MODUL PERKULIAHAN KOMUNIKASI MASSA Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Massa Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh - Sofia Aunul, M.Si Abstract Kompetensi Hambatan Komunikasi Massa. Setiap komunikasi dalam level manapun dapat dipastikan akan menghaadapi berbagai hambatan, tak terkecuali dalam komunikasi massa. Mahasiswa mampu menjelaskan hambatan-hambatan yang ada dalam proses komunikasi massa Pengantar Setiap kegiatan komunikasi, apakah komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, komunkasi medio dan komunikasi massa sudah dapat dipastikan akan menghadapi berbagai macam hambatan. Hambatan-hambatan ini akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi. Pada konteks komunikasi massa, jenis hambatannya lebih kompleks sekompleks proses komunikasinya. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Massa Hambatan-hambatan dalam komunikasi massa secara umum dibagi menjadi tiga bagian: A. Hambatan Psikologis B. Hambatam Sosiokultural C. Hambatan Interaksi Verbal A. Hambatan Psikologis Hambatan psikologis merupakan hambatan kegiatan psikis manusia. Yang termasuk dalam hambatan psikologis dalam komunikasi massa, antara lain: 1. Perbedaan Kepentingan Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan stimulus yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Untuk itu, komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan yang bukan sasarannya. Pada akhirnya pesan yang ditujukan untuk khalayak sasaran tertentu tidak dianggap sebagai pesan yang sia-sia oleh khalayak lainnya. 2. Prasangka (prejudice) Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadapmerreka. Sehubungan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan hambatan bagi tercapainya tujuan komunikasi. Prasangka tidak didasarkan pada alasan-alasan objektif sehingga prasangka komunikan pada komunkator tidak ditujukan pada logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat pesan 4 2 Komunikasi Massa Sofia Aunul,M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id itu bagi dirinya, melainkan menentang pribadi komunikator. Untuk mengatasinya, komunikator dalam komunikasi massa sebaiknya komunikator yang netral , dalam arti bahwa ia bukan individu yang kontroversial. Lebih lanjut, komunikator harus mempunyai reputasi yang baik, dapat diterima semua kalangan, dan memiliki kredibilitas atau nilai etos yang baik. 3. Stereotip Prasangka sosial bergandengan dengan stereotip yang merupakan gambarangambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi atau golongan lain yang negatif. Dalam proses komunikasi massa, jika ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu pada komunkatornya, maka pesan apapun tidak akan bias diterima oleh komunikan. 4. Motivasi Semua perilaku manusiaq mempunyai motif tertentu. Motif merupakan alasan atau doronan dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu. Perbedaan motif seseorang dengan orang lainnya akan menyebabkan perbedaan intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi sesuai dengan jenis motifnya. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Dan sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. B. Hambatan Sosiokultural Hambatan sosiokultural merupakan hambatan dalam lingkup sosial budaya komunikan yang mendapatkan suatu pesan dalam komunkasi massa. Hambatan-hambatan sosiokultural antara lain: 1. Aneka suku Keberagaman suku budaya di Indonesia dapat menyebabkan adanya hambatan dalam proses komunikasi massa. 2. Perbedaan norma sosial Perbedaan suku budaya inilah yang juga menyebabkan perbedaan norma sosial dalam masyarakat. Mengingat beragamnya norma sosial inilah tidak menutup kemungkinan terjadinya pertentangan nilai. Kondisi ini yang mengharuskan komunikator berhati-hati dalam menyusun pesan, juga dalam menyampaikan pesannya. Komunikator yang baik adalah komunikator yang memahami budaya masyarakat. 4 3 Komunikasi Massa Sofia Aunul,M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Kurang mampu berbahasa Indonesia Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu (native language), melainkan bahasa daerah. Hal ini merupakan salah satu hambatan dalam komunikasi massa. Dalam model komunikasi massa. Kita menggunakan model tahap dua alir (two-step flow) yang mana dalam proses penyampaian pesan komunikasi massa, dibutuhkan opinion leader untuk menerjemahkan dan menyampaikan pesan komunikasi massa. 4. Faktor semantik Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya. Hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasqa yuang digunakan oleh komunikator, maupun bahasa yang digunakan komunikan. Hambatan semantik dalam proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain: kesalahan pengucapan, perbedaan makna suatu kata, pengertian konotatif. 5. Pendidikan yang belum merata Seperti halnya dalam menghadapi komunikan yang mamu berbahasa Indonesia, dalam menghadapi komunikan yang kurang berpendidikan, pemerintah perlu menggunakan para aparat desa, opinion leader, dan tenaga terlatih untuk menerjemahkan dan menyampaikan pesan komunikasi massa teruta,ma yang berhubungan dengan program dan kebijakan pemerintah. 6. Hambatan mekanis Hambatan mekanis merupakan hambatan teknis mekanis yang ada seperti gangguan transmisi akibat cuaca buruk, kerusakan mesin cetak, dan lainnya. C. Hambatan Interaksi Verbal DeVito mengemukakan tujuh jenis hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi antarpersona yang ia sebut barriers to verbal interaction. Dari tujuh jenis hambatan interaksi verbal tersebut beberapa diantaranya terjadi pula dalam komunikasi massa dengan sedikit perbedaan. Jenis-jenis hambatan tersebut antara lain: 1. Polarisasi Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia secara berlawanan. Kita mempunyai kecenderungan kuat untuk melihat titik-titik ekstrem dan mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk lawan kata yang ekstrem. Seandainya komunikator dan komunikan bersikap demikian, maka diantara mereka selalu akan terjadi sikap apriori. Hal ini bertentangan dengan prinsip terciptanya komunikasi yang baik masing-masing pihak harus bersikap netral. 4 4 Komunikasi Massa Sofia Aunul,M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Orientasi Intensional Orientasi intensional mengacu pada kecenderungan kita untuk melihat manusia,objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Orientasi intensiaonal terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri. Dalam proses komunikasi massa, orientasi intensional biasanya dilakukan komunikan terhadap komunkator. Misalnya, jika presenter tidak cantik menurut komunikan, komunikan akan cenderung menganggap berita yang dibawakannya tidak menarik. 3. Evaluasi Statis Pada suatu hari kita sebagaqi komunikan menyaksikan komunkator ‘A’ menyatakannya opininya dalam sebuah program TV. Menurut kita, saat itu ‘A’ kurang mampu membawakan materinya dan caranya berkomunikasipun kurang menarik. Evaluasi kita terhadap’A’ akan statis dan kita akan selalu menganggap bahwa ‘A’ kurang mampu membawakan materinya dan caranya berkomunikasi kurang menarik. 4. Indiskriminasi Indiskriminasi merupakan inti dari stereotip. Salah satu cara untuk menghindari indiskriminasi adalah dengan memberikan indeks untuk mengidentifikasikan setiap orang secara individual bukannya secara umum. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro, et.al. 2009. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 4 5 Komunikasi Massa Sofia Aunul,M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id