang semakin pesat
b. Untuk menjaga citra baik sebuah BMT
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pendapatan
9
3. Bagi penulis
a. Sebagai alat ukur agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu yang
diperoleh di bangku perkuliahan dan mempraktikkan teori-teori dari
mata kuliah yang pernah diberikan
4. Bagi peneliti lain
a. Menjadi bahan perbandingan dalam memperoleh informasi ketika
melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga saling dapat
bertukar pikiran satu sama lain.
E. Telaah Pustaka
Penelitian Wahyu Setyani (2009) ”Prosedur pembiayaan al qordhul hasan
pada BMT WAHANA Wonogiri ” menyimpulkan bahwa sebelum seorang
nasabah mengajukan pembiayaan al qordhul hasan, terlebih dahulu harus
melalui proses penilaian mulai dari proses pengajuan pembiayaan, penilaian
barang jaminan, prosedur dan analisa.
Dalam buku ” Manajemen Perbankan’ telah dijelaskan bahwa pemberian
pembiayaan atau kredit berdasarkan prinsip syari’ah yang diberikan oleh bank
mengandung
resiko,
sehingga
dalam
pelaksanaanya
bank
harus
memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syari’ah yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah dalam arti keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya
sesuai yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
oleh bank.
10
Penelitian Muhammad Fathoni (2008) berjudul ” Analisa pembiayaan al
qordhul hasan pada BMT SHOHIBUL UMMAT Rembang” menyimpulkan
bahwa dalam analisa pembiayaan pemerolehan informasi mengenai calon
nasabah dalam hal kepentingan analisa maka dapat diperoleh melalui bertemu
langsung dengan calon nasabah pembiayaan, dat-data calon nasabah
pembiayaan dari pihak BMT, ataupun informasi dari pihak ketiga.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan tulisan secara praktis dalam laporan ini penulis
menyajikan dalam bentuk yang sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I
:
Pendahuluan berisikan latar belakang maslah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, telaah pustaka,
sistematika penulisan.
Bab II
:
Landasan teori yang berisikan pengertan pembiayaan, Datadata pembiayaan Al Qordhul Hasan.
Bab III
:
Gambaran pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN
Salatiga, berisikan gambaran umum BMT AMAN, struktur
organisasi BMT AMAN, kegiatan usaha BMT AMAN,
prosedur permohonan pembiayaan Al Qordhul Hasan.
Bab IV
:
Analisa yang berisikan prosedur pembiayaan Al Qordhul
Hasan, perkembangan pembiayaan Al Qordhul Hasan,
keuntungan pembiayaan Al Qordhul Hasan.
Bab V
:
Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit atau pembiayaan sering
diartikan memeperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau
angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang
pembayarannya dilskuksn dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran
sesuai dengan perjanjian. Jadi dapat diartikan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berbentuk barang atau berbentuk uang. Baik kredit
berbentuk barang atau kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya
adalah dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Kredit
dalam bentuk uang lebih dikenal dengan istilah pinjaman. Dewasa ini
pengertian pemberian kredit disamping dengan istilah pinjaman oleh bank
yang berdasarkan prinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang
digunakan oleh bank berdasarkan prinsip syari’ah.
Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang
artinya adalah kepercayaan,
maksudya adalah apabila seseorang
memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara
itu, bagi si pemberi kredit atau pembiayaan artinya memberikan
kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti
kembali, (Kasmir, 2008: 72).
11
12
Pembiayaan atau kredit merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit, ( Muhammad Syafi’i Antonio,
2001: 120).
Sebenarnya banyak sekali pengertian tentang pembiayaan namun
penulis mencoba memberikan batasan pengertian tentang pembiayaan.
Definisi pembiayaan menurut para ahli
a. Menurut Jhonson (2001)
Pembiayaan adalah kemampuan untuk memperoleh barangbarang atau jasa-jasa dengan memberikan janji akan memberikan
sejumlah uang (barang) seketika diantara pembayarannya atau pada
suatu hari tertentu dikemudian hari.
b. Menurut UU No. 7 Tahun. 1992
Pembiyaan adalah penyediaan atau tagihan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepkatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya, setelah jangka waktu
tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau bagi hasil.
(Muhammad Ridwan, 2004: 163)
c. Menurut Drs. Widiyanto, M.Si (2003)
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dpersamakan
dengan
pinjaman
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan pinjam meminjam antara BMT dengan pihak lain yang
13
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu disertai dengan pembiayaan imbalan.
d. May Loed menyimpulkan bahwa kredit adalah reputasi pribadi
seseorang yang menyebabkan ia dapat membeli uang atau barang
tenaga kerja dengan memberi barang pengganti suatu janji untuk
membayarkan pada suatu waktu dikemudian hari.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa baik
kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya
diukur dengan uang. Yang menjadi perbedaan antar kredit yang diberikan
oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan
oleh bank berdasarkan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan
yang diharapkan. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional
keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syari’ah berupa bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri
dari analisa pemberian kredit atau pembiayaan beserta persyaratannya,
(Kasmir, 2008: 73).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarakan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik sendiri maupun orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga
pembiayaan,
(Muhammad, 2002: 260).
seperti
Bank
Syari’ah
kepada
nasabah,
14
Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa kredit (pembayaran)
mencakup dua pihak yaitu pemberi kredit dan penerima kredit yang
mengadakan kesepakatan yaitu pihak bank (BMT) menyediakan dana dan
pihak II (penerima) mengelola dana untuk digunakan baik untuk usaha
maupun untuk pembelian barang.
2. Pengertian Pembiayaan Al Qordhul Hasan
a. Menurut Warkum Sumitro, S.H.,MH. (2004)
Pembiayaan al qordhul hasan adalah suatu perjanjian antara
bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima
pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya
tambahan atau biaya apapun sehingga peminjam atau nasabah
berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada
waktu yang disepakati bersama, dengan jumlah yang sama dengan
pokok pinjaman.
b. Menurut Frianto Pandia, S.E. (2005)
Pembiayaan al qordhul hasan adalah pembiayaan berdasarkan
perjanjian pinjam meminjam antara pemilik dana tanpa adanya
tambahan atau biaya saat mengembalikan pinjaman tersebut dengan
tujuan untuk menolong nasabah debitur yang berada dalam keadaan
terdesak, bai untuk hal-hal yang bersifat konsumtif mauapun bersifat
produktif.
15
c.
Menurut Syafi’i Antonio (2001)
Pembiayaan al qordhul hasan adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengarapkan imbalan. Dalam literature fiqh
klasik, al qordhul hasan dikategorikan dalam akad tathawwui atau
akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Dari pengertian di atas dapat diambil penjelasan bahwa penyediaan
pembiayaan atau pinjaman yang hanya berkewajiban membayar kembali
pokok pinjamannya, walaupun dengan keikhlasannya, tetapi lembaga
keuangan pemberi qordh atau dana tidak diperkenankan untuk meminta
imbalan apapun dinamakan pembiayaan al qordhul hasan
3. Unsur-unsur Pembiayaan
Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara
mendalam mengandung beberapa arti. Dengan kata lain, pengertian kata
pembiayaan jika dilihat secara utuh mengandung beberapa makna
sehingga jika kita bicara dengan pembiayaan, termasuk membicarakan
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Menurut Kasmir, unsur-unsur
pembiayaan mempunyai lima unsur yang mendasari adanya pembiayaan,
yaitu:
a.
Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan apa yang telah diberikan kreditur
akan benar-benar dapat diterima kembali dimasa yang akan datang,
16
bahkan dapat memberikan keuntungan, serta kepercayaan debitur
bahwa apa yang telah diterimanya akan dapat digunakan sesuai dengan
tujuan.
b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan didalam pembiayaan juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan
si pemberi pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masin-masing. Kesepakatan penyaluran pembiayaan
dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani antara kedua
belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.
c. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini masa pengambilan pembiayaan yng telah
disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa harus ada pembiayaan yang
tidak memiliki jangka waktu.
d. Risiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu resiko
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar
pembiayaannyapadahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan
karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti
bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya
suatu tenggang waktu pengambilan (jangka waktu). Semakin panjang
17
jangka waktu suatu pembiayaan semakin besar risikonya tidak tertagih,
demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik
risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
e. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan bank tentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan
atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal
dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam
bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi
pembiayaan ini merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bank
yang berdasarkan prinsip syari’ah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.
4. Jenis-jenis pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya,
keperluan, serta akadnya, ( Antonio, 2001: 16).
a. Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pembiayaan produktif
Yaitu
pembiayaan
yang
ditujukan
untuk
memenuhi
kebutuhan. Produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha
baik usaha produksi maupun investasi.
18
2) Pembiyaan konsumtif
Yaitu
pembiayaan
yang
digunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan konsumsi yang habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.
b. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas
atau mutu hasil produksi.
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan. Utility of
place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu
3) Pembiayaan dari jenis akad jual beli antara lain:
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan
yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan
kebutuhan produksi (inventory). Pembiayaan mirip dengan
kredit modal kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank
19
konvensional,
dan
karenanya
pembiayaan
murabahah
berjangka waktu dibawah satu tahun.
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan untuk jual beli
dengan harga asal ditambah margin keuntungan yang telah
disepakati. Pembiayaan ini sangat membantu nasabah yang
membutuhkan barang di mana pada saat membutuhkan barang
tersebut nasabah belum mempunyai uang tunai.
Pihak BMT membantu membiayai dan nasabah harus
memenuhi kewajibannya pada saat tertentu yang telah
disepakati bersama. Namun keuntungan dapat diminta setiap
bulan atau sekaligus dengan pokoknya.
Sistem ini dapat dibagi menjadi empat antara lain:
1) Murabahah
Jual beli ini berlaku umum untuk semua barang yang
dapat diadakan seketika menjadi transaksi.
2) Ba’i As salam
Pembelian barang yang dananya dibayar dimuka,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian (spesifikasi
barang tersebut jelas).
3) Ba’i Isthisna
Kontrak jual beli barang dengan pesanan. Pembeli
memesan barang kepada produsen barang, namun produsen
20
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
4) Ijaroh Muntahiyah Bittamlik
Merupakan akad perpaduan antara sewa sewa dengan
jual beli, yakni sewa menyewa yang diakhiri dengan
pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai
penyedia barang pada hakekatnya tidak berhajat akan
barang tersebut, sehingga angsuran dari nasabah bisa
dihitung sebagai biaya pembelian dan akhir waktu setelah
lunas barang menjadi milik anggota atau nasabah.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip kerjasama (patnership)
a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan
pengusaha,di mana pihak pemilik modal menyediakan seluruh
dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan
pengelolaan atas atas usah. Hasil usaha bersama ini dibagi
sesuai dengan kesepakatan pada waktu akad pembiayaan
ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah. Apabila
terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi
bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan)
maka pihak penyedia dan akan menaggung kerugian manakala
pengusaha akan menanggung kerugian managerial skill dan
21
waktu seta kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan
diperolehnya.
Bisa juga disimpulkan bahwa: pembiayaan mudharabah
adalah suatu bentuk pembiayaan dimana pemilik modal (BMT)
bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan
pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan hasil
pembagian sesuai dengan perjanjian, apabila usaha yang
dibiayai tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pihak
pengusaha menanggung kerugian dalam bentuk pikiran, tenag
serta waktu yang telah dikorbankan.
Rukun dan syarat pembiayaan mudharabah:
1) Penyediaan dana (shahibul mal) dan pengelola (Mudharib)
harus cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad) dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Penawaran dan permintaan harus secara beksplisit
menunjukkan tujuan kontrak.
b) Penerimaan dan penawaran dilakukan pada konsumen.
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi
atau dengan menggunakan cara komunikasi modern.
22
3) Modal ialah sejumlah modal atau asset yang diberikan
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan dengan syarat
sebagai berikut:
a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya
b) Modal dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib baik secara bertahap maupun tidak,
sesuai dengan kesepakatan akad.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat
sebagai kelebihan dari suatu modal, syarat kepentingan di
bawah ini harus dipenuhi:
a) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak
boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak saja.
b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati
harus dalam bentuk prosentasenya (nisbah) dari
keuntungan yang sesuai kesepakatan perubahan nisbah
harus berdasarkan kesepakatan.
c) Penyediaan dana menanggung semua kerugian akibat
dari mudharabah dan pengelola tidak menanggung
kerugian
apapun
kecuali
akibat
dari
kesalahan
disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan.
23
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
pertimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa
campur tangan penyedia dan dana, tetapi ia mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyediaan dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syari’ah Islam
dalam
tindakannyayang
berhubungan
dengan
mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktifitas itu.
b) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau
beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada
suatu proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak
untuk ikut serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya
dalam manajemen proyek. Kentungan dari hasil usaha bersama
ini dapat dibagikan menurut profesi penyertaan modal masingmasing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Bila rugi
kewajibannya hanya terbatas dengan modal masing-masing.
24
c) Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Merupakan pembiayaan berakat ibadah, diberikan kepada
kaum dhuafa atau keperluan yang sifatnya darurat atas dasar
kewajiban
sosial.
Peminjam
hanya
diwajibkan
untuk
mengembalikan sebesar pokoknya saja sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip jasa
1) Al Wakalah atau wakil
BMT menerima amanah dari investor yang akan
menanamkan modalnya kepada nasabah, BMT menerapkan
fee manajeman.
2) Kafalah atau garansi
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak
yang ditanggung.
3) Hawalah atau pengalihan utang
Pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
4) Ar Rohn (gadai)
Menahan salah satu harta milik peminjam sebagai
jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
25
5. Manfaat Pembiayaan:
a. Manfaat bagi BMT
1) Memperoleh pembagian keuntungan dari debitur sehingga dapat
untuk membiayai operasional BMT.
2) Pengajuan pembiayaan ini memajukan peran BMT dalam
meningkatakan ekonomi masyarakat.
3) Menjalin hubungan silaturrahmi antara nasabah dengan pihak
BMT.
b. Manfaat bagi nasabah (debitur)
1) Nasabah tidak dituntut untuk mengembalikan pinjaman dengan
sejumlah bunga yang terlalu besar.
2) Nasabah tidak dibebani dengan jumlah bunga, namun dia akan
memberikan yang diperoleh berdasarkan nisbah bagi hasil yang
telah disepakati.
3) Membuka kesempatan kepada golongan ekonomi bahwa untuk
mendapatkan modal yang dapat meningkatkan pendapatan.
6. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip pembiayaan disebut juga sebagai konsep 5C dan pada
dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai
iktikad baik (williingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to
pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya atau
bagi hasilnya. ( Kasmir, 2008: 91-92)
26
Prinsip pembiayaan 5C tersebut adalah sebagai berikut:
a. Character
Yaitu tentang kebiasaan-kebiayasaan, sifat-sifat pribadi, cara
hidup (stile of living), keadaan keluarganya (anak istri), hobby dan
social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan ukuran tentang
kemauan untuk membayar.
b. Capacity
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan debitur
mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya, dan
kemempuan melakukan pengelolaan atas usaha yang akan dibiayai
dengan kredit.
c. Capital
Prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya melihat besar
kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi modal itu
ditempatkan debitur.
d. Collateral
Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan
debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya. Fungsi
jaminan ini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak
mempunyai debitur melunasi kredit yang diterimanya.
e. Condition
Pada prinsip kondisi ini dinilai ekonomi secar umum serta
kondisi pada sektor usaha calon debitur. Agar bank dapat memperkecil
27
resiko yang timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan
persaingan dilingkungan sektor usaha calon debitur, sehingga bantuan
yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahnya.
Prinsip 5C tersebut biasanya ditambah dengan IC yaitu Constrain
artinya hambatan-hambatan yang mungkin menganggu proses usaha.
Sedangkan menurut Kasmir, 2008: 93-94
untuk penilaian
pembiayaan, analisa pembiayaan yang digunakan adalah dengan
metode 7P antara lain:
a. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah laku
sehari-hari maupun masa lalunya, personaliti juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah. Personality hampirr sama dengan character dari 5C.
b. Party
Mengklasifikasikan nasabah kedalam kelompok tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat dimasukkan kedalam
golongan ke dalam golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas
yang berbeda dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat
berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang kuat modalnya, baik
dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainya.
28
c. Purpose
Mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan
konsumtif, Produktif atau perdagangan.
d. Prospect
Menilai usaha nasabah di masa yang akan datang,
menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek
kedepan atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
e. Payment
Ukuran bagaimana cra nasabah mengembalikan pembiayaan
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian pembiayaan. Semakin banyak sumber penghasilan
debitur, akan semakin baik sehingga jika salah satu usahanya
merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari periode, apakah akan tetap sama atau
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang
diperolehnya dari bank.
29
g. Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau
orang atau jaminan asuransi.
Setelah dilihat dari teori yang ada dan dibandingkan dengan praktik
analisis pembiayaan yang dilakukan BMT AMAN Salatiga, memang
sebagian besar sama dan metode 7P tersebut juga diterapkan, sehingga
mempermudah dalam analisis pembiayaan.
Dalam pembiayaan terhadap pengajuan pembiayaan ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan BMT yaitu tujuan dari penggunaan dana
pembiayaan, manfaat yang akan didapat kedua belah piha, kemamapuan
dalam memperoleh laba.
Setelah
penilaian
dilakukan,
langkah
selanjutnya
adalah
pengumpulan data yang berkaitan dengan penilaian. Pengumpulan data
dapat dilakuakan dengan survay. Dari beberapa tahap ini seluruh data
dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analisa. Dari hasil analisa tersebut
akan diperoleh keputusan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut
diberikan.
7. Landasan Syari’ah
Dalam literatur fiqh klasik, al qordhul hasan dikategorikan dalam
akad tathauwui atau saling membantu dan bukan transaksi komersil.
30
a. Al Qur’an S. Al Hadid: 11
          

Artinya :
”Barang siapa yang mau meminjamkan kepada Allah
SWT pinjaman yang baik, Allah SWT akan melipat
gandakan (baalasan) pinjaman itu untuknya dan dia
akan memperoleh pahala yang mulia.”
b. Q. S Al Baqoroh: 280
             
 
Artinya :
”Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan,
maka berilah tenggang waktu sampai dya memperoleh
kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
c. Al Hadits
Yang diriwayaatkan oleh Ibnu Mas’ud yang artinya: ”Bahwa
nabi Muhammad SAW berkata, ”Bukan seseorang muslim (mereka)
yang meminjami muslim (lainnya) dua kali yang satunya adalah
sedekah.” (Hr. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).
Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rosulullah berkata,” Aku
melihat pada waktu malam di isra’kan, pada pintu surga tertulis:
sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qard delapan belas kali. Aku
31
bertanya, Wahai Jibril, mengapa qard lebih utama dari sedekah ? ia
menjawab, karena pemint-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan. ”
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
d. Ijma’
Para ulama’ telah menyepakati bahwa Al qordh boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada
seaorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh
karena itu. Pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari
kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
Pembiayaan ini merupakan pinjaman lunak bagi pengusaha kecil
yang benar-benar kekurangan modal. Peminjam atau debitur diwajibkan
mengembalikan modal atau dana tersebut pada waktu yang telah
disepakati dengan jumlah yang sama dengan jumlah yang diterima
sebelumya. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank tetapi
hanya membayar biaya administrasi saja. Bank dibenarkan menerima
kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam atau debitur sebagai
tanda terima kasih yang besarnya belum ditentukan sendiri oleh debitur.
Tujuan dari pembiayaan al qordhul hasan untuk menolong nasabah
debitur yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang
32
bersifat konsumtif maupun yang bersifat produktif. Dana yang didapat
untuk digunakan dalam memberikan pembiayaan oleh bank berasal dari
BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh) yang sebelumnya
dititipkan di BAZIS kepada bank mu’amalat untuk di alokasikan atau
diserahkan kepada kaum mustahiqqin.
( Frianto Pandia, Elly Santy
Ompusunggu, Achmad Abror, 2005: 193)
Aplikasi al qordhul hasan dalam perbankan biasanya dalam empat
hal antara lain:
1) Sebagai pinjaman talangan haji, di mana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan
untuk memenuhi syarat penyetoran, biaya
perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan
haji.
2) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit
syari’ah, di mana nasabah diberi keleluasan untuk menarik uang tunai
milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu
yang ditentukan.
3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil di mana menurut
perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberi
pembiayaan dengan skema jual beli, ijaro atau bagi hasil.
4) Sebagai pinjaman pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank akan
mengembalikan secara cicilan melalui pemotongan gajinya. (Heri
Soedarsono, 2003: 75).
33
Sifat al qardhul hasan
tidak memberikan keuntungan finansial.
Karena itu, pendanaan al qardh hasan dapat diambil menurut kategori
berikut:
1. Al qardhul hasan yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah
secara cepat dan berjangka pendek. Talangan dan di atas dapat
diambilkan dari modal bank.
2. Al qardhul hasan yang digunakan untuk membantu usaha sangat kecil
dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infa’ shodaqoh.
Di samping sumber dana ummat, para praktisi perbankan syari’ah
demikian juga ulam’, melihat sumber dana yang lain yang dapat
dialokasikan untuk al qordhul hasan, yaitu pendapatan-pendapatan
yang diragukan, seperti: bunga atas jaminan L/C di bank asing.
8. Prosedur Pembiayaan
Tata cara pembiayaan ini mengandung arahan bagaiman cara
nasabah mengajukan pembiayaan, dalam mengajukan permohonan
pembiayaan ini langkah yang harus ditempuh nasabah adalah sebagai
berikut:
a. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan melalui petugas
marketing, atau langsung datang ke BMT.
b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan, pengisian dilakukan secara
lengkap dan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
c. Melampirkan kelengkapan identitas serta fotocopy berkas yang akan
dijadikan agunan.
34
d. Menyerahkan formulir permohonan serta kelengkapan, kepada bagian
pembiayaan.
e. Untuk nasabah yang baru mengajukan pertama kali survey oleh
petugas, apabila dianggap layak akan diberikan realitasnya.
f. Untuk nasabah lama yang sudah menyelesaiakan angsuran pembiayaan
mempunyai raport yang baik maka langsung direalisasikan.
Syarat kelengkapan pembiayaan antara lain:
a. Foto copy KTP suami istri
b. Foto copy kartu keluarga (KK)
c. Foto copy jaminan
1) Sertifikat tanah
2) BPKB dan STNK (jika atas nama sendiri maka dimintakan foto
copy nama terakhir dan tanda tangan nama terakhir di kwitansi
kosong bermaterai).
B. Data-data Pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN
Pembiayaan al qordhul hasan adalah meminjamkan harta kepada orang
lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh, al qordhul hasan
dikategorikan sebagai akad tathawwu’ yaitu akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial,
Lembaga keuangan syari’ah dapat memberikan fasilitas yang disebut al
qordhul hasan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak
untuk mendapatkannya. Secara syari’ah peminjam hanya berkewajiban
35
membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syari’ah membolehkan
pinjaman untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi
lembaga keuangan pemberi Qard tidak diperkenankan untuk meminta imbalan
apapun, (Heri Sudarsono, 2003: 74).
36
BAB III
GAMBARAN PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN
DI BMT AMAN SALATIGA
A. Gambaran Umum BMT AMAN
KSU simpan pinjam yang operasinya berdasarkan prinsip syari’ah Islam
berdiri atas prakarsa salah satu yayasan pendidikan Islam (YPI) Al-Hijrah
dengan alamat Jl. Tritis Sari Sidorejo Kidul Kec. Tingkir Salatiga.
Karena tujuan awalnya adalah dakwah dalam hal ekonomi, maka
berdirilah sebuah lembaga keuangan syari’ah. Pendirian tewrsebut diprakarsai
oleh KH. Drs Saefudin Zuhri, MA. Selaku ketua YPI AL-Hijrah serta para
tokoh Islam sekitar salatig. Setelah dilakukan pertemuan beberapa kali, pada
tanggal 1 Oktober 2004, berdiri secara resmi KSU BMT AMAN Salatiga, di
depan notaris dengan No. 14077/BH/ KBK/IX 2005 di salatiga, dan wilayah
kerja BMT AMAN meliputi seluruh Jawa Tengah.
Sedangkan KSU BMT AMAN itu sendiri mulai beroperasi sejak taggal
18 oktober 2004, dengan lokasi di Jl. Veteran ruko blok FI Salatiga. Akan
tetapi setelah berjalan beberapa tahun, KSU BMT AMAN berpindah kantor di
Jl. Pemotongan No. 15 Salatiga, tepatnya pada tanggal 1 November 2006
hingga saat ini.
Dengan kerja keras dan kerjasama yang baik antara pengelola, pengurus
serta dukungan masyarakat, BMT AMAN mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
36
37
B. Struktur Organisai BMT AMAN
STRUKTUR ORGANISASI BMT AMAN
KSU BMT AMAN
DEWAN SYARI’AH
Drs Zuhdi Amin, M. Ag
Dr K. H Saefudin Zuhri, MA
Drs Farouq, M. Pdi
PENGURUS
Ketua
:
Drs Nasiki, M. Pdi
Sekertaris
:
Drs Sakur, M. Pdi
Bendahara
:
Mahfudz
KARYAWAN ATAU PENGELOLA
Manager
:
Drs Nasiki, M. Pdi
Bag. Pembiayaan
:
Muh Zaihan
Juru buku
:
Ana Muntadliroh, A. Md. Ei
Teller
:
Anik Mahmudah, A. Md. Ei
Marketing
:
Muh Rifa’i
Berdasarkan struktur organisasi, maka dapat dijelaskan uraian tugas dan
tanggung jawab masing-masing unit organisasi yang terlibat dalam struktur
organisasi BMT AMAN salatiga sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syari’ah
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Dewan Pengawas Syari’ah
(DPS) wajib mengikuti fatwa Dewan Nasional Syari’ah ( DNS) yang
38
merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa-fatwa mengenai
kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syari’ah.
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak
menyimpang dari ketentuan dan prinsip syari’ah yang telah difatwakan
oleh DSN. Selain itu DPS juga mempunyai fungsi:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit
usaha syari’ah dan pimpinan kantor cabang syari’ah mengenai hal-ahal
yang terkait dengan aspek syari’ah
b. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan
usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
c. Sebagai perwakilan DSN yang di tempatkan pada bank, DPS wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syari’ah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satukali dalam setahun.
2. Pengurus
Melakukan tindakan koreksi penyimpangan-penyimpangan dan
perbandingan antara hasil yang dicapai (aut put) dan masukan (in put)
yang digunakan. Selain itu juga bertugas menangani portofolio investasi.
3. Pengelola
a. Manajer
1) Memimpin kegiatan BMT secara menyeluruh
2) Melakukan koordinasi seluruh staf BMT
39
3) Menyusun rencana kerja bulanan, triwulan dan tahunan yang
merupakan penjabaran dari kebijaksanaan umum Dewan syari’ah
dan rapat anggota.
b. Bag. Pembiayaan
Bertanggung jawab atas calon-calon nasabah pembiayaan. Jadi
setiap calon nasabah pembiayaan akan berhadapan lansung dengan
petugas bagian pembiayaan. Selain itu juga bertugas mengamati dan
menyelidiki karakteristik calon nasabah pembiayaan (melakukan
analisa pembiayaan).
c. Juru Buku
Bertanggung jawab atas setiap laporan-laporan keuangan yang
terjadi di BMT. Mulai dari neraca, perhitungan hasil usah, rencana
pembagian SHU serta rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT
tahun berikutnya.
d. Kasir
1) Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar.
2) Melayani penerimaan serta penarikan dana dari dan nasabah.
3) Menghitung bagi hasil seluruh transaksi yang berhubungan dengan
kas.
4) Mengadministrasi seluruh transaksi.
5) Setiap akhir jam menghitung uang yang ada.
e. Marketing atau Pemasaran
1) Melakukan kegiatan pemasaran.
40
2) Mencari sumber dana-dan baru.
3) Melakukan penagihan kesetiap anggota yang diberikan pembiayaan.
C. Kegiatan Usaha BMT AMAN
Kegiatan usaha yang dilakukan di BMT AMAN tidak jauh berbeda
dengan lembaga keuangan lain. BMT AMAN mempunyai kegiatan usaha
yang berupa pengelolaan perputaran uang, khususnya untuk kesejahteraan
anggota dan nasabah pada umumnya, serta ikut andil dalam membangun
tatanan ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
mandiri, adil dan makmur.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh BMT AMAN berbentuk
simpan pinjam, adapun produk-produk yang dikelola antara lain:
1. Simpanan
a) Si Rela (simpanan sukarela lancar)
Simpanan sukarela yang dalam penyetoran dan penarikannya
dapat dilakukan setiap saat, nisbahnya 30:70 (30 untuk penabung), (70
untuk BMT).
b) Si suka (simpanan sukarela berjangka)
Simpanan yang lazim dikenal dengan deposito, dengan pilihan
jangka waktu 6 dan 12 bulan.
6 bulan
= 45:55 (55 untuk pengelola)
12 bulan
= 50:50 (50 untuk pengelola)
41
Bila lebih 1 tahun dianggap 50:50 atau menurut ketentuan atau
permusyawarahan.
c) Si sukur (Simpanan Qurban)
Simpanan persiapan pembelian hewan Qurban.
d) Si amanah (simpanan amanah)
Simpanan untuk dana dan sosial dari zakat, shodaqoh, hibah, dan
lain-lain.
2. Pembiayaan
a) Ya Muda (pembiayaan mudharabah)
Pembiayaan yang diberikan sebagai modal kerja, sedang nasabah
bertindak sebagai pengelola usaha.
b) Ya Musa (pembiayaan musyarakah)
Pembiayaan yang merupakan penyertaan modal BMT kepada
nasabah, dimana hasil dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan
komposisi modal masing-masing.
c) Ya mura (pembiayaan Murabahah)
Pembelian yang diberikan untuk pembelian barang atau modal
yang diperlukan nasabah dengan pembayaran secara tangguh pada
waktu tertentu dengan kesepakatan pembagian keuntungan.
d) Ya Biba (pembiayaan Bai Bitsaman Ajil)
Pembelian yang diberikan untuk pembelian barang atau modal
yang diperlukan nasabah dengan pembayaran secara angsuran dalan
jangka waktu yang disepakati.
42
e) Ya Duha (pembiayaan Qordhul Hasan)
Pembiayaan yang bersifat sosial sebagai pinjaman lunak (soft
loan)
kepada
nasabah
yang
benar-benar
memerlukan
dan
pengembaliannya cukup nilai pokoknya saja.
D. Prosedur Permohonan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Prosedur pembiayaan di BMT AMAN Salatiga sebenarnya mudah, tapi
bisa saja dianggap sulit dikarenakan nasabah tidak bisa memenuhi syaratsyarat yang sudah ditentukan. Kesulitan yang dihadapi para pemohon
pembiayaan biasanya mereka sulit untuk memenuhi jaminan atau agunan
yang ditentukan BMT, apalagi pembiayaan tidaklah seberapa, misalnya Rp
1.000.000,- tetapi harus membawa BPKB sebagai agunannya.
Sebelum realisasi pembiayaan akan dilakukan penilaian berdasarkan dua
hal, yakni apakah orang tersebut nasabah baru atau nasabah lama yang telah
beberapa kali mengajukan pembiayaan.
1. Nasabah baru yang mengajukan pembiayaan untuk pertama kali.
Nasabah ini akan ditangani lebih jeli, karena belum diketahui
kepribadiannya.
Ketentuan
bagi
nasabah
baru
dalam
pengajuan
pembiayaan di BMT AMAN Salatiga adalah:
a. Nasabah sebelumnya harus mempunyai rekening di BMT AMAN
minimal selama satu bulan sebelum pengajuan.
43
b. Nasabah pembiayaan akan diberikan penjelasan tentang sistem
pembiayaan al qordhul hasan yang dipakai BMT AMAN, biasanya
sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
c. Nasabah mengisi surat permohonan pembiayaan dengan benar dan
lengkap.
d. Nasabah mengisi slip pencairan pembiayaan yang di dalam slip
tersebut tersedia enam macam akad, maka nasabah pembiayaan al
qordhul hasan memilih akad yang tertera QH (al qordhul hasan),
sehingga nasabah tersebut bisa mengajukan pembiayaan al qordhul
hasan.
e.
Menyiapkan syarat-syarat pembiayaan (fotocopy KTP, KK, jaminan
dan syarat-syarat pendukung lainnya).
f. Tanpa sepengetahuan nasabah petugas akan mencari informasi tentang
karakteristik dan kepribadian calon nasabah pembiayaan.
g. Jika
dipandang
layak,
maka
permohonan
pembiayaan
dapat
direalisasikan.
h. Jika pemohon dipandang tidak layak, maka petugas tidak akan
menjelasakan alasannya kepada calon nasabah pembiayaan, karena
dikhawatirkan akan menyinggung perasaan calon nasabah.
Daftar nasabah pembiayaan Mudharabah BMT AMAN pada tahun
2009 yang berjumlah 207 orang, untuk pembiayaan Musyarakah dan
Murabahah pada tahun 2009 tidak ada sama sekali. Sedangkan produk Ya
44
Duha (pembiayaan Al Qordhul Hasan) pada tahun 2009 terhitung sedikit
sekali diantaranya sebagai berikut:
Daftar nasabah pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN
Salatiga tahun 2009
1. Nama
: ISMANUDIN
Alamat
: Isep-isep Rt/Rw 06/03 Cebongan Salatiga.
Pinjaman
: Rp 5. 000. 000,-
Realisasi
: 2 Mei 2009
Jatuh tempo
: 3 bulan
Pelunasan
: 21 Oktober 2009
Sisa Pinjaman
: Rp 0
Jaminan
: BPKB Sepeda Motor
Tujuan
: Untuk keperluan membantu perawatan
kerabat di rumah sakit.
2. Nama
: DR IFFA QOIMATUN
Alamat
: Tingkir tengah Rt/Rw 02/07 Salatiga
Pinjaman
: Rp 7.000.000,-
Realisasi
: 10 Mei 2007
Jatuh tempo
: 6 bulan
Pelunasan
: 30 November 2007
Sisa pinjaman
: Rp 0
Jaminan
: BPKB Mobil
45
Tujuan
: Untuk keperluan membantu perawatan
kerabat di rumah sakit.
3. Nama
: Drs. SAKUR
Alamat
: Jl serayu, Kutowinangun Salatiga
Pinjaman
: Rp 5. 200. 000,-
Realisasi
: 24 April 2008
Jatuh tempo
: 20 bulan
Pelunasan
: 30 Desember 2009
Sisa Pinjaman
: Rp 0
Jaminan
: BPKB Mobil
Tujuan
: Untuk keperluan membantu perawatan
kerabat di rumah sakit.
Untuk pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN pada tahun ini
terhitung sangat sedikit sekali hanya tiga nasabah yang meminjam untuk
pembiayaan al qordhul hasan ini, dikarenakan ketiga nasabah tersebut
yang salah satunya ada yang menjadi karyawan di BMT AMAN dan
nasabah tersebut bener-benar membutuhkan dana untuk membantu kerabat
yang sedang dirawat di rumah sakit, sehingga pihak BMT AMAN
mencairkan pembiayaan tersebut dengan alasan untuk membantu sesama
manusia.
Sedangkan untuk pembiayaan al qordhul hasan pada tahun ini yang
terdapat di BMT AMAN kenapa Cuma tiga nasabah saja? dikarenakan
pada pihak BMT AMAN kurang mensosialisasikan pembiayaan al
qordhul hasan ini kepada kaum bawah atau kaum duafa.
46
BAB IV
ANALISIS
A. Prosedur Pembiayaan
1. Prosedur Permohonan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Prosedur pembiayaan di BMT AMAN Salatiga sebenarnya mudah,
tapi bisa saja dianggap sulit dikarenakan nasabah tidak bisa memenuhi
syarat-syarat yang sudah ditentukan. Kesulitan yang dihadapi para
pemohon pembiayaan biasanya mereka sulit untuk memenuhi jaminan
atau agunan yang ditentukan BMT, apalagi pembiayaan tidaklah seberapa,
misalnya Rp 1.000.000,- tetapi harus membawa BPKB sebagai agunannya.
Sebelum realisasi pembiayaan akan dilakukan penilaian berdasarkan
dua hal, yakni apakah orang tersebut nasabah baru atau nasabah lama yang
telah beberapa kali mengajukan pembiayaan.
a. Nasabah baru yang mengajukan pembiayaan untuk pertama kali.
Nasabah ini akan ditangani lebih jeli, karena belum diketahui
kepribadiannya. Ketentuan bagi nasabah baru dalam pengajuan
pembiayaan di BMT AMAN Salatiga adalah:
1. Nasabah sebelumnya harus mempunyai rekening di BMT AMAN
minimal selama satu bulan sebelum pengajuan.
2. Nasabah pembiayaan akan diberikan penjelasan tentang sistem
pembiayaan al qordhul hasan yang dipakai BMT AMAN, biasanya
sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
46
47
3. Nasabah mengisi surat permohonan pembiayaan dengan benar dan
lengkap.
4. Nasabah mengisi slip pencairan pembiayaan yang di dalam slip
tersebut tersedia enam macam akad, maka nasabah pembiayaan al
qordhul hasan memilih akad yang tertera QH (al qordhul hasan),
sehingga nasabah tersebut bisa mengajukan pembiayaan al qordhul
hasan.
5.
Menyiapkan syarat-syarat pembiayaan (fotocopy KTP, KK,
jaminan dan syarat-syarat pendukung lainnya).
6. Tanpa sepengetahuan nasabah petugas akan mencari informasi
tentang karakteristik dan kepribadian calon nasabah pembiayaan.
7. Jika dipandang layak, maka permohonan pembiayaan dapat
direalisasikan.
8. Jika pemohon dipandang tidak layak, maka petugas tidak akan
menjelasakan alasannya kepada calon nasabah pembiayaan, karena
dikhawatirkan akan menyinggung perasaan calon nasabah.
b. Nasabah yang sudah lebih satu kali mengajukan permohonan
pembiayaan akan ditangani lebih mudah prosedurnya dibanding
nasabah baru. Apabila nasabah lama mempunyai catatan baik maka
ketentuannya:
1) Mengisi Surat permohonan pembiayaan
2) Sebelumnya petugas akan melihat data-data angsuran pembiayaan
bahwa lancar atau tidak.
48
3) Petugas akan memeriksa jaminan yang akan digunakan.
4) Jika pertimbangan di atas terpenuhi dengan baik, maka
permohonan pembiayaan al qordhul hasan dapat direalisasikan
Hanya saja di BMT AMAN
Salatiga sebelum pengajuan
pembiayaan, calon nasabah harus menjadi anggota BMT AMAN
dengan ketentuan harus menabung aktif minimal selama sebulan
sebelum mengajukan pembiayaan. Hal ini membuat calon nasabah
yang akan mengajukan pembiayaan mengurungkan niatnya, meskipun
tujuan persyaratan tersebut baik, tetapi dirasakan kurang efektif,
karena membuat nasabah mundur, sebab kebanyakan mereka yang
mengajukan pembiayaan membutuhkan realisasi secepatnya. Jika hal
ini dibiarkan akan berdampak negatif bagi BMT AMAN Salatiga.
2. Prosedur Realisasi Pembiayaan
Tahap pemberian pembiayaan telah memutuskan untuk menerima
pembiayaan yang diajukan calon nasabah prosedur pemberian pembiayaan
itu sebagai berikut:
a. Setelah
menandatangani
akad
pembiayaan,
bagian
pemasaran
memberikan berkas catatan kepada bagian pembiayaan untuk meneliti
syarat-syarat pembiayaan.
b. Bagian
pembiayaan
membuat
kwitansi,
yang
berisi
nominal
pembiayaan lalu diberikan kepada nasabah atau meminta nasabah
untuk menandatangani.
49
c. Kwitansi pembayaran yang telah ditanda tangani nasabah dan bagian
pembiayaan kemudian diserahkan kepada teller.
d. Teller memberikan sejumlah uang kepada nasabah.
Apabila permohonan pembiayaan tidak bisa direalisasikan maka
pihak BMT tidak bisa menerangkan alasan yang sebenarnya agar tidak
menyinggung perasaan nasabah dan dapat mencari alasan lain.
Nasabah pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN ini untuk
realisasinya tidak dipersulit, karena pembiayaan al qordhul hasan ini
realisainya sama dengan pembiayaan mudharabah yang mudah dalam
hal pencairan pembiayaannya. Akan tetapi juga terdapat perbedaan
antara pembiayaan al qordhul hasan dengan pembiayaan mudharabah
yang
terletak
pembiayaan
pada
al
pengembalian
qordhul
hasan
pinjamannya.
nasabah
hanya
Yaitu
kalau
diwajibkan
mengembalikan pinjaman pokoknya saja pihak BMT tidak membebani
dengan adanya bagihasil, sedangkan pembiayaan mudharabah nasabah
dalam pengembalian pinjamannya dibebani dengan bagi hasil yang
sudah di sepakati di awal akad, (wawancara dengan teller BMT
AMAN).
3. Prosedur Pengembalian Pembiayaan
Pengembalian pembiayaan dilakukan sebelum pada waktu jatuh
tempo dan pengambilan dilakukan dengan cara disetorkan langsung atau
ditarik petugas BMT, pengembalian pembiayaan pada BMT adalah dengan
mengangsur sesuai kemampuan nasabah dan sesuai dengan kesepakatan
50
pihak BMT dalam akad, yaitu bisa dilakukan dengan cara harian atau
mingguan atau bulanan.
B. Perkembangan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Dalam perkembangan pembiayaan al qordhul hasan yang terdapat pada
BMT AMAN Salatiga sangat kurang, karena pada tahun 2010 ini pembiayaan
al qordhul hasan tidak ada sama sekali.
Dari pengamatan yang saya peroleh selama magang di BMT AMAN
Salatiga, bahwa pembiayaan al qordhul hasan pada tahun 2010 sebenarnya
mendapat banyak respon dari masyarakat sekitar, akan tetapi dari pihak BMT
AMAN itu sendiri tidak terlalu mementingkan untuk masalah pembiayaan al
qordhul hasan. Untuk pembiayaan al qordhul hasan ini dari pihak BMT
AMAN tidak menargetkan tiap hari atau bulannya harus ada pembiayaan al
qordhul hasan, tatapi kalau ada nasabah yang datang ke BMT AMAN untuk
mengajukan pembiayaan al qordhul hasan juga diterima, dengan ketentuan
calon nasabah tersebut benar-benar membutuhkan dana tersebut.
Untuk syarat-syarat pembiayaan al qordhul hasan sama dengan
pembiayaan Mudharabah yang ada di BMT AMAN, akan tetapi untuk
pembiayaan al qordhul hasan ini dalam hal pengembaliannya nasabah hanya
berkewajiban membayar pokok pinjamannya, sedangkan untuk pembiayaan
Mudharabah nasabah dibebani dengan bagi hasil yang sudah disepakati pada
akad di awal.
51
Untuk pembiayaan al qordhul hasan ini juga memakai jaminan untuk
mengatasi nasabah yang melakukan pelunasan pinjaman al qordhul hasan ini.
Sehingga jaminan yang diserahakan di BMT AMAN tersebut bisa membantu
pihak BMT AMAN kalau ada nasabah yang sulit untuk melakukan pelunasan
pembiayaan al qordhul hasan ini.
Sebenarnya pembiayaan al qordhul hasan yang terdapat di BMT AMAN
tersebut disosialisasikan oleh karyawan bagian pemasaran atau marketing
untuk masyarakat kalangan bawah atau kaum duafa, akan tetapi dari pihak
BMT AMAN tidak menyediakan dana untuk pembiayaan al qordhul hasan ini.
Biasanya dana al qordhul hasan ini didapat dari dana ZIS (zakat, infaq,
shodaqoh). Akan tetapi di BMT AMAN tersebut tidak menyimpan dana ZIS
(zakat, infaq, sodaqoh) tersebut, sehingga pembiayaan al qordhul hasan yang
terdapat di BMT AMAN ini masih kurang untuk pensosialisasiannya pada
masyarakat kalangan bawah atau kaum duafa, (wawancara dengan teller BMT
AMAN).
Untuk keaktifan nasabah dalam hal pembiayaan al qordhul hasan ini,
dari pihak BMT AMAN memberikan bingkisan yang menarik kepada nasabah
yang menyelesaikan pembiayaan sebelum jatuh tempo. Sebenarnya di BMT
AMAN tidak ada denda bagi nasabah pembiayaan al qordhul hasan yang
pengembalian pinjamannya tidak tepat waktu. Akan tetapi pihak menejer
mengeluarkan suatu kebijakan bagi nasabah tersebut dengan tabungan yang
dimiliki oleh nasabah yang terdapat di BMT AMAN sementara dilarang di
ambil dulu sebelum pinjamannya telah selesai atau lunas terlebih dahulu.
52
C. Keuntungan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
1. Bagi BMT AMAN antara lain :
a. Dari segi material BMT sebenarnya tidak mendapatkan keuntungan
dari pembiayaan al qordhul hasan ini, akan tetapi mungkin kelak
diganti berlipat-lipat oleh Allah SWT.
b. Dapat
membantu
kebutuhan
masyarakat
yang
benar-benar
membutuhkan dana.
c. Dapat menjalin hubungan tali silaturrahmi antara nasabah dengan
pihak BMT.
d.
Citra BMT menjadi lebih baik dimata masyarakat.
e. Dapat memajukan peran BMT AMAN dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat.
2. Keuntungan bagi nasabah antara lain:
a. Dengan tidak adanya bagi hasil nasabah merasa tidak terbebani dengan
pembiayaan al qordhul hasan ini.
b. Nasabah lama kelamaan akan mempercayakan BMT tersebut menjadi
BMT yang baik sesuai dengan prinsip syari’ah.
c. Citra nasabah menjadi lebih baik apabila nasabah pembiayaan al
qordhul hasan apabila mengembalikan pinjaman pada tepat waktu.
d. Nasabah bebas dari biaya administrasi.
e. Nasabah akan merasa puas dengan adanya pembiayaan al qordhul
hasan yang tidak memakai bagi hasil.
f. Nasabah mendapatkan kesempatan untuk memperoleh modal bagi
yang benar-benar membutuhkan modal tersebut.
53
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa prosedur realisasi pembiayaan al qordhul hasan adalah setelah
menandatangani akad pembiayaan, bagian pemasaran memberikan berkas
catatan kepada bagian pembiayaan untuk meneliti syarat-syarat pembiayaan,
bagian pembiayaan membuat kwitansi, yang berisi nominal pembiayaan lalu
diberikan kepada nasabah atau meminta nasabah untuk menandatangani,
kwitansi pembayaran yang telah ditanda tangani nasabah dan bagian
pembiayaan kemudian diserahkan kepada teller, teller memberikan sejumlah
uang kepada nasabah.
Untuk perkembangan pembiayaan al qordhul hasan pada BMT
AMAN Salatiga pada tahun ini sangat kurang sekali dikarenakan pembiayaan
al qordhul hasan ini dari pihak BMT AMAN tidak menargetkan tiap hari atau
bulannya harus ada pembiayaan al qordhul hasan, tatapi kalau ada nasabah
yang datang ke BMT AMAN untuk mengajukan pembiayaan al qordhul
hasan juga diterima, dengan ketentuan calon nasabah tersebut benar-benar
membutuhkan dana tersebut.
53
54
B. SARAN
1. Untuk BMT AMAN
a. Dari pihak BMT seharusnya menggalangkan dana sosial yang berasal
dari dana zakat, infaq, dan shodaqoh untuk pembiayaan al qordhul
hasan
b. Sebagai
lembaga
keuangan
syari’ah,
BMT
seharusnya
juga
menyediakan dana untuk kebajikan atau menolong ummat setiap
bulannya.
c. Penggalangan
dana
juga
harus
diperhatikan
terutama
untuk
pembiayaan al qordhul hasan yang ada di BMT, supaya dana tersebut
bisa dikembangkan atau dimanfaatkan dengan cara usaha.
2. Untuk STAIN
Hendaknya mahasiswa yang melakukan praktik magang pada
lembaga keuangan syari’ah seharusnya menggunakan kesempatan praktik
magang
ini
dengan
sebaik-baiknya,
supaya
untuk
mendapatkan
pengalaman kerja yang lebih baik di lembaga keuangan syari’ah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, 1989, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Thoha Putra,
Semarang.
FriantoPandia,Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror, 2005, Lembaga
Keuangan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Heri Sudarso, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Ekonosia,
Yogyakarta.
Kasmir, 2008, Manajemen perbankan, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta.
Muhammad, 2002, Manajemen Bank Syari’ah, AMP-YKPN, Yokyakarta.
Muhammad, 2002, Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, UII Press,
Yogyakarta.
Muhammad Ridwan, 2004, Manajemen Baitul Mal Watamwil, UII Press,
Yogyakarta.
Muhammad Syafi’i Antonio, 2001, Bank Syari’ah teori kepraktik, Tazkia Institut
dan gema insani press, Jakarta,
DAFTAR RIW AYAT HIDUP
Nama
: Siti Rondiatin
Tempat/Tanggal Lahir
: Blora, 18 April 1988
Alamat
: Dk Keser, Ds Keser, Rt. 004, Rw. 001 Tunjungan,
Blora.
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
:
•
SD Negeri Keser II Blora
: Lulus Tahun
2001
•
MTS Ma’arif 2 Blora
: Lulus Tahun
2004
•
MAN Rembang
: Lulus Tahun
2007
•
STAIN Salatiga
2010
: Lulus Tahun
Download